KEPERAWATAN PERIOPERATIF II
SECTIO CAESAREA
DI INSTALASI BEDAH SENTRAL (IBS) RSD MARDI WALUYO
KOTA BLITAR
Oleh:
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG
JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI D-IV KEPERAWATAN MALANG
2018
1. KONSEP SECTIO CAESARIA
A. PENGERTIAN
Istilah sectio caesaria berasal dari bahasa latin caedere yang berarti
memotong atau menyayat. Dalam ilmu obstetri, istilah tersebut mengacu pada
tindakan pembedahan yang bertujuan melahirkan bayi dengan membuka dinding
perut dan rahim ibu (Lia et al.,2010)
Persalinan dengan operasi sectio caesaria ditujukan untuk indikasi medis
tertentu, yang terbagi atas indikasi untuk ibu dan indikasi untuk bayi. Persalinan
sectio caesari atau bedah ceasar harus dipahami sebagai alternatif persalinan ketika
dilakukan persalinan secara normal tidak bisa lagi (Lang,2011)
Seksio secaria merupakan prosedur operatif, yang di lakukan di bawah
anestesia sehingga janin, plasentadan ketuban di lahirkan melalui insisi dinding
abdomendan uterus. Prosedurini biasanya di lakukan setelah viabilitas tercapai,
misal usia kehamilan lebih dari 24 minggu (Myles. 2011).
Sectio sesarea adalah pengeluaran janin melalui insisi abdomen. Teknik
ini digunakan jika kondisi ibu menimbulkan distres pada janin atau jika telah
terjadi distres janin. Sebagian kelainan yang sering memicu tindakan ini adalah
malposisi janin, plasenta previa, diabetes ibu, dan disproporsi sefalopelvis janin
dan ibu. Sectio sesarea dapat merupakan prosedurelektif atau darurat. Untuk sectio
caesarea biasanya dilakukan anestesi spinal atau epidural. Apabila dipilih anestesi
umum, maka persiapan dan pemasangan duk dilakukan sebelum induksi untuk
mengurangi efek depresif obat anestesi pada bayi (Muttaqin, Arif .2010).
Sectio caesaria adalah suatu persalinan buatan dimana janin dilahirkan
melalui suatu insisi pada dinding depan perut dan dinding rahim dengan syarat
rahim dalam keadaan utuh serta berat janin di atas 500 gram (Sarwono, 2009
Bedah caesar adalah sebuah bentuk melahirkan anak dengan melakukan
sebuah irisan pembedahan yang menembus abdomen seorang ibu dan uterus untuk
mengeluarkan satu bayi atau lebih. Cara ini biasanya dilakukan ketika kelahiran
melalui vagina akan mengarah pada komplikasi-komplikasi, kendati cara ini
semakin umum sebagai pengganti kelahiran normal (Yusmiati,2007).
Gambar 2.1 Sectio Caesaria
b. Presentasi muka
Letak kepala tengadah (defleksi), sehingga bagian kepala yang
terletak paling rendah ialah muka. Hal ini jarang terjadi, kira-kira 0,27-
0,5%
c. Presentasi dahi
Posisi kepala antara fleksi dan defleksi, dahi berada pada posisi
terendah dan tetap paling depan. Pada penempatan dagu, biasanya dengan
sendirinya akan berubah menjadi letak muka atau letak belakang kepala.
d. Letak Sungsang
Janin yang letaknya memanjang (membujur) dalam rahim, kepala
berada di fundus dan bokong di bawah (Mochtar, 1998). Menurut
(Sarwono, 1992) letak sungsang merupakan keadaan dimana janin
terletak memanjang dengan kepala difundus uteri dan bokong berada di
bagian bawah kavum uteri. Dikenal beberapa jenis letak sungsang, yakni
presentasi bokong, presentasi bokong kaki, sempurna, presentasi bokong
kaki tidak sempurna dan presentasi kaki.
10) Bayi kembar
Tidak selamanya bayi kembar dilahirkan secara caesar. Hal ini karena
kelahiran kembar memiliki resiko terjadi komplikasi yang lebih tinggi
daripada kelahiran satu bayi. Selain itu, bayi kembar pun dapat mengalami
sungsang atau salah letak lintang sehingga sulit untuk dilahirkan secara
normal.
11) Faktor hambatan jalan lahir
Adanya gangguan pada jalan lahir, misalnya jalan lahir yang tidak
memungkinkan adanya pembukaan, adanya tumor dan kelainan bawaan pada
jalan lahir, tali pusat pendek dan ibu sulit bernafas (Dini Kasdu, 2003).
D. KONTRA INDIKASI
1. Bila janin sudah mati atau keadaan buruk dalam uterus sehingga kemungkinan
hidup kecil, dalam hal ini tidak ada alasan untuk melakukan operasi
2. Bila ibu dalam keadaan syok, anemia berat yang belum teratasi
3. Bila jalan lahir ibu mengalami infeksi luas
4. Adanya kelainan kongenital berat
F. KOMPLIKASI
Komplikasi yang bisa timbul pada sectio caesarea adalah sebagai berikut:
1. Pada ibu
1) Infeksi puerperal
a. Ringan, kenaikan suhu beberapa hari saja
b. Sedang, kenaikan suhu lebih tinggi disertai dehidrasi dan perut sedikit
kembung
c. Berat dengan peritonitis, sepsis dan ileus paralitik
2) Perdarahan
Perdarahan banyak bisa timbul pada waktu pembedahan jika cabang–
cabang arteri ikut terbuka, atau karena atonia uteri
3) Komplikasi–komplikasi lain seperti luka kandung kencing, embolisme
paru– paru, dan sebagainya sangat jarang terjadi
4) Suatu komplikasi yang baru kemudian tampak, ialah kurang kuatnya
parut pada dinding uterus, sehingga pada kehamilan berikutnya bisa
terjadi rupture uteri. Kemungkinan peristiwa ini lebih banyak ditemukan
sesudah seksio sesarea klasik.
