DOSEN PEMBIMBING
Oleh :
NAMA :
NPM :
I. Tinjauan Teori
A. Sectio Caesarea
1. Pengertian
Sectio Caesareaadalah suatu pembedahan guna melahirkan janin
lewatinsisi pada dinding abdomen dan uterus persalinan buatan. Sehingga
janin di lahirkan melalui perut dan dinding perut dan dinding rahim agar
anak lahir dengan keadaan utuh dan sehat (Anjarsari, 2019).
Sectio Caesarea adalah suatu cara melahirkan janin
denganmembuat sayatan pada dinding uterus melalui dinding depan perut
(Martowirjo, 2018). Sectio Caesarea adalah suatu persalinan buatan
dimana janin dilahirkan melalui suatu insisi pada dinding depan perut dan
dinding rahim dengan syarat rahim dalam keadaan utuh serta berat janin
di atas 500 gram (Sagita, 2019).
a. Klasifikasi
Menurut Ramandanty (2019), klasifikasi bentuk pembedahan Sectio
Caesarea adalah sebagai berikut :
1) Sectio Caesarea Klasik
Sectio Caesarea Klasik dibuat vertikal pada bagian atas rahim.
Pembedahan dilakukan dengan sayatan memanjang pada korpus uteri kira-kira
sepanjang 10 cm. Tidak dianjurkan untuk kehamilan berikutnya melahirkan
melalui vagina apabila sebelumnya telah dilakukan tindakan pembedahan ini.
2) Sectio Caesarea Transperitonel Profunda
Sectio Caesarea Transperitonel Profunda disebut juga low cervical yaitu
sayatan vertikal pada segmen lebih bawah rahim. Sayatan jenis ini dilakukan jika
bagian bawah rahim tidak berkembang atau tidak cukup tipis untuk
memungkinkan dibuatnya sayatan transversal. Sebagian sayatan vertikal
dilakukan sampai ke otot-otot bawah rahim.
2. Etiologi
Menurut Martowirjo (2018), etiologi dari pasien Sectio Caesarea
adalah sebagai berikut :
1) Etiologi yang berasal dari ibu
(a) Plasenta Previa Sentralis dan Lateralis (posterior) dan totalis.
(b) Panggul sempit.
(c) Disporsi sefalo-pelvik : ketidakseimbangan antara ukuran kepala
dengan panggul.
(d) Partus lama (prognoled labor)
(e) Ruptur uteri mengancam
(f) Partus tak maju (obstructed labor)
(g) Distosia serviks
(h) Pre-eklamsia dan hipertensi
(i) Disfungsi uterus
(j) Distosia jaringan lunak.
3. Patofisiologi
Adanya beberapa kelainan/hambatan pada proses persalinan yang
menyebabkan bayi tidak dapat lahir secara normal/spontan, misalnya karena
ketidakseimbangan ukuran kepala bayi dan panggul ibu, keracunan kehamilan
yang parah, pre eklampsia dan eklampsia berat, kelainan letak bayi seperti
sungsang dan lintang, kemudian sebagian kasus mulut rahim tertutup plasenta
yang lebih dikenal dengan plasenta previa, bayi kembar, kehamilan pada ibu yang
berusia lanjut, persalinan yang berkepanjangan, plasenta keluar dini, ketuban
pecah dan bayi belum keluar dalam 24 jam, kontraksi lemah dan sebagainya.
Kondisi tersebut menyebabkan perlu adanya suatu tindakan pembedahan yaitu
Sectio Caesarea (Ramadanty, 2018).
Sectio Caesarea merupakan tindakan untuk melahirkan bayi dengan berat
di atas 500 gram dengan sayatan pada dinding uterus yang masih utuh. Dalam
proses operasi, dilakukan tindakan anastesi yang akan menyebabkan pasien
mengalami imobilisasi. Efek anastesi juga dapat menimbulkan otot relaksasi dan
menyebabkan konstipasi.Kurangnya informasi mengenai proses pembedahan,
penyembuhan dan perawatan post operasi akan menimbulkan masalah ansietas
pada pasien. Selain itu dalam proses pembedahan juga akan dilakukan tindakan
insisi pada dinding abdomen sehinggga menyebabkan terputusnya inkontiunitas
jaringan, pembuluh darah, dan saraf-saraf disekitar daerah insisi. Hal ini akan
merangsang pengeluaran histamin dan prostaglandin yang akan menimbulkan
rangsangan pada area sensorik sehingga menyebabkan adanya rasa nyeri sehingga
timbullah masalah keperawatan nyeri (Nanda Nic Noc, 2015)
4. Manifestasi Klinik
Menurut Martowirjo (2018), manifestasi klinis pada klien dengan post
Sectio Caesarea antara lain :
1) Kehilangan darah selama prosedur pembedahan 600-800 ml.
2) Terpasang kateter, urin jernih dan pucat.
3) Abdomen lunak dan tidakada distensi.
4) Bising usus tidak ada.
5) Ketidaknyamanan untukmenghadapi situasi baru
6) Balutan abdomen tampak sedikit noda.
7) Aliran lokhia sedangdan bebas bekuan, berlebihan dan banyak
5. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Martowirjo (2018), pemeriksaan diagnostik yang dilakukan pada ibu
Sectio Caesarea adalah sebagai berikut :
1) Hitung darah lengkap.
2) Golongan darah (ABO),dan pencocokan silang, tes Coombs Nb.
3) Urinalisis : menentukn kadar albumin/glukosa.
4) Pelvimetri : menentukan CPD.
5) Kultur : mengidentifikasi adanya virus heres simpleks tipe II.
6) Ultrasonografi : melokalisasi plasenta menetukan
pertumbuha,kedudukan, dan presentasi janin.
7) Amniosintess : Mengkaji maturitas paaru janin.
8) Tes stres kontraksi atau non-stres : mengkaji respons janin
9) terhadapgerakan/stres dari polakontraksi uterus/polaabnormal.
10) Penetuan elektronik selanjutnya :memastikan status
janin/aktivitas uterus.
6. Penatalaksanaan Medis
Menurut Ramadanty (2019), penatalaksanan Sectio Caesarea
adalah sebagai berikut :
1) Pemberian Cairan Karena 24 jam pertama penderita puasa pasca
operasi, maka pemberian cairan per intavena harus cukup banyak
dan mengandung elektrolit agar tidak terjadi hipotermi, dehidrasi,
atau komplikasi pada organ tubuh lainnya. Cairan yang biasa
diberikan biasanya DS 10%, garam fisiologi dan RL secara
bergantian dan jumlah tetesan tergantung kebutuhan. Bila kadar
Hb rendah diberikan transfusi darah sesuai kebutuhan.
2) Diet Pemberian cairan per infus biasanya dihentikan setelah
penderita flatus lalu dimulailah pemberian minuman dan
makanan per oral. Pemberian minuman dengan jumlah yang
sedikit sudah boleh dilakukan pada 6 sampai 8 jam pasca operasi,
berupa air putih dan air teh.
3) Mobilisasi Mobilisasi dilakukan secara bertahap meliputi : Miring
kanan dan kiri dapat dimulai sejak 6 sampai 10 jam setelah
operasi, Latihan pernafasan dapat dilakukan penderita sambil
tidur telentang sedini mungkin setelah sadar, Hari kedua post
operasi, penderita dapat didudukkan selama 5 menit dan diminta
untuk bernafas dalam lalu menghembuskannya, Kemudian posisi
tidur telentang dapat diubah menjadi posisi setengah duduk
(semifowler), Selanjutnya selama berturut-turut, hari demi hari,
pasien dianjurkan belajar duduk selama sehari, belajar berjalan,
dan kemudian berjalan sendiri pada hari ke-3 sampai hari ke-5
pasca operasi.
4) Katerisasi Kandung kemih yang penuh menimbulkan rasa nyeri
dan rasa tidak enak pada penderita, menghalangi involusi uterus
dan menyebabkan perdarahan. Kateter biasanya terpasang 24 - 48
jam / lebih lama lagi tergantung jenis operasi dan keadaan
penderita.
5) Pemberian Obat-Obatan Antibiotik cara pemilihan dan pemberian
antibiotik sangat berbeda-beda sesuai indikasi.
6) Analgetik dan obat untuk memperlancar kerja saluran pencernaan
Obat yang dapat di berikan melalui supositoria obat yang
diberikan ketopropen sup 2x/24 jam, melalui orang obat yang
dapat diberikan tramadol atau paracetamol tiap 6 jam, melalui
injeksi ranitidin 90-75 mg diberikan setiap 6 jam bila perlu.
7) Obat-obatan lain Untuk meningkatkan vitalitas dan keadaan
umum penderita dapat diberikan caboransia seperti neurobian I
vit C.
8) Perawatan luka Kondisi balutan luka dilihat pada 1 hari post
operasi, bila basah dan berdarah harus dibuka dan diganti.
9) Pemeriksaan rutin Hal-hal yang harus diperhatikan dalam
pemeriksaan adalah suhu, tekanan darah, nadi,dan pernafasan.
10) Perawatan Payudara Pemberian ASI dapat dimulai pada hari post
operasi jika ibu memutuskan tidak menyusui, pemasangan
pembalut payudara yang mengencangkan payudara tanpa banyak
menimbulkan kompesi, biasanya mengurangi rasa nyeri.
7. Komplikasi
Menurut NANDA NIC-NOC (2015) Sectio Caesarea komplikasi pada
pasien Sectio Caesarea adalah :
1) Komplikasi pada ibu
Infeksi puerperalis, bisa bersifat ringan seperti kenaikan suhu
selama beberapa hari dalam masa nifas, atau bersifat berta seperti
peritonitis, sepsis dan sebagainya. Infeksi postoperatif terjadi
apabila sebelum pembedahan sudah ada gejala-gejala yang
merupakan predisposisi terhadap kelainan itu (partus lama
khususnya setelah ketuban pecah, tindakan vaginal sebelumnya).
Perdarahan, bisa timbul pada waktu pembedahan jika cabang
cabang arteri uterina ikut terbuka atau karena atonia uteri.
Komplikasi - komplikasi lain seperti luka kandung kencing dan
embolisme paru. suatu komplikasi yang baru kemudian tampak
ialah kuatnya perut pada dinding uterus, sehingga pada
kehamilan berikutnya bisa ruptur uteri. Kemungkinan hal ini
lebih banyak ditemukan sesudah Sectio Caesarea.
2) Komplikasi-komplikasi lain
Komplikasi-komplikasi lain seperti luka kandung kemih, dan
embolisme paru.
3) Komplikasi baru
Komplikasi yang kemudian tampak ialah kurang kuatnya parut
pada dinding uterus, sehingga pada kehamilan berikutnya bisa
terjadi ruptur uteri. Kemungkinan peristiwa ini lebih banyak
ditemukan sesudah Sectio Caesarea Klasik.
B. Pre-Eklamsia Berat
1. Definisi
Pre eklampsi berat adalah hipertensi yang timbul setelah 20 minggu
kehamilan disertai dengan proteinuria (Prawirohardjo, 2009). Pre eklampsia
berat adalah suatu komplikasi kehamilan yang ditandai dengan timbulnya
hipertensi 160/110 mmHg atau lebih disertai proteinuria pada umur
kehamilan 20 minggu atau lebih (Nugroho, 2010). Pre eklampsi berat adalah
gangguan multi system dengan etiologi kompleks yang khusus terjadi selama
kehamilan. Pre-eklampsi berat biasanya didefinisikan sebagai peningkatan
tekanan darah dan protein urin yang terjadi setelah usia kehamilan 20 minggu
(Bothamley, 2011).
3. Komplikasi
Menurut Robson (2011) komplikasi kemungkinan yang terjadi
akibat proses Pre eklampsi yaitu:
a. Eklampsia
b. Perdarahan otak
c. Sindrom HELLP
d. Ruptur/ infark hati
e. Solusio plasenta
f. Koagulasi intravaskular Diseminata (KID)
g. Kerusakan ginjal
h. Edema paru/ adult respitaratory distress syndrome (ARDS)
i. Pertumbuhan janin terhambat
j. Kematian janin intrauteri
k. Kematian perinatal.
4. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan Pre Eklampsia Berat Menurut Hariadi (2014),
Penatalaksanaan pre eklampsia berat, yaitu:
a. Tirah baring
b. Oksigen
c. Kateter menetap
d. IVFD : Ringer Asetat, Kolloid
e. Jumlah input cairan : 2000 ml/ 24jam. Awasi balance cairan.
f. Magnesium sulfat
Initial dose
1) Loading dose : 4 gram MgSO4 20% IV (4-5menit)
2) 8 gram 40% bokong kanan, 4 gram bokong kiri Maintenance dose:
4 gram MgSO4 40% setiap 4 jam, dapat diberikan 18 secara IV.
g. Syarat pemberian MgSO4
1) Harus tersedia antidotum MgSO4 yaitu kalsium glukonas 10% (1
gram dalam 10 cc) diberikan IV 3 menit dalam keadaan siap
pakai.
2) Refleks patella (+) kuat
3) Frekuensi pernafasan > 16x / menit
4) Produksi urin >100/cc dalam 4 jam.
h. Antihipertensi diberikan jika tekanan darah > 110 mmHg. Dapat
diberikan nifedipin sublingual 10 mg, setelah 1 jam. Jika tekanan
darah masih tinggi dapat diberikan nifedipin ulangan 5-10 mg
sublingual atau oral dengan interval 1 jam, 2 jam atau 3 jam sesuai
kebutuhan. Penuruan tekanan darah tidak boleh terlalu agresif.
Tekanan darah diastol kurang dari 90 mmHg, penurunan tekanan
darah maksimal 30%. Penggunaan nifedipin sangat dianjurkan karena
harganya murah dapat didapatkan dan mudah pengaturan dosisnya
dengan efektifitas yang cukup baik.
II. Anatomi dan Fisiologi
Keterangan :
1) Vagina
Vagina merupakan jaringan membran muskulo membranosa berbentuk
tabung yang memanjang dari vulva ke uterus berada diantara kandung kemih
dianterior dan rectum di posterior.
2) Uterus
Uterus adalah organ muskuler yang berongga dan berdinding
atas dua bagian yaitu bagian atas berbentuk segitiga yang merupakan badan
uterus yaitu korpus dan bagian bawah berbentuk silindris yang merupakan
bagian fusiformosis yaitu serviks. Saluran ovum atau tuba falopi bermula dari
kornus (tempat masuk tuba) uterus pada pertemuan batas superior dan lateral.
Bagian atas uterus yang berada diatas kornus disebut fundus. Bagian uterus
dibawah insersi tuba falopi tidak tertutup langsung oleh peritoneum, namun
merupakan tempat pelekatan dari ligamentum latum. Titik semu serviks dengan
seorang wanita. Sebelum pubertas panjangnya bervariasi antara 2,5-3,5 cm. Uterus
wanita nulipara dewasa panjangnya antara 6-8 cm sedang pada wanita multipara 9-
10 cm. Berat uterus wanita yang pernah melahirkan antara 50-70 gram, sedangkan
pada wanita yang belum pernah melahirkan 80 gram atau lebih. Pada wanita
muda panjang korpus uteri kurang lebih setengah panjang serviks, pada wanita
serviks hanya sedikit lebih panjang dari sepertiga panjang total organ ini.
disebut dengan kanalis servikalis yang berbentuk fusiformis dengan lubang kecil
pada kedua ujungnya, yaitu ostium interna dan ostium eksterna. Setelah menopause
uterus mengecil sebagai akibat atropi miometrium dan endometrim. Istmus uteri
pada saat kehamilan diperlukan untuk pembentukan segmen bawah rahim. Pada
bagian inilah dinding uterus dibuka jika mengerjakan section caesaria trans
peritonealis profunda.
arteri ovarika. Arteri uterina yang merupakan cabang utama arteri hipogastrika
menurun masuk dasar ligamentum latum dan berjalan ke medial menuju sisi uterus.
Arteri uterina terbagi menjadi dua cabang utama, yaitu arteri serviko vaginalis
yang lebih kecil memperdarahi bagian atas serviks dan bagian atas vagina.
Cabang utama memperdarahi bagian bawah serviks dan korpus uteri. Arteri
ovarika yang merupakan cabang aorta masuk dalam ligamentum latum melalui
pleksus ini mensyarafi uterus, vesika urinaria serta bagian atas vagina dan
terdiri dari serabut dengan maupun tanpa myelin. Uterus disangga oleh jaringan ikat
merupakan ligamentum yang menahan tuba falopi yang berjalan dari arah
infundibulum ke dinding pelvis. Di dalamnya ditemukan urat-urat saraf, saluran
limfe, arteria dan vena ovarika. Ligamentum kardinale mencegah supaya uterus
tidak turun, terdiri atas jaringan ikat yang tebal dan berjalan dari serviks dan
uterosakrum menahan uterus supaya tidak bergerak, berjalan dari serviks bagian
belakang, kiri dan kanan ke arah os sacrum kiri dan kanan, sedang ligamentum
rotundum menahan uterus antefleksi dan berjalan dari sudut fundus uteri kiri dan
3) Serviks Uteri
anterior batas atas serviks yaitu ostium interna, kurang lebih tingginya
terletak pada ujung bawah segmen vagina serviks yaitu portio vaginalis.
menyerupai bintang.
jaringan kolagen, jaringan elastin serta pembuluh darah. Selama kehamilan dan
terdiri dari satu lapisan epitel kolumner yang menempel pada membran basalis yang
tipis.
4) Korpus Uteri
a) Endometrium
b) Miometrium
sebagian besar uterus, terdiri kumpulan otot polos yang disatukan jaringan
berarti pada otot serviks. Dalam lapisan ini tersusun serabut otot
yang terdiri atas tunikla muskularis longitudinalis eksterna,
c) Peritonium
kandung kemih dan pada tepi lateral dimana peritoneum berubah arah
Keterangan :
1) Mons Veneris
Mons veneris adalah bagian menonjol diatas simfisis.Pada wanita dewasa ditutupi oleh
rambut kemaluan.pada wanita umumnya batas atasnya melintang sampai pinggir atas simfisis,
sedangkan ke bawah sampai sekitar anus dan paha.
Terdiri atas bagian kanan dan kiri, lonjong mengecil ke bawah,terisi jaringan lemak serupa
dengan yang ada di mons veneris. Ke bawah dan belakang kedua labia mayora bertemu dan
membentuk kommisura posterior.
Labia Minora adalah suatu lipatan tipis dari kulit sebelah dalam bibir besar. Ke depan
kedua bibir kecil bertemu dan membentuk diatas klitoris preputium klitoridis dan dibawah
klitoris frenulum klitoridis.Ke belakang kedua bibir kecil bersatu dan membentuk fossa
navikulare. Kulit yang meliputi bibir kecil mengandung banyak glandula sebasea dan urat
saraf yang menyebabkan bibir kecil sangat sensitif dan dapat mengembang.
4) Klitoris
5) Vulva
Bentuk lonjong dengan ukuran panjang dari muka ke belakang dan dibatasi dimuka oleh
klitoris, kanan dan kiri oleh kedua bibir kecil dan dibelakang oleh perineum;
embriologik sesuai sinus urogenitalis. Di vulva 1-1,5 cm di bawah klitoris ditemukan orifisium
uretra eksternum (lubang kemih) berbentuk membujur 4-5 mm dan .tidak jauh dari lubang
kemih di kiri dan kanan bawahnya dapat dilihat dua ostia skene. Sedangkan di kiri dan
bawah dekat fossa navikular terdapat kelenjar bartholin, dengan ukuran diameter ± 1 cm
terletak dibawah otot konstriktor kunni dan mempunyai saluran kecil panjang 1,5-2 cm yang
bermuara di vulva. Pada koitus kelenjar bartolin mengeluarkan getah lendir.
Terletak di bawah selaput lendir vulva dekat ramus os pubis, panjang 3-4 cm, lebar 1-2 cm
dan tebal 0,51- 1cm; mengandung pembuluh darah, sebagian tertutup oleh muskulus iskio
kavernosus dan muskulus konstriktor vagina. Saat persalinan kedua bulbus tertarik ke atas ke
bawah arkus pubis, tetapi bagian bawahnya yang melingkari vagina sering mengalami cedera
dan timbul hamatoma vulva atau perdarahan.
7) Introitus Vagina
Mempunyai bentuk dan ukuran berbeda , ditutupi selaput dara (hymen). Himen
mempunyai bentuk berbeda – beda.dari yang semilunar (bulan sabit) sampai yang berlubang-
lubang atau yang ada pemisahnya (septum); konsistensi nya dari yang kaku sampai yang lunak
sekali. Hiatus himenalis (lubang selaput dara) berukuran dari yang seujung jari sampai yang
mudah dilalui oleh 2 jari. Umumnya himen robek pada koitus. Robekan terjadi pada tempat
jam 5 atau jam 7 dan sampai dasar selaput dara. Sesudah persalinan himen robek pada
beberapa tempat.
8) Perineum
2.2 Fisiologi
5) Serviks
Serviks menjadi lunak setelah ibu malahirkan. 18 jam pascapartum, serviks
memendek dan konsistensinya lebih padat kembali kebentuk semula. Muara
serviks berdilatasi 10 cm, sewaktu melahirkan, menutup bertahap 2 jari masih
dapat dimasukkan Muara serviks hari keempat dan keenam
pascapartum (Bobak, 2004: 495).
6) Vagina dan PeriniumEstrogen pascapartum yang menurun berperan dalam
penipisan mucosa vagina dan hilangnya rugae. Vagina yang semula sangat
teregang akan kembali secara bertahap keukuran sebelum hamil, 6-8 minggu
setelah bayi lahir . Rugae akan kembali terlihat pada sekitar minggu keempat
(Bobak, 2004:495).
7) Payudara
Konsentrasi hormone yang menstimulasi perkembangan payudara selama
wanita hamil (estrogen, progesteron, human chrorionic gonadotropin, prolaktin,
dan insulin) menurun dengan cepat setelah bayi lahir. Hari ketiga atau
keempat pascapartum terjadi pembengkakan (engorgement). Payudara
bengkak, keras,nyeri bila ditekan, dan hangat jika diraba (kongesti pembuluh
darah menimbulkan rasa hangat). Pembengkakan dapat hilang dengan sendirinya
dan rasa tidak nyaman berkurang dalam 24 jam sampai 36 jam. Apabila bayi
belum menghisap (atau teraba suatu massa (benjolan), tetapi kantong susu
yang terisi berubah dari hari kehari. Sebelum laktasi dimulai, payudara terasa
lunak dan keluar cairan kekuningan, yakni kolostrum, dikeluarkan dari payudara.
Setelah laktasi dimulai, payudara terasa hangat dan keras waktu disentuh. Rasa
nyeri akan menetap selama 48 jam, susu putih kebiruan (tampak seperti
susu skim) dapat dikeluarkan dari puting susu (Bobak,
2004:498).
8) Laktasi
Sejak kehamilan muda, sudah terdapat persiapan-persiapan pada kelenjar-kelanjar
untuk menghadapi masa laktasi. Proses ini timbul setelah ari-ari atau plasenta
lepas. Ari-ari mengandung hormon penghambat prolaktin (hormon placenta) yang
menghambat pembentukan ASI. Setelah ari-ari lepas ,hormone placenta tak ada
lagi sehingga terjadi produksi ASI. Sempurnanya ASI keluar 2-3 hari setelah
melahirkan. Namun sebelumnya di payudara sudah terbentuk kolostrum yang
bagus sekali untuk bayi, karena mengandung zat kaya Gizi dan antibodi
pembunuh kuman.
9) Sistem Endokrin
Selama postpartum terjadi penurunan hormon human placenta latogen (HPL),
estrogen dan kortisol serta placental enzime insulinase membalik efek
diabetogenik kehamilan, sehingga kadar gula darah menurun pada masa
puerperium. Pada wanita yang tidak menyusui, kadar estrogen meningkat pada
minggu kedua setelah melahirkan dan lebih tinggi dari wanita yang menyusui
pascapartum hari ke-17 (Bobak, 2004: 496).
10) Sistem Urinarius
Perubahan hormonal pada masa hamil (kadar steroid yang tinggi) turut
menyebabkan peningkatan fungís ginjal, sedangkan penurunan kadar steroid
setelah wanita melahirkan akan mengalami penurunan fungsi ginjal selama masa
pascapartum. Fungsi ginjal kembali normal dalam waktu 1 bulan setelah
wanita melahirkan. Trauma terjadi pada uretra dan kandung kemih selama proses
melahirkan, yakni sewaktu bayi melewati hiperemis dan edema. Kontraksi
kandung kemih biasanya akan pulih dalam 5-7 hari setelah bayi lahir (Bobak,
2004:497-498).
11) Sistem Cerna
Ibu biasanya lapar setelah melahirkan sehingga ia boleh mengkonsumsi makanan
ringan. Penurunan tonus dan motilitas otot traktus cerna menetap selama waktu
yang singkat setelah bayi lahir. Buang air besar secara spontan bisa tertunda
selama tiga hari setelah ibu melahirkan yang disebabkan karena tonus otot usus
menurun selama proses persalinan dan pada awal masa pasca partum. Nyeri saat
defekasi karena nyeri diperinium akibat episiotomi, laserasi, atau hemoroid
(Bobak, 2004: 498).
12) Sistem Kardiovaskuler
Pada minggu ke-3 dan 4 setelah bayi lahir, volume darah biasanya turun sampai
mencapai volume sebelum hamil. Denyut jantung, volume sekuncup dan curah
jantung meningkat sepanjang hamil. Setelah wanita melahirkan meningkat tinggi
selama 30-60 menit, karena darah melewati sirkuit uteroplasenta kembali ke
sirkulasi umum. Nilai curah jantung normal ditemukan pemeriksaan dari 8-10
minggu setelah wanita melahirkan (Bobak,2004:499-500).
13) Sistem Neurologi
Perubahan neurologi selama puerperium kebalikan adaptasi neourologis
wanita hamil, disebabkan trauma wanita saat bersalin dan melahirkan. Rasa baal
dan kesemutan pada jari dialami 5% wanita hamil biasanya hilang setelah anak
lahir. Nyeri kepala pascapartum disebabkan hipertensi akibat kehamilan , strees
dan kebocoran cairan serebrospinalis. Lama nyeri kepala 1-3 hari dan beberapa
minggu tergantung penyebab dan efek pengobatan.
14) Sistem Muskuloskeletal
Adaptasi sistem muskuloskeletal ibu terjadi selama hamil berlangsung terbalik
pada masa pascapartum. Adaptasi membantu relaksasi dan hipermeabilitas sendi
dan perubahan pusat berat ibu akibat pembesaran rahim. Stabilisasi sendi lengkap
pada minggu ke 6-8 setelah wanita melahirkan (Bobak, 2004: 500-501).
15) Sistem Integumen
Kloasma muncul pada masa hamil biasanya menghilang saat kehamilan berakhir;
hiperpigmentasi di aerola dan linea tidak menghilang seluruhnya setelah bayi
lahir. Kulit meregang pada payudara, abdomen, paha, dan panggul mungkin
memudar tapi tidak hilang seluruhnya. Kelainan pembuluh darah seperti spider
angioma (nevi), eritema palmar dan epulis berkurang sebagai respon penurunan
kadar estrogen.Pada beberapa wanita spider nevi bersifat menetap (Bobak, 2004:
501-502).
b. Adaptasi Psikologis Post Partum
Menurut Rubin dalam Varney (2007) adaptasi psikologis post partum dibagi
menjadi beberapa fase yaitu :
1) Fase Taking In ( dependent)
Fase ini dimulai pada hari kesatu dan kedua setelah melahirkan, dimana ibu
membutuhkan perlindungan dan pelayanan pada tahap ini pasien sangat
ketergantungan.
Invasi tiopabiatik
abnormal
Gangguan
pendarahan plasenta
Menurunnya kebutuhan
nutrisi dan oksogen
Kematian
PREEKLAPMSIA
Harus dilakukan
sectio caesarea
Kurangnya informasi
Air susu ibu Perawatan insisi
tidak keluar abdomen
Ansietas Pristaltik usus Belum flatus
menurun
2. Diagnosa Keperawatan
Menurut NANDA (2015) diagnosa keperawatan yang timbul pada ibu
post operasiSectio Caesarea adalah sebagai berikut :
1) Nyeri berhubungan dengan terputusnya jaringan pada luka insisi ditandai
dengan adanya laporan verbal atau non verbal menunjukan kerusakan,
skala nyeri diatas normal, posisi untuk mengurangi nyeri, tingkah laku
berhati-hati, gangguan tidur, muka topeng, fokus pada diri sendiri,
perubahan napas, nadi, tingkah laku ekspresif (gelisah, meringis, dan
lemah).
2) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan imobilitas dibuktikan dengan
merasa lemah
3) Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan fisik dibuktikan
dengan tidak mampu mandi/berpakaian secara mandiri
4) Kekurangan volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan
perdarahan ditandai dengan adanya penurunan tekanan darah,
peningkatan pernapasan, peningkatan denyut nadi, adanya keringat
dingin berlebihan, ekstremitas dan wajah teraba dingin, serta adanya
oliguria/anuria
5) Ansietas berhubungan dengan kurangnya informasi tentang prosedur
pembedahan, penyembuhan, dan perawatan post operasi
6) Risiko infeksi berhubungan dengan tindakan invasif, paparan lingkungan
patogen
3. Intervensi Keperawatan
No. Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
1. Nyeri b / d luka post op Tujuan : Rasa nyaman terpenuhi Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif
Kriteri Hasil : termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi.
Klien mengatakan nyeri berkurang. Klien Observasi reaksi non verbal dari Ketidak nyamanan.
tampak rileks.
Klien mampu melakukan nafas dalam Tingkatkan istirahat.
Monitor tanda-ta nda vital.
Ajarkan teknik relaksasi (tarik nafas dalam)
Kolaborasi dalam pemberian analgetik
2. Gangguan perfusi jaringan serebral Tujuan :Tidak terjadi gangguan perfusi 1. Monitor TTV.
berhubungan dengan penurunan cardiac jaringan serebral 2. Monitor adanya diplopia, pandangan kabur, nyeri
output sekunder terhadap vasoplasma Kriteria hasil : kepala.
pembuluh darah. Tekanan systole dan dalam rentang yang 3. Monitor level kebingungan dan orientasi.
diharapkan. 4. Catat perubahan pasien dalam merespon stimulus.
Tidak ada ortostatik hipertensi. 5. Monitor status cairan.
Komunikasi jelas. 6. Tinggikan kepala 0-45o tergantung pada kondisi
Menunjukkan konsentrasi dan orientasi pasien dan order medis.
Bebas dari aktivitas kejang
3. Resiko tinggi infeksi b.d luka post Tujuan : Tidak terjadi infeksi. Pertahankan teknik Aseptik.
operasi Kriteria Hasil : Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan
Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi. tindakan.
Menunjukkan kemampuan untuk mencegah Berikan terapi antibiotik.
timbulnya infeksi. Tingkatkan intake nutrisi.
Jumlah leukosit dalam batas normal. Monitor tanda dan gejala infeksi sistematik dan
lokal.
Dorong pasien istirahat yang cukup.
Dorong masukan cairan oral dan diet tinggi protein,
vitamin C dan zat besi.
4. Hambatan mobilisasi fisik b/d luka insisi Tujuan : supaya tidak terjadi gangguan Kaji kemampuan dalam mobilisasi.
post operasi mobilitas fisik kriteria hasil : Klien Latih pasien dalam pemenuhan kebutuhan ADL
meningkat dalam aktivitas fisik. secara mandiri sesuai kemampuan.
Mengerti tujuan dari peningkatan mobilitas Dampingi dan bantu pasien saat mobilisasi dan
bantu penuhi kebutuhan ADL.
Memverbalisasikan perasaan dalam Ajarkan pasien bagaimana merubah posisi dan
meningkatkan kekuatan dan kemampuan berikan bantuan jika diperlukan
berpindah
5. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi Tujuan : Gangguan pemenuhan nutrisi tidak Tinjau faktor – faktor individual yang
b/d nutrisi yang tidak adekuat. terjadi lagi mempengaruhi kemampuan mencerna makanan.
Kriteria hasil : Misalnya mual
Anoreksi (-) Timbang BB sesuai indikasi
Nafsu makan Meningkat. Auskultasi bunyi usus, palpasi abdomen
Mual muntah tidak terjadi lagi Identifikasi kesukaan /ketidaksukaan diit, anjurkan
makanan tinggi protein dan vit C
Berikan obat sesuai indikasi.
6. Menyusui tidak efektif berhubungan Tujuan : Ibu menyusui bayi secara efektif. Evaluasi pola menghisap dan menelan bayi.
dengan pemisahan ruangan bayi dengan Kriteria hasil : Tentukan Keinginan Dan Motivasi Ibu untuk
ruangan ibu post partum Kemantapan pemberian ASI : Bayi : menyusui.
perlekatan bayi yang sesuai pada dan proses Evaluasi pemahaman ibu tentang isyarat menyusui
menghisap dari payudara ibu untuk dan bayi (misalnya reflex rooting, menghisap dan
memperoleh nutrisi selama 3 minggu terjaga).
pertama pemberian ASI Kaji kemampuan bayi untuk latch-on dan menghisap
Kemantapan Pemberian ASI : IBU : secara efektif.
kemantapan ibu untuk membuat bayi Pantau keterampilan ibu dalam menempelkan bayi
melekat dengan tepat dan menyusui dan ke putting.
payudara ibu untuk memperoleh nutrisi Pantau integritas kulit puting ibu.
selama 3 minggu pertama pemberian ASI Evaluasi pemahaman tentang sumbatan kelenjar
Pemeliharaan pemberian ASI : susu dan mastitis.
keberlangsungan pemberian ASI untuk Pantau kemampuan untuk mengurangi kongesti
menyediakan nutrisi bagi bayi/toddler payudara dengan benar.
Penyapihan Pembenian ASI : Diskontinuitas Pantau berat badan dan pola eliminasi bayi
progresif pemberian ASI
4. Implementasi
Implementasi adalah realisasi rencana tindakan untuk mencapai tujuan
yang telah ditetapkan. Kegiatan dalam pelaksanaan meliputi penguimpulan data
berkelanjutan, mengobservasirespon klien selama dan sesudah pelaksanaan
tindakan, serta menilai data yang baru. Implementasi menurut teori adalah
mengidentifikasi bidang bantuan situasi yang membutuhkan tambahan beragam
dan mengimplementasikan intervensi keperawatan dengan praktik terdiri atas
keterampilan kognitif, interpersonal dan psikomotor (teknis). Dalam melaksanakan
asuhan keperawatan pada klien pada batu kandung kemih, pada prinsipnya adalah
menganjurkan klien untuk banyak minum, mengobservasi tanda-tanda vital,
mengawasi pemasukan dan pengeluaran cairan, mengajarkan teknik relaksasi
untuk mengatasi nyeri, memberikan obat dan memantau hasil pemeriksaan darah
lengkap sesuai program serta melibatkan keluarga dalam setiap tindakan yang
dilakukan.Mendokumentasikan semua tindakan keperawatan yang dilakukan ke
dalam catatan keperawatan secara lengkap yaitu ; jam, tgl, jenis tindakan, respon
klien dan nama lengkap perawat yang melakukan tindakan keperawatan.
5. Evaluasi
Evaluasi adalah penilaian dengan cara membandingkan perubahan
keadaan pasien dengan tujuan dan kriteria hasil yang dibuat pada tahap
perencanaan. Merupakan tahap akhir dalam proses dalam keperawatan,dimana
perawat mampu menilai apakah tujuan dapat tercapai atau tidak mencakup SOAP.
SOAP adalah yang bersifat sederhana, jelas,logis,dan tertulis. Metode 4
langkah yang dinamakan SAOP ini dipakai untuk mendokumentasikan asuhan
keperawatan pasien dalam cacatan kemajuan.
S (subjectif) : Data subjectif berisi data dari pasien melalui anamnesis
(wawancara) yang merupakan ungkapan langsung.
O (objectif) : Data objectif data yang tampak dari obsevasi melalui pemeriksaan
fisik.
A (assesment) : Analisis dan interprestasi berdasarkan data yang terkumpul
kemudian dibuat kesimpulan yang meliputi diagnosis, antisipasi diagnosis tau
masalah pontesial, serta tidakna dilakukan tindakn segera.
P (plan) : Perencanaan merupakan rencana dari tindakan yang akan diberikan
termasuk asuhan mandiri, kolaborasi, diagnosis atau laboratorium, serta konseling
untuk tidak lanjut.
Daftar Pustaka
Bodak. Irene. M. Lowdermilk and Jensen. 2004. Buku Ajar Keperawatan
Maternitas Edisi 4. Jakarta : EGC
DOSEN PEMBIMBING
Oleh :
NAMA :
NPM :
Riwayat Persalinan
1. Jenis Persalinan : spontan (letkep/letsu) / Tindakan (EF, EV) ............................
SC a/i PEB dan Hellp Syndrome Tgl/jam : 15 Desember 2021
2. Jenis kelamin bayi : L, BB/PB : 2000gr/43cm 5/8 A/S
3. Perdarahan 300cc
4. Masalah dalam persalinan _Hipokalemia _
Riwayat Ginekologi
1. Masalah ginekologi : tidak ada__________________________
2. Riwayat KB: suntik_____________________
Telinga : s i m e t r i s p e n d e n g a r a n b a i k ..........................................................
Leher : tidak teraba pembesaran kelenjar getah bening
Masalah khusus : t i d a k a d a .............................................................
Dada
Jantung : b u n y i j a n t u n g n o r m a l .............................................................
Paru : s u a r a n a f a s v e s i k u l e r ........................................................
Payudara : b e n t u k s i m e t r i s , a r e o l a h i i p e r p i g m e n t a s i .....................
Puting susu : m e n o n j o l , k e r i n g d a n m e n g e l u p a s .......................................
Pengeluaran ASI : a d a , m a s i h s e d i k i t , t a m p a k k o l o s t r u m ....................
Masalah khusus : tiadak ada..................................
Abdomen
Involusi uterus : ada .......................................................................................
Fundus uterus : l em be k, kontraksi: ada.posis: 3 j ari di ba wa h pros. Xypoi d(30c m )
Kandungan kemih : kosong
Diastasis rektus abdomis ...........x.........................cm
Fungsi pencernaan : baik.......................
Masalah khusus : tidak ada.................
Perineum dan Genital
Vagina : integritas kulit: lembab,edematidak ada, memartidak ada, ruptur: tidak ada,
hematome tidak ada, Perineum : utuh Tanda REEDA
R : Kemarahan : tidak E :
Bengkak : tidak
E : echimosis : tidak
D : discharge : tidak ada
A : aproximate : baik Kebersihan
:bersih, hanya darah nifas
Lokia Jumlah
Jenis/warna : r u b r a / m e r a h k e h i t a m a n ............................
Konsistensi : 50 ml,encer............................................................
Bau : amis................................................................
Hemorhoid : Derajat derajad 1, lokasi tepi dalam anus.
Berapa lama1 tahun nyeri : tidak
Masalah Khusus : tidak ada
Ekstremitas atas : edema : ya
Eskstremitas bawah : Edema : ya, kaki kanan dan kiri
Varises : tidak,
Tanda homan :+
Masalah Khusus : tidak ada
Eliminasi
Urine : Kebiasaan BAKtidak ada masalah
BAK Saat inidengan dower catheter nyeri : tidak
BAB : Kebiasaan BAB 1-2 hari sekali
BAB Saat ini.belum ada nyeri : tidak
Masalah Khusus :tidak ada................................................
Istirahat dan Kenyamanan
Pola tidur : kebiasaan tidur, lama4jam, frekuensi.siang dan malam
Pola tidur saat ini tidak tentu
Keluhan ketidaknyamana : tidak, lokasi ...............................................
Sifat................................... Intensitas ..............................................
Mobilisasi dan Latihan
Tingkat mobilisasi : bed rest total.............
Latihan / senam : tidak ada..................................
Masalah khusus: tidak ada..............................
Nutrisi dan Cairan
Asupan nutrisi :cukup nafsu makan : baik
Asupan cairan : cukup
Masalah Khusus :tidak ada
Keadaan Mental
Adaptasi psikologis :baik
Penerimaan terhadap bayi : klien senang karena bayinyalaki-laki dan sehat .
Masalah Khusus : tidak ada.
Kemampuan Menyusui : baik
TERAPI
Nama Klien : Ny. R No. Med Reg : xxx7190 ..................
Ruang : Enim Hari/Waktu :16 -12-2021
Jenis Kelamin : Perempuan Shift : siang ... .....
MASALAH
TGL/JAM DATA ETIOLOGI
KEPERAWATAN
16 - 12- 2021 DS : Post sc Nyeri Akut
10.00 Klien mangatakan nyeri
pada bagian abdomen
bekas post op. Luka post sc
- P : Klien mengatakan
nyeri pada abdomen
bagian bawah akibat Terputusnya Jaringan
pembedahan section inkontuinitas
caesarea.
Q : nyeri seperti
terbakar.
R : nyeri pada abdomen
bagian bawah.
S :skala nyeri 6.
T : Nyeri saat dibuat
gerak.
DO :
K/U cukup.
- Tanda-tanda vital :
TD. 150/100 mmHg,
S . 36,8C,
N . 87X/menit,
P . 14x/menit.
- Wajah tampak
menyeringai.
- Adanya nyeri tekan
pada luka bekas
pembedahan.
- Adanya balutan opsite
di atas luka.
16 - 12- 2021 DS: Post SC Hambatan Mobilitas
10.00 - Klien mengatakan ke- Fisik
2 kakinya lemah, jika
kaki nya digerakan. Luka post SC
- Klien mengatakan
kedua kakinya
bengakak Penurunan
kemamupan fungsi
DO: otot
- K/U cukup baik
- Tanda –tanda vital :
TD. 150/100 mmHg, Efek anestesi
S . 36,8C,
N . 87X/menit,
RR . 14X/menit
- Klien tampak kesulitan
untuk bergerak.
- Klien belum bisa
melakukan mobilisasi
miring kanan-miring
kiri.
- Klien hanya berbaring
ditempat tidur.
- Kemampuan untuk
bergerak terbatas.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri Akut berhubungan dengan agent cidera fisik.
2. Hambatan Mobilitas Fisik berhubungan dengan post sc.
RENCANA KEPERAWATAN
Nama Klien : Ny. R No. Med Reg : xxx7190 ..................
Ruang : Enim Hari/Waktu :16 -12-2021
Jenis Kelamin : Perempuan Shift : pagi ... .....
DO :
1. Klien tampak
meringis.
2. Terdapat luka post
SC horizontal dengan
panjang 10 cm pada
abdomen klien.
3. TD : 150/100
mmHg, S : 36,80C, N:
96 x/menit,
RR:14x/menit,
4. Skala nyeri 4-5
16-12-2021 Hambatan mobilitas Setelah dilakukan tindakan 2.1 Kaji kemampuan dalam mobilisasi.
10.00 fisik berhubungan keperawatan selama 3x24 2.2 Latih pasien dalam pemenuhan
dengan efek anestesi jam diharapkan klien dapat kebutuhan ADL secara mandiri sesuai
ditandai dengan : meningkatkan dan kemampuan.
melakukan aktifitas sesuai 2.3 Dampingi dan bantu pasien saat
DS : kemampuan tanpa disertai mobilisasi dan bantu penuhi kebutuhan
1. Klien mengatakan dengan nyeri. dengan kriteria ADL.
saat bergerak luka post hasil : 2.4 Ajarkan pasien bagaimana merubah
SC terasa sakit. posisi dan berikan bantuan jika
2. Klien mengatakan 1. Klien meningkat dalam diperlukan.
berat menggangkat aktivitas fisik.
kakinya. 2. Mengerti tujuan dari
3. Klien mengatakan peningkatan mobilitas.
semua aktivitas di bantu 3. Memverbalisasikan
oleh perawat. perasaan dalam
meningkatkan kekuatan dan
DO : kemampuan berpindah.
1. Klien tampak lemah.
2. Klien tampak susah
mengangkat
ekstermitasnya karena
efek bius aktivitas klien
sepenuhnya di bantu
oleh perawat.
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Nama Klien : Ny. R No. Med Reg : xxx7190 ..................
Ruang : Enim Hari/Waktu :16 -12-2021
Jenis Kelamin : Perempuan Shift : pagi ... .....
Tanggal & Waktu Nama & TT
No. DX Implementasi Keperawatan Respon
Perawat
1. 16-12-2021 Management Nyeri : S:
10.00 1.1 Melakukan pengkajian Nyeri - Klien mengatakan nyeri pada
secara komprehensif termasuk jahitan post SC.
lokasi, karakteristik, - Klien mengatakan tidak
durasi,frekuensi. nyaman Pada luka jahitan post
1.2 Mengobservasi reaksi non SC.
verbal dari ketidak nyamanan. - Klien mengatakan istahat dan
1.3 Meningkatkan istirahat. tidurnya terganggu karena luka
1.4 Memonitor tanda tanda vital. post SC.
1.5 Menganjurkan teknik
Relaksasi. O:
1.6 Mengkolaborasi dalam - Klien tampak gelisah.
pemerian analgetik - Klien tampak meringis saat
mengubah posisi.
- Skala nyeri 5
- TD:150/100 mmHg,
S: 36,8 0C
N: 96 kali/menit,
R: 20 kali/menit.
2. 16-12-2021 1.1 Mengkaji kemampuan dalam S :
10.00 mobilisasi. - Klien mengatakan badan terasa
1.2 Melatih pasien dalam berat.
pemenuhan kebutuhan ADL - Klien mengatakan sulit
secara mandirisesuai bergerak.
kemampuan. - Klien mengatakan semua
1.3 Mendampingi dan bantu aktifitasnya di bantu oleh
pasien saat mobilisasi dan bantu perawat.
penuhi kebutuhan ADL. O:
1.4 Mengajarkan pasien - Klien tampak sulit bergerak.
bagaimana merubah posisi dan - Klien tampak lemah.
berikan bantuan jika diperlukan. - Klien terpasang infus
- Klien terpasang kateter
- Semua aktifitas klien tampak di
bantu oleh perawat.
EVALUASI KEPERAWATAN
Nama Klien : Ny. R No. Med Reg : xxx7190 ..................
Ruang : Enim Hari/Waktu :16 -12-2021
Jenis Kelamin : Perempuan Shift : pagi ... .....
No. DX Tanggal & Jam Evaluasi Paraf
1 17-12-2021 S : Pasien mengatakan nyeri sudah mulai berkurang
10.00 Pasien mengatkan sudah nyaman dengan keadaaanya
sekarang ini.
O:
Skala Nyeri 3
TD : 130/80 MmHg,
S: 36,8,
N: 84 x/mnt.,
RR : 20x/mnt.
P : Intervensi dilanjutkan
- Evaluasi tehnik relaksaasi (Nafas Dalam).
- Pantau TTV
2 17- 12-2021
10.00 S:
P : Intervensi dilanjutkan