Anda di halaman 1dari 34

BAB II

TINJAUAN KEPUSTAKAAN

A. Landasan Teoritis

1. KonsepSectio Caesarea

a. Pengertian

Istilah Sectio Caesarea berasal dari bahasa latin caedere yang

artinya memotong. Pengertianinisemula di jumpai dalam Roman Law

(LexRegia) dan emperor’s law (Lex Caesarea) yaitu undang-undang yang

menghendaki supaya janin dalam kandunganibu yang meninggal harus

dikeluarkan dari dalam rahim. Sectio caesarea merupakan prosedur

pembedahan, dimana dilakukan pembedahan dibagian abdomen dan uterus

untuk mengeluarkan bayi (Yaeni, 2013). Sectio caesarea adalah suatu

persalinan buatan, dimana janin dilahirkan melalui suatu insisi pada

dinding perut dan dinding syaraf rahim dalam keadaan utuh serta berat

janin diatas 500 gram (Aprina, 2015).

Persalinan sectio caesarea (SC) adalah persalinan buatan dimana

janin dilahirkan melalui suatu insisi pada dinding perut dan dinding rahim

dengan saraf rahim dalam keadaan utuh serta beratd iatas 500 gr

(Yaeni,2013).Sectio caesarea adalah suatu cara melahirkan janin dengan

membuat sayatan pada dinding uterus melalui dinding depan perutatau

vagina; atau section caesarea adalah histerektomi untuk janin dalam

rahim. Tetapi tindakan SC ini mempunyai akibat buruk pada ibu, antara

lain: infeksi, perdarahan, luka pada kandung kemih (Yaeni 2013).

9
10

Tindakan sectio caesarea dapat menyebabkan dan mengakibatkan

terjadinya perubahan kontuniutas jaringan karena adanya pembedahan

(Sestu, 2017). Rasa sakit atau nyeri yang masih terasa 2-3 hari setelah

sectio caesarea umumnya membuat ibu enggan menggerakkan badan.

Sectio caesarea sering menimbulkan ketidakmandirian dari pasien itu

sendiri. Karena sakit yang ditimbulkan setelah operasi, pasien merasa

lemah hal inilah yang menyebabkan mobilisasi dini ibu kurang baik

sehingga ibu susah untuk menyusui (Sestu, 2017).

2.1.2 Klasifikasi Sectio Caesarea

Menurut (Purwoastuti, 2015) klasifikasi Sectio Caesarea merujuk

pada insisi uterus yang digunakan. Walaupun terdapat tiga tipe bentuk insisi,

insisi melintang pada segmen bawah uterus merupakan insisi yang menjadi

pilihan utama. Tipe pelahirannya meliputi sectio caesarea klasik, yaitu

suatu insisi tegak lurus dibuat pada segmen bawah uterus. Hanya dua tipe

yang paling umum dilakukan yang dibahas dibawah ini.

a. Persalinan Sectio Melintang (Segmen-Bawah)

Pelahiran caesarea melintang atau segmen bawah merupakan

pelahiran caesarea yang pada umumnya dipilih karena berbagai alasan.

Karena insisi dibuat pada segmen bawah uterus yang merupakan bagian

paling tipis dengan aktivitas uterus paling sedikit, maka pada tipe insisi

ini kehilangan darah minimal. Area ini lebih mudah mengalami

pemulihan dan mengurangi kemugkinan terjadinya ruptur jaringan perut


11

pada kehamilan berikutnya. Selain itu juga isidensi peritonitis, ileus

paralis, dan perletakan usus lebih rendah.

Insisi awal (membuka rongga abdomen) dibuat secara melintang

melalui daerah peritoneum uterus, yang menempel dengan kendur tepat

diatas kandung kemih. Lipatan peritoneum bawah dan kandung kemih

dipisahkan dari uterus dan otot-otot uterus di insisi secara tegak lurus

ataupun secara melintang. Selaput ketuban dipecahkan, dan janin

dilahirkan. Plasenta dikeluarkan dan pemberian oksitosin melalui

intravena dilakukan untuk membuat uterus berkontraksi. Insisi uterus di

jahit dalam dua lapisan, dengan lapisan kedua bertumpang tindih denga

lapisan pertama.

Susunan kedua lipatan penutup ini menutup rapat insisi uterus dan

diyakini untuk mencegah lokea masuk kedalam rongga peritoneum.

Kemudian daerah peritoneum viseral dirapatkan kembali dengan satu

lapis jahitan kontinu menggunakan benang jahit yang dapat diserap.

Rongga abdomen dibersihkan dari tampon lavase dengan menggunakan

salin normal dilakukan untuk mengurangi infeksi pasca bedah dan

kemudian abdomen ditutup dengan jahitan lapis demi lapis.

b. Caesarea Klasik

Sebuah insisi tegak lurus dibuat lansung pada dinding korpus

uterus. Janin dan plasenta dikeluarkan dan insisi ditutup dengan tiga

lapisan jahitan menggunakan benang yang dapat diserap. Tindakan ini

dilakukan dengan menembus lapisan uterus yang paling tebal pada


12

korpus uterus. Hal ini terutama bermanfaat ketika kandung kemih dan

segmen bawah mengalami perlekatan yang ekstensif akibat sectio

caesarea sebelumnya. Kadang kala tindakan ini dipilih saat janin pada

posisi melintang atau pada kasus plasenta previa anterior.

Karena caesarea klasik lebih ekstensif yang memberikan akses

cepat pada janin, metode ini merupakan metode pilihan ketika terjadi

perdarahan akut atau pada situasi darurat lainnya pada saat waktu

sangat penting dan kehidupan wanita dan janin terancam. Lima kondisi

lain yang juga memerlukan insisi klasik :

1) Janin preterm kurang dari 34 minggu dengan presentasi bokong,

karena segmen bawah masih belum terbentuk secara adekuat dan

insisi melintang mungkin terlalu sempit untuk melakukan

pelahiran janin tanpa menimbulkan trauma.

2) Akses ke segmen bawah uterus terhambat karena adanya jaringan

fibrosa.

3) Akan dilakukan tindakan histerektomi segera setelah sectio

caesarea

4) Sectio caesarea postmortem dalam usaha untuk menyelamatkan

janin yang hidup dari seorang ibu yang meninggal.

5) Terdapat nya kanker serviks invasive.


