Anda di halaman 1dari 27

RESUME KASUS KEPERAWATAN PADA Ny.

DENGAN DIAGNOSA MEDIS G2P1A0H1 UK 38-39 MINGGU

GEMELI/H-H/IU LETKEP-LETLI INPARTU KALA I FASE AKTIF

DI RUANG VK IGD RSUD PROVINSI NTB

TANGGAL 19 OKTOBER 2019

DISUSUN OLEH :

RUSMAWATI PUTRI SARI

P07120317066

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN MATARAM

JURUSAN KEPERAWATAN MATARM

PROGRAM STUDI DIV KEPERAWATAN

TAHUN AKADEMIK 2019/2020


LAPORAN PENDAHULUAN
POST PARTUM DENGAN SECTIO CAESARIA

A. KONSEP TEORI
1. Pengertian
Sectio caesarea adalah pembedahan untuk melahirkan janin dengan
membuka dinding perut dan dinding uterus. (Sarwono , 2005).
Sectio caesarea adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat sayatan
pada dinding uterus melalui depan perut atau vagina. Atau disebut juga
histerotomia untuk melahirkan janin dari dalam rahim. (Mochtar, 1998).
Sectio Caesaria ialah tindakan untuk melahirkan janin dengan berat badan
diatas 500 gram melalui sayatan pada dinding uterus yang utuh (Gulardi
&Wiknjosastro, 2006).
Sectio Caesaria adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat sayatan
pada dinding uterus melalui dinding depan perut. (Amru sofian,2012).

2. Tujuan Sectio Caesarea


Tujuan melakukan sectio caesarea (SC) adalah untuk mempersingkat
lamanya perdarahan dan mencegah terjadinya robekan serviks dan segmen bawah
rahim. Sectio caesarea dilakukan pada plasenta previa totalis dan plasenta previa
lainnya jika perdarahan hebat. Selain dapat mengurangi kematian bayi pada
plasenta previa, sectio caesarea juga dilakukan untuk kepentingan ibu, sehingga
sectio caesarea dilakukan pada placenta previa walaupun anak sudah mati.

3. Etiologi
a. Etiologi yang berasal dari ibu
yaitu pada primigravida dengan kelainan letak, primi para tua disertai
kelainan letak ada, disproporsi sefalo pelvic (disproporsi janin/panggul), ada
sejarah kehamilan dan persalinan yang buruk, terdapat kesempitan panggul,
plasenta previa terutama pada primigravida, sulotsio plasenta tingkat I-II,
kehamilan yang disertai penyakit (Jantung, DM), gangguan perjalanan
persalinan (kista ovarium, mioma uteri dan sebagainya), partus lama
(prolonged labor), partus tak maju (obstructed labor), rupture uteri
mengancam, tumor jalan lahir yang menimbulkan obstruksi, stenosis serviks
uteri atau vagina.
b. Etiologi yang berasal dari janin
Fetal distress/gawat janin, mal presentasi dan mal posisi kedudukan janin
(Letak lintang, letak sungsang/janin besar/kepala defleksi, letak dahi dan letak
muka dengan dagu dibelakang, presentasi ganda), prolapsus tali pusat dengan
pembukaan kecil, kegagalan persalinan vakum atau forceps ekstraksi.
Konta indikasi : infeksi intrauterine, janin mati, syok/anemia berat yang belum
diatasi, kelainan kongenital berat.

4. Patofisiologi
Adanya beberapa kelainan / hambatan pada proses persalinan yang
menyebabkan bayi tidak dapat lahir secara normal / spontan, misalnya plasenta
previa sentralis dan lateralis, panggul sempit, disproporsi cephalo pelvic, rupture
uteri mengancam, partus lama, partus tidak maju, pre-eklamsia, distosia serviks,
dan malpresentasi janin. Kondisi tersebut menyebabkan perlu adanya suatu
tindakan pembedahan yaitu Sectio Caesarea (SC).
Dalam proses operasinya dilakukan tindakan anestesi yang akan
menyebabkan pasien mengalami imobilisasi sehingga akan menimbulkan masalah
intoleransi aktivitas. Adanya kelumpuhan sementara dan kelemahan fisik akan
menyebabkan pasien tidak mampu melakukan aktivitas perawatan diri pasien
secara mandiri sehingga timbul masalah defisit perawatan diri.
Kurangnya informasi mengenai proses pembedahan, penyembuhan, dan
perawatan post operasi akan menimbulkan masalah ansietas pada pasien. Selain
itu, dalam proses pembedahan juga akan dilakukan tindakan insisi pada dinding
abdomen sehingga menyebabkan terputusnya inkontinuitas jaringan, pembuluh
darah, dan saraf - saraf di sekitar daerah insisi. Hal ini akan merangsang
pengeluaran histamin dan prostaglandin yang akan menimbulkan rasa nyeri (nyeri
akut). Setelah proses pembedahan berakhir, daerah insisi akan ditutup dan
menimbulkan luka post op, yang bila tidak dirawat dengan baik akan
menimbulkan masalah resiko infeksi.
5. Pathway

6.  Manifestasi Klinik Sectio Caesaria


Persalinan dengan Sectio Caesaria , memerlukan perawatan yang lebih
koprehensif yaitu: perawatan post operatif dan perawatan post  partum.
Manifestasi klinis sectio caesarea antara lain :
a. Nyeri akibat ada luka pembedahan
b. Adanya luka insisi pada bagian abdomen
c. Fundus uterus kontraksi kuat dan terletak di umbilicus
d. Aliran lokhea sedang dan bebas bekuan yang berlebihan (lokhea
tidak banyak)
e. Kehilangan darah selama prosedur pembedahan kira-kira 600-800 ml
f. Emosi labil / perubahan emosional dengan mengekspresikan ketidakmampuan
menghadapi situasi baru
g. Biasanya terpasang kateter urinarius
h. Auskultasi bising usus tidak terdengar atau samar
i. Pengaruh anestesi dapat menimbulkan mual dan muntah
j. Status pulmonary bunyi paru jelas dan vesikuler
k. Pada kelahiran secara SC tidak direncanakan maka bisanya kurang paham
prosedur
l. Bonding dan Attachment pada anak yang baru dilahirkan.

