F
DENGAN POST OP SECTIO CAESAREA
DI RUANGAN TERATAI (PNC)
RSUD BATARA SIANG
PANGKEP
CI INSTITUSI
STIKES GRAHA EDUKASI MAKASSAR
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
MAKASSAR
2021
A. PENGERTIAN
Istilah sectio caesaria berasal dari bahasa latin caedere yang berarti
memotong atau menyayat. Dalam ilmu obstetri, istilah tersebut mengacu pada
tindakan pembedahan yang bertujuan melahirkan bayi dengan membuka
dinding perut dan rahim ibu (Lia et al.,2010)
B. INDIKASI
Indikasi sectio caesaria secara garis besar terdiri dari : Power, passage
dan passanger. Indikasi sectio caesarea bisa indikasi absolute atau relative.
Setiap keadaan yang membuat kelahiran lewat jalan lahir tidak mungkin
terlaksana merupakan indikasi absolute untuk sectio abdominal. Diantaranya
adalah kesempitan panggul yang sangat berat dan neoplasma yang
menyumbat jalan lahir. Pada indikasi relative, kelahiran lewat vagina bisa
terlaksana tetapi keadaan adalah sedemikian rupa sehingga kelahiran lewat
sectio caesarea akan lebih aman bagi ibu, anak ataupun keduanya.
1. Indikasi ibu
1) Panggul sempit dan dystocia mekanis
a. Disproporsi fetopelvik
Disproporsi fetopelvik mencakup panggul sempit (contracted
pelvis), fetus yang tumbuhnya terlampau besar, atau adanya ketidak-
imbangan relative antara ukuran bayi dan ukuran pelvis. Yang ikut
menimbulkan masalah disproporsi adalah bentuk pelvis, presentasi
fetus serta kemampuannya untuk moulage dan masuk panggul,
kemampuan berdilatasi pada cervix, dan keefektifan kontraksi uterus
c. Disfungsi uterus
e. Neoplasma
b. Histerotomi
Kehamilan dalam uterus akan disertai bahaya rupture uteri bila
kehamilan sebelumnya diakhiri dengan histerotomi. Resikonya sama
seperti resiko sectio caesarea klasik. Histerotomi kalau mungkin harus
dihindari dengan pertimbangan bahwa kehamilan berikutnya akan
mengharuskan sectio caesaria.
3) Pendarahan
a. Placenta previa
Sectio caesarea untuk placenta previa centralis dan lateralis telah
menurunkan mortalitas fetal dan maternal. Keputusan akhir diambil
melalui pemeriksaan vaginal dalam kamar operasi dengan menggunakan
double setup. Darah sudah tersedia dan sudah dicocokkan
(crossmatching).Team dokter bedah harus sudah siap sedia. Jika pada
pemeriksaan vaginal ditemukan placenta previa centralis atau partialis,
sectio caesarea segera dikerjakan. b. Abruptio placentae
4) Lain – lain
a. Primigraviditas usia lanjut
Primigraviditas usia lanjut sulit didefinisikan. Sementara umur
bervariasi dari 35 hingga 40 tahun, factor – factor lain juga sama
pentingnya. Factor – factor ini mencakup ada tidaknya segmen bawah
uterus yang baik, kelenturan atau kekakuan cervix dan jaringan lunak
jalan lahir, kemudahan menjadi hamil, jumlah abortus, presentasi anak
dan koordinasi kekuatan his. Kalau semua hal ini menguntungkan,
kelahiran per vaginam harus dipertimbangkan. Kalau factor – factor
yang merugikan terdapat, maka sectio caesarea merupakan prosedur
yang lebih aman dan lebih bijaksana.
2009).
C. Pathway
D. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Penunjang
a. Elektroensefalogram (EEG)
Untuk membantu menetapkan jenis dan fokus dari kejang.
b. Pemindaian CT
Untuk mendeteksi perbedaan kerapatan jaringan.
d. Uji laboratorium
F. Komplikasi
1. Infeksi puerperial : kenaikan suhu selama beberapa hari dalam masa nifas
dibagi atas :
- Ringan, dengan suhu meningkat dalam beberapa hari.
- Sedang, suhu meningkat lebih tinggi disertai dengan dehidrasi dan perut
sedikit kembung.
- Berat, peritonealis, sepsisi dan usus paralitik.
2. Perdarahan : perdarahan banyak bisa terjadi jika pada saat pembedahan
cabang-cabang arteri ikut terbuka atau karena atonia uteri.
B. ANAMNASE
1. Alasan masuk : Nyeri perut bawah kadang-kadang sejak kemarrin.
2. Riwayat persalinan : -
3. Tempat melahirkan : - Ditolong oleh : -
Ibu
Jenis Persalinan : Section Caesarea (SC) BBL, BCB, GIIIPIIA0+ Gravid +
letak bokong.
Komplikasi/ kelainan dalam persalinan : tidak ada komplikasi/ kelainan
selama proses persalinan
Plasenta
Ukuran : 20 cm Berat : 450 gram
Kelainan: tidak terdapat kelainan permukaan plasenta/ substansi plasenta
Tali pusat panjang : 56 cm
Kelainan : tidak terdapat kelainan pada plasenta seperti retensio plasenta
Perineum : tidak ada luka episiotomy, tidak ada jahitan, dan tidak ada tanda-
tanda reeda.
Perdarahan
Selama operasi : 450 cc
Tindakan lain : -
Bayi
Lahir : Sehat, tidak cacat atau kelainan Pukul : 10.13
BB: 3.2 Kg PB : 48 cm
Nilai Apgar :
Masa gestasi : 40 minggu
Riwayat Post Partum
a. Keadaan umum : KU baik
b. Keadaan emosional : tenang
c. Tanda Vital :
• Tekanan Darah : 130/90 mmHg Suhu : 36,5 ˚ C
• Nadi : 80x/ menit Pernafasan : 22x/ menit
d. Payudara :
• Pengeluaran : ada pengeluaran ASI, ada pengeluaran kolostrum
• Bentuk : payudara simetris, konsistensi lunak
• Putting susu : putting susu menonjol, terdapat hiperpigmentasi
pada aerola, dan putting susu.
e. Abdomen
Pada abdomen terdapat luka post op Sectio Caesarea sekitar 10 cm,
terdapat nyeri pada abdomen, skala nyeri 6, nyeri seperti ditusuuk- tusuk
dan hilang timbul.
f. Uterus
Tinggi fundus uterus : 32 cm
Kontraksi uterus : kontraksi uterus baik
Konsistensi uterus : konsistensi uterus keras
Posisi uterus : dibawah umbilical
g. Pengeluaran lochea
Warna : rubra/ merah terang
Jumlah : 50 ml
Bau : bau khas darah
Konsistensi : -
h. Perineum : perineum utuh tidak dilakukan episiotomy, tidak ada jahitan,
dan tidak ada tanda- tanda reda
i. Kandung kemih : tidak ada keluhan kencing. Kemampuan berkemih klien
menggunakan alat bantu berkemih jenis foly kateter ukuran 16 hari ke 1.
Warna kuning pekat, bau khas urine. Kandung kemih tidak membesar dan
tidak ada nyeri tekan.
j. Ekstremitas
Oedema : pada pemeriksaan tangan tidak ada oedema, dan tidak ada varises.
Pada pemeriksaan kaki tidak ada oedema.
Reflex : reflex baik
Kemerahan : tidak ada kelainan pada kulit, turgor kulit baik, dan tidak ada luka.
Tonus otot : klien mengatakan lemah dan tidak dapat beraktivitas seperti biasa
C. UJI DIAGNOSTIK
Pemeriksaan Laboratorium
Darah Lengkap (12-12-2021) Nilai Rujukan
Hemoglobin (HGB) : 12,9 g/dl 11,0 – 16,0
Leukosit (WBC) : 26,4 4,0 – 10,0
Eritrosit (RBC) : 4,45 4,50 – 5,50
Trombosit (Platelet) : 377 150 - 400 Hematokrit (HCT)
: 41,2 % 37,0 – 51,0
HITUNG JENIS :
- Limfosit : 6,5 % 14,0 – 53,5
- Mid : 4,0 % 3,0 – 16,0
- Granular : 89,5* % 50,0 – 70,0
MCV : 89,9 fL 80,0 – 100,0
MCH : 28,5 pg 27,0 – 38,7
MCHC : 31,8 g/dL 32,0 – 37,0
RDW : 13,4 % 11,0 – 17,0
Golongan darah : B
Rhesus : -
KLASIFIKASI DATA
Granular : 89,5* %
ANALISA DATA
Data Etiologi Masalah
DS: Nyeri akut
P : Post op SC
G2P2A0 + letak bokong
Q:Seperti diiris ↓
R : Abdomen Prosedur Sectio
Caesarea
S : Nyeri skala 6
↓
T : Hilang timbul
Insisi
- ↓
- Klien mengeluh nyeri Luka insisi
pada luka post op ↓
Sectio Caesarea. Post Op insisi SC
- Klien mengatakan ↓
nyeri muncul pada Nyeri Akut
saat beraktifitas
DO :
- Klien tampak
meringis kesakitan
- Klien tampak sangat
berhati- hati bila ingin
bergerak
- Tampak luka post op
SC di bagian bawah
abdomen
- Skala nyeri 6
TTV
TD : 130/ 90 mmHg
N : 80 x/ menit
S : 36, 5 ˚ C
P : 22 x/ menit
Pemeriksaan
Laboratorium
Leukosit (WBC) :
26,4*103 / μL
Eritrosit(RBC):
4,45* 106 / μL
Granular : 89,5*
Ds : Intoleransi aktivitas
- Terpasag cateter
- Klien tampak
dibantu oleh
keluarga dalam
beraktivitas
Klien tampak sulit
bergerak
TTV
TD : 130/ 90 mmHg
N : 80 x/ menit
S : 36, 5 ˚ C
P : 22 x/ menit
DS: Ketidakefektifan
- Klien mengatakan G2P2A0 + Letak pemberian ASI
P : 22 x/ menit ↓
Ketidakefektifan
pemberian ASI
Diagnose keperawatan
1. Nyeri akut Berhubungan Dengan Agen Cidera Fisik (post SC ).
2. Hambatan mobilitas fisik Berhubungan Dengan Intoleran Aktivitas
3. Ketidakefektifan Pemberian ASI Berhubungan Dengan Suplai ASI tidak Cukup
Sabtu 1 januari 2022 Nyeri Akut b.d Agen Pukul 14.26 Pukul 16.00
Pencedera Fisik ( post 1. Mengidentifikasi lokasi, S:
OP ) karakteristik, frekuensi, - Klien mengatakan
intensitas nyeri. sudah tidak sering
H: merasakan nyeri pada
Q : seperti di iris luka post op Sectio
R : abdomen Caesarea.
T : hilang timbul - Klien mengatakan
2. Mengidentifikasi skala nyeri nyeri muncul pada
H : S : nyeri skala 2 saat meakukan
3. Mengajurkan teknik aktifitas berat
nonfarmakologis untuk
- Klien mengatakan
mengurangi nyeri
nyeri hilang timbul
H: Menganjurkan klien untuk
O:
melakukan Teknik nafas dalam - Klien sudah tidak
meringis kesakitan
ketika nyeri timbul kembali
- Klien tampak sangat
4. Penatalaksanaan pemberian
berhati- hati bila
analgetik, jika perlu
ingin bergerak
H: Pemberian Paracetamol 500
- Tampak luka post op
mg
SC di bagian bawah
abdomen
- Skala nyeri 2
TTV
- TD : 120/ 80 mmHg
- N : 80 x/ menit
- S : 36, 4 ˚ C
- P : 22 x/ menit
A : Nyeri Akut
P : Pertahankan
Intervensi
N : 80 x/ menit
S : 36, 8 ˚ C
P : 22 x/ menit
A: A : Intoleransi aktivitas
P : P: Pertahankan Intervensi
1. Memonitor lokasi
dan sifat
ketidaknyamanan
atau rasa sakit
selama bergerak
atau beraktivitas
2. Berikan posisi
tubuh optimal
untuk gerak
sendi pasif atau
aktif
S : 36, 4 ˚ C
P : 22 x/ menit
A: A : Intoleransi aktivitas
P : P: Pertahankan Intervensi
Pukul 12.15
4. Mengajarkan
perawatan payudara
H: klien tampak
mengerti dan
kooperatif
A: Ketidakefektifan
Pemberian ASI
P: Petahankan intervensi