Anda di halaman 1dari 34

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny.

U DENGAN DIAGNOSA G1A0P0


DENGAN CPD DI RUANG INSTALASI BEDAH SENTRAL
RS ROEMANI MUHAMMADIYAH SEMARANG

DISUSUN OLEH :
1. Adi Irawan S.Kep.,Ns
2. Dwi kurniawati A. Md.Kep
3. Fika Nadia Sari, S.Kep., Ns.

PENGURUS DAERAH
HIMPUNAN PERAWAT KAMAR BEDAH INDONESIA
JAWA TENGAH
2022
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sectio caesarea berarti bahwa bayi dikeluarkan dari uterus yang utuh
melalui operasi abdomen.Di negara-negara maju, angka sectio caesarea meningkat
dari 5 % pada 25 tahun yang lalu menjadi 15 %. Peningkatan ini sebagian
disebabkan oleh “mode”, sebagian karena ketakutan timbul perkara jika tidak
dilahirkan bayi yang sempurna, sebagian lagi karena pola kehamilan, wanita
menunda kehamilan anak pertama dan membatasi jumlah anak (Jones, 2002).
Menurut statistik tentang 3.509 kasus sectio caesarea yang disusun oleh
Peel dan Chamberlain, indikasi untuk sectio caesaria adalah disproporsi janin
panggul 21%, gawat janin 14%, plasenta previa 11% pernah sectio caesaria 11%,
kelainan letak janin 10%, pre eklamsi dan hipertensi 7% dengan angka kematian
ibu sebelum dikoreksi 17% dan sesudah dikoreksi 0,5% sedangkan kematian janin
14,5%(Winkjosastro, 2005).
Menurut Andon dari beberapa penelitian terlihat bahwa sebenarnya angka
kesakitan dan kematian ibu pada tindakan operasi sectio caesarea lebih tinggi
dibandingkan dengan persalinan pervaginam. Angka kematian langsung pada
operasi sesar adalah 5,8 per 100.000 kelahiran hidup. Sedangkan angka kesakitan
sekitar 27,3 persen dibandingkan dengan persalinan normal hanya sekitar 9 per
1000 kejadian.
WHO (World Health Organization) menganjurkan operasi sesar hanya
sekitar 10-15 % dari jumlah total kelahiran. Anjuran WHO tersebut tentunya
didasarkan pada analisis resiko-resiko yang muncul akibat sesar. Baik resiko bagi
ibu maupun bayi. (Nakita, 2008).
Pada tahun 2007-2008 jumlah persalinan dengan tindakan section caesarea
di Rumah Sakit Umum Meuraxa Banda Aceh berjumlah 145 kasus dari 745
persalinan keseluruhannya atau 19,46 %. Dari data diatas dapat disimpulkan
bahwa angka tersebut sudah melebihi batas yang ditetapkan oleh WHO yaitu 10-
15 % (Iqbal, 2002).
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memahami tentang tindakan section caesaria.
2. Tujuan Khusus
a.       Mahasiswa mampu menjelaskan definisi dari section caesaria.
b.      Mahasiswa mampu menyebutkan berbagai etiologi dari section caesaria.
c.       Mahasiswa mampu menyebutkan berbagai indikasi dari section caesaria.
d.      Mahasiswa mampu menjelaskan tujuan dari section caesaria.
e.       Mahasiswa mampu menyebutkan berbagai jenis-jenis dari section caesaria.
f.      Mahasiswa mampu menyebutkan berbagai komplikasi dari section caesaria.
g.      Mahasiswa mampu menjelaskan prognosis dari section caesaria.
h.      Mahasiswa mampu menjelaskan patofisiolagi dari section caesaria.
i.       Mahasiswa mampu menyebutkan berbagai pemeriksaan penunjang dari
section caesaria.
j.      Mahasiswa mampu mengetahui penatalaksanaan medis post section
caesaria.
BAB II
TINJAUAN TEORI

A.    Definisi
Sectio caesarea adalah pembedahan untuk melahirkan janin dengan
membuka dinding perut dan dinding uterus. (Sarwono , 2015)
Sectio caesarea adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat
sayatan pada dinding uterus melalui depan perut atau vagina. Atau disebut juga
histerotomia untuk melahirkan janin dari dalam rahim. (Mochtar, 2018)

B.     Etiologi
Indikasi klasik yang dapat dikemukakan sebagai dasar section caesarea
adalah :
a.  Prolog labour sampai neglected labour.
b.  Ruptura uteri imminen
c.  Fetal distress
d. Janin besar melebihi 4000 gr
e.  Perdarahan antepartum
    (Manuaba, I.B, 2019)

C.    Indikasi
Operasi sectio caesarea dilakukan jika kelahiran pervaginal mungkin akan
menyebabkan resiko pada ibu ataupun pada janin, dengan pertimbangan hal-
halyang perlu tindakan SC proses persalinan normal lama/ kegagalan proses
persalinan normal ( Dystasia).
         Fetal distress
         His lemah / melemah
         Janin dalam posisi sungsang atau melintang
         Bayi besar ( BBL
         ≥4,2 kg )
         Plasenta previa4
         Kalainan letak
         Disproporsi cevalo-pelvik ( ketidakseimbangan antar ukuran kepaladan
panggul)
         Rupture uteri mengancam
         Hydrocephalus
         Primi muda atau tua
         Partus dengan komplikasi
         Panggul sempit
         Problema plasenta