7. Komplikasi
a. Infeksi Puerpuralis
- Ringan : dengan kenaikan suhu beberapa hari saja.
- Sedang : dengan kenaikan suhu yang lebih tinggi disertai dehidrasi atau
perut sedikit kembung
- Berat    : dengan peritonitis, sepsis dan ileus paralitik. Hal ini sering kita
jumpai pada partus terlantar dimana sebelumnya telah terjadi
infeksi intrapartum karena ketuban yang telah pecah terlalu lama.
b. Pendarahan disebabkan karena :
- Banyak pembuluh darah yang terputus dan terbuka
- Atonia Uteri
- Pendarahan pada placenta bled
c. Luka pada kandung kemih, emboli paru dan keluhan kandung kemih bila
reperitonalisasi terlalu tinggi.
d. Suatu komplikasi yang baru kemudian tampak ialah kurang kuatnya perut
pada dinding uterus, sehingga pada kehamilan berikutnya bisa terjadi ruptura
uteri. Kemungkinan hal ini lebih banyak ditemukan sesudah sectio caesarea
klasik.
8. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemantauan janin terhadap kesehatan janin
b. Pemantauan EKG
c. JDL dengan diferensial
d. Amniosentesis terhadap maturitas paru janin sesuai indikasi
e. Pemeriksaan sinar x sesuai indikasi
f. Ultrasound sesuai pesanan
g. Uji laboratorium
1) Fungsi lumbal. Menganalisis cairan serebrovaskuler
2) Hemoglobin atau hematokrit (Hb/Ht) untuk mengkaji perubahan dari kadar
pra operasi dan mengevaluasi efek kehilangan darah pada pembedahan.
3) Leukosit (WBC) mengidentifikasi adanya infeksi
4) Tes golongan darah, lama perdarahan, waktu pembekuan darah
5) Urinalisis / kultur urine
6) Pemeriksaan elektrolit
7) AGD
8) Kadar kalsium darah
9) Kadar natrium darah
10) Kadar magnesium darah

9. Jenis - Jenis Operasi Sectio Caesarea (SC)


a. Abdomen (SC Abdominalis)
1) Sectio cesaria transperitonealis profunda
Sectio cesaria transperitonealis propunda dengan insisi di segmen bawah
uterus. insisi pada bawah rahim, bisa dengan teknik melintang atau
memanjang. Keunggulan pembedahan ini adalah:
- Pendarahan luka insisi tidak seberapa banyak.
- Bahaya peritonitis tidak besar.
- Perut uterus umumnya kuat sehingga bahaya ruptur uteri dikemudian
hari tidak besar karena pada nifas segmen bawah uterus tidak seberapa
banyak mengalami kontraksi seperti korpus uteri sehingga luka dapat
sembuh lebih sempurna.
2) Sectio caesaria klasik atau section cecaria corporal
Pada sectio caesaria klasik ini di buat kepada korpus uteri, pembedahan ini
yang agak mudah dilakukan,hanya di selenggarakan apabila ada halangan
untuk melakukan section cacaria transperitonealis profunda. Insisi
memanjang pada segmen atas uterus.
Kelebihan :
a) Mengeluarkan janin lebih memanjang
b) Tidak menyebabkan komplikasi kandung kemih tertarik
c) Sayatan bisa diperpanjang proksimal atau distal
Kekurangan :
a) Infeksi mudah menyebar secara intraabdominal karena tidak ada
reperitonial yang baik.
b) Untuk persalinan berikutnya lebih sering terjadi rupture uteri spontan.
c) Ruptura uteri karena luka bekas SC klasik lebih sering terjadi
dibandingkan dengan luka SC profunda. Ruptur uteri karena luka
bekas SC klasik sudah dapat terjadi pada akhir kehamilan, sedangkan
pada luka bekas SC profunda biasanya baru terjadi dalam persalinan.
d) Untuk mengurangi kemungkinan ruptura uteri, dianjurkan supaya ibu
yang telah mengalami SC jangan terlalu lekas hamil lagi. Sekurang -
kurangnya dapat istirahat selama 2 tahun. Rasionalnya adalah
memberikan kesempatan luka sembuh dengan baik. Untuk tujuan ini
maka dipasang akor sebelum menutup luka rahim.
3) Sectio caesaria ekstra peritoneal
Section cacaria eksrta peritoneal dahulu di lakukan untuk mengurangi
bahaya injeksi perporal akan tetapi dengan kemajuan pengobatan terhadap
injeksi pembedahan ini sekarang tidak banyak lagi di lakukan. Rongga
peritoneum tak dibuka, dilakukan pada pasien infeksi uterin berat.
4) Section cesaria Hysteroctomi
Setelah sectio cesaria, dilakukan hysteroktomy dengan indikasi:
 Atonia uteri
 Plasenta accrete
 Myoma uteri
 Infeksi intra uteri berat
b. Vagina (sectio caesarea vaginalis)
Menurut arah sayatan pada rahim, sectio caesaria dapat dilakukan apabila :
1) Sayatan memanjang (longitudinal)
2) Sayatan melintang (tranversal)
3) Sayatan huruf T (T Insisian)

c. Sectio Caesarea Klasik (korporal)


