Anda di halaman 1dari 198

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN


KANKER SERVIKS POST KEMOTERAPI DI RUANG
GYNEKOLOGI-ONKOLOGI IRNA KEBIDANAN
RSUP DR. M. DJAMIL PADANG

KARYA TULIS ILMIAH

DITA NOVELIA
NIM : 143110212

JURUSAN KEPERAWATAN
PRODI D-III KEPERAWATAN PADANG
TAHUN 2017

Poltekkes kemenkes Padang


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN


KANKER SERVIKS POST KEMOTERAPI DI RUANG
GYNEKOLOGI-ONKOLOGI IRNA KEBIDANAN
RSUP DR. M. DJAMIL PADANG

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar


Ahli Madya Keperawatan

DITA NOVELIA
NIM : 143110212

JURUSAN KEPERAWATAN
PRODI D-III KEPERAWATAN PADANG
TAHUN 2017

Poltekkes Kemenkes
Poltekkes Kemenkes
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadiran ALLAH SWT yang telah melimpahkan rahmad dan
karunia-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan Laporan Karya Tulis Ilmiah
ini dengan judul “Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Kanker Serviks
Post Kemoterapi Di ruang Gynekologi-Onkologi RSUP DR. M. Djamil Padang
Tahun 2017”. Peneliti menyadari bahwa, tanpa bantuan dan bimbingan ibu Ns.
Elvia Metti, M.Kep, Sp. Kep,Mat selaku pembimbing I dan ibu Hj. Metri
Lidya, S.Kp, M.Biomed selaku pembimbing II yang telah menyediakan waktu,
tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan peneliti dalam penyusunan Karya Tulis
Ilmiah ini. Peneliti juga mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak H. Sunardi, SKM, M.Kes selaku Direktur Poltekkes Kemenkes RI


Padang.
2. Ibu Hj. Murniati Muchtar, SKM, M.Biomed selaku Ketua Jurusan
Keperawatan Poltekkes Kemenkes RI padang.
3. Ibu Ns. Idrawati Bahar, S.Kep, M.Kep selaku Ketua Program Studi Prodi
D-III Keperawatan Poltekkes Kemenkes RI Padang.
4. Bapak Ibu Dosen dan Staf yang telah membntu dan memberikan ilmu
dalam pendidikan untuk bekal bagi peneliti selama perkuliahan di Jurusan
Keperawatan Poltekkes Kemenkes RI Padang.
5. Pihak RSUP Dr. M. Djamil Padang yang telah mengizinkan untuk
melakukan studi awal.
6. Teristimewa untuk orang tua dan keluarga yang telah memberikan bantuan
dukungan material dan moral.
7. Teman-teman Republic Nurse B dan teman yang seperjuangan angkatan
2014 Keperawatan, serta sahabat dan penyemangat yang tidak dapat
peneliti sebutkan satu persatu yag telah banyak membantu peneliti dalam
menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

Poltekkes Kemenkes
Peneliti menyadari Karya Tulis Ilmiah ini masih terdapat kekurangan. Oleh sebab
itu peneliti mengharapkan tanggapan, kritikan dan saran yang membangun dari
semua pihak untuk kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini. Akhir kata, peneliti
berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas segala kebaikan semua
pihak yang telah membantu. Semoga nantinya dapat membawa manfaat bagi
pengembangan ilmu

Padang, 09 Juni 2017

Peneliti

Poltekkes Kemenkes
Poltekkes Kemenkes
Poltekkes Kemenkes
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN PADANG
JURUSAN KEPERAWATAN

Karya Tulis Ilmiah, Juni 2017


DITA NOVELIA
Asuhan Keperawatan pada pasien dengan Kanker Serviks Post Kemoterapi
di ruang Gynekologi-Onkologi IRNA Kebidanan RSUP Dr. M. Djamil
Padang
Isi : xiii + 91 halaman + 10 lampiran
ABSTRAK
Pengobatan untuk kanker serviks yang paling banyak digunakan adalah
kemoterapi dan memiliki dampak secara fisik dan psikologi. Tujuan penelitian ini
untuk mendeskripsikan asuhan keperawatan pada pasien dengan kanker serviks
post kemoterapi di ruang Gynekologi-Onkologi Irna Kebidanan RSUP DR. M.
Djamil Padang

Jenis penelitian adalah deskriptif dengan studi kasus. Di ruang Gynekologi-


Onkologi Irna kebidanan RSUP Dr. M. Djamil Padang. Waktu pengumpulan data
penelitian yaitu partisipan I selama 5 hari dan partisipan II selama 12 hari.
Populasi adalah semua pasien kanker serviks post kemoterapi berjumlah 8 orang
dengan sampel 2 orang yang sesuai dengan kriteria inklusi dalam waktu rentang
yang berbeda.

Hasil penelitian didapatkan keluhan pada kedua partisipan sama yaitu mual
muntah, tidak nafsu makan, mudah lelah dan letih, badan terasa panas, kulit
memerah. Didapat 3 diagnosis keperawatan yang sama untuk kedua partisipan dan
1 diagnosis berbeda. Diagosis keperawatan prioritas ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh dengan intervensi yaitu manajemen nutrisi dan
monitor nutrisi. Tindakan keperatawan yang telah dilakukan adalah memonitor
intake nutrisi, menganjurkan meningkatkan makan yang mengandung protein dan
vitamin C, memberikan informasi tentang kebutuhan nutrisi dan memonitor hasil
kadar haemoglobin. Evalusi keperawatan menunjukkan meningkatnya nafsu
makan pasien, tidak ada mual muntah dan nilai hasil kadar haemoglobin dalam
batas normal

Disarankan pada perawat agar melibatkan keluarga dalam pemberikan informasi


tentang asupan nutrisi yang harus ditingkatkan pasien seperti: sayuran dan buah-
buahan yang segar dan menghindari komsumsi makanan kaleng.

Kata Kunci : kanker serviks, kemoterapi, asuhan keperawatan

Daftar pustaka : 27 (2005-2017)

Poltekkes Kemenkes
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Dita Novelia

NIM 143110212

Tempat/Tanggal Lahir : Simanau / 5 November 1995

Jenis Kelamin : Perempuan

Anak Ke : Satu (Pertama)

Agama : Islam

Alamat : Jorong Parik Batu Nagari Simanau


Kecamatan Tigo Lurah Kabupaten Solok

Nama Orang Tua

Ayah : Afrizal (Alm)

Ibu :Wirdawati

RIWAYAT PENDIDIKAN

TAHUN ASAL SEKOLAH


2002-2008 SD N 04 SIMANAU
2008-2011 SMP N 3 KOTA SOLOK
2011-2014 SMA N 1 KOTA SOLOK
2014-2017 Poltekkes Kemenkes Padang

Poltekkes Kemenkes
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.......................................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN..............................................................................ii
KATA PENGANTAR......................................................................................iii
LEMBAR ORISINALITAS............................................................................v
LEMBAR PERSETUJUAN.............................................................................vi
ABSTRAK........................................................................................................vii
DAFTAR ISI.....................................................................................................viii
DAFTAR GAMBAR.........................................................................................x
DAFTAR SKEMA............................................................................................xi
DAFTAR TABEL..............................................................................................xii
DAFTAR LAMPIRAN.....................................................................................xiii

BAB I PENDAHULUAN................................................................................1
A. Latar Belakang.......................................................................................1
B. Rumusan Masalah..................................................................................4
C. Tujuan Penelitian...................................................................................5
D. Manfaat penelitian.................................................................................6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.....................................................................7


A. Konsep Kanker Serviks.........................................................................7
1. Pengertian Kanker Serviks...............................................................7
2. Penyebab Kanker Serviks................................................................8
3. Klasifikasi pertumbuhan Kanker Serviks........................................9
4. Klasifikasi Stadium Kanker Serviks...............................................11
5. Patofisiologi Kanker Serviks..........................................................12
6. WOC Kanker Serviks.....................................................................14
7. Tanda dan Gejala Kanker Serviks.................................................15
8. Respon Tubuh terhadap Fisiologis................................................15
9. Pemeriksaan Diagnostik Kanker Serviks......................................17
10. Penatalaksanaan Kanker Serviks...................................................18
B. Konsep Asuhan Keperawatan pada Kasus Kanker Serviks.................24
1. Pengkajian Keperawatan................................................................24
2. Diagnosa Keperawatan yang Mungkin Muncul.............................27
3. Rencana Keperawatan....................................................................28
4. Implementasi Keperawatan............................................................48
5. Evaluasi Keperawatan.....................................................................48

BAB III METODE PENELITIAN.................................................................49


A. Desain Penelitian...................................................................................49
B. Tempat dan Waktu Penelitian................................................................49
C. Populasi dan Sampel..............................................................................49
D. Alat / Instrumen Pengumpulan Data......................................................50
E. Jenis dan Pengumpulan Data.................................................................51
F. Analisis..................................................................................................55

Poltekkes Kemenkes
BAB IV DESKRIBSI DAN PEMBAHASAN KASUS
A. Deskripsi kasus..................................................................................56
1. Pengajian keperawatan.................................................................56
2. Diagnosa keperawatan.................................................................67
3. Rencana keperawatan...................................................................68
4. Implementasi keperawatan...........................................................70
5. Evaluasi keperawatan...................................................................71

B. Pembahasan kasus..............................................................................73
1. Pengajian keperawatan.................................................................73
2. Diagnosa keperawatan.................................................................77
3. Rencana keperawatan...................................................................82
4. Implementasi keperawatan...........................................................84
5. Evaluasi keperawatan...................................................................87

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN


A. Kesimpulan........................................................................................90
B. Saran..................................................................................................91

DAFTAR PUSTAKA

Poltekkes Kemenkes
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kanker Serviks.............................................................................7

Gambar 2.1 Stadium Kanker Serviks...............................................................12

Poltekkes Kemenkes
DAFTAR SKEMA

Skema 2.1 WOC Kanker Serviks.....................................................................14

Poltekkes Kemenkes
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Klasifikasi Stadium Kanker Serviks.................................................11

Tabel 2.2 Penatalaksanaan medis berdasarkan stadium kanker Serviks..........19

Tabel 2.3 Rencana Keperawatan......................................................................28

Tabel 2.4 Deskripsi Kasus................................................................................55

Poltekkes Kemenkes
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Jadwal kegiatan Karya tulis Ilmiah

Lampiran 2 : Lembar Bimbingan KTI

Lampiran 3 : Surat Pengantar dari Poltekkes Kemenkes Padang untuk


pengambilan data dan studi awal ke RSUP DR. M. Djamil Padang

Lampiran 4 : Surat pengambilan data dan melakukan studi awal dari RSUP Dr.
M. Djamil Padang

Lampiran 5 : Surat Pengantar dari Poltekkes Kemenkes Padang untuk izin


penelitian ke RSUP DR. M. Djamil Padang

Lampiran 6 : Surat izin melakukan penelitian dari RSUP Dr. M. Djamil


Padang

Lampiran 7 : Daftar hadir penelitian

Lampiran 8 : Persetujuan Informed

Consent

Lampiran 9 : Laporan Asuhan Keperawatan Maternitas : Gynekologi-Onkologi

Lampiran 10 : Surat selesai penelitian dari RSUP Dr. M. Djamil Padang

Poltekkes Kemenkes
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang

Kanker serviks adalah tumor ganas yang tumbuh di dalam leher rahim.
Kanker serviks menunjukkan adanya sel- sel abnormal yang terbentuk
oleh sel-sel jaringan yang tumbuh terus- menerus dan tidak terbatas pada
bagian leher rahim (Ariani, 2015 ). Kanker ini biasanya terjadi pada
wanita yang telah berumur, tetapi bukti statistik menunjukkan bahwa
kanker serviks dapat juga menyerang wanita yang berumur antara 20
sampai 30 tahun (Prawirohardjo, 2014).

Kanker serviks merupakan penyakit kanker pada perempuan yang


mengakibatkan kematian terbanyak terutama di negara berkembang.
Insiden kanker serviks diperkirakan telah terjadi pada 500.000 wanita di
seluruh dunia dan sebagian besar terjadi di negara berkembang. Telah
terbukti sebanyak 70% penyebab dari kanker serviks adalah infeksi
Human Papilloma Virus (HPV) yang merangsang perubahan perilaku sel
epitel serviks. Meskipun infeksi Human Papilloma Virus HPV penyebab
lebih tinggi, namun faktor resiko lain untuk timbulnya kanker ini seperti
melakukan hubungan seksual diusia muda, melakukan hubungan seksual
yang berganti-ganti pasangan, dan perempuan perokok (Prawirohardjo,
2014).

Data World Health Organization (WHO) (2016) melaporkan bahwa pada


tahun 2012 terdapat 530.000 kasus, dimana kanker serviks merupakan
kanker dengan urutan keempat pada wanita, sedangkan pada tahun 2015
sekitar 90% dari 270.000 kematian akibat kanker serviks terjadi di negara-
negara berpenghasilan rendah dan menengah. Menurut Kementrian
Kesehatan RI pada tahun 2015, penderita kanker serviks di Indonesia
adalah 0,8% (98.692 orang). Provinsi DI Yogyakarta, Provinsi Kepulauan
Riau dan Provinsi Maluku Utara memiliki prevalensi kanker serviks
tertinggi yaitu sebesar 1,5%, sedangkan di Provinsi Sumatra Barat jumlah
Poltekkes Kemenkes
penderita kanker serviks yaitu 0,9% atau sebanyak 2.285 orang.

Poltekkes Kemenkes
RSUP DR. M.Djamil Padang merupakan salah satu rumah sakit rujukan di
Sumatera Barat. Data RSUP DR. M. Djamil Padang di ruang Gynekologi-
Onkologi penderita kanker serviks pada tahun 2014 sebanyak 241 orang
dan pada tahun 2015 sebanyak 241 orang (Medical Record RSUP DR. M.
Djamil Padang, 2014 & 2015). Sedangkan data 3 bulan terakhir kanker
serviks post kemoterapi di ruang Gynekologi-Onkologi Irna Kebidanan
RSUP DR. M. Djamil Padang sebanyak 41 orang.

Kanker serviks dapat dideteksi secara dini dengan melakukan skrining Pap
Smear. Pada stadium awal, kanker ini cendrung tidak terdeteksi sehingga
tidak menimbulkan gejala-gejala yang jelas dan baru terdeteksi setelah
stadium III atau lanjut. Menurut hasil penelitian yang dilakukan
Halimatusyaadiah (2014) di RSUP NTB menemukan penderita kanker
serviks paling banyak dengan stadium III sejumlah 33 orang (51,6%).
Kanker serviks yang sudah stadium lanjut biasanya menunjukkan gejala-
gejala, diantaranya: keputihan yang berbau busuk, perdarahan setelah
melakukan hubungan seksual, rasa nyeri disekitar vagina, nyeri pada
panggul, sehingga kondisi kanker sudah mencapai stadium lanjut. Hal ini
menyebabkan terlambatnya pengobatan dini (Diananda, 2008).

Pengobatan penyakit kanker serviks telah dikembangkan beberapa macam


yaitu melalui tindakan pembedahan, radioterapi dan kemoterapi.
Pengobatan yang paling banyak digunakan adalah kemoterapi, karena
kemoterapi bisa digunakan untuk stadium lanjut. Kemoterapi adalah
pengobatan yang menggunakan zat kimia untuk merusak atau membunuh
sel-sel yang tumbuh dengan cepat. Tujuannya adalah untuk mengurangi
jumlah sel-sel kanker atau mengurangi ukuran tumor. Kemoterapi
memiliki dampak dalam berbagai bidang kehidupan antara lain dampak
terhadap fisik dan psikologis (Ariani, 2015)

Dampak kemoterapi secara fisik yaitu mual dan muntah, diare, konstipasi,
neuropati perifer, toksisitas kulit, alopecia (kerontokan rambut), penurunan

Poltekkes Kemenkes
berat badan, anemia, penurunan nafsu makan, perubahan rasa, nyeri
(Ariani, 2015). Penelitian kualitatif menurut Ambarwati & Wardani
(2015) di RSUD DR. Moewardi Sukarta terhadap 8 orang responden
penderita kanker serviks mengatakan bahwa efek samping kemoterapi
secara fisik yang paling banyak dialami oleh responden adalah mual
muntah. Keluhan fisik lainya yang dialami seperti konstipasi, kelelahan,
neuropati perifer, perubahan rasa, penurunan berat badan, nyeri, toksisitas
kulit dan penurunan nafsu makan.

Dampak kemoterapi secara psikologis yaitu kecemasan, despresi, berjuang


untuk menjadi normal, merasa baik dan merasa sedih, emosional, stres,
harga diri rendah, kesedihan, dan kepasrahan (Ariani, 2015). Penelitian
kualitatif menurut Wardani (2014) di RSUD DR Moewardi Surakarta
terhadap 8 orang responden penderita kanker serviks mengatakan bahwa
efek samping kemoterapi secara psikologis yang paling banyak dialami
oleh responden adalah kecemasan. Keluhan psikologis lain yang dialami
seperti berjuang untuk menjadi normal, kesedihan, kepasrahan, dan harga
diri rendah.

Berdasarkan studi awal yang dilakukan pada tanggal 20 Januari 2017 jam
17.00 WIB di ruang Gynekologi-Onkologi Irna Kebidanan RSUP DR. M.
Djamil Padang, didapat data jumlah pasien dengan kanker serviks post
kemoterapi sebanyak enam orang dan rata-rata hari rawatan untuk pasien
post kemoterapi yang melakukan perbaikan keadaan umumnya adalah 4-9
hari. Hasil wawancara peneliti dengan dua orang pasien, mengatakan
bahwa pasien cemas dengan penyakitnya, nyeri, lemah dan mudah lelah,
nafsu makan kurang, mual muntah dan rambut rontok. Berdasarkan
wawancara, perawat mengatakan bahwa sudah melakukan pengkajian
sesuai dengan format pengkajian, mengakkan diagnosa sudah sesuai
dengan keluhan pasien, rencana keperawatan yang dibuat sesuai dengan
NOC dan NIC dan implementasi keperawatan, eveluasi keperawatan serta
pendokumentasian sudah dilakukan dengan baik. Berdasarkan observasi

Poltekkes Kemenkes
yang peneliti lakukan terhadap perawat ruangan dalam melakukan
pengkajian, perawat sudah melakukan pengkajian terhadap identitas
pasien, keluhan pasien dan pemeriksaan fisik tapi pada pengkajian
psikologis pasien hanya secara umum tanpa melihat kondisi pasiennya
serta sudah menegakkan diagnosa keperawatan utama yaitu nyeri akut,
ansientas, ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan dari
kebutuhan tubuh, resiko infeksi dan sudah terdokumentasi dengan baik.
Tindakan yang sudah dilakukan oleh perawat ruangan yaitu memberikan
terapi obat untuk mengurangi nyeri dan mual muntah, memberikan
transfusi dalam hal ini peneliti melihat perawat ruangan dalam
memberikan asuhan keperawatan hanya berfokus pada tindakan yang
terdokumentasi seperti pemberian terapi obat tanpa memperhatikan
psikologis pasien dan kecemasan yang dihadapi keluarga pasien. Selain itu
dalam evaluasi keperawatan dengan diagnosa nyeri akut, perawat tidak
langsung melihat kondisi pasien setelah pemberian obat analgesik hanya
bertanya kepada keluarganya dan dalam pendokumentasian evaluasi
keperawatan hanya pernyataan dari keluarga saja, dan terkadang perawat
masih berpatokan terhadap evaluasi keperawatan yang dibuat sebelumnya.

Perawat memiliki peran yang penting sebagai pemberian pelayanan


kesehatan dalam melakukan asuhan keperawatan pada klien secara
menyeluruh baik biologis, psikologis, sosial, budaya dan spiritual dengan
menerapkan aspek promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif.

Berdasarkan latar belakang diatas peneliti telah melakukan “Asuhan


Keperawatan pada pasien dengan Kanker Serviks Post Kemoterapi di
Ruang Gynekologi-Onkologi Irna Kebidanan RSUP DR. M. Djamil
Padang tahun 2017.

Poltekkes Kemenkes
B. Rumusan Masalah
Bagaimana penerapan asuhan keperawatan pada pasien dengan Kanker
Serviks Post Kemoterapi di Ruang Gynekologi-Onkologi Irna Kebidanan
RSUP DR. M. Djamil Padang tahun 2017?

C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan umum
Mampu menerapkan asuhan keperawatan pada pasien dengan Penyakit
Kanker Servik Post Kemoterapi di Ruang Gynekologi-Onkologi Irna
Kebidanan RSUP DR. M. Djamil Padang tahun 2017.
2. Tujuan khusus
a. Mampu mendeskripsikan hasil pengkajian pada pasien dengan
Kanker Servik Post Kemoterapi di Ruang Gynekologi-Onkologi
Irna Kebidanan RSUP DR. M. Djamil Padang tahun 2017.
b. Mampu mendeskripsikan diagnosa pada pasien dengan Kanker
Servik Post Kemoterapi di Ruang Gynekologi-Onkologi Irna
Kebidanan RSUP DR. M. Djamil Padang tahun 2017.
c. Mampu mendeskripsikan intervensi pada pasien dengan Kanker
Servik Post Kemoterapi di Ruang Gynekologi-Onkologi Irna
Kebidanan RSUP DR. M. Djamil Padang tahun 2017.
d. Mampu mendeskripsikan tindakan keperawatan pada pasien
dengan Kanker Servik Post Kemoterapi di Ruang Gynekologi
Onkologi Irna Kebidanan RSUP DR. M. Djamil Padang tahun
2017
e. Mampu mendeskripsikan evaluasi pada pasien dengan Kanker
Servik Post Kemoterapi di Ruang Gynekologi-Onkologi Irna
Kebidanan RSUP DR. M. Djamil Padang tahun 2017.
f. Mampu mendeskripsikan pendokumentasian pada pasien dengan
Kanker Servik Post Kemoterapi di Ruang Gynekologi-Onkologi
Irna Kebidanan RSUP DR. M. Djamil Padang tahun 2017.

Poltekkes Kemenkes
D. Manfaat
1. Bagi peneliti
Studi kasus ini dapat mengaplikasikan dan menambah wawasan ilmu
pengetahuan serta kemampuan peneliti dalam menerapkan asuhan
keperawatan pada pasien dengan kasus kanker serviks post kemoterapi
2. Bagi rumah sakit
Studi kasus ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pikiran
dalam menerapakan asuhan keperawatan pada pasien dengan kasus
kanker serviks post kemoterapi
3. Bagi institusi pendidikan
Studi kasus ini diharapkan dapat menambah wawasan/ide bagi peneliti
lebih lanjut dalam penerapan asuhan keperawatan pada pasien dengan
kasus kanker serviks post kemoterapi

Poltekkes Kemenkes
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Kanker Serviks


1. Pengertian Kanker Serviks
Kanker serviks adalah tumor ganas yang tumbuh di dalam leher rahim atau
serviks yang terdapat pada bagian terendah rahim yang menempel pada
puncak vagina (Diananda, 2008). Kanker ini biasanya paling sering terjadi
pada wanita yang berumur 35 tahun, tetapi bukti statistik menunjukkan
bahwa kanker serviks dapat juga menyerang wanita yang berumur antara
20 sampai 30 tahun (Ariani, 2015 ), sedangkan menurut Mitayani (2011)
Kanker Serviks adalah perubahan sel-sel serviks dengan karakteristik
histologi. Proses perubahan pertama menjadi tumor ini mulai terjadi pada
sel-sel squamocolummar junction.Kanker serviks ini terjadi paling sering
pada usia 30 tahun sampai 45 tahun,tetapi dapat terjadi pada usia dini yaitu
18 tahun.

Gambar 2.1 Kanker Serviks

Poltekkes Kemenkes
2. Penyebab Kanker Serviks
Penyebab kanker serviks belum jelas diketahui, namun ada beberapa
faktor resiko tertentu yang lebih besar kemungkinannya untuk menderita
kanker serviks menurut Ariani (2015) dan Diananda (2008) sebagai
berikut :
1. Usia
Perempuan yang rawan mengidap kanker serviks adalah mereka yang
berusia 35-50 tahun, terutama yang telah aktif secara seksual sebelum
usia 16 tahun. Hubungan seksual pada usia terlalu dini bisa
meningkatkan resiko terserang kanker serviks sebesar dua kali
dibanding perempuan yang melakukan hubungan seksual setelah usia
20 tahun.
2. Sering berganti pasangan
Semakin banyak berganti-ganti pasangan maka tertularnya infeksi
HPV juga semakin tinggi. Hal ini disebabkan terpaparnya sel-sel mulut
rahim yang mempuanyai pH tertentu dengan sperma-sperma yang
mempunyai pH yang berbeda-beda pada multi-patner sehingga dapat
merangsang terjadinya perubahan ke arah displasia.
3. Merokok
Pada wanita perokok konsentrasi nikotin pada getah serviks 56 kali
lebih tinggi dibandingkan didalam serum, efek langsung bahan
tersebut pada serviks adalah menurunkan status imun lokal sehingga
dapat menjadi kokarsinogen infeksi virus.
4. Hygiene dan Sirkumsisi
Diduga adanya pengaruh mudah terjadinya kanker serviks pada wanita
yang pasangannya belum disirkumsisi. Hal ini karena pada pria non
sirkum hygiene penis tidak terawat sehingga banyak kumpulan-
kumpulan smegma.
5. Status sosial ekonomi
Karsinoma serviks banyak dijumpai pada golongan sosial ekonomi
rendah dan kemungkinan faktor sosial ekonomi erat kaitannya dengan
gizi, imunitas dan kebersihan perorangan. Pada golongan sosial

Poltekkes Kemenkes
ekonomi rendah umumnya kuantitas dan kualitas makanan kurang hal
ini yang mempengaruhi imunitas tubuh.
6. Terpapar virus
Human immunodeficiency virus (HIV) atau penyebab AIDS merusak
sistem kekebalan tubuh pada perempuan. Hal ini dapat menjelaskan
peningkatan risiko kanker serviks bagi perempuan dengan AIDS. Para
ilmuwan percaya bahwa sistem kekebalan tubuh adalah penting dalam
menghancurkan sel-sel kanker dan memperlambat pertumbuhan serta
penyebaran. Pada perempuan HIV, kanker pra serviks bisa
berkembang menjadi kanker yang invasif lebih cepat dari biasanya.
7. Faktor genetik
Terjadinya mutasi sel pada sel epitel skuamosa serviks yang
menyebabkan terjadinya kanker serviks pada wanita dan dapat
diturunkan melalui kombinasi genetik dari orang tua ke anaknya.