Indikasi yang menambah tingginya angka persalinan dengan sectio adalah :


a.  Malpersentasi janin
1.  Letak lintang
Bila terjadi kesempitan panggul, maka sectio caesarea adalah
jalan /cara yang terbaik dalam melahirkan janin dengan segala letak
lintang yang janinnya hidup dan besarnya biasa. Semua primigravida
dengan letak lintang harus ditolong dengan sectio caesarea walaupun
tidak ada perkiraan panggul sempit. Multipara dengan letak lintang dapat
lebih dulu ditolong dengan cara lain.
2.  Letak belakang
.a. Sectio caesarea disarankan atau dianjurkan pada letak belakang bila
panggul sempit, primigravida, janin besar dan berharga.
b. Plasenta previa sentralis dan lateralis
c. Presentasi lengkap bila reposisi tidak berhasil.
d. Gemeli menurut Eastman, sectio cesarea dianjurkan bila janin pertama
letak lintang atau presentasi bahu, bila terjadi interior (looking of the
twins), distosia karena tumor, gawat janin dan sebagainya.
e. Partus lama
f. Partus tidak maju
g. Pre-eklamsia dan hipertensi
h. Distosia serviks
D.    Tujuan Sectio Caesarea
Tujuan melakukan sectio caesarea (SC) adalah untuk mempersingkat
lamanya perdarahan dan mencegah terjadinya robekan serviks dan segmen bawah
rahim. Sectio caesarea dilakukan pada plasenta previa totalis dan plasenta previa
lainnya jika perdarahan hebat. Selain dapat mengurangi kematian bayi pada
plasenta previa, sectio caesarea juga dilakukan untuk kepentingan ibu, sehingga
sectio caesarea dilakukan pada placenta previa walaupun anak sudah mati.

E.     Jenis - Jenis Operasi Sectio Caesarea (SC)


a. Abdomen (SC Abdominalis)
1. Sectio Caesarea Transperitonealis
Sectio caesarea klasik atau corporal : dengan insisi memanjang pada
corpus uteri. Sectio caesarea profunda : dengan insisi pada segmen bawah
uterus.
2. Sectio caesarea ekstraperitonealis
Merupakan sectio caesarea tanpa membuka peritoneum parietalis dan
dengan demikian tidak membuka kavum abdominalis.
b. Vagina (sectio caesarea vaginalis)
Menurut arah sayatan pada rahim, sectio caesaria dapat dilakukan apabila :
Sayatan memanjang (longitudinal)
Sayatan melintang (tranversal)
Sayatan huruf T (T Insisian)
c. Sectio Caesarea Klasik (korporal)
Dilakukan dengan membuat sayatan memanjang pada korpus uteri kira-
kira 10cm. Kelebihan :
1.      Mengeluarkan janin lebih memanjang
2.      Tidak menyebabkan komplikasi kandung kemih tertarik
3.      Sayatan bisa diperpanjang proksimal atau distal
Kekurangan :
1.      Infeksi mudah menyebar secara intraabdominal karena tidak ada reperitonial
yang baik.
2.      Untuk persalinan berikutnya lebih sering terjadi rupture uteri spontan.
3.      Ruptura uteri karena luka bekas SC klasik lebih sering terjadi dibandingkan
dengan luka SC profunda. Ruptur uteri karena luka bekas SC klasik sudah
dapat terjadi pada akhir kehamilan, sedangkan pada luka bekas SC profunda
biasanya baru terjadi dalam persalinan.
Untuk mengurangi kemungkinan ruptura uteri, dianjurkan supaya ibu
yang telah mengalami SC jangan terlalu lekas hamil lagi. Sekurang -
kurangnya dapat istirahat selama 2 tahun. Rasionalnya adalah memberikan
kesempatan luka sembuh dengan baik. Untuk tujuan ini maka dipasang akor
sebelum menutup luka rahim.
d. Sectio Caesarea (Ismika Profunda)
Dilakukan dengan membuat sayatan melintang konkaf pada segmen bawah
rahim kira-kira 10cm
Kelebihan :
Penjahitan luka lebih mudah
Penutupan luka dengan reperitonialisasi yang baik
Tumpang tindih dari peritoneal flap baik sekali untuk menahan isi uterus ke
rongga perineum
Perdarahan kurang
Dibandingkan dengan cara klasik kemungkinan ruptur uteri spontan lebih kecil
Kekurangan :
Luka dapat melebar ke kiri, ke kanan dan bawah sehingga dapat
menyebabkan arteri uteri putus yang akan menyebabkan perdarahan yang banyak.
Keluhan utama pada kandung kemih post operatif tinggi.
F.     Komplikasi
a. Infeksi Puerperalis
Komplikasi ini bersifat ringan, seperti kenaikan suhu selama beberapa
hari dalam masa nifas atau dapat juga bersifat berat, misalnya peritonitis, sepsis
dan lain-lain. Infeksi post operasi terjadi apabila sebelum pembedahan sudah
ada gejala - gejala infeksi intrapartum atau ada faktor - faktor yang merupakan
predisposisi terhadap kelainan itu (partus lama khususnya setelah ketuban
pecah, tindakan vaginal sebelumnya). Bahaya infeksi dapat diperkecil dengan
pemberian antibiotika, tetapi tidak dapat dihilangkan sama sekali, terutama SC
klasik dalam hal ini lebih berbahaya daripada SC transperitonealis profunda.
b. Perdarahan
Perdarahan banyak bisa timbul pada waktu pembedahan jika cabang
arteria uterina ikut terbuka atau karena atonia uteri
c. Komplikasi - komplikasi lain seperti :
Luka kandung kemih
Embolisme paru – paru