Dilakukan dengan membuat sayatan memanjang pada korpus uteri kira-kira
10cm.
Kelebihan :
1) Mengeluarkan janin lebih memanjang
2) Tidak menyebabkan komplikasi kandung kemih tertarik
3) Sayatan bisa diperpanjang proksimal atau distal
Kekurangan :
1) Infeksi mudah menyebar secara intraabdominal karena tidak ada
reperitonial yang baik.
2) Untuk persalinan berikutnya lebih sering terjadi rupture uteri spontan.
3) Ruptura uteri karena luka bekas SC klasik lebih sering terjadi
dibandingkan dengan luka SC profunda. Ruptur uteri karena luka bekas
SC klasik sudah dapat terjadi pada akhir kehamilan, sedangkan pada luka
bekas SC profunda biasanya baru terjadi dalam persalinan.
4) Untuk mengurangi kemungkinan ruptura uteri, dianjurkan supaya ibu yang
telah mengalami SC jangan terlalu lekas hamil lagi. Sekurang -kurangnya
dapat istirahat selama 2 tahun. Rasionalnya adalah memberikan
kesempatan luka sembuh dengan baik. Untuk tujuan ini maka dipasang
akor sebelum menutup luka rahim.

d. Sectio Caesarea (Ismika Profunda)


Dilakukan dengan membuat sayatan melintang konkaf pada segmen bawah
rahim kira-kira 10cm
Kelebihan :
1) Penjahitan luka lebih mudah
2) Penutupan luka dengan reperitonialisasi yang baik
3) Tumpang tindih dari peritoneal flap baik sekali untuk menahan isi uterus
ke rongga perineum
4) Perdarahan kurang
5) Dibandingkan dengan cara klasik kemungkinan ruptur uteri spontan lebih
kecil
Kekurangan :
1) Luka dapat melebar ke kiri, ke kanan dan bawah sehingga dapat
menyebabkan arteri uteri putus yang akan menyebabkan perdarahan yang
banyak.
2) Keluhan utama pada kandung kemih post operatif tinggi.

10. Penatalaksanaan
a. Perawatan awal
1) Letakan klien dalam posisi pemulihan
2) Periksa kondisi klien, cek tanda vital tiap 15 menit selama 1 jam pertama,
kemudian tiap 30 menit jam berikutnya. Periksa tingkat kesadaran tiap 15
menit sampai sadar
3) Yakinkan jalan nafas bersih dan cukup ventilasi
4) Transfusi jika ada indikasi syok hemorarge
5) Jika tanda vital dan hematokrit turun walau diberikan transfusi, segera
kembalikan ke kamar bedah kemungkinan terjadi perdarahan pasca bedah

b. Pemberian cairan
Karena 24 jam pertama penderita puasa pasca operasi, maka pemberian
cairan perintavena harus cukup banyak dan mengandung elektrolit agar tidak
terjadi hipotermi, dehidrasi, atau komplikasi pada organ tubuh lainnya. Cairan
yang biasa diberikan biasanya DS 10%, garam fisiologi dan RL secara
bergantian dan jumlah tetesan tergantung kebutuhan. Bila kadar Hb rendah
diberikan transfusi darah sesuai kebutuhan.

c. Diet
Pemberian cairan perinfus biasanya dihentikan setelah penderita flatus
lalu dimulailah pemberian minuman dan makanan peroral. Pemberian
minuman dengan jumlah yang sedikit sudah boleh dilakukan pada 6 - 10 jam
pasca operasi, berupa air putih dan air teh.

d. Mobilisasi
Mobilisasi dilakukan secara bertahap meliputi :
1) Miring kanan dan kiri dapat dimulai sejak 6 - 10 jam setelah operasi
2) Latihan pernafasan dapat dilakukan penderita sambil tidur telentang sedini
mungkin setelah sadar
3) Hari kedua post operasi, penderita dapat didudukkan selama 5 menit dan
diminta untuk bernafas dalam lalu menghembuskannya.
4) Kemudian posisi tidur telentang dapat diubah menjadi posisi setengah
duduk (semifowler)
5) Selanjutnya selama berturut-turut, hari demi hari, pasien dianjurkan belajar
duduk selama sehari, belajar berjalan, dan kemudian berjalan sendiri pada
hari ke-3 sampai hari ke5 pasca operasi.

e. Kateterisasi
Kandung kemih yang penuh menimbulkan rasa nyeri dan tidak enak
pada penderita, menghalangi involusi uterus dan menyebabkan perdarahan.
Kateter biasanya terpasang 24 - 48 jam / lebih lama lagi tergantung jenis
operasi dan keadaan penderita.
Perawatan fungsi kandung kemih :
1) Jika urin jernih, kateter dilepas 8 jam setelah pembedahan atau sesudah
semalam
2) Jika urin tidak jernih biarkan kateter terpasang sampai urin jernih
3) Jika terjadi perlukaan pada kandung kemih biarkan kateter terpasang
sampai minimum 7 hari atau urin jernih.
4) Jika sudah tidak memakai antibiotika berikan nirofurantoin 100 mg per
oral per hari sampai kateter dilepas

f. Pemberian obat-obatan
1) Antibiotik
Cara pemilihan dan pemberian antibiotic sangat berbeda-beda setiap
institusi
2) Analgetik dan obat untuk memperlancar kerja saluran pencernaan
Supositoria : ketopropen sup 2x/24 jam
Oral             : tramadol tiap 6 jam atau paracetamol
Injeksi         : penitidine 90-75 mg diberikan setiap 6 jam bila perlu
3) Obat-obatan lain
Untuk meningkatkan vitalitas dan keadaan umum penderita dapat
diberikan caboransia seperti neurobian I vit. C

g. Perawatan luka
Kondisi balutan luka dilihat pada 1 hari post operasi, bila basah dan berdarah
harus dibuka dan diganti

h. Perawatan Payudara
Pemberian ASI dapat dimulai pada hari post operasi jika ibu memutuskan
tidak menyusui, pemasangan pembalut payudara yang mengencangkan
payudara tanpa banyak menimbulkan kompesi, biasanya mengurangi rasa
nyeri.