3. Klasifikasi pertumbuhan sel kanker serviks


Menurut padila (2015) Klasifikasi pertumbuhan sel kanker serviks sebagai
berikut :
1. Mikroskopis
a. Displasia
Displasia ringan terjadi pada sepertiga bagaian basal epidermis.
Displasia berat terjadi pada dua pertiga epidermis hampir tidak
dapat dibedakan dengan karsinoma insitu.
b. Stadium karsinoma insitu
Pada karsinoma insitu perubahan sel epitel terjadi pada seluruh
lapisan epidermis menjadi karsinoma sel skuamosa. Karsinoma
insitu yang tumbuh didaerah ektoserviks, peralihan sel skuamosa
kolumnar dan sel cadangan endoserviks.
c. Stadium karsionoma mikroinvasif.
Pada karksinoma mikroinvasif, disamping perubahan derajat
pertumbuhan sel meningkat juga sel tumor menembus membrana
basalis dan invasi pada stoma sejauh tidak lebih 5 mm dari

Poltekkes Kemenkes
membrana basalis, biasanya tumor ini asimtomatik dan hanya
ditemukan pada skrining kanker.
d. Stadium karsinoma invasive
Pada karsinoma invasif perubahan derajat pertumbuhan sel
menonjol besar dan bentuk sel bervariasi. Petumbuhan invasif
muncul diarea bibir posterior atau anterior serviks dan meluas
ketiga jurusan yaitu jurusan forniks posterior atau anterior, jurusan
parametrium dan korpus uteri.
e. Bentuk kelainan dalam pertumbuhan karsinoma serviks
Pertumbuhan eksofilik: berbentuk bunga kol, tumbuh ke arah
vagina dan dapat mengisi setengah dari vagina tanpa infiltrasi ke
dalam vagina, bentuk pertumbuhan ini mudah nekrosis dan
perdarahan.
Pertumbuhan endofilik: biasanya lesi berbentuk ulkus dan
tumbuh progesif meluas ke forniks, posterior dan anterior ke
korpus uteri dan parametrium.
Pertumbuhan nodul: biasanya dijumpai pada endoserviks yang
lambatl aun lesi berubah bentuk menjadi ulkus.
2. Markroskopis
a. Stadium preklinis
Tidak dapat dibedakan dengan servisitis kronik biasa
b. Stadium permulaan
Sering tampak sebagian lesi sekitar osteum externum
c. Stadium setengah lanjut
Telah mengenai sebagian besar atau seluruh bibir porsio.
d. Stadium lanjut
Terjadi pengrusakan dari jaringan serviks, sehingga tampaknya
seperti ulkus dengan jaringan yang rapuh dan mudah berdarah.
4. Klasifikasi Stadium Kanker Serviks
Menurut Tanto (2015), Klasifikasi stadium TNM (Tumor Node
Metastases) dan FIGO (The Internasional Federation of Gynecology and
obstetrics) sebagai berikut.

Poltekkes Kemenkes
Tabel 2.1
Klasifikasi Stadium Kanker Serviks
Klasifikasi Klasifikasi Keterangan
TNM FIGO
TX Tumor primer tidak dapat dinilai
T0 Tidak ditemukan adanya tumor primer
Tisb Carsinoma in situ (karsinoma prainvasif)
T1 I Karsinoma serviks yang terbatas pada uterus
(ekstensi samapai ke korpus tidak dihiraukan)
T1ac IA Karsinoma yang yang didiagnosis hanya secara
mikroskopik. Invasi stroma dengan kedalaman
maksimal 5.0 mm yang diukur dari dasar epitel dan
penyebaran secara horiziontal sebesar ≤ 7.0 mm.
Keterlibatan ruang vaskular, vena atau limpatik tidak
mempengaruhi klasifikasi.
T1a1 IA1 Invasi stroma dengan kedalaman ≤ 3.0 mm dan
penyebaran horiziontal ≤ 7.0 mm.
T1a2 IA2 Invasi stroma dengan kedalam > 3.0 mm tetapi ≤ 5.0
mm dengan penyebaran ≤ 7.0 mm.
T1b IB Lesi tampak secara klinis terbatas pada serviks atau
lesi mikroskopik > T1a/IA2.
T1b1 IB1 Lesi tampak secara klinis ≤ 4.0 cm pada dimensi
terbesar.
T1b2 IB2 Lesi tampak secara klinis > 4.0 cm pada dimensi
terbesar.
T2 II Karsinoma serviks dengan invasi yang melewati
uterus tetapi tidak mencapai dinding pelvis atau
sepertiga bawah.
T2a IIA Tumor tanpa invasi parametrium
T2a1 IIA Lesi tampak secara klinis ≤ 4.0 cm pada dimensi
terbesar.
T2a2 IIA2 Lesi tampak secara klinis > 4.0 cm pada dimensi
terbesar.
T2b IIB Tumor dengan invasi parametrium
T3 III Tumor meluas hingga dinding pelvis dan atau
melibatkan sepertiga bawah vagina dan atau
menyebabkan hidronefrosis atau ginjal yang tidak
berfungsi.
T3a IIIA Tumor meluas hingga sepertiga bawah vagina tanpa
perluasan ke dinding pelvis.
T3b IIIB Tumor meluas hingga ke dinding pelvis dan atau
menyebutkan hidronefrosis atau ginjal yang tidak
berfungsi.
T4 IV Karsinoma telah meluas melewati pelvis atau telah
mencapai mukosa kandung kemih atau rektum
(terbukti melalui biopsi).

Poltekkes Kemenkes
T4a IVA Penyebaran mencapai organ sekitar.
T4b IVB Penyebaran mencapai organ yang jauh.

Gambar 2.2 Stadium Kanker Serviks

5. Patofisiologi Kanker Serviks


Karsinoma sel skuamosa biasanya muncul pada taut epitel skuamosa dan
epitel kubus mukosa endoserviks (persambungan skuamokolumnar atau
zona transformasi). Pada zona transformasi serviks memperlihatkan tidak
normalnya sel progresif yang akhirnya berakhir sebagai karsinoma
servikal invasif. Displasia servikal dan karsinoma in situ (HSIL)
mendahului karsinoma invasif. Karsinoma seviks invasif terjadi bila tumor
menginvasi epitelium masuk ke dalam stroma serviks. Kanker servikal
menyebar luas secara langsung ke dalam jaringan para servikal.
Pertumbuhan yang berlangsung mengakibatkan lesi yang dapat dilihat dan
terlibat lebih progresif pada jaringan servikal. Karsinoma servikal invasif
dapat menginvasi atau meluas ke dinding vagina, ligamentum kardinale
dan rongga endometrium, invasi ke kelenjar getah bening dan pembuluh
darah mengakibatkan metastase ke bagian tubuh yang jauh.

Tidak ada tanda atau gejala yang spesifik untuk kanker servik. Karsinoma
servikal invasif tidak memilki gejala, namun karsinoma invasif dini dapat

Poltekkes Kemenkes
menyebabkan sekret vagina atau perdarahan vagina. Walaupun perdarahan
adalah gejala yang signifikan, perdarahan tidak selalu muncul pada saat
awal, sehingga kanker dapat sudah dalam keadaan lanjut pada saat
didiagnosis. Jenis perdarahan vagina yang paling sering adalah pasca
coitus atau bercak antara menstruasi. Bersamaan dengan tumbuhnya
tumor, gejala yang muncul kemudian adalah nyeri punggung bagian
bawah atau nyeri tungkai akibat penekanan saraf lumbosakralis, frekuensi
berkemih yang sering dan mendesak, hematuri atau perdarahan rektum
(Price & Wilson, 2012).

Pada pengobatan kanker serviks sendiri akan mengalami beberapa efek


samping antara lain mual, muntah, sulit menelan, bagi saluran pencernaan
terjadi diare gastritis, sulit membuka mulut, sariawan, penurunan nafsu
makan ( biasa terdapat pada terapi eksternal radiasi ). Efek samping
tersebut menimbulkan masalah keperawatan yaitu nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh. Sedangkan efek dari radiasi bagi kulit yaitu
menyebabkan kulit merah dan kering sehingga akan timbul masalah
keperawatan resiko tinggi kerusakan integritas kulit. Semua tadi akan
berdampak buruk bagi tubuh yang menyebabkan kelemahan atau
kelemahan sehingga daya tahan tubuh berkurang dan resiko injury pun
akan muncul. Tidak sedikit pula pasien dengan diagnosa positif kanker
serviks ini merasa cemas akan penyakit yang dideritanya. Kecemasan
tersebut bias dikarenakan dengan kurangnya pengetahuan tentang
penyakit, ancaman status kesehatan dan mitos dimasyarakat bahwa kanker
tidak dapat diobati dan selalu dihubungkan dengan kematian (Aspiani,
2017).

Poltekkes Kemenkes
6. WOC Kanker Serviks
Penekan pada sel saraf
MK: Nyeri akut Kanker serviks

Penatalaksanaan

Pembedahan Radiasi Kemoterapi

Sistem pencernaan
Sistem hematologi dan Sistem Imun Sistem integumen Sistem reproduksi
Rusaknya folikel rambut Terjadi Kekeringan cairan vagina
Pe asam lambung Kejang otot perut
Penurunan Hb Gangguan sumsum tulang Pe dan pe leukosit

Penurunan Trombosit Pe kekebalan tubuh Kerontokan rambut Perubahan fungsi tubuh
MK: Disfungsi Seksual
Nyeri di perut Anemia
Mual muntah Terganggu proses pengumpalan darah
Lemas dan mudah lelah
Mudah terkena infeksi MK:
Diar
Nafsu makan Gangguan MK: Ansietas
e MK: Risiko Infeksi
MK:Hambatan mobilitas fisik
Pendarahan, ruam, dan bercak pada kulit
MK: Ketidakseimbangan Dehidrasi berat
nutrisi kurang dari
infeksi
MK:
Kekurangan
MK: Rsiko pendarahan MK: Hipertermi
Pe suhu tubuh

Skema 2.1 WOC Kanker Serviks


(Price & Wilson, 2012 ; Smeltzer, 2015; Ariani, 2015)

Poltekkes kemenkes Padang


7. Tanda dan gejala kanker serviks
Menurut Ariani (2015) dan Padila (2015) pada tahap awal , kanker serviks
stadium dini biasanya tanpa gejala-gejala. Gejala fisik serangan penyakit
ini pada umumnya dirasakan oleh penderita kanker stadium lanjut. Gejala-
gejala umumyang terjadi pada penderita kanker ini adalah :
a. Ada bercak atau pendaran setelah berhubungan seksual,
b. Ada bercak atau pendarahan di luar masa haid,
c. Ada bercak atau pendarahan pada masa menopause,
d. Mengalami masa haid yang lebih berat dan lebih panjang dari
biasanya, atau
e. Keluarnya bau menyengat yang tidak bisa dihilangkan walaupun
sudah diobati.
Jika kanker servik sudah tingkat stdium lanjut maka gejalanya adalah :
a. Munculnya rasa sakit dan pendarahan saat berhubungan intim
(contact bleeding)
b. Keputihan yang berlebihan dan tidak normal
c. Pendarahan diluar siklus menstruasi
d. Penurunan berat badan yang drastis
e. Apabila kanker sudah menyebar kepanggul, maka pasien akan
menderita keluhan nyeri punggung
f. Hambatan dalam berkemih

8. Respon Tubuh Terhadap Perubahan Fisiologis


a. Sistem pencernaan
Beberapa obat kemoterapi dapat menyebabkan mual dan muntah
berlangsung singkat atau lama. Mual muntah terjadi karena
peningkatan asam lambung sehingga terjadi penurunan nafsu
makan. Mengatasi mual dapat diberikan obat anti mual sebelum,
selama, dan sesudah pengobatan. Obat kemoterapi juga dapat
menyebabkan diare karna terjadi kejang otot perut yang
menimbulkan rasa tidak nyaman atau sakit pada perut, bahkan ada

Poltekkes Kemenkes
yang diare sampai dehidrasi berat dan harus dirawat karna
kekurangan volume cairan, kadang sampai terjadi sembelit. Bila
terjadi diare : kurangi makan-makanan yang mengandung serat,
buah dan sayur. Harus minum air yang hilang untuk mengatasi
kehilangan cairan. Bila susah BAB : makan-makanan yang
berserat, dan jika memungkinkan olahraga (Ariani, 2015).

b. Sistem Imum dan Sistem hematologi


Sistem imun atau sistem kekebalan tubuh adalah pusat sistem
pertahanan tubuh yang melindungi tubuh dari penyakit. Organ
penyusun sistem kekebalan tubuh pada manusia salah satunya
adalah sumsum tulang. Sistem hematologi tersusun atas darah dan
tempat darah diproduksi, termasuk sumsum tulang dan nodus
limpa. Darah manusia adalah cairan jaringan tubuh. Fungsi
utamanya adalah mengangkut oksigen yang diperlukan oleh sel-sel
di seluruh tubuh. Darah juga menyuplai jaringan tubuh dengan
nutrisi, mengangkut zat-zat sisa metabolisme, dan mengandung
berbagai bahan penyusun sistem imun yang bertujuan
mempertahankan tubuh dari berbagai penyakit (Potter & Perry,
2005).

Kemoterapi berpengaruh pada kerja sumsum tulang yang


merupakan pabrik pembuat sel darah merah, sehingga jumlah sel
darah merah menurun, yang paling sering adalah penurunan sel
darah putih (leukosit). Penurunan sel darah terjadi setiap
kemoterapi, dan test darah biasanya dilakukan sebelum kemoterapi
berikutnya untuk memastikan jumlah sel darah telah kembali
normal. Penurunan jumlah sel darah dapat menyebabkan :
a. Mudah terkena infeksi
Hal ini disebabkan oleh penurunan leukosit, karena leukosit
adalah sel darah yang memberikan perlindungan infeksi. Ada
juga beberapa obat kemoterapi yang menyebabkan

Poltekkes Kemenkes
peningkatkan leukosit. Bila terjadi infeksi maka terjadi
peningkatan suhu tubuh.
b. Perdarahan
Keping darah (trombosit) berperan pada proses pembekuan
darah, apabila jumlah trombosit rendah dapat menyebabkan
pendarahan, ruam, dan bercak merah pada kulit.
c. Anemia
Anemia adalah penurunan sel darah merah yang ditandai
dengan penurunan Hb (Hemoglobin). Karena Hb letaknya
didalam sel darah merah. Penurunan sel darah merah dapat
menyebabkan lemah, mudah lelah, tampak pucat.
c. Sistem integumen
Kerontokan rambut terjadi karena kemoterapi menargetkan semua
sel yang dapat membelah dengan sangat cepat. Folikel rambut
adalah struktur dalam kulit yang berfungsi menumbuhkan rambut.
Folikel adalah salah satu sel dengan laju pertumbuhan tercepat
dalam tubuh. Selama menjalani kemoterapi bekerja untuk
menghancurkan sel kanker, prosedur ini juga akan menghancurkan
sel-sel rambut. Kerontokan rambut bersifat sementara, biasanya
terjadi dua atau tiga minggu setelah kemoterapi dimulai. Dapat
juga menyebabkan rambut patah didekat kulit kepala. Dapat terjadi
seminggu setelah kemoterapi (Ariani, 2015).
d. Sistem reproduksi
Terjadinya kekeringan cairan pada vagina karna efek terapi yang di
berikan dan dapat mengganggu hubungan seksual (Ariani, 2015).

9. Pemeriksaan Diagnostik Kanker Serviks


Menurut diananda (2008) dan Ariani (2015) pemeriksaan diagnostik
untuk menentukan kanker serviks sebagai berikut :
1. Schillentest
Epitel karsinoma serviks tidak mengandung glycogen karena tidak
mengikat yodium. Kalau porsio diberi yodium maka epitel karsinoma

Poltekkes Kemenkes
yang normal akan berwarna coklat tua, sedang yang terkena karsinoma
tidak berwarna.
2. Koloskopi
Memeriksa dengan menggunakan alat untuk melihat serviks dengan
lampu dan dibesarkan 10-40 kali.
Keuntungan ; dapat melihat jelas daerah yang bersangkutan sehingga
mudah untuk melakukan biopsy.
Kelemahan ; hanya dapat memeiksa daerah yang terlihat saja yaitu
porsio, sedang kelianan pada skuamosa columnar junction dan intra
servikal tidak terlihat.
3. Kolpomikroskopi
Melihat hapusan vagina (Pap Smear) dengan pembesaran sampai 200
kali
4. Biopsi
Dengan biopsi dapat ditemukan atau ditentukan jenis karsinomanya
5. Konisasi
Dengan cara mengangkat jaringan yang berisi selaput lendir serviks
dan epitel gepeng dan kelenjarnya. Konisasi dilakukan bila hasil
sitologi meragukan dan pada serviks tidak tampak kelainan-kelainan
yang jelas.
6. pemeriksaan lainnya.
a. Pemeriksaan hematology (Hb, Ht, lekosit, trombosit, LED,
golongan darah, masa peredaran dan masa pembekuan)
b. Pemeriksaan biokimia darah meliputi SGOt dan SGPT.
c. Pemeriksaan kardiovaskular, antara lain EKG.
d. Pemeriksaan system respiratorius dan urologi serta tes alergi
terhadap obat.

10. Penatalaksanaan Kanker Serviks


a. Penatalaksanaan Medis
Menurut Tanto (2014) penatalaksanaan medis secara umum
berdasarkan stadium kanker serviks:

Poltekkes Kemenkes
Tabel 2.2
Penatalaksanaan medis berdasarkan stadium kanker serviks
STADIUM PENATALAKSANAAN
Biopsi kerucut
0 Histerektomi transvaginal
Biopsi kerucut
Ia
Histerektomi transvaginal
Histerektomi radikal dengan limfadenektomi panggul dan
Ib,Iia evaluasi kelenjar limfe paraaorta (bila terdapat metastasis
dilakukan radioterapi pasca pembedahan
IIb, III, IV Histerektomi transvaginal
Radioterapi
IVa, Ivb Radiasi paliatif
Kemoterapi

Menurut Ariani (2015) dan Diananda (2008) pilihan pengobatan yang


bisa dilakukan adalah pembedahan, terapi radiasi (radioterapi),
kemoterapi, atau kombinasi metode-metode tersebut.
1. Operasi atau pembedahan
Pembedahan merupakan pilihan untuk perempuan dengan kanker
serviks stadium I dan II.
a. Trakelektomi radikal (Radical Trachelectomy)
Mengambil leher rahim, bagian dari vagina, dan kelenjar getah
bening di panggul. Pilihan ini dilakukan untuk perempuan
denga tumor kecil yang ingin mencoba untuk hamil di
kemudian hari.
b. Histerektomi total
Mengangakat leher rahim dan rahim.
c. Histerektomi radikal
Mengangkat leher rahim, beberapa jaringan di sekitar leher
rahim, rahim, dan bagian dari vagina.
d. Saluran telur dan ovarium
Mengangkat kedua saluran tuba dan ovarium. Pembedahan ini
disebut salpingo-ooforektomi.

Poltekkes Kemenkes
e. Kelenjar getah bening
Mengambil kelenjar getah bening dekat tumor untuk melihat
apakah mengandung leher rahim. Jika sel kanker telah
histerektomy total dan radikal mencapai kelenjar getah bening,
itu berarti penyakit ini mungkin telah menyebar ke bagian lain
dari tubuh.
2. Radioterapi
Radioterapi adalah salah satu pilihan bagi perempuan yang
menderita kanker serviks dengan stadium berapa pun. Perempuan
dengan kanker serviks tahap awal dapat memilih terapi sebagai
pengganti operasi. Hal ini juga dapat digunakan setelah operasi
untuk menghancurkan sel-sel kanker apa pun yang masih di daerah
tersebut. Perempuan dengan kanker yang menyerang bagian-
bagian selain kenker serviks mungkin perlu diterapi radiasi dan
kemoterapi.Terapi radiasi menggunakan sinar berenergi tinggi
untuk membunuh sel-sel kanker. Terapi ini mempengaruhi sel-sel
di daerah yang diobati. Ada dua jenis terapi ini :
a. Terapi radiasi eksternal
Sebuah mesin besar akan mengarahkan radiasi pada panggul
atau jaringan lain di mana kanker telah menyebar. Pengobatan
biasanya di berikan di rumah sakit. Penderita mungkin
menerima radiasi eksternal 5 hari seminggu selama beberapa
minggu. Setiap pengobatan hanya memakan waktu beberapa
menit.
b. Terapi radiasi internal
Sebuah tabung tipis yang ditempatkan di dalam vagina. Suatu
zat radioaktif di masukkan ke dalam tagung tersebut. Penderita
mungkin harus tinggal di rumah sakit sementara sumber
radioaktif masih beradadi tempatnya (samapai 3 hari).

Efek samping tergantung terutama pada seberapa banyak radiasi


diberikan dan tubuh bagian mana yang di terapi.radiasi pada perut

Poltekkes Kemenkes
dan panggul dapat menyebabkan mual, muntah, diare, atau
masalah eliminasi. Penderita mungkin kehilangan rambut di daerah
genital. Selain itu, kulit penderita di daerah yang dirawat menjadi
merah, kering, dan tender.
3. Kemoterapi
Kemoterapi telah digunakan untuk pengobatan kanker sejak tahun
1950-an dan diberikan sebelum operasi untuk memperkecil ukuran
kanker yang akan di operasi atau sesudah operasi untuk
membersihkan sisa-sisa sel kanker, kadang dikombinasikan dengan
terapi radiasi tapi kadang juga tidak. Kemoterapi ini biasanya
diberikan dalam tablet/pil, suntikan, atau infus. Jadwal pemberian
ada yang setiap hari, sekali seminggu atau bahkan sekali sebulan.
Efek samping yang terjadi terutama tergantung pada jenis obat-
obatan yang diberikan dan seberapa banyak.kemoterapi membunuh
sel-sel kanker yang tumbuh cepat, terapi juga dapat
membahayakan sel-sel normal yang membelah dengan cepat, yaitu:
a. Sel darah
Bila kemoterapi menurunkan kadar sel darah merah yang sehat,
penderita akan lebih mudah terkena infeksi, mudah memar atau
berdarah, dan merasa sangat lemah dan lelah.
b. Sel-sel pada akar rambut
Kemoterapi dapat menyebabkan rambut rontok. Rambut
penderita yang hilang akan tumbuh lagi, tetapi kemungkinan
mengalami perubahan warna dan tekstur.
c. Sel yang melapisi saluran pencernaan
Kemoterapi menurunkan nafsu makan, mual-mual dan muntah,
diare, atau infeksi pada mulut dan bibir.

Efek samping lainnya termasuk ruam kulit, kesemutan atau mati rasa
di tangan dan kaki, masalah pendengaran, kehilangan keseimbangan,
nyeri sendi, atau kaki bengkak.

Poltekkes Kemenkes
Menurut Reeder dkk (2013), penatalksanaa pada kanker serviks yaitu:
1) Stadium I
Kanker serviks pada stadium IA ditangani dengan histerktomi atau
dengan radioterapi, karena kanker masih terbatas di daerah
serviks.
2) Stadium IB dan IIA
Pada stadium ini ditangani dengan histerektomi total dan
limfadektomi bilateral.
3) Stadium IIB sampai IVB
Pada stadium ini kanker sudah menyebar melewati daerah serviks
sampai ke organ lain. Penanganan yang dilakukan biasanya
dengan radioterapi.

b. Penatalaksanaan Keperawatan
Asuhan keperawatan meliputi pemberian edukasi dan informasi untuk
meningkatkan pengetahuan pasien dan mengurangi kecemasan serta
ketakutan pasien. Perawat mendukung kemampuan pasien dalam
perawatan diri untuk meningkatkan kesetahan dan mencegah
komlipakai. Perawat perlu mengidentifikasi bagaimana pasien dan
pasangannya memandang kemampuan reproduksi wanita dan
memaknai setiap hal yang berhubungan dengan kemampuan
reproduksinya. Bagi sebagian wanita, masalah harga diri dan citra
tubuh yang berat dapat muncul saat mereka tidak dapat lagi
mempunyai anak. Pasangan mereka sering sekali menunjukkan sikap
yang sama, yang merendahkan wanita yang tidak dapat memberikan
keturunan.