G.    Prognosis (Sarwono,2018)


Dulu angka morbiditas dan mortalitas untuk ibu dan janin tinggi. Pada masa
sekarang, oleh karena kemajuan yang pesat dalam teknik operasi, anastesi,
penyediaan cairan dan darah, indikasi dan antibiotika angka ini sangat menurun.
Angka kematian ibu pada rumah-rumah sakit dengan fasilitas operasi yang baik
dan oleh tenaga-tenaga yang cekatan adalah kurang dari 2 per 1000. Nasib janin
yang ditolong secara sectio caesarea sangat tergantung dari keadaan janin sebelum
dilakukan operasi. Menurut data dari negara-negara dengan pengawasan antenatal
yang baik dan fasilitas neonatal yang sempurna, angka kematian perinatal sekitar  
4-7 %         
H.    Patofisiologi
Adanya beberapa kelainan / hambatan pada proses persalinan yang
menyebabkan bayi tidak dapat lahir secara normal / spontan, misalnya plasenta
previa sentralis dan lateralis, panggul sempit, disproporsi cephalo pelvic, rupture
uteri mengancam, partus lama, partus tidak maju, pre-eklamsia, distosia serviks,
dan malpresentasi janin. Kondisi tersebut menyebabkan perlu adanya suatu
tindakan pembedahan yaitu Sectio Caesarea (SC).
Dalam proses operasinya dilakukan tindakan anestesi yang akan
menyebabkan pasien mengalami imobilisasi sehingga akan menimbulkan masalah
intoleransi aktivitas. Adanya kelumpuhan sementara dan kelemahan fisik akan
menyebabkan pasien tidak mampu melakukan aktivitas perawatan diri pasien
secara mandiri sehingga timbul masalah defisit perawatan diri.
Kurangnya informasi mengenai proses pembedahan, penyembuhan, dan
perawatan post operasi akan menimbulkan masalah ansietas pada pasien. Selain
itu, dalam proses pembedahan juga akan dilakukan tindakan insisi pada dinding
abdomen sehingga menyebabkan terputusnya inkontinuitas jaringan, pembuluh
darah, dan saraf - saraf di sekitar daerah insisi. Hal ini akan merangsang
pengeluaran histamin dan prostaglandin yang akan menimbulkan rasa nyeri (nyeri
akut). Setelah proses pembedahan berakhir, daerah insisi akan ditutup dan
menimbulkan luka post op, yang bila tidak dirawat dengan baik akan
menimbulkan masalah risiko infeksi.

I.       Pemeriksaan Penunjang


1.  Hemoglobin atau hematokrit (HB/Ht) untuk mengkaji perubahan dari kadar pra
operasi dan mengevaluasi efek kehilangan darah pada pembedahan.
2.   Leukosit (WBC) mengidentifikasi adanya infeksi
3.  Tes golongan darah, lama perdarahan, waktu pembekuan darah
4.   Urinalisis / kultur urine
5.    Pemeriksaan elektrolit
J.      Penatalaksanaan Medis Post SC
a.  Pemberian cairan
b.  Diet
c.  Mobilisasi
d.  Kateterisasi
e.  Pemberian obat-obatan
1.  Antibiotik
Cara pemilihan dan pemberian antibiotic sangat berbeda-beda setiap
institusi
2.  Analgetik dan obat untuk memperlancar kerja saluran pencernaan
a) Supositoria = ketopropen sup 2x/24 jam
b) Oral = tramadol tiap 6 jam atau paracetamol
c) Injeksi = penitidine 90-75 mg diberikan setiap 6 jam bila perlu
3.  Obat-obatan lain
Untuk meningkatkan vitalitas dan keadaan umum penderita dapat
diberikan caboransia seperti neurobian I vit. C
f.  Perawatan luka
Kondisi balutan luka dilihat pada 1 hari post operasi, bila basah dan
berdarah harus dibuka dan diganti
g.  Perawatan rutin
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pemeriksaan adalah suhu, tekanan
darah, nadi,dan pernafasan. (Manuaba, 2019)
BAB III
TINJAUAN KASUS

A. Asuhan keperawatan Pre Operawtif


Hari/tanggal : Rabu, 3 Maret 2022
Pukul : 07.30 WIB
Tempat : Ruag IBS Rumah Sakit Roemani Semarang
Metode : Wawancara, observasi, dan pemeriksaan fisik
Sumber : Klien, keluarga, dan rekam medis
1. Identitas
a. Identitas klien
Nama : Ny.U
Umur/tgl lahir : 30 th
Normor RM :561 xxx
Diagnose medis :G1P0A0 hamil 40++ minggu dengan CPD
Jenis kelamin :Perempuan
Agama :Islam
Alamat : Semarang
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : ibu rumah tangga
Tanggal masuk RS : 03 maret 2022
Bangsal : Ayyub I
b. Penanggung jawab
Nama :Tn.S
Umur : 33 th
Pendidikan :SMA
` Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : semarang
Hub. Dengan klien : Suami
2. Riwayat kesehatan
a. Keluhan utama
Klien mengatakan takut akan tindakan operasi yang akan dilakukan
b. Riwayat kesehatan sekarang
Klien merasa takut dengan tindakan operasi karena baru pertama kali
melakukan operasi sc
c. Riwayat keluhan saat masuk rs
Klien dating dengan keluhan CPD dengan usia kehamilan 40 ++
d. Riwayat kehamilan terakhir
a) Kehamilan :G1P0A0
b) HPHT :klien lupa
c) HPL :-
d) ANC : teratur di rumah sakit
3. Check list pre operatif
Rekam medis klien ada : ada
Persyaratan asministrasi : ada
Persiapan darah :-
Premeedikasi :-
Terakhir makan/minum :-
Inform consent : inform bedah dan infrm anastesi (lengkap)
Persiapan kulit/cukur : sudah
Gigi palsu/softlens :tidak ada
Perhiasan yang digunakan :tidak ada
Lab darah :ada
Infuse :terpasang infus RL 1 jalur, 40 tt/mnt
Chateter urine :terpasang
Alergi obat :tidak ada
Lain-lain :-
4. Pemeriksaan fisik
Keadaan umum : terlihat lemas dan cemas
Keadaran : composmentis
Status psikolos : baik
Data subyektif :klien mengatakan cemas menghadapi operasi karena ini
merupakan operasi pertamanya
Data obyektif : klien terlihat tegang dan gelisah, kulit teraba
dingin, tanda vital TD 110/70 mmHg, nadi 90x/mnt, RR 24x/mnt, suhu 36,8oC,
dan SpO2 90%
5. Data penunjang

No Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai


normal
1. Leukosit 8.35 10*3/uL 3.6-11
2. Eritrosit L 3.55 10*6/uL 3.8-5.2
3. HB L 10.60 G/dL 11.7-15.5
4. HT L 30.10 35-47
5. MCV 84.80 fL 80-100
6. MCH 29.90 Fg 26-34
7. MCHC 35.20 g/dL 32-36
8. Trombosit 230 10*3/uL 150-440
9. RDW 13.00 11.5-14.5
10.PLCR 29.5
11.Eosinophil absolute 0.14 10*3/uL 0.045-0.44
12.Besofil absolute 0.02 10*3/uL 0-0.2
13.Netrofil absolute 6.48 10*3/uL 1.8-8
14.Limfosit absolute 1,13 10*3/uL 0.9-5.2
15.Monosit absolute 0,58 10*3/uL 0.16-1
16.Eosinophil L 1,70 2-4
17.Besofil 0,20 0-1
18.Neutrophil H &&,70 50-70
19.Limfosit L 13,50 25-40
20.Monosit 6.90 2-8
21.Golongan darah AB Rh(+)
22.Glukosa sewaktu 80 Mg/dL <125

6. Analisa Data pre operatif


Nama : ny. U
Umur : 29 tahun 7 bulan 13 hari
No RM :60-55-72

NO Tanggal /Jam data Fokus masalah Etiologi


1. 03 -02-2022 / DS: Ansietas Krisis
10.00 Wib - klien situasional
mengatakan (kecemasan
takut dengan terhadap
tindakan tindakan
operasi yang sectio
akan dilakukan caesarea)
DO: Gejala dan
- klien tampak tanda mayor
gelisah subjektif
- Hamilton 1. Merasa
rating scale for kawatir
anxiety : 17 dengan
akibat dari
kondisi
yang
dihadapi
Gejala dan
tanda mayor
objektif
1. Tampak
gelisah
2. Tampak
tegang

7. Intervensi intra operatif


Nama : Ny. U
Umur /tanggal lahir : 29 tahun 7 bulan 13 hari
No RM : 60-55-72

N Tanggal /jam Tujuan dan intervensi paraf


O criteria hasil
1. 03-02-2022 / Setelah Observasi Kelompok
10.00 Wib dilakukan - Identifikasi saat
tindakan 1x 15 tingkat ansietas
menit berubah
diharapkan - Monitor tanda
tingkat ansietas – tanda ansietas
klien menurun Terapautik
dengan criteria - Ciptakan
hasil sebagai suasana
berikut terapetik untuk
a. Perilaku menumbuhkan
gelisah kepercayaan
ditingkatkan - Temani pasien
menjadi 4 untuk
b. Perilaku mengurangi
tegang kecemasan
ditengkatkan - Gunakan
menjadi 4 pendekatan
c. Pucat yang tenang
ditingkatkan dan
menjadi 4 meyakinkan
- Motivasi
mengidentifika
si situasi yang
memicu
kecemasan
Edukasi
- Jelaskan
prosedur
termasuk
sensasi yang
mungkin
dialami

8. Implementasi keperawatan pre operatif


Nama :Ny. U
Umur /tanggal lahir : 29 tahun 7 bulan 13 hari
No RM : 60-55-72

N Tanggal Tindakan Keperawatan Respon Paraf


O
1. 03-02- - mengidentifikasi DS: Klien kelompok
2022 saat tingkat ansietas mengatakan
berubah khawatir terhadap
proses operasi
DO:
- pasien tampak
cemas
dan sering
bertanya
mengenai
proses
operasinya
- memonitor tanda –
tanda ansietas
DS: Pasien
mengatakan baru
pertama kali akan
- menciptakan dilakukan operasi
suasana terapetik DO: pasien
untuk tampak cemas
menumbuhkan
kepercayaan DS: -
DO: pasien
- menemani pasien tampak tenang
untuk mengurangi
kecemasan

DS: -
- menggunakan DO: Pasien
pendekatan yang tampak tenang
tenang dan
meyakinkan
DS: -
DO: -

- memotivasi
mengidentifikasi
situasi yang DS: -
memicu kecemasan DO: Pasien
tampak percaya
diri dalam
- menjelaskan menghadapi
prosedur termasuk operasinya
sensasi yang
mungkin dialami DS: Pasien
mengatakan sudah
mengerti tentang
prosedur
operasinya
DO: -

9. Evaluasi keperawatan pre operatif


Nama :Ny. U
Umur/ tanggal lahir : 29 tahun 7 bulan 13 hari
No RM : 60-55-72

N Tanggal / jam Catatan perkembangan paraf


O
1. 03-02-2022 / S: klien mengatakan dirinya tidak takut kelompok
10.15 wib lagi dan siap untuk dioperasi
O: klien tampak tenang
A: masalah keperawatan teratasi
P: intervensi di hentikkan

B. Asuhan Keperawatan intra Operatif


1. Pengkajian intra operasi
Ny. U masuk ke kamar operasi pukul 10.55 wib
a. Data subjektif
Klien mengatakan dingin
b. Data objektif
- Ny.U dilakukan spinal anestesi
- Ny. U diatur dalam posisi supinasi
- Kulit teraba dingin
- Klien tampak menggigil
- TTV :
TD: 120/80 mmhg
Nadi : 88 x/menit
RR : 22 X/menit
S: 37oC
SPO2 : 99 %
CRT : Kurang dari 3 detik

2. Analisa data intra operasi

N Tanggal/ Data etiologi Masalah Paraf


O jam
1. 03 -02 – DS: klien Terpapar Hipotermi kelompo
2022 mengatakan suhu k
10.30 wib dingin lingkungan
DO: - rendah
- ekstermita Gejala dan
s klien tanda
teraba mayor
dingin objektif :
- S: 35,5 Oc - Kulit
- Suhu teraba
kamar dingin
operasi - Suhu
19Oc tubuh
dibawah
nilai
normal