i. Hal – Hal lain yang perlu diperhatikan


1) Paska bedah penderita dirawat dan diobservasi kemungkinan komplikasi
berupa perdarahan dan hematoma pada daerah operasi
2) Pasca operasi perlu dilakukan drainase untuk mencegah terjadinya
hematoma.
3) Klien dibaringkan dengan posisi semi fowler (berbaring dengan lutut
ditekuk) agar diding abdomen tidak tegang.
4) Diusahakan agar penderita tidak batuk atau menangis.
5) Lakukan perawatan luka untuk mencegah terjadinya infeksi.
6) Perhatikan jenis anastesi yang diberikan:
- Anastesi umum : mempunyai pengaruh pada pusat pernafasan janin
- Anastesi Spiral : baik buat janin tapi tekanan darah klien dapat
menurun
- Anastesi local : cara yang paling aman tidak mempengaruhi janin dan
klien
11. Discharge Planning
a. Dianjurkan jangan hamil selama kurang lebih satu tahun
b. Kehamilan selanjutnya hendaknya diawasi dengan pemeriksaan antenatal yang
baik.
c. Dianjurkan untuk bersalin dirumah sakit yang besar
d. Lakukan perawatan post op sesuai arahan tenaga medis selama dirumah
e. Konsumsi makanan yang bergizi dan istirahat yang cukup

B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN


1. Pengkajian
a. Identitas klien dan penanggung jawab
Meliputi nama, umur, pendidikan, suku bangsa, pekerjaan, agam, alamat,
status perkawinan, ruang rawat, nomor medical record, diagnosa medik, yang
mengirim, cara masuk, alasan masuk, keadaan umum tanda vital.
b. Keluhan utama
c. Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas sebelumnya bagi klien multipara
d. Data Riwayat penyakit
1) Riwayat kesehatan sekarang.
Meliputi keluhan atau yang berhubungan dengan gangguan atau penyakit
dirasakan saat ini dan keluhan yang dirasakan setelah pasien operasi.
2) Riwayat Kesehatan Dahulu
Meliputi penyakit yang lain yang dapat mempengaruhi penyakit sekarang,
Maksudnya apakah pasien pernah mengalami penyakit yang sama
(Plasenta previa).
3) Riwayat Kesehatan Keluarga
Meliputi penyakit yang diderita pasien dan apakah keluarga pasien ada
juga mempunyai riwayat persalinan plasenta previa.
e. Pola-pola fungsi kesehatan
1) Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat
Karena kurangnya pengetahuan klien tentang ketuban pecah dini, dan cara
pencegahan, penanganan, dan perawatan serta kurangnya mrnjaga
kebersihan tubuhnya akan menimbulkan masalah dalam perawatan dirinya
2) Pola Nutrisi dan Metabolisme
Pada klien nifas biasanaya terjadi peningkatan nafsu makan karena dari
keinginan untuk menyusui bayinya.
3) Pola aktifitas
Pada klien pos partum klien dapat melakukan aktivitas seperti biasanya,
terbatas pada aktifitas ringan, tidak membutuhkan tenaga banyak, cepat
lelah, pada klien nifas didapatkan keterbatasan aktivitas karena mengalami
kelemahan dan nyeri.
4) Pola eleminasi
Pada klien postpartum sering terjadi adanya perasaan sering / susah
kencing selama masa nifas yang ditimbulkan karena terjadinya odema,
yang menimbulkan infeksi dari uretra sehingga sering terjadi konstipasi
karena penderita takut untuk melakukan BAB.
5) Istirahat dan tidur
Pada klien nifas terjadi perubagan pada pola istirahat dan tidur karena
adanya kehadiran sang bayi dan nyeri epis setelah persalinan
6) Pola hubungan dan peran
Peran klien dalam keluarga meliputi hubungan klien dengan keluarga dan
orang lain.
7) Pola penagulangan stres
Biasanya klien sering melamun dan merasa cemas
8) Pola sensori dan kognitif
Pola sensori klien merasakan nyeri pada prineum akibat luka jahitan dan
nyeri perut akibat involusi uteri (pengecilan uteri oleh kontraksi uteri),
pada pola kognitif klien nifas primipara terjadi kurangnya pengetahuan
merawat bayinya
9) Pola persepsi dan konsep diri
Biasanya terjadi kecemasan terhadap keadaan kehamilanya, lebih-lebih
menjelang persalinan dampak psikologis klien terjadi  perubahan konsep
diri antara lain dan body image dan ideal diri
10) Pola reproduksi dan sosial
Terjadi disfungsi seksual yaitu perubahan dalam hubungan seksual atau
fungsi dari seksual yang tidak adekuat karena adanya proses persalinan
dan nifas.
f. Pemeriksaan Fisik
1) Kepala
Bagaimana bentuk kepala, kebersihan kepala, kontribusi rambut, warna
rambut, ada atau tidak adanya edem, kadang-kadang terdapat adanya
cloasma gravidarum, dan apakah ada benjolan.
2) Mata
Terkadang adanya pembengkakan paka kelopak mata, konjungtiva, dan
kadang-kadang keadaan selaput mata pucat (anemia) karena proses
persalinan yang mengalami perdarahan, sklera kunuing.
3) Telinga
Biasanya bentuk telinga simetris atau tidak, bagaimana kebersihanya,
adakah cairan yang keluar dari telinga.
4) Hidung
Adanya polip atau tidak dan apabila pada post partum kadang-kadang
ditemukan pernapasan cuping hidung.
5) Leher
Pembesaran kelenjar limfe dan tiroid, adanya abstensi vena jugularis.
6) Dada dan payudara
Bentuk dada simetris, gerakan dada, bunyi jantung apakah ada bisisng usus
atau tiak ada. Terdapat adanya pembesaran payudara, adanya
hiperpigmentasi areola mamae dan papila mamae
7) Abdomen
Pada klien nifas abdomen kendor kadang-kadang striae masih terasa nyeri.
Fundus uteri 3 jari dibawa pusat.
8) Ginetelia
Pengeluaran darah campur lendir, pengeluaran air ketuban, bila terdapat
pengeluaran mekomium yaitu feses yang dibentuk anak dalam kandungan
menandakan adanya kelainan letak anak.
9) Anus
Kadang-kadang pada klien nifas ada luka pada anus karena ruptur, adanya
hemoroid.
10) Ekstermitas
Pemeriksaan odema untuk melihat kelainan-kelainan karena membesarnya
uterus, karenan preeklamsia atau karena penyakit jantung atau ginjal.
2. Diagnosa Keperawatan
Pre Operatif
a. Ansietas berhubungan dengan tindakan pembedahan (Operasi section Caesar)
b. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kesalahan interprestasi tentang
pembedahan Seksio sesaria.

c. HDR situasional berhubungan dengan kegagalan pada kejadian hidup

d. Perubahan Sensori Persepsi : Kelebihan beban berhubungan dengan strees


psikologis

e. Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan/kontraksi otot yang lebih lama.

Post Sc
a. Nyeri akut berhubungan dengan pelepasan mediator nyeri (histamin,
prostaglandin) akibat trauma jaringan dalam pembedahan (section caesarea)
Intoleransi aktivitas b/d tindakan anestesi, kelemahan, penurunan sirkulasi
b. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan trauma jaringan / luka kering bekas
operasi.
c. Konstipasi berhubungan dengan penurunan tonus otot
d. Perubahan eliminasi urin berhubungan dengan trauma atau diversi mekanisme
efek-efek hormonal/anastesi
e. Defisit perawatan diri b/d kelemahan fisik akibat tindakan anestesi dan
pembedahan

3. Rencana Kperawatan/ Intervensi Keperawatan


Pre Operatif
a. Ansietas berhubungan dengan tindakan pembedahan (Operasi Sectio Caesar)
Tujuan :
- Mengungkapkan pemahaman tentang indikasi kelahiran sesaria.
- Mengenali ini sebagai metode alternative kelahiran bayi

Intervensi
Intervensi Rasional
1. Kaji respons psikologis pada 1. Makin klien merasakan ancaman, makin
kejadian dan ketersediaan system besar tingkat ansietas
pendukung. 2. Pada kelahiran sesaria yang tidak
2. Pastikan apakah prosedur direncanakan, klien/pasangan biasanya
direncanakan atau tidak direncanakan. tidak mempunyai waktu untuk persiapan
secara psikologis maupun fisiologis.
Bahkan bila direncanakan, kelahiran
sesaria dapat membuat ketakutan
klien/pasangan karena ancaman fisik
aktual atau dirasakan pada ibu dan bayi
yang berhubungan dengan prosedur dan
pembedahan itu sendiri.
3. Membantu membatasi transmisi ansietas
3. Tetap bersama klien dan tetap interpersonal, dan mendemonstrasikan
tenang. Bicara perlahan. Tunjukkan perhatian terhadap klien/pasangan.
empati 4. Memfokuskan pada kemungkinan
keberhasilan hasil akhir dan membantu
4. Beri penguatan aspek positif dari membawa ancaman yang dirasakan /
ibu dan kondisi janin. aktual ke dalam perspektif.
5. Mendukung mekanisme koping dasar dan
otomatik, meningkatkan kepercayaan diri
5. Dukung/arahkan kembali
dan penerimaan, dan menurunkan ansietas
mekanisme koping yang diekspresikan
6. Klien dapat mengalami penyimpangan
memori dari melahirkan masa lalu atau
6. Diskusikan pengalaman /
persepsi tidak realistis dari abnormalitas
harapan kelahiran anak pada masa lalu,
kelahiran sesaria yang akan meningkatkan
bila tepat.
ansietas.
7. Memungkinkan kesempatan bagi
klien/pasangan untuk menginternalisasi
informasi. Menyusun sumber-sumber, dan
7. Berikan masa privasi. Kurangi
mengatasi dengan efektif
rangsang lingkungan, seperti jumlah
orang yang ada, sesuai indikasi
keinginan klien.
b. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kesalahan interpretasi tentang
pembedahan seksio sesaria.
Tujuan : Klien akan mengungkapkan pemahaman tentang indikasi kelahiran
sesaria. dan mengenali ini sebagai metode alternative kelahiran bayi
Intervensi
Intervensi Rasional
1. Catat tingkat stress, dan apakah 1. Mengidentifikasi kesiapan klien atau
prosedur direncanakan atau tidak. pasangan untuk menerima informasi
2. Berikan informasi akurat dengan 2. Memberikan informasi dan
istilah-istilahh sederhana. Anjurkan mengklarifikasi kesalahan konsep.
pasangan untuk mengajukan Memberikan kesempatan untuk
pertanyaan dan mengungkapkan mengevaluasi pemahaman klien /
perasaan mereka dan pemahaman pasangan terhadap situasi.
mereka.
3. Tinjau ulang indikasi-indikasi 3. Perkiraan satu dari lima atau enam
terhadap pilihan alternative kelahiran kelahiran melalui operasi sesaria ;
seharusnya dilihat sebagai alternative
bukan cara yang abnormal, untuk
meningkatkan keselamatan dan
kesejahteraan maternal/janin.
4. Diskusikan sensasi yang diantisipasi 4. Mengetahui apa yang dirasakan dan apa
selama melahirkan dan periode yang normal membantu mencegah
pemulihan. masalah yang tidak perlu.

c. HDR situasional b/d kegagalan pada kejadian hidup.


Tujuan : Pasien mampu mengidentifikasi dan mendiskusikan perasaan
negative
Intervensi
Intervensi Rasional
1. Tentukan perasaan yang biasanya dari 1. Mendiagnosa perubahan konsep diri
klien tentang diri sendiri dan didasarkan pada pengetahuan persepsi diri
kehamilan. masa lalu dan pengalaman. Kelahiran
sesaria, apakah direncanakan atau tidak,
mempunyai potensi untuk mengubah
perasaan klien terhadap dirinya serdiri.
Klien melihat bahwa rencana kelahiran
telah diubah, dan intervensi pembedahan
diperlukan untuk melahirkan bayi,
sementara kebanyakan wanita mampu
melahirkan tanpa adanya intervensi ini
2. Anjurkan pengungkapan perasaan 2. Mengidentifikasi area untuk diatasi.
Reaksi klien bervariasi dan dapat
menyulitkan diagnosa pada periode
praoperasi. Perasaan citra diri negatif
berhubungan dengan kekecewaan akibat
pengalaman melahirkan dapat
mengganggu aktivitas pascapartum yang
berhubungan dengan keberhasilan
menyusui dan perawatan bayi
3. Anjurkan untuk bertanya dan 3. Meningkatkan pemahaman dan
memberikan informasi/penguatan memperjelas kesalahan konsep
pembelajaran sebelumnya
4. Berikan komunikasi verbal dari 4. Bila msalah harga diri timbul pada klien,
pengkajian dan intervensi. Informasi ini dapat menjadi berat pada periode
tertulis dapat diberikan pada waktu pascapartum. Selama periode praoperasi,
selanjutnya. klien difokuskan pada saat ini dan disini
serta tidak siap untuk membaca atau
menerima informasi tambahan.
5. Anjurkan keberadaan pasangan pada 5. Memberikan dukungan bagi ibu,
saat melahirkan sesuai kebutuhan. meningkatkan ikatan orangtua, dan
memberikan asupan tambahan pada
pengingatan klien akan pengalaman
kelahiran, karena lebih umum pada masa
krisis memori hilang
d. Perubahan Sensori Persepsi ; kelebihan beban b/d stress psikologis
Tujuan :
- Mengungkapkan pemahaman tentang kebutuhan peningkatan tingkat
aktivitas

- Tampak rileks

- Mempertahankan fokus, tidak memperhatikan distraksi tambahan


Intervensi
Intervensi Rasional
1. Kaji lingkungan terhadap faktor-faktor 1. Mengidentifikasi factor-faktor, yang dapat
yang menyebabkan kelebihan beban atau tidak dapat dikontrol. Melahirkan
sensori secara sesaria perlu banyak aktivitas
medis dan keperawatan untuk memastikan
kesehatan ibu dan bayi. Klien cenderung
untuk berfokus pada prosedur yang sedang
dilakukan dan perbincangan saat di
ruangan. Pengalaman kelahiran dapat
terganggu oleh metode teknik invasive,
memindahkan fokus dari kelahiran bayi ke
prosedur pembedahan.
2. Berikan informasi tentang rutinitas 2. Pengetahuan tentang prosedur, intrumen
pembedahan, termasuk bunyi-bunyian, dan alarm dapat membantu menurunkan
lampu, pakaian, dan instrument. ansietas
3. Libatkan klien/pasangan dalam 3. Mengabaikan klien dapat meningkatkan
percakapan diruang operasi atau diam, rasa takut, yang menghalangi mengalami
dengan menggunakan komunikasi kelahiran positif
yang memberi perhatian
4. Pertahankan kontak mata, khususnya 4. menunjukkan perhatian dan melibatkan
bila menggunakan masker klien/pasangan dalam aktivitas/percakapan
e. Nyeri akut b/d peningkatan / kontraksi otot yang lebih lama.
Tujuan : Klien akan mengungkapkan penurunan nyeri
Intervensi
Intervensi Rasional
1. Kaji lokasi, sifat dan durasi nyeri, 1. Menandakan ketepatan pilihan
khususnya saat berhubungan dengan tindakan. Klien yang menunggu
indikasi kelahiran sesaris kelahiran sesaria iminen dapat
mengalami berbagai derajat
ketidaknyamanan, tergantung pada
indikasi terhadap prosedur
2. Hilangkan factor-faktor yang 2. Tingkat toleransi ansietas adalah
menghasilkan ansietas (mis; kehilangan individual dan dipengaruhi oleh
control), berikan informasi akurat, dan berbagai faktor. Ansietas berlebihan
anjurkan keberadaan pasangan. pada respon terhadap situasi darurat
dapat meningkatkan ketidaknyamanan
karena rasa takut, tegang, dan nyeri
yang saling berhubungan dan merubah
kemampuan klien untuk mengatasi.
3. Instruksikan teknik relaksasi; posisikan 3. Dapat membantu dalam reduksi
senyaman mungkin. Gunakan sentuhan ansietas dan ketegangan dan
terapeutik. meningkatkan kenyamanan

Post Operasi SC

a. Nyeri akut berhubungan dengan pelepasan mediator nyeri (histamin,


prostaglandin) akibat trauma jaringan dalam pembedahan (section caesarea)
Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama …x 24 jam diharapkan
nyeri klien berkurang / terkontrol dengan kriteria hasil :
- Mengungkapkan nyeri dan tegang di perutnya berkurang
- Skala nyeri 0-1 ( dari 0 – 10 )
- TTV dalam batas normal ; Suhu : 36-37 0 C, TD : 120/80 mmHg, RR :18-
20x/menit, Nadi : 80-100 x/menit
- Wajah tidak tampak meringis
- Klien tampak rileks, dapat berisitirahat, dan beraktivitas sesuai
kemampuan
Intervensi :
INTERVENSI RASIONAL
1. Tentukan lokasi dan karakteristik 1. pasien mungkin tidak secara verbal
ketidaknyamanan perhatikan isyarat melaporkan nyeri dan
verbal dan non verbal seperti ketidaknyamanan secara langsung.
meringis. Membedakan karakteristik khusus dari
2. Berikan informasi dan petunjuk nyeri membantu membedakan nyeri
antisipasi mengenai penyebab paska operasi dari terjadinya
ketidaknyamanan dan intervensi komplikasi.
yang tepat. 2. meningkatkan pemecahan masalah,
3. Evaluasi tekanan darah dan nadi ; membantu mengurangi nyeri
perhatikan perubahan prilaku. berkenaan dengan ansietas.
4. Perhatikan nyeri tekan uterus dan 3. pada banyak pasien, nyeri dapat
adanya atau karakteristik nyeri. menyebabkan gelisah, serta tekanan
5. Ubah posisi pasien, kurangi darah dan nadi meningkat. Analgesia
rangsangan berbahaya dan berikan dapat menurunkan tekanan darah.
gosokan punggung dan gunakan 4. selama 12 jam pertama paska partum,
teknik pernafasan dan relaksasi dan kontraksi uterus kuat dan teratur dan
distraksi. ini berlanjut 2 – 3 hari berik utnya,
6. Lakukan nafas dalam dengan meskipun frekuensi dan intensitasnya
menggunakan prosedur- prosedur dikurangi faktor-faktor yang
pembebasan dengan tepat 30 menit memperberat nyeri penyerta meliputi
setelah pemberian analgesik. multipara, overdistersi uterus.
7. Anjurkan ambulasi dini. Anjurkan 5. merilekskan otot dan mengalihkan
menghindari makanan atau cairan perhatian dari sensasi nyeri.
berbentuk gas; misal : kacang- Meningkatkan kenyamanan dan
kacangan, kol, minuman karbonat. menurunkan distraksi tidak
8. Palpasi kandung kemih, perhatikan menyenangkan, meningkatkan rasa
adanya rasa penuh. Memudahkan sejahtera
berkemih periodik setelah 6. nafas dalam meningkatkan upaya
pengangkatan kateter indwelling. pernapasan. Pembebasan menurunkan
regangan dan tegangan area insisi dan
mengurangi nyeri dan
ketidaknyamanan berkenaan dengan
gerakan otot abdomen.
7. menurunkan pembentukan gas dan
meningkatkan peristaltik untuk
menghilangkan ketidaknyamanan
karena akumulasi gas
8. kembali fungsi kandung kemih normal
memerlukan 4-7 hari dan overdistensi
kandung kemih menciptakan perasaan
dan ketidaknyamanan.

b. Intoleransi Aktivitas b.d kelemahan, penurunan sirkulasi


Tujuan : Kllien dapat melakukan aktivitas tanpa adanya komplikasi
Kriteria Hasil : klien mampu melakukan aktivitasnya secara mandiri
Intervensi :
INTERVENSI RASIONAL
1) Kaji tingkat mobilitas dari klien 1) Diharapkan dapat mempermudah
2) Motivasi klien untuk pemberian tindakan pengobatan
melakukan mobilitas secara bertahap selanjutnya
3) Pertahankan posisi tubuh yang tepat 2) Diharapkan dapat meningkatkan
4) berikandukungan dan bantuan keluar kenyamanan dan ambulasi.
ga/orang terdekat pada latihan gerak 3) Dapatkan meningkatkan posisi
klien. fungsional pada tubuh klien.
4) Memampukan keluarga/orang
terdekat untuk aktifitas
dalam perawatan klien
perasaan senang dan nyaman pada
klien.
c. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan trauma jaringan / luka
bekas operasi (SC)
Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama …x 24 jam diharapkan
klien tidak mengalami infeksi dengan kriteria hasil :
- Tidak terjadi tanda - tanda infeksi (kalor, rubor, dolor, tumor, fungsio
laesea)
- TTV dalam batas normal
Intervensi :
INTERVENSI RASIONAL
1. Anjurkan dan gunakan teknik 1. membantu mencegah atau membatasi
mencuci tangan dengan cermat dan penyebaran infeksi.
pembuangan pengalas kotoran, 2. anemia, diabetes dan persalinan yang
pembalut perineal dan linen lama sebelum kelahiran sesarea
terkontaminasi dengan tepat. meningkatkan resiko infeksi dan
2. Tinjau ulang hemogolobin / memperlambat penyembahan.
hematokrit pranantal ; perhatikan 3. pasien yang berat badan 20%
adanya kondisi yang dibawah berat badan normal atau
mempredisposisikan pasien pada yang anemia atau yang malnutrisi,
infeksi pasca operasi. lebih rentan terhadap infeksi
3. Kaji status nutrisi pasien. Perhatikan pascapartum dan dapat memerlukan
penampilan rambut, kuku jari, kulit diet khusus.
dan sebagainya Perhatikan berat 4. mencegah dehidrasi ;
badan sebelum hamil dan memaksimalkan volume, sirkulasi
penambahan berat badan prenatal. dan aliran urin, protein dan vitamin C
4. Dorong masukkan cairan oral dan diperlukan untuk pembentukan
diet tinggi protein, vitamin C dan kolagen, besi diperlukan untuk sintesi
besi. hemoglobin.
5. Inspeksi balutan abdominal terhadap 5. balutan steril menutupi luka pada 24
eksudat atau rembesan. Lepasnya jam pertama kelahiran sesarea
balutan sesuai indikasi. membantu melindungi luka dari
6. Inspeksi insisi terhadap proses cedera atau kontaminasi. Rembesan
penyembuhan, perhatikan dapat menandakan hematoma.
kemerahan odem, nyeri, eksudat 6. tanda-tanda ini menandakan infeksi
atau gangguan penyatuan. luka biasanya disebabkan oleh
7. Bantu sesuai kebutuhan pada steptococus.
pengangkatan jahitan kulit, atau 7. insisi biasanya sudah cukup membaik
klips. untuk dilakukan pengangkatan jahitan
8. Dorong pasien untuk mandi shower pada hari ke 4 / 5.
dengan menggunakan air hangat 8. Mandi shower biasanya diizinkan
setiap hari. setelah hari kedua setelah kelahiran
9. Kaji suhu, nadi dan jumlah sel darah sesarea, meningkatkan hiegenis dan
putih. dapat merangsang sirkulasi atau
10. Kaji lokasi dan kontraktilitas uterus ; penyembuhan luka.
perhatikan perubahan involusi atau 9. Demam paska operasi hari ketiga,
adanya nyeri tekan uterus yang leucositosis dan tachicardia
ekstrem. menunjukkan infeksi. Peningkatan
suhu sampai 38,3 C dalam 24 jam
pertama sangat mengindentifikasikan
infeksi.
10. Setelah kelahiran sesarea fundus tetap
pada ketinggian umbilikus selama
sampai 5 hari, bila involusi mulai
disertai dengan peningkatan aliran
lokhea, perlambatan involusi
meningkatkan resiko endometritis.
Perkembangan nyeri tekan ekstrem
menandakan kemungkinan jaringan
plasenta tertahan atau infeksi.
d. Konstipasi berhubungan dengan penurunan tonus otot
Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama … x 24 jam,
diharapkan tidak terjadi konstipasi, tonus otot meningkat, dengan
Kriteria hasil : Pasien mampu BAB
Intervensi :
INTERVENSI RASIONAL
1. Auskultasi terhadap adanya bising 1. Mengevaluasi fungsi usus, adanya
usus pada keempat kuadran setiap 4 diastasis rektil berat menurunkan
jam setelah kelahiran sesarea tonus otot abdomen yang diperlukan
2. Anjurkan ibu untuk minum yang untuk upaya mengejan selama
adekuat pengosongan
3. Anjurkan penggunaan posisi 2. Cairan berfungsi untuk melunakkan
rekumben lateral kiri feses
4. Beri makanan yang tinggi serat 3. memungkinkan gas meningkatkan
5. Anjurkan ibu untuk mobilisasi dari kolon desenden ke sigmoid,
secara bertahap dan teratur memudahkan pengeluaran.
4. makan tinggi serat berguna untuk
merangsang enzim – enzim
pencernaan
5. Mobilisasi dapat melatih otot – otot
abdomen, sehingga terjadi
peningkatan tonus otot