Intervensi berfokus pada upaya membantu pasien dan pasangannya


untuk menerima berbagai perubahan fisik dan psikologis akibat
masalah tersebut serta menemukan kualitas lain dalam diri wanita
sehingga ia dapat di hargai. Bahkan, sekalipun kehilangan uterus dan
kemampuan reproduksi tidak terlalu mempengaruhiharga diri dan

Poltekkes Kemenkes
cintra tubuhnya, wanita tetap memerlukan penguatan atas peran
lainnya yang berharga sebagai seorang manusia. Wanita yang
mengalami nyeri hebat ketika menstruasi dan sangat mengganggu
aktivitas rutinnya menganggap penanggulanagn seperti histerektomi,
sebagai pemecahan masalah.

Apabila terdiagnosis menderita kanker, banyak wanita merasa


hidupnya lebih terancam dan perasan ini jauh lebih penting
dibandingkan kehilangan kemampuan reprpduksi. Intervensi
keperawatan kemudian difokuskan untuk membantu pasien
mengekspresikan rasa takut, membuat parameter harapan yang
realistis, memperjelas nilai dan dukungan spiritual, meningkatkan
kualitas sumber daya keluarga dan komunitas, dan menemukan
kekuatan diri untuk menghadapi masalah (Reeder, dkk, 2013).

Poltekkes Kemenkes
B. Konsep Asuhan Keperawatan Kanker Serviks Post Kemoterapi
1. Pengkajian keperawatan
a. Anamnesis
1. Data dasar
Pengumpulan data pada pasien dan keluarga dilakukan dengan cara
anamnesa, pemeriksaan fisik dan melalui pemeriksaan penunjang
(hasil laboratorium).
2. Identitas pasien
Meliputi nama lengkap, tempat/tanggal lahir, umur, jenis kelamin, ,
agama, alamat, pendidikan, pekerjaan, asal suku bangsa, tanggal
masuk rumah sakit, no medical record (MR), nama orang tua, dan
pekerjaan orang tua.
3. Identitas penanggung jawab
Meliputi nama, umur, pekerjaan dan hubungan dengan pasien.
4. Riwayat kesehatan
a. Keluhan utama
Biasaya pasien datang kerumah sakit dengan keluhan seperti
tpendarahan intra servikal dan disertai keputihan yang
menyerupai air dan berbau (Padila, 2015). Pada pasien kanker
serviks post kemoterapi biasanya datang dengan keluhan mual
muntah yang berlebihan, tidak nafsu makan, anemia.
b. Riwayat kesehatan sekarang
Menurut Diananda (2008) biasanya pasien pada stadium awal
tidak merasakan keluhan yang mengganggu, baru pada stadium
akhir yaitu stadium 3 dan 4 timbul keluhan seperti keputihan
yang berbau busuk, perdarahan setelah melakukan hubungan
seksual, rasa nyeri disekitar vagina, nyeri pada panggul. Pada
pasien kanker serviks post kemoterapi biasanya mengalami
keluhan mual muntah yang berlebihan, tidak nafsu makan, dan
anemia.

Poltekkes Kemenkes
c. Riwayat kesehatan dahulu
Biasanya pada pasien kanker serviks memiliki riwayat
kesehatan dahulu seperti riwayat penyakit keputihan, riwayat
penyakit HIV/AIDS (Ariani, 2015). Pada pasien kanker serviks
post kemoterapi biasanya ada riwayat penyakit keputihan dan
riwayat penyakit HIV/AIDS.
d. Riwayat kesehatan keluarga
Biasanya riwayat keluarga adalah salah satu faktor yang paling
mempengaruhi karena kanker bisa dipengaruhi oleh kelainan
genetika. Keluraga yang memiliki riwayat kanker didalam
keluarganya lebih berisiko tinggi terkena kanker dari pada
keluraga yang tidak ada riwayat didalam keluarganya
(Diananda, 2008).
5. Riwayat Obstetri
Untuk mengetahui riwayat obstetri pada pasien dengan kanker
serviks yang perlu diketahui adalah:
a. Keluhan haid
Dikaji tentang riwayat menarche dan haid terakhir, sebab kanker
serviks tidak pernah ditemukan sebelumnya menarche dan
mengalami atropi pada masa menopose.
Siklus menstruasi yang tidak teratur atau terjadi pendarahan
diantara siklus haid adalah salah tanda gejala kanker serviks.
b. Riwayat kehamilan dan persalinan
Jumlah kehamilan dan anak yang hidup karna kanker serviks
terbanyak pada wanita yang sering partus, semakin sering partus
semakin besar kemungkinan resiko mendapatkan karsinoma
serviks (Aspiani, 2017).
6. Riwayat psikososial
Biasanya tentang penerimaan pasien terhadap penyakitnya serta
harapan terhadap pengobatan yang akan dijalani, hubungan dengan
suami/keluarga terhadap pasien dari sumber keuangan. Konsep diri
pasien meliputi gambaran diri peran dan identitas. Kaji juga

Poltekkes Kemenkes
ekspresi wajah pasien yang murung atau sedih serta keluhan pasien
yang merasa tidak berguna atau menyusahkan orang lain (Reeder,
dkk, 2013). Pada pasien kanker serviks post kemoterapi biasanya
mengalami keluhan cemas dan ketakutan.
7. Riwayat kebiasaan sehari-hari
Biasanya meliputi pemenuhan kebutuhan nutrisi, elimenasi,
aktivitas pasien sehari-hari, pemenuhan kebutuhan istirahat dan
tidur (Padila, 2015). Pada pasien kanker serviks post kemoterapi
biasanya mengalami keluhan tidak nafsu makan, kelehan, gangguan
pola tidur.
8. Pemeriksaan fisik, meliputi :
a. Keadaan umum: biasanya pasien kanker serviks post kemoterapi
sadar,lemah dan tanda-tanda vital normal (120/80 mmHg).
b. Kepala : Biasanya pada pasien kanker serviks post kemoterapi
mengalami rambut rontok, mudah tercabut.
c. Mata : Biasanya pada pasien kanker serviks post kemoterapi
mengalami konjungtiva anemis dan skelera ikterik.
d. Leher : Biasanya pada pasien kanker serviks post kemoterapi
tidak ada kelainan
e. Thoraks:
Dada : biasanya pada pasien kanker serviks post kemoterapi
tidak ada kelainan
Jantung : biasanya pada pasien kanker serviks post kemoterapi
tidak ada kelainan
f. Abdomen : biasanya pada pasien kanker serviks post kemoterapi
tidak ada kelainan
g. Genetalia : Biasanya pada pasien kanker serviks mengalami
sekret berlebihan, keputihan, peradangan, pendarahan dan lesi
(Brunner & suddarth, 2015). Pada pasien kanker serviks post
kemoterapi biasanya mengalami perdarahan pervaginam.
h. Ekstermitas : Biasanya pada pasien kanker serviks yang stadium
lanjut mengalami udema dan nyeri (Brunner & suddarth, 2015).

Poltekkes Kemenkes
Pada pasien kanker serviks post kemoterapi biasanya mengalami
kesemutan atau kebas pada tangan dan kaki.
9. Pemeriksaan penunjang.
1) Pemeriksaan hematologi
Biasanya pada pasien kanker serviks post kemoterapi
mengalami anemia karna penurunan Haemoglobin. Nilai
normalnya Haemoglobin wanita (12-16 gr/dl).

2. Diagnosis Keperawatan yang mungkin muncul


Menurut NANDA (2015-2017), kemungkinan masalah yang muncul
adalah sebagai berikut :
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis (penekanan sel
syaraf)
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan kurang asupan makanan
3. Ansietas berhubungan dengan status kesehatan menurun
4. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan agens farmaseutikal
5. Resiko infeksi berhubungan dengan imunosupresi

6. Disfungsi seksual berhubungan dengan gangguan struktur tubuh

7. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan program pengobatan

8. Resiko pendarahan berhubungan dengan Koagulopati inheren


(trombositopenia)

9. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan


aktif

10. Hipertermi berhubungan dengan peningkatan laju metabolisme tubuh

Poltekkes Kemenkes
3. Rencana Keperawatan
Tabel 2.2 Rencana Keperawatan

DIAGNOSIS KEPERAWATAN NOC NIC


Nyeri akut berhubungan dengan agen Setelah dilakukan tindakan keperawatan, pasien Manajemen Nyeri
cedera biologis (penekanan sel syaraf) mampu mengontrol nyeri dengan kriteria hasil : 1) Lakukan pengkajian nyeri komprehensif yang
a. Tingkat nyeri meliputi lokasi, karakteristik, onset/durasi,
Defenisi : pengalaman sensori dan 1) Mengenali kapan nyeri terjadi frekuensi, kualitas, intensitas atau beratnya nyeri
emosional tidak menyenangkan yang 2) Menggambarkan faktor penyebab dan faktor pencetus
muncul akibat kerusakan jaringan aktual 3) Melaporkan perubahan terhadap gejala 2) Observasi adanya petunjuk nonverbal mengenai
atau potensial atau yang digambarkan nyeri pada profesional kesehatan ketidaknyamanan terutama pada mereka yang tidak
sebagai kerusakan. 4) Mengenali apa yang terkait dengan gejala dapat berkomunikasi secara efektif
nyeri 3) Gunakan strategi komunikasi terapeutik
Batasan Karaktreristik : 5) Melaporkan nyeri yang terkontrol 4) Gali pengetahuan dan kepercayaan pasien
1) Bukti nyeri dengan menggunakan mengenai nyeri
standar periksa nyeri untuk pasien yang b. Pengetahuan: manajemen nyeri 5) Gali bersama pasien faktor-faktor yang dapat
tidak mengungkapkannya 1) Mengetahui faktor penyebab menurunkan atau memperberat nyeri
2) Fokus menyempit 2) Mengetahui tanda dan gejala 6) Berikan informasi mengenai nyeri seperti
3) Fokus pada diri sendiri 3) Mengetahi efek samping terapeutik obat penyebab nyeri, berapa lama nyeri akan dirasakan,
4) Keluhan tentang intensitas dan antisipasi dari ketidaknyamanan akibat
menggunakan standar skala nyeri c. Respon pengobatan prosedur
5) Laporan tentang perilaku 1) Pasien mengetahui efek sampingnya 7) Ajarkan prinsip-prinsip manajemen nyeri
nyeri/perubahan aktivitas 2) Tidak ada reaksi alergi 8) Ajarkan penggunaan teknik non farmakologi
6) Mengekspresikan perilaku (mis., 3) Tidak ada efek prilaku dari pengobatan (terapi relaksasi)
gelisah, merengek, menangis, waspada) 9) Evaluasi keefektifan dari tindakan pengontrol
7) Perubahan selera makan nyeri yang dipakai selama pengkajian nyeri
8) Putus asa dilakukan
9) Sikap melindungi area nyeri 10) Dukung istirahat/tidur yang adekuat untuk
10) Sikap tubuh melindungi membantu penurunan nyeri

Pemberian Analgesik

Poltekkes Kemenkes
1) Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas dan

Poltekkes Kemenkes
keparahan nyeri sebelum mengobati pasien
2) Cek perintah pengobatan meliputi obat, dosis, dan
frekuensi obat analgesik yang diresepkan
3) Cek adanya riwayat alergi obat
4) Pilih analgesik atau kombinasi analgesik yang
sesuai ketika lebih dari satu diberikan
5) Tentukan pilihan obat analgesik (narkotik, non
narkotik atau NSAID) berdasarkan tipe dan
keparahan nyeri
6) Kolaborasi dengan dokter apakah obat, dosis, rute
pemberian atau perubahan interval dibutuhkan,
buat rekomendasi khusus berdasarkan prinsip
analgesik
7) Monitor tanda vital sebelum dan setelah
memberikan analgesik narkotik pada pemberian
dosis pertama kali atau jika ditemukan tanda-
tanda yang tidak biasanya
8) Berikan analgesik tambahan dan atau pengobatan
jika diperlukan untuk mengingkatkan efek
pengurangan nyeri
9) Lakukan tindakan-tindakan untuk menurunkan
efek samping analgesik (misalnya: konstipasi dan
iritasi lambung)
10) Evaluasi kefektifan analgesik dengan interval
yang teratur pada setiap setelah pemberian
khususnya setelah pemberian pertama kali, juga
observasi adanya tanda dan gejala efek samping
(misalnya: depresi pernafasan, mual dan muntah,
mulut kering dan konstipasi)
11) Dokumentasikan respon terhadap analgesik
dan adanya efek samping
12) Evaluasi dan dokumentasi tingkat sedasi dari
pasien yang menerima opioid

Poltekkes Kemenkes
Manajemen Obat
1) Tentukan obat yang diperlukan dan kelola
menurut resep dan / atau protokol
2) Monitor efektifitas cara pemberian obat yang
sesuai
3) Monitor pasien mengenai efek terapeutik obat
4) Monitor tanda dan gejala toksisitas obat
5) Monitor level serum darah ( misalnya: elektrolit,
protrombin, obat-obatan) yang sesuai
6) Monitor interaksi obat yang non terpeutik
7) Monitor respon terhadap perubahan pengobatan
dengan cara yang tepat

Manajemen Energi
1) Kaji status fisiologis pasien yang menyebabkan
kekelahan sesuai dengan konteks usia dan
perkembangan
2) Anjurkan pasien untuk mengungkapkan perasaan
secara verbal mengenai keterbatasan yang dialami
3) Tentukan persepsi pasien atau orang terdekat
dengan pasien mengenai penyebab kelelahan
4) Perbaiki defisit status pisiologis (misalnya,
kemoterapi yang menyebabkan anemia) sebagai
prioritas pertama
5) Monitor intake/asupan nutrisi untuk mengetahui
sumber energi yang adekuat
6) Monitor waktu dan lama istirahat pasien
7) Kurangi ketidaknyamanan fisik yang dialami
pasien yang bisa mempengaruhi fungsi kognitif,
pemnatauan diri dan pengaturan aktivitas pasien
8) Bantu pasien untuk mengidentifikasi kegiatan
rumah yang bisa dilakukan oles keluarga dan

Poltekkes Kemenkes
teman dirumah untuk mencegah/mengatasi
kelelahan
9) Instrusikan pasien atau keluarga mengenali tanda
dan gejala kelelahan yang memerlukan
pengurangan aktivitas
10) Instruksikan pasien atau keluarga mengenai
stres dan koping intervensi untuk mengurangi
kelelahan
11) Ajarkan pasien atau keluarga untuk
menghubungi tenaga kesehatan jika tanda dan
gejala kelelahan tidak berkurang
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari Setelah dilakukan tindakan keperawatan, nafsu Manajemen Gangguan Makan
kebutuhan tubuh berhubungan dengan makan pasien baik dengan kriteria hasil : 1) Kolaborasi dengan tim kesehatan lain untuk
kurang asupan makanan a. Status nutrisi : asupan makanan dan cairan mengembangkan rencana perawatan dengan
1) Asupan makanan secara oral adekuat melibatkan pasien dan orang-orang terdekatnya
Defenisi : asupan nutrisi tidak cukup untuk 2) Asupan cairan secara oral adekuat dengan tepat
memenuhi kebutuhan metabolik 3) Asupan cairan IV adekuat 2) Kolaborasi dengan tim dan pasien untuk mengatur
4) Asupan nutrisi parenteral adekuat target pencapaian berat badan jika berat badan
Batasan Karakteristik : 5) Tidak ada mual dan muntah pasien tidak berada dalam rentang normal
1) Berat badan 20 % atau lebih dari bawah 3) Kolaborasi dengan ahli gizi dalam menentukan
rentang berat badan ideal b. Nafsu makan asupan kalori harian yang diperlukan
2) Bising usus hiperaktif 1) Peningkatan keinginan untuk makan 4) Dorong pasien untuk mendiskusikan makanan
3) Cepat kenyang setelah makan 2) Peningkatan rangsangan untuk makan yang disukai bersama ahli gizi
4) Diare 3) Intake makanan adekuat 5) Timbang berat badan pasien
5) Gangguan sensasi rasa 6) Monitor intake/asupan dan asupan cairan secara
6) Kehilangan rambut berlebihan tepat
7) Kelemahan otot pengunyah 7) Monitor asupan kalori makanan harian
8) Kelemahan otot untuk menelan 8) Batasi makanan sesuai dengan jadwal
9) Kerapuhan kapiler 9) Observasi pasien selama dan setelah pemberian
10) Kesalahan informasi makan/makanan ringan untuk meyakinkan bahwa
11) Kesalahan persepsi asupan makanan yang cukup tercapai dan
12) Ketidakmampuan memakan makanan dipertahankan
13) Kram abdomen 10) Beri dulungan misalnya terapi relaksasi

Poltekkes Kemenkes
14) Kurang minat pada makanan 11) Batasi aktivitas fisik sesuai kebutuhan untuk
meningkatkan berat badan
12) Monitor berat badan pasien sesuai secara
rutin

Manajemen Nutrisi
1) Tentukan status gizi pasien
2) Identifikasi alergi dan intoleransi terhadap
makanan
3) Atur diit yang diperlukan (rendah protein, tinggi
karbohidrat, rendah natrium)
4) Beri obat-obatan sebelum makan seperti
antiemeik
5) Anjurkan diit pasien sesuai kebutuhan
6) Monitor kalori dan asupan nutrisi

Monitor Nutrisi
1) Timbang berat badan pasien
2) Identifikasi adanya penurunan berat badan
3) Monitor turgor kulit
4) Monitor adanya mual muntah
5) Identifikasi perubahan nafsu makan
6) Monitor pucat pada konjungtiva
7) Lakukan kemampuan menelan
8) Tentukan faktor yang mempengaruhi nutrisi
Ansietas berhubungan dengan status Setelah dilakukan tindakan keperawatan, pasien Pengurangan Kecemasan
kesehatan menurun mampu mengontrol kecemasan dengan kriteria 1) Gunakan pendekatan yang tenang dan
hasil : meyakinkan
Defenisi : perasaan tidak nyaman atau 1) Mengurangi penyebab kecemasan 2) Jelaskan semua prosedur termasuk sensai yang
kekhawatiran yang samar disertai respons 2) Menggunakan strategi koping yang akan dirasakan yang mungkin dialami pasien
otonom (sumber sering kali tidak spesifik efektif selama prosedur
atau tidk diketahui oleh individu) perasaan 3) Menggunakan teknik relaksasi 3) Berikan informasi faktual terkait diagnosis,
takut yang disebabkan oleh antisipasi 4) Mempertahankan hubungan sosial perawatan, dan prognosis

Poltekkes Kemenkes
terhadap bahaya. Hal ini merupakan isyarat 5) Mempertahankan tidur adekuat 4) Dorong keluarga untuk mendampingi pasien
kewaspadaan yang memperingatkan 6) Mengendalikan respon kecemasan dengan cara yang tepat
individu akan adanya bahaya dan 5) Puji/kuatkan perilaku yang baik secara tepat
memampukan individu untuk tidak 6) Bantu pasien mengidentifikasikan situasi yang
menghadapi ancaman memicu kecemasan

Peningkatan Koping
Batasan Karakteristik : 1) Bantu pasien dalam mengidentifikasi tujuan
1) Agitasi jangka pendek dan jangka panjang
2) Gelisah 2) Berikan penilaian (kemampuan) penyesuaian
3) Gerakan ekstra pasien terhadap perubahan-perubahan dalam citra
4) Insomnia tubuh sesuai dengan indikasi
5) Kontak mata buruk 3) Berikan penilaian mengenai dampak dari situasi
6) Melihat sepintas kehidupan pasien terhadap peran dan hubungan
7) Mengekspresikan kekhawatiran 4) Dukung pasien untuk mengidentifikasi deskripsi
karena perubahan dalam peristiwa yang realistik terhadap perubahan dalam peran
hidup 5) Berikan penilaian mengenai pemahaman pasien
8) Penurunan produktivitas terhadap proses penyakit
9) Perilaku mengintai 6) Bantu pasien untuk mengidentifikasi strategi-
10) Tampak waspada strategi positif untuk mengatasi keterbatasan dan
kebutuhan gaya hidup maupun perubahan peran

Terapi Relaksasi
1) Gambarkan rasionalisasi dan manfaat relaksasi
serta jenis relaksasi yang tersedia
2) Tentukan apakah ada intervensi relaksasi di masa
lalu yang sudah memberikan manfaat
3) Ciptakan lingkungan yang tenang dan tanpa
distraksi
4) Dorong pasien untuk mengambil posisi yang
nyaman
5) Minta pasien untuk rileks dan merasakan sensasi
yang terjadi

Poltekkes Kemenkes
6) Tunjukkan dan praktikkan teknik relaksasi pada
pasien
7) Dorong pengulangan teknik dan praktik-praktik
tertentu secara berkala
8) Berikan waktu yang tidak terganggu
Hambatan mobilitas fisik berhubungan Setelah dilakukan tindakan keperawatan, pasien Manajemen Energi
dengan agens farmaseutikal mampu mempertahankan keseimbangan secara 1) Kaji status fisiologis pasien yang menyebabkan
mandiri dengan kriteria hasil : kekelahan sesuai dengan konteks usia dan
Defenisi : keterbatasan dalam gerakan fisik 1) Keseimbangan gerakan perkembangan
atau satu atau lebih ekstermitas secara 2) Mempertahankan keseimbangan ketika 2) Anjurkan pasien untuk mengungkapkan perasaan
mandiri dan terarah. berdiri secara verbal mengenai keterbatasan yang dialami
3) Mempertahankan keseimbangan ketika 3) Tentukan persepsi pasien atau orang terdekat
Batasan Karakteristik : berjalan dengan pasien mengenai penyebab kelelahan
1) Ketidaknyamanan 4) Perbaiki defisit status pisiologis (misalnya,
2) Kesulitan membolak-balik posisi kemoterapi yang menyebabkan anemia) sebagai
3) Gerakan lambat prioritas pertama
5) Monitor intake/asupan nutrisi untuk mengetahui
sumber energi yang adekuat
6) Monitor waktu dan lama istirahat pasien
7) Kurangi ketidaknyamanan fisik yang dialami
pasien yang bisa mempengaruhi fungsi kognitif,
pemnatauan diri dan pengaturan aktivitas pasien
8) Bantu pasien untuk mengidentifikasi kegiatan
rumah yang bisa dilakukan oleh keluarga dan
teman dirumah untuk mencegah/mengatasi
kelelahan
9) Instrusikan pasien atau keluarga mengenali tanda
dan gejala kelelahan yang memerlukan
pengurangan aktivitas
10) Instruksikan pasien atau keluarga mengenai
stres dan koping intervensi untuk mengurangi
kelelahan
11) Ajarkan pasien atau keluarga untuk

Poltekkes Kemenkes
menghubungi tenaga kesehatan jika tanda dan
gejala kelelahan tidak berkurang

Manajemen Lingkungan
1) Ciptakan lingkungan yang aman bagi pasien
2) Identifikasi kebutuhan keselamatan pasien
berdasarkan fungsi fisik dan kognitif serta riwayat
perilaku di masa lalu
3) Singkirkan benda-benda berbahayadari
lingkungan
4) Batasi pengunjung

Peningkatan Mekanika Tubuh


1) Bantu untuk mendemonstrasikan posisi tidur yang
tepat
2) Bantu untuk menghindari duduk dalam jangka
waktu yang lama
3) Instruksikan pasien untuk menggerakkan kaki
terlebih dahulu kemudian badan ketika memulai
berjalan dari posisi berdiri
Resiko infeksi berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan keperawatan, pasien Kontrol Infeksi
imunosupresi mampu mengontrol resiko proses infeksi dengan 1) Bersihkan lingkungan dengan baik setelah
kriteria hasil : dilakukan untuk setiap pasien
Defenisi : rentan mengalami invasi dan 1) Mengidentifikasi faktor resiko infeksi 2) Batasi jumlah pengunjung
multiplikasi organisme patogenik yang 2) Mengenali faktor resiko individu terkait 3) Ajarkan cara cuci tangan bagi tenaga kesehatan
dapat mengganggu kesehatan infeksi 4) Anjurkan pasien mengenai teknik mencuci tangan
3) Mengetahui perilaku yang berhubungan dengan tepat
Batasan Karakteristik : dengan resiko infeksi 5) Anjurkan pengunjung untuk mencuci tangan pada
1) kurang pengetahuan untuk menghindari 4) Mengidentifikasi tanda dan gejala infeksi saat memasuki dan meninggalkan ruangan pasien
pemajanan 5) Memonitor perilaku diri yang 6) Gunakan sabun antimikroba
2) malnutrisi berhubungan dengan resiko infeksi 7) Cuci tangan sebelum dan sesudah kegiatan
3) gangguan integritas kulit 6) Memonitor faktor di lingkungan yang perawatan pasien
4) prosedur invasif berhubungan dengan resiko infeksi 8) Lakukan tindakan-tindakan pencegahan yang

Poltekkes Kemenkes
5) perubahan pH sekresi 7) Mencuci tangan bersifat universal
8) Mempertahankan lingkungan yang bersih 9) Pakai sarung tangan steril dengan tepat
10) Pastikan teknik perawatan luka yang tepat
11) Berikan terapi antibiotik yang sesuai
12) Ajarkan pasien dan keluarga mengenai tanda
dan gejala infeksi
13) Ajarkan pasien dan keluarga mengenai
bagaimana menghindari infeksi

Perlindungan Infeksi
1) Monitor adanya tanda dan gejala infeksi sistemik
atau lokal
2) Monitor kerentanan terhadap infeksi
3) Monitor hitung mutlak granulosit, WBC, dan
hasil-hasil diferensial
4) Batasi jumlah pengunjung
5) Berikan perawatan kulit yang tepat untuk area
(yang mengalami) edema
6) Tingkatkan asupan nutrisi yang cukup
7) Anjurkan asupan cairan yang tepat
8) Anjurkan istirahat
9) Ajarkan pasien atau keluarga mengenai tanda dan
gejala infeksi dan kapan harus melaporkannya
kepada petugas kesetahan
10) Ajarkan pasien dan keluarga bagaimana cara
menghindari infeksi

Manajemen Nutrisi
1) Tentukan status gizi pasien
2) Identifikasi alergi dan intoleransi terhadap
makanan
3) Atur diit yang diperlukan (rendah protein, tinggi
karbohidrat, rendah natrium)

Poltekkes Kemenkes
4) Beri obat-obatan sebelum makan seperti
antiemeik
5) Anjurkan diit pasien sesuai kebutuhan
6) Monitor kalori dan asupan nutrisi

Monitor Nutrisi
1) Timbang berat badan pasien
2) Identifikasi adanya penurunan berat badan
3) Monitor turgor kulit
4) Monitor adanya mual muntah
5) Identifikasi perubahan nafsu makan
6) Monitor pucat pada konjungtiva
7) Lakukan kemampuan menelan
8) Tentukan faktor yang mempengaruhi nutrisi
Disfungsi seksual berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan keperawatan, status Pengurangan Kecemasan
gangguan struktur tubuh kesehatan baik dengan kriteria hasil : 1) Gunakan pendekatan yang tenang dan
1) Mengenali realita situasi kesehatan meyakinkan
Defenisi : suatu kondisi ketika individu 2) Melaporkan harga diri yang positif 2) Nyatakan dengan jelas harapan terhadap perilaku
mengalami suatu perubahan fungsi seksual 3) Mempertahankan hubungan pasien
selama fase respons seksual berupa hasrat, 4) Menyesuaikan perubahan dalam status 3) Jelaskan semua prosedur termasuk sensai yang
terangsang, dan atau orgasme, yang kesehatan akan dirasakan yang mungkin dialami pasien
dipandang tidak memuaskan, tidak 5) Mencari informasi tentang kesehatan selama prosedur
bermakna, atau tidak adekuat 6) Melaporkan perasaan berharga dalam hidup 4) Berikan informasi faktual terkait diagnosis,
perawatan, dan prognosis
Batasan Karakteristik : 5) Dorong keluarga untuk mendampingi pasien
1) Gangguan aktivitas seksual dengan cara yang tepat
2) Gangguan eksitasi seksual 6) Puji/kuatkan perilaku yang baik secara tepat
3) Gangguan kepuasan seksual 7) Bantu pasien mengidentifikasikan situasi yang
4) Merasakan keterbatasan seksual memicu kecemasan
5) Penurunan hasrat seksual
6) Perubahan minat terhadap diri sendiri Peningkatan Peran
7) Perubahan minat terhadap orang lain 1) Bantu pasien untuk mengidentifikasi peran yang
8) Perubahan peran seksual biasanya dalam keluarga

Poltekkes Kemenkes
2) Bantu pasien untuk mengidentifikasi perubahan
peran khusus yang diperlukan terkait dengan sakit
3) Dukung pasien untuk mengidentifikasi gambaran
realistik dari adanya perubahan peran
4) Bantu pasien untuk mengidentifikasi strategi-
strategi positif unutk memanajemen perubahan-
perubahan peran
5) Fasilitasi diskusi mengenai bagaimana adaptasi
peran keluarga untuk dapat mengkompensasi
peran anggota yang sakit

Peningkatan Harga Diri


1) Monitor pernyataan pasien mengenai harga diri
2) Bantu pasien untuk penerimaan diri
3) Jangan mengkritisi pasien secara negatif
4) Sampaikan/ungkapkan kepercayaan diri pasien
dalam mengatasi situasi
5) Berikan hadiah atau pujian
6) Fasilitas lingkungan dan aktivitas-aktivitas yang
akan meningkatkan harga diri
7) Monitor tingkat harga diri dari waktu ke waktu
dengan tepat
Gangguan citra tubuh berhubungan Setelah dilakukan tindakan keperawatan, pasien Pengurangan Kecemasan
dengan program pengobatan mampu beradaptasi terhadap disabilitas fisik 1) Gunakan pendekatan yang tenang dan
dengan kriteria hasil : meyakinkan
Definisi : konfunsi dalam gambaran 1) Menyampaikan secara lisan kemampuan 2) Nyatakan dengan jelas harapan terhadap perilaku
mental lantang diri-fisik individu untuk menyesuaikan terhadap disabilitas pasien
2) Menyampaikan secara lisan penyesuaian 3) Jelaskan semua prosedur termasuk sensai yang
Batasan Karakteristik :
terhadap disabilitas akan dirasakan yang mungkin dialami pasien
1) Berfokus pada fungsi masa lalu 3) Beradaptasi terhadap keterbatasan secara selama prosedur
2) Berfokus pada penampilan masa lalu fungsional 4) Berikan informasi faktual terkait diagnosis,
3) Menekankan pencapaian 4) Mengidentifikasi cara-cara untuk perawatan, dan prognosis

Poltekkes Kemenkes
4) Personalisasi bagian tubuh dengan beradaptasi dengan perubahan hidup 5) Dorong keluarga untuk mendampingi pasien
nama dengan cara yang tepat
5) Personalisasi bagian tubuh yang 6) Puji/kuatkan perilaku yang baik secara tepat
menghilang 7) Bantu pasien mengidentifikasikan situasi yang
6) Menolak menerima perubahan memicu kecemasan
7) Menghindari menyentuh tubuh
8) Menyembunyikan bagian tubuh Peningkatan Citra Tubuh
1) Gunakan bimbingan antisipatif menyiapkan
perubahan-perubahan citra tubuh yang (telah)
diprediksikan
2) Bantu pasien untuk mendiskusikan perubahan-
perubahan (bagian tubuh) disebabkan adanya
penyakit atau pembedahan dengan cara yang tepat
3) Bantu pasien untuk menentukan keberlanjutan
dari perubahan-perubahan aktual dari tubuh atau
tingkat fungsinya
4) Tentukan perubahan fisik saat ini berkontribusi
pada citra diri pasien
5) Bantu memisahkan penampilan fisik dari perasaan
berharga secara pribadi dengan cara yang tepat

Peningkatan Harga Diri


1) Monitor pernyataan pasien mengenai harga diri
2) Tentukan kepercayaan diri pasien dalam hal
penilaian diri
3) Bantu pasien mengidentifikasi respon positif dari
orang lain
4) Eksplorasi alasan-alasan untuk mengkritik diri
atau rasa bersalah
5) Fasilitasi lingkungan dan aktivitas-aktivitas yang
akan meningkatkan harga diri
6) Sampaikan atau ungkapkan kepercayaan diri
pasien dalam mengatasi situasi

Poltekkes Kemenkes
Risiko pendarahan berhubungan Setelah dilakukan tindakan keperawatan, pasien Pencegahan Pendarahan
dengan Koagulopati inheren mampu beradaptasi terhadap respon pengobatan 1) Monitor dengan ketat risiko terjadinya
(trombositopenia) dengan kriteria hasil: pendarahan pada pasien
2) Catat nilai haemoglobin dan hematokrit sebelum
Defisi : rentan mengalami penurunan a. Koagulasi darah dan sesudah pasien kehilangan darah sesuai
volume yang dapat menggangu kesehatan 1. Haemoglobin normal indikasi
2. Hematokrit normal 3) Monitor tanda dan gejala pendaran menetap
Faktor Risiko : 3. Tidak ada memar 4) Monitor komponen koagulasi darah (termasuk
1) Koagulopati inheren (misal: protrombin time (PT), partial thromboplastin time
b. Pengetahuan: kanker (PTT), fibrinogen, degradasi fibrin/split product
trombositopenia) 1. Mengetahui efek samping obat dan trombosit, hitung dengan cara yang cepat
2. Mengetahui efek fisik dari pengobatan 5) Monitor tanda-tanda vital ortostatik, termasuk
kanker tekanan darah
3. Mengetahui efek samping terhadap 6) Beri produk-produk penggantian darah (misalnya:
seksualitas trombosit dan plasma beku segar (FFP)) dengan
4. Mengetahui masalah perawatan diri cara yang tepat
selama pemulihan 7) Intruksikan pasien untuk menghindari konsumsi
aspirin atau obat-obat antikoagulan
c. Respon pengobatan 8) Instruksikan pasien untuk meningkatkan makanan
1) Pasien mengetahui efek sampingnya yang mengandung vitamin K
2) Tidak ada reaksi alergi
3) Tidak ada efek prilaku dari pengobatan Manajemen kemoterapi
1. Memonitor efek samping dan efek toksik dari
pengobatan
2. Berikan informasi kepada pasien dan keluarga
tentang efek obat-obatan kemoterapi pada sel
kanker/ganas
3. Intruksikan pada pasien dan keluarga agar
melaporkan gejala demam, menggigil, pendarahan
hidung, memar yang sangat beasr dan BAB
berdarah
4. Telusuri pengalaman pasien sebelumnya
sehubungan dengan mual muntah terkait

Poltekkes Kemenkes
kemoterapi
5. Berikan obat-obatan untuk mengontrol efek
kemoterapi, jika dibutuhkan (misanya : obat
antiematik untuk mual dan muantah)
6. Ajarkan pasien teknik relaksasi dan imagery yang
dapat digunakan sebelum,selama dan sesudah
terapi dengan cara yang tepat
7. Monitur status nutrisi dan berat badan

Manajemen Obat
1) Tentukan obat yang diperlukan dan kelola
menurut resep dan / atau protokol
2) Monitor efektifitas cara pemberian obat yang
sesuai
3) Monitor pasien mengenai efek terapeutik obat
4) Monitor tanda dan gejala toksisitas obat
5) Monitor level serum darah ( misalnya: elektrolit,
protrombin, obat-obatan) yang sesuai
6) Monitor interaksi obat yang non terpeutik
7) Monitor respon terhadap perubahan pengobatan
dengan cara yang tepat
Kekurangan volume cairan Setelah dilakukan tindakan keperawatan, pasien Manajemen Diare
berhubungan dengan kehilangan cairan mampu mempertahankan keseimbangan volume 1) Evaluasi profil pengobatan terhadap adanya efek
aktif cairan dengan kriteria hasil : samping pada gastrointestinal
1) Tekanan darah normal (120/80 mmHg) 2) Ajari pasien cara penggunaan obat antidiare
Defenisi : penurunan cairan intravaskuler, 2) Nadi normal (60-100 x/menit) secara tepat
interstisial, dan / atau intraseluler. Ini 3) Keseimbnagan intake dan output dalam 24 3) Evaluasi kandungan nutrisi dari makanan yang
mengacu pada dehidrasi, kehilangan cairan jam sudah di komsumsi sebelumnya
saja dan tanpa perubahan kadar natrium. 4) Berat badan stabil 4) Monitor tanda dan gejala diare
5) Turgor kulit lembab 5) Amati turgor kulir secara berkala
Batasan Karakteristik : 6) Kelembaban membran mukosa 6) Intruksikan diet rendah serat, tinggi proteindan
1) Haus 7) Hematokrit normal tinggi kalori sesuai kebutuhan
2) Kelemahan 7) Ajari pasien cara menurunkan stres sesuai

Poltekkes Kemenkes
3) Kulit kering kebutuhan
4) Membran mukosa kering 8) Bantu pasien untuk melakukan teknik relaksasi
5) Peningkatan frekuensi nadi
6) Peningkatan hematokrit Manajemen cairan
7) Peningkatan suhu tubuh 1) Jaga intake dan output pasien
8) Penurunan tekanan darah 2) Monitor status hidrasi (misalnya : membran
9) Penurunan nadi mukosa lemban, denyut nadi adekuat dan tekanan
10) Penurunan turgor kulit darah ortostatistik)
3) Monitor hasil laboratorium yang relevan dengan
retensi cairan (misalnya : peningkatan BUN,
penurunan hematokrit dan peningkatan
osmolalitas urine)
4) Monitor tanda-tanda vital
5) Monitor makanan/cairan yang dikomsumsi dan
hitung asupan kalori harian
6) Berikan cairan IV
7) Atur ketersedian produk darah untuk transfusi,
jika perlu.
8) Persiapan pemberian produk darah (misalnya: cek
darah dan mempersiapkan pemasangan infus)
9) Berikan produk-produk darah (misalnya,
trombosit dan plasma yang baru)
Monitor Cairan
1) Tentukan jumlah dan jenis intake/asupan cairan
serta kebiasaan eliminasi
2) Tentukan faktor-faktor yang mungkin
menyebabkan ketidakseimbangan cairan
(mislanya kehilangan albumin, infeksi, muntah
dan diare)
3) Monitor berat badan
4) Monitor asupan dan pengeluaran
5) Monitor nilai kadar serum dan elektrolit urine
6) Monitor kadar serum albumin dan protein total

Poltekkes Kemenkes
7) Monitor kadar serum dan osmolalitas urine
8) Monitor tekanan darah, denyut nadi dan status
pernafsan
9) Monitor tekanan darah ortostatik dan perubahan
irama jantung dengan tepat
10) Monitor menbran mukosa, turgor kulit dan
respon haus
11) Berikan cairan yang tepat
Hipertermi berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan keperawatan, pasien Perawatan Demam
peningkatan laju metabolisme mampu mempertahankan suhu tubuh dalam 1) Pantau suhu dan tanda-tanda vital lainnya
keadaan normal dengan kriteria hasil: 2) Monitor warna kulit dan suhu
Definisi: suhu inti tubuh diatas kisaran a. Termoregulasi 3) Monitor asupan dan keluaran, sadari perubahan
normal diurnal kegagalan termogulasi. 1) Tingkat pernafasan tidak terganggu kehilangan cairan yang tak dirasakan
2) Melaporkan kenyamanan setelah suhu 4) Berikan obat atau cairan IV (misalnya: antipiretik,
Batasan Karakteristik: tubuh turun agen antibakteri dan agen anti menggigil)
1) Gelisah 3) Tidak terjadi perubahan warna kulit 5) Dorong komsumsi cairan
2) Kulit kemerahan 4) Tidak ada dehidrasi 6) Tingkatkan sirkulasi udara
3) Kulit terasa hangat
b. Status kenyamanan fisik Manajemen cairan
1) Suhu tubuh normal 1) Jaga intake dan output pasien
2) Tidak terganggu intake makanan 2) Monitor status hidrasi (misalnya : membran
3) Tidak terganggu intake cairan mukosa lemban, denyut nadi adekuat dan tekanan
4) Tingkat energi tidak terganggu darah ortostatistik)
3) Monitor hasil laboratorium yang relevan dengan
c. Keparahan infeksi retensi cairan (misalnya : peningkatan BUN,
1) Tidak ada kulit kemerahan penurunan hematokrit dan peningkatan
2) Tidak terjadi demam osmolalitas urine)
3) Tidak ada terjadi kehilangan nafsu makan 4) Monitor tanda-tanda vital
4) Tidak ada peningkatan jumlah sel darah 5) Monitor makanan/cairan yang dikomsumsi dan
putih hitung asupan kalori harian
6) Berikan cairan IV
d. Respon pengobatan 7) Atur ketersedian produk darah untuk transfusi,
4) Pasien mengetahui efek sampingnya jika perlu.

Poltekkes Kemenkes
5) Tidak ada reaksi alergi 8) Persiapan pemberian produk darah (misalnya: cek
6) Tidak ada efek prilaku dari pengobatan darah dan mempersiapkan pemasangan infus)
9) Berikan produk-produk darah (misalnya,
trombosit dan plasma yang baru)

Manajemen Obat
1) Tentukan obat yang diperlukan dan kelola
menurut resep dan / atau protokol
2) Monitor efektifitas cara pemberian obat yang
sesuai
3) Monitor pasien mengenai efek terapeutik obat
4) Monitor tanda dan gejala toksisitas obat
5) Monitor level serum darah ( misalnya: elektrolit,
protrombin, obat-obatan) yang sesuai
6) Monitor interaksi obat yang non terpeutik
7) Monitor respon terhadap perubahan pengobatan
dengan cara yang tepat

Pengaturan Suhu
1) Monitor suhu paling tidak setiap 2 jam, sesuai
kebutuhan
2) Monitor tekanan darah, nadi dan respirasi, sesuai
kebutuhan
3) Monitor suhu dan warna kulit
4) Tingkatkan intake cairan dan nutrisi adekuat
Sumber : Diagnosis Keperawatan,2015-2017, Nursing Outcomes Classification(NOC) (2016) & Nursing Interventions classification (NIC)
(2016)

Poltekkes Kemenkes
4. Implementasi Keperawatan
Implementesi adalah kategori dari perilaku keperawatan dimana tindakan yang
diperlukan untuk mencapai tujuan dan hasil yang diperkirakan dari asuhan
keperawatan dilakukan dan disesuaikan (Potter & Perry, 2005). Langkah-
langkah yang diperlukan dalam pelaksanaan adalah sebagai berikut :
a. Mengkaji ulang pasien
Fase pengkajian ulang terhadap komponen implementesi memberikan
mekanisme bagi perawat untuk menentukan apakah tindakan
keperawataan yang diusulkan masih sesuai.
b. Menelah dan memodifikasi rencana asuhan keperawatan yang ada sebelum
memulai perawatan.
Perawat menelah rencana asuhan dan membandingkannya dengan data
pengkajian untuk memvalidasi diagnosa keperawatan yang dinyatakan dan
menentukan apakah intervensi keperawatan yang paling sesuai untuk
situasi klinis saat itu. Jika status pasien telah berubah dan diagnosa
keperawatan dan intervensi keperawatan harus dimodifikasi.
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi menurut Potter & Perry (2005) yaitu membandingkan data subjek dan
objek yang dikumpulkan dari pasien, perawat lain, dan keluarga untuk
menentukan tingkat keberhasilan dalam memenuhi hasil yang diharapkan yang
ditetapkan selama perencanaan.
Langkah-langkah evaluasi dari proses keperawatan mengukur respon pasien
terhadap tindakan keperawatan dan kemajuan pasien kearah tujuan. Tujuan
asuhan keperawatan untuk membantu pasien menyelesaikan masalah kesehatan
aktual, mencegah kekambuhan dari masalah potensial dan mempertahankan
status sehat. Evaluasi terhadap asuhan menetukan apakah tujuan ini telah
terlaksana. Aspek lain dari evaluasi mencakup pengukuran kualitas asuhan
keperawatan yang diberikan dalam lingkungan perawatan kesehatan (Potter &
Perry, 2005).

56 Poltekkes Kemenkes Padang


BAB III
METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif yaitu suatu
metode penelitian yang dilakukakan dengan tujuan untuk membuat gambaran
atau deskriptif tentang suatu keadaan secara objektif (Nursalam, 2015).
Penelitian ini diarahkan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan
bagaimana penerapan asuhan keperawatan pada pasien dengan kanker serviks
post kemoterapi di ruang Gynekologi-Onkologi RSUP. DR. M. Djamil Padang
tahun 2017.

B. Tempat & Waktu Penelitian


Penelitian ini telah selesai dilakukan di ruang Gynekologi-Onkologi RSUP DR.
M. Djamil Padang pada bulan Januari-Juni 2017. Asuhan keperawatan telah
dilakukan pada partisipan I selama 5 hari dari tanggal 18 Mei-22 Mei 2017 dan
partisipan II selama 12 dari tanggal 26 Mei 06 Juni 2017.

C. Populasi dan sampel


a. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien dengan kanker serviks
post kemoterapi yang dirawat di ruang Gynekologi-Onkologi RSUP DR. M.
Djamil Padang tahun 2017 yang mengalami anemia dengan kadar Hb kurang
dari 10 g/dl.
b. Sampel
Sampel adalah objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi
(Notoatmodjo, 2012). Pemilihan responden merujuk pada teknik non
ramdom sampling dengan teknik purposive sampling, dimana subjek
penelitian dipilih berdasarkan pertimbangan dari peneliti itu sendiri. Sampel
penelitian ini sebanyak dua orang yaitu pasien kanker serviks post
kemoterapi yang mengalami penurunan keadaan umumnya. Pada pemilihan

P
sampel ada perbedaan dalam waktu rentang antara partipan I dan partisipan
II. Partisipan I didapatkan ada 4 orang pasien kanker serviks post kemoterapi
1 dipilih karna sesuai dengan kriteria inklusi dan partisipan II didapatkan ada
4 orang pasien kanker serviks post kemoterapi 1 dipilih karna sesuai dengan
kriteria inklusi dan beberapa pertimbangan lainya.

Adapun kriteria sampel dalam penelitian ini adalah:


a) Kriteria inklusi
Kriteria inklusi adalah karakterisitik umum subjek penelitian dari suatu
populasi target yang terjangkau yang akan diteliti (Nursalam, 2015).
1) Pasien bersedia menjadi responden
2) Pasien yang kooperatif
3) Pasien kanker serviks post kemoterapi yang melakukan perbaikan
keadaan umumnya (yang mengalami anemia, mual dan muntah yang
berlebihan dan diare berat).
b) Kriteria eksklusi
Kriteria ekslusi adalah menghilangkan / mengeluarkan subjek yang
memenuhi kriteria inklusi dari studi karena berbagai hal sebab
(Nursalam, 2015).
1) Pasien yang pulang atau meninggal sebelum 5 hari rawatan
2) Pasien yang baru terdiagnosis kanker serviks
3) Pasien kanker serviks yang belum melakukan kemoterapi atau pre
kemoterapi

D. Alat/Instrumen Pengumpulan Data


Alat dan instrument yang dibutuhkan dalam penelitian adalah format asuhan
keperawatan maternitas Gynekologi-Onkologi (pengkajian, diagnosa, intervensi,
implementasi dan evaluasi ), alat perlindungan diri (handscoon dan maker), alat
pemeriksaan fisik (tensi meter, termometer, stetoskop, timbangan, arloji dengan
detik dan penlight).

P
1. Format pengkajian keperawatan terdiri dari: identitas pasien, identifikasi
penanggung jawab, riwayat kesehatan, kebutuhan dasar, pemeriksaan fisik,
data psikologis, data ekonomi sosial, data spiritual, lingkungan tempat
tinggal, pemeriksaan laboratorium dan program pengobatan.
2. Format analisa data terdiri dari: nama pasien, nomor rekam medik, data,
masalah, dan etiologi.
3. Format diagnosa keperawatan terdiri dari: nama pasien, nomor rekam medik,
diagnosa keperawatan, tanggal dan paraf ditemukannya masalah, serta
tanggal dan paraf dipecahkannya masalah.
4. Format rencana asuhan keperwatan terdiri dari: nama pasien, nomor rekam
medik, diagnosa keperawatan, intervensi NOC dan NIC.
5. Format implementasi keperawatan terdiri dari: nama pasien, nomor rekam
medik, hari dan tanggal, diagnosa keperawatan, implementasi keperawatan,
dan paraf yang melakukan implementasi keperawatan.
6. Format evaluasi keperawatan terdiri dari: nama pasien, nomor rekam medik,
hari dan tanggal, diagnosa keperawatan, evaluasi keperawatan, dan paraf
yang mengevaluasi tindakan keperawatan.

E. Jenis dan Pengumpulan Data


1. Jenis Data
a. Data primer
Data primer adalah data yang dikumpulkan langsung dari responden
berdasarkan format pengkajian asuhan keperawatan maternitas. Data
primer dari penelitian berikut didapatkan dari hasil wawancara, observasi
langsung dan pemeriksaan fisik langsung pada responden.
b. Data sekunder
Data sekunder diperoleh dari Medical Record (MR) rumah sakit,
wawancara dengan keluarga pasien dan laporan status pasien. Informasi
yang diperoleh berupa data tambahan atau penunjang dalam
merumuskan diagnosa keperawatan. Data yang diperoleh biasanya

P
berupa: data penunjang dari laboratorium seperti hasil pemeriksaan darah
lengkap dan terapi pengobatan yang diberikan dokter.

2. Cara pengumpulan data


Pengumpulan data pada penelitian berikut ini dilakukan dengan cara
observasi, pengukuran, wawancara mendalam atau anamnesa (pengkajian
dengan wawancara langsung dengan pasien atau keluarga), pemeriksaan
fisik, dan dokumentasi untuk sumber data yang sama secara serempak
(Sugiyono, 2014).
1. Observasi
Observasi adalah cara pengumpulan data penelitian melalui
pengamatan terhadap suatu objek atau proses, baik secara visual
maupun alat (Supardi & Rustika 2013). Penelitian ini obeservasi
tentang keadaan unum pasien, perubahan respon fisik dan perubahan
respon psikologis pasien setelah dilakukan kemoterapi.
2. Pengukuran
Pengukuran adalah cara pengumpulan data penelitian dengan
mengukur objek (Supardi & Rustika, 2013). Penelitian ini dilakukan
pemantau kondisi pasien dengan metoda pengukuran menggunakan
alat ukur pemeriksaan, seperti melakukan menimbang berat badan,
pengukuran tekanan darah, menghitung frekuensi nadi, menghitung
frekuensi pernafasan, suhu dan pemeriksaan fisik pada pasien yang
dilakukan secara inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi.
3. Wawancara
Wawancara digunakan apabila peneliti ingin melakukan studi
pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang diteliti, tetapi
juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang
lebih mendalam (Sugiyono, 2014). Penelitian ini wawancara
dilakukan kepada pasien dan keluarga. Wawancara dilakukan untuk
mendapatkan data tentang identitas pasien, riwayat kesehatan pasien

P
(sekarang, riwayat kehamilan dan kelahiran serta riwayat kesehatan
keluarga) dan aktivitas sehari-hari pasien.
4. Dokumentasi
Dokumen merupakan catatan perjalanan penyakit yang pasien yang
sudah berlalu yang disusun berdasarkan perkembangan kondisi
pasien (Sugiyono, 2014). Dokumentasi keperawatan berbentuk
catatan perkembangan, hasil pemeriksaan laboratorium, hasil
pemeriksaan diagnostik. Penelitian ini menggunakan dokumen dari
rumah sakit untuk menunjang penelitian yang telah dilakukan agar
mendapatkan hasil pemeriksaan hematologi (Hb, trombosit, leukosit,
eritrosit, dan Ht), hasil pemeriksaan kimia klinik dan terapi obat
yang didapat.