2. 03-02-2022 DS: - Tindakan Resiko kelompo


10.35 wib DO : pembedaha perdaraha k
- Mulai n n
insisi Data mayor
- Output objektif :
terjadi
perdarahan
± 450 cc

3. Intervensi keperawatan intra operasi


Diagnosa intra operasi dan intervensi keperawatan

no Diagnosa Tujuan dan Intervensi paraf


criteria hasil
1. Hipotermi Setelah Observasi Kelompok
berhubungan dilakukan - Monitor suhu
dengan tindakan tubuh
Terpapar keperawatan -
suhu selama 1x60 - terapetik
lingkungan menit - - lakukan
rendah diharapkan penghangatan
hipotermi dapat pasif
teratasi dengan (menambahkan
criteria hasil selimut)
- Menggigil di-
tingkatkan
menjadi 4

2. Resiko Setelah Observasi kelompok


perdarahan dilakukan - Monitor tanda
berhubungan tindakan dan gejala
dengan keperawatan perdarahan
Tindakan selama Terapetik
pembedahan 1x60menit Pertahankan bed
diharapkan rest selama
resiko perdarahan
perdarahan
menurun
dengan criteria
hasil:
- Kelembapan
membrane
mukosa
ditingkatkan
menjadi 4
- Perdarahan
pasca
operasi
ditingkatkan
menjadi 5
- Suhu tubuh
ditingkatkan
menjadi

4. Implementasi keperawatan intra operasi

No Tanggal Implentasi Respon Paraf


Dx
1. 03-02- - Monitor suhu tubuh DS: - kelompok
2022 DO:
TD 106/65
mmhg
HR: 68 X/menit
Terpasang
- lakukan
selimut
penghangatan pasif
(menambahkan
DS: -
selimut
DO:Klien sudah
tidak tampak
pucat

2. 03-02- Memonitor tanda dan DS:- Kelompok


2022 gejala perdarahan
DO: Jumlah
perdarahan klien
Pertahankan bed rest ±450 cc
selama perdarahan
DS:-
DO:pasien
tampak tidak
mengalami
kedinginan

C. Asuhan keperawatan post operatif


1. Pengkajian post operasi
Klien dipindahkan ke recovery room jam 11.30 wib
a. Data subjektif
Klien mengatakan badannya lemas setelah dilakukan operasi
b. Data objektif

Klien  Reflek motorik 


sadar
GCS (E4  Delirium -
M5 V6)
Spinal  Sianosis -
anestesi
General - Konjungtiva anemis -
anestesi
Local - bibir kering -
anestesi
Suara - Akral dingin 
nafas
ngorok
Tanda – tanda vital
TD: 120/80 mmhg
Nadi : 88 x/menit
RR : 22 X/menit
S: 37oC
SPO2 : 99 %
CRT : Kurang dari 3 detik

2. Analisa data post operasi

N Tangga Data Etiologi Masalah paraf


o l / jam
1. 03-02- DS: - Factor Ganggua Kelompo
2022 DO: mekanis n k
11.30 terdapat integritas
wib luka insisi kulit /
10 cm di jaringan
daerah
abdominal
bawah
2. 03-02- DS: klien Efek agen Resiko Kelompo
2022 mengataka farmokologi jatuh k
n kaki s
terasa berat
untuk
diangkat
DO: klien
dipindahka
n dari meja
operasi ke
brangkar
dengan
bantuan
perawat
Nilai
bromage
score 5

3. Intervensi keperawatan post operasi

No Diagnosa Tujuan Intervensi paraf


criteria
hasil
1 Gangguan Setelah Observasi:
integritas kulit / dilakukan -identifikasi
jaringan tindakan penyebab kelompok

berhubungan keperawatan gangguan


dengan selama integritas
Faktor mekanis 1x15menit kulit( suhu
diharapkan lingkungan)
gangguan - anjurkan
integritas meningkatkan
kulit asupan nutrisi
menurun
dengan
criteria hasil:
- Elastisitas
ditingkatkan
ke 4
- Nyeri
ditingkataka
n ke 4
- Suhu kulit
ditingkatkan
ke4

2 Resiko jatuh Setelah Observasi: kelompok


berhubungan dilakukan - Identifikasi
dengan Faktor tindakan kebutuhan
mekanis keperawatan keselamatan
selama - Monitor
1x15menit perubahan
diharapkan status
resiko jatuh keselamatan
menurun lingkungan
dengan - Gunakan
criteria hasil: perangkat
- m pelindung(tra
in)

4. Implementasi keperawatan post operasi

No Tanggal Implementasi Respon Paraf


DX keperawatan hasil
1 03-02-2022 -mengidentifikasi DS:- kelompok
penyebab DO:
gangguan tampak
integritas perban di
kulit( suhu abdominal
lingkungan) bawah

- menganjurkan DS: klien


meningkatkan mengatakan
asupan nutrisi akan makan
tanpa
pantangan
DO:
-
2 03-02-2022 - mengidentifikasi DS:- kelompok
kebutuhan DO:
keselamatan - TD 106/65
mmhg
HR: 68
X/menit
Terpasang
selimut
-terpasang
- Memonitor
train kanan
perubahan status
dan kiri
keselamatan
DS:
lingkungan
DO:
- TD 106/65
mmhg
HR: 68
X/menit

- menggunakan Terpasang

perangkat selimut

pelindung(train) -terpasang
train kanan
dan kiri

DS:
DO:
- TD 106/65
mmhg
HR: 68
X/menit
Terpasang
selimut
-terpasang
train kanan
dan kiri

5. evaluasi keperawatan

No Tanggal Evaluasi Paraf


DX
1 03-02-2022 S: - kelompok
O:
-klien mengerti dan paham
tentang informasi yang
diberikan oleh perawat
A:
-masalah keperawatan
gangguan integritas kulit
teratasi
P:
-lanjutkan terapi caring
sampai di ruang RR
2 03-02-2022 S:- kelompok
O:
-klien terpasang pengaman
tempat tidur
-klien tampak tenang
-bromag score dengan nilai
out 2
A:
-masalah keperawatan
resiko jatuh teratasi
P:
pertahankan intervensi

BAB IV
PEMBAHASAN KASUS

PENGELOLAAN PASIEN PERIOPERATIF

SERAH TERIMA PASIEN (CHECK IN)

1. Pasien dari ruang Ayyub 2 datang ke IBS dilakukan serah terima pasien antara
perawat ruangan dengan perawat IBS.
2. Melakukan transfer pasien dari brankart ruangan dengan menggunakan easy
move ke brankart kamar bedah di holding room
3. Mengganti baju pasien dan memakai topi operasi serta memasang siderail
brankart kamar bedah
4. Melakukan pengecekan pengisian ceklist yang berisi lama puasa, pengecekkan
inform concern (persetujuan operasi),identitas pasien, kelengkapan serah
terima pasien lainnya termasuk obat –obatan yang dibawa.
5. Memeriksa keadaan pasien di ruang pra induksi, meliputi tingkat kesadaran
tanda- tanda vital (TTV) dan kaji riwayat alergi, memasang stiker warna merah
bila terjadi reaksi alergi obat – obat pre medikasi tertentu.

SIGN IN
Perawat sirkuler melakukan Sign In di ruangan pra induksi sebelum induksi
anestesi , dan dihadiri minimal oleh dokter anestesi, perawat bedah , dan perawat
anestesi .
a. Apakah pasien telah memeberikan konfirmasi kebenaran identifikasi, lokasi
operasinya, prosedurnya dan telah memberikan persetujuan dalam lembar
informed concent? (sudah)
b. Apakah lokasi operasi sudah diberikan tanda/ marking? (sudah demarking)
c. Apakah mesin dan obat anastesi telah dicek dan lengkap? (Sudah)
d. Apakah pulse oximeter sudah terpasang dan berfungsi? (Sudah)
Apakah pasien memiliki
a. Riwayat alergi yang diketahui? (Tidak)
b. Resiko kesulitan pada jalan nafas atau resiko aspirasi? (Tidak Ada)
c. Resiko Kehilangan Darah > 200 ml (35ml/Kg BB pada Dewasa )? (Tidak
Ada)

PERSIAPAN TIM BEDAH, ANESTESI DAN PENGOLAAN PASIEN


1. Dokter operator, asisten operasi, perawat instrumen menggunakan APD
(Penutup Kepala, Masker, Kacamata, Apron, Sandal/sepatu boot).
2. Alasi meja operasi dengan menggunakan duk bersih dan underpad kemudian
pasien dipindahkan kemeja operasi dari brankart secara aman dengan
menggunakan easy move
3. Perawat instrumen menyiapkan instrument Set Dasar Yang akan digunakan
untuk tindakan operasi section cesarea
4. Perawat sirkuler memasang pulse oximeter, beside monitor, sphimomanometer
dan menempatlan infus pada standart infus, cek mesin suction dan pasang
tabung suction
5. Tim anestesi (dokter anestesi dan panata anestesi) melakukan anestesi dengan
melakukan anastesi deengan teknik Spinal Anestesi (SA)
6. Kemudian perawat sirkuler mengatur posisi pasien supinasi

SCUBING

Dokter operator, perawat instrument, asisten operator melakukan cuci tangan


bedah. (air mengalir, chlorehexidine 4%, pembersih kuku, sponge,sikat). Dengan
langkah – langkah :

a) Lepas asesoris yang berada ditangan


b) Pakai apron
c) Lipat lengan baju 10 cm diatas siku
d) Basahi tangan dan lengan sampai 5 cm diatas siku dibawah air mengalir.
e) Bersihkan kuku dengan menggunakan pembersih kuku di bawah air
mengalir dari arah dalam keluar
f) Tuang cairan chlorhexididine 4% ke spon secukupnya (5ml)
g) Basahi spon dan remas – remas sampai berbusa, lumuri dan gosok seluruh
permukaan tngan sampai 5 cm diatas siku.
h) Sikat kuku jari pada masing – masing tangan selama 1 menit (dengan arah
menjauhi badan)
i) Buang sikat dan bilas dengan air mengalir sampai bersih (spon tetap
dipegang)
j) Dengan meremas spon sampai berbusa, lumuri kembali tangan sampai 3/4
lengan (5 detik untuk 2 tangan)
k) Gunakan spon untuk membersihkan tangan kiri dan kanan (mulailah
menggosok telapak tangan selama 15 detik, punggug tangan 15 detik,
kemudian seluruh jari 15 detik secara berurutan. Setiap jari digosok seolah
mempunyai 4 sisi) lalu buang spon kemudian bilas dibawah air mengalir
sampai bersih .
l) Lumuri kembali dan gosok telapak tangan sampai pergelangan tangan
dengan chlorexidine 4%, lakukan cuci tangan procedural
m)Bilas dengan air mengalir sampai bersih
n) Biarkan air mengalir dari arah tangan sampai siku, jangan dikibas .
o) Pertahankan posisi tangan agar telapak tangan sejajar dengan bahu.
GOWNING Dan GLOVING
9. Dokter operator, perawat instrumen, asisten operator mengeringkan tangan
dengan towel kemudian memakai jas operasi dan glove steril. (jari – jari tidak
boleh melewati manset jas operasi)
10. perawat intrumen menyiapkan meja mayo.meliputi mamasang sarung meja,
perlak pengalas dan menyiapkan intrumen di meja mayo

