Anda di halaman 1dari 55

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN POST


PARTUM SECTIO CAESAREA ATAS INDIKASI
PEB DI RUANG ENIM RSUP Dr. MOHAMMAD
HOESIN PALEMBANG
TAHUN 2021

DOSEN PEMBIMBING

Ns. Meta Nurbaiti, S. Kep, M. Kep

Oleh :

NAMA :
NPM :

DEWI AYU KURNIA NINGSIH

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


21149011301
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BINA HUSADA
PALEMBANG
TA.2021/2022
Laporan Pendahuluan

I. Tinjauan Teori
A. Sectio Caesarea
1. Pengertian
Sectio Caesareaadalah suatu pembedahan guna melahirkan janin
lewatinsisi pada dinding abdomen dan uterus persalinan buatan. Sehingga
janin di lahirkan melalui perut dan dinding perut dan dinding rahim agar
anak lahir dengan keadaan utuh dan sehat (Anjarsari, 2019).
Sectio Caesarea adalah suatu cara melahirkan janin
denganmembuat sayatan pada dinding uterus melalui dinding depan perut
(Martowirjo, 2018). Sectio Caesarea adalah suatu persalinan buatan
dimana janin dilahirkan melalui suatu insisi pada dinding depan perut dan
dinding rahim dengan syarat rahim dalam keadaan utuh serta berat janin
di atas 500 gram (Sagita, 2019).
a. Klasifikasi
Menurut Ramandanty (2019), klasifikasi bentuk pembedahan Sectio
Caesarea adalah sebagai berikut :
1) Sectio Caesarea Klasik
Sectio Caesarea Klasik dibuat vertikal pada bagian atas rahim.
Pembedahan dilakukan dengan sayatan memanjang pada korpus uteri kira-kira
sepanjang 10 cm. Tidak dianjurkan untuk kehamilan berikutnya melahirkan
melalui vagina apabila sebelumnya telah dilakukan tindakan pembedahan ini.
2) Sectio Caesarea Transperitonel Profunda
Sectio Caesarea Transperitonel Profunda disebut juga low cervical yaitu
sayatan vertikal pada segmen lebih bawah rahim. Sayatan jenis ini dilakukan jika
bagian bawah rahim tidak berkembang atau tidak cukup tipis untuk
memungkinkan dibuatnya sayatan transversal. Sebagian sayatan vertikal
dilakukan sampai ke otot-otot bawah rahim.

3) Sectio Caesarea Histerektomi


Sectio Caesarea Histerektomi adalah suatu pembedahan dimana setelah
janin dilahirkan dengan Sectio Caesarea, dilanjutkan dengan pegangkatan rahim.
4) Sectio Caesarea Ekstraperitoneal
Sectio Caesarea Ekstraperitoneal, yaitu Sectio Caesarea berulang pada
seorang pasien yang sebelumnya melakukan Sectio Caesarea. Biasanya dilakukan
di atas bekas sayatan yang lama. Tindakan ini dilakukan denganinsisi dinding dan
faisa abdomen sementara peritoneum dipotong ke arah kepala untuk memaparkan
segmen bawah uterus sehingga uterus dapat dibuka secara ekstraperitoneum

Sedangkan menurut Sagita (2019), klasifikasi Sectio Caesarea adalah


sebagai berikut :
1) Sectio caeasarea transperitonealis profunda
Sectio caeasarea transperitonealis profunda dengan insisi di segmen
bawah uterus. Insisi pada bawah rahim, bisa dengan teknik melintang atau
memanjang. Keunggulan pembedahan ini :
(a) Perdarahan luka insisi tidak seberapa banyak
(b) Bahaya peritonitis tidak besar
(c) Perut uterus umumnya kuat sehingga bahaya ruptur uteri dikemudian
hari tidak besar karena pada nifas segmen bawah uterus tidak
seberapa banyak mengalami kontraksi seperti korpus uteri sehingga
luka dapat sembuh lebih sempurna.
2) Sectio Caesarea korporal / klasik
Pada Sectio Caesarea korporal / klasik ini di buat kepada korpus uteri,
pembedahan ini yang agak mudah dilakukan, hanya di selenggarakan apabila ada
halangan untuk melakukan Sectio Caesarea transperitonealis profunda. Insisi
memanjang pada segmen uterus.

3) Sectio Caesarea ekstra peritoneal


Sectio ceasarea ekstra peritoneal dahulu dilakukan untuk mengurangi
bahaya injeksi peroral akan tetapi dengan kemajuan pengobatan tehadap injeksi
pembedahan ini sekarang tidak banyak lagi dilakukan. Rongga peritoneum tak
dibuka, dilakukan pada pasien infeksi uteri berat.
4) Sectio Caesarea hysteroctomi
Setelah Sectio Caesarea, dilakukan hysteroktomy dengan indikasi :
(a) Atonia uteri
(b) Plasenta accrete
(c) Myoma uteri
(d) Infeksi intra uteri berat

2. Etiologi
Menurut Martowirjo (2018), etiologi dari pasien Sectio Caesarea
adalah sebagai berikut :
1) Etiologi yang berasal dari ibu
(a) Plasenta Previa Sentralis dan Lateralis (posterior) dan totalis.
(b) Panggul sempit.
(c) Disporsi sefalo-pelvik : ketidakseimbangan antara ukuran kepala
dengan panggul.
(d) Partus lama (prognoled labor)
(e) Ruptur uteri mengancam
(f) Partus tak maju (obstructed labor)
(g) Distosia serviks
(h) Pre-eklamsia dan hipertensi
(i) Disfungsi uterus
(j) Distosia jaringan lunak.

2) Etiologi yang berasal dari janin


(a) Letak lintang.
(b) Letak bokong.
(c) Presentasi rangkap bila reposisi tidak berhasil.
(d) Presentasi dahi dan muka (letak defleksi) bila reposisi dengan
cara-cara lain tidak berhasil.
(e) Gemeli menurut Eastma, sectiocaesarea di anjurkan :
(1) Bila janin pertama letak lintang atau presentasi bahu
(Shoulder Presentation).
(2) Bila terjadi interlok (locking of the twins).
(3) Distosia oleh karena tumor.
(4) Gawat janin
(f) Kelainan uterus :
(1) Uterus arkuatus
(2) Uterus septus
(3) Uterus duplekus
(4) Terdapat tumor di pelvis minor yang mengganggu masuk
kepala janin ke pintu atas panggul.

Sedangkan menurut Sagita (2019), indikasi ibu dilakukan Sectio


Caesarea adalah ruptur uteri iminen, perdarahan antepartum, ketuban pecah
dini. Sedangkan indikasi dari janin adalah fetal distres dan janin besar
melebihi 4.000 gram> Dari beberapa faktor Sectio Caesarea diatas dapat
diuraikan beberapa penyebab sectio sebagai berikut :
1) CPD (Chepalo Pelvik Dispropotion) adalah ukuran lingkar panggul ibu
tidak sesuai dengan ukuran kepala janin yang dapat menyebabkan ibu
tidak dapat melahirkan secara normal. Tulang-tulang panggul merupakan
susunan beberapa tulang yang membentuk rongga panggul yang
merupakan jalan yang harus dilalau oleh janin ketikaakan lahir secara
normal. Bentuk panggul yang menunjukkan kelainan atau panggul
patologis juga dapat menyebabkan kesulitan dalam proses persalinan
normal sehingga harus dilakukan tindakan operasi. Keadaan patologis
tersebut menyebabkan bentuk rongga panggul menjadi asimetris dan
ukuran-ukuran bidang panggul menjadi abnormal.
2) PEB (Pre-Eklamasi Berat) adalah kesatuan penyakit yang langsung
disebabkan oleh kehamilan, sebab terjadinya masih belum jelas. Setelah
perdarahan dan infeksi, preeklamsi dan eklamsi merupakan penyebab
kematian maternatal dan perinatal paling penting dalam ilmu kebidanan.
Karena itu diagnosa dini amatlah penting, yaitu mampu mengenali dan
mengobati agar tidak berlanjut menjadi eklamsi.
3) KDP (Ketuban Pecah Dini) adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat
tanda persalinan dan ditunggu satu jam belum terjadi inpartus. Sebagian
besar ketuban pecah dini adalah hamil aterm di atas 37 minggu.
4) Bayi kembar, tak selamanya bayi kembar dilahirkan secara Sectio
Caesarea. Hal ini karena kelahiran kembar memiliki resiko terjadi
komplikasi yang lebih tinggi daripada kelahiran satu bayi. Selain itu, bayi
kembar pun dapat mengalami sungsang atau salah letak lintang sehingga
sulit untuk dilahirkan secara normal.
5) Faktor hambatan jalan lahir, adanya gangguan pada jalan lahir, misalnya
jalan lahir yang tidak memungkinkan adanya pembukaan, adanya tumor
dan kelainan bawaan pada jalan lahir, tali pusat pendek dan ibu sulit
bernafas.
6) Kelainan Letak Janin
(a) Kelainan pada letak kepala
(1) Letak kepala tengadah, bagian terbawah adalah puncak kepala,
pada pemerikasaan dalam teraba UUB yang paling rendah.
Etiologinya kelainan panggul, kepala bentuknya bundar, anaknya
kecil atau mati, kerusakan dasar panggul.
(2) Presentasi muka, letak kepala tengadah (defleksi), sehingga
bagian kepala yang terletak paling rendah ialah muka. Hal ini
jarang terjadi, kira-kira 0,27-0,5 %. Presentasi dahi, posisi kepala
antara fleksi dan defleksi, dahi berada pada posisi terendah dan
tetap paling depan. Pada penempatan dagu, biasnya dengan
sendirinya akan berubah menjadi letak muka atau letak belakang
kepala.
(b) Letak sungsang merupakan keadaan dimana janin terletak memanjang
dengan kepala difundus uteri dan bokong berada di bagian bawah
kavum uteri. Dikenal beberapa jenis letak sungsang, yakni presentasi
bokong, presentasi bokong kaki sempurna, presentasi bokong tidak
sempurna dan presentasi kaki

3. Patofisiologi
Adanya beberapa kelainan/hambatan pada proses persalinan yang
menyebabkan bayi tidak dapat lahir secara normal/spontan, misalnya karena
ketidakseimbangan ukuran kepala bayi dan panggul ibu, keracunan kehamilan
yang parah, pre eklampsia dan eklampsia berat, kelainan letak bayi seperti
sungsang dan lintang, kemudian sebagian kasus mulut rahim tertutup plasenta
yang lebih dikenal dengan plasenta previa, bayi kembar, kehamilan pada ibu yang
berusia lanjut, persalinan yang berkepanjangan, plasenta keluar dini, ketuban
pecah dan bayi belum keluar dalam 24 jam, kontraksi lemah dan sebagainya.
Kondisi tersebut menyebabkan perlu adanya suatu tindakan pembedahan yaitu
Sectio Caesarea (Ramadanty, 2018).
Sectio Caesarea merupakan tindakan untuk melahirkan bayi dengan berat
di atas 500 gram dengan sayatan pada dinding uterus yang masih utuh. Dalam
proses operasi, dilakukan tindakan anastesi yang akan menyebabkan pasien
mengalami imobilisasi. Efek anastesi juga dapat menimbulkan otot relaksasi dan
menyebabkan konstipasi.Kurangnya informasi mengenai proses pembedahan,
penyembuhan dan perawatan post operasi akan menimbulkan masalah ansietas
pada pasien. Selain itu dalam proses pembedahan juga akan dilakukan tindakan
insisi pada dinding abdomen sehinggga menyebabkan terputusnya inkontiunitas
jaringan, pembuluh darah, dan saraf-saraf disekitar daerah insisi. Hal ini akan
merangsang pengeluaran histamin dan prostaglandin yang akan menimbulkan
rangsangan pada area sensorik sehingga menyebabkan adanya rasa nyeri sehingga
timbullah masalah keperawatan nyeri (Nanda Nic Noc, 2015)

4. Manifestasi Klinik
Menurut Martowirjo (2018), manifestasi klinis pada klien dengan post
Sectio Caesarea antara lain :
1) Kehilangan darah selama prosedur pembedahan 600-800 ml.
2) Terpasang kateter, urin jernih dan pucat.
3) Abdomen lunak dan tidakada distensi.
4) Bising usus tidak ada.
5) Ketidaknyamanan untukmenghadapi situasi baru
6) Balutan abdomen tampak sedikit noda.
7) Aliran lokhia sedangdan bebas bekuan, berlebihan dan banyak

5. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Martowirjo (2018), pemeriksaan diagnostik yang dilakukan pada ibu
Sectio Caesarea adalah sebagai berikut :
1) Hitung darah lengkap.
2) Golongan darah (ABO),dan pencocokan silang, tes Coombs Nb.
3) Urinalisis : menentukn kadar albumin/glukosa.
4) Pelvimetri : menentukan CPD.
5) Kultur : mengidentifikasi adanya virus heres simpleks tipe II.
6) Ultrasonografi : melokalisasi plasenta menetukan
pertumbuha,kedudukan, dan presentasi janin.
7) Amniosintess : Mengkaji maturitas paaru janin.
8) Tes stres kontraksi atau non-stres : mengkaji respons janin
9) terhadapgerakan/stres dari polakontraksi uterus/polaabnormal.
10) Penetuan elektronik selanjutnya :memastikan status
janin/aktivitas uterus.
6. Penatalaksanaan Medis
Menurut Ramadanty (2019), penatalaksanan Sectio Caesarea
adalah sebagai berikut :
1) Pemberian Cairan Karena 24 jam pertama penderita puasa pasca
operasi, maka pemberian cairan per intavena harus cukup banyak
dan mengandung elektrolit agar tidak terjadi hipotermi, dehidrasi,
atau komplikasi pada organ tubuh lainnya. Cairan yang biasa
diberikan biasanya DS 10%, garam fisiologi dan RL secara
bergantian dan jumlah tetesan tergantung kebutuhan. Bila kadar
Hb rendah diberikan transfusi darah sesuai kebutuhan.
2) Diet Pemberian cairan per infus biasanya dihentikan setelah
penderita flatus lalu dimulailah pemberian minuman dan
makanan per oral. Pemberian minuman dengan jumlah yang
sedikit sudah boleh dilakukan pada 6 sampai 8 jam pasca operasi,
berupa air putih dan air teh.
3) Mobilisasi Mobilisasi dilakukan secara bertahap meliputi : Miring
kanan dan kiri dapat dimulai sejak 6 sampai 10 jam setelah
operasi, Latihan pernafasan dapat dilakukan penderita sambil
tidur telentang sedini mungkin setelah sadar, Hari kedua post
operasi, penderita dapat didudukkan selama 5 menit dan diminta
untuk bernafas dalam lalu menghembuskannya, Kemudian posisi
tidur telentang dapat diubah menjadi posisi setengah duduk
(semifowler), Selanjutnya selama berturut-turut, hari demi hari,
pasien dianjurkan belajar duduk selama sehari, belajar berjalan,
dan kemudian berjalan sendiri pada hari ke-3 sampai hari ke-5
pasca operasi.
4) Katerisasi Kandung kemih yang penuh menimbulkan rasa nyeri
dan rasa tidak enak pada penderita, menghalangi involusi uterus
dan menyebabkan perdarahan. Kateter biasanya terpasang 24 - 48
jam / lebih lama lagi tergantung jenis operasi dan keadaan
penderita.
5) Pemberian Obat-Obatan Antibiotik cara pemilihan dan pemberian
antibiotik sangat berbeda-beda sesuai indikasi.
6) Analgetik dan obat untuk memperlancar kerja saluran pencernaan
Obat yang dapat di berikan melalui supositoria obat yang
diberikan ketopropen sup 2x/24 jam, melalui orang obat yang
dapat diberikan tramadol atau paracetamol tiap 6 jam, melalui
injeksi ranitidin 90-75 mg diberikan setiap 6 jam bila perlu.
7) Obat-obatan lain Untuk meningkatkan vitalitas dan keadaan
umum penderita dapat diberikan caboransia seperti neurobian I
vit C.
8) Perawatan luka Kondisi balutan luka dilihat pada 1 hari post
operasi, bila basah dan berdarah harus dibuka dan diganti.
9) Pemeriksaan rutin Hal-hal yang harus diperhatikan dalam
pemeriksaan adalah suhu, tekanan darah, nadi,dan pernafasan.
10) Perawatan Payudara Pemberian ASI dapat dimulai pada hari post
operasi jika ibu memutuskan tidak menyusui, pemasangan
pembalut payudara yang mengencangkan payudara tanpa banyak
menimbulkan kompesi, biasanya mengurangi rasa nyeri.

7. Komplikasi
Menurut NANDA NIC-NOC (2015) Sectio Caesarea komplikasi pada
pasien Sectio Caesarea adalah :
1) Komplikasi pada ibu
Infeksi puerperalis, bisa bersifat ringan seperti kenaikan suhu
selama beberapa hari dalam masa nifas, atau bersifat berta seperti
peritonitis, sepsis dan sebagainya. Infeksi postoperatif terjadi
apabila sebelum pembedahan sudah ada gejala-gejala yang
merupakan predisposisi terhadap kelainan itu (partus lama
khususnya setelah ketuban pecah, tindakan vaginal sebelumnya).
Perdarahan, bisa timbul pada waktu pembedahan jika cabang
cabang arteri uterina ikut terbuka atau karena atonia uteri.
Komplikasi - komplikasi lain seperti luka kandung kencing dan
embolisme paru. suatu komplikasi yang baru kemudian tampak
ialah kuatnya perut pada dinding uterus, sehingga pada
kehamilan berikutnya bisa ruptur uteri. Kemungkinan hal ini
lebih banyak ditemukan sesudah Sectio Caesarea.
2) Komplikasi-komplikasi lain
Komplikasi-komplikasi lain seperti luka kandung kemih, dan
embolisme paru.
3) Komplikasi baru
Komplikasi yang kemudian tampak ialah kurang kuatnya parut
pada dinding uterus, sehingga pada kehamilan berikutnya bisa
terjadi ruptur uteri. Kemungkinan peristiwa ini lebih banyak
ditemukan sesudah Sectio Caesarea Klasik.

B. Pre-Eklamsia Berat
1. Definisi
Pre eklampsi berat adalah hipertensi yang timbul setelah 20 minggu
kehamilan disertai dengan proteinuria (Prawirohardjo, 2009). Pre eklampsia
berat adalah suatu komplikasi kehamilan yang ditandai dengan timbulnya
hipertensi 160/110 mmHg atau lebih disertai proteinuria pada umur
kehamilan 20 minggu atau lebih (Nugroho, 2010). Pre eklampsi berat adalah
gangguan multi system dengan etiologi kompleks yang khusus terjadi selama
kehamilan. Pre-eklampsi berat biasanya didefinisikan sebagai peningkatan
tekanan darah dan protein urin yang terjadi setelah usia kehamilan 20 minggu
(Bothamley, 2011).

2. Tanda dan gejala


Menurut Bothamley (2011) kemungkinan tanda dan gejala Pre
eklampsi adalah sebagai berikut.
1) Sakit kepala
2) Gangguan penglihatan
3) Nyeri epigastrik
4) Muntah
5) Penurunan gerakan janin
6) Ukuran janin kecil tidak sesuai usia kehamilan.

3. Komplikasi
Menurut Robson (2011) komplikasi kemungkinan yang terjadi
akibat proses Pre eklampsi yaitu:
a. Eklampsia
b. Perdarahan otak
c. Sindrom HELLP
d. Ruptur/ infark hati
e. Solusio plasenta
f. Koagulasi intravaskular Diseminata (KID)
g. Kerusakan ginjal
h. Edema paru/ adult respitaratory distress syndrome (ARDS)
i. Pertumbuhan janin terhambat
j. Kematian janin intrauteri
k. Kematian perinatal.

4. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan Pre Eklampsia Berat Menurut Hariadi (2014),
Penatalaksanaan pre eklampsia berat, yaitu:
a. Tirah baring
b. Oksigen
c. Kateter menetap
d. IVFD : Ringer Asetat, Kolloid
e. Jumlah input cairan : 2000 ml/ 24jam. Awasi balance cairan.
f. Magnesium sulfat
Initial dose
1) Loading dose : 4 gram MgSO4 20% IV (4-5menit)
2) 8 gram 40% bokong kanan, 4 gram bokong kiri Maintenance dose:
4 gram MgSO4 40% setiap 4 jam, dapat diberikan 18 secara IV.
g. Syarat pemberian MgSO4
1) Harus tersedia antidotum MgSO4 yaitu kalsium glukonas 10% (1
gram dalam 10 cc) diberikan IV 3 menit dalam keadaan siap
pakai.
2) Refleks patella (+) kuat
3) Frekuensi pernafasan > 16x / menit
4) Produksi urin >100/cc dalam 4 jam.
h. Antihipertensi diberikan jika tekanan darah > 110 mmHg. Dapat
diberikan nifedipin sublingual 10 mg, setelah 1 jam. Jika tekanan
darah masih tinggi dapat diberikan nifedipin ulangan 5-10 mg
sublingual atau oral dengan interval 1 jam, 2 jam atau 3 jam sesuai
kebutuhan. Penuruan tekanan darah tidak boleh terlalu agresif.
Tekanan darah diastol kurang dari 90 mmHg, penurunan tekanan
darah maksimal 30%. Penggunaan nifedipin sangat dianjurkan karena
harganya murah dapat didapatkan dan mudah pengaturan dosisnya
dengan efektifitas yang cukup baik.
II. Anatomi dan Fisiologi

2.1 Anatomi Organ Reproduksi Wanita


a. Organ Generatif Interna

Gambar 2.2.1 Organ Reproduksi Interna Pada Wanita

(Sumber: Wiknjo Sastro,2002).

Keterangan :
1) Vagina
Vagina merupakan jaringan membran muskulo membranosa berbentuk
tabung yang memanjang dari vulva ke uterus berada diantara kandung kemih
dianterior dan rectum di posterior.
2) Uterus
Uterus adalah organ muskuler yang berongga dan berdinding

tebal yang sebagian tertutup oleh peritoneum atau serosa. Berfungsi

untuk implantasi, memberi perlindungan dan nutrisi pada janin, mendorong

keluar janin dan plasenta pada persalinan serta mengendalikan

pendarahan dari tempat perlekatan plasenta.


Bentuk uterus menyerupai buah pir yang gepeng dan terdiri

atas dua bagian yaitu bagian atas berbentuk segitiga yang merupakan badan

uterus yaitu korpus dan bagian bawah berbentuk silindris yang merupakan

bagian fusiformosis yaitu serviks. Saluran ovum atau tuba falopi bermula dari

kornus (tempat masuk tuba) uterus pada pertemuan batas superior dan lateral.

Bagian atas uterus yang berada diatas kornus disebut fundus. Bagian uterus

dibawah insersi tuba falopi tidak tertutup langsung oleh peritoneum, namun

merupakan tempat pelekatan dari ligamentum latum. Titik semu serviks dengan

korpus uteri disebut isthmus uteri.

Bentuk dan ukuran bervariasi serta dipengaruhi usia dan paritas

seorang wanita. Sebelum pubertas panjangnya bervariasi antara 2,5-3,5 cm. Uterus

wanita nulipara dewasa panjangnya antara 6-8 cm sedang pada wanita multipara 9-

10 cm. Berat uterus wanita yang pernah melahirkan antara 50-70 gram, sedangkan

pada wanita yang belum pernah melahirkan 80 gram atau lebih. Pada wanita

muda panjang korpus uteri kurang lebih setengah panjang serviks, pada wanita

nulipara panjang keduanya kira-kira sama. Sedangkan pada wanita multipara,

serviks hanya sedikit lebih panjang dari sepertiga panjang total organ ini.

Bagian serviks yang berongga dan merupakan celah sempit

disebut dengan kanalis servikalis yang berbentuk fusiformis dengan lubang kecil

pada kedua ujungnya, yaitu ostium interna dan ostium eksterna. Setelah menopause

uterus mengecil sebagai akibat atropi miometrium dan endometrim. Istmus uteri

pada saat kehamilan diperlukan untuk pembentukan segmen bawah rahim. Pada

bagian inilah dinding uterus dibuka jika mengerjakan section caesaria trans
peritonealis profunda.

Suplay vaskuler uterus terutama berasal dari uteri aterina dan

arteri ovarika. Arteri uterina yang merupakan cabang utama arteri hipogastrika

menurun masuk dasar ligamentum latum dan berjalan ke medial menuju sisi uterus.

Arteri uterina terbagi menjadi dua cabang utama, yaitu arteri serviko vaginalis

yang lebih kecil memperdarahi bagian atas serviks dan bagian atas vagina.

Cabang utama memperdarahi bagian bawah serviks dan korpus uteri. Arteri

ovarika yang merupakan cabang aorta masuk dalam ligamentum latum melalui

ligamentum infundibulopelvikum. Sebagian darah dari bagian atas uterus,

ovarium dan bagian atas ligamentum latum.dikumpulkan melalui vena yang

didalam ligamentum latum, membentuk pleksus pampiniformis yang

berukuran besar, pembuluh darah darinya bernuara di vena ovarika.

Vena ovarika kanan bermuara ke vena cava, sedangkan vena ovarika

kiri bermuara ke vena renalis kiri.

Persyarafan terutama berasal dari sitem saraf simpatis, tapi sebagian

juga berasal dari sistem serebrospinal dan parasimpatis. Cabang-cabang dari

pleksus ini mensyarafi uterus, vesika urinaria serta bagian atas vagina dan

terdiri dari serabut dengan maupun tanpa myelin. Uterus disangga oleh jaringan ikat

pelvis yang terdiri atas ligamentum latum, ligamentum infundibolupelvikum,

ligamentum kardialis, ligamentum rotundum dan ligamentum uterosarkum.

Ligamentum latum meliputi tuba, berjalan dari uterus ke arah sisi,

tidak banyak mengandung jaringan ikat. Ligamentum infundibolupelvikum

merupakan ligamentum yang menahan tuba falopi yang berjalan dari arah
infundibulum ke dinding pelvis. Di dalamnya ditemukan urat-urat saraf, saluran

limfe, arteria dan vena ovarika. Ligamentum kardinale mencegah supaya uterus

tidak turun, terdiri atas jaringan ikat yang tebal dan berjalan dari serviks dan

puncak vagina ke arah lateral dinding pelvis. Di dalamnya ditemukan banyak

pembuluh darah antara lain vena dan arteria uterine. Ligamentum

uterosakrum menahan uterus supaya tidak bergerak, berjalan dari serviks bagian

belakang, kiri dan kanan ke arah os sacrum kiri dan kanan, sedang ligamentum

rotundum menahan uterus antefleksi dan berjalan dari sudut fundus uteri kiri dan

kanan ke daerah ingunal kiri dan kanan.

3) Serviks Uteri

Serviks merupakan bagian uterus yang terletak di bawah isthmus di

anterior batas atas serviks yaitu ostium interna, kurang lebih tingginya

sesuai dengan batas peritoneum pada kandung kemih. Ostium eksterna

terletak pada ujung bawah segmen vagina serviks yaitu portio vaginalis.

Serviks yang mengalami robekan yang dalam pada waktu persalinan

setelah sembuh bisa menjadi berbentuk tak beraturan, noduler, atau

menyerupai bintang.

Serviks memiliki serabut otot polos, namun terutama terdiri dari

jaringan kolagen, jaringan elastin serta pembuluh darah. Selama kehamilan dan

persalinan, kemampuan serviks untuk meregang merupakan akibat pemecahan

kolagen.Mukosa kanalis servikalis merupakan kelanjutan endometrium. Mukosanya

terdiri dari satu lapisan epitel kolumner yang menempel pada membran basalis yang

tipis.
4) Korpus Uteri

Dinding korpus uteri terdiri dari 3 lapisan, yaitu endometrium,

miometrium dan peritoneum.

a) Endometrium

Endometrium merupakan bagian terdalam dari uterus, berupa lapisan mukosa

yang melapisi rongga uterus pada wanita yang tidak

hamil. Endometrium berupa membran tipis berwarna merah muda,

menyerupai beludru, yang bila diamati dari dekat akan terlihat

ditembusi oleh banyak lubang-lubang kecil yaitu muara kelenjar uterine.

Tebal endometrium 0,5-5 mm. Endometrium terdiri dari

epitel permukaan, kelenjar dan jaringan mesenkim antar

kelenjar yang didalamnya terdapat banyak pembuluh darah.

Kelenjar uterine berbentuk tubuler dalam keadaan istirahat

menyerupai jari jemari dari sebuah sarung tangan. Sekresi

kelenjar berupa suatu cairan alkalis encer yang berfungsi

menjaga rongga uterus tetap lembab.

b) Miometrium

Miometrium merupakan lapisan dinding uterus yang merupakan

lapisan muskuler. Miometrium merupakan jaringan pembentuk

sebagian besar uterus, terdiri kumpulan otot polos yang disatukan jaringan

ikat dengan banyak serabut elastin di dalamnya. Selama

kehamilan miometrium membesar namun tidak terjadi perubahan

berarti pada otot serviks. Dalam lapisan ini tersusun serabut otot
yang terdiri atas tunikla muskularis longitudinalis eksterna,

oblique media, sirkularis interna dan sedikit jaringan fibrosa.

c) Peritonium

Peritoneum merupakan lapisan serosa yang menyelubungi

uterus, dimana peritoneum melekat erat kecuali pada daerah di atas

kandung kemih dan pada tepi lateral dimana peritoneum berubah arah

sedemikian rupa membentuk ligamentum latum.

b. Organ Generatif Eksterna

Gambar 2.2.2. Organ Reproduksi Eksterna Pada


Wanita

( Sumber: Wiknjo Sastro,


2002)

Keterangan :

1) Mons Veneris

Mons veneris adalah bagian menonjol diatas simfisis.Pada wanita dewasa ditutupi oleh
rambut kemaluan.pada wanita umumnya batas atasnya melintang sampai pinggir atas simfisis,
sedangkan ke bawah sampai sekitar anus dan paha.

2) Labia Mayora (bibir-bibir besar)

Terdiri atas bagian kanan dan kiri, lonjong mengecil ke bawah,terisi jaringan lemak serupa
dengan yang ada di mons veneris. Ke bawah dan belakang kedua labia mayora bertemu dan
membentuk kommisura posterior.

3) Labia Minora (bibir-bibir kecil)

Labia Minora adalah suatu lipatan tipis dari kulit sebelah dalam bibir besar. Ke depan
kedua bibir kecil bertemu dan membentuk diatas klitoris preputium klitoridis dan dibawah
klitoris frenulum klitoridis.Ke belakang kedua bibir kecil bersatu dan membentuk fossa
navikulare. Kulit yang meliputi bibir kecil mengandung banyak glandula sebasea dan urat
saraf yang menyebabkan bibir kecil sangat sensitif dan dapat mengembang.

4) Klitoris

Kira-kira sebesar kacang ijo tertutup oleh preputium klitoridis,


terdiri atas glans klitoridis , korpus klitoridis, dan dua krura yang menggantungkan klitoris ke
os pubis. Glans klitoridis terdiri atas jaringan yang dapat mengembang , penuh urat saraf
dan amat sensitif.

5) Vulva

Bentuk lonjong dengan ukuran panjang dari muka ke belakang dan dibatasi dimuka oleh
klitoris, kanan dan kiri oleh kedua bibir kecil dan dibelakang oleh perineum;
embriologik sesuai sinus urogenitalis. Di vulva 1-1,5 cm di bawah klitoris ditemukan orifisium
uretra eksternum (lubang kemih) berbentuk membujur 4-5 mm dan .tidak jauh dari lubang
kemih di kiri dan kanan bawahnya dapat dilihat dua ostia skene. Sedangkan di kiri dan
bawah dekat fossa navikular terdapat kelenjar bartholin, dengan ukuran diameter ± 1 cm
terletak dibawah otot konstriktor kunni dan mempunyai saluran kecil panjang 1,5-2 cm yang
bermuara di vulva. Pada koitus kelenjar bartolin mengeluarkan getah lendir.

6) Bulbus Vestibuli Sinistra et Dekstra

Terletak di bawah selaput lendir vulva dekat ramus os pubis, panjang 3-4 cm, lebar 1-2 cm
dan tebal 0,51- 1cm; mengandung pembuluh darah, sebagian tertutup oleh muskulus iskio
kavernosus dan muskulus konstriktor vagina. Saat persalinan kedua bulbus tertarik ke atas ke
bawah arkus pubis, tetapi bagian bawahnya yang melingkari vagina sering mengalami cedera
dan timbul hamatoma vulva atau perdarahan.

7) Introitus Vagina

Mempunyai bentuk dan ukuran berbeda , ditutupi selaput dara (hymen). Himen
mempunyai bentuk berbeda – beda.dari yang semilunar (bulan sabit) sampai yang berlubang-
lubang atau yang ada pemisahnya (septum); konsistensi nya dari yang kaku sampai yang lunak
sekali. Hiatus himenalis (lubang selaput dara) berukuran dari yang seujung jari sampai yang
mudah dilalui oleh 2 jari. Umumnya himen robek pada koitus. Robekan terjadi pada tempat
jam 5 atau jam 7 dan sampai dasar selaput dara. Sesudah persalinan himen robek pada
beberapa tempat.

8) Perineum

Terletak antara vulva dan anus , panjangnya rata-rata 4 cm.

2.2 Fisiologi

Sistem reproduksi dan struktur terkait pasca partum :


a. Adaptasi Fisiologi Pada Post Partum
1) Proses Involusi
Proses kembalinya uterus ke keadaan sebelum hamil setelah melahirkan disebut
involusi. Proses dimulai setelah plasenta keluar akibat konstraksi otot-otot
polos uterus. Pada akhir persalinan tahap III, uterus berada digaris tengah, kira-
kira 2 cm dibawah umbilikus dengan fundus bersandar pada promontorium
sakralis. Ukuran uterus saat kehamilan enam minggu beratnya kira-kira 1000 gr.
Dalam waktu 12 jam, tinggi fundus kurang lebih 1 cm diatas umbilikus. Fundus
turun kira-kira 1-2 cm setiap 24 jam. Pada hari keenam fundus normal
berada dipertengahan antara umbilikus dan simfisis fubis. Seminggu setelah
melahirkan uterus berada didalam panggul sejati lagi, beratnya kira-kira 500 gr,
dua minggu beratnya 350 gr, enam minggu berikutnya mencapai 60 gr
(Bobak,2004:493).
2) Konstraksi Uterus
Intensitas kontraksi uterus meningkat segera setelah bayi lahir, diduga adanya
penurunan volume intrauterin yang sangat besar. Hemostatis pascapartum dicapai
akibat kompresi pembuluh darah intramiometrium, bukan oleh agregasi
trombosit dan pembentukan pembekuan. Hormon desigen dilepas dari kelenjar
hipofisis untuk memperkuat dan mengatur konstraksi. Selama 1-2 jam I
pascapartumintensitas konstraksi uterus bisa berkurang dan menjadi tidak teratur,
karena untuk mempertahankan kontraksi uterus biasanya disuntikkan aksitosan
secara intravena atau intramuscular diberikan setelah plasenta lahir (Bobak, 2004:
493).
3) Tempat Plasenta
Setelah plasenta dan ketuban dikeluarkan, kontriksi vaskuler dan trombosis
menurunkan tempat plasenta ke suatu area yang meninggi dan bernodul tidak
teratur. Pertumbuhan endometrium menyebabkan pelepasan jaringan nekrotik dan
mencegah pembentukan jaringan parut yang menjadi karakteristik penyembuhan
luka. Proses penyembuhan memampukan endometrium menjalankan siklusnya
seperti biasa dan memungkinkan implantasi untuk kehamilan dimasa yang akan
datang. Regenerasi endometrium selesai pada akhir minggu ketiga pascapartum,
kecuali bekas tempat plasenta (Bobak, 2004: 493).
4) Lochea
Lochea adalah rabas uterus yang keluar setelah bayi lahir, mula-mula
berwarna merah lalu menjadi merah tua atau merah coklat. Rabas mengandung
bekuan darah kecil. Selama 2 jam pertama setelah lahir, jumlah cairan yang
keluar dari uterus tidak boleh lebih dari jumlah maksimal yang keluar selama
menstruasi. Lochea rubra mengandung darah dan debris desidua dan debris
trofoblastik. Aliran menyembur menjadi merah muda dan coklat setelah 3-4
hari (lochea serosa). lochea serosa terdiri dari darah lama (old blood), serum,
leukosit dan debris jaringan. Sekitar 10 hari setelah bayi lahir, warna cairan ini
menjadi kuning sampai putih (lochea alba). Lochea alba mengandung leukosit,
desidua, sel epitel, mucus, serum dan bakteri. Lochea alba bertahan selama 2-6
minggu setelah bayi lahir (Bobak, 2004: 494).

5) Serviks
Serviks menjadi lunak setelah ibu malahirkan. 18 jam pascapartum, serviks
memendek dan konsistensinya lebih padat kembali kebentuk semula. Muara
serviks berdilatasi 10 cm, sewaktu melahirkan, menutup bertahap 2 jari masih
dapat dimasukkan Muara serviks hari keempat dan keenam
pascapartum (Bobak, 2004: 495).
6) Vagina dan PeriniumEstrogen pascapartum yang menurun berperan dalam
penipisan mucosa vagina dan hilangnya rugae. Vagina yang semula sangat
teregang akan kembali secara bertahap keukuran sebelum hamil, 6-8 minggu
setelah bayi lahir . Rugae akan kembali terlihat pada sekitar minggu keempat
(Bobak, 2004:495).
7) Payudara
Konsentrasi hormone yang menstimulasi perkembangan payudara selama
wanita hamil (estrogen, progesteron, human chrorionic gonadotropin, prolaktin,
dan insulin) menurun dengan cepat setelah bayi lahir. Hari ketiga atau
keempat pascapartum terjadi pembengkakan (engorgement). Payudara
bengkak, keras,nyeri bila ditekan, dan hangat jika diraba (kongesti pembuluh
darah menimbulkan rasa hangat). Pembengkakan dapat hilang dengan sendirinya
dan rasa tidak nyaman berkurang dalam 24 jam sampai 36 jam. Apabila bayi
belum menghisap (atau teraba suatu massa (benjolan), tetapi kantong susu
yang terisi berubah dari hari kehari. Sebelum laktasi dimulai, payudara terasa
lunak dan keluar cairan kekuningan, yakni kolostrum, dikeluarkan dari payudara.
Setelah laktasi dimulai, payudara terasa hangat dan keras waktu disentuh. Rasa
nyeri akan menetap selama 48 jam, susu putih kebiruan (tampak seperti
susu skim) dapat dikeluarkan dari puting susu (Bobak,
2004:498).
8) Laktasi
Sejak kehamilan muda, sudah terdapat persiapan-persiapan pada kelenjar-kelanjar
untuk menghadapi masa laktasi. Proses ini timbul setelah ari-ari atau plasenta
lepas. Ari-ari mengandung hormon penghambat prolaktin (hormon placenta) yang
menghambat pembentukan ASI. Setelah ari-ari lepas ,hormone placenta tak ada
lagi sehingga terjadi produksi ASI. Sempurnanya ASI keluar 2-3 hari setelah
melahirkan. Namun sebelumnya di payudara sudah terbentuk kolostrum yang
bagus sekali untuk bayi, karena mengandung zat kaya Gizi dan antibodi
pembunuh kuman.
9) Sistem Endokrin
Selama postpartum terjadi penurunan hormon human placenta latogen (HPL),
estrogen dan kortisol serta placental enzime insulinase membalik efek
diabetogenik kehamilan, sehingga kadar gula darah menurun pada masa
puerperium. Pada wanita yang tidak menyusui, kadar estrogen meningkat pada
minggu kedua setelah melahirkan dan lebih tinggi dari wanita yang menyusui
pascapartum hari ke-17 (Bobak, 2004: 496).
10) Sistem Urinarius
Perubahan hormonal pada masa hamil (kadar steroid yang tinggi) turut
menyebabkan peningkatan fungís ginjal, sedangkan penurunan kadar steroid
setelah wanita melahirkan akan mengalami penurunan fungsi ginjal selama masa
pascapartum. Fungsi ginjal kembali normal dalam waktu 1 bulan setelah
wanita melahirkan. Trauma terjadi pada uretra dan kandung kemih selama proses
melahirkan, yakni sewaktu bayi melewati hiperemis dan edema. Kontraksi
kandung kemih biasanya akan pulih dalam 5-7 hari setelah bayi lahir (Bobak,
2004:497-498).
11) Sistem Cerna
Ibu biasanya lapar setelah melahirkan sehingga ia boleh mengkonsumsi makanan
ringan. Penurunan tonus dan motilitas otot traktus cerna menetap selama waktu
yang singkat setelah bayi lahir. Buang air besar secara spontan bisa tertunda
selama tiga hari setelah ibu melahirkan yang disebabkan karena tonus otot usus
menurun selama proses persalinan dan pada awal masa pasca partum. Nyeri saat
defekasi karena nyeri diperinium akibat episiotomi, laserasi, atau hemoroid
(Bobak, 2004: 498).
12) Sistem Kardiovaskuler
Pada minggu ke-3 dan 4 setelah bayi lahir, volume darah biasanya turun sampai
mencapai volume sebelum hamil. Denyut jantung, volume sekuncup dan curah
jantung meningkat sepanjang hamil. Setelah wanita melahirkan meningkat tinggi
selama 30-60 menit, karena darah melewati sirkuit uteroplasenta kembali ke
sirkulasi umum. Nilai curah jantung normal ditemukan pemeriksaan dari 8-10
minggu setelah wanita melahirkan (Bobak,2004:499-500).
13) Sistem Neurologi
Perubahan neurologi selama puerperium kebalikan adaptasi neourologis
wanita hamil, disebabkan trauma wanita saat bersalin dan melahirkan. Rasa baal
dan kesemutan pada jari dialami 5% wanita hamil biasanya hilang setelah anak
lahir. Nyeri kepala pascapartum disebabkan hipertensi akibat kehamilan , strees
dan kebocoran cairan serebrospinalis. Lama nyeri kepala 1-3 hari dan beberapa
minggu tergantung penyebab dan efek pengobatan.
14) Sistem Muskuloskeletal
Adaptasi sistem muskuloskeletal ibu terjadi selama hamil berlangsung terbalik
pada masa pascapartum. Adaptasi membantu relaksasi dan hipermeabilitas sendi
dan perubahan pusat berat ibu akibat pembesaran rahim. Stabilisasi sendi lengkap
pada minggu ke 6-8 setelah wanita melahirkan (Bobak, 2004: 500-501).
15) Sistem Integumen
Kloasma muncul pada masa hamil biasanya menghilang saat kehamilan berakhir;
hiperpigmentasi di aerola dan linea tidak menghilang seluruhnya setelah bayi
lahir. Kulit meregang pada payudara, abdomen, paha, dan panggul mungkin
memudar tapi tidak hilang seluruhnya. Kelainan pembuluh darah seperti spider
angioma (nevi), eritema palmar dan epulis berkurang sebagai respon penurunan
kadar estrogen.Pada beberapa wanita spider nevi bersifat menetap (Bobak, 2004:
501-502).
b. Adaptasi Psikologis Post Partum
Menurut Rubin dalam Varney (2007) adaptasi psikologis post partum dibagi
menjadi beberapa fase yaitu :
1) Fase Taking In ( dependent)
Fase ini dimulai pada hari kesatu dan kedua setelah melahirkan, dimana ibu
membutuhkan perlindungan dan pelayanan pada tahap ini pasien sangat
ketergantungan.

2) Fase Taking Hold (dependent- independent)


Fase ini dimulai pada hari ketiga setelah melahirkan dan berakhir pada
minggu keempat sampai kelima. Sampai hari ketiga ibu siap menerima pesan
barunya dan belajar tentang hal-hal baru, pada fase ini ibu membutuhkan
banyak sumber informasi.
3) Fase Letting Go (independent)
Fase dimulai minggu kelima sampai minggu keenam setelah kelahiran, dimana
ibu mampu menerima tanggung jawab normal.
III. Pathway
Asimtomatik

Invasi tiopabiatik
abnormal

Perusakan pada sel endotel

Gangguan
pendarahan plasenta

Lorong pembuluh lebih sempit Berkurangnya jumlah darah

Menurunnya kebutuhan
nutrisi dan oksogen

Pada janin Pada ibu


Iskemia

Fetal distress Protein urinaria dan


Vasokontriksi pembuluh darah endotel tekanan darah
meningkat
Kematian janin
didalam rahim Peningkatan resistensi
Pembuluh darah Kejang pada ibu

Kematian
PREEKLAPMSIA

Harus dilakukan
sectio caesarea

Kejang pada ibu Insisi bedah

Fisiologis Estrogen Prolaktin meningkat Pembendungan Terputusnya inkontunitas


mening laktasi jaringan

Kurangnya informasi
Air susu ibu Perawatan insisi
tidak keluar abdomen
Ansietas Pristaltik usus Belum flatus
menurun

Menyusui tidak Kurang pengetahuan


konstipasi tentang perawatan
Pasien lelah efektif

Bedress total Defisit perawatamn Resiko tinggi infeksi


diri

Ibu tidak tahu


merawat bayi

Defisit pengetahuan Sumber : ( Bobak, 2005. Nanda 2013. Saifuddin, 2002)


IV. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Pengkajian keperawatan pada ibu post operasi Sectio Caesarea menurut
Sagita (2019) adalah sebagai berikut :
1) Identitas Klien
Meliputi : nama, umur, agama, jenis kelamin, alamat, suku bangsa,
pekerjaan, pendidikan, status pernikahan, tanggal masuk rumah sakit,
nomor registrasi, dan diagnosa medis.
2) Keluhan Utama
Keluhan utama pada post operasi Sectio Caesarea biasanya adalah
nyeri dibagian abdomen akibat luka jahitan setelah operasi, pusing dan
sakit pinggang.
3) Riwayat Kesehatan
(a) Riwayat Kesehatan Sekarang
Riwayat kesehatan sekarang berisi tentang pengkajian data yang
dilakukan untuk menentukan sebab dari dilakuakannya operasi
Sectio Caesarea seperti kelainan letak bayi (letak sungsang dan
letak lintang), faktor plasenta (plasenta previa, solution plasenta,
plasenta accrete, vasa previa), kelainan tali pusat (prolapses tali
pusat, telilit tali pusat), bayi kembar (multiple pregnancy), pre
eklampsia, dan ketuban pecah dini yang nantinya akan membantu
membuat rencana tindakan terhadap pasien. Riwayat pada saat
sebelum inpartus di dapatkan cairan yang keluar pervaginan
secara spontan kemudian tidak di ikuti tanda-tanda persalinan.
(b) Riwayat Kesehatan Dahulu
Didapatkan data klien pernah riwayat Sectio Caesarea
sebelumnya, panggul sempit, serta letak bayi sungsang. Meliputi
penyakit yang lain dapat juga mempengaruhi penyakit sekarang,
seperti danya penyakit Diabetes Melitus, jantung, hipertensi,
hepatitis, abortus dan penyakit kelamin.
(c) Riwayat Perkawinan
Pada riwayat perkawinan hal yang perlu dikaji adalah menikah
sejak usia berapa, lama pernikahan, berapa kali menikah, status
pernikahan saat ini.
(d) Riwayat Obsterti
Pada pengkajian riwayat obstetri meliputi riwayat kehamilan,
persalinan dan nifas yang lalu, berpa kali ibu hamil, penolong
persalinan, dimana ibu bersalin, cara bersalin, jumlah anak,
apakah pernah abortus, dan keadaan nifas post operasi Sectio
Caesarea yang lalu.
(e) Riwayat Persalinan Sekarang
Meliputi tanggal persalinan, jenis persalinan, lama persalinan,
jenis kelamin anak, keadaan anak
(f) Riwayat KB
Pengkajian riwayat KB dilakukan untuk mengetahui apakah klien
pernah ikut program KB, jenis kontrasepsi, apakah terdapat
keluhan dan masalah dalam penggunaan kontrasepsi tersebut, dan
setelah masa nifas ini akan menggunakan alat kontrasepsi apa.
(g) Riwayat Kesehatan Keluarga
Adakah penyakit turunan dalam keluarga seperti jantung,
Hipertensi, TBC, Diabetes Melitus, penyakit kelamin, abortus
yang mungkin penyakit tersebut diturunkan kepada klien
4) Pola Fungsi Kesehatan
(a) Pola Aktivitas
Aktivitas klien terbatas, dibantu oleh orang lain untuk memenuhi
keperluannya karena klien mudah letih, klien hanya isa
beraktivitas ringan seperti : duduk ditempat tidur, menyusui.
(b) Pola Eliminasi
Klien dengan pos partum biasanya sering terjadi adanya perasaan
sering/susah kencing akibat terjadinya odema dari trigono, akibat
tersebut menimbulkan inpeksi uretra sehingga menyebabkan
konstipasi karena takut untuk BAB
(c) Pola Istirahat dan Tidur
Klien pada masa nifas sering terjadi perubahan pola istirahat dan
tidur akibat adanya kehadiran sang bayi dan nyeri jahitan
(d) Pola Hubungan dan Peran
Klien akan menjadi ibu dan istri yang baik untuk suaminya
(e) Pola Penanggulangan Stress
Klien merasa cemas karena tidak bisa mengurus bayinya sendiri
(f) Pola Sensori Kognitis
Klien merasakan nyeri pada prineum karena adanya luka janhitan
akibat Sectio Caesarea
(g) Pola Persepsi dan Konsep Diri
Klien merasa dirinya tidak seindah sebelum hamil, semenjak
melahirkan klien menalami perubahan pada ideal diri
(h) Pola Reproduksi dan Sosial
Terjadi perubahan seksual atau fungsi seksualitas akibat adanya
proses persalinan dan nyeri ekas jahitan luka Sectio Caesarea
5) Pemeriksaan Fisik
(a) Tanda - Tanda Vital
Apabila terjadi perdarahan pada post partum tekana darah turun,
nadi cepat, pernafasan meningkat, suhu tubuh turun
(b) Kepala
1) Rambut
Bagaimana bentuk kepala, warna rambut, kebersihan rambut,
dan apakah ada benjolan
2) Mata
Terkadang adanya pembengkakan pada kelopak mata,
konjungtiva, dan kadang-kadang keadaan selaput mata pucat
(anemia) karena proses persalinan yang mengalami
perdarahan, sclera kuning
3) Telinga
Biasanya bentuk telinga simetris atau tidak, bagaimana
kebersihannya, adakah cairan yang keluar dari telinga
4) Hidung
Adanya polip atau tidak dan apabila pada post partum
kadangkadang ditemukan pernapasan cuping hidung
5) Mulut dan Gigi
Mulut bersih / kotor, mukosa bibir kering / lembab
(c) Leher
Saat dipalpasi ditemukan ada / tidak pembesaran kelenjar tiroid,
karna adanya proses penerangan yang salah
(d) Thorax
1) Payudara
Simetris kiri dan kanan, tidak ada kelainan pada payudara, areola hitam
kecoklatan, putting susu menonjol, air susu lancer dan banyak keluar
2) Paru-Paru
Inspeksi : Simetris / tidak kiri dan kanan, ada / tidak terlihat pembengkakan.
Palpasi : Ada / tidak nyeri tekan, ada / tidak teraba massa
Perkusi : Redup / sonor
Auskultasi : Suara nafas Vesikuler / ronkhi / wheezing
3) Jantung
Inspeksi : Ictus cordis teraba / tidak
Palpasi : Ictus cordis teraba / tidak
Perkusi : Redup / tympani
Auskultasi : Bunyi jantung lup dup
(e) Abdomen
Inspeksi : Terdapat luka jahitan post op ditutupi verban, adanya
striegravidarum
Palpasi : Nyeri tekan pada luka, konsistensi uterus lembek / keras
Perkusi : Redup
Auskultasi : Bising usus
(f) Genetalia
Pengeluaran darah bercampur lender, pengeluaran air ketuban,
bila terdapat pengeluaran mekomium yaitu feses yang dibentuk
anak dalam kandungan menandakan adanya kelainan letak anak
(g) Ekstremitas
Pemeriksaan odema untuk melihat kelainan-kelainan karena
membesarkan uterus, karena pre eklamsia atau karena penyakit
jantung atau ginjal.

2. Diagnosa Keperawatan
Menurut NANDA (2015) diagnosa keperawatan yang timbul pada ibu
post operasiSectio Caesarea adalah sebagai berikut :
1) Nyeri berhubungan dengan terputusnya jaringan pada luka insisi ditandai
dengan adanya laporan verbal atau non verbal menunjukan kerusakan,
skala nyeri diatas normal, posisi untuk mengurangi nyeri, tingkah laku
berhati-hati, gangguan tidur, muka topeng, fokus pada diri sendiri,
perubahan napas, nadi, tingkah laku ekspresif (gelisah, meringis, dan
lemah).
2) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan imobilitas dibuktikan dengan
merasa lemah
3) Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan fisik dibuktikan
dengan tidak mampu mandi/berpakaian secara mandiri
4) Kekurangan volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan
perdarahan ditandai dengan adanya penurunan tekanan darah,
peningkatan pernapasan, peningkatan denyut nadi, adanya keringat
dingin berlebihan, ekstremitas dan wajah teraba dingin, serta adanya
oliguria/anuria
5) Ansietas berhubungan dengan kurangnya informasi tentang prosedur
pembedahan, penyembuhan, dan perawatan post operasi
6) Risiko infeksi berhubungan dengan tindakan invasif, paparan lingkungan
patogen
3. Intervensi Keperawatan
No. Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
1. Nyeri b / d luka post op Tujuan : Rasa nyaman terpenuhi Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif
Kriteri Hasil :  termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi. 
Klien mengatakan nyeri berkurang.  Klien Observasi reaksi non verbal dari Ketidak nyamanan.
tampak rileks.  
Klien mampu melakukan nafas dalam Tingkatkan istirahat. 
Monitor tanda-ta nda vital. 
Ajarkan teknik relaksasi (tarik nafas dalam)
Kolaborasi dalam pemberian analgetik
2. Gangguan perfusi jaringan serebral Tujuan :Tidak terjadi gangguan perfusi 1. Monitor TTV.
berhubungan dengan penurunan cardiac jaringan serebral 2. Monitor adanya diplopia, pandangan kabur, nyeri
output sekunder terhadap vasoplasma Kriteria hasil :  kepala.
pembuluh darah. Tekanan systole dan dalam rentang yang 3. Monitor level kebingungan dan orientasi.
diharapkan.  4. Catat perubahan pasien dalam merespon stimulus.
Tidak ada ortostatik hipertensi.  5. Monitor status cairan.
Komunikasi jelas.  6. Tinggikan kepala 0-45o tergantung pada kondisi
Menunjukkan konsentrasi dan orientasi pasien dan order medis.
Bebas dari aktivitas kejang
3. Resiko tinggi infeksi b.d luka post Tujuan : Tidak terjadi infeksi. Pertahankan teknik Aseptik. 
operasi Kriteria Hasil :  Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan
Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi.  tindakan. 
Menunjukkan kemampuan untuk mencegah Berikan terapi antibiotik. 
timbulnya infeksi.  Tingkatkan intake nutrisi. 
Jumlah leukosit dalam batas normal. Monitor tanda dan gejala infeksi sistematik dan
lokal. 
Dorong pasien istirahat yang cukup. 
Dorong masukan cairan oral dan diet tinggi protein,
vitamin C dan zat besi.
4. Hambatan mobilisasi fisik b/d luka insisi Tujuan : supaya tidak terjadi gangguan Kaji kemampuan dalam mobilisasi. 
post operasi mobilitas fisik kriteria hasil :  Klien Latih pasien dalam pemenuhan kebutuhan ADL
meningkat dalam aktivitas fisik. secara mandiri sesuai kemampuan. 
Mengerti tujuan dari peningkatan mobilitas Dampingi dan bantu pasien saat mobilisasi dan
 bantu penuhi kebutuhan ADL.
Memverbalisasikan perasaan dalam Ajarkan pasien bagaimana merubah posisi dan
meningkatkan kekuatan dan kemampuan berikan bantuan jika diperlukan
berpindah
5. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi Tujuan : Gangguan pemenuhan nutrisi tidak Tinjau faktor – faktor individual yang
b/d nutrisi yang tidak adekuat. terjadi lagi mempengaruhi kemampuan mencerna makanan.
Kriteria hasil :  Misalnya mual 
Anoreksi (-)  Timbang BB sesuai indikasi 
Nafsu makan Meningkat.  Auskultasi bunyi usus, palpasi abdomen
Mual muntah tidak terjadi lagi Identifikasi kesukaan /ketidaksukaan diit, anjurkan
makanan tinggi protein dan vit C
Berikan obat sesuai indikasi.
6. Menyusui tidak efektif berhubungan Tujuan : Ibu menyusui bayi secara efektif. Evaluasi pola menghisap dan menelan bayi.
dengan pemisahan ruangan bayi dengan Kriteria hasil :  Tentukan Keinginan Dan Motivasi Ibu untuk
ruangan ibu post partum Kemantapan pemberian ASI : Bayi : menyusui. 
perlekatan bayi yang sesuai pada dan proses Evaluasi pemahaman ibu tentang isyarat menyusui
menghisap dari payudara ibu untuk dan bayi (misalnya reflex rooting, menghisap dan
memperoleh nutrisi selama 3 minggu terjaga). 
pertama pemberian ASI Kaji kemampuan bayi untuk latch-on dan menghisap
Kemantapan Pemberian ASI : IBU : secara efektif. 
kemantapan ibu untuk membuat bayi Pantau keterampilan ibu dalam menempelkan bayi
melekat dengan tepat dan menyusui dan ke putting. 
payudara ibu untuk memperoleh nutrisi Pantau integritas kulit puting ibu.
selama 3 minggu pertama pemberian ASI Evaluasi pemahaman tentang sumbatan kelenjar
Pemeliharaan pemberian ASI : susu dan mastitis.
keberlangsungan pemberian ASI untuk Pantau kemampuan untuk mengurangi kongesti
menyediakan nutrisi bagi bayi/toddler payudara dengan benar. 
Penyapihan Pembenian ASI : Diskontinuitas Pantau berat badan dan pola eliminasi bayi
progresif pemberian ASI
4. Implementasi
Implementasi adalah realisasi rencana tindakan untuk mencapai tujuan
yang telah ditetapkan. Kegiatan dalam pelaksanaan meliputi penguimpulan data
berkelanjutan, mengobservasirespon klien selama dan sesudah pelaksanaan
tindakan, serta menilai data yang baru. Implementasi menurut teori adalah
mengidentifikasi bidang bantuan situasi yang membutuhkan tambahan beragam
dan mengimplementasikan intervensi keperawatan dengan praktik terdiri atas
keterampilan kognitif, interpersonal dan psikomotor (teknis). Dalam melaksanakan
asuhan keperawatan pada klien pada batu kandung kemih, pada prinsipnya adalah
menganjurkan klien untuk banyak minum, mengobservasi tanda-tanda vital,
mengawasi pemasukan dan pengeluaran cairan, mengajarkan teknik relaksasi
untuk mengatasi nyeri, memberikan obat dan memantau hasil pemeriksaan darah
lengkap sesuai program serta melibatkan keluarga dalam setiap tindakan yang
dilakukan.Mendokumentasikan semua tindakan keperawatan yang dilakukan ke
dalam catatan keperawatan secara lengkap yaitu ; jam, tgl, jenis tindakan, respon
klien dan nama lengkap perawat yang melakukan tindakan keperawatan.

5. Evaluasi
Evaluasi adalah penilaian dengan cara membandingkan perubahan
keadaan pasien dengan tujuan dan kriteria hasil yang dibuat pada tahap
perencanaan. Merupakan tahap akhir dalam proses dalam keperawatan,dimana
perawat mampu menilai apakah tujuan dapat tercapai atau tidak mencakup SOAP.
SOAP adalah yang bersifat sederhana, jelas,logis,dan tertulis. Metode 4
langkah yang dinamakan SAOP ini dipakai untuk mendokumentasikan asuhan
keperawatan pasien dalam cacatan kemajuan. 
S (subjectif) : Data subjectif berisi data dari pasien melalui anamnesis
(wawancara) yang merupakan ungkapan langsung. 
O (objectif) : Data objectif data yang tampak dari obsevasi melalui pemeriksaan
fisik. 
A (assesment) : Analisis dan interprestasi berdasarkan data yang terkumpul
kemudian dibuat kesimpulan yang meliputi diagnosis, antisipasi diagnosis tau
masalah pontesial, serta tidakna dilakukan tindakn segera. 
P (plan) : Perencanaan merupakan rencana dari tindakan yang akan diberikan
termasuk asuhan mandiri, kolaborasi, diagnosis atau laboratorium, serta konseling
untuk tidak lanjut.

Daftar Pustaka
Bodak. Irene. M. Lowdermilk and Jensen. 2004. Buku Ajar Keperawatan
Maternitas Edisi 4. Jakarta : EGC

Nanda, 2012. Diagnosa Keperawatan : Defenisi dan Klasifikasi 2012.2014. Buku


Kedokteran : EGC

Nugroho, Taufan. 2011.Buku Ajar Obstretri.yogjakarta:Nuha Medika

Prawiroharjo, Sarwono. 2009. Ilmu kebidanan. Jakarta : PT Bina pustaka.

Saifuddin. Abdul B. 2002. Buku Pandua Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal


dan Neonatal : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Varney. Helen. 2004. Ilmu Kebidanan (Varney’s midwife’3 rd ed) Bandung :


Sokeloa Publisher.

Wiknjosastro, Hanifah., Abdul Bari Saifuddin & Trijatmo Rachimhadhi.2007.Ilmu


Bedah Kebidanan.Jakarta:Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawiroharjo.
LAPORAN KASUS KELOLAAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. R DENGAN POST
PARTUM SECTIO CAESAREA ATAS INDIKASI
PEB DI RUANG ENIM RSUP Dr. MOHAMMAD
HOESIN PALEMBANG
TAHUN 2021

DOSEN PEMBIMBING

Ns. Meta Nurbaiti, S. Kep, M. Kep

Oleh :

NAMA :
NPM :

DEWI AYU KURNIA NINGSIH


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS
21149011301
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BINA HUSADA
PALEMBANG
TA.2021/202
PENGKAJIAN
ASUHAN KEPERAWATAN POST PARTUM

DATA UMUM KLIEN


Inisial Klien : .Ny. R................. Inisial Suami : Tn.S...................
Usia : 36 th.................. Usia : 38 th..................
Status Perkawinan : Kawin................ Status Perkawinan : Kawin................
Pekerjaan : IRT.................... Pekerjaan : Buruh................
Pendidikan terakhir : SLTP.................. Pendidikan Terakhir : SLTA.................

Riwayat Kehamilan dan Persalinan yang Lalu


Tipe Jenis BB Keadaan Masalah
No Tahun Penolong
Persalinan Kelamin Lahir Bayi Waktu Kehamilan
1. 2005 spontan Bidan Aterm 3500gr perempuan Tidak ada
2 2011 spontan Bidan Aterm 3200gr perempuan Tidak Ada

Pengamalan Menyusui : ya Berapa Lama : anak I : 1,5 tahun, anak ke 2: 2th

Riwayat Kehamilan Saat Ini


1. Berapa kali periksa saat hamil : 4 x di bidan
2. Masalah kehamilan : pre-Eklampsia

Riwayat Persalinan
1. Jenis Persalinan : spontan (letkep/letsu) / Tindakan (EF, EV) ............................
SC a/i PEB dan Hellp Syndrome Tgl/jam : 15 Desember 2021
2. Jenis kelamin bayi : L, BB/PB : 2000gr/43cm 5/8 A/S
3. Perdarahan 300cc
4. Masalah dalam persalinan _Hipokalemia _

Riwayat Ginekologi
1. Masalah ginekologi : tidak ada__________________________
2. Riwayat KB: suntik_____________________

DATA UMUM KESEHATAN SAAT INI


Status obstetrik : NH G3P2A0 Bayi rawat gabung : ya
Jika tidak alasan :
Keadaan umum : l e m a h , kesadaran : composmentis
BB / TB : 99kg/158cm
Tanda vital
Tekanan darah : 157/ 70mmHg Nadi : 93x/mnt Suhu36,50C
Pernapasan13x/mnt
Kepala Leher
Kepala : N o r m o c h e p a l .......................................................................................
Mata : simetris,konjungtiva tidak anemis, sclera tidak ikterik
Hidung : s i m e t r i s , f u n g s i p e n c i u m a n b a i k .............................................
Mulut : bibir dan mukosa tampak kering, tidak ada peradangan
pada mulut

Telinga : s i m e t r i s p e n d e n g a r a n b a i k ..........................................................
Leher : tidak teraba pembesaran kelenjar getah bening
Masalah khusus : t i d a k a d a .............................................................
Dada

Jantung : b u n y i j a n t u n g n o r m a l .............................................................
Paru : s u a r a n a f a s v e s i k u l e r ........................................................
Payudara : b e n t u k s i m e t r i s , a r e o l a h i i p e r p i g m e n t a s i .....................
Puting susu : m e n o n j o l , k e r i n g d a n m e n g e l u p a s .......................................
Pengeluaran ASI : a d a , m a s i h s e d i k i t , t a m p a k k o l o s t r u m ....................
Masalah khusus : tiadak ada..................................
Abdomen
Involusi uterus : ada .......................................................................................
Fundus uterus : l em be k, kontraksi: ada.posis: 3 j ari di ba wa h pros. Xypoi d(30c m )
Kandungan kemih : kosong
Diastasis rektus abdomis ...........x.........................cm
Fungsi pencernaan : baik.......................
Masalah khusus : tidak ada.................
Perineum dan Genital
Vagina : integritas kulit: lembab,edematidak ada, memartidak ada, ruptur: tidak ada,
hematome tidak ada, Perineum : utuh Tanda REEDA
R : Kemarahan : tidak E :
Bengkak : tidak
E : echimosis : tidak
D : discharge : tidak ada
A : aproximate : baik Kebersihan
:bersih, hanya darah nifas
Lokia Jumlah
Jenis/warna : r u b r a / m e r a h k e h i t a m a n ............................
Konsistensi : 50 ml,encer............................................................
Bau : amis................................................................
Hemorhoid : Derajat derajad 1, lokasi tepi dalam anus.
Berapa lama1 tahun nyeri : tidak
Masalah Khusus : tidak ada
Ekstremitas atas : edema : ya
Eskstremitas bawah : Edema : ya, kaki kanan dan kiri
Varises : tidak,
Tanda homan :+
Masalah Khusus : tidak ada
Eliminasi
Urine : Kebiasaan BAKtidak ada masalah
BAK Saat inidengan dower catheter nyeri : tidak
BAB : Kebiasaan BAB 1-2 hari sekali
BAB Saat ini.belum ada nyeri : tidak
Masalah Khusus :tidak ada................................................
Istirahat dan Kenyamanan
Pola tidur : kebiasaan tidur, lama4jam, frekuensi.siang dan malam
Pola tidur saat ini tidak tentu
Keluhan ketidaknyamana : tidak, lokasi ...............................................
Sifat................................... Intensitas ..............................................
Mobilisasi dan Latihan
Tingkat mobilisasi : bed rest total.............
Latihan / senam : tidak ada..................................
Masalah khusus: tidak ada..............................
Nutrisi dan Cairan
Asupan nutrisi :cukup nafsu makan : baik
Asupan cairan : cukup
Masalah Khusus :tidak ada
Keadaan Mental
Adaptasi psikologis :baik
Penerimaan terhadap bayi : klien senang karena bayinyalaki-laki dan sehat .
Masalah Khusus : tidak ada.
Kemampuan Menyusui : baik
TERAPI
Nama Klien : Ny. R No. Med Reg : xxx7190 ..................
Ruang : Enim Hari/Waktu :16 -12-2021
Jenis Kelamin : Perempuan Shift : siang ... .....

Terapi Cara Pemberian Dosis Golongan/Jenis Indikasi


Ceftriaxone IV / 12 jam 1 gr Antibiotik gram Empirik
negatif/positif

Omeperazole IV/24 jam 40mg proton pump Mencegah tukak


inhibitor (PPI) lambung ( stres
Ulcer)

Paracetamol IV/ 8 jam 1gr Analgetik Anti nyeri

Methyldopa Peroral / 8jam 500mg antihipertensi Merelaksasi


agonis reseptor pembuluh darah/
alfa-2 adrenergik menurunkan
Tek. Darah

Asam IV/8jam 500mg Antifibrinolitik Menghentikan


Tranexamat perdarahan

Dexamethasone IV/ 8 jam 5mg Kortikosteroid therapy HELLP


Syndrome /
antiinflamasi

Ringar Laktat + Drip/24 jam 20unit/500 Hormon Merangsang


oksitosin ml oksitosin buatan kontraksi rahim
pasca melahirkan

MgSO4 + Ringer Drip/24 jam 6gr/500ml antikonvulsan bekerja dengan


Laktat atau antikejang cara
menormalkan
aktivitas listrik
yang ada di otak,
sehingga kejang
dapat dicegah
atau diatasi.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Nama Klien : Ny. R No. Med Reg : xxx7190 ..................
Ruang : Enim Hari/Waktu :16 -12-2021
Jenis Kelamin : Perempuan Shift : siang ... .....

Tgl Pemeriksaan Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Normal


16 - 12-2021 Hb 10,7gr/dL 11-14 gr/dL
Eritrosit 3,99 x 106/mm3 4.00 - 5,70
Leukosit 5890 mm 4730 - 10.000
Hematokrit 31 % 35 - 45 %
Trombosit 99.000 100000- 400000
SGOT 27 U/L 0 -32 U/L
SGPT 9 0-31 U/L
LDH 189 240 - 480 U/L
ANALISA DATA
Nama Klien : Ny. R No. Med Reg : xxx7190 ..................
Ruang : Enim Hari/Waktu :16 -12-2021
Jenis Kelamin : Perempuan Shift : pagi ... .....

MASALAH
TGL/JAM DATA ETIOLOGI
KEPERAWATAN
16 - 12- 2021 DS : Post sc Nyeri Akut
10.00 Klien mangatakan nyeri
pada bagian abdomen
bekas post op. Luka post sc
- P : Klien mengatakan
nyeri pada abdomen
bagian bawah akibat Terputusnya Jaringan
pembedahan section inkontuinitas
caesarea.
Q : nyeri seperti
terbakar.
R : nyeri pada abdomen
bagian bawah.
S :skala nyeri 6.
T : Nyeri saat dibuat
gerak.

DO :
K/U cukup.
- Tanda-tanda vital :
TD. 150/100 mmHg,
S . 36,8C,
N . 87X/menit,
P . 14x/menit.
- Wajah tampak
menyeringai.
- Adanya nyeri tekan
pada luka bekas
pembedahan.
- Adanya balutan opsite
di atas luka.
16 - 12- 2021 DS: Post SC Hambatan Mobilitas
10.00 - Klien mengatakan ke- Fisik
2 kakinya lemah, jika
kaki nya digerakan. Luka post SC
- Klien mengatakan
kedua kakinya
bengakak Penurunan
kemamupan fungsi
DO: otot
- K/U cukup baik
- Tanda –tanda vital :
TD. 150/100 mmHg, Efek anestesi
S . 36,8C,
N . 87X/menit,
RR . 14X/menit
- Klien tampak kesulitan
untuk bergerak.
- Klien belum bisa
melakukan mobilisasi
miring kanan-miring
kiri.
- Klien hanya berbaring
ditempat tidur.
- Kemampuan untuk
bergerak terbatas.

PRIORITAS MASALAH KEPERAWATAN


1. Nyeri Akut
2. Hambatan Mobilitas Fisik

DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri Akut berhubungan dengan agent cidera fisik.
2. Hambatan Mobilitas Fisik berhubungan dengan post sc.

RENCANA KEPERAWATAN
Nama Klien : Ny. R No. Med Reg : xxx7190 ..................
Ruang : Enim Hari/Waktu :16 -12-2021
Jenis Kelamin : Perempuan Shift : pagi ... .....

TGL/JAM Dx. KEPERAWATAN TUJUAN (NOC) INTERVENSI (NIC)


16- 12-2021 Nyeri berhubungan Setelah dilakukan tindakan Management Nyeri:
10.00 dengan agent cidera keperawatan 3 x 24 jam, 1.1 Lakukan pengkajian nyeri secara
fisik ditandai dengan : pasien diharapkan komprehensif termasuk lokasi,
DS : nyeri berkurang karakteristik, durasi, frekuensi.
1. Klien mengatakan dengan kriteria hasil : 1.2 Observasi reaksi non verbal dari
nyeri pada luka bekas 1. Klien mengatakan nyeri Ketidak nyamanan.
operasi. berkurang 1.3 Tingkatkan istirahat.
2. Klien mengatakan 2. Klien tampak rileks. 1.4 Monitor tandatanda vital.
nyeri seperti di sayat- 3. Klien ampu melakukan 1.5 Anjurkan teknik relaksasi.
sayat. nafas dalam. 1.6 Kolaborasi dalam pemberian
3. Klien mengatakan analgetik.
nyeri terasa hilang
timbul.
4. Klien mengatakan
nyeri pada saat
melakukan
pergerakan atau
aktivitas.

DO :
1. Klien tampak
meringis.
2. Terdapat luka post
SC horizontal dengan
panjang 10 cm pada
abdomen klien.
3. TD : 150/100
mmHg, S : 36,80C, N:
96 x/menit,
RR:14x/menit,
4. Skala nyeri 4-5
16-12-2021 Hambatan mobilitas Setelah dilakukan tindakan 2.1 Kaji kemampuan dalam mobilisasi.
10.00 fisik berhubungan keperawatan selama 3x24 2.2 Latih pasien dalam pemenuhan
dengan efek anestesi jam diharapkan klien dapat kebutuhan ADL secara mandiri sesuai
ditandai dengan : meningkatkan dan kemampuan.
melakukan aktifitas sesuai 2.3 Dampingi dan bantu pasien saat
DS : kemampuan tanpa disertai mobilisasi dan bantu penuhi kebutuhan
1. Klien mengatakan dengan nyeri. dengan kriteria ADL.
saat bergerak luka post hasil : 2.4 Ajarkan pasien bagaimana merubah
SC terasa sakit. posisi dan berikan bantuan jika
2. Klien mengatakan 1. Klien meningkat dalam diperlukan.
berat menggangkat aktivitas fisik.
kakinya. 2. Mengerti tujuan dari
3. Klien mengatakan peningkatan mobilitas.
semua aktivitas di bantu 3. Memverbalisasikan
oleh perawat. perasaan dalam
meningkatkan kekuatan dan
DO : kemampuan berpindah.
1. Klien tampak lemah.
2. Klien tampak susah
mengangkat
ekstermitasnya karena
efek bius aktivitas klien
sepenuhnya di bantu
oleh perawat.
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Nama Klien : Ny. R No. Med Reg : xxx7190 ..................
Ruang : Enim Hari/Waktu :16 -12-2021
Jenis Kelamin : Perempuan Shift : pagi ... .....
Tanggal & Waktu Nama & TT
No. DX Implementasi Keperawatan Respon
Perawat
1. 16-12-2021 Management Nyeri : S:
10.00 1.1 Melakukan pengkajian Nyeri - Klien mengatakan nyeri pada
secara komprehensif termasuk jahitan post SC.
lokasi, karakteristik, - Klien mengatakan tidak
durasi,frekuensi. nyaman Pada luka jahitan post
1.2 Mengobservasi reaksi non SC.
verbal dari ketidak nyamanan. - Klien mengatakan istahat dan
1.3 Meningkatkan istirahat. tidurnya terganggu karena luka
1.4 Memonitor tanda tanda vital. post SC.
1.5 Menganjurkan teknik
Relaksasi. O:
1.6 Mengkolaborasi dalam - Klien tampak gelisah.
pemerian analgetik - Klien tampak meringis saat
mengubah posisi.
- Skala nyeri 5
- TD:150/100 mmHg,
S: 36,8 0C
N: 96 kali/menit,
R: 20 kali/menit.
2. 16-12-2021 1.1 Mengkaji kemampuan dalam S :
10.00 mobilisasi. - Klien mengatakan badan terasa
1.2 Melatih pasien dalam berat.
pemenuhan kebutuhan ADL - Klien mengatakan sulit
secara mandirisesuai bergerak.
kemampuan. - Klien mengatakan semua
1.3 Mendampingi dan bantu aktifitasnya di bantu oleh
pasien saat mobilisasi dan bantu perawat.
penuhi kebutuhan ADL. O:
1.4 Mengajarkan pasien - Klien tampak sulit bergerak.
bagaimana merubah posisi dan - Klien tampak lemah.
berikan bantuan jika diperlukan. - Klien terpasang infus
- Klien terpasang kateter
- Semua aktifitas klien tampak di
bantu oleh perawat.
EVALUASI KEPERAWATAN
Nama Klien : Ny. R No. Med Reg : xxx7190 ..................
Ruang : Enim Hari/Waktu :16 -12-2021
Jenis Kelamin : Perempuan Shift : pagi ... .....
No. DX Tanggal & Jam Evaluasi Paraf
1 17-12-2021 S : Pasien mengatakan nyeri sudah mulai berkurang
10.00 Pasien mengatkan sudah nyaman dengan keadaaanya
sekarang ini.

O:

Pasien tampak tenang.

Skala Nyeri 3

TD : 130/80 MmHg,

S: 36,8,

N: 84 x/mnt.,

RR : 20x/mnt.

A : Masalah mulai teratasi

P : Intervensi dilanjutkan
- Evaluasi tehnik relaksaasi (Nafas Dalam).
- Pantau TTV
2 17- 12-2021
10.00 S:

1. Pasien mengatakan sudah bisa berjalan tanpa bantuan dari


suaminya.

2. Pasien mengatakan mandi sudah dikamarnadi namun masih


dibantu oleh keluarganya.

O : - Pasien tampak berjalan tanpa di bandtu oleh suaminya.


138 III IV

- Pasien tampak sudah bisa makan sendiri.

- Pasien tampak mandi dikamar mandi dibantu


suaminya.
A : Masalah mulai teratasi.

P : Intervensi dilanjutkan

Pertahankan tehnik mobilisasi.

Anda mungkin juga menyukai