3. Prosedur pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti adalah:


1) Prosedur administrasi
a. Peneliti mengurus perizinan pengambilan data untuk mendapatkan
surat rekomendasi penelitian dari Poltekkes Kemenkes Padang.
b. Peneliti menyerahkan surat rekomendasi untuk mengurus
perizinan untuk pengambilan data penelitian ke direktur melalui
Diklat RSUP DR. M. Djamil Padang.
c. Peneliti berkoordinasi dengan Kepala Instalasi Keperawatan
Ruang Gynekologi-Onkologi Irna Kebidanan RSUP DR. M.
Djamil Padang untuk penentuan data sampel.
d. Peneliti berkoordinasi dengan Kepala Ruang Gynekologi-
Onkologi Irna Kebidanan RSUP DR. M. Djamil Padang untuk
penentuan data sampel.
e. Mendatangi responden dan keluarga untuk meminta kesedian
waktunya dan menjelaskan tentang tujuan penelitian
f. Memberikan kesempatan responden dan keluarga untuk bertanya
g. Meminta kesedian responden / keluarga menandatangani
informed consent.

P
h. Peneliti melakukan kontrak waktu dengan responden untuk
melakukan asuhan keperawatan dan pamit.

2) Prosedur asuhan keperawatan


Prosedur asuhan keperawatan dimulai dengan memilih partisipan
yang sesuai dengan kriteria lalu mengidentifikasi partisipan, dan
didapatkan satu orang kemudian beberapa hari selanjutnya dapat satu
orang lagi yang memenuhi kriteria. Setelah itu, peneliti membaca
catatan perkembangan pasien yang ada dengan izin dokter yang
merawat, kemudian peneliti menemui pasien dan keluarganya yang
berada diruang rawat inap pasien dan memberikan penjelasan tentang
tujuan kedatangan peneliti, setelah pasien mengerti, pasien
menandatangani informed concent di hadapan keluarga dan peneliti.
Peneliti mulai melakukan pengkajian tepat pada partisipan I tanggal
18 mei 2017 jam 15.00 Wib dan partisipan II tanggal 26 Mei 2017
jam 14.20 Wib dengan sumber informasi keluarga pasien dan pasien.

Pengkajian dimulai dari mengkaji identititas pasien hingga


mengumpulkan data-data yang terkait dengan kondisi anakuntuk
dianalisis, lalu menetapakan diagnosis keperawatan. Setelah itu,
merumuskan intervensi yang mungkin untuk dilakukan. Selanjutnya,
melakukan implementasi keperawatan sesuai dengan perencanaan
yang telah dibuat, lalu membuat evaluasi dan dokumentasi setiap kali
selesai melakukan asuhan keperawatan kepada pasien. Pertemuan
selanjutnya dimulai dengan melakukan evaluasi kegiatan sebelumnya
dan validasi perasaan dan keluhan pasien. Setelah itu menjelaskan
tujuan pertemuan dan membuat kontrak waktu dengan partisipan, lalu
melanjutkan kegiatan asuhan keperawatan, dan melakukan prosedur
yang sama dipertemuan selanjutnya, lalu diakhiri dengan fase
terminasi kepada pasien dan keluarga. Pertemuan dilakukan untuk

P
partisipan I sebanyak 5 kali dan partisipan II sebanyak 12 kali beserta
tindakan.

F. Analisis
Data yang ditemukan saat pengkajian dikelompokkan dan dianalisis berdasarkan
data subjektif dan objektif, sehingga dapat dirumuskan diagnosis keperawatan,
kemudian menyusun rencana keperawatan serta melakukan implementasi dan
evaluasi keperawatan pada pasien kanker serviks post kemoterapi. Analisis
selanjutnya akan membandingkan asuhan keperawatan yang telah dilakukan
pada pasien kelolaan dengan kriteria hasil dari NOC yang telah dibuat dan
membandingkan dengan teori yang ada dan penelitian terdahulu.

P
BAB IV
DESKRIPSI DAN PEMBAHASAN KASUS

A. Deskripsi Kasus
Ny.A (Partisipan I) berusia 72 Tahun datang ke RSUP Dr. M. Djamil Padang pada tanggal 17 Mei 2017 pukul 09.02 WIB melaui
Poliklinik Kebidanan. Pasien datang untuk melakukan kemoterapi yang ke VI.

Ny.S (Partisipan II) berusia 36 Tahun datang ke RSUP Dr. M. Djamil Padang pada tanggal 25 Mei 2017 pukul 08.57 WIB
melalui IGD dan langsung rawat inap. Pasien datang untuk melakukan kemoterapi yang ke V.

Tabel 2.4 Deskripsi Kasus

Asuhan Keperawatan Partisipan I Partisipan II


Identitas pasien Ny.A berusia 72 tahun, pendidikan Ny.S berusia 36 tahun, pendidikan terakhir
terakhir SD, tidak bekerja, agama islam, SMU, pekerjaan ibu rumah tangga, agama
alamat Jl. Lakung Koto Tinggi Gunung islam, alamat Lrg. Angsana pasir putih bungo
Sariah Limo Puluh Koto jambi
Suami Suami Ny.A sudah meninggal 1 tahun Nama suami Ny.S yaitu Tn.A, umur 36 tahun,
lalu. pendidikan terakhir SMU, pekerjaan
Keluarga terdekat Ny.A yaitu Ny.N Wiraswasta, agama Islam, kelarga terdekat
sebagai anak kandung pasien yaitu suaminya sendiri

56 Poltekkes Kemenkes Padang


Diagnosa dan Informasi Medik yang Tanggal masuk Ny.A yaitu 16 Mei 2017 Tanggal masuk Ny.S yaitu 25Mei 2017
Penting Waktu Masuk No. Medical Record 96.24.54 ruang No. Medical Record 96.39.99, ruang rawat
rawat Kemuning 4, Diagnosa Medik Ny. Kemuning 4, Diagnosa Medik Ny. S yaitu
A yaitu Kanker serviks post kemoterapi Kanker serviks post kemoterapi V+ Anemia +
VI+ Anemia + Leukositosis Leukositosis + Trombositopenia
Yang mengirim / merujuk yaitu Yang mengirim / merujuk yaitu pasien datang
poliklinik kebidanan RSUP DR. M. sendiri ke rumah sakit
Djamil Padang
Keluhan utama Ny.A masuk RSUP Dr.M.Djamil Ny.S masuk RSUP Dr.M.Djamil Padang pada
Padang pada tanggal 17 Mei 2017 pukul tanggal 25 Mei 2017 pukul 08.57 WIB
09.02 WIB melalui Poliklinik melalui IGD dan lanngsung rawat inap
Kebidanan bersama dengan keluarganya bersama dengan keluarganya untuk
untuk melakukan kemoterapi yang ke 6. melakukan kemoterapi yang ke 5
Riwayat kesehatan sekarang Pada saat dilakukan penagkajian pada Pada saat dilakukan pengkajian pada tanggal
tanggal 18 Mei 2017 jam 15.00 WIB, 26 Mei 2017 jam 14.20 WIB, Ny.S
Ny.A mengatakan kurang nasfu mengatakan badannya menggigil dan terasa
makan, badan terasa lemah dan mudah panas, kurang nasfu makan, badan terasa
lelah. lemah dan mudah lelah. Pasien hanya
Pasien hanya menghabiskan setengah menghabiskan seperempat dari diit yang di
dari diit yang di berikan oleh rumah berikan oleh rumah sakit.
sakit.
Riwayat Kesehatan Dahulu Ny.A mengatakan pernah dirawat 4 hari Ny.S mengatakan mengidap penyakit HIV (+)
di RSUD Liki pada tahun 2016 karena dan sudah minum obat ARV selama 7 tahun
keluar darah dari kemaluannya dan dan pada desember tahun 2016 pernah dirawat
kemudian dirujuk ke RSAM untuk di RSUP Dr. M. Djamil Padang sebelum
pemeriksaan jaringan sampel dan pada melakukan kemoterapi.
november 2016 pasien masuk RSUP Dr.
M Djamil Padang dirawat untuk
menjalani kemoterapi.
Poltekkes Kemenkes
Riwayat kesehatan keluarga Ny.A mengatakan tidak ada anggota Ny.S mengatakan ada anggota keluarga yang
keluarga yang mempunyai sakit seperti mempunyai riwayat sakit kanker yaitu ibunya
ini dan tidak ada dan juga penyakit sakit kanker payudara dan ayahnya sakit
keturunan seperti kanker. kanker mulut.
Riwayat kemoterapi Pasien mengatakan sudah ini kemoterapi Pasien mengatakan sudah ini kemoterapi
yang terakhir yaitu yang ke emam. yang ke lima. Pasien mengatakan keluhan
Pasien mengatakan keluhan yang yang dirasakan setelah kemoterapi seperti
dirasakan setelah kemoterapi seperti mual muntah, tidak nafsu makan, badan
mual muntah, tidak nafsu makan, badan terasa letih dan lemah dan sekarang
terasa letih dan lemah. mengalami demam sebelumnya tidak pernah
mengalami demam setelah kemoterapi.
Riwayat perkawinan Ny.A mengatakan menikah pada usia 17 Ny.S mengatakan menikah pada usia 20 tahun
tahun dan menikah sudah 55 tahun dan menikah sudah 16 tahun lamanya. Ny.S
lamanya. Ny.A mengatakan menikah mengatakan menikah sudah 2 kali, menikah
hanya sekali dan suaminya telah yang pertama Ny.S cerai dengan suami
meninggal setahun yang lalu dan itu pertamanya dan sekarang suami yang ke 2.
adalah suami yang pertama dan yang
terakhir.
Riwayat haid/status ginekologi Ny.A mengatakan pertama kali datang Ny.S mengatakan pasien pertama kali datang
haid pada berumur 12 tahun, siklus haid umur 13 tahun, siklus teratur, haid
teratur, haid banyak pada hari pertama banyak pada hari ketiga haid, warna merah,
dan kedua, warna merah, bau khas, bau khas, disminorrhe ada pada saat hari
dismenorrhe ada pada saat hari pertama pertama haid, nyeri masih bisa ditahan.
haid nyeri haid masih bisa ditahan.
Sekarang pasien sudah mengalami
menaupose
Riwayat obstetri Ny.A mengatakan hamil pertama pada Ny.S mengatakan hamil pertama pada umur
umur 20 tahun dan memiliki anak 3 24 tahun dan memiliki anak 2 orang. Ny.S

Poltekkes Kemenkes
orang, selama hamil mengalami siklus mengatakan melahirkan anak pertamanya
yang normal. Ny.A mengatakan secara normal dengan bantuan bidan dan anak
melahirkan secara normal dan tidak yang kedua secara seksio sesarea (sc) dirumah
pernah mengalami keguguran dan sakit. Ny.S mengatakan masa nifas selama 2
persalin ditolong oleh dukun kampung. minggu. Anak pertamanya ASI Eklusif dan
Ny.A mengatakan masa nifas selama 2 menyusui sampai umur 2 tahun dan untuk
minggu dan menyusui selama 2 tahun. anaknya yang kedua sama sekali tidak
menyusui dengannya karna Ny.S mengidap
HIV (+) .
Data keluarga berencana Ny.A mengatakan tidak pernah ikut Ny.S mengatakan tidak pernah ikut karna
karna susah untuk hamil. jarak anak yang jauh dan susah untuk hamil,
harus ikut program untuk hamil.
Data psikologis Ny.A mengatakan tidak cemas dan Ny.S mengatakan tidak cemas dan pasien
pasien mengatakan ingin pulang ke mengatakan ingin pulang ke rumah yang di
rumah yang di kampung kampung dan berkumpul dengan anak dan
keluarganya.
Data spritual Ny.A mengatakan menjalankan sholat 5 Ny.S mengatakan menjalankan sholat 5 kali
kali sehari dan mengaji. Ny.A tampak sehari dan mengaji. Ny.S tampak melakukan
melakukan ibadah. ibadah
Data sosial ekonomi Ny.A mengatakan berobat menggunakan Ny.S mengatakan berobat menggunakan BPJ
BPJS
ADL Dapat menolong diri sendiri : Dapat menolong diri sendiri :
Ny.A mengatakan tidak bisa melakukan Ny.S mengatakan pasien tidak bisa melakukan
aktivitas secara mandiri harus dengan aktivitas secara mandiri harus dengan bantuan
bantuan yang minimum. yang minimum

Nutrisi : Nutrisi :

Poltekkes Kemenkes
Ny.A memiliki kebiasaan makan 3 kali Ny.S memiliki kebiasaan makan 3 kali sehari,
sehari, jenis makanan biasa yaitu nasi + jenis makanan biasa yaitu nasi + lauk pauk +
lauk pauk + sayuran + buah. pola makan sayuran + buah. pola makan teratur, tetapi
teratur, tetapi selama di rawat di rumah selama di rawat di rumah sakit mendapatkan
sakit mendapatkan diet TKTP, makanan diet TKTP, makanan habis makan hanya
habis makan hanya seperempat porsi seperempat porsi habis. Selama dirumah sakit
habis. Selama dirumah sakit pasien pasien makan 3 kali sehari.
makan 3 kali sehari.
Pola tidur
Pola tidur Pola tidur pasien sebelum sakit tidak
Pola tidur pasien sebelum sakit tidak mengalami kesulitan tidur yaitu sekitar ± 8
mengalami kesulitan tidur yaitu sekitar ± jam tetapi setelah sakit pasien hanya tidur 6-7
8 jam tetapi setelah sakit pasien hanya jam sehari
tidur 6-7 jam sehari
BAB & BAK
BAB & BAK Kebiasaan BAK pasien sebelum sakit lebih 5-
Kebiasaan BAK pasien sebelum sakit 7 kali sehari, dengan jumlah lebih kurang 500
lebih 5-7 kali sehari, dengan jumlah cc, warna normal, saat pasien sakit BAK 3
lebih kurang 500 cc, warna normal, saat kali sehari dengan jumlah kira-kira 400 cc,
pasien sakit BAK 3 kali sehari dengan kebiasaan BAB pasien sebelum sakit 2 kali
jumlah kira-kira 400 cc, kebiasaan BAB sehari, jumlah tidak dapat ditentukan, warna
pasien sebelum sakit 2 kali sehari, kuning dengan konsistensi padat, saat pasien
jumlah tidak dapat ditentukan, warna sakit BAB 1 kali sehari
kuning dengan konsistensi padat, saat
pasien sakit BAB 1 kali sehari Personal Hygiene
Kebiasaan mandi 2 kali sehari dan gosok gigi
Personal hygiene : 2 kali sehari pagi dan sore, selama di rumah
Kebiasaan mandi 2 kali sehari dan gosok sakit pasien mengatakan mandi 1 kali sehari,
gigi 2 kali sehari pagi dan sore, selama di gosok gigi 2 kali sehari pagi dan sore
rumah sakit pasien mengatakan mandi 1

Poltekkes Kemenkes
kali sehari, gosok gigi 2 kali sehari pagi
dan sore
Pemeriksaan fisik Saat dilakukan pemeriksaan fisik pada Saat dilakukan pemeriksaan fisik pada tanggal
tanggal 18 Mei 2017 jam 15.15 WIB, 26 Mei 2017 jam 14.40 WIB, didapatkan hasil
didapatkan hasil kesadaran Compos keseadaran compos mentis, pasien tampak
mentis, pasien tampak lemah, TD 120/80 lemah, TD 100/60 mmHg (Normal 120/80
mmHg (Normal 120/80 mmHg) , S 36,2 mmHg), S 38 ºC (Normal 36-37,5 ºC) , N 79
ºC (Normal 36-37,5 ºC), nadi 88 x/i , 20 x/i (Normal 60-100 x/i), P 20 x/i, hasil
x/i, hasil pengukuran : berat badan 60 kg, pengukuran : berat badan 48 kg, tinggi badan
tinggi badan 150 cm, 152 cm

Kepala tidak terdapat ada benjolan, Kepala tidak terdapat ada benjolan, bentuk
bentuk simetris, rambut berwarna hampir simetris, rambut berwarna hampir seluruhnya
seluruhnya warna putih, tampak bersih, warna putih, tampak bersih, tidak ada ketombe
tidak ada ketombe dan rontok. Mata dan rontok. Mata simetris kiri dan kanan,
simetris kiri dan kanan, konjungtiva konjungtiva anemis kiri dan kanan, sklera
anemis kiri dan kanan, sklera tidak tidak ikterik kiri dan kanan, reflek cahaya
ikterik kiri dan kanan, reflek cahaya positif kiri dan kanan, reflek pupil sama kiri
positif kiri dan kanan, reflek pupil sama dan kanan,. Pernafasan cuping hidung tidak
kiri dan kanan,. Pernafasan cuping ada serta tidak ada kelainan pada hidung.
hidung tidak ada serta tidak ada kelainan Mukosa bibir tampak kering dan tidak ada
pada hidung. Mukosa bibir tampak kelainan. Telinga simetris kiri dan kanan,
kering dan tidak ada kelainan. Telinga tidak teraba kelenjar getah bening.
simetris kiri dan kanan, tidak teraba
kelenjar getah bening. Pemeriksaaan toraks, simetris kiri kanan,
normochest, retraksi dinding dada tidak ada,
Pemeriksaaan toraks, simetris kiri premitus kiri kanan sama. Pemeriksaan
kanan, normochest, retraksi dinding jantung ditemukan iktus cordis tidak terlihat,
dada tidak ada, premitus kiri kanan teraba di RIC 5 midklafikula, irama
sama. Pemeriksaan jantung ditemukan teratur/regular. Pemeriksaan payudara

Poltekkes Kemenkes
iktus cordis tidak terlihat, teraba di ditemukan simetris kiri dan kanan, kulit
RIC 5 midklafikula, irama sekitar payudara tidak seperti kulit jeruk,
teratur/regular. tidak ada bekas luka, aerola mamae tampak
Pemeriksaan payudara ditemukan berwarna kecoklatan, papila mamae tampak
simetris kiri dan kanan, kulit sekitar kecoklatan dan puting tidak lecet/terbenam
payudara tidak seperti kulit jeruk, tidak tidak ada teraba benjolan pada kedua
ada bekas luka, aerola mamae tampak payudara
berwarna kecoklatan, papila mamae
tampak kecoklatan dan puting tidak
lecet/terbenam tidak ada teraba benjolan Pada pemeriksaan abdomen tidak ada distensi
pada kedua payudara abdomen, tidak tampak perubahan warna
kulit, perut tampak kendor, bising usus
normal, hepar dan limpa tidak teraba, tidak
Pada pemeriksaan abdomen tidak ada ada nyeri tekan.
distensi abdomen, tidak tampak
perubahan warna kulit, perut tampak Pemeriksaan ekstremitas atas pada tangan
kendor, bising usus normal, hepar dan sebelah kiri terpasang IVFD Nacl 0.9 %, kulit
limpa tidak teraba, tidak ada nyeri tekan. turgor agak kering, terdapat ruam pada kulit,
CRT kembali dalam dua detik. Pada
Pemeriksaan ekstremitas atas pada ekstremitas bawah turgor kulit agak kering,
tangan sebelah kiri terpasang IVFD Nacl tidak ada udema, CRT kembali dalam dua
0.9 %, kulit turgor agak kering, CRT detik. Genitalia bersih dan masih ada
kembali dalam dua detik. Pada pengeluaran pervaginam.
ekstremitas bawah turgor kulit agak
kering, tidak ada udema, CRT kembali
dalam dua detik. Genitalia bersih dan
tidak ada pengeluran pervaginam.
Pemeriksaan penunjang Pemeriksaan hematologi Pemeriksaan hematologi
18 Mei 2017 26 Mei 2017
Hemoglobin : 9.0 g/dl Hemoglobin : 8.1 g/dl
Leukosit : 3.280 /mm 3
Leukosit : 11.940/mm3
Poltekkes Kemenkes
Trombosit : 442.00 /mm3 Trombosit : 64.000/mm3
Hematokrit : 28 % Hematokrit : 24 %

21 Mei 2017 28 Mei 2017


Hemoglobin : 13,0 g/dl Hemoglobin : 10.6 g/dl
Leukosit : 3.190 /mm3 Leukosit : 7.240/mm3
Trombosit : 306.000 /mm3 Trombosit : 59.000/mm3
Hematokrit : 38 %
30 Mei 2017
Hemoglobin : 10.5 g/dl
Leukosit : 2.990/mm3
Trombosit : 78.000/mm3
Hematokrit : 31 %
1 Juni 2017
Hemoglobin : 10.6 g/dl
Leukosit : 4.360/mm3
Trombosit : 87.000/mm3
Hematokrit : 31 %

3 Juni 2017
Hemoglobin : 9,6 g/dl
Leukosit : 2.730/mm3
Trombosit : 107.000/mm3
Hematokrit : 28 %

5 Juni 2017
Hemoglobin : 10.4 g/dl
Leukosit : 2.040/mm3
Trombosit : 73.000/mm3
Hematokrit : 30 %

Poltekkes Kemenkes
Program Terapi Dokter 1. Obat oral : Paracetamol 3 x 500 mg 1) Obat oral
2. Obat paranteral : IVFD NaCl 0,9 % 26 Mei 2017 :
20 tetes/menit - Paracetamol infus 10 mg/ml
3. Transfusi PRC 3 kolf , 32 tetes/menit - Dexamethason 2 ampul
30 Mei 2017
- Methylprednisolone 3 x 1 tab
2) Obat paranteral : IVFD NaCl 0,9 % 20
tetes/menit
27 Mei 2017
- Tranfusi Packed Red Cell (PRC) 2 kolf
32 tetes/menit
- Tranfusi Thrombocyte Concentrate
(TC) 10 unit 32 tetes/menit
29 Mei 2017
- Tranfusi Thrombocyte Concentrate
(TC) 10 unit 32 tetes/menit
31 Mei 2017
- Tranfusi Thrombocyte Concentrate
(TC) 10 unit 32 tetes/menit
2 Juni 2017
- Tranfusi Thrombocyte Co (TC) 1 unit
32 tetes/menit
3 Juni 2017
- Tranfusi Packed Red Cell (PRC) 1 kolf
32 tetes/menit
4 Juni 2017
- Tranfusi Packed Red Cell (PRC) 1 kolf
Poltekkes Kemenkes
32 tetes/menit
6 Juni 2017
- Tranfusi Thrombocyte Concentrate
(TC) 10 unit 32 tetes/menit
- Injeksi leucogen 300 mcg
Analisa data Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari Hipertermi berhubungan dengan peningkatan
kebutuhan tubuh berhubungan dengan laju metabolisme
kurang asupan makanan
DS :
DS :
1. Pasien mengatakan badannya terasa
1. Pasien mengatakan tidak nafsu menggigil
makan 2. Pasien mengatakan badannya terasa
2. Pasien mengatakan mual muntah panas
3. Pasien mengatakan mulut terasa 3. Pasien mengatakan seluruh tubuhnya
kebas memerah
4. Pasien mengatakan hanya DO :
mengabiskan ½ porsi dari diit
yang di berikan rumah sakit 1. Pasien tampak gelisah
DO : 2. Badan pasien teraba hangat
3. Wajah pasien tampak memerah
1. Pasien tampak mual muntah 4. S : 38 oC
2. Pasien tampak lemah
3. Pasien hanya menghabiskan ½
porsi dari diit yang diberikan Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari
rumah sakit kebutuhan tubuh berhubungan dengan kurang
asupan makanan
Hambatan mobilitas fisik berhubungan
DS :
dengan agens farmaseutikal
1. Pasien mengatakan tidak nafsu makan

Poltekkes Kemenkes
DS : 2. Pasien mengatakan mual muntah
3. Pasien mengatakan mulut terasa kebas
1. Pasien mengatakan badannya 4. Pasien mengatakan hanya mengabiskan
terasa lemah ¼ porsi dari diit yang di berikan rumah
2. Pasien menatakan badannya sakit
terasa letih DO :
3. Pasien mengatakan tidak nafsu
makan 1. Pasien tampak mual muntah
4. Pasien mengatakan aktivitas di 2. Pasien tampak lemah
bantu oleh keluarganya 3. Pasien hanya menghabiskan ¼ porsi
DO : dari diit yang diberikan rumah sakit
1. Aktifitas pasien di bantu oleh
keluarga Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan
2. Pasien tampak lemah agens farmaseutikal
3. Konjungtiva anemis
4. Hb : 9,0 g/dl DS :
5. Leukosit : 3.280/mm3
1. Pasien mengatakan badannya terasa
6. Trombosit:442.000/mm3
lemah
7. Ht : 28 %
2. Pasien mengatakan badannya terasa
letih
Hipertermi berhubungan dengan
3. Pasien mengatakan tidak nafsu makan
peningkatan laju metabolisme
4. Pasien mengatakan aktivitas di bantu
DS : oleh keluarganya
DO :
1. Pasien mengatakan badannya
terasa panas 1. Aktifitas pasien di bantu oleh keluarga
2. Pasien mengatakan wajahnya 2. Pasien tampak lemah
tampak memerah 3. Pasien tampak pucat
DO : 4. Konjungtiva anemis
5. Hb : 8,1 g/dl
Poltekkes Kemenkes
1. Pasien tampak gelisah 6. Leukosit : 11.940/mm3
2. Badan pasien teraba hangat 7. Trombosit:64.000/mm3
3. Wajah pasien tampak memerah 8. Ht : 24 %
4. S : 39,4 oC Risiko pendarahan berhubungan dengan
Koagulopati inheren (trombositopenia)
DS:
1. Pasien mengatakan banyak biru-biru
pada kulitnya
DO:
1. Pasien tampak lemah
2. Pasien tampak pucat
3. Terdapat ruam pada kulit
4. Konjungtiva anemis
5. Hb : 8,1 g/dl
6. Leukosit : 11.940/mm3
7. Trombosit:64.000/mm3
8. Ht : 24 %
Diagnosis Keperawatan Berdasarkan hasil pengkajian, masalah Berdasarkan hasil pengkajian, masalah
keperawatan yang muncul pada Ny. A keperawatan yang muncul pada Ny. S adalah :
adalah : Diagnosis pertama yaitu hipertermi
Diagnosis pertama yaitu berhubungan dengan peningkatan laju
ketidakseimbangan nutrisi kurang dari metabolisme
kebutuhan tubuh berhubungan dengan
kurang asupan makanan
Diagnosis kedua yaitu ketidakseimbangan
Diagnosis ketiga yaitu hambatan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
mobilitas fisik berhubungan dengan berhubungan dengan kurang asupan makanan
agens farmaseutikal

Poltekkes Kemenkes
Diagnosis ketiga yaitu hambatan mobilitas
fisik berhubungan dengan agens farmaseutikal
Diagnosis ketiga yaitu hipertermi
berhubungan dengan peningkatan laju Diagnosis keempat yaitu risiko pendarahan
metabolisme berhubungan dengan Koagulopati inheren
(trombositopenia)
Rencana Keperawatan Diagnosis pertama yaitu Diagnosis pertama yaitu hipertermi
ketidakseimbangan nutrisi kurang dari berhubungan dengan peningkatan laju
kebutuhan tubuh berhubungan dengan metabolisme, diharapkan setelah dilakukan
kurang asupan makanan diharapkan tindakan keperawatan 5 x 24 jam, pasien
setelah dilakukan tindakan keperawatan mampu mempertahankan suhu tubuh dalam
5 x 24 jam, nafsu makan pasien baik keadaan normal dengan kriteria hasil: 1. Suhu
dengan kriteria hasil : 1. Pasien tubuh normal, 2. Melaporkan kenyamanan
berkeinginan untuk makan, 2. Pasien setelah suhu tubuh turun, 3. Tidak terjadi
menyenagi makanan, 3. Pasien berenergi perubahan warna kulit. Rencana keperawatan
untuk makan, 4. Intake nutrisi dan cairan yaitu : 1.Monitor suhu paling tidak setiap 2
tercukupi. jam, sesuai kebutuhan, 2.Monitor warna kulit
Rencana keperawatan yaitu : 1. dan suhu, 3.Berikan obat atau cairan IV
Rundingkan dengan ahli gizi asupan (misalnya: antipiretik, agen antibakteri dan
pasien, 2. Timbang berat badan pasien, agen anti menggigil), 4.Tingkatkan sirkulasi
3. Monitor pasien selama sebelum dan udara, 5.Jaga intake dan output pasien,
sesudah, 4. Monitor intake asupan 6.Tingkatkan intake cairan dan nutrisi
makan dan cairan pasien, 5. Beri adekuat, 7.Monitor hasil laboratorium,
dukungan misalkan terapi relaksasi, 6. 8.Monitor tanda-tanda vital
Batasi aktivitas fisik sesuai kebutuhan

Diagnosis ketiga yaitu hambatan Diagnosis kedua yaitu ketidakseimbangan


mobilitas fisik berhubungan dengan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
agens farmaseutikal, diharapkan setelah berhubungan dengan kurang asupan makanan,
dilakukan tindakan keperawatan 5 x 24 diharapkan setelah dilakukan tindakan
keperawatan 5 x 24 jam, nafsu makan pasien
Poltekkes Kemenkes
jam, pasien mampu mempertahankan baik dengan kriteria hasil : 1. Pasien
keseimbangan secara mandiri dengan berkeinginan untuk makan, 2. Pasien
kriteria hasil : 1. Keseimbangan gerakan, menyenagi makanan, 3. Pasien berenergi
2.Mempertahankan keseimbangan ketika untuk makan, 4. Intake nutrisi dan cairan
berdiri,3.Mempertahankan tercukupi
keseimbangan ketika berjalan. Rencana Rencana keperawatan yaitu : 1. Rundingkan
keperawatan yaitu : 1.Monitor tanda- dengan ahli gizi asupan pasien, 2. Timbang
tanda vital pasien, 2.Dorong pasien berat badan pasien, 3. Monitor pasien selama
untuk mengungkapkan perasaanya, sebelum dan sesudah, 4. Monitor intake
3.Observasi nutrisi sebagai sumber asupan makan dan cairan pasien, 5. Beri
energy, 4.membantu pasien dukungan misalkan terapi relaksasi, 6. Batasi
menidentifikasikan aktivitas yang aktivitas fisik sesuai kebutuhan
mampu dilakukan, 5.Anjurkan pasien
menghindari aktivitas selama periode Diagnosis ketiga yaitu hambatan mobilitas
istirahat, 6.Anjurkan keluarga untuk fisik berhubungan dengan agens
membantu aktivitas pasien, 7.Membantu farmaseutikal, diharapkan setelah dilakukan
pasien untuk mengidentifikan aktivitas tindakan keperawatan 5 x 24 jam, pasien
yang mampu dilakukan, 8.Monitor kadar mampu mempertahankan keseimbangan
Hb, Leukosit dan Trombosit secara mandiri dengan kriteria hasil : 1.
Keseimbangan gerakan, 2.Mempertahankan
Diagnosis ketiga yaitu hipertermi keseimbangan ketika
berhubungan dengan peningkatan laju berdiri,3.Mempertahankan keseimbangan
metabolisme, diharapkan setelah ketika berjalan. Rencana keperawatan yaitu :
dilakukan tindakan keperawatan 5 x 24 1.Monitor tanda-tanda vital pasien, 2.Dorong
jam, pasien mampu mempertahankan pasien untuk mengungkapkan perasaanya,
suhu tubuh dalam keadaan normal 3.Observasi nutrisi sebagai sumber energy,
dengan kriteria hasil: 1. Suhu tubuh 4.membantu pasien menidentifikasikan
normal, 2. Melaporkan kenyamanan aktivitas yang mampu dilakukan, 5.Anjurkan
setelah suhu tubuh turun, 3. Tidak terjadi pasien menghindari aktivitas selama periode
perubahan warna kulit. Rencana istirahat, 6.Anjurkan keluarga untuk

Poltekkes Kemenkes
keperawatan yaitu : 1.Monitor suhu membantu aktivitas pasien, 7.Membantu
paling tidak setiap 2 jam, sesuai pasien untuk mengidentifikan aktivitas yang
kebutuhan, 2.Monitor warna kulit dan mampu dilakukan, 8.Monitor kadar Hb,
suhu, 3.Berikan obat atau cairan IV Leukosit dan Trombosit
(misalnya: antipiretik, agen antibakteri
dan agen anti menggigil), 4.Tingkatkan
sirkulasi udara, 5.Jaga intake dan output Diagnosis keempat yaitu risiko pendarahan
pasien, 6.Tingkatkan intake cairan dan berhubungan dengan Koagulopati inheren
nutrisi adekuat, 7.Monitor hasil (trombositopenia), diharapkan setelah
laboratorium, 8.Monitor tanda-tanda dilakukan tindakan keperawatan 5 x 24 jam,
vital pasien mampu beradaptasi terhadap respon
pengobatan dengan kriteria hasil:
1.Haemoglobin normal , 2. Hematokrit
normal, 3.trombosit normal, 4. Tidak ada
memar. Rencana keperawatan yaitu :
1.Monitor tanda-tanda vital, 2.Monitor hasil
laboratorium ( Haemoglobin,leukosit,
trombosit dan hematokrit), 3.Beri produk-
produk penggantian darah (misalnya:
trombosit dan plasma beku segar (FFP))
dengan cara yang tepat, 4.Menganjurkan
pasien untuk meningkatkan mengkomsumsi
makanan yang mengandung vitamin K,
5.Intruksikan pada pasien dan keluarga agar
melaporkan gejala demam, menggigil,
pendarahan hidung, memar yang sangat beasr
dan BAB berdarah, 6.Berikan obat-obatan
untuk mengontrol efek kemoterapi, jika
dibutuhkan (misanya : obat antiematik untuk

Poltekkes Kemenkes
mual dan muntah)
Implementasi keperawatan Tindakan keperawatan yang dilakukan Tindakan keperawatan yang dilakukan pada
pada diagnosis pertama yaitu diagnosis pertama yaitu hipertermi
ketidakseimbangan nutrisi kurang dari berhubungan dengan peningkatan laju
kebutuhan tubuh berhubungan dengan metabolisme seperti : mengukur suhu per dua
kurang asupan makanan seperti : jam, monitor tanda-tanda vital memberikan
memberikan makanan diit TKTP, dexamethason 2 ampul, memberikan
menganjurkan banyak makan buah dan paracetamol infus 20 tetes/menit,
sayur, menganjurkan banyak menganjurkan banyak minum air putih,
mengomsumsi fe dan vitamin c, memonitor hasil haemoglobin, hematokrit,
memberikan IVFD Nacl 0.9 % 20 trombosit dan leukosit.
tetes/menit, monitor tanda-tanda vital.
Diagnosis kedua yaitu ketidakseimbangan
Diagnosis kedua yaitu hambatan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
mobilitas fisik berhubungan dengan berhubungan dengan kurang asupan makanan
agens farmaseutikal seperti : monitor seperti : memberikan makanan diit TKTP,
tanda-tanda vital, memberikan transfusi menganjurkan banyak makan buah dan sayur,
PRC, memberikan IVFD Nacl 0.9 % 20 menganjurkan banyak mengomsumsi fe dan
tetes/menit, memonitor hasil vitamin c, memberikan IVFD Nacl 0.9 % 20
haemoglobin, hematokrit, trombosit dan tetes/menit, monitor tanda-tanda vital.
leukosit.
Diagnosis ketiga yaitu hambatan mobilitas
diagnosis ketiga yaitu hipertermi fisik berhubungan dengan agens farmaseutikal
berhubungan dengan peningkatan laju seperti : monitor tanda-tanda vital,
metabolisme seperti : mengukur suhu memberikan transfusi PRC, memberikan
per dua jam, monitor tanda-tanda vital, IVFD Nacl 0.9 % 20 tetes/menit, memonitor
memberikan paracetamol 3 x 500 mg, hasil haemoglobin, hematokrit, trombosit dan
menganjurkan banyak minum air putih, leukosit.
memonitor hasil haemoglobin,
Diagnosis keempat yaitu risiko pendarahan

Poltekkes Kemenkes
hematokrit, trombosit dan leukosit. berhubungan dengan Koagulopati inheren
(trombositopenia) seperti : memonitor hasil
haemoglobin, hematokrit, trombosit dan
leukosit, memberikan transfusi trombosit,
memberikan transfusi PRC, memberikan
IVFD Nacl 0.9 % 20 tetes/menit, memonitor
tanda-tanda vital.
Evaluasi Diagnosis pertama yaitu
Diagnosis pertama yaitu hipertermi
ketidakseimbangan nutrisi kurang dari berhubungan dengan peningkatan laju
kebutuhan tubuh berhubungan dengan metabolism, evaluasi keperawatan dapat terasi
kurang asupan makanan, evaluasi pada hari kedua dengan kriteria hasil : pasien
keperawatan dapat terasi pada hari mengatakan badannya tidak panas lagi dan
kelima dengan kriteria hasil : pasien terasa nyaman.
sudah menghabiskan seluruh diit yang
diberikan rumah sakit. Diagnosis kedua yaitu ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
Diagnosis kedua yaitu hambatan berhubungan dengan kurang asupan makanan,
mobilitas fisik berhubungan dengan evaluasi keperawatan dapat terasi pada hari
agens farmaseutikal, evaluasi kelima dengan kriteria hasil : pasien sudah
keperawatan dapat terasi pada hari menghabiskan seluruh diit yang diberikan
kelima dengan kriteria hasil : pasien rumah sakit.
sudah bisa melakukan aktivitas sendiri
tanpa dibatu oleh keluarganya lagi. Diagnosis ketiga yaitu hambatan mobilitas
fisik berhubungan dengan agens
Diagnosis ketiga yaitu Hipertermi farmaseutikal, evaluasi keperawatan dapat
berhubungan dengan peningkatan laju terasi pada hari kelima dengan kriteria hasil :
metabolisme, evaluasi keperawatan pasien sudah bisa melakukan aktivitas sendiri
dapat terasi pada hari ketiga dengan tanpa dibatu oleh keluarganya lagi.
kriteria hasil : pasien mengatakan
badannya tidak panas lagi dan terasa Diagnosis keempat yaitu risiko pendarahan

Poltekkes Kemenkes
nyaman. berhubungan dengan Koagulopati inheren
(trombositopenia), evaluasi keperawatan
belum dapat terasi karna trombosit pasien
masih rendah.

Poltekkes Kemenkes
B. Pembahasan kasus

Pada pembahasan kasus ini peneliti akan membandingkan antara teori


dengan laporan kasus asuhan keperawatan pada Ny. A dan Ny. S dengan
kanker serviks post kemoterapi yang telah dilakukan sejak 18 Mei-31 Mei
2017di ruang Gynekologi-Onkologi RSUP Dr.M.Damil Padang. Kegiatan
yang dilakukan meliputi pengkajian, menegakkan diagnosa keperawatan,
membuat rencana intervensi keperawatan, melakukan implementasi, dan
melakukan evaluasi keperawatan.
1. Pengkajian Keperawatan
Hasil pengkajian didapatkan pada partisipan I dengan keluhan kurang
nasfu makan, badan terasa lemah dan mudah lelah dan hanya
menghabiskan setengah dari diit yang di berikan oleh rumah sakit.
Sedang pada partisipan II dengan keluhan badannya menggigil dan
terasa panas, kurang nasfu makan, badan terasa lemah, mudah lelah dan
hanya menghabiskan seperempat dari diit yang di berikan oleh rumah
sakit. Menurut Ariani (2015), keluhan mual dan muntah, penurunan
berat badan, anemia, penurunan nafsu makan dan perubahan rasa adalah
beberapa dampak dari kemoterapi.

Menurut Wardani (2014) bahwa waktu terjadinya mual dan muntah


sangat beragam yaitu selama pemberian kemoterapi, setengah sampai
dua jam setelah pemberian kemoterapi dan bahkan mual dan muntah
dapat terjadi sehari setelah pemberian kemoterapi. Frekuensi terjadinya
mual dan muntah hilang timbul atau terus menerus. Faktor pemicu rasa
mual dan muntah meliputi aroma masakan dari rumah sakit, makan
yang berminyak, makan yang berlemak, makanan dan minuman yang
manis, bau yang menyengat, makanan dengan tekstur yang basah dan
makanan yang berbau amis.

Menurut analisis peneliti, keluhan pada partisipan I dan partisipan II


tersebut sesuai dengan teori yang telah ada karena beberapa obat
kemoterapi dapat menyebabkan mual muntah yang berlangsung singkat
atau lama. Mual muntah terjadi akibat dari efek samping obat
kemoterapi sehingga terjadi peningkatan asam lambung. Mual dan
muntah juga dapat dipicu oleh selera, bau, pikiran dan kecemasan
terkait kemoterapi. Untuk mengatasi rasa mual dan muntah dapat
dengan mengkomsumsi makanan yang segar dan makan yang tidak
terlalu manis.

Pada pengkajian riwayat kesehatan dahulu partisipan I mengatakan


pernah mengalami keputihan. Sedangkan partisipan II mengatakan
mengidap penyakit HIV (+) dan sudah minum obat ARV selama 7
tahun. Menurut Diananda (2008) faktor risiko terjadinya kanker serviks
adalah usia, sering berganti pasangan, hygiene yang buruk, dan terpapar
virus HIV.

Menurut penelitian Setyarin (2009) mengatakan bahwa rata-rata umur


penderita kanker serviks berada di antara 30-70 tahun. Kanker serviks
stadium IA lebih sering ditemukan pada kelompok usia 30-39 tahun,
sedang untuk stadium II lebih sering ditemukan pada kelompok usia 40-
49 tahun. Kelompok usia 60-69 tahun merupakan proporsi tertinggi
pada stadium III dan IV.

Menurut peneliti, perbedaan usia pada partisipan I dan partisipan II


penting merupakan faktor yang penting dalam terjadinya kanker.
Sebagian besar kanker banyak terjadi pada usia lanjut. Risiko terjadinya
kanker meningkat 2 kali lipat setelah usia 35 hingga 60 tahun.
Meningkatnya risiko kanker pada usia lanjut merupakan gabungan dari
meningkatnya dan bertambah lamanya waktu pemaparan terhadap
karsinogen serta makin melemahnya sistem kekebalan tubuh akibat
usia.

Menurut Manuaba (2009) keputihan adalah suatu kondisi dimana


vagina mengeluarkan cairan yang berwarna putih atau bening. Ada
banyak faktor yang dapat menyebabkan keputihan. Keputihan fisiologis
muncul pada saat ovulasi, rangsangan seksual, menjelang dan sesudah
haid, atau pengaruh hormon. Salah satunya adalah pada saat memasuki
masa subur dan pada saat hamil, kebanyakan wanita akan mengalami
keputihan. Begitu juga ketika sedang melakukan banyak aktivitas yang
berlebih, sehingga mengalami kelelahan, beberapa wanita juga akan
mengalami keputihan. Keputihan yang disebabkan oleh virus salah
satunya adalah virus human papilloma atau biasa dikenal dengan HPV.
Virus ini menyerang leher rahim dan sangat mematikan. Maka dari
itulah salah satu penyebab kanker serviks adalah virus HPV ini. Akibat
infeksi dari virus ini, keputihan yang dialami oleh wanita ditunjukkan
dengan warna yang kekuningan bahkan disertai dengan darah serta bau
yang kurang sedap, seperti bau anyir.

Sistem imun atau sistem kekebalan tubuh adalah pusat sistem


pertahanan tubuh yang melindungi tubuh dari penyakit. Daya tahan
tubuh berperan penting dalam proses penghancuran sel-sel kanker serta
menghambat pertumbuhan dan penyebarannya. Salah satu keadaan
imunosupresi bisa ditemui pada penderita AIDS. Virus HIV pada
penderita AIDS akan merusak fungsi kekebalan tubuh seseorang,
sehingga wanita yang menderita AIDS memiliki risiko tinggi terkena
infeksi HPV yang berkembang menjadi kanker serviks. Pada wanita
penderita AIDS, perkembangan sel pra-kanker menjadi kanker yang
biasanya memerlukan waktu beberapa tahun, dapat terjadi lebih cepat
karena imunosupresi (Potter & Perry, 2005).

Menurut peneliti pada kasus ini faktor risiko penyebab kanker serviks
berbeda tetapi sesuai dengan teori. Pencegahan faktor risiko dapat
dengan cara gaya hidup sehat, vaksinasi HPV, tidak melakukan seks
bebas dan melakukan pemeriksaan pap smear.

Pada pengkajian riwayat kesehatan keluarga partisipan I mengatakan


tidak ada anggota keluarga yang mempunyai sakit seperti ini dan tidak
ada dan juga penyakit keturunan seperti kanker dan lain-lain.
Sedangkan partisipan II mengatakan ada anggota keluarga yang
mempunyai riwayat sakit kanker yaitu ibunya sakit kanker payudara
dan ayahnya sakit kanker mulut. Menurut Diananda (2008) keluarga
yang memiliki riwayat kanker didalam keluarganya lebih berisiko
tinggi terkena kanker dari pada keluraga yang tidak ada riwayat didalam
keluarganya.

Menurut penelitian Wulandari (2007) mengatakan mutasi genetik atau


hilangnya fungsi normal dari gen yang penting adalah gen pemicu
kanker (onkogen) dan peredam kanker (tumor suppressor gen).
Onkogen sendiri terjadi akibat termutasinya gen proto-onkogen yang
funsi asalnya adalah pengaturan perbanyakan sel. Mutasi gen proto-
onkogen merubah jati dirinya menjadi onkogen yang memicu
perbanyakan tanpa kendali.

Menurut analisis peneliti, pada partisipan I tidak ada anggota


keluarganya yang mempunyai riwayat kanker. Penyebab terjadinya
kanker serviks pada partisipan I adalah dari salah faktor risiko, faktor
resiko tersebut bisa dipengarui oleh hygiene yang buruk bisa
menyebabkan keputihan, gaya hidup yang tidak sehat, kurangnya
olahraga. Upaya untuk mencegah terjadinya kanker serviks adalah
dengan meminimalkan terjadinya faktor risiko. Untuk keluarga yang
telah mempunyai riwayat kanker dari keluraga harus menghindari
faktor risiko, menjaga pola makan yang sehat, olahraga teratur dan
melakukan pencegahan dengan cara skirining yaitu vaksinasi HPV,
melakukan Pap smear dan test IVA.
2. Diagnosis Keperawatan
Berdasarkan hasil pengkajian diagnosis keperawatan yang muncul
pada partisipan I yaitu ketidakseimbangan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh berhubungan dengan kurang asupan makanan,
hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan agens farmaseutikal,
hipertermi berhubungan dengan peningkatan laju metabolisme.
Sedangkan partisipan II diagnosis keperawatan yang muncul yaitu
hipertermi berhubungan dengan peningkatan laju metabolisme,
ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan kurang asupan makanan, hambatan mobilitas fisik berhubungan
dengan agens farmaseutikal, risiko pendarahan berhubungan dengan
Koagulopati inheren (trombositopenia).

Pada partisipan I dan partisipan II ditegakkan diagnosis


ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan kurang asupan makanan, data yang didapat dari partisipan I dan
partisipan II, data subjektif pasien mengatakan mual muntah, kurang
nafsu makan, makan yang dihabiskan untuk partisipan I hanya setengah
dari diit yang diberikan sedang untuk partisipan II hanya seperempat
dari diit yang diberikan. Data objektif pasien tampak lemas, makan
yang diberikan tidak dihabiskan.

Menurut Ariani (2015) dampak kemoterapi secara fisik yaitu mual dan
muntah, diare, konstipasi, neuropati perifer, toksisitas kulit, alopecia
(kerontokan rambut), penurunan berat badan, anemia, penurunan nafsu
makan, perubahan rasa, nyeri.

Menurut penelitian Ambarwati & Wardani (2015) mengatakan porsi


makan yang biasa di komsumsi mengalami penurunan setelah
menjalani kemoterapi dan bahkan tidak mau makan sama sekali selama
pemberian kemoterapi serta frekuensi makanan yang menjadi tidak
teratur.
Menurut analisis peneliti diagnosis ketidakseimbangan nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kurang asupan makanan
sesuai dengan teori yang telah ada. Kurangnya nasfu makan terkait
kanker dapat terjadi karena sinayal rasa lapar berasal dari hipotalamus
berkurang dan sinyal kenyang dihasilkan oleh melacortins diperkuat.
Kurangnya nafsu makan juga dapat memperburuk saat pasien menerima
kemoterapi yang berhubungan dengan mual atau perubahan rasa. Untuk
mengatasi mual muntah dapat dengan memberikan makanan yang
disukainya, memberikan makanan yang tidak memicu terjadinya mual
muntah seperti makanan yang segar contonya buah-buahan (apel, jeruk,
pisang, pepaya, pir ), minum air putih dan tidak menyengat.

Diagnosis yang ditegakkan pada partisipan I dan partisipan II adalah


hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan agens farmaseutikal,
partisipan I dan Partisipan II didapat data subjektif pasien mengatakan
badannya terasa letih, lemah dan lemas, pasien mengatakan aktivitas
dibantu oleh keluarga. Data objektif pasien tampak lemah, konjungtiva
tampak pucat, perbedaannya terdapat pada hasil ppemeriksaan
hematologi untuk partisipan I haemoglobin 9,0 g/dl (12-16 g/dl) dan
partisipan II haemoglobin 8,1 g/dl (12-16 g/dl).

Menurut Ariani (2015) efek kemoterapi berpengaruh pada kerja


sumsum tulang yang merupakan pabrik pembuat sel darah merah,
sehingga jumlah sel darah merah menurun dan bisa menyebabkan
anemia. Anemia adalah penurunan sel darah merah yang ditandai
dengan penurunan Hb (Hemoglobin). Penurunan sel darah merah dapat
menyebabkan lemah, mudah lelah, tampak pucat.

Menurut penelitian Ambarwati & Wardani (2015) mengatakan bahwa


waktu terjadinya kelelahan yaitu 1 sampai 2 minggu setelah pemberian
kemoterapi. Kelelahan muncul saat berjalan dan melakukan aktivitas
rumah tangga seperti menyapu, mencuci dan memasak.
Menurut peneliti tegaknya diagnosis hambatan mobilitas fisik
berhubungan dengan agens farmaseutikal sesuai dengan teori.
Kelelahan dapat disebabkan banyak faktor seperti anemia, gangguan
tidur, nyeri dan efek pengobatan dari kanker. Kelelahan dapat terjadi
karena anemia dan kebutuhan nutrisi yang terjadi kurang akibat
penurunan nafsu makan. Efek kemoterapi menyebabkan adanya
pelepasan zat-zat sitoksin seperti TNF (tumor nekrosis faktor) dan
interluekin yang menyebabkan hipotalamus bereaksi dengan
menurunkan rasa lapar mengakibatkan pasien kemoterapi mengalami
penurunan nafsu makan sehingga kebutuhan energi dalam tubuh tidak
tercukupi.

Pada kedua partisipan muncul dianognosis hipertemi, partisipan I


didapatkan data subjektif pasien mengatakan demam setelah transfusi
Packed Red Cell (PRC) 1 kolf dan badannya terasa panas, wajahnya
memerah. Data objektif kulit pasien memerah , pasien tampak gelisah,
suhu 39,4oC dan hasil pemeriksaan hematologi didapat leukosit
3.280/mm3 (5.000-10.000/mm3) . Sedangkan partisipan II didapatkan
data subjektif pasien mengatakan badannya menggigil setelah menjalani
kempterapi lalu kemudian terasa panas, pasien mengatakan wawahnya
memerah. Data objektifk wajah pasien tampak memerah, kulit pasien
tampak memerah dan terasa panas, suhu 38 oC dan hasil pemeriksaan
hematologi didapat leukosit 11.940/mm3 (5.000-10.000/mm3).

Menurut Ariani (2015) Kemoterapi berpengaruh pada kerja sumsum


tulang yang merupakan pabrik pembuat sel darah merah, sehingga
jumlah sel darah merah menurun, yang paling sering adalah penurunan
sel darah putih (leukosit), tapi ada juga beberapa obat kemoterapi yang
menyebabkan peningkatkan leukosit.

Menurut analisis peneliti tegaknya diagnosis hipertermi berhubungan


dengan peningkatan laju metabolisme sesuai dengan teori karna efek
samping dari obat kemoterapi tersebut bisa menyebabkan penurunan
atau peningkatan leukosit hal ini menyebakan daya tahan tubuh
menurun sehingga sangat mudah untuk terkena infeksi. Bila terjadi
infeksi maka terjadi peningkatan suhu tubuh.

Diangosis keperawatan pada partisipan II ditegakkannya risiko


pendarahan berhubungan dengan Koagulopati inheren
(trombositopenia) sesuai dengan teori. Pasien mengatakan terdapat
ruam pada kulitnya dan hasil pemeriksaan hematologi didapatkan
trombosit 64.000/mm3 (150.000-400.000/mm3).

Menurut Ariani (2015) Keping darah (trombosit) berperan pada proses


pembekuan darah, apabila jumlah trombosit rendah dapat
menyebabkan pendarahan, ruam, dan bercak merah pada kulit.

Risiko pendarahan adalah rentan mengalami penurunan volume darah,


yang dapat mengganggu kesehatan (NANDA, 2015). Risiko
pendarahan terjadi karena penurunan jumlah trombosit didalam tubuh.
Trombosit berfungsi dalam mekanisme pembekuan darah, apabila
jumlah trombosit rendah dapat menyebabkan pendarahan, ruam, dan
bercak merah pada kulit. Trombositopenia adalah suatu kondisi dimana
jumlah trombosit kurang dari normal yang disebabkan oleh reaksi awal
obat-obatan, malignansi sumsum tulang, atau radiasi pengion yang
merusak sumsum tulang. Keadaan sebaliknya disebut trombositosis,
yaitu peningkatan jumlah trombosit karena pendarahan, terutama
anemia karena kehilangan darah yang kronis, infeksi, pascabedah,
keganasan dan penyakit inflamasi.
Analisa dari peneliti pada partisipan I tidak ditegakkan diagnosis risiko
pendarahan berhubungan dengan Koagulopati inheren
(trombositopenia), karna tidak terdapat ruam dikulitnya dan juga hasil
pameriksaan hematologi didapat trombosit 442.000/mm3 (150.000-
400.000/mm3) masih dalam batas normal.

Berdasarkan diagnosis diatas, ada 6 diagnosis keperawatan yang tidak


muncul pada partisipan I dan Partisipan II yaitu nyeri akut berhubungan
dengan agen cedera biologis (penekanan sel syaraf). Berdasarkan
analisis peneliti, nyeri abdomen pada bagian bawah pasien terjadi
karena tumor telah menyebar keluar serviks dan melibatkan jaringan
rongga pelvis, ini dapat mengakibatkan penekanan sel saraf
lumbosakralis yang mengakibatkan nyeri dan pendarahan rektum.
Diagnosis berikutnya yang tidak ditemui pada partisipan I dan
partisipan II ansietas berhubungan dengan status kesehatan menurun.
Berdasarkan analisis peneliti, ansietas adalah perasaan tidak nyaman
atau kekhawatiran yang samar disertai respons otonom (sumber sering
kali tidak spesifik atau tidak diketahui oleh individu) perasaan takut
yang disebabkan oleh antisipasi terhadap bahaya. Hal ini merupakan
isyarat kewaspadaan yang memperingatkan individu akan adanya
bahaya dan memampukan individu untuk tidak menghadapi ancaman.
Namun hal ini tidak dialami oleh pasien.

Diagnosis berikutnya yang tidak ditemui pada partisipan I dan


partisipan II resiko infeksi berhubungan dengan imunosupresi.
Berdasarkan analisis peneliti, resiko infeksi merupakan rentan
mengalami invasi dan multiplikasi organisme patogenik yang dapat
mengganggu kesehatan. Diagnosis berikutnya yang tidak ditemui pada
partisipan I dan partisipan II disfungsi seksual berhubungan dengan
gangguan struktur tubuh. Berdasarkan analisis peneliti, disfungsi
seksual merupakan suatu kondisi ketika individu mengalami suatu
perubahan fungsi seksual selama fase respons seksual berupa hasrat,
terangsang, dan atau orgasme, yang dipandang tidak memuaskan, tidak
bermakna, atau tidak adekuat. Tetapi ini tidak terjadi pada pasien.

Diagnosis berikutnya yang tidak ditemui pada partisipan I dan


partisipan II yaitu gangguan citra tubuh berhubungan dengan program
pengobatan. Berdasarkan analisis peneliti, akibat dari kemoterapi salah
satunya adalah alopesia yaitu kerontokan rambut. Kerontokan rambut
ini bersifat sementara yang terjadi antara hari ke 10 dan 21 setelah
kemoterapi. Efek tersebut kemungkinan dapat mempengaruhi
penampilan dan citra tubuh pasien. Diagnosis berikutnya yang tidak
ditemui pada partisipan I dan partisipan II yaitu kekurangan volume
cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif. Berdasarkan
analisis peneliti, kekurangan volume cairan tidak terjadi pada pasien
karena kekurangan volume cairan ditandai dengan timbulnya diare
berat dan mual muntah yang berlebihan dari efek kemoterapi. Namun
hal ini tidak dialami oleh pasien.

3. Rencana Keperawatan
Perencanaan tindakan keperawatan pada partisipan I didasarkan pada
tujuan rencana maaslah keperawatan yang muncul yaitu
ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan kurang asupan makanan, hambatan mobilitas fisik berhubungan
dengan agens farmaseutikal, hipertermi berhubungan dengan
peningkatan laju metabolisme. Sedangkan pada partisipan II didasarkan
pada tujuan rencana masalah keperawatan yang muncul yaitu hipertermi
berhubungan dengan peningkatan laju metabolisme, ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kurang
asupan makanan, hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan agens
farmaseutikal, risiko pendarahan berhubungan dengan Koagulopati
inheren (trombositopenia).

Berdasarkan pada kasus partisipan I tindakan yang dilakukan selama


lima hari dan partisipan II tindakan yang dilakukan selama enam hari
sesuai dengan rencana yang telah peneliti susun. Pada diagnosis
ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan kurang asupan makanan rencana tujuannya untuk memenuhi
status nutrisi. Rencananya adalah manajemen nutrisi, tindakan yang
dilakukan mengkaji apakah ada alergi makanan, monitor intake nutrisi:
tujuannya untuk mengetahui tingkat/status nutrisi pasien agar status
nutrisi pasien terpenuhi, mengkaji kemampuan pasien dalam asupan
nutrisi, monitor adanya penurunan berat badan dengan tujuan untuk
mengetahui asupan nutrisi pasien sudah terpaenuhi atau belum,
menganjurkan pasien meningkatkan makanan yang mengandung
protein dan vitamin C, identifikasi perubahan nafsu makan, monitor
untuk mual dan muntah, memberikan informasi mengenai kebutuhan
nutrisi pasien

Pada diagnosis hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan agens


farmaseutikal. Rencananya adalah manajemen energi, tindakan yang
dapat dilakukan monitor tanda-tanda vital pasien, dorong pasien untuk
mengungkapkan perasaanya, observasi nutrisi sebagai sumber energi,
membantu pasien untuk mengidentifikan aktivitas yang mampu
dilakukan, anjurkan pasien menghindari aktivitas selama periode
istirahat, anjurkan keluarga untuk membantu aktivitas pasien, monitor
kadar hb, leukosit dan trombosit

Pada diagnosis hipertermi berhubungan dengan peningkatan laju


metabolisme. Rencananya adalah a) pengaturan suhu, tindakan yang
dapat dilakukan monitor suhu paling tidak setiap 2 jam sesuai
kebutuhan, monitor tanda-tanda vital, monitor warna kulit dan suhu. b)
manajemen cairan , tindakan yang dapat dilakukan berikan obat atau
cairan iv (misalnya: antipiretik, agen antibakteri dan agen anti
menggigil), tingkatkan sirkulasi udara, jaga intake dan output pasien,
tingkatkan intake cairan dan nutrisi adekuat, monitor hasil
laboratorium.

Perencanaan keperawatan yang dilakukan untuk partisipan II pada


diagnosis risiko pendarahan berhubungan dengan Koagulopati inheren
(trombositopenia). Rencanaya adalah pencegahan pendarahan, tindakan
yang dapat dilakukan monitor tanda-tanda vital, monitor hasil
laboratorium (haemoglobin,leukosit, trombosit dan hematokrit), beri
produk-produk penggantian darah (misalnya: trombosit dan plasma
beku segar (ffp)) dengan cara yang tepat, menganjurkan pasien untuk
meningkatkan mengkomsumsi makanan yang mengandung vitamin K,
intruksikan pada pasien dan keluarga agar melaporkan gejala demam,
menggigil.

Menurut Aspiani (2017), pemenuhan nutrisi pada pasien kanker serviks


mengalami gangguan karna efek kemoterapi ditandai dengan pasien
mengatakan tidak ada nafsu makan, pasien mual muntah.

4. Implementasi Keperawatan
Peneliti melakukan semua implementasi berdasarkan tindakan yang
telah direncanakan. Masalah ketidakseimbangan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh berhubungan dengan kurang asupan makanan yang
terjadi pada partisipan I dan Partisipan II telah dilakukan tindakan a)
mengkaji apakah ada alergi makanan, b) monitor intake nutrisi, c)
monitor adanya penurunan berat badan, d) menganjurkan pasien
meningkatkan makanan yang mengandung protein dan vitamin C, e)
mengidentifikasi perubahan nafsu makan, f) monitor untuk mual dan
muntah, g) memberikan informasi kepada pasien tentang kebutuhan
nutrisi pasien.
Pada kasus partisipan I dan partisipan II , melakukan tindakan
memberikan informasi kepada pasien tentang kebutuhan nutrisi pasien
dan menganjurkan pasien untuk meningkatkan asupan protein dan
vitamin C karna banyak anti-oksidan, tidak mengkomsumsi makanan
berkaleng atau kemasan karena pada makanan berkaleng mengandung
zat-zat kimia dan sebelum mengkomsumsi sayur-sayuran dan buah-
buahan dicuci terlebih dahulu untuk menghilangkan kandungan
pestisida pada sayur dan buah tersebut, hal ini tersebut dapat memicu
pertumbuhan dari sel-sel kanker.

Memperbanyak makan sayur dan buah segar. Faktor nutrisi juga dapat
mengatasi masalah kanker serviks. Penelitian mendapatkan hubungan
yang terbalik antara komsumsi sayuran berwarna hijau tua dan kuning
(banyak mengadung beta karoten atau vitamin A, vitamin C dan
Vitamin E) dengan kejadian neoplasia intra epithel juga kanker serviks.
Artinya semakin banyak mengkomsumsi makan sayuran berwarna hijau
tua dan kuning, maka akan semakin kecil resiko untuk terkena kanker
serviks.

Menurut penelitian Lestari (2009), banyak mengkomsumsi sayur dan


buah mengandung bahan-bahan anti-oksidan dan berkhiat mencegah
kanker misalnya alpukat, brokoli, kol, wortel, tomat, anggur, jeruk,
bawang dan bayam. Dari beberapa penelitian ternyata defisiensi asam
folat ( folic acid), vitamin C, vitamin E, beta karoten/retinol
dihunungkan dengan kanker serviks. Vitamin E, vitamin C dan beta
karoten mempunyai anti-oksidan yang kuat. anti-oksidan dapat
melindungi DNA/RNA terhadap pengaruh buruk radikal bebas yang
terjadi akibat oksidasi karsinogen bahan kimia. Vitamin E banyak
terdapat dalam minyak nabati (kedelai, jagung, biji-bijian dan kacang-
kacangan) dan vitamin C banyak terdapat pada buah dan sayur.

Berdasarkan analisis peneliti, intake asupan nutrisi pada pasien harus di


monitor karena tujuan bertujuan untuk mencegah terjadinya anemia
pada pasien dan membantu meningkatkan selera makan dan intake
nutrisi pasien, sehingga membantu peningkatan kadar haemoglobin
untuk mencegah penurunan keadaan umum pasien.

Untuk masalah hambatan mobilitas fisik tindakan yang dilakukan a)


monitor tanda-tanda vital pasien, b) observasi nutrisi sebagai sumber
energi, c) membantu pasien untuk mengidentifikan aktivitas yang
mampu dilakukan, d) anjurkan pasien menghindari aktivitas selama
periode istirahat, e) anjurkan keluarga untuk membantu aktivitas pasien,
f) monitor kadar hb, leukosit dan trombosit.

Salah satu tindakan untuk masalah hambatan mobilitas fisik adalah


memonitor hasil dari laboratorium seperti haemoglobin, trombosit dan
leukosit. Hasil laboratorium dipantau karena untuk mengetahui adanya
tanda dan gejala anemia seperti adakah penurunan haemoglobin
sehingga perlu ditanyakan bagaimana intake nutrisi pasien. Pemberian
transfusi PRC dapat meningkat kadar haemoglobin dalam darah.

Pada diagnosis hipertermi tindakan yang dilakukan a) pengaturan suhu,


tindakan yang dapat dilakukan monitor suhu paling tidak setiap 2 jam
sesuai kebutuhan, monitor tanda-tanda vital, monitor warna kulit dan
suhu. b) manajemen cairan , tindakan yang dapat dilakukan berikan
obat atau cairan iv (misalnya: antipiretik, agen antibakteri dan agen anti
menggigil), tingkatkan sirkulasi udara, jaga intake dan output pasien,
tingkatkan intake cairan dan nutrisi adekuat, monitor hasil
laboratorium.

Salah satu tindakan untuk masalah hipertermi adalah memberikan obat


antipiretik yaitu partisipan I diberikan paracetamol 3 x 500 mg per oral
dan partisipan II diberikan paracetamol Infus 10 mg/ml melalui IV
karena dapat menurunkan demam. Paracetamol tidak diberikan pada
orang yang alergi terhadap obat anti-inflamasi non-streroid (AINS),
memderita hepatitis, gangguan hati dan atau ginjal dan alkoholisme.
Pemberian paracetamol juga tidak boleh diberikan berulang kali pada
kepada penderita anemia, gangguan jantung, paru dan ginjal.
Memberikan banyak minum air hangat pada pasien hipetermi dapat
menurunkan demam dan membuat pendrita merasa nyaman namun
tidak menghambat proses melawan penyakit di dalam tubuh.

Berdasarkan analisis peneliti, perawatan demam dapat dilakukan


dengan memonitor suhu sekali 2 jam ini berguna untuk mementau
apakah demam turun atau tidak setelah pemberian antipiretik seperti
paracetamol.

Perencanaan keperawatan yang dilakukan untuk partisipan II pada


diagnosis risiko pendarahan berhubungan dengan Koagulopati inheren
(trombositopenia. tindakan yang dapat dilakukan a) monitor tanda-
tanda vital, b) monitor hasil laboratorium (haemoglobin,leukosit,
trombosit dan hematokrit), c) beri produk-produk penggantian darah
(misalnya: trombosit dan plasma beku segar (ffp)) dengan cara yang
tepat, d) menganjurkan pasien untuk meningkatkan mengkomsumsi
makanan yang mengandung vitamin K, e) intruksikan pada pasien dan
keluarga agar melaporkan gejala demam, menggigil.

Tindakan yang dilakukan untuk risiko pendarahan berhubungan dengan


Koagulopati inheren (trombositopenia) adalah pemberian
dexamethasone 2 ampul pada partisipan II untuk mencegah terjadinya
alergi pada pemberian tranfusi trombosit. Pemberian transfusi trombosit
untuk meningkatkan kadar trombosit dalam darah untuk pencegahan
terjadinya pendarahan. Berdasarkan analisi peneliti, mengkomsumsi
makanan yang mengandung vitamin K dapat membuat pembekuan
darah secara alami. Sumber makanan yang vitamin K seperti sayuran
yang berwarna hijau (kol, sawi, brokoli, dan kubis), susu, kedelai, keju
dan yoghurt.

5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi dilakukan pada tanggal 18 Mei sampai dengan 22 Mei untuk
partisipan I dan 26 Mei sampai dengan 31 Mei 2017 untuk partisipan II
Metode penelitian Subjective, Objective, Assesment, Planning (SOAP)
untuk mengetahui keefektifan tindakan yang dilakukan. Setelah
dilakukan tindakan keperawatan 5 x 24 jam untuk Diagnosis
keperawatan ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan kurang asupan makanan. Hasil evaluasi dari
diagnosis ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan kurang asupan makanan yaitu pasien sudah mulai
mau untuk makan, hasil pemeriksaan laboratorium haemoglobin pasien
dalam batas normal, pasien menghabiskan satu porsi makan dan
mendapatkan cairan IVFD Nacl 0,9% 16 tetes/menit. Evaluasi
keperawatan pada partisipan I dan partisipan II sesuai dengan kritea
atau indikator pada diagnosis ketidakseimbangan nutrisi antara lain:
masukan makan peroral adekuat, nilai hasil laboratorium sebagian
normal, dan masukan nutrisi parenteral dengan adekuat, sehingga
masalah teratasi dan intervensi dihentikan.

Evaluasi yang dilakukan pada diagnosis hambatan mobilitas fisik untuk


mengetahui mempertahankan keseimbangan. Hasil evaluasi dari
diagnosis hambatan mobilitas fisik yaitu pasien bisa melakukan
aktivitas secara mandiri, asupan nutrisi yang kuat dan hasil
laboratorium dalam batas normal. Evaluasi keperawatan pada partisipan
I dan partisipan II sesuai dengan kritea atau indikator pada diagnosis
hambatan mobilitas fisik antara lain: pasien beraktivitas secara mandiri
hasil laboratorium dalam batas normal dan asupan nutrisi yan adekuat,
sehingga masalah teratasi dan intervensi dihentikan.

Evaluasi yang dilakukan pada diagnosis hipertermi untuk


mempertahankan suhu tubuh dalam keadaan normal. Hasil evaluasi dari
diagnosis hipertermi yaitu suhu pasien normal (partisipan I s: 36,2oC
dan partisipan II s: 36,5oC), kulit pasien tidak tampak memerah, asupan
nutrisi adekuat. Evaluasi keperawatan pada partisipan I dan partisipan II
sesuai dengan kritea atau indikator pada diagnosis hipertermi antara
lain: suhu dalam batas normal, tidak ada kulit yang kemerahan,
sehingga masalah teratasi dan intervensi dihentikan.

Sedangkan untuk diagnosis keperawatan Partisipan II yaitu risiko


pendarahan berhubungan dengan Koagulopati inheren
(trombositopenia). Hasil pengkajian dari diagnosis risiko pendarahan
berhubungan dengan Koagulopati inheren (trombositopenia) yaitu hasil
laboratorium belum normal, tidak ada ruam pada kulit. Evaluasi
keperawatan belum dapat terasi karna trombosit pasien masih rendah
(trombosit 73.000/mm3) ( Normal 150.000-400.000/mm3) dan masih
membutuhkan transfusi trombosit. Intervensi dilanjutkan dengan
mendelegasikan keperawata yang bertugas.

Menurut peneliti, evaluasi masing-masing partisipan berbeda-beda


waktu teratasinya. Hal ini disebabkan karena perbedaan diagnosis
keperawatan yang muncul dan koping dari masing-masing partisipan
serta daya tahan tubuh partisipan.
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan kasus di atas dan setelah melakukan asuahan
keperawatan pada pasien dapat disimpulkan :
1. Pengkajian Keperawatan
Hasil pengkajian didapatkan partisipan I mengatakan kurang nasfu
makan, badan terasa lemah dan mudah lelah dan hanya menghabiskan
setengah dari diit yang di berikan oleh rumah sakit dan pada
pemeriksaan fisik ditemukan konjungtiva anemis. Sedang hasil
pengkajian pada didapatkan partisipan II mengatakan mengatakan
badannya menggigil dan terasa panas, kurang nasfu makan, badan
terasa lemah, mudah lelah dan hanya menghabiskan seperempat dari
diit yang di berikan oleh rumah sakit dan pemeriksaan fisik ditemukan
konjungtiva anemis, terdapat ruam pada kulit.
2. Diagnosis Keperawatan
Dalam teori diagnosis keperawatan yang muncul ada 10 diagnosis
keperawatan sedangkan pada partisipan I ditemukan ada 3 diagnosis
keperawatan dan pada partisipan II ada 4 diagnosis keperawatan.
Diagnosis utama yang diangkat ketidakseimbangan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh berhubungan dengan kurang asupan makanan.
3. Rencana Keperawatan
Rencana keperawatan untuk diagnosis ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kurang asupan
makanan adalah menajemen nutrisi dan monitor nutrisi.
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan dilakukan adalah monitor intake nutrisi,
menganjurkan meningkatkan makan yang mengandung protein dan
vitamin C, monitor mual muntah, monitor penurunan berat badan dan
monitor hasil laboratorium pasien.
5. Evaluasi Keperawatan
Hasil evalusi untuk diagnosis ketidakseimbangan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh berhubungan dengan kurang asupan makanan yaitu
pasien sudah mulai mau untuk makan, asupan nutrisi pasien meningkat
dan hasil pemeriksaan laboratorium haemoglobin pasien dalam batas
normal.

B. Saran
1. Bagi Perawat
Studi kasus yang peneliti lakukan dapat menjadi sumbangan pemikiran
bagi perawat di ruang IRNA Kebidanan RSUP Dr. M. Djamil Padang
dalam melakukan asuhan keperawatan secara profesional.