13

2.1.3Komplikasi

Menurut(Chandranita, 2013) menyatakan bahwa

komplikasisectiocesarea adalah:

1. Komplikasi pada ibu

a. Perdarahan

Atonia uteri (sumber perdarahan berasal dari implantasi

plasenta), robekan jalan lahir (ruptur uteri, robekan serviks,robekan

forniks (kolpoporeksis), robekan vagina, robekan perineum,dan

perforasi- kuretase dapat menimbulkan perdarahan ringan sampai

berat, perdarahan karena mola hidatidosa/ koreo karsinoma.

Gangguan pembekuan darah seperti kematian janin dalam rahim

melebihi 6 minggu, pada solusio plasenta, dan emboli air ketuban.

Dan retensio plasenta yaitu gangguan pelepasan plasenta

meimbulkan perdarahan dari tempat implantasi plasenta.

b. Infeksi

Infeksi dapat disebabkan oleh beberapa hal yaitu suatu

keadaaan umum yang buruk seperti anemia saat hamil, sudah

terdapat manipulasi intrauterin, sudah terdapat infeksi. Perlukaan

operasi yang menjadi jalan masuk bakteri, terdapat retensio plasenta

dan pelaksanaan operasi persalinan yang kurang legeartis.

c. Trauma tindakan operasi persalinan

Operasi merupakan tindakan paska pertolongan

persalinan sehingga menimbulkan trauma jalan lahir. Trauma


14

operasi persalinan meliputi perluasan luka episiotomi, perlukaan

pada vagina, perlukaan pada serviks, perlukaan pada forniks-

kolpoporeksis, terjadi rupur uteri lengkap atau tidak lengkap, terjadi

fistula dan inkontinensia. Dan juga dengan atonia uteri, retensio

plasenta,dan robekan jalan lahir karena trauma persalinan

menimbulkan perdarahan.

2.Komplikasi pada bayi

a. Afiksia : tekanan langsung pada kepala menekan pusat – pusat

vital pada medula oblongata. Aspirasi air ketuban, mekoneum,

cairan lambung,. Perdarahan atau edema jaringan saraf pusat.

b. Trauma langsung pada bayi yaitu fraktur ekstermitas, dislokasi

persendian, paralis Erb, ruptura alat vital (hati atau lien bayi,

robekan pada usus), fraktura tulang kepala bayi, perdarahan

atau edema jaringan otak, trauma langsung pada mata, telinga,

hidung, dan lainnya.

2. 1.4. Indikasi Sectio Caesarea

Dokter kebidanan akan menyarankan bedah caesarea ketika

proses kelahiran melalui vagina kemungkinan akan menyebabkan

risiko kepada sang ibu atau si bayi. Menurut (Purwoastuti, 2015) hal –

hal lain yang menjadi pertimbangan disarankannya sectio caesarea

yaitu sebagai berikut:

a. proses persalinan normal yang lama atau kegagalan proses

persalinan normal.
15

b. Detak jantung janin janin terlambat

c. Adanya kelelahan persalinan

d. Komplikasi pre- eklamsia

e. Sang ibu menderita herpes

f. Putusnya tali pusat

g. Risiko luka parah pada rahim

h. Persalinan kembar (masih dalam kontroversi)

i. Bayi dalam posisi sungsang atau meyamping

j. Kegagalan persalinan dengan induksi

k. Kegagalan persalinan dengan alat bantu (forceps atau ventouse)

l. Bayi besar

m. Masalah plasenta seperti plasenta seperti plasenta previa.

n. Kontraksi pada pinggul

o. Sebelumnya pernah menjalani sectio cesarea

p. CPD atau cephalo pelvic disproportion (proporsi panggul dan

kepala bayi yang tidak pas, sehingga persalinan terhambat).

q. Kepala bayi jauh lebih besar dari ukuran normal (hidrosefalus).

r. Ibu menderita hipertensi (penyakit darah tinggi).

2.1.5 Operasi Terencana dan Darurat

Untuk dilakukan seksio kaesaria dapat dilakukan dengan dua

proses yaitu dengan operasi terencana dan operasi darurat, menurut

(Purwoastuti, 2015) :
16

a. Operasi Terencana (Elektif)

Pada operasi sesar terencana (elektif), operasi kaesarea telah

direncanakan jauh hari sebelum jadwal melahirkan dengan

mempertimbangkan keselamatan ibu maupun janin. Beberapa keadaan

yang menjadi pertimbangan untuk melakukan operasi sectio caesarea

elektif seperti janin dengan presentasi bokong, kehamilan kembar,

plasenta previa, masalah kesehatan ibu, masalah kesehatan janin.

b. Operasi Darurat (Emergensi)

Operasi sesar darurat adalah jika operasi dilakukan ketika proses

persalinan telah berlangsung. Hal ini terpaksa dilakukan karena ada

masalah pada ibu maupun janin. Beberapa keadaan yang memaksa

terjadinya operasi sectio caesarea darurat yaitu seperti persalinan

macet, prolaps tali pusat, perdarahan, stres janin berat. Menurut

(Johnson,2014) selama periode paska persalinan, ibu akan mengalami

sejumlah perubahan fisiologis sistem reproduksi seperti involusi

uterus, serviks, vagina, perenium dan psikologis ketika tubuh kembali

ke keadaan sebelum hamil.

2. 2 Penurunan Tinggi Fundus Uteri

2.2.1 Definisi

Involusi adalah mengecilnya ukuran uterus setelah melahirkan, dan

uterus kembali ke keadaannya sebelum kehamilan. Proses involusi dimulai

segera setelah kelahiran plasenta (Johnson, 2014). Involusiadalah


17

suatuproses kembalinya uterus padakondisisebelumhamil. Denganinvolusi

uterus ini, lapisanluardaridesidua yang

mengelilingisitusplasentaakanmenjadi neurotic (Seniorita,2017).

Involusi uterus atau pengerutan uterus adalah suatu proses dimana

uterus kembali ke kondisi sebelum hamil dengan bobot 60 gram. Tinggi

fundus uteri diukurdarisymphisis pubis sampaike fundus uteri. Dalamwaktu

2-4 jam setelahpersalinan, tinggi fundus uteri meningkatmenjadi 2 cm

diataspusat (12 cm diatassymphisis pubis), selanjutnyatinggi fundus uteri

menurun 1 cm (1 jari) setiaphari. Padahariketujuhpascapersalinanmenjadi 5

cm diatassymphisis pubis. Padaharikeduabelaspascabersalintinggi fundus

uteri tidakdapatdirabalagimelaluidindingperut (Hindriati, 2014).

