Anda di halaman 1dari 51

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN


Ca. CERVIKS DI RUANG RAMBANG RSUP Dr.
MOHAMMAD HOESIN PALEMBANG
TAHUN 2021

DOSEN PEMBIMBING

Ns. Meta Nurbaiti, S. Kep, M. Kep

Oleh :

NAMA :
NPM :

DEWI AYU KURNIA NINGSIH


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS
21149011301
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BINA HUSADA
PALEMBANG
TA.2021/2022
Laporan Pendahuluan

I. Pengertian Kanker Serviks

Kanker serviks merupakan kanker yang menyerang area serviks atau


leher rahim, yaitu area bawah pada rahim yang menghubungkan rahim dan
vagina (Rozi, 2013). Kanker leher rahim atau kanker serviks (cervical
cancer) merupakan kanker yang terjadi pada serviks uterus, suatu daerah
pada organ reproduksi wanita yang merupakan pintu masuk ke arah rahim
yang terletak antara rahim (uterus) dengan liang senggama (vagina)
(Purwoastuti, 2015).
Kanker ini biasanya paling sering terjadi pada wanita yang berumur
35 tahun, tetapi bukti statistik menunjukkan bahwa kanker serviks dapat juga
menyerang wanita yang berumur antara 20 sampai 30 tahun (Ariani, 2015 ),
sedangkan menurut Mitayani (2011) Kanker Serviks adalah perubahan sel-
sel serviks dengan karakteristik histologi. Proses perubahan pertama menjadi
tumor ini mulai terjadi pada sel-sel squamocolummar junction.Kanker
serviks ini terjadi paling sering pada usia 30 tahun sampai 45 tahun,tetapi
dapat terjadi pada usia dini yaitu 18 tahun.
II. Penyebab Kanker Serviks

Penyebab kanker serviks belum jelas diketahui, namun ada


beberapa faktor resiko tertentu yang lebih besar kemungkinannya untuk
menderita kanker serviks menurut Ariani (2015) dan Diananda (2008)
sebagai berikut :
1. Usia
Perempuan yang rawan mengidap kanker serviks adalah
mereka yang berusia 35-50 tahun, terutama yang telah aktif secara
seksual sebelum usia 16 tahun. Hubungan seksual pada usia terlalu dini
bisa meningkatkan resiko terserang kanker serviks sebesar dua kali
dibanding perempuan yang melakukan hubungan seksual setelah usia 20
tahun.

2. Sering berganti pasangan

Semakin banyak berganti-ganti pasangan maka tertularnya


infeksi HPV juga semakin tinggi. Hal ini disebabkan terpaparnya sel-sel
mulut rahim yang mempuanyai pH tertentu dengan sperma-sperma yang
mempunyai pH yang berbeda-beda pada multi-patner sehingga dapat
merangsang terjadinya perubahan ke arah displasia.

3. Merokok

Pada wanita perokok konsentrasi nikotin pada getah serviks 56


kali lebih tinggi dibandingkan didalam serum, efek langsung bahan
tersebut pada serviks adalah menurunkan status imun lokal sehingga
dapat menjadi kokarsinogen infeksi virus.

4. Hygiene dan Sirkumsisi

Diduga adanya pengaruh mudah terjadinya kanker serviks pada


wanita yang pasangannya belum disirkumsisi. Hal ini karena pada pria
non sirkum hygiene penis tidak terawat sehingga banyak kumpulan-
kumpulan smegma.

5. Status sosial ekonomi

Karsinoma serviks banyak dijumpai pada golongan sosial


ekonomi rendah dan kemungkinan faktor sosial ekonomi erat kaitannya
dengan gizi, imunitas dan kebersihan perorangan. Pada golongan
sosialekonomi rendah umumnya kuantitas dan kualitas makanan kurang
hal ini yang mempengaruhi imunitas tubuh.

6. Terpapar virus

Human immunodeficiency virus (HIV) atau penyebab AIDS


merusak sistem kekebalan tubuh pada perempuan. Hal ini dapat
menjelaskan peningkatan risiko kanker serviks bagi perempuan dengan
AIDS. Para ilmuwan percaya bahwa sistem kekebalan tubuh adalah
penting dalam menghancurkan sel-sel kanker dan memperlambat
pertumbuhan serta penyebaran. Pada perempuan HIV, kanker pra serviks
bisa berkembang menjadi kanker yang invasif lebih cepat dari biasanya.

7. Faktor genetik

Terjadinya mutasi sel pada sel epitel skuamosa serviks yang


menyebabkan terjadinya kanker serviks pada wanita dan dapat
diturunkan melalui kombinasi genetik dari orang tua ke anaknya.

Menurut Nurarif, 2016 ; terdapat beberapa faktor resiko yang


berpengaruh terhadap terjadinya kanker serviks yaitu:

1. HPV (Human papilloma virus)

HPV adalah virus penyebab kutil genetalis (Kandiloma


akuminata) yang ditularkan melalui hubungan seksual. Varian yang sangat
berbahaya adalah HPV tipe 16, 18, 45, dan 56.

2. Merokok

Tembakau merusak sistem kekebalan dan mempengaruhi


kemampuan tubuh untuk melawan infeksi HPV pada serviks.

3. Hubungan seksual pertama dilakukan pada usia dini.

4. Berganti-ganti pasangan seksual.

5. Suami/pasangan seksualnya melakukan hubungan seksual pertama pada


usia di bawah 18 tahun, berganti - berganti pasangan dan pernah menikah
dengan wanita yang menderita kanker serviks.

6. Pemakaian DES (Diethilstilbestrol) pada wanita hamil untuk mencegah


keguguran (banyak digunakan pada tahun 1940-1970).

7. Gangguan sistem kekebalan

8. Pemakaian Pil KB.

9. Infeksi herpes genitalis atau infeksi klamidia menahun.

10. Golongan ekonomi lemah (karena tidak mampu melakukan pap smear
secara rutin)

III. Tanda dan Gejala

Menurut (Purwoastuti, 2015), gejala kanker leher rahim adalah


sebagai berikut:
1. Keputihan, makin lama makin berbau busuk.

2. Perdarahan setelah senggama yang kemudian berlanjut menjadi


perdarahan abnormal, terjadi secara spontan walaupun tidak melakukan
hubungan seksual.

3. Hilangnya nafsu makan dan berat badan yang terus menurun.

4. Nyeri tulang panggul dan tulang belakang.

5. Nyeri disekitar vagina

6. Nyeri abdomen atau nyeri pada punggung bawah

7. Nyeri pada anggota gerak (kaki).

8. Terjadi pembengkakan pada area kaki.

9. Sakit waktu hubungan seks.

10. Pada fase invasif dapat keluar cairan kekuning-kuningan, berbau dan
bercampur dengan darah.

11. Anemia (kurang darah) karena perdarahan yang sering timbul.

12. Siklus menstruasi yang tidak teratur atau terjadi pendarahan diantara
siklus haid.

13. Sering pusing dan sinkope.

14. Pada stadium lanjut, badan menjadi kurus kering karena kurang gizi,
edema kaki, timbul iritasi kandung kencing dan poros usus besar bagian
bawah (rectum), terbentuknya fistel vesikovaginal atau rectovaginal, atau
timbul gejala-gejala akibat metastasis jauh.

IV. Klasifikasi pertumbuhan sel kanker serviks

Menurut padila (2015) Klasifikasi pertumbuhan sel kanker serviks


sebagai berikut :
1. Mikroskopis

a. Displasia

Displasia ringan terjadi pada sepertiga bagaian basal epidermis.


Displasia berat terjadi pada dua pertiga epidermis hampir tidak dapat
dibedakan dengan karsinoma insitu.

b. Stadium karsinoma insitu

Pada karsinoma insitu perubahan sel epitel terjadi pada seluruh lapisan
epidermis menjadi karsinoma sel skuamosa. Karsinoma insitu yang
tumbuh didaerah ektoserviks, peralihan sel skuamosa kolumnar dan sel
cadangan endoserviks.

c. Stadium karsionoma mikroinvasif.

Pada karksinoma mikroinvasif, disamping perubahan derajat


pertumbuhan sel meningkat juga sel tumor menembus membrana basalis
dan invasi pada stoma sejauh tidak lebih 5 mm dari membrana basalis,
biasanya tumor ini asimtomatik dan hanya ditemukan pada skrining
kanker.

d. Stadium karsinoma invasive

e. Pada karsinoma invasif perubahan derajat pertumbuhan sel menonjol


besar dan bentuk sel bervariasi. Petumbuhan invasif muncul diarea bibir
posterior atau anterior serviks dan meluas ketiga jurusan yaitu jurusan
forniks posterior atau anterior, jurusan parametrium dan korpus uteri.
Bentuk kelainan dalam pertumbuhan karsinoma serviks

Pertumbuhan eksofilik: berbentuk bunga kol, tumbuh ke arah vagina


dan dapat mengisi setengah dari vagina tanpa infiltrasi ke dalam vagina,
bentuk pertumbuhan ini mudah nekrosis dan perdarahan.

Pertumbuhan endofilik: biasanya lesi berbentuk ulkus dan tumbuh


progesif meluas ke forniks, posterior dan anterior ke korpus uteri dan
parametrium.
Pertumbuhan nodul: biasanya dijumpai pada endoserviks yang lambatl
aun lesi berubah bentuk menjadi ulkus.

2. Markroskopis

a. Stadium preklinis

Tidak dapat dibedakan dengan servisitis kronik biasa

b. Stadium permulaan

Sering tampak sebagian lesi sekitar osteum externum

c. Stadium setengah lanjut

Telah mengenai sebagian besar atau seluruh bibir porsio.

d. Stadium lanjut

Terjadi pengrusakan dari jaringan serviks, sehingga tampaknya seperti


ulkus dengan jaringan yang rapuh dan mudah berdarah.

V. Klasifikasi Stadium Kanker Serviks


Menurut Tanto (2015), Klasifikasi stadium
TNM (Tumor Node Metastases) dan FIGO
(The Internasional Federation of Gynecology
and obstetrics) sebagai berikut :
Klasifikasi Klasifikasi Keterangan
TNM FIGO
TX Tumor primer tidak dapat dinilai
T0 Tidak ditemukan adanya tumor primer
Tisb Carsinoma in situ (karsinoma prainvasif)
T1 I Karsinoma serviks yang terbatas pada uterus
(ekstensi samapai ke korpus tidak dihiraukan)
T1ac IA Karsinoma yang yang didiagnosis hanya secara
mikroskopik. Invasi stroma dengan kedalaman
maksimal 5.0 mm yang diukur dari dasar epitel dan
penyebaran secara horiziontal sebesar ≤ 7.0 mm.
Keterlibatan ruang vaskular, vena atau limpatik tidak
mempengaruhi klasifikasi.
T1a1 IA1 Invasi stroma dengan kedalaman ≤ 3.0 mm dan
penyebaran horiziontal ≤ 7.0 mm.
T1a2 IA2 Invasi stroma dengan kedalam > 3.0 mm tetapi ≤ 5.0
mm dengan penyebaran ≤ 7.0 mm.
T1b IB Lesi tampak secara klinis terbatas pada serviks atau
lesi mikroskopik > T1a/IA2.
T1b1 IB1 Lesi tampak secara klinis ≤ 4.0 cm pada dimensi
terbesar.
T1b2 IB2 Lesi tampak secara klinis > 4.0 cm pada dimensi
terbesar.
T2 II Karsinoma serviks dengan invasi yang melewati
uterus tetapi tidak mencapai dinding pelvis atau
sepertiga bawah.
T2a IIA Tumor tanpa invasi parametrium
T2a1 IIA Lesi tampak secara klinis ≤ 4.0 cm pada dimensi
terbesar.
T2a2 IIA2 Lesi tampak secara klinis > 4.0 cm pada dimensi
terbesar.
T2b IIB Tumor dengan invasi parametrium
T3 III Tumor meluas hingga dinding pelvis dan atau
melibatkan sepertiga bawah vagina dan atau
menyebabkan hidronefrosis atau ginjal yang tidak
berfungsi.
T3a IIIA Tumor meluas hingga sepertiga bawah vagina tanpa
perluasan ke dinding pelvis.
T3b IIIB Tumor meluas hingga ke dinding pelvis dan atau
menyebutkan hidronefrosis atau ginjal yang tidak
berfungsi.
T4 IV Karsinoma telah meluas melewati pelvis atau telah
mencapai mukosa kandung kemih atau rektum
(terbukti melalui biopsi).
VI. Patofisiologi

Puncak insedensi karsinoma insitu adalah usia 20 hingga usia 30 tahun.


Faktor resiko mayor untuk kanker serviks adalah infeksi Human Paipilloma Virus
(HPV) yang ditularkan secara seksual. Faktor resiko lain perkembangan kanker
serviks adalah aktivitas seksual pada usia muda, paritas tinggi, jumlah pasangan
seksual yang meningkat, status sosial ekonomi yang rendah dan merokok (Price,
2012).
Karsinoma sel skuamosa biasanya muncul pada taut epitel skuamosa
dan epitel kubus mukosa endoserviks (persambungan skuamokolumnar atau zona
tranformasi). Pada zona transformasi serviks memperlihatkan tidak normalnya
sel progresif yang berakhir sebagai karsinoma servikal invasif. Displasia servikal
dan karsinoma in situ atau High-grade Squamous Intraepithelial Lesion (HSIL)
mendahului karsinoma invasif. Karsinoma serviks terjadi bila tumor menginvasi
epitelium masuk ke dalam stroma serviks. Kanker servikal menyebar luas secara
langsung kedalam jaringan para servikal. Pertumbuhan yang berlangsung
mengakibatkan lesi yang dapat dilihat dan terlibat lebih progresif pada jaringan
servikal. Karsinoma servikal invasif dapat menginvasi atau meluas ke dinding
vagina, ligamentum kardinale dan rongga endometrium. Invasi ke kelenjar getah
bening dan pembuluh darah mengakibatkan metastase ke bagian tubuh yang jauh
(Price, 2012)
VII. Patoflow

 Infeksi virus HPV Terjadi lesi pada serviks,inflamasi, Perluasan epitel kolumnar
 Genetik timbul nodul (ekstroserviks dan endoserviks)
 Hygiene yang tidak bersih di
organ vital
 Hubungan seksual < 16 tahun
 Merokok
 Ganti-ganti pasangan Proses metaplastik (erosive)

Tumor Dysplasia Penyebaran tumor

Karsinoma invasive serviks


Eksolistik Endolitik Pelvis Ke arah parametrium

Perubahan epitel
Ke arah lumen Menekan saraf Metastase ke vagina
Ke stroma serviks displastik serviks
vagina lumbosakrali

Infiltrasi Menginfiltrasi
Perdarahan Stimulus
Massa septum rektovagina
proliferasi dan kandung kemih
Ulkus Anemia Ditangkap reseptop
nyeri
Nekrosis Obstruksi kandung
jaringan Gangguan kemih
integritas kulit Nyeri
Imunitas ↓ Curah jantung ↓ Kronis Gangguan pola
Keputihan, eliminasi
bau busuk
Resiko infeksi
Perubahan pola seksual Sirkulasi ke
jaringan ↓

Harga diri rendah


Ketidakefektifan perfusi jaringan

Terapi

Pembedahan Non bedah

Pre operasi Histerektomi Kemoterapi Radioterapi

Mual & muntah Kerusakan jaringan


Kurang pengetahuan ttg Luka operasi
prosedur operasi
Nafsu makan ↓ Turgor kulit buruk
Perdarahan
Ansietas
Berat badan ↓
O2 ke sel berkurang Kerusakan
Post Operasi integritas jaringan
Defisit nutrisi
Metabolisme & energy ↓
Proteksi kurang

Kelemahan fisik
Invasi bakteri

Resiko infeksi Hambatan mobilitas fisik ( oleh : Price, 2012)


VIII. Pemeriksaan Diagnostik Kanker Serviks

Preinvasive kanker serviks biasanya tanpa gejala dan sudah

diderita selama ±10-15 tahun. Pada tahap awal, kanker dapat terdeteksi

selama prosedur skrining, namun sebagian besar perempuan memiliki

kesadaran yang rendah untuk melakukan pemeriksaan baik melalui test paps

smear maupun inspeksi visual dengan asam asetat (IVA). Hasil penelitian,

bahwa dari 171 perempuan yang mengetahui tentang kanker serviks, hanya

24,5 % (42 perempuan) yang melakukan prosedur skrining (Wuriningsih,

2016).

1. IVA (Inspeksi Visual dengan Asam Asetat)

Sesuai dengan namanya, IVA merupakan pemeriksaan leher rahim

(serviks) dengan cara melihat langsung (dengan mata telanjang) leher rahim

setelah memulas leher rahim dengan larutan asetat 3-5%. Apabila setelah

pulasan terjadi perubahan warna asam asetat yaitu tampak bercak putih,

maka kemungkinan ada kelainan tahap prakanker serviks. Jika tidak ada

perubahan warna, maka dapat dianggap tidak ada infeksi pada serviks

(Wijaya, 2010).

Proses skrining dengan IVA merupakan pemeriksaan yang paling

disarankan oleh Departemen Kesehatan. Salah satu pertimbangannya karena

biayanya yang sangat murah. Namun perlu diingat, pemeriksaan ini

dilakukan hanya untuk deteksi dini. Jika terlihat tanda yang mencurigakan,

maka metode deteksi lainnya yang lebih lanjut harus segera dilakukan

(Wijaya, 2010).
2. Tes Pap Smear
Tes Pap Smear merupakan cara atau metode untuk mendeteksi
sejak dini munculnya lesi prakanker serviks. Pemeriksaan ini dilakukan
dengan cepat, tidak sakit, dan dengan biaya yang relatif terjangkau serta
hasil yang akurat (Wijaya, 2010).
Pemeriksaan Pap smear dilakukan ketika wanita tidak sedang masa
menstruasi. Waktu yang terbaik untuk skrining adalah antara 10 dan 20
hari setelah hari pertama masa menstruasi. Selama kira- kira dua hari
sebelum pemeriksaan, seorang wanita sebaiknya menghindari douching
atau penggunaan pembersih vagina, karena bahan-bahan ini dapat
menghilangkan atau menyembunyikan sel-sel abnormal (Wijaya, 2010).

Menurut Diananda (2008) dan Ariani (2015) pemeriksaan


diagnostik untuk menentukan kanker serviks sebagai berikut :

1. Schillentest

Epitel karsinoma serviks tidak mengandung glycogen karena tidak


mengikat yodium. Kalau porsio diberi yodium maka epitel karsinoma
yang normal akan berwarna coklat tua, sedang yang terkena karsinoma
tidak berwarna.
2. Koloskopi
Memeriksa dengan menggunakan alat untuk melihat serviks dengan
lampu dan dibesarkan 10-40 kali.
Keuntungan ; dapat melihat jelas daerah yang bersangkutan sehingga
mudah untuk melakukan biopsy.
Kelemahan ; hanya dapat memeiksa daerah yang terlihat saja yaitu
porsio, sedang kelianan pada skuamosa columnar junction dan intra
servikal tidak terlihat.
3. Kolpomikroskopi
Melihat hapusan vagina (Pap Smear) dengan pembesaran sampai 200
kali
4. Biopsi
Dengan biopsi dapat ditemukan atau ditentukan jenis karsinomanya
5. Konisasi
Dengan cara mengangkat jaringan yang berisi selaput lendir serviks
dan epitel gepeng dan kelenjarnya. Konisasi dilakukan bila hasil
sitologi meragukan dan pada serviks tidak tampak kelainan-kelainan
yang jelas.
6. Pemeriksaan Lainnya.
a. Pemeriksaan hematology (Hb, Ht, lekosit, trombosit, LED,
golongan darah, masa peredaran dan masa pembekuan)
b. Pemeriksaan biokimia darah meliputi SGOt dan SGPT.
c. Pemeriksaan kardiovaskular, antara lain EKG.
d. Pemeriksaan system respiratorius dan urologi serta tes alergi
terhadap obat.

IX. Penatalaksanaan Kanker Serviks


1. Penatalaksanaan Medis
Menurut Tanto (2014) penatalaksanaan medis secara umum berdasarkan
stadium kanker serviks:

STADIUM PENATALAKSANAAN
Biopsi kerucut
0 Histerektomi transvaginal
Biopsi kerucut
Ia
Histerektomi transvaginal
Histerektomi radikal dengan limfadenektomi panggul dan
Ib,IIa evaluasi kelenjar limfe paraaorta (bila terdapat metastasis
dilakukan radioterapi pasca pembedahan
IIb, III, IV Histerektomi transvaginal
Radioterapi
IVa, IVb Radiasi paliatif
Kemoterapi
Ariani (2015) dan Diananda (2008) pilihan pengobatan yang bisa dilakukan
adalah pembedahan, terapi radiasi (radioterapi), kemoterapi, atau kombinasi
metode-metode tersebut.
1. Operasi atau pembedahan
Pembedahan merupakan pilihan untuk perempuan dengan kanker serviks
stadium I dan II.
a. Trakelektomi radikal (Radical Trachelectomy)
Mengambil leher rahim, bagian dari vagina, dan kelenjar getah bening
di panggul. Pilihan ini dilakukan untuk perempuan denga tumor kecil
yang ingin mencoba untuk hamil di kemudian hari.
b. Histerektomi total
Mengangakat leher rahim dan rahim.
c. Histerektomi radikal
Mengangkat leher rahim, beberapa jaringan di sekitar leher rahim,
rahim, dan bagian dari vagina.
d. Saluran telur dan ovarium
Mengangkat kedua saluran tuba dan ovarium. Pembedahan ini
disebut salpingo-ooforektomi.
e. Kelenjar getah bening
Mengambil kelenjar getah bening dekat tumor untuk melihat apakah
mengandung leher rahim. Jika sel kanker telah histerektomy total dan
radikal mencapai kelenjar getah bening, itu berarti penyakit ini mungkin
telah menyebar ke bagian lain dari tubuh.
2. Radioterapi
Radioterapi adalah salah satu pilihan bagi perempuan yang menderita
kanker serviks dengan stadium berapa pun. Perempuan dengan kanker serviks
tahap awal dapat memilih terapi sebagai pengganti operasi. Hal ini juga dapat
digunakan setelah operasi untuk menghancurkan sel-sel kanker apa pun yang
masih di daerah tersebut. Perempuan dengan kanker yang menyerang
bagian- bagian selain kenker serviks mungkin perlu diterapi radiasi dan
kemoterapi.Terapi radiasi menggunakan sinar berenergi tinggi untuk
membunuh sel-sel kanker. Terapi ini mempengaruhi sel-sel di daerah yang
diobati. Ada dua jenis terapi ini :
a. Terapi radiasi eksternalSebuah mesin besar akan mengarahkan radiasi pada
panggul atau jaringan lain di mana kanker telah menyebar. Pengobatan
biasanya di berikan di rumah sakit. Penderita mungkin menerima radiasi
eksternal 5 hari seminggu selama beberapa minggu. Setiap pengobatan
hanya memakan waktu beberapa menit.
b. Terapi radiasi internal
Sebuah tabung tipis yang ditempatkan di dalam vagina. Suatu zat
radioaktif di masukkan ke dalam tagung tersebut. Penderita mungkin harus
tinggal di rumah sakit sementara sumber radioaktif masih beradadi
tempatnya (samapai 3 hari).
Efek samping tergantung terutama pada seberapa banyak radiasi diberikan
dan tubuh bagian mana yang di terapi.radiasi pada perut dan panggul
dapat menyebabkan mual, muntah, diare, atau masalah eliminasi.
Penderita mungkin kehilangan rambut di daerah genital. Selain itu, kulit
penderita di daerah yang dirawat menjadi merah, kering, dan tender.
3. Kemoterapi
Kemoterapi telah digunakan untuk pengobatan kanker sejak tahun 1950-an
dan diberikan sebelum operasi untuk memperkecil ukuran kanker yang
akan di operasi atau sesudah operasi untuk membersihkan sisa-sisa sel
kanker, kadang dikombinasikan dengan terapi radiasi tapi kadang juga
tidak. Kemoterapi ini biasanya diberikan dalam tablet/pil, suntikan, atau
infus. Jadwal pemberian ada yang setiap hari, sekali seminggu atau bahkan
sekali sebulan. Efek samping yang terjadi terutama tergantung pada jenis
obat- obatan yang diberikan dan seberapa banyak.kemoterapi membunuh
sel-sel kanker yang tumbuh cepat, terapi juga dapat membahayakan sel-
sel normal yang membelah dengan cepat, yaitu:

a. Sel darah
Bila kemoterapi menurunkan kadar sel darah merah yang sehat,
penderita akan lebih mudah terkena infeksi, mudah memar atau
berdarah, dan merasa sangat lemah dan lelah.
b. Sel-sel pada akar rambut
Kemoterapi dapat menyebabkan rambut rontok. Rambut penderita yang
hilang akan tumbuh lagi, tetapi kemungkinan mengalami perubahan
warna dan tekstur.
c. Sel yang melapisi saluran pencernaan
Kemoterapi menurunkan nafsu makan, mual-mual dan muntah, diare,
atau infeksi pada mulut dan bibir.

Efek samping lainnya termasuk ruam kulit, kesemutan atau mati rasa
di tangan dan kaki, masalah pendengaran, kehilangan keseimbangan,
nyeri sendi, atau kaki bengkak.

Menurut Reeder dkk (2013), penatalksanaan pada kanker serviks yaitu:

1. Stadium I

Kanker serviks pada stadium IA ditangani dengan histerktomi


atau dengan radioterapi, karena kanker masih terbatas di daerah
serviks.

2. Stadium IB dan IIA

Pada stadium ini ditangani dengan histerektomi total dan


limfadektomi bilateral.

3. Stadium IIB sampai IVB

Pada stadium ini kanker sudah menyebar melewati daerah


serviks sampai ke organ lain. Penanganan yang dilakukan
biasanya dengan radioterapi.

2. Penatalaksanaan Keperawatan

Asuhan keperawatan pada pasien dengan kanker serviks meliputi


pemberian edukasi dan informasi untuk meningkatkan pengetahuan klien dan
mengurangi kecemasan serta ketakutan klien. Perawat mendukung
kemampuan klien dalam perawatan diri untuk meningkatkan kesehatan dan
mencegah komplikasi (Reeder, 2013).

Perawat perlu mengidentifikasi bagaimana klien dan pasangannya


memandang kemampuan reproduksi wanita dan memaknai setiap hal yang
berhubungan dengan kemampuan reproduksinya. Apabila terdiagnosis kanker,
banyak wanita merasa hidupnya lebih terancam. Perasaan ini jauh lebih
penting dibandingkan kehilangan kemampuan reproduksi. Intervensi
keperawatan kemudian difokuskan untuk membantu klien mengekspresikan
rasa takut, membuat parameter harapan yang realistis, memperjelas nilai dan
dukungan spiritual, meningkatkan kualitas sumber daya keluarga dan
komunitas, dan menemukan kekuatan diri untuk menghadapi masalah
(Reeder, 2013).

X. Asuhan Keperawatan

A. Pengkajian

1. Identitas Pasien

Meliputi nama pasien, tempat tanggal lahir, usia, status perkawinan,


pekerjaan, jumlah anak, agama, alamat, jenis kelamin, pendidikan terakhir,
asal suku bangsa, tanggal masuk rumah sakit, nomor rekam medik, nama
orangtua dan pekerjaan orangtua.

2. Identitas penanggung jawab

Meliputi nama, umur, alamat, pekerjaan, hubungan dengan pasien.

2.1 Riwayat kesehatan

a. Keluhan utama
Biasanya pasien datang kerumah sakit dengan keluhan seperti pendarahan
intra servikal dan disertai keputihan yang menyerupai air dan berbau
(Padila, 2015). Pada pasien kanker serviks post kemoterapi biasanya
datang dengan keluhan mual muntah yang berlebihan, tidak nafsu makan,
dan anemia.

b. Riwayat kesehatan sekarang

Menurut (Diananda, 2008) biasanya pasien pada stadium awal tidak


merasakan keluhan yang mengganggu, baru pada stadium akhir yaitu
stadium 3 dan 4 timbul keluhan seperti keputihan yang berbau busuk,
perdarahan setelah melakukan hubungan seksual, rasa nyeri disekitar
vagina, nyeri pada panggul. Pada pasien kanker serviks post kemoterapi
biasanya mengalami keluhan mual muntah berlebihan, tidak nafsu makan,
dan anemia.

c. Riwayat kesehatan dahulu

Biasanya pada pasien kanker serviks memiliki riwayat kesehatan dahulu


seperti riwayat penyakit keputihan, riwayat penyakit HIV/AIDS (Ariani,
2015).

d. Riwayat kesehatan keluarga

Biasanya riwayat keluarga adalah salah satu faktor yang paling


mempengaruhi karena kanker bisa dipengaruhi oleh kelainan genetika.
Keluarga yang memiliki riwayat kanker didalam keluarganya lebih
berisiko tinggi terkena kanker dari pada keluarga yang tidak ada riwayat di
dalam keluarganya (Diananda, 2008).
3. Keadaan psikososial

Biasanya tentang penerimaan pasien terhadap penyakitnya serta harapan


terhadap pengobatan yang akan dijalani, hubungan dengan suami/keluarga
terhadap pasien dari sumber keuangan. Konsep diri pasien meliputi
gambaran diri peran dan identitas. Kaji juga ekspresi wajah pasien yang
murung atau sedih serta keluhan pasien yang merasa tidak berguna atau
menyusahkan orang lain (Reeder, 2013).
4. Data khusus
a. Riwayat Obstetri dan Ginekologi
Untuk mengetahui riwayat obstetri pada pasien dengan kanker serviks
yang perlu diketahui adalah:
1) Keluhan haid
Dikaji tentang riwayat menarche dan haid terakhir, sebab kanker serviks
tidak pernah ditemukan sebelum menarche dan mengalami atropi pada
masa menopose. Siklus menstruasi yang tidak teratur atau terjadi
pendarahan diantara siklus haid adalah salah satu tanda gejala kanker
serviks.
2) Riwayat kehamilan dan persalinan
Jumlah kehamilan dan anak yang hidup karna kanker serviks terbanyak
pada wanita yang sering partus, semakin sering partus semakin besar
resiko mendapatkan karsinoma serviks (Aspiani, 2017).
b. Aktivitas dan Istirahat Gejala :
1) Kelemahan atau keletihan akibat anemia.
2) Perubahan pada pola istirahat dan kebiasaan tidur pada malam hari.
Adanya faktor-faktor yang mempengaruhi tidur seperti nyeri, ansietas
dan keringat malam.
3) Pekerjaan atau profesi dengan pemajanan karsinoge lingkungan dan
tingkat stress yang tinggi (Mitayani, 2009).
c. Integritas ego
Gejala: faktor stress, menolak diri atau menunda mencari pengobatan,
keyakinan religious atau spiritual, masalah tentang lesi cacat,
pembedahan, menyangkal atau tidak mempercayai diagnosis dan perasaan
putus asa (Mitayani, 2009).

d. Eliminasi
Perubahan pada pola defekasi, perubahan eliminasi, urinalis, misalnya
nyeri (Mitayani, 2009).
e. Makan dan minum
Kebiasaan diet yang buruk, misalnya rendah serat, tinggi lemak, adiktif,
bahan pengawet (Mitayani, 2009).
f. Neurosensori
Gejala : pusing, sinkope (Mitayani, 2009).
g. Nyeri dan kenyamanan
Gejala : adanya nyeri dengan derajat bervariasi, misalnya
ketidaknyamanan ringan sampai nyeri hebat sesuai dengan proses
penyakit (Mitayani, 2009).
h. Keamanan
Gejala : pemajanan zat kimia toksik, karsinogen. Tanda : demam, ruam
kulit, ulserasi.
i. Seksualitas
Perubahan pola seksual, keputihan(jumlah, karakteristik, bau), perdarahan
sehabis senggama (Mitayani, 2009).
j. Integritas sosial
Ketidaknyamanan dalam bersosialisasi, perasaan malu dengan lingkungan,
perasaan acuh (Mitayani, 2009).
k. Pemeriksaan penunjang
Sitologi dengan cara pemeriksaan pap smear, koloskopi, servikografi,
pemeriksaan visual langsung, gineskopi (Padila, 2015). Selain itu bisa
juga dilakukan pemeriksaan hematologi karna biasanya pada pasien
kanker serviks post kemoterapi mengalami anemia karna penurunan
hemaglobin. Nilai normalnya hemoglobin wanita 12-16 gr/dl (Brunner,
2013)
l. Pemeriksaan fisik
1) Kepala
Biasanya pada pasien kanker serviks post kemoterapi mengalami
rambut rontok dan mudah tercabut
2) Wajah
Konjungtiva anemis akibat perdarahan.
3) Leher
Adanya pembesaran kelenjar getah bening pada stadium lanjut.
4) Abdomen
Adanya nyeri abdomen atau nyeri pada punggung bawah akibat
tumor menekan saraf lumbosakralis (Padila, 2015).
5) Ekstermitas
Nyeri dan terjadi pembengkakan pada anggota gerak (kaki).
6) Genitalia
Biasanya pada pasien kanker serviks mengalami sekret berlebihan,
keputihan, peradangan, pendarahan dan lesi (Brunner, 2013). Pada
pasien kanker serviks post kemoterapi biasanya mengalami
perdarahan pervaginam.

B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosis Keperawatan yang mungkin muncul menurut SDKI,
kemungkinan masalah yang muncul adalah sebagai berikut : (PPNI, 2017)
1. D.0078 Nyeri kronis berhubungan dengan penekanan saraf
2. D.0019 Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan menelan
makanan
3. D.0009 Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan penurunan
konsentrasi hemoglobin
4. D.0069 Disfungsi seksual berhubungan dengan perubahan struktur
tubuh
5. D.0111 Difisit Pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar
informasi
6. D.0087 Harga diri rendah berhubungan dengan perubahan pada citra
tubuh.
7. D.0012 Resiko perdarahan berhubungan dengan gangguan koagulasi
(trombositopenia)
8. D.0142 Resiko infeksi berhubungan dengan ketidakadekuatan
pertahanan tubuh sekunder (imunosupresi)
C. Perencanaan Keperawatan
Penyusunan perencanaan keperawatan diawali dengan melakukan
pembuatan tujuan dari asuhan keperawatan. Tujuan yang dibuat dari
tujuan jangka panjang dan jangka pendek. Perencanaan juga memuat
kriteria hasil. Pedoman dalam penulisan tujuan kriteria hasil keperawatan
berdasarkan SMART,yaitu:
S : Spesific (tidak menimbulkan arti ganda).
M : Measurable (dapat diukur, dilihat, didengar, diraba, dirasakan
ataupun dibau).
A : Achievable (dapat dicapai).
R : Reasonable (dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah).
T : Time (punya batasan waktu yang jelas).
Karakteristik rencana asuhan keperawatan adalah:
1. Berdasarkan prinsip-prinsip ilmiah (rasional).
2. Berdasarkan kondisi klien.
3. Digunakan untuk menciptakan situasi yang aman dan terapeutik.
4. Menciptakan situasi pengajaran.
5. Menggunakan sarana prasarana yang sesuai.

No Dx Diagn Tujuan Inte


Kep (SDKI)
os dan r
a krite v
Ke ria e
pe hasil n
ra s
wa i
ta
n
D.0 Nyeri NOC : SIKI :
Setelah dilakukan
0 kro asuhan keperawatan Manajemennyeri
selama 6x24 jam I.08238
7 nis
diharapkan pasien
8 b.d mampu untuk 1. Identifikasi
mengontrol dan lokasi,
pe karakteristik,
menunjukkan tingkat
ne nyeri dengan kriteria durasi,
hasil : frekuensi,
ka kualitas, dan
1. Mengenal faktor
na - faktor intensitas nyeri
penyebab nyeri 2. Identifikasi
n 2. Melakukan skala nyeri
sar tindakan
manajemen nyeri 3. Identifikasi
af dengan teknik respons nyeri
nonfarmakologis nonverbal
3. Melaporkan
nyeri, frekuensi, 4. Kontrol
dan lamanya lingkungan
4. Tanda-tanda yang
vital dalam memperberat
rentang normal rasa nyeri
5. Klien 5. Fasilitasi
melaporkan istirahat dan
nyeri berkurang tidur
dengan skala 1- 6. Jelaskan
2 dari 10 atau penyebab,
nyeri ringan periode,
6. Ekspresi wajah pemicu nyeri
tenang 7. Ajarkan
7. Klien dapat teknik
istirahat dan nonfarmakolo
tidur. gis untuk
mengurangi
nyeri
8. Kolaborasi
pemberian
analgetik
D.0 Defisit NOC : SIKI
Setelah dilakukan Manajemen
0 nut asuhan keperawatan Nutrisi I.03119
1 risi selama 6x24 jam 1. Identifikasi
diharapkan status nutrisi
9 b.d kebutuhan nutrisi 2. Identifikasi
ket terpenuhi dengan adanya alergi
kriteria hasil : atau adanya
ida 1. Tidak ada intoleransi
km penurunan berat makanan
badan 3. Monitor asupan
am 2. Mampu makanan
pu mengidentifikasi 4. Monitor berat
kebutuhan nutrisi badan
an 3. Tidak ada tanda- 5. Monitor hasil
me tanda malnutrisi dari
Menunjukkan pemeriksaan
nel peningkatan fungsi laboratorium
an pengecapan dari 6. Berikan
menelan makanan tinggi
ma 4. Asupan cairan protein dan
ka secara oral tinggi kalori
/intravena/ 7. Anjurkan pasien
na perenteral makan sedikit
n sepenuhnya tapi sering
adekuat 8. Anjurkan posisi
duduk saat
makan, jika
mampu
9. Kolaborasi
dengan ahli gizi
untuk
menentukan
jumlah kalori
dan jenis nutrien
yang
dibutuhkan, jika
perlu
D.0 Perfusi NOC : SIKI :
Setelah dilakukan Perawatan
0 per asuhan keperawatan Sirkulasi I.02079
0 ife selama 6x24 jam 1. Periksa
diharapkan perfusi sirkulasi
9 r perifer efektif dengan perifer
tid kriteria hasil : 2. Identifikasi
1. Tekanan systole faktor resiko
ak dan diastole dalam gangguan
efe rentang normal pada sirkulasi
2. Tidak ada ortostatik 3. Monitor
kti hipertensi adanya panas,
f 3. Kapilarirefil < 2 kemerahan
detik nyeri atau
b.d bengkak
pe ekstermitas
4. Catat hasil
nur
un lab Hb dan Ht
5. Lakukan
an
hidrasi
ko 6. Jelaskan
kepada pasien
nse
dan keluarga
ntr tentang
tindakan
asi
pemberian
he tranfusi darah
7. Kolaborasi
mo
pemberian
glo tranfusi darah
bin
4. D.0 Disfungsi seksual NOC : SIKI:
b.d Setelah dilakukan Konseling
0 asuhan keperawatan Seksualitas
per
6 ub selama 6x24 jam I.07214
ah diharapkan gangguan 1. Identifikasi
9 disfungsi seksual tingkat
an
str teratasi dengan pengetahuan,
ukt kriteria hasil : masalah sistem
ur 1. Pengenalan dan reproduksi,
tub penerimaan masalah
uh identitas seksual seksualitas, dan
pribadi penyakit
2. Mengetahui menular seksual
masalah 2. Identifikasi
reproduksi waktu disfungsi
3. Fungsi seksual : seksual dan
integrasi aspek kemungkinan
fisik, sosio emosi penyebab
dan intelektual 3. Monitor stress,
ekspresi dan kecemasan,
performa seksual depresi dan
4. Mampu penyebab
mengontrol disfungsi
kecemasan seksual
5. Menunjukkan 4. Fasilitas
keinginan untuk komunikasi
mendiskusikan antara pasien
perubahan fungsi dan pasangan
seksual 5. Berikan
6. Mengungkapkan kesempatan
pemahaman kepada
tentang perubahan pasangan untuk
fungsi seksual menceritakan
pengenalan dan permasalahan
penerimaan seksual
identitas seksual 6. Berikan pujian
pribadi terhadap
7. Mengetahui perilaku yang
masalah benar
reproduksi 7. Berikan saran
8. Fungsi seksual : yang sesuai
integrasi aspek kebutuhan
fisik, sosio emosi pasangan
dan intelektual dengan
ekspresi dan menggunakan
performa seksual bahasa yang
9. Mampu mudah diterima,
mengontrol dipahami dan
kecemasan tidak
10. Menunjukkan menghakimi.
keinginan untuk 8. Jelaskan efek
mendiskusikan pengobatan,
perubahan fungsi kesehatan, dan
seksual penyakit
11. Mengungkapkan terhadap
pemahaman disfungsi
tentang perubahan seksual.
fungsi seksual 9. Informasikan
pent ingnya
modifikasi pada
aktivitas
seksual
10. Kolaborasi
dengan spesialis
seksologi, jika
perlu
5. D.0 Harga diri rendah NOC : SIKI : Promosi
b.d Setelah dilakukan Koping I.09312
0 asuhan keperawatan
per 1. Identifikasi
8 ub selama 6x24 jam kemampuan
ah diharapkan masalah yang dimiliki
7 harga diri rendah
an
tertasi dengan 2. Identifikasi
pa
kriteria hasil : pemahaman
da
1. Menunjukkan proses penyakit
citr
a penilaian pribadi 3. Identifikasi
tub tentang harga dampak situasi
uh diri terhadap peran
2. Mengungkapkan dan hubungan
penerimaan diri 4. Identifikasi
3. Komunikasi metode
terbuka penyelesaian
4. Mengatakan masalah
optimisme
5. Identifikasi
terhadap masa
kebutuhan dan
depan
keinginan
5. Menggunakan
terhadap
strategi koping
dukungan
efektif
sosial
6. Diskusikan
perubahan
peran yang
dialami
7. Gunakan
pendekatan
yang tenang
dan
meyakinkan
8. Diskusikan
alasan
mengkritik diri
sendiri
9. Diskusikan
konsekuensin
tid ak
menggunakan
rasa bersalah
dan rasa malu
10. Fasilitasi
dalam
memperoleh
informasi yang
dibutuhkan
11. Motivasi
untuk
menentukan
harapan yang
realistis
12. Dampingi saat
berduka
13. Anjurkan
penggunaan
sistem spiritual,
jika perlu
14. Ajarkan
mengungkap-
kan perasaan
dan persepsi
15. Anjurkan
keluarga
terlibat
16. Ajarkan cara
memecahkan
masalah secara
konstruktif
17. Latih
penggunaan
teknik relaksasi
6. D.0 Difisit NOC : SIKI :
Pe Setelah dilakukan Edukasi Proses
1 asuhan keperawatan Penyakit
ng
1 eta selama 6x24 jam I.12444
diharapkan pasien 1. Identifikasi
hu
1 kesiapan dan
an menunjukkan
kemampuan
b. peningkatan menerima
d pengetahuan dengan informasi
kur kriteria hasil : 2. Sediakan
an 1. Pasien dan materi dan
g keluarganya media
ter menyatakan pendidikan
pa pemahan kesehatan
par tentang 3. Jadwalkan
penyakit, pendidikan
inf
kesehatan
or kondisi,
sesuai
ma prognosis dan kesepakatan
si program 4. Beri
pengobatan kesempatan
2. Pasien dan untuk
keluarga mampu bertanya
melaksanakan 5. Jelaskan
prosedur yang penyebab
dijelaskan secara dan faktor
benar. risiko
penyakit
3. Pasien dan
6. Jelaskan
keluarga mampu proses
menjelaskan patofisiologi
kembali apa yang munculnya
dijelaskan penyakit
perawat 7. Jelaskan tanda
dan gejala
yang
ditimbulkan
oleh penyakit
8. Jelaskan
kemungki-
nan
terjadinya
komplikasi
9. Ajarkan cara
meredakan
atau
mengatasi
gejala yang
dirasakan
10. Ajarkan cara
meminimal-
kan efek
samping dari
intervensi
atau
pengobatan
11. Informasika
kondisi
pasiensaat ini
12. Anjurkan
melapor jika
merasakan
tanda dan
gejala
memeberat
atau tidak
biasa
7. D.0 Resiko perdarahan NOC : SIKI :
b.d Setelah dilakukan Pencegahan
0 ga asuhan keperawatan Perdaahan
1 ng selama 6x24 jam I.02067
gu diharapkan tidak 1. Monitor tanda
2 an terjadi perdarahan dan gejala
ko dengan kriteria perdaahan
ag hasih : 2. Monitor nilai
ula 1. Tekanan darah hematokrit/
si dalam batas hemoglobin
(tr normal sebelum dan
om 2. Tidak ada setelah
bo perdarahan kehilangan
sit pervagina darah
op 3. Hemoglobin dan 3. Monitor
eni hematokrit tanda- tanda
a) dalam batas vital ortostatik
normal 4. Monitor
koagulasi
5. Pertahankan
bedest selama
perdarahan
6. Jelaskan tanda
dan gejala
perdarahan
7. Anjurkan
menghindari
aspirin atau
antikoagulan
8. Anjurkan
meningkatkan
asupan
makanan dan
vitamin K
9. Anjurkan
segera
melapor
dokter jika
terjadi
perdarahan
10. Kolaborasi
pemberian
obat
pengontrol
perdarahan
11. Kolaborasi
pemberian
produk darah
8. D.0 Risiko NOC : SIKI:
inf Setelah dilakukan Pencegahan
1 asuhan keperawatan Infeksi I.14539
eks
4 i selama 6x24 jam 1. Monitor tanda
b.d diharapkan tidak dan gejala
2 terjadi infeksi infeksi lokal
ket
ida dengan kriteria hasil dan sistemik
ka : 2. Cuci tangan
de 1. Klien bebas sebelum dan
ku dari infeksi sesudah
ata 2. Menunjukkan kontak dengan
n kemampuan pasien dan
per untuk mencegah lingkungan
tah timbulnya pasien
an infeksi 3. Jelaskan tanda
an 3. Jumlah leukosit dan gejala
tub dalam batas infeksi
uh normal 4. Jelaskan cara
sek 4. Menunjukkan mencuci
un prilaku hidup tangan dengan
der sehat benar
(i 5. Anjurkan
mu meningkatkan
no asupan nutrisi
su 6. Kolaborasi
pre pemberian
si) antibiotik

D. Implementasi
Implementasi adalah tindakan dari rencana keperawatan yang telah
disusun dengan menggunakan pengetahuan perawat, perawat melakukan dua
intervensi yaitu mandiri/independen dan kolaborasi/interdisipliner (NANDA,
2015). Tujuan dari implementasi antara lain adalah: melakukan, membantu
dan mengarahkan kinerja aktivitas kehidupan sehari-hari, memberikan asuhan
keperawatan untuk mecapai tujuan yang berpusat pada klien, mencatat serta
melakukan pertukaran informasi yang relevan dengan perawatan kesehatan
yang berkelanjutan dari klien (Asmadi, 2008).

E. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi merupakan sebagai penialian status pasien dari efektivitas

tindakan dan pencapaian hasil yang diidentifikasi terus pada setiap langkah

dalam proses keperawatan, serta rencana perawatan yang telah dilaksanakan

(NANDA, 2015).

Tujuan dari evaluasi adalah untuk melihat dan menilai kemampuan klien
dalam mencapai tujuan, menentukan apakah tujuan keperawatan telah

tercapai atau belum, serta mengkaji penyebab jika tujuan asuhan keperawatan

belum tercapai (Asmadi, 2008).

Tujuan evaluasi adalah untuk melihat kemampuan pasien dalam

mencapai tujuan. Hal ini bisa dilaksanakan dengan mengadakan hubungan

dengan pasien :

1. Evaluasi Formatif

Hasil observasi dan analisa perawat terhadap respon pasien segera

pada saat setelah dilakukan tindakan keperawatan. Ditulis pada

catatan perawat.

2. Evaluasi Sumatif

Rekapitulasi dan kesimpulan dari observasi dan analisa status

kesehatan sesuai waktu pada tujuan. Ditulis pada catatan

perkembangan.

Evaluasi dilakukan dengan pendekatan pada SOAP, yaitu:

S: Data subjektif, yaitu data yang diutarakan klien dan pandangannya

terhadap data tersebut.

O: Data objektif, yaitu data yang didapat dari hasil observasi perawat,

termasuk tanda-tanda klinik dan fakta yang berhubungan dengan

penyakit pasien (meliputi data fisiologis, dan informasi dan

pemeriksaan tenaga kesehatan).

A: Analisis, yaitu analisa ataupun kesimpulan dari data subjektif dan


data objektif.

P: Perencanaan, yaitu pengembangan rencana segera atau yang

akan datang untuk mencapai status kesehatan klien yang optimal.

(Hutahaen, 2010).

Adapun ukuran pencapaian tujuan tahap evaluasi dalam keperawatan

meliputi:

1. Masalah teratasi, jika klien menunjukkan perubahan sesuai dengan

tujuan dan kriteria hasil yang telah ditetapkan.

2. Masalah teratasi sebagian, jika klien menunjukkan perubahan

sebagian dari kriteria hasil yang telah ditetapkan.

3. Masalah tidak teratasi, jika klien tidak menunjukkan perubahan dan

kemajuan sama sekali yang sesuai dengan tujuan dan kriteria hasil

yang telah ditetapkan dan atau bahkan timbul masalah/diagnosa

keperawatan baru.

F. Dokumentasi Keperawatan

Dokumentasi keperawatan adalah kegiatan mencatat seluruh tindakan yang

telah dilakukan, dokumentasi keperawatan sangat penting untuk dilakukan

karena berguna untuk menghindari kesalahan, menghindari kejadian tumpang

tindih, memberikan informasi ketidaklengkapan asuhan keperawatan, dan

terbinanya koordinasi antara teman sejawat atau pihak lain.


DAFTAR PUSTAKA

Amin Huda Nurarif, and H. K. (2016). Aplikasi Asuhan Keperawatan


Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA. Edisi revisi jilid 1. Yogyakarta:
MediAction.

Asmadi. (2008). Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: EGC.

Aspiani, R. Y. (2017). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta: TIM

Brunner, and S. (2013). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Volume
2. Jakarta: EGC.
Diananda, R. (2008). Mengenal Seluk Beluk Kanker. Yogyakarta: Kata Hati.
Endang Purwoastuti, and E. S. M. (2015). Ilmu Obstetri dan Ginekologi Sosial
Bagi Kebidanan. Yogyakarta: PUSTAKABARUPRESS.

Hutahaen, S. (2010). Konsep dan Dokumentasi Keperawatan. Jakarta: Trans Info.

Mitayani. (2009). Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta: Salemba Medika.

NANDA. (2015). Diagnosis Keperawatan : Definisi & Klasifikasi Edisi 10.


Jakarta: EGC.

Padila. (2015). Asuhan Keperawatan Maternitas II. Yogyakarta: Nuha Medika.

M.F.Rozi. (2013). Kiat Mudah Mengatasi Kanker Serviks. Yogyakarta: Aulia


Publishing.

PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia : Definisi dan Indikator


Diagnostik, Edisi I. Jakarta: DPP PPNI.

PPNI. (2018) Standar Intervensi Keperawatan Indonesia : Definisi dan Tindakan


Keperawatan, Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI.

Price, and W. (2012). Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit, Edisi


6. Jakarta: EGC.
Reeder, D. (2013). Keperawatan Maternitas Kesehatan Wanita, Bayi & Keluarga,
Edisi 18 Volume 1. Jakarta: EGC.

S. Ariani. (2015). Stop! Kanker. Yogyakarta: Istana Medika.


Wijaya, D. (2010). Pembunuh Ganas Itu Bernama Kanker Serviks. Yogyakarta:
Sinar Kejora.

Wuriningsih. (2016). Potret Asuhan Keperawatan Maternitas Pada Klien Dengan


Kanker Serviks Melalui Pendekatan Konservasi Dan Efikasi Diri.
Nurscope. Jurnal Keperawatan dan Pemikiran Ilmiah Keperawatan, 2(2),
49-6
LAPORAN KASUS KELOLAAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. L DENGAN Ca.
SERVIKS DI RUANG RAMBANG
RSUP Dr. MOHAMMAD HOESIN PALEMBANG
TAHUN 2021

DOSEN PEMBIMBING

Ns. Meta Nurbaiti, S. Kep, M. Kep

Oleh :

NAMA :
NPM :

DEWI AYU KURNIA NINGSIH


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS
21149011301
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BINA HUSADA
PALEMBANG
TA.2021/2022
PENGKAJIAN
ASUHAN KEPERAWATAN IBU DENGAN GANGGUAN
SISTEM REPRODUKSI
I. Pengkajian
I. Biodata

1. Identitas Pasien
Nama : Ny. S
Umur : 36 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : jl. BPP, Talang Jambe. Kec. Sukarami, Palembang
Status Perkawinan : Menikah
Agama : Islam
Suku : Jawa
Pendidikan : SMK
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
No Register : XXXX226
Diagnosa Medis : Ca. Serviks Stadium IIB
Tanggal Masuk : 19 Desember 2021 Tanggal Pengkajian
: 20 Desember 2021

2. Identitas Penanggung Jawab


Nama : Tn. B
Umur : 38 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Swasta Hubungan dengan pasien
: Suami Alamat
: jl. BPP, Talang Jambe. Kec. Sukarami,
II. Alasan Masuk RS
Perdarahan Pervaginam _

III. Keluhan Utama Saat Dikaji


Klien Mengatakan keluar darah bergumpal dari kemaluan dan terasa nyeri pada perut bagian bawah _

IV. Riwayat Kesehatan Sekarang


Klien mengatakan sebelum masuk rumah sakit sering mengalami keputihan serta keluar darah
menggumpal dari kemaluan selama lebih dari 3 bulan, awalnya klien mengira hal tersebut adalah haid
namun karena berlangsung cukup lama akhirnya klien dan suami berobat ke RSUPDr.M.Hoesin. Setelah
dilakukan pemerikasaan, ternyata klien menderita Ca. Serviks Stadium IIb. Karena mengalami perdarahan
yang cukup banyak dari kemaluan dan kemudian di rawat di Ruang Rambangdan sedang menunggu
untuk proses pengobatan kemoradioterapinya _

V. Riwayat Kesehatan Dahulu


Klien mengatakan sebelumnya pernah dirawat di RS karena sakit Ca. Serviks 1 bln yang lalu.
VI. Riwayat Kesehatan Keluarga

Keterangan :

: Klien

: Laki - laki

: Perempuan

: Menikah

: Anggota kleluarga yang riwayat penyakit kanker


VII. Riwayat Obstetri Ginekologi
1. Riwaya Ginekologi
a. Riwayat menstruasi
1) Menarche : 11 tahun
2) Lamanya haid : 5 hari
3) Siklus : tidak teratur
4) Banyaknya : 3x ganti pembalut
5) Sifat darah : warna merah kehitaman, menggumpal
b. Riwaya perkawinan (suami dan istri)
1) Usia perkawinan : 22 tahun
2) Lama perkawinan : 14 tahun
3) Pernikahan yang ke-1
c. Riwayat kontrasepsi
1) Jenis kontrasepsi yang digunakan pil
2) Waktu dan lama penggunaan: tahun 2011 dan 10 th
3) Masalah dalam penggunaan cara tersebut : tidak ada
4) Jumlah anak yang direncanakan keluarga: 2 anak
2. Riwayat Obstetri
a. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu G0P....A...

No Tgl Umur Jenis Tempat Jenis BB Masalah Keadaan


partus Kehamilan Partus Penolong Kelamin Anak
Hamil Lahir Nifas Bayi
1. 15-8-08 38 mgg normal Bidan Laki-laki 2,5kg - - - - Sehat
2. 4-12- 10 36mgg normal Bidan Perempuan 3kg - - - - Sehat

VIII. Data Biologis


6. Aktivitas Kehidupan Sehari-Hari / Activity Daily Living (ADL)
No ADL (Activity Daily Living) Sebelum Sakit Setelah Sakit
1 NUTRISI :
Makan :
- Jenis menu - Nasi, Lauk, Sayur Nasi, Lauk, Sayur
- Frekuensi - 3 x sehari 3 x sehari
- Porsi - habis habis
- Pantangan - Tidak ada - tidak Ada
- Keluhan - tidak ada Tidak ada
Minum
- Jenis minuman Air putih Air putih, susu
- Frekuensi 5x 5-6x
- Jumlah 5-7 gelas 5-7 gelas
- Pantangan - -
- Keluhan - -
2 ISTIRAHAT dan TIDUR
Malam
- Berapa jam 6 jam 6 jam
- Dari jam ... s.d jam ... 22.00 s/d 04.00 22.00 s/d 04.00
- Kesukaran tidur Tidak ada Tidak ada
Siang
- Berapa jam 2 jam 2 jam
- Dari jam ... s.d jam ... 13.00s/d 15.00 13.00 s/d 15.00
- Kesukaran tidur Tidak ada Tidak ada
3 ELIMINASI
BAK
- Frekuensi 5 x sehari 5 x sehari
- Jumlah Banyak banyak
- Warna Kuning Kuning
- Bau Khas Khas
- Kesulitan Tidak ada Tidak ada
BAB
- Frekuensi 1 x sehari 1 x sehari
- Jumlah Banyak Banyak
- Warna Kuning Kuning
- Bau Khas Khas
- Kesulitan Tidak ada Tidak ada
4 PERSONAL HYGIENE
MANDI
- Frekuensi 2 x sehari 2x sehari
- Menggunakan sabun Cair Cair
- Frekuensi gosok gigi 3x sehari 3 x sehari
- Gangguan Tidak ada Tidak ada
Berpakaian
- Frekuensi ganti pakaian 2x 2x
5 MOBILITAS dan AKTIVITAS
- Aktivitas yang dilakukan Dirumah, jarang Di rumah, jarang
- Kesulitan berolah raga berolah raga

7. Pemeriksaan Fisik
a. Penampilan Umum
Kondisi umum : pasien terlihat pucat, terpasang infus _
Tingkat kesadaran :composmentis, E4M6V5 _
TTV (T,N,R,S) : TD: 130/80mmHg

N : 84 x / menit

P : 18x/ menit

S : 36.5 _
BB/TB : 48 kg/ 158cm _
b. Sistem pernafasan (IPPA) : nafas vesikuler, tidah ada kelainan _
c. Sistem kardiovaskuler (IPPA : nyeri dada tidak ada, CRT>2 detik, akral hangat,
Bunyi jantung normal
d. Sistem pencernaan (IPPA : membran mukosa lembab, edema: tidak ada, BU: terdengar, hemoroidtidak
ada)
e. Sistem persyarafan (IPPA : baik
f. Sistem panca indra (IPPA : fungsi penglihatan baik
g. Sistem perkemihan (IPPA : palpasi kandung kemih, berkemih berlebihan, hematuri)
h. Sistem integumen (IPPA : hiperpigmentasi, kloasma gravidarum, turgor, striae, luka SC
(karakteristik))
i. Sistem endokrin (IPPA : pembesaran kelenjar tiroid, tremor)
j. Sistem muskuloskeletal (IPPA : massa tonus otot, kekuatan otor, ROM, deformitas, diastatis
rektur abdominis (lebar, panjang)).
k. Sistem reproduksi (IPPA : payudara (pembesaran, hiperpigmentasi areola, keadaan
putting susu, bengkak, bendung/massa, kebersihan) uterus (TFU, posisi uterus, konsistensi
uterus), genitalia externa (edema, varises, kebersihan).

IX. Data Psikososial Spiritual


1. Psikososial
a. Pola pikir dan persepsi Pengetahuan
tentang penyakitnya
b. Persepsi diri
Hal yang sangat dipikirkan saat ini, harapan setelah menjalani perawatan,
perubahan yang dirasa setelah hamil
c. Konsep diri
Gambaran diri, peran, ideal diri, identitas diri, harga diri
d. Hubungan/komunikasi
Bahasa sehari-hari, kejelasan bicara, relevan, mampu mengerti orang lain
e. Kebiasaan seksual
Gangguan hubungan seksual, pemahaman terhadap fungsi seksual
2. Spiritual
Sumber kekuatan, Tuhan, agama, kepercayaan, sistem nilai dan kepercayaan
TERAPI
Nama Klien : .................... No. Med Reg : ....................................
Ruang : .................... Hari/Waktu : ....................................
Jenis Kelamin : .................... Shift : ....................................
Terapi Cara Pemberian Dosis Golongan/Jenis Indikasi

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Nama Klien : .................... No. Med Reg : ....................................
Ruang : .................... Hari/Waktu : ....................................
Jenis Kelamin : .................... Shift : ....................................

Tgl Pemeriksaan Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Normal

ANALISA DATA
Nama Klien : .................................... No. Med Reg : ....................................
Ruang : .................................... Hari/Waktu : ....................................
Jenis Kelamin : .................................... Shift : ....................................

MASALAH
TGL/JAM DATA ETIOLOGI
KEPERAWATAN
DS :

Patoflow
DO :
PRIORITAS MASALAH KEPERAWATAN
1. .............................................................................................................................
2. ............................................................................................................................. ......
3. ............................................................................................................................. ......
4. ........................................................................................................................... ........
5. .......................................................................................................................

DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. ......................................................................................................... .........................
2. ............................................................................................................................. .....
3. ................................................................................................... ...............................
4. ............................................................................................................................. .....
5. ....................................................................................................................…………

RENCANA KEPERAWATAN
Nama Klien : .................................... No. Med Reg : ....................................
Ruang : .................................... Hari/Waktu : ....................................
Jenis Kelamin : .................................... Shift : ....................................

TGL/JAM Dx. KEPERAWATAN TUJUAN (NOC) INTERVENSI (NIC)


...... berhubungan Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor/Kaji
dengan...............ditandai keperawatan ... x 24 jam, 2. Tindakan mandiri perawat
dengan : pasien diharapkan 3. Penkes pasien/keluarga
DS : menunjukkan perbaikan .... 4. Kolaborasi dengan tim medis lain
DO : dengan kriteria hasil : (dokter/ahli gizi/fisioterapi)
1.
2.
3.
....faktor risiko...ditandai
dengan.....
DS :
DO :

IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Nama Klien : .................................... No. Med Reg : ....................................
Ruang : .................................... Hari/Waktu : ....................................
Jenis Kelamin : .................................... Shift : ....................................
Tanggal & Nama & TT
Dx.Keperawatan Implementasi Keperawatan Respon
Waktu Perawat
EVALUASI KEPERAWATAN
Nama Klien : .................................... No. Med Reg : ....................................
Ruang : .................................... Hari/Waktu : ....................................
Jenis Kelamin : .................................... Shift : ....................................
Dx. Keperawatan Tanggal & Jam Evaluasi Paraf
S:

O:

A:

P:

Anda mungkin juga menyukai