2. Bagi instiusi pendidikan


Dapat dijadikan bahan bacaan di perpustakaan untuk menambah
wawasan dalam melakukan asuhan keperawatan secara profesional.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya


Dapat dijadikan sebagai data awal untuk peneliti selanjutnya dalam
penerapan asuhan keperawatan secara profesional.
Poltekkes Kemenkes Padang
FORMAT PENGKAJIAN GINEKOLOGI-ONKOLOGI

1. Identitas Pasien
Nama : Ny. A
Umur : 72 tahun / 12 Agustus 1945
Pendidikan : SD
Suku Bangsa : Minang
Pekerjaan : Tidak bekerja
Agama : Islam

Alamat Rumah : Jl. Lakung Koto Tinggi Gunung Sariah Limo


Puluh Koto

2. Suami
Nama : Tn. A (Alm)
Umur :-
Pendidikan :-
Suku Bangsa :-
Pekerjaan :-
Agama :-
Keluarga terdekat : Ny. N(Anak kandung)
yang mudah dihubungi

3. Diagnosa dan Informasi Medik yang Penting Waktu Masuk


Tanggal Masuk : 17 Mei 2017 Jam 09.02 WIB
No. Medical Record : 96.24.54
Ruang Rawat : Kemuning 4
Diagnosa Medik : Kanker Serviks Post Kemoterapi VI + Anemia +
Leukositosis
Yang mengirim/merujuk : Poli Klinik Kebidanan
Alasan masuk :Pasien mengatakan akan melakukan kemoterapi
yang ke 6

4. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Sekarang
1) Keluhan utama masuk
Pasien masuk RSUP Dr.M.Djamil Padang pada tanggal 17 Mei 2017
pukul 09.02 WIB melalui Poli Klinik Kebidanan bersama dengan
keluarganya untuk melakukan kemoterapi yang ke 6.
2) Keluhan saat ini (waktu pengkajian) :
Pada saat dilakukan penagkajian pada tanggal 18 Mei 2017 jam 15.00
WIB, pasien mengatakan kurang nasfu makan, badan terasa lemah dan
mudah lelah. Pasien hanya menghabiskan setengah dari diit yang di
berikan oleh rumah sakit.
b. Riwayat Kesehatan Dahulu
Pasien mengatakan pernah mengalami keputihan, pasien mengatakan
pernah dirawat 4 hari di RSUD Liki pada tahun 2016 karena keluar
darah dari kemaluannya dan kemudian dirujuk ke RSAM untuk
pemeriksaan jaringan sampel dan pada november 2016 pasien masuk
RSUP Dr. M Djamil Padang dirawat untuk menjalani kemoterapi.
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
Pasien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang mempunyai sakit
seperti ini dan tidak ada dan juga penyakit keturunan seperti kanker
dan lain-lain.
d. Riwayat Kemoterapi
Pasien mengatakan sudah ini kemoterapi yang terakhir yaitu yang ke
emam. Pasien mengatakan keluhan yang dirasakan setelah kemoterapi
seperti mual muntah, tidak nafsu makan, badan terasa letih dan lemah.
e. Riwayat Perkawinan (JELASKAN)
1) Pada usia berapa pertama kali menikah
Pasien mengatakan menikah pada usia 17 tahun
2) Lama pernikahan
Pasien mengatakan menikah sudah 55 tahun lamanya
3) Sudah berapa kali menikah
Pasien mengatakan menikah hanya sekali

4) Ini adalah suami ke


Pasien mengatakan suaminya telah meninggal setahun yang lalu dan
itu adalah suami yang pertama dan yang terakhir.
f. Riwayat Haid/Status Ginekologi (JELASKAN)
1) Menarche : 12 tahun
2) Siklus : Teratur
3) Banyak : Pasien mengatakan haid paling banyak yaitu
selama 3 hari
4) Warna : merah
5) Bau : bau khas
6) Dismenorrhe : Pasien mengatakan mengeluhkan nyeri haid pada
hari pertama, nyeri haidnya masih bisa di tahan
7) Keluhan lain : tidak ada
g. Riwayat Obstetri (JELASKAN)
1) Riwayat kehamilan
Pasien mengatakan Pasien hamil pertama pada umur 20 tahun. Pasien
memiliki anak 3 orang. Pasien selama hamil mengalami siklus yang
normal.
2) Riwayat persalinan
Pasien mengatakan melahirkan secara normal dan tidak pernah
mengalami keguguran. Persalin ditolong oleh dukun kampung.
3) Riwayat nifas dan menyusui
Pasien mengatakan masa nifas selama 2 minggu. Menyusui selama 2
Tahun
h. Data Keluarga Berencana (JELASKAN)
1) Pernah ikut KB/tidak
Pasien mengatakan tidak pernah ikut karna susah untuk hamil.

5. Data Psikologis (JELASKAN)


Pasien mengatakan tidak cemas dan pasien mengatakan ingin pulang ke
rumah yang di kampung

6. Data Spritual (JELASKAN)


Pasien mengatakan menjalankan sholat 5 kali sehari dan mengaji. Pasien
tampak melakukan ibadah

7. Data Sosial Ekonomi (JELASKAN)


Pasien mengatakan berobat menggunakan BPJS

8. Aktivitas Sehari-hari sebelum sakit dan perbandingan dengan selama di


rawat (JELASKAN)
1) Dapat menolong diri sendiri
Pasien mengatakan sebelum sakit dapat melakukan aktivitas secara
mandiri. Selama di rawat di rumah sakit pasien tidak bisa melakukan
aktivitas secara mandiri.
2) Ditolong dengan bantuan minimum
Pasien mengatakan selama di rawat di rumah sakit di bantu oleh anaknya
untuk menolong aktivitas seperti makan, minum, bantu untuk berdiri dan
duduk serta membantu ke kamar mandi.
3) Ditolong dengan bantuan maksimum
Pasien tidak dibantu dengan bantuan maksimum
4) Nafsu makan
Sehat : pasien mengatakan nafsu makan seperti biasa, porsi makan habis
Sakit : pasien mengatakan selama di rawat nafsu makan menurun
karena efek samping dari kemoterapi dan mulut terasa kebas
5) Makan / minum
Sehat :- makan : 3 kali sehari ( nasi + lauk pauk + sayuran ), porsi
makan habis
- Minum : 6-7 kali sehari ( minum air putih )
Sakit : - makan 3 kali sehari ( nasi + lauk pauk + sayuran + buah-buahan )
- Minum 6-7 kali sehari ( minum air putih )
6) Istirahat dan pola tidur
Sehat : - Siang : 2-3 jam sehari ( nyenyak )
- Malam : 7-8 jam sehari
( nyenyak ) Sakit : - Siang : 2-3 jam sehari (
nyenyak )

- Malam : 7-8 jam sehari ( yenyak )


7) Personal hygiene
Sehat : mandi 2 kali sehari, gosok gigi 2 kali sehari pagi dan sore
Sakit : mandi 1 kali sehari, gosok gigi 2 kali sehari pagi dan sore
8) Eliminasi (BAB dan BAK)
Sehat :- BAK : 4-6 kali sehari, warna bening, bau khas
- BAB : 1 kali
sehari Sakit : - BAK : 4-6 kali
sehari

- BAB : 1 kali sehari


Keluhan : tidak ada

9. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum : Lemah
1) Kesadaran : Compos Mentis
2) Tekanan darah : 120/80 mmHg
3) Suhu : 36,2 oC
4) Nadi : 88 x/menit
5) Pernafasan : 20 x/menit
6) BB : 60 Kg
7) TB : 150 Cm
b. Kepala dan rambut
Bentuk kepala simetris, rambut berwarna hampir seluruhnya warna putih,
tampak bersih, tidak ada ketombe dan rontok.
Keluhan : tidak ada
c. Telinga
Simetris kiri dan kanan, Telinga tampak bersih, puncak pina sejajar
kantus mata, tidak ditemukan gangguan pendengaran
Keluhan : tidak ada
d. Muka
1) Mata
Simetris kiri dan kanan, reflek cahaya positif, konjungtiva anemis,
sklera tidak ikterik, reflek pupil positif, isokor.

2) Hidung
Simetris kiri dan kanan, tampak bersih, Cupping hidung tidak ada,
penciuman normal
3) Mulut dan gigi
mulut tampak kering, tidak ada sariawan, tidak ada sianosis, gusi
didapatkan tidak ada perdarahan, lidah tidak kotor, mukosa mulut
agak pucat

Keluhan : mulut dan lidah terasa kebas

e. Leher
bentuk simetris, tidak ada pembesaran kelenjer tiroid, tidak ada
pembesaran vena jugularis
Keluhan : tidak ada
f. Thoraks
Paru-paru
Inspeksi : bentuk simetris kiri dan kanan, pergerakan simetris kiri dan
kanan
Palpasi : fremitus kiri kanan sama
Perkusi : sonor
Auskultasi : suara nafas vesikuler, ronkhi -/-, wheezing -/-
Jantung
Inspeksi : ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : ictis cordis teraba di RIC V
Perkusi : pekak
Auskultasi : irama teratur
Keluhan : tidak ada
g. Payudara / mamae
Inspeksi : simetris kiri dan kanan, kulit sekitar payudara tidak seperti kulit
jeruk, tidak ada bekas luka, aerola mamae tampak berwarna kecoklatan,
papila mamae tampak kecoklatan dan puting tidak lecet/terbenam
Palpasi : tidak ada teraba benjolan pada kedua payudara
Keluhan : tidak ada

h. Abdomen
Inspeksi : tidak ada distensi abdomen, tidak tampak perubahan warna
kulit, perut tampak kendor
Auskultasi : bising usus normal
Palapasi : hepar dan limpa tidak teraba, tidak ada nyeri tekan
Perkusi : thympani
Keluhan : tidak ada
i. Ekstremitas
Atas : akral hangat, tidak ada bekas garukan, tidak ada edema pada kedua
tangan, CRT < 2 detik, terpasang infus sebelah kiri dengan cairan NaCl
0,9 % 20 tts/menit
Bawah : akral hangat, CRT <2 detik, tidak ada edema pada kedua kaki
Kekuatan otot
555 / 555
555 / 555
Keluhan : tidak ada
j. Genitalia
1) Kebersihan
tampak bersih
2) Pengeluaran pervaginam
Tidak ada karna pasien sudah menaupose

Keluhan : tidak ada

10. Data Penunjang


a. Pemeriksaan Laboratorium
Tanggal Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Rujukan
Pemeriksaan
Hemoglobin 9,0 g/dL 12-16
Leukosit 3.280 /mm3 5.000-10000
18 Mei 2017 Trombosit 442.000 /mm3 150.000-400.000
Hematokrit 28 % 37-43
Hemoglobin 13,0 g/dL 12-16
Leukosit 3.190 /mm3 5.000-10000
21 Mei 2017 Trombosit 306.000 /mm3 150.000-400.000
Hematokrit 38 % 37-43

11. Program Terapi Dokter


1) Obat oral : Paracetamol 3 x 500 mg
2) Obat paranteral : IVFD NaCl 0,9 % 20 tetes/menit
3) Transfusi PRC 3 kolf , 32 tetes/menit

Padang, 18 Mei 2017

( Dita Novelia )

NIM :143110212
ANALISIS DATA

Nama Pasien : Ny. A

No. MR 962454

NO Data Penyebab Masalah


1 DS : kurang asupan Ketidakseimbangan
1. Pasien mengatakan tidak makanan nutrisi kurang dari
nafsu makan kebutuhan tubuh
2. Pasien mengatakan mual
muntah
3. Pasien mengatakan mulut
terasa kebas
4. Pasien mengatakan hanya
mengabiskan ½ porsi dari
diit yang di berikan rumah
sakit
DO :
1. Pasien tampak mual muntah
2. Pasien tampak lemah
3. Pasien hanya menghabiskan
½ porsi dari diit yang
diberikan rumah sakit
2 DS : agens Hambatan
1. Pasien mengatakan farmaseutikal mobilitas fisik
badannya terasa lemah
2. Pasien menatakan badannya
terasa letih
3. Pasien mengatakan tidak
nafsu makan
4. Pasien mengatakan aktivitas
di bantu oleh keluarganya
DO :
1. Aktifitas pasien di bantu
oleh keluarga
2. Pasien tampak lemah
3. Konjungtiva anemis
4. Hb : 9,0 g/dl
5. Leukosit : 3.280/mm3
6. Trombosit:442.000/mm3
7. Ht : 28 %
3 DS : peningkatan Hipertermi
1. Pasien mengatakan badannya laju
terasa panas metabolisme
2. Pasien mengatakan wajahnya
tampak memerah

DO :
1. Pasien tampak gelisah
2. Badan pasien teraba hangat
3. Wajah pasien tampak
memerah
4. S : 39,4 oC

DAFTAR DIAGNOSIS KEPERAWATAN

Nama Pasien : Ny. A

No. MR 962454

Tanggal Tanggal Tanda


No Diagnosis Keperawatan
Muncul Teratasi Tangan
1 Ketidakseimbangan nutrisi kurang 18 Mei 22 Mei
dari kebutuhan tubuh berhubungan
2017 2017
dengan kurang asupan makanan
2 Hambatan mobilitas fisik 18 Mei 22 Mei
berhubungan dengan agens
2017 2017
farmaseutikal
3 Hipertermi berhubungan dengan 19 Mei 20 Mei
peningkatan laju metabolisme
2017 2017
RENCANA KEPERAWATAN

Nama Pasien : Ny. A

No. MR 962454

Rencana Keperawatan
No Diagnosis Keperawatan
1 Ketidakseimbangan Setelah dilakukan tindakan keperawatan, Manajemen Gangguan Makan
nutrisi kurang dari nafsu makan Pasien baik dengan kriteria 13) Kolaborasi dengan tim kesehatan lain
kebutuhan tubuh hasil : untuk mengembangkan rencana perawatan
berhubungan dengan c. Status nutrisi : asupan makanan dan cairan dengan melibatkan pasien dan orang-orang
kurang asupan makanan 6) Asupan makanan secara oral adekuat terdekatnya dengan tepat
7) Asupan cairan secara oral adekuat 14) Kolaborasi dengan tim dan pasien untuk
8) Asupan cairan IV adekuat mengatur target pencapaian berat badan jika
9) Asupan nutrisi parenteral adekuat berat badan pasien tidak berada dalam
10) Tidak ada mual dan muntah rentang normal
15) Kolaborasi dengan ahli gizi dalam
d. Nafsu makan
menentukan asupan kalori harian yang
4) Peningkatan keinginan untuk makan
diperlukan
5) Peningkatan rangsangan untuk makan
16) Dorong pasien untuk mendiskusikan
6) Intake makanan adekuat
makanan yang disukai bersama ahli gizi
17) Timbang berat badan pasien
18) Monitor intake/asupan dan asupan
cairan secara tepat
19) Monitor asupan kalori makanan harian

Poltekkes Kemenkes
20) Batasi makanan sesuai dengan jadwal
21) Observasi pasien selama dan setelah
pemberian makan/makanan ringan untuk
meyakinkan bahwa asupan makanan yang
cukup tercapai dan dipertahankan
22) Beri dulungan misalnya terapi relaksasi
23) Batasi aktivitas fisik sesuai kebutuhan
untuk meningkatkan berat badan
24) Monitor berat badan pasien sesuai
secara rutin

Manajemen Nutrisi
7) Tentukan status gizi pasien
8) Identifikasi alergi dan intoleransi terhadap
makanan
9) Atur diit yang diperlukan (rendah protein,
tinggi karbohidrat, rendah natrium)
10) Beri obat-obatan sebelum makan seperti
antiemeik
11) Anjurkan diit pasien sesuai kebutuhan
12) Monitor kalori dan asupan nutrisi

Monitor Nutrisi
9) Timbang berat badan pasien
10) Identifikasi adanya penurunan berat
badan
11) Monitor turgor kulit
12) Monitor adanya mual muntah

Poltekkes Kemenkes
13) Identifikasi perubahan nafsu makan
14) Monitor pucat pada konjungtiva
15) Lakukan kemampuan menelan
16) Tentukan faktor yang mempengaruhi
nutrisi
2 Hambatan mobilitas fisik Setelah dilakukan tindakan keperawatan, Manajemen Energi
berhubungan dengan Pasien mampu mempertahankan 12) Kaji status fisiologis pasien yang
agens farmaseutikal keseimbangan secara mandiri dengan kriteria menyebabkan kekelahan sesuai dengan
hasil : konteks usia dan perkembangan
4) Keseimbangan gerakan 13) Anjurkan pasien untuk mengungkapkan
5) Mempertahankan keseimbangan ketika perasaan secara verbal mengenai
berdiri keterbatasan yang dialami
6) Mempertahankan keseimbangan ketika 14) Tentukan persepsi pasien atau orang
berjalan terdekat dengan pasien mengenai penyebab
kelelahan
15) Perbaiki defisit status pisiologis
(misalnya, kemoterapi yang menyebabkan
anemia) sebagai prioritas pertama
16) Monitor intake/asupan nutrisi untuk
mengetahui sumber energi yang adekuat
17) Monitor waktu dan lama istirahat pasien
18) Kurangi ketidaknyamanan fisik yang
dialami pasien yang bisa mempengaruhi
fungsi kognitif, pemanatauan diri dan
pengaturan aktivitas pasien
19) Bantu pasien untuk mengidentifikasi
kegiatan rumah yang bisa dilakukan oles
keluarga dan teman dirumah untuk

Poltekkes Kemenkes
mencegah/mengatasi kelelahan
20) Instrusikan pasien atau keluarga
mengenali tanda dan gejala kelelahan yang
memerlukan pengurangan aktivitas
21) Instruksikan pasien atau keluarga
mengenai stres dan koping intervensi untuk
mengurangi kelelahan
22) Ajarkan pasien atau keluarga untuk
menghubungi tenaga kesehatan jika tanda
dan gejala kelelahan tidak berkurang

Manajemen Lingkungan
5) Ciptakan lingkungan yang aman bagi pasien
6) Identifikasi kebutuhan keselamatan pasien
berdasarkan fungsi fisik dan kognitif serta
riwayat perilaku di masa lalu
7) Singkirkan benda-benda berbahayadari
lingkungan
8) Batasi pengunjung

Peningkatan Mekanika Tubuh


4) Bantu untuk mendemonstrasikan posisi
tidur yang tepat
5) Bantu untuk menghindari duduk dalam
jangka waktu yang lama
6) Instruksikan pasien untuk menggerakkan
kaki terlebih dahulu kemudian badan ketika
memulai berjalan dari posisi berdiri

Poltekkes Kemenkes
3 Hipertermi berhubungan Setelah dilakukan tindakan keperawatan, Perawatan Demam
dengan peningkatan laju Pasien mampu mempertahankan suhu tubuh 7) Pantau suhu dan tanda-tanda vital lainnya
metabolisme dalam keadaan normal dengan kriteria hasil: 8) Monitor warna kulit dan suhu
d. Termoregulasi 9) Monitor asupan dan keluaran, sadari
5) Tingkat pernafasan tidak terganggu perubahan kehilangan cairan yang tak
6) Melaporkan kenyamanan setelah suhu dirasakan
tubuh turun 10) Berikan obat atau cairan IV (misalnya:
7) Tidak terjadi perubahan warna kulit antipiretik, agen antibakteri dan agen anti
8) Tidak ada dehidrasi menggigil)
11) Dorong komsumsi cairan
e. Status kenyamanan fisik 12) Tingkatkan sirkulasi udara
5) Suhu tubuh normal
6) Tidak terganggu intake makanan Manajemen cairan
7) Tidak terganggu intake cairan 10) Jaga intake dan output pasien
8) Tingkat energi tidak terganggu 11) Monitor status hidrasi (misalnya :
membran mukosa lemban, denyut nadi
f. Keparahan infeksi adekuat dan tekanan darah ortostatistik)
5) Tidak ada kulit kemerahan 12) Monitor hasil laboratorium yang
6) Tidak terjadi demam relevan dengan retensi cairan (misalnya :
7) Tidak ada terjadi kehilangan nafsu peningkatan BUN, penurunan hematokrit
makan dan peningkatan osmolalitas urine)
8) Tidak ada peningkatan jumlah sel darah 13) Monitor tanda-tanda vital
putih 14) Monitor makanan/cairan yang
dikomsumsi dan hitung asupan kalori harian
e. Respon pengobatan 15) Berikan cairan IV
7) Pasien mengetahui efek sampingnya 16) Atur ketersedian produk darah untuk
8) Tidak ada reaksi alergi transfusi, jika perlu.
9) Tidak ada efek prilaku dari pengobatan 17) Persiapan pemberian produk darah

Poltekkes Kemenkes
(misalnya: cek darah dan mempersiapkan
pemasangan infus)
18) Berikan produk-produk darah
(misalnya, trombosit dan plasma yang baru)

Manajemen Obat
8) Tentukan obat yang diperlukan dan kelola
menurut resep dan / atau protokol
9) Monitor efektifitas cara pemberian obat
yang sesuai
10) Monitor pasien mengenai efek
terapeutik obat
11) Monitor tanda dan gejala toksisitas obat
12) Monitor level serum darah ( misalnya:
elektrolit, protrombin, obat-obatan) yang
sesuai
13) Monitor interaksi obat yang non
terpeutik
14) Monitor respon terhadap perubahan
pengobatan dengan cara yang tepat

Pengaturan Suhu
5) Monitor suhu paling tidak setiap 2 jam,
sesuai kebutuhan
6) Monitor tekanan darah, nadi dan respirasi,
sesuai kebutuhan
7) Monitor suhu dan warna kulit
8) Tingkatkan intake cairan dan nutrisi

Poltekkes Kemenkes
adekuat

Poltekkes Kemenkes
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN

Nama Pasien : Ny. A

No. MR 962454

Hari /
Tanda
tanggal Diagnosa Keperawatan Implementasi Keperawatan Evaluasi Keperawatan
Tangan
/ jam
Kamis / Ketidakseimbangan 1. Mengkaji apakah ada alergi makanan Jam 16.25 WIB
18 Mei nutrisi kurang dari 2. Mengkaji kemampuan pasien dalam
2017 / kebutuhan tubuh asupan nutrisi S
jam berhubungan dengan 3. Menganjurkan pasien meningkatkan - Pasien mengatakan kurang nafsu
13.20 kurang asupan makanan yang mengandung protein makan
WIB makanan dan vit C - Apabila makan masih
4. Menimbang berat badan. mengeluh mual dan muntah
5. Memberikan informasi kepada pasien - Pasien mengatakan tidak ada
dan keluarga tentang kebutuhan alergi makanan
nutrisi yang mencakup berapa banyak
jumlah protein, vitamin, dan O
karbohidrat. - Pasien tampak tidak
6. Memonitor untuk mual dan muntah menghabiskan makanannya
- Pasien tampak tidak nafsu makan,
makanan yang habis hanya ½ dari
yang disajikan
- Pasien tampak lemah

Poltekkes Kemenkes
- Pasien terpasang Nacl 0,9 % 20
tetes/menit

A:Kanker serviks Post kemoterapi


dan ketidakseimbangan nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh

P: Intervensi dilanjutkan
- Monitor kalori dan intake nutrisi
- Monitor adanya penurunan berat
badan
- Monitor mual dan muntah
Hambatan mobilitas 1. Kaji status fisiologis pasien yang Jam 16.25 WIB
fisik berhubungan menyebabkan kekelahan sesuai dengan
dengan agens konteks usia dan perkembangan S:
farmaseutikal 2. Anjurkan pasien untuk mengungkapkan - Pasien mengatakan badan masih
perasaan secara verbal mengenai terasa lemah
keterbatasan yang dialami - Pasien mengatakan kurang nafsu
3. Perbaiki defisit status pisiologis makan
(misalnya, kemoterapi yang - Pasien mengatakan aktivitas masih
menyebabkan anemia) sebagai prioritas dibantu keluarga
pertama
4. Monitor intake/asupan nutrisi untuk O:
mengetahui sumber energi yang adekuat - Pasien tampak lemah
5. Monitor waktu dan lama istirahat Pasien - Makanan pasien bersisa ½ porsi
6. Bantu pasien untuk mengidentifikasi - Pasien terpasang Nacl 0,9 % 20
kegiatan rumah yang bisa dilakukan tetes/menit
oleh keluarga dan teman dirumah untuk - TD 120/80 mmHg

Poltekkes Kemenkes
mencegah/mengatasi kelelahan - HR 88 x/menit
7. Instruksikan pasien atau keluarga - RR 20 x/menit
mengenai stres dan koping intervensi - S : 36,4 oC
untuk mengurangi kelelahan - Hb: 9.0 g/dl
8. Batasi pengunjung - Leukosit : 3.280 /mm3
9. Instruksikan pasien untuk - Trombosit : 442.000/ mm3
menggerakkan kaki terlebih dahulu - Ht : 28 %
kemudian badan ketika memulai
berjalan dari posisi berdiri A: Kanker Serviks post kemoterapi dan
10. Monitor kadar Hb, leukosit dan hambatan mobilitas fisik
trombosit
11. Memberikan transfusi PRC I kolf P: Intervensi dilanjutkan
- Monitor tanda-tanda vital pasien
- Dorong pasien untuk
mengungkapkan perasaanya
- Observasi nutrisi sebagai sumber
energy
- Membantu pasien untuk
mengidentifikan aktivitas yang
mampu dilakukan
- Anjurkan pasien menghindari
aktivitas selama periode istirahat
- Anjurkan keluarga untuk membantu
aktivitas pasien
- Monitor kadar Hb, Leukosit dan
Trombosit
- Memberikan transfusi PRC I kolf

Poltekkes Kemenkes
Jum’at/ Ketidakseimbangan 1. Memonitor jumlah kalori dan Jam 16.30 WIB
19 Mei nutrisi kurang dari intake nutrisi S:
2017 / kebutuhan tubuh 2. Monitor adanya penurunan berat badan - Pasien mengatakan masih kurang
jam berhubungan dengan 3. Memonitor untuk mual dan muntah nafsu makan
12.30 kurang asupan 4. Monitor turgor kulit - pasien masih mengeluh mual
WIB makanan
O:
- Pasien seringkali tidak
menghabiskan makanannya ,
makanan yang habis hanya ½ dari
yang disajikan
- Pasien tampak lemas
- Pasien terpasang Nacl 0,9 % 20
tetes/menit

A: Kanker servik post kemoterapi dan


ketidakseimbangan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh

P: Intervensi dilanjutkan
- Monitor intake nutrisi
- Monitor adanya penurunan berat
badan
- Monitor mual dan muntah
Hambatan mobilitas 1. Anjurkan pasien untuk mengungkapkan Jam 16.30 WIB
fisik berhubungan perasaan secara verbal mengenai
dengan agens keterbatasan yang dialami S:
farmaseutikal 2. Monitor intake/asupan nutrisi untuk - Pasien mengatakan badan masih

Poltekkes Kemenkes
mengetahui sumber energi yang adekuat sedikit lemah
3. Monitor waktu dan lama istirahat pasien - Pasien mengatakan aktivitas masih
4. Membantu pasien untuk dibantu keluarga
mengidentifikan aktivitas yang mampu - Pasien mengatakan sudah siap
dilakukan transfusi PRC 1 kolf
5. Anjurkan pasien menghindari akvitas
selama periode istirahat O:
6. Anjurkan keluarga untuk membantu - Pasien tampak masih lemah
aktivitas pasien - Makanan hanya dihabiskan ½ porsi
7. Monitor tanda-tanda vital pasien saja
8. Batasi pengunjung - TD 120/80 mmHg
9. Monitor kadar Hb, leukosit dan - HR 91 x/menit
trombosit - RR 21 x/menit