Ketika urat otot uterin berkontraksi maka akan menekan pembuluh

darah dan mengontrol perdarahan. Oksitosin dilepaskan dari kelenjar

pituitari untuk memperkuat dan mengkoordinasikan kontraksi uterin. Sangat

penting untuk memonitor ibu selama 1-2 jam paska melahirkan untuk

mendeteksi tanda perdarahan dan mencegah syok hipovolemik. Ukuran dan

berat uterus mengalami penyusustan dengan cepat. Diawal kala keempat

persalinan, uterus berada di tengah dan dapat dipalpasi di tengah antara

simfisis pubis dan pusat. Bobot uterus sekitar 0.9 kg sesaat setelah kelahiran

(Wahyu,2014).

Melalui proses katabolisme sel, ukuran sel individu dalam uterus

berkurang, menyebabkan penyusutan ukuran uterus. Dalam waktu 12 jam

setelah melahirkan, fundus berada sekitar 1 cm di atas pusar dan terus turun
18

hingga 1 cm atau satu buku jari setiap harinya. Selama seminggu pertama,

berat uterus berkurang separuhnya dan 2 minggu paska melahirkan bobot

uterus menjadi 12 0ns. Area plasenta pulih melalui proses eksfoliasi yang

menyisakan garis goresan jaringan uterin. Periode 6 minggu paska

melahirkan diperlukan untuk pemulihan kembali ke bentuk awal uterin

secara menyeluruh (Wahyu,2014).

Tabel 2.1 Tinggi Fundus Uterus dan Berat Uterus menurut masa involusi yaitu :
Tinggi Fundus Diameter
Invulusi Uterus Berat Uterus
Uteri Uterus
Plasenta lahir Setinggi pusat 1000 gram 12,5 cm

7 hari (minggu 1) Pertengahan pusat 500 gram 7,5 cm


dan simphisis
14 hari (minggu 2) Tidak teraba 350 gram 5 cm
6 minggu Normal 60 gram 2,5 cm
Sumber : (Elisabeth, 2017)

Pada pemeriksaanbimanual di temukan uterus lebih besar dan lebih

lembek dari seharusnya, fundus masih tinggi, lochea banyak dan berbau,

dan tidak jarang terdapat perdarahan (Martini, 2014). Atonia Uteri

didenfinisikan sebagai suatu kondisi kegagalan uterus dalam berkontraksi

dengan baik setelah persalinan,

sehinggasisadarahtidakdapatdikeluarkandanmenyebabkaninfeksi (Johnson,

2014).

Involusi uterus melibatkan reorganisasi dan penanggalan decidua/

endometrium dan pengelupasan lapisan pada tempat implantasi plasenta

sebgai tanda penurunan ukuran dan berat serta perubahan tempat uterus,
19

warna dan jumlah lochea. Dengan adanya involusi uterus, maka lapisan luar

dari decidua yang mengelilingi situs plasenta akan menjadi nekrotik.

Decidua yang mati akan keluar bersama dengan sisa cairan. Campuran

antara darah dan decidua tersebut dinamakan Lokea, yang biasanya

berwarna merah muda atau putih pucat (Wahyu,2013).

Lokea adalah ekskresi cairan rahim selama masa nifas dan

mempunyai reaksi bassa/alkalis yang dapat membuat organisme

berkembang lebih cepat dari kondisi asam yang ada pada vagina normal.

Lokeamempunyaibau yang amis (anyir)

meskipuntidakterlalumenyengatdanvolumenyaberbeda-

bedapadasetiapwanita. Lokea merupakan rabas vagina yang terjadi setelah

pelahiran. Lokea mengandung darah dan jaringan lapisan uterus yang

terlepas dan seharusnya dalam berjumlah sedang (Mary,2015).

Aliran lokea hanya sedikit di pasca melahirkan pada kelahiran

kaesarea, keluaran lokea meningkat pada saat menyusui dan berjalan

(Johnson, 2014). Bilaterjadiinfeksi, akankeluarcairannanahberbaubusuk

yang disebutdengan “locheapurulenta”. Pengeluaran lokea yang

tidaklancardisebutdengan “locheastatis” (Seniorita, 2017).


20

Gambar 2.1 Panduanuntukmemeriksajumlahlokeapadapembalut

Sumber : Johnson, 2014

Tabel 2.2Karakteristik-karakteristik Lokea terbagi menjadi 3 tahap


yaitu :
Tahapan
Waktu Normal Abnormal
Lokea
Rubra 1-3 hari Aliran merah sebagian besar Bau amis, gumpalan
darah, gumpalan-gumpalan besar, jumlah keluaran
kecil, bau amis. memenuhi pembalut.
Serosa 4-10 hari Keluarnya serum, merah Keluarnya terus
muda karena berisi darah menerus, berwarna
segar dan sisa-sisa selaput merah,
ketuban atau kecoklatan, kering,berlebihan, bau
berair, aliran berkurang. amis.

Alba 11-6 Krem-keputihan, kuning Pengulangan lokea


minggu ringan, jumlah menurun. rubra, berlanjut lokea
serosa, bau amis.
Sumber : (Joynson, 2014)

2.2.2. Proses Involusi Uterus

Menurut (Wahyu,2013) Proses Involusi Uterus terbagi mejadi 3 yaitu

sebagai berikut

1. Iskemia Miometrium

Disebabkan oleh kontraksi dan retraksi yang terus menerus dari


21

uterus setelah pengeluaran plasenta membuat uterus relative anemi dan

menyebabkan serat otot atrofi.

2. Autolysis

Autolysis adalah proses penghancuran diri sendiri yang terjadi

didalam otot uterine. Enzim proteolitik akan memendekkan jaringan

otot yang telah sempat mengendur hingga 10 kali panjangnya dari

semula dan 5 kali lebar dari semula selama kehamilan atau dapat juga

juga dikatakan sebagai pengrusakan secara langsung jaringan hipertropi

yang berlebihan, hal ini disebabkan karena penurunan hormon estrogen

dan progesteron.

3. Efek Oksitosin

Oksitosin menyebabkan terjadinya kontraksi dan retraksi otot

uterin sehingga akan menekan pembuluh darah yang mengakibatkan

berkurangnya suplai darah ke uterus. Proses ini membantu untuk

mengurangi situs atau tempat implantasi plasenta serta mengurangi

perdarahan.

2.2.3. Faktor-faktor yang mempengaruhi involusi uterus

Proses involusi dapat terjadi secara cepat atau lambat, menurut (Elisabeth,

2017) faktor yang mempengaruhi involusi uterus antara lain :

1. Mobilisasi

Merupakan suatu gerakan yang dilakukan untuk merubah posisi

semula ibu dari berbaring, miring kanan-kiri, duduk sampai berdiri

sendiri setelah beberapa jam melahirkan. Dengan adanya mobilisasi


22

dini kontraksi uterus akan baik sehingga fundus uteri keras, maka risiko

perdarahan yang abnormal dapat dihindarkan karena kontraksi

membentuk penyempitan pembuluh darah yang terbuka. Tujuannya

yaitu mempelancarkan pengeluaran lokea (sisa darah nifas),

mempelnacar sirkulasi draah dan mempercepat involusi uterus.

2. Usia

Ibu yang usianya lebih tua banyak dipengaruhioleh proses penuaan

dimana, mengalami perubahan metabolisme yaitu terjadi peningkatan

jumlah lemak, penurunan otot, penurunan penyerapan lemak, protein

dan karbohidrat dan hal ini akanmenghambat involusi uterus.

3. paritas

Ibu yang paritasnya tinggi proses involusinya menjadi lebih

lambat,karena makin sering hamil uterus maka akan sering mengalami

regangan.

4. Laktasi/ menyusui

Menyusui adalah adanya rangsangan psikis dan juga reflek dari

mata ibu ke otak yang mengakibatkan pengeluaran oksitosin sehingga

uterus akan berkontraksi lebih baik dan pengeluaran lokea lebih lancar.

5. Status Gizi

Status gizi adalah tingkat kecukupan gizi seseorang yang sesuai

dengan jenis kelamin dan usia. Status gizi yang kurang pada ibu paska

melahirkan maka pertahanan pada dasar ligamentum latum yang terdiri

dari kelompok infiltrasi sel-sel bulat yang disamping mengadakan


23

pertahanan terhadap penyembuhan kuman bermanfaat pula untuk

menghilangkan jaringan nefrotik, pada ibu paska melahirkan dengan

status gizi yang baik akan mampu menghindari serangan kuman

sehingga tidak terjadi infeksi dalam massa nifas dan mempercepat

proses involusi uterus.

2.3 Konsep Laktasi

2.3.1. definisi

Sejakkehamilanmudasudahterdapatpersiapan-

persiapanpadamammaeuntukmenghadapimasalaktasi (menyusui).

Setelahpersalinan, pengaruhpenekanandari estrogen

danprogesteronterhadapsimfisishilang. Hipofisismengeluarkanoksitosin yang

merangsangpengeluaran ASI. Umumnyaproduksi ASI berlangsungpadaharike

2-3 pascabersalin (Hindriati, 2014).

Isapanbayimenyebabkan ASI keluar, proses

terjadipadawaktubayimenghisap, otot-

ototpolospadaputingsusuteregangdanterangsang,

rangsanganiniditeruskankeotakolehsaraf.

Kemudianotakmemerintahkankelenjarhipofisebagianbelakangmengeluarkanhor

monoksitosin yang dibawakeotot-ototpadamamae, sehinggaotot-

ototpolospadamammaeberkontraksi. Adanyakontraksiotot-ototpolostersebut,

ASI dikeluarkandandidalamselaciniterjadiproduksi ASI lagi.

Hormonoksitosintersebutbukansajamempengaruhiotot-
24

ototpolospadamammaetetapijugamempengaruhiotot-

ototpolospadauterisehinggaberkontraksilebihbaiksehinggainvolusiuterilebihcep

atdanpengeluaran lokea lebihlancar (Hindriati, 2014).

Ibu yang melahirkan dengan cara sectio caesareaseringkali sulit

menyusui bayinya segera setelah ia lahir. Teutama jika ibu diberikan anestesi

umum. Ibu relatif tidak sadar untuk dapat mengurus bayinya di jam pertama

setelah bayi lahir. Kondisi luka operasi dibagian perut relatif membuat proses

menyusui terhambat. Sementara itu bayi mungkin mengantuk dan tidak

responsif untuk menyusu, terutama jika ibu mendapatkan obat-obatan

penghilang sakit sebelum operasi.meskipun demikian, menyusui sesering

mungkin setelah proses kelahiran dengan caesarea akan meminimalisasi

masalah-masalah tersebut. Bahkan beberapa ibu yang melahirkan dengan

caesarea memiliki produksi ASI yang berlimpah.

2.3.2 Anatomi dan Fisiologis payudara

1. Anatomi payudara

Secara ventrikel payudara terletak di antara kosta II dan IV, secara

horizontal mulai dari pinggir sternum sampai linea aksilaris medialis.

Kelenjar susu berada di jaringan subkutan, tepatnya diantara jaringan sub

kutan superficial dan profundus yang menutupi muskulus pectoralis mayor.

Menurut (Wahyu, 2013) ada dua bagian utama payudara, yaitu :

a. Kalang Payudara (Areola mamae)

Letaknya mengelilingi puting susu dan berwarna kegelapan yang

disebabkan oleh penipisan dan penimbunan pigmen pada kulitnya.


25

Perubahan warna ini tergantung dari corak kulit dan adanya kehamilan.

Pada wanita yang corak kulitnya kuning langsat akan berwarna jingga

kemerahan, bila kulitnya kehitaman maka warnanya lebih gelap. Selama

kehamilan warna akan menjadi lebih gelap dan warna ini akan menetap

untuk selanjutnya, jadi tidak kembali lagi seperti warna asli semula.Pada

daerah ini akan didapatkan kelenjar keringat, kelenjar lemak dari

montgomery yang membentuk tuberkel dan akan membesar selama

kehamilan. Kelenjar lemak ini akan menghasilkan suatu bahan dan dapat

melicinkan kalang payudara selama menyusui. Dikalang payudara terdapat

duktus laktiferus yang merupakan tempat penampungan air susu.

b. Puting Susu

Terletak setinggi interkosta IV, tetapi terhubung adanya variasi

bentuk dan ukuran payudara maka letaknya akan bervariasi. Pada tempat

ini terdapat lubang-lubang kecil yang merupakan muara dari duktus

laktiferus, ujung-ujung serat saraf, pembuluh darah, pembuluh getah

bening, serat-serat otot-otot polos yang tersususn secara sirkuler sehingga

bila ada kontraksi maka duktus laktiferus akan memadat dan menyebabkan

putting susu ereksi, sedangkan serat-serat otot yang longitudinal akan

menarik kembali putting susu tersebut. Payudara terdiri dari 15-25 lobus.

Masing-masing lobus terdiri dari 20-40 lobulus. Selanjutnya masing-

masing lobulus terdiri dari 10-100 alveoli dan masing-masing

dihubungkan dengan saluran air susu (sistem duktus) sehingga merupakan

suatu pohon.
26

2. Fisiologi Payudara

Pengeluaran ASI merupakan suatu interaksi yang sangat komplek

antara rangsangan meknaik, saraf dan bermacam-macam hormon. Menurut

(Wahyu,2013) pengaturan hormon terhadap pengeluaran ASI dapat

dibedakan menjadi 3 bagian, yaitu :

a. Pembentukan kelenjar payudara

1) masa kehamilan

Pada permulaan kehamilan terjadi peningkatan yang jelas dari

duktus yang baru, percabangan dan lobulus, yang dipengaruhi oleh

hormon-hormon plasenta da korpus luteum. Hormon-hormon yang

ikut membantu mempercepat pertumbuhan adalah prolaktin,

laktogen, plasenta, karionik gonadotropin, insulin,kortisol, hormo

tiroid, hormon paratiroid, hormon petumbuhan.

2) Pada tiga bulan Kehamilan

Prolaktin dari adenohipofise/hipofise anterior mulai

merangsang kelenjar ais susu untuk menghasilkan air susu yang

disebut kolostrum. Pada maa ini pengeluaran kolostrum masih

dihambat oleh estrogen dan progesteron, tetapi jumlah prolaktin

meningkat hanya aktifitas dalam pembuatan kolostrum yang ditekan.

3) Pada Trimester kedua kehamilan

Laktogen plasenta mulai merangsang untuk pembutan kolostrum.

Keaktifan dari rangsangan hormon-hormon terhadap pengeluaran air

susu telah didemonstrasikan kebenarannya bahwa seorang ibu yang


27

melahirkan bayi berumur 4 bulan dimana bayinya meninggal, tetap

keluar kolostrum.

b. Pembentukan Air Susu

Dua reflek pada ibu yang sangat penting dalam proses laktasi yaitu

reflek prolaktin dan reflek aliran timbul akibat perangsangan puting

susu oleh isapan bayi.

1) Reflek Prolaktin

Sewaktu bayi menyusu, ujunga saraf peraba yang terdapat

pada puting susu terangsang. Rangsangan tersebut oleh serabut

afferent dibawa ke hipotalamus, lalu memacu hipofise anterior untuk

mengeluarkan hormon prolaktin ke dalam darah. Melalui sirkulasi

prolaktin memacu sel kelenjar (alveoli) untuk memproduksi air susu.

Jumlah prolaktin yang disekresi dan jumlah susu yang diproduksi

berkaitan dengan stimulus isapan, yaitu frekuensi, intensitas dan

lamanya bayi menghisap (Elisabeth, 2017).

2) Reflek Letdown

Bersama dengan pembentukan prolaktin oleh hipofise

anterios, rangsangan yang berasal dari isapan bayi ada yang

dilanjutkan ke hipofise posterior (neurohipofise) yang kemudian

dikeluarkan oksitosin. Melalui aliran darah, hormone ini diangkat

menuju uterus yang dapat menimbulkan kontraksi pada uterus

sehingga terjadi involusi dari organ tersebut. Kontraksi dari sel akan

memeras air susu yang telah terbuat keluar dari alveoli dan masuk ke
28

system duktus dan selanjutnya mengalir melalui duktus lactferus

masuk ke mulut bayi. Faktor-faktor yang meningkatkan let down

adalah melihat bayi, mendengarkan suara bayi, mencium bayi,

memikirkan untuk menyusui bayi. Dan yang menhambatnya adalah

keadaan bingung/pikiran kacau, takut dan cemas.

c. Pemeliharaan Pengeluaran Air Susu

Hubungan yang utuh antara hipotalamus dan hipofise akan

mengatur kadar prolaktin dan oksitosin dalam darah. Bila susu tidak

dikeluarkan akan mengakibatkan berkurangnya sirkulasi darah kapiler

yang menyebabkan terlambatnya proses menyusui. Berkurangnya

rangsangan menyusui oleh bayi misalya kekuatan isapan yang kurang,

frekuensi isapan yang kurang dan singkatnya waktu menyusui ini

berarti pelepasan prolaktin yang cukup untuk mempertahankan

pengeluaran air susu mulai sejak minggu pertama kelahiran.

2.3.3 Komposisi ASI

Menurut (Monika,2014) ASI berkembang secara bertahap yaitu sebagai

berikut:

a. Kolostrum

Kolostrum mengandung sejumlah besar antibodi yang disebut

imunoglobulin (kelompok protein yang memberikan kekebalan tubuh

terhadap penyakit). Imunogobulin dalam kolostrum ada tiga macam, yaitu

IgA (Imunoglobulin A), IgG (Imunoglobulin G), dan IgM (Imunoglobulin

M). Diantara ketiganya, IgA adalah yang kkonsentransinya tertinggi. IgA ini
29

yang melindungi bayi dari serangan kuman didaerah membran mukus

tenggorokan, paru-paru, juga melindungi sistem pencernaan bayi, termaksud

usus. Selain antibodi, kolostrum juga kaya leukosit (sel darah putih yang

bertugas menghancurkan bakteri jahat dan virus) yaitu sekitar 70 %.

Kolostrum / ASI hari pertama adalah cairan berwarna kuning

keemasan/jingga yang mengandung nutrisi dengan konsentrasi tinggi.

Kolostrum selain memberikan perlindungan pada bayi terhadap berbeagai

penyakit infeksi, juga memiliki efek laksatif (pencahar) yang dapat

membantu bayi mengeluarkan feses/tinja pertama (mekonium) dari sistem

pencernaannya sehingga bayi terlindungi dari penyakit kuning.

b. ASI Transisi

Kolostrum berubah menjadi ASI transisi sekitar 4-6 hari setelah

kelahiran bayi. Selama proses transisi ini, kandungan antibodi dalam ASI

menurun dan volume ASI meningkat drastis. Berbeda dengan kolostrum

yang produksinya dipengaruhi oleh hormon, produksi ASI transisi

dipengaruhi oleh proses persalinan versus permintaan. Oleh karena itu,

menyusui dengan lebih sering, sekitar 8-12 kali /hari pada awal-awal

kelahiran bayi sangat penting. Selain mengandung 10 % leukosit, ASI

transisi juga mengandung lemak yang tinggi yang berguna untuk

pertumbuhan, perkembangan otak, mengatur kadar gula darah dan

memenuhi kebutuhan nutrisi bayi.

c. ASI Matur /Matang

ASI transsisi kemudian berubah menjadi ASI matang sekitar 10 hari


30

sampai 2 minggu setelah kelahiran bayi. ASI matang mengandung 10 %

leukosit. Dibandingkan dengan kolostrum, ASI matang memiliki kandungan

natrium, potasiu, protein, vitamin larut lemak,dan mineral yang lebih

rendah.