e. Perubahan eliminasi urin berhubungan dengan trauma atau diversi mekanisme


efek-efek hormonal/anastesi
Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama … x 24 jam
diharapkan pola eliminasi urine ibu kembali normal, dengan kriteria hasil :
Ibu tidak takut berkemih
Intervensi :
INTERVENSI RASIONAL
1. Perhatikan dan catat jumlah, warna 1. Untuk memperlancar proses
dan konsentrasi drainase urine perkemihan
2. Anjurkan ibu untuk berkemih tiap 2. Untuk melatih otot – otot kandung
4-6 jam apabila memungkinkan kemih

f. Harga diri rendah berhubungan dengan merasa gagal dalam peristiwa


kehidupan
Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan pasien tidak lagi
mengungkapkan perasaan negatif diri dan situasi
Kriteria hasil :
- Mengungkapkan pemahaman mengenai faktor individu yang mencetuskan
situasi saat ini.
- Mengekspresikan diri yang positif.
Intervensi :
INTERVENSI RASIONAL
1. Tentukan respon emosional pasien / 1. Kedua anggota pasangan mungkin
pasangan terhadap kelahiran sesarea. mengalami reaksi emosi negatif
2. Tinjau ulang partisipasi terhadap kelahiran sesarea meskipun
pasien/pasangan dan peran dalam bayi sehat, orangtua sering berduka
pengalaman kelahiran. Identifikasi dan merasa kehilangan karena tidak
perilaku positif selama proses mengalami kelahiran pervagina
prenatal dan antepartal. sesuai yang diperkirakan.
3. Tekankan kemiripan antara kelahiran 2. Respon berduka dapat berkurang
sesarea dan vagina. Sampaikan sifat bila ibu dan ayah mampu saling
positif terhadap kelahiran sesarea. membagi akan pengalaman
Dan atur perawatan pasca patum kelahiran, sebagai dapat membantu
sedekat mungkin pada perawatan menghindari rasa bersalah.
yang diberikan pada pasien setelah 3. Pasien dapat merubah persepsinya
kelahiran vagina. tentang pengalaman kelahiran
sesarea sebagaiman persepsinya
tentang kesehatannya / penyakitnya
berdasarkan pada sikap professional.
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, I.J. 2001. Diagnosa Keperawatan, Edisi 8. Jakarta : EGC

Doengoes, Marylinn. 2001. Rencana Asuhan Keperawatan Maternal / Bayi. Jakarta : EGC

Nurarif, Amin Huda, dkk. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis

dan Nanda NIC-NOC Jilid 3. Yogyakarta : Media Action

Aisyah Nurul, 03 Juli 2014. https://www.scribd.com/doc/232464311/LAPORAN

PENDAHULUAN-PADA-PASIEN-POST-PARTUM-SC-docx. Diakses pada Tanggal 5

Oktober 2019

Arsa, Nick Budi. 2017. Laporan Pendahuluan Pasien dengan Post Sectio Caesarea (SC).

https://www.academia.edu/29001826/LAPORAN_PENDAHULUAN_PASIEN_DENGAN_

POST_SECTIO_CAESAREA_SC Diakses pada tanggal 5 Oktober 2019

Anda mungkin juga menyukai