INSTRUMENTASI
11. Scrubing nurse/ instrumentator menyiapkan instrument set dasar dan alat
tambahan untuk tindakan Debridement dan bahan habis pakai meliputi kassa
steril 20, memasang bisturi no.22 pada scapel no.4
ASEPSIS
Perawat instrumen memberikan kassa steril yang telah dijepit dengan sponge
holding forcep dan Bowl yang berisi povidion iodine 10% dan alcohol 70% di
kidney tray kepada operator untuk melakukan asepsis pada area operasi

DRAPPING
13. Perawat instrument memberikan duk steril, kepada asisten operator untuk
melakukan drapping
a. Berikan satu duk besar untuk menutupi area caudal dengan menyisakan
area operasi yang telah di asepsis . berikan satu duk besar untuk menutupi
bagian tubuh atas /frontal pasien. instrumentator dan asisten operator
masing – masing membawa 1 duk sedang untuk bagian samping kemudian
fiksasi dengan doek klem. Pasang set duk perlak diatas duk besar nbagian
bawah / caudal untuk mencegah tumoahan darah selama prosedur SC.
b. pasang dan fiksasi set Handpiece couter ESU dengan towel klip atau doek
klem kecil yang bersebelahan dengan selang suction. (sirkuler
memasangkan pada alat ESU dan suction, setelah operator siap di tempat
prosedur).

TIME OUT
14. Perawat sirkuler memimpin Time Out
a. Seluruh anggota telah menyebutkan nama dan peran – peran masing
b. Konfirmasi klien mengenai (identitas klien, diagnose, prosedur operasi dan
area insisi)
c. Antibiotic profilaksis telah diberikan dalam 60 menit? (a , sudah diberikan
cefotaxim 1 gram melalui iv)

ANTISIPASI KEJADIAN KRITIS:


 Operator
a. Hal kritis atau langkah tak terduga apakah yang mungkin diambil? (Tidak
ada)
b. Berapa estimasi lama operasi? (1jam)
c. Antisipasi kehilangan darah yang dipersiapkan? (tidak ada)
 Tim Anestesi
a. Adakah masalah spesifik yang timbul? (tidak ada)
b. Adakah terdapat hal penting mengenai pasien yang perlu di perhatikkan?
(pengaturan hemodinamika,ASA 2)
 Tim Keperawatan
a. Apakah peralatan sudah steril? (steril sesuai indicator)
b. Adakah alat Khusus harus diperhatikan? (tidak ada)
Dipersilahkan operator untuk memimpin DOA

Langkah- langkah operasi section caesarea (SC)