2. Pada anak
Seperti halnya dengan ibunya, nasib anak yang dilahirkan dengan
sectio caesarea banyak tergantung dari keadaan yang menjadi alasan untuk
melakukan sectio caesarea. Menurut statistik di negara – negara dengan
pengawasan antenatal dan intra natal yang baik, kematian perinatal pasca
sectio caesarea berkisar antara 4 – 7 %. (Sugeng Jitowiyono : hal 44)
3. Keperawatan Perioperatif
A. Pengertian
Pada fase preoperatif ini perawat akan mengkaji kesehatan fisik dan
emosional klien, mengetahui tingkat resiko pembedahan,mengkoordinasi
berbagai pemeriksaan diagnostik,mengidentifikasi diagnosa keperawatan yang
mengambarkan kebutuhan klien dan keluarga,mempersiapkan kondisi fisik dan
mental klien untuk pembedahan.
Perawatan Preoperatif
1) Kelengkapan rekam medis dan status
2) Memeriksa kembali persiapan pasien
3) Informed concent
4) Menilai keadaan umum dan TTV
5) Memastikan pasien dalam keadaan puasa
Pada fase intraoperatif perawat melakukan 1 dari 2 peran selama
pembedahan berlangsung, yaitu perawat sebagai instrumentator atau perwat
sirkulator.
Perawat instrumentator memberi bahan-bahan yang dibutuhkan selama
pembedahan berlangsung dengan menggunakan teknik aseptic pembedahan yang
ketat dan terbiasa dengan instrumen pembedahan. Sedangkan perawat sirkulator
adalah asisten instrumentator atau dokter bedah.
B. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan yang muncul pada keperawatan pre operatif, intra operatif,
post operatif :
A. Pre Operasi:
1. Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang prosedur
tindakan operasi
2. Resiko injuri berhubungan dengan perpindahan pasien dibrancart ke meja
operasi
B. Intra Operasi:
1. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan akibat
dari insisi
2. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan insisi luka akibat operasi.
C. Post Operasi:
Diagnosa post operasi juga tergantung pada tindakan pembiusan yang
dilakukan, misalnya dengan general anestesi, SAB dan epidural
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan efek anasthesi
2. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas
jaringan dan otot
D. INTERVENSI KEPERAWATAN
A. Pre Operasi
1. Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang prosedur
tindakan operasi
Tujuan : - Pasien tidak cemas
- Pasien mengerti tentang prosedur tindakan operasi
Intervensi :
1) Jelaskan tentang prosedur operasi secara singkat dan mudah dimengerti.
2) Berikan dukungan nyata pada emosional klien dengan rasa simpati dan
empati.
3) Anjurkan klien untuk tenang dan rileks dengan nafas panjang.
2. Resiko injuri berhubungan dengan perpindahan pasien dibrancart ke meja
operasi
Tujuan : - Tidak terjadi injuri perpindahan pasien
Intervensi :
1) Bantu pasien untuk berpindah dari brancart ke meja operasi atau angkat
pasien dari brancart ke meja operasi dengan bantuan 3 orang.
2) Pasang alat pengaman meja operasi
B. Intra Operasi
1. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan insisi luka operasi
Tujuan : - Tidak terjadi infeksi
Kriteria Hasil :
- Limfosit dalam batas normal
- Tanda-tanda vital dalam batas normal
- Tidak terdapat tanda-tanda infeksi
Intervensi :
1) Kaji lokasi dan luas luka
2) Pantau jika terdapat tanda infeksi (rubor,kalor,dolor,tumor dan
perubahan fungsi)
3) Pantau tanda-tanda vital pasien
4) Kolaborasi dalam pemberian antibiotic
5) Gantu balut dengan prinsip steril
2. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan akibat
insisi.
Tujuan : Tanda-tanda sirkulasi normal
Intervensi :
1) Monitor urine meliputi warna dan jumlah sesuai indikasi
2) Observasi tanda-tanda vital
3) Pertahankan pencatatan komulatif, jumlah dan tipe pemasukan cairan
4) Monitor status mental pasien
C. Post Operasi
Diagnosa post operasi juga tergantung pada tindakan pembiusan yang
dilakukan pada operasi secti caesaria seperti general anestesi, SAB dan
epidural
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan efek anastesi.
Tujuan : - Tidak terjadi gangguan pernafasan
Kriteria Hasil :
- Tidak tersedak
- Sekret tidak menumpuk dijalan nafas
- Tidak ditemukan tanda cyanosis
Intervensi :
1) Kaji pola nafas pasien
2) Kaji perubahan tanda-tanda vital secara drastic
3) Kaji adanya cyanosis
4) Bersihan sekret dijalan nafas
5) Ciptakan lingkungan yang nyaman
6) Amati fungsi otot pernafasan
DAFTAR PUSTAKA
Arif Muttaqin dan Kumala Sari, 2013. Asuhan Keperawatan Perioperatif, konsep
proses dan aplikasi. Cetakan ketiga. Jakarta: Salemba Medika.
Manuaba, Ida Bagus Gede. 1998. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan
Keluarga Berencana. Jakarta : EGC
Nanda, 2007, Panduan Diagnosa Keperawatan. Jakarta: Prima Medika.
Nurarif A.H & Kusuma H. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis dan NANDA NIC-NOC. Yogyakarta: Media Action.
Prawirohardjo, S. 2000. Buku Acuan Nasional Pelayanan Maternal dan Neontala.
Jakarta : Yayasan Bina Putra
Winkjosastro, Hanifa. 2005. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka