BAB II
TINJAUAN TEORI DAN TINJAUAN ASKEP
TINJAUAN TEORI
A. Sectio Caesarea
1. Pengertian
Seksio sesarea adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat
sayatan pada dinding uterus melalui depan perut, seksio sesarea juga
dapat didefinisikan sebagai histerektomia untuk melahirkan janin dari
dalam rahim (Sofian , 2012)
Sectio caesaria adalah suatu persalinan buatan dimana janin
dilahirkan melalui suatu insisi pada dinding depan perut dan dinding
rahim dengan syarat rahim dalam keadaan utuh serta berat janin di atas
500 gram (Nurarif, 2015).
Jadi dapat disimpulkan bahwa seksio sesaera adalah pembedahan
untuk melahirkan janin dengan membuat sayatan pada dinding uterus
melalui bagian depan perut. Istilah:
a. Seksio sesarea primer (efektif)
Sejak semula telah direncanakan bahwa janin akan dilahirkan secara
seksio sesarea, tidak diharapkan lagi kelahiran biasanya, misalnya
pada panggul yang sempit (CV kurang dari 8 cm)
b. Seksio sesarea sekunder
Jika tidak ada kemajuan persalinan atau partus percobaan gagal baru
dilakukan seksio sesarea
c. Seksio sesarea ulang
Ibu pada kehamilan yang lalu menjalin seksio sesarea yang secara
langsung diikuti histerektomi karena suatu indikasi
d. Seksio sesarea histerektomi
Suatu operasi yang meliputi kelahiran janin dengan seksio sesarea
yang secara langsung diikuti histerektomi, misalnnya pada keadaan
infeksi rahim yang berat.
e. Operasi porro
Suatu operasi tanpa pengeluaran janin dari vakum uteri (tentunya
janin sudah mati dan langsung dilakukan histerektomi misalnya
pada keadaan infeksi rahim berat.
6
Kekurangan
a. Infeksi mudah menyebar secara intra abdominal karena tidak
ada reperitonealisasi yang baik
b. Pada persalinan berikutnya, lebih mudah terjadi rupture uteri
spontan.
4. Seksio sesarea ismika (provunda)
Dilakukan dengan membuat sayatan melintang-konkraf pada segmen
bawah rahim (low cervikal tranversal ) kira-kira sepanjang 10cm.
Kelebihan
a. Penjahitan luka lebih mudah
b. Penutupan luka dengan reperitonealisasi yang baik
c. Tumpang tindih peritoneal flap sangat baik untuk menahan
penyebaran isi uterus ke rongga peritonium
d. Perdarahan kurang
7
2. Etiologi
Menurut Sofian (2012) dijelaskan indikasi dari seksio sesarea adalah :
a. Plasenta Previa sentralis dan lateralis (posterior)
b. Panggul sempit
Holmer mengambil batas terendah untuk melahirkan janin Vias
Naturalis ialah CV = 8 cm. Panggul dengan CV (Conjugate vera)
<8cm dapat dipastikan tidak dapat melahirkan janin secara normal,
harus diselesaikan dengan seksio sesarea. Conjungate vera antara 8
dan 10 cm boleh dilakukan partus percobaan, baru setelah gagal,
dilakukan seksio sesarea sekunder.
c. Disproposi sefalofelvik, yaitu ketidakseimbangan antara ukuran
kepala dan ukuran panggul
d. Ruptur uteri mengancam
e. Partus lama (Prolonged labor)
f. Partus tak maju (obstrukted labor)
g. Distosia servik
h. Pre-eklamsi dan hipertensi
Pre-eklamsi dan eklamsi merupakan kesatuan penyakit yang langsung
disebabkan oleh kehamilan, sebab terjadinya masih belum jelas.
Setelah perdarahan dan infeksi, pre-eklamsi dan eklamsi merupakan
penyebab kematian maternal dan perinatal paling penting dalam ilmu
kebidanan. Karena itu diagnosa dini amatlah penting, yaitu mampu
mengenali dan mengobati agar tidak berlanjut menjadi eklamsi
i. Malpresentasi jalan :
1) Letak lintang
2) Letak bokong
3) Presentasi dahi dan muka (letak deflekasi) jika reposisi dan cara-
cara tidak berhasil
4) Presentasi rangkap jika reposisi tidak berhasil
5) Gemeli
8
3. Patofisiologi
Adanya beberapa kelainan atau hambatan pada proses persalinan
yang menyebabkan bayi tidak dapat lahir secara normal/spontan, misalnya
plasenta previa setralis dan lateralis, panggul sempit, disprporsi chepalo
pervic, rupture uteri mengancam, partus lama, partus tidak maju,
preeklamsi, distosia serviks, malpresentasi janin. Kondisi tersebut
menyebabkan perlu adanya suatu tindakan pembedahan yaitu sectin
caesarea (SC).
Dalam proses operasinya dilakukan tindakan anastesi yang akan
menyebabkan pasien mengalami imobilisasi sehingga akan menimbulkan
masalah intoleransi aktivitas. Adanya kelumpuhan sementara dan
kelemahan fisik akan menyebabkan pasien tidak mampu melakukan
aktivitas perawatan diri.
Kurangnya informasi mengenai proses pembedahan, penyembuhan
dan perawatan post operasi akan menimbulkan masalah ansietas pada
pasien. Selain itu juga, dalam proses pembedahan juga akan dilakukan
tindakan insisi pada dinding abdomen sehingga menyebabkan terputusnya
inkontitinuitas jaringan, pembuluh darah, dan saraf-saraf di sekitar daerah
insisi. Hal ini akan merangsang pengeluaran histamine dan prostagladin
yang akan menimbulkan rasa nyeri (nyeri akut).
Setelah proses pembedahan berakhir, daerah insisi akan ditutup dan
menimbulkan luka post operasi, yang bila tidak dirawat dengan baik akan
menimbulkan masalah resiko infeksi. (Doenges, 2013)
4. Manifestasi Klinis
Menurut (Moorhed, 2013)
9
5. Komplikasi
Komplikasi-komplikasi yang bisa timbul ialah sebagai berikut :
Pada ibu (Sofian, 2012)
a. Infeksi puerperel (nifas)
1) Ringan dengan kenaikan suhu beberapa hari saja
2) Sedang dengan kenaikan yang lebih tinggi, disertai dehidrasi dan
perut sedikit kembung
3) Berat dengan peritonitis, sepsis, dan ileus paralitik. Infeksi berat
sering dijumpai pada partus terlantar, sebelum timbul infeksi
10
7. Penatalaksanaan Medis
a. Pre-operasi
1) Inforn consent
2) Pasien dipuasakan
11
2. Etiologi
Etiologi preeklampsia tidak diketahui secara pasti. Diketahui ada beberapa
faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian preeklampsia yaitu
(Myrtha, 2015) :
a. Nullipara
13
b. Multiparietas
c. Riwayat keluarga preeclampsia
d. Hipertensi kronis
e. Diabetes mellitus
f. Penyakit ginjal
g. Riwayat preeklampsia onset dini pada kehamilan sebelumnya (<34
minggu)
h. Riwayat syndrom HELLP (Hemolysis, Elevated Liver Enzymes, Low
Platelet)
i. Obesitas
j. Mola hidatidosa
3. Patofisiologi
Penyebab preeklampsia sampai sekarang belum diketahui, namun
ada perkiraan etiologi dari kelainan tersebut sehingga kelainan ini sering
dikenal sebagai the disease of theory. Adapun factor-faktor yang berperan
dalam penyakit ini, yaitu factor genetic, kerusakan pada endotel,
kehamilan pertama, dan iskemia plasenta. Adanya gangguan pada endotel
akan menurunkan sekresi dari prostasiklin yang umumnya banyak
disekresi pada saat kehamilan. Saat prostasiklin menurun makan
tromboksan akan akan disekresi lebih banyak oleh trombosit yang
mengakibatkan vasospasme secara menyeluruh. Pada kehamilan pertama,
kemungkinan disebabkan oleh pembentukan blocking antibodies terhadap
antigen plasenta tidak sempurna. Dari faktor genetik yang berperan adalah
adanya peningkatan Human Leukocyte Antigen (HLA) pada penderita
preeklampsia (diduga ibu-ibu dengan haplotype A 23/29, B44, dan DR 7).
Pada kehamilan normal, proliferasi trofoblas akan menginvasi
desidua dan myometrium dalam 2 tahap, namun karena adanya kelainan
yang salah satunya adalah aterosis pada arteri spiralis, maka lumen arteri
akan menjadi sempit yang mengakibatkan penurunan aliran darah ke
plasenta. Keadaan sikemik pada uterus menyebabkan pelepasan renin
uterus dan hiperoksidase lemak. Renin mengelir bersama darh sampai ke
organ hati dan bersama dengan angiotensinogen akan menjadi angiotensin
I kemudian menjadi angiotensin II, sehingga menyebabkan terjadinya
hipertensi. Angiotensin II juga mempengaruhi glandula suprarenal untuk
14
4. Manifestasi Klinis
15
5. Komplikasi
16
7. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan Preeklampsia menurut Stright (2001) adalah sebagai
berikut:
a. Preeklamsia ringan
18
1) Rawat jalan
a) Anjurkan istirahat baring 2 jam siang hari dan tidur > 8 jam
malam hari jika susah tidur beri fenobarbital 3 x 30 mg / hari
b) Diberikan obat penunjang antara lain : vit b komplex, vit c / vit e
dan zat besi
c) Kunjungan ulang dilakukan 1 minggu kemudian untuk menilai
perkembangan kehamilan dan kesejahteraan janin.
d) Diet biasa (tidak perlu diet rendah garam)
2) Rawat inap
Kriteria untuk rawat tinggal bagi px yang telah diterapi dalam 2x
kunjungan selang 1 minggu tidak ada perbaikan klinis /
laboratorium
b. Preeklamsia berat
1) Preeklamsia berat pada kehamilan kurang dari 37 minggu
a) Jika janin belum menunjukan tanda-tanda maturitas paru-paru
dengan uji kocok dan rasio L/S, maka penanganannya adalah
sebagai berikut :
(1) Berikan suntikan sulfas magnesikus dengan dosis 8 gr
intramusuler kemudian disusul dengan injeksi tambahan 4
gr intramuskuler setiap (selama tidak ada kontraindikasi)
(2) Jika ada perbaikan jalannya penyakit, pemberian sulfas
magnesikus dapat diteruskan lagi selama 24 jam sampai
dicapai criteria pre-eklamsi ringan (kecuali ada
kontraindikasi)
b) Jika pada pemeriksaan telah dijumpai tanda-tanda kematangan
paru janin, maka penatalaksanaan kasus sama seperti pada
kehamilan diatas 37 minggu
2) Pre-eklamsi berat pada kehamilan diatas 37 minggu
a) Penderita dirawat inap
(1) Istirahat mutlak dan ditempatkan dalam kamar isolasi
19
TINJAUAN ASKEP
A. Sectio Caesarea
1. Pengkajian
Pada pengkajian klien dengan sectio caesaria, data yang dapat ditemukan
meliputi distress janin, kegagalan untuk melanjutkan persalinan, malposisi
janin, prolaps tali pusat, abrupsio plasenta, plasenta previa dan pre
eklamsi.
a. Identitas atau biodata klien
Meliputi nama, umur, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan,
agama, suku, alamat, no. cm, tanggal MRS, tanggal pengkajian,
sumber informasi.
b. Keluhan utama
1) Keluhan utama saat masuk rumahsakit
2) Keluhan utama saat pengkajian
c. Riwayat Obstetri
1) Riwayat menstruasi (menarche, banyaknya, keluhan, HPHT dan
TP)
2) Riwayat perkawinan (menikah)
3) Riwayat kontrasepsi (akseptor KB, Jenis, lama, masalah)
4) Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang dulu
21
6) Kebersihan diri
7) Pengaturan suhu tubuh
8) Rasa nyaman
9) Rasa aman
10) Data sosial
Peran klien dalam keluarga meliputi hubungan klien dengan
keluarga dan orang lain.
11) Prestasi dan produktivitas
Terjadi disfungsi seksual yaitu perubahan dalam hubungan
seksual atau fungsi dari seksual yang tidak adekuat karena adanya
proses persalinan dan nifas.
12) Rekreasi
13) Belajar
14) Ibadah
g. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum
a) Kesadaran
b) Bangun tubuh
c) Postur tubuh
d) Cara berjalan
e) Gerak motorik
23
f) Keadaan kulit
g) Tanda-tanda vital (tekanan darah, nadi, respirasi dan suhu)
h) Berat dan sebelum hamil
i) Berat badan saat hamil
j) Tinggi badan dan lingkar lengan
2) Head to toe
a) Kepala
Bagaimana bentuk kepala, kebersihan kepala, kadang-kadang
terdapat adanya cloasma gravidarum, dan apakah ada benjolan
b) Mata
Terkadang adanya pembengkakan paka kelopak mata,
konjungtiva, dan kadang-kadang keadaan selaput mata pucat
(anemia) karena proses persalinan yang mengalami
perdarahan, sklera kunuing
c) Hidung
Adanya polip atau tidak dan apabila pada post partum kadang-
kadang ditemukan pernapasan cuping hidung
d) Telinga
Biasanya bentuk telingga simetris atau tidak, bagaimana
kebersihanya, adakah cairan yang keluar dari telinga.
e) Leher
Kadang-kadang ditemukan adanya penbesaran kelenjar tioroid,
karena adanya proses menerang yang salah
f) Thorax
(1) Payudara
(2) Jantung
(3) Paru
g) Abdomen
Pada klien nifas abdomen kendor kadang-kadang striae masih
terasa nyeri. Fundus uteri 3 jari dibawa pusat.
h) Genitalia
Pengeluaran darah campur lendir, pengeluaran air ketuban, bila
terdapat pengeluaran mekomium yaitu feses yang dibentuk
anak dalam kandungan menandakan adanya kelainan letak
anak.
i) Anus
24
2. Diagnosa Keperawatan
a. Ansietas berhubungan dengan krisis situasi, ancaman konsep diri,
ancaman yang dirasakan dari kesejahteraan maternal dan janin,
transmisi interpersoanal
b. Menyusui tidak efektif berhubungan dengan kurangnya pengetahuan
ibu tentang cara menyusui yang bernar.
c. Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan/kontraksi otot yang lebih
lama, reaksi psikologis, injury fisik jalan lahir, trauma pembedahan
efek ansatesi dan efek hormonal, distensi kandung kemih/abdomen
d. Defisit pengetahuan berhubungan dengan tidak mengenal atau
familiar dengan sumber informasi tentang cara perawatan bayi.
e. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelelahan sehabis bersalin
f. Resiko infeksi berhubungan dengan luka operasi
g. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan imobilitas
25
3. Perencanaan Keperawatan
Tujuan dan Kriteria
No Diagnosa Keperawatan Intervensi
Hasil
1 Ansietas Tujuan : Mandiri :
Berhubungan dengan : Setelah dilakukan
1. Kaji tanda ansietas verbal dan nonverbal
a. Kurang pengetahuan asuhan keperawatan 2. Bantu pasien mengengkspresikan perasaan marah,
tentang pembedahan selama....x 24 jam kehilangan dan takut
yang akan diharapkan tingkat 3. Jelaskan prosedur pembedahan sesuai dengan jenis operasi
4. Beri lingkungan yang tenang dan suasana penuh istirahat
dilaksanakan dan kecemasan pasien 5. Orientasikan pasien terhadap prosedur rutin dan aktifitas
hasil akhir berkurang atau hilang yang diharapkan
pascaoperasi 6. Berikan HE tentang pentingnya meningkatkan kontrol
b. Perubahan status sensasi pasien
Kriteria hasil :
kesehatan
1. Pasien Kolaborasi
c. Stres
menyatakan 1. Berikan obat ansiolitik sesuai indikasi gol:diasepam dosis:
DS: Dewasa2-10mg PO
kecemasannya
1) Pasien
berkurang
mengatakan
2. Pasien dapat
merasa ketakutan
mengidentifikas
2) Pasien
i penyebab atau
mengatakan
faktor yang
26
3. Pasien tidak
meringis.
2 Menyusui tidak efektif Setelah diberikan Health Education
1. Berikan informasi mengenai:
berhubungan dengan tindakan keperawatan
Fisiologi menyusui
kurangnya pengetahuan selama ...x24 jam klien Keuntungan menyusui
Perawatan payudara
ibu tentang cara menunjukkan respon
Kebutuhan diit khusus
menyusui yang benar breast feeding adekuat Faktor-faktor yang menghambat proses menyusui
2. Demonstrasikan breast care dan pantau kemampuan klien
dengan indikator:
1. Klien untuk melakukan secara teratur
3. Ajarkan cara mengeluarkan ASI dengan benar, cara
mengungkapkan
menyimpan, cara transportasi sehingga bisa diterima oleh bayi
puas dengan
4. Berikan dukungan dan semangat pada ibu untuk melaksanakan
kebutuhan untuk
pemberian Asi eksklusif
menyusui 5. Berikan penjelasan tentang tanda dan gejala bendungan
2. Klien mampu
payudara, infeksi payudara
mendemonstrasikan 6. Anjurkan keluarga untuk memfasilitasi dan mendukung klien
perawatan payudara dalam pemberian ASI
7. Diskusikan tentang sumber-sumber yang dapat memberikan
informasi/memberikan pelayanan KIA
3 Nyeri akut berhubungan Setelah dilakukan Pain Management
dengan agen injuri fisik asuhan keperawatan 1. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk
(luka insisi operasi) selama ...x24 jam lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor
28
Behavior
1. Pasien dan keluarga
menyatakan yang tepat
pemahaman tentang 7. Hindari jaminan yang kosong
8. Sediakan bagi keluarga atau SO informasi tentang kemajuan
penyakit, kondisi,
pasien dengan cara yang tepat
prognosis dan 9. Diskusikan perubahan gaya hidup yang mungkin diperlukan
program pengobatan untuk mencegah komplikasi di masa yang akan datang dan
2. Pasien dan keluarga
atau proses pengontrolan penyakit
mampu 10. Diskusikan pilihan terapi atau penanganan
melaksanakan 11. Dukung pasien untuk mengeksplorasi atau mendapatkan
prosedur yang second opinion dengan cara yang tepat atau diindikasikan
12. Eksplorasi kemungkinan sumber atau dukungan, dengan cara
dijelaskan secara
yang tepat
benar 13. Rujuk pasien pada grup atau agensi di komunitas lokal, dengan
3. Pasien dan keluarga
cara yang tepat
mampu menjelaskan 14. Instruksikan pasien mengenai tanda dan gejala untuk
kembali apa yang melaporkan pada pemberi perawatan kesehatan, dengan cara
dijelaskan yang tepat
perawat/tim
kesehatan lainnya.
5 Defisit perawatan diri Setelah dilakukan Self Care assistane : ADLs
1. Monitor kemempuan klien untuk perawatan diri yang mandiri.
31
DO : mengeluh
kesemutan.
a. Pasien dibantu b. Mulai dapat
untuk berpindah. melakukan
b. Pasien masih
mobilitas
dalam pengaruh
terhadap sesuai
anastesi BSA.
indikasi.
34
4. Pelaksanaan Keperawatan
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan
oleh perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang
dihadapi kestatus kesehatan yang lebih baik yang menggambarkan kriteria
hasil yang diharapkan (Nurarif, 2015).
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan
yang menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana tindakan,
dan pelaksanaannya sudah berhasil dicapai. Perawat dapat memonitor
kealpaan yang terjadi selam tahap pengkajian, diagnosa, perencanaan, dan
pelaksanaan tindakan (Nurarif, 2015).
35
1) Imunisasi
2) Riwayat alergi
3) Riwayat kecelakaan
4) Riwayat di rawat di RS
5) Riwayat pemakaian obat
e. Riwayat penyakit keluarga
Adakah penyakit keturunan dalam keluarga seperti jantung, DM, HT,
TBC, penyakit kelamin, abortus, yang mungkin penyakit tersebut
diturunkan kepada klien.
f. Pola kebiasaan
1) Bernafas
2) Makan dan minum
Pada klien nifas biasanaya terjadi peningkatan nafsu makan karena
dari keinginan untuk menyusui bayinya.
3) Eliminasi
Pada pasien pos partum sering terjadi adanya perasaan sering
/susah kencing selama masa nifas yang ditimbulkan karena
terjadinya odema dari trigono, yang menimbulkan inveksi dari
uretra sehingga sering terjadi konstipasi karena penderita takut
untuk melakukan BAB.
4) Gerak dan aktivitas
Pada pasien pos partum klien dapat melakukan aktivitas seperti
biasanya, terbatas pada aktifitas ringan, tidak membutuhkan tenaga
banyak, cepat lelah, pada klien nifas didapatkan keterbatasan
aktivitas karena mengalami kelemahan dan nyeri.
5) Istirahat dan tidur
Pada klien nifas terjadi perubagan pada pola istirahat dan tidur
karena adanya kehadiran sang bayi dan nyeri epis setelah
persalinan
6) Kebersihan diri
37
b) Mata
38
2. Diagnosa Keperawatan
39
3. Perencanaan Keperawatan
Diagnosa Tujuan & Kriteria Intervensi Rasional
Hasil
Penurunan Setelah dilakukan NIC Label : NIC Label :
curah jantung tindakan keperawatan 1. Cardiac Care 1. Cardiac Care
berhubungan selama 3.x24 jam status a. Lakukan pengkajian secara a. Pengkajian secara komprensif dapat
dengan kardiovaskular pasien komphrensif (CRT , oedem, warna memberikan data untuk pemantauan
perubahan dalam rentang normal dan temperature ekstrimitas) secara faktor-faktor preklmasia
b. Tanda-tanda vital dapat memberikan
preload d.d dengan kriteria hasil: teratur pada pasien preklamsia
b. Pantau secara rutin tanda-tanda vital informasi perkembangan status
peningkatan NOC Label :
pada pasien preklamsia preklamsia pasien
berat badan, 1. Cardiac Pump
oedem dan Effectiveness
oliguria a. Tekanan darah 2. Circulatory Care : Arterial 2. Circulatory Care : Arterial Insufficiency
epigastrium dan
nyeri kepala
berkurang
menggunakan
managemen
nyeri.
b. Menyatakan
rasa aman
setelah nyeri
epigastrium dan
nyeri kepala
berkurang
transport kriteria hasil: penting lainnya dalam pelaksanaan dapat membantu perawatan.
oksigen NOC Label : perawatan kehamilan pada pasien
c. Agar pasien dapat memenuhi nutrisi
1. Prenatal health preklamsia
yang sesuai untuk pasien sendiri dan
c. Anjurkan pasien preklamsia
behavior
janinnya.
memenuhi nutrisi yang dibutuhkan
a. Mempertahanka
selama kehamilan d. Untuk mengetahui jika terjadi
n pola kenaikan
penambahan berat badan yang
berat badan
d. Monitor berat badan selama hamil abnormal, lebih maupun kurang dari
yang sehat.
b. Mempertahankan normalnya.
e. Untuk mengetahui peningkatan
asupan gizi yang
e. Monitor tingkat Glukosa urin dan glukosa ataupun protein dalam urin
memadai untuk
protein urin pada pasien preklamsia dalam batas normal atau tidak
kehamilan
c. Berkonsultasi ke sehingga dapat mencegah dengan
tenaga kesehatan cepat komplikasi kehamilan.
f. Monitor jumlah hemoglobin pada f. Untuk mengetahui jumlah hemoglobin
profesional
pasien preklamsia sehingga pasien tidak mengalami
tentang
perubahan jumlah hemoglobin yang
penggunaan obat
g. Monitor fetal heart rate pada pasien berarti.
non-resep
g. Untuk mengetahui apakah terjadi fetal
preklamsia.
distress atau tidak.
46
47
4. Pelaksanaan Keperawatan
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan
oleh perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang
dihadapi kestatus kesehatan yang lebih baik yang menggambarkan kriteria
hasil yang diharapkan (Nurarif, 2015).
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan
yang menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana tindakan,
dan pelaksanaannya sudah berhasil dicapai. Perawat dapat memonitor
kealpaan yang terjadi selam tahap pengkajian, diagnosa, perencanaan, dan
pelaksanaan tindakan (Nurarif, 2015).