No Uraian langkah-langkah operasi Instrument, BHP, dan Sponge
1. Posisikan pasien supinasi
2. Desinfektan area abdomen dengan kassa yang telah - Kassa (2)
dicelupkan ke povidone iodine 10% - Povidon iodine 10%
3. Lakukan drapping - Doek steril (5)
- Doek klem (6)
4. Perawat instrument memberikan pincet - Pinset chirurgis/ tissue
chirurgis/tissue forceps kepada operator untuk forceps (1)
memastikan keberhasilan tindakan anestesi dengan
rangsang atau sensitivitas nyeri.
5. Peraat instrument memberikan scalpel no.4 an bisturi - Scalpel no.4 (1)
no. 22 yang diletakkan diatas kidney tray kepaa - Bisturi n0.22(1)
operatr untuk menginsisi kulit sampai lemak - Kidney tray (1)
6. Perawat instrument membikan haemostatic forceps - Haemostatic forceps
curved kepada operator untuk mengontrol perdarahan curved (1)
dengan cara menjepit ujung embuluh darah yang - Hndpiece couter /ESU
terputus dengan haemostatic forceps curved, lalu (1)
asisten operator menggunakan Handpiece couter ESU - Kassa./gass (1)
untuk koagulasi
7. Perawat instrument memberikan langen back kepada - Handpiece couter/ESU
asisten operator untuk melebarkan lapang pandang (1)
dan memberikan Handpiece couter kepada operator - Dissecting scissors (1)
untuk menginsisi lemak - Langenback (1)
8. Perawat instrument memberikan bisturi 22 untuk - Dissecting scissors
menginsisi fasia lalu dilebarkan dengan dissecting - Bisturi no,22 (1)
scissors
9. Perawat instrument memberikan haemostatic forep - Haemostatic forceps
curved kepada operator untuk menyisihkan otot dan curved(1)
memberikan langenback untuk melebarkan lapang - Langenback (2)
pandang
10. Perawat instrument memberikan haemostatic forcep - Gunting jaringan
curved untuk menjepit sisi-sisi peritoneum, lalu sisi (dissecting scissors (1)
peritoneum diangkat dan insisi peritoneum - Haemostatic forceps
menggunakan guntung jaringan curved (2)
11. Perawat instrument memberikan abdominal retractor - Abdominal retractor
untuk memperlebar lapang pandang area operasi (1)
12. Perawat instrument memberikan bisturi no. 22 dan - Scalpel n0.4 (1)
scalpel no.4 yang diletakkan diatas kidney tray kepada - Bisturi n0.22 (1)
operator untuk menginsisi uterus, lalu suction - Pinset chirurgis (1)
perdarahan. - Suction (1)
13. Perawat instrument memberikan piset chirurgis untuk - Pinset chirurgis (1)
memecah selaput ketuban, suction air ketuan, lalu - Suction (1)
bayi dikeluarkan dengan bantuan forceps. - Forceps (1)
14. Perawat instrument memberikan haemostatic forceps - Haemostatic forces
straight (Kelly klem) dan sissecting seissor untuk straight/Kelly klem (2)
memotong tali pusat, kemudian bayi diberikan kepada - Dissecting scissors (1)
bidan
15. Operator mengeluarka plasenta dan taruh kidney tray - Kidney tray (1)
- Haemostatic forces
straight/Kelly klem
16. Perawat instrument memberikan kepada operator - Ovarium forceps (4)
ovarium forceps untuk mengklem/menjepit ovarium
bagian atas, bawah, kanan, dan kiri
17. Perawat unstrument memberikan gombyok kepada - Kassa gombyok
operator untuk membersihkan darah dan (Kocher + 2 kassa) (3)
menghentikan perdarahan - Kassa gombyok
+povidone iodine 10%
(1)
18. Perawat instrument menmberikan set jahitan dan - Benang monofilament
pinset anatomis kepada operator untuk menjahit 1 tapper (1)
uterus dan memberikan haemostatic forceps kepada - Needle holder (1)
operator untuk memotong benang - Pinset anatomis (1)
- Haemostatic forceps
curved (1)
- Delicate scissors (1)
- Abdominal retractor
(1)
19. Setelah uterus terjahit semua, perawat instrument - Kassa gombyok
memberikan gombyok kepada operator untuk (Kocher + kassa) (2)
mmbersihkan sisa stosel dan mengevaluasi ada - Handpiece couter (1)
tidaknya perdarahan. - Pinset anatomis (1)
- Selang suction (1)
20. SIGN OUT
Lakukan penghitungan instrument dan kassa yang digunakan
Nama barang Jumlah sebelum Jumlah intra Jumlah tambahan Jumlah pasca
Instrument 48 48 0 48
Jarum 3 3 0 3
Kassa 30 30 0 30
Darm kassa 1 1 - 1
Perdarahan 350 cc ditabung suction dan 25 kassa /gass basah dengan darah dan 1 darm gass
- Apakah terdapat permasalahan peralatan yang perlu disikapi ?(tidak ada)
Kepada operator, dokter anastesi, dan tim keperawatan
- Apakah terdapat pesan khusus untuk pemulihan pasien ?(monitor
hemodinamik,perdarahan post operasi, re-assesment nyeri)
- Rencana tindakan yang telah dilakukan sama dengan rencana tindakan disusun
- Specimen (plasenta)diletakkan dalam plastic dan diserahkan kepada keluarga
21. Jepit ke 4 sisi pritonium menggunakan - Hmostatic forced
hemostatic forceps curved kemudian dijahit curved (4)
perituonium dengan benang monofilament 2,0 - Needle holder (1)
tapper - Benang monofilament
2 tapper (1)
- Pinset anatomis (1)
- Delicate scissors (1)
22. Perawat instrument memberikan hemostatic - Hemostatic forceps
forceps with teeth untuk menjepit fasci atas with teeth (4)
bawah kanankiri, kemudian perawat instrument - Needle holder (1)
memberikan set jahit monofilament 1 tepper - Benang monofilament
kepada operator dan delicate scissors kepada tapper (1)
asisten operator - Delicate scissor (1)
23. Perawat instrument memberikan kassa kepada - Kassa (2)
asisten operator untuk merawat perdarahan - Povidone iodine 10%
24. Perawat instrument memberikan benang - Needle holder (1)
monofilament 2,0 tapper untuk menjahit lemak - Benang monofilament
2,0 tapper (1)
- Pinset chirurgis (1)
- Delicate scissors (1)
- Kassa (1)
25. Bersihkan luka operasi dan sekitar luka dengan - Kassa (4)
povidone iodine 10% kemudian perawat - Povidone iodine 10%
instrument menutup luka operasi dengan - Plaster 20 cm
menggunakan kassa dan plaster
26. Perawat sirkuler merapikan dan membersihkan - Towel (1)
pasien dengan towel
27. Perawat instrument menaruh instrument ke - Box berisi cairan
tempat dekontaminasi setelah dihitung
kelengkapannya
28. Perawat instrument, asisten operator, dan
operator melepas jas steril, melepas sarung
tangan, apron, setelah itu cuci tangan procedural
29. Tim anastesi melakukan pengecekan kesadaran
pasien
30. Pindahkan pasien ke brankart dan dibawa ke - Brankart
recovery room - Easy move
31. Sesampainya di RR pasien dipasang BSM - BSM (bedside
(bedside monitor) dan warm blanket monitor)
- SPO2 (saturasi
oksigen)
32. Monitor KU,TTV pasien dana tur pasien - Dokumentasi
33. Setelah itu melakukan penilaian kondisi pasien - Dokumentasi
post operasi menggunakan bromage score dan
pasien bisa dipindahkan ke bangsal dengan nilai
out 2
34. Timbang terima anatara perawat RR dengan - Dokumentasi
perawat ruangan

BAB V
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Untuk mempersingkat lamanya perdarahan dan mencegah terjadinya
robekan serviks dan segmen bawah Rahim maka perlu dilakukan section caesarea.
Sectio caesarea dilakukan pada plasenta previa totalis dan plasenta previa lainnya
jika perdarahan hebat. Selain dapat mengurangi kematian bayi pada plasenta
previa, sectio caesarea juga dilakukan untuk kepentingan ibu, sehingga sectio
caesarea dilakukan pada placenta previa walaupun anak sudah mati.

B.     Saran

Hendaknya petugas kesehatan dalam menentukan tindakan persalinan


dengan sectio caesarea terhadap seorang ibu yang akan melahirkan tetap
berpedoman pada indikasi yang dipersyaratkan atau sesuai dengan ketentuan
medis.
DAFTAR PUSTAKA

Kasdu,Dini2018.Operasi Caesar Masalah dan Solusinya, Jakarta : Puspa Swara


Bobak. 2018. Buku Ajar Keperawatan Maternitas edisi 4. Jakarta : EGC.
Brooker, Christine. 2016. Kamus Saku Keperawatan edisi 31. Jakarta : EGC.
Cunningham, Gary F. 2016. Obstetri Williams edisi 21 volume 1. Jakarta : EGC.
Hal 466
Barbara C. Long (2016), Perawatan Medikal Bedah I, Bandung : Yayasan IKAPI
Brunner & Suddarth. 2015. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta :
EGC.
Sarwono, Prawiroharjo,. 2015. Ilmu Kandungan, Cetakan ke-4. Jakarta : PT
Gramed

Anda mungkin juga menyukai