2.3.4 Manfaat pemberian asi

Menyusui dapat memberi manfaat bagi kesehatan fisik dan psikologis ibu,

baik jangka pendek maupun panjang, menurut (Elisabeth,2017) manfaat

pemberian air susu ibu adalah sebagai berikut:

a. Bagi Bayi :

Manfaat ASI untuk bayi yaitu dapat membantu kehidupannya

dengan baik, mengandung antibodi, mengandung komposisi yang tepat,

mengurangi kejadian karies dentis, memberi rasa nyaman dan aman pada

bayi dan juga adanya ikatan antara kasih sayang, dapat terhindar dari alergi,

membantu perkembangan rahang dan merangsang pertumbuhan gigi karena

gerakan menghisap, dan juga dapat meningkatkan kecerdasan bayi.

b. Bagi Ibu

Manfaat pemberian air susu terhadap ibu adalah sebagai aspek

kontrasepsi, dapat meningkatkan kesehatan ibu, dapat membantu involusi

uterus dan mencegah terjadinyaperdarahan paska persalinan, dapat dijadikan

aspek penurunan berat badan, dan juga aspek psikologis yaitu ibu merasa

bangga dan merasa diperlukan.

c. Bagi Keluarga
31

Dapat menghemat pengeluaran ekonomi, ASI tidak perlu dibelik

dan penghematan juga disebabkan karena bayi yang mendapat ASI lebih

jarang sakit sehingga mengurangi biaya berobat. Menyusui sangat praktis,

karena dapat diberikan dimana saja dan kapan saja.

d. Bagi Negara

Menurunkan angka kesakitan dan kematian bayi, menghemat

devisa negara, mengurangi subsidi untuk rumah sakit, dan dapat

meningkatkan kualitas generasi penerus.

Menurut (Monika,2014) manfaat Pemberian ASI adalah sebagai berikut :

a. Manfaat bagi bayi :

1) Dapat terlindungi dari penyakit sepsis/infeksi dalam darah yang

menyebabkan kegagalan fungsi organ tubuh hingga kematian.

2) Dapat mengurangi risiko bayi kekurangan gizi.

3) Selalu tersedia dalam keadaan bersih dari payudara ibu.

4) Selalu tersedia kapan pun dan dengan suhu yang tepat.

5) Mudah dicerna dan diserap oleh tubuh bayi.

6) Dapat membantu perkembangangigi dan rahang bayi karena bayi

mengisap ASI dari payudara.

7) Kontak kulit dengan kulit (skin to skin contact) antara bayi dan ibu saat

menyusui menciptakan kedekatan/ikatan,serta perkembangan

psikomotorik dan sosial yang lebih baik.

b. Manfaat ASI bagi ibu


32

1) Mengurangi perdarahan pasca persalinan.

2) Mempercepat bentuk rahim kembali ke keadaan sebelum hamil.

3) Mengurangi risiko terkena kanker payudara, kanker indung telur,dan

kanker endometrium.

4) Mengurangi risiko terkena penyakit diabetes.

5) Mengurangi risiko terkena keropos tulang/osteoporosis.

6) Menjadi metode kontrasepsi yang paling aman dan efektif

7) Mengurangi risiko kegemukan (obesitas) dan lebih cepat mengembalikan

berat badan seperti sebelum hamil.

2.3.5. Mekanisme Menyusui

Menurut (Wahyu,2013) mekanisme menyusui adalah sebagai berikut :

a. Reflek mencari (Rooting Reflex)

Payudara ibu yang menempel pada pipi atau daerah sekeliling mulut

merupakan rangsangan yang menimbulkan reflek mencari pada bayi. Ini

mnenyebabkan kepala bayi berputar menuju putting susu yang menempel

tadi diikuti dengan membuka mulut dan kemudian putting ditarik mesuk

kedalam mulut.

b. Reflek menghisap (Sucking Reflex)

Putting yang sudah masuk kedalam mulut dengan bantuan lidah, putting

sus ditarik lebih jauh dan rahang menekan kalang payudara dibelakang

putting susu yang pada saat itu sudah terletak pada langit-langit keras.

c. Reflek Menelan ( swallowing reflex )

Pada saat air susu keluar dari putting susu, akan disusul dengan gerakan
33

menghisap yang ditimbulkan oleh otot-otot pipi, sehingga pengeluaran air

susu akan bertambah dan diteruskan dengan mekanisme menelan masuk ke

lambung.

2.3.6. Menejemen Laktasi

Menurut (Monika,2013) menejemn lakatasi adalah sebagai berikut :

1. Posisi Menyusui

Bagi ibu yang melahirkan, persiapan sebelum menyusui adalah hal

yang sangat penting. Perhatikan situasi di tempat menyusui, apakah ibu

sudah duduk/berbaring dengan nyaman dan rileks? Apakah penyangga

leher, punggung, pinggang, seperti bantal sudah tersedia? Bila ibu menyusui

dengan posisi duduk, apakah kaki ibu menapak pada bangku kecil ? Apakah

posisi lutut ibu lebih tinggi dari pinggul ibu? Karena bila posisi lutut ibu

lebih rendah dari pinggul, ibu perlu memajukan badan dan bersandar pada

badan bayi. Hal ini akan melelahkan ibu dan dan membuat ibu dan bayi

tidak nyaman.

Pada masa awal kelahiran bayi, beberapa ibu perlu menopang

payudaranya dengan tangan, terutama bagi ibu yang memiliki payudara

besar. Hal yang perlu diperhatikan adalah tidak menopang/ memegang

payudara terlalu dekat dengan puting. Usahakan menopang payudara di luar

areola. Jari tangan ibu membentuk huruf C atau U. Setelah ibu menopang

payudara beberapa saat dan bayi sudah menyusu dengan nyaman, ibu dapat

melepaskan topangan agar dapat menyusui lebih santai dan nyaman. Setelah

mengetahui cara menopang payudara dengan baik, selanjutnya ibu perlu


34

mempelajari posisi menyusui yang baik yaitu, kepala dan tubuh bayi berada

dalam satu garis lurus, seluruh badan bayi ditopang, terutama kepala,leher

dan punggung, kemudian memegang bayi harus dekat dengan ibu agar

proses kontak kulit ibu dengan kulit bayi dapat dimulai, kemudian dekatkan

bayi ke payudara dengan hidung bayi menghadap puting. Kemudian

tataplah bayi dengan peuh cinta, memberikan sepenuhnya perhatian pada

bayi sejak mulai menyusui.

Beberapa posisi menyusui yang umum dipilih oleh para ibu yaitu

seperti posisi mendekap (cradle position) atau posisi mendekap silang

(cross- cradle position) yang pada umumnya digunakan setelah beberapa

minggu kelahiran bayi. Posisi ini memberikan ibu keleluasaan dalam

mengontrol posisi badan ibu dan bayi. Kemudian posisi pencengkeram yaitu

posisi yang dapat dipilih oleh ibu yang melahirkan melalui seksio kaesarea

untuk mengurangi sentuhan dengan luka operasi (insisi). Posisi berbaring

miring (side-lying position) yaitu posisi yang sering digunakan terutama saat

menyusui pada malam hari atau saat ibu lelah dan ingin beristirahat. Posisi

bayi telungkup diatas badan, posisi ini sering disebut posisi IMD yaitu

digunakan pada awal kelahiran atau saat ibu sedang bermasalah deengan

pelekatan. Gravitasi membuat badan bayi menempel erat dengan badan ib.

Posisi ini juga bermanfaat bagi ibu yang memiliki payudara besar.

2 Pelekatan Menyusui

Agar mendapatkan ASI dari payudara, bayi harus melekat.

Semakin baik bayi melekat, semakin mudah bayi mendapatkan ASI. Ibu pun
35

akan terhindar dari nyeri putting dan masalah payudara lainnya. Kriterianya

keberhasilan dari pelekatan yaitu Areola bagian bawah masuk ke mulut

bayi, sedangkan areola bagian atas lebih banyak terlihat dibanding areola

bagian bawah. Bagi ibu yang memiliki areola kecil, ketika bayi

memasukkan payudara dengan baik, areola bisa tidak terlihat sama sekali,

mulut bayi terbuka lebar, bibir bawah terputar keluar, dan dagu menempel

pada payudara. (Monika, 2014).

Agar bayi membuka mulutnya dengan lebar, ibu dapat menggelitik

hidung, mulut atau dagu bayi dengan payudara/ puting sebagai rangsangan.

Ketika bayi sudah melekat pada payudara, tetapi ibu atau bayi tidak merasa

nyaman, maka ibu dapat melepaskan isapan bayi dengan menekan pelan

sambil menarik dagu bayi kebawah. Setelah bayi melepas payudara, proses

pelekatan dapat diulang kembali. Bila bayi mendapatkan ASI dengan baik,

tanda-tanda kecukupan ASI nya terpenuhi, dan ibu tidak merasakan nyeri,

maka posisi dan pelekatan sudah baik/tepat.

Tanda – tanda bayi menyusu dengan efektif yaitu apabila bayi

mengubah isapan pendek-pendek menjadi isapan yang lebih pelandan

dalam, ibu dapat merasakan refleks pengeluaran ASI, pipi bayi

menggembung dan tidak mengerut, telinga bayi bergerak – gerak,

menandakan bayi mengisap dengan kuat menggunakan otot rahang bagian

bawah dan otot- otot didepan telinga bayi, bayi tidak melepas payudara

sebentar – sebentar, ASI tidak mengalir keluar dari mulut bayi, payudara

bayi melembut selama proses menyusui, puting ibu tidak nyeri, tidak
36

berubah, bentuk seperti tertekan, serta tidak pucat ketika dilepas bayi, bayi

tampak puas, dan tanda – tanda kecukupan ASI bayi terpenuhi.

3 Tehnik Menyusui

a. Pemijatan payudara (breast massage)

Pijat payudara bila dilakukan sebelum menyusui/memerah dapat

membantu terjadinya refleks pengeluaran ASI. Selama payudara dipijat,

hormon oksitosin yang berfungsi mengeluarkan ASI akan meningkat dan

terjaga tinggi. Pijat payudara juga sangat penting dillakukan oleh para ibu

yang menjalani program relaktasi dan induksi laktasi yang

dikombinasikan dengan teknik relaksasi, seperti menarik nafas dalam dan

panjang serta dibantu dengan rangsangan visual dan audio. Pijat

payudara juga sangat berguna untuk mencegah beberapa masalah yang

berhubungan dengan payudara, seperti payudara bengkak, sumbatan

payudara, dan mastitits. Memijat payudara saat memerah membantu

pengosongan payudara menjadi lebih baik.

Pada bayi yang tidak sabar dengan aliran ASI yang pelan, atau bayi

yang cepat seklai tertidur saat mulai menyusui, pijat payudara adalah

tidakan yang diperlukan. Berdasarkan penelitian, pijat payudara juga

meningkatkan kandungan lemak dalam setiap menyusui/memerah yang

berguna untuk kenaikan berat badan bayi. Persiapan sebelum memijat

payudara yaitu mencuci tangan dengan air hangat, melilih tempat duduk

atau kasur yang nyaman, dan hindari pegolesan berbagai minyak pada

payudara karena dapat terjadi penolakan menyusui pada bayi.


37

Langkah – langkah memijat payudara adalah menggoyang –

goyangkan payudara dengan lembut, kemudian tangan ibu dapat

menopang payudara bagian bawah dan tangan yan lain melakukan

pijatan, memulai dari dada / ujung atas payudara. Dengan menggunakan

telapak tangan, tekan lembut dan buatlah pijatan melingkar dari dada

menuju puting.

b.Penekanan payudara (breast compression)

Pada prinsipnya, penekanan payudara mirip dengan pijat payudara.

Bedanya, penekanan dilakukan pada saat bayi sudah melekat, untuk

mengeluarkan ASI langsung ke mulut bayi (atau bila sedang memerah,

diarahkan ke wadah ASI perah). Tehnik ini dapat memicu refleks

pengeluaran ASI.

c.Pembentukan payudara menyerupai roti lapis

Tehnik ini dapat dilakukan untuk bayi yang mengalami kesulitan

melekat dengan dalam. Tehnik ini membantu bayi memasukkan bagian

payudara lebih banyak. Tehnik ini dapat juga digunakan untuk ibu yang

megalami pembengkakan payudara. Langkah – langkah nya yaitu dengan

melakukan tehnik menopang payudara membentuk huruf C sedikit di

area luar areola dengan menggunkan jari jempol dan jari telunjuk.

Letakkan jempol di bagian atas dekat areola dan telunjuk di bagian

bawah dekat areola. Teka seperti memerah payudara sehingga payudara

berbentuk seprti roti lapis. Dengan payudara seperti ini, rahang bawah

bayi akan lebih mudah mendapatkan payudara. Perhatikan kedua jari ibu
38

tidak sampai mengganggu mulut bayi untuk melekat. Ibu dapat melepas

setelah bayi melekat dengan baik dan menyusu dengan lancar.

4 Upaya Memperbanyak ASI

Menurut (Elisabeth,2017) upaya untuk memperbanyak ASI antara lain :

a. Pada minggu pertama harus lebih sering menyusui untuk merangsang

produksinya.

b. Berikan bayi kedua belah dada ibu tiap kali menyusui juga untuk

merangsang produksinya.

c. Biarkan bayi menghisap lama pada tiap buah dada. Makin banyak

isapan maka makin bayak rangsangannya.

d. Jangan terburu – buru untuk memberi susu formula bayi sebagai

tambahan. Karena perlahan – lahan ASI akan cukup diproduksi.

e. Ibu dianjurkan minum yang banyak (8-10 gelas/hari) baik berupa susu

maupun air putih, karena ASI yang diberikan pada bayi banyak

mengandung air.

f. Makanan ibu sehari –hari harus cukup dan berkualitas, baik untuk

menunjang pertumbuhan dan menjaga kesehatan bayinya. Ibu yang

sedang menyusui harus dapat tambahan energi, protein, vitamin dan

mineral.

g. Ibu harus banyak istirahat dan banyak tidur, keadaan tegang dan kurang

tidur dapat menurunkan produksi ASI.

h. Jika jumlah ASI yang diproduksi tidak cukup, maka dapat dicoba

dengan pemberian obat pada ibu, seperti tablet Moloco B12 untuk
39

menambah produksi ASI nya.

2.3.7 Tanda Bayi Cukup ASI

Menurut (Monika, 2014) tanda bayi cukup ASI adalah sebagai berikut:

a. Bayi kencing paling sedikit 6 kali dalam 24 jam dan warnanya kuning

cerah.

b. Bayi menyusui dengan durasi sekitar 20 menit dan 8-12 kali dalam 24 jam.

c. Bayi BAB (buang air besar) 3 kali dalam 24 jam dan berwarna kuning.

d. Berat badan bayi menurun sekitar 7 % pada minggu pertama.

e. Berat badan lahir bayi tercapai kembali 10-14 hari.

f. Paska menyusui, payudara ibu menjadi lebih lembut, bayi tampak puas,

kenyang, tidak rewel, tidur dengan nyenyak, serta aktif dan siaga pada saat

bangun.

2.3.8 Durasi Menyusui

Durasi menyusui pada bayi akan berubah seiring dnegan

perkembangannya. Menurut (Monika,2017) durasi menyusui adalah pada awal

kelahiran bayi sampai proses menyusui lancar, ibu disarankan untuk menyusui

bayi sebanyak 8-12 kali dalam 24 jam. Bayi menyusui sekitar 20 menit pada

tiap payudara. Bila bayi semakin besar dan semakin efektif, durasi menyusui

lebih pendek menjadi 10 menit atau lebih cepat. Bayi menyusui selama 20

menit di minggu pertama dan 5 menit pada usia 4 bulan. Membiarkan bayi

menyusui selama yang ia mau adalah salah satu cara untuk menjamin bahwa ia

mendapatkan ASI yang diperlukan. Pada menit pertama menyusui yang keluar

adalah ASI yang encer (susu depan/foremilk) yang bertugas untuk


40

menghilangkan rasa haus bayi. Menit berikutnya ASI berubah menjadi lebih

kental (susu belakang/hindmilk) yang mengandung lebih banyak lemak dan

gizi untuk mengenyangkan bayi. Saat bayi mendapatkan cukup susu, biasanya

bayi akan melepaskan payudara dengan sendirinya, atau jatuh tertidur. Tetapi

jika ibu merasa perlu mengehntikan bayi menyusui, pelan-pelan tekan puting

dengan jari kelingking untuk memotong hisapan bayi untuk menghindari

puting lecet (Endang,2015).

2. 4 Penelitian Terkait

Table 2.3Berikut ini adalah beberapa penelitian terkait dengan judul penelitian yang

diperoleh :

Peneliti Judul Metode Hasil

Friske Pengaruh Menyusui Penelitian 16 responden didapatkan 7


Wulan, Terhadap Penurunan ini responden (43,75%)
Tinggi Fundus merupakan menyusui
2010
penelitian
Uteri pada Ibu Post dengan kategori baik dan
studi
Partum Primigravida penurunan Tinggi Fundus
korelasional
di RSUD Uterinya normal. Sedangkan
3 responden
Dr. R. Sosodoro
Djatikoesoemo (18,75%) menyusui kategori
Bojonegoro kategori kurang mengalami
penurunan Tinggi Fundus
Uteri tidaknormal.
41

Siti HubunganPengetahuanI Metode Hasil penelitian terhadap 46


Maskana buTentang Cara penelitian respoden menunjukkan
h, 2012 Menyusui Yang yang pengetahuan buruk
digunakan
BenarDenganPerilakuM sebesar 56,52%, dan
adalah
enyusui pengetahuan baik 43,48%.
korelasi.
Sedangkan perilaku
Pengambilan
menyusui
sampel
yang negatif sebesar 54,35%,
dengan
dan perilaku menyusui yang
teknik
positif 45,65%. Dengan
consecutif
sampling, menggunakan uji statistik
chi-Kuadrat didapatkan x2
hitung > x2 tabel ( 8,42 >
3.841) sehingga Ho ditolak
yang berarti ada hubungan
antara pengetahuan ibu
tentang cara menyusui yang
benar dengan perilaku
menyusui.
42

2.5 Kerangka Teori

Perubahan- Alat
reproduksi
Sectio Caesarea (SC) - Involusi Uterus
- Serviks
- Vagina

Infeksi Sectio Komplikasi Faktor – faktor yang


Caesarea (SC) Sectio Caesarea mempengaruhi Involusi
- Plasenta (SC) Uterus :
previa - Perdarahan
- CPD - Infeksi - Mobilisasi Dini
- Prolaps tali - Trauma - Status Gizi
pusat tindakan - Menyusui
- KPD - Usia
- Parietas

Laktasi :
- Posisi menyusui
- Pelekatan menyusui
- Tehnik menyusui
- Durasi menysui

Skema 2.1 Kerangka Teori (Johnson,2014) ; Purwoastuti, 2015 ; Monika, 2014)

Anda mungkin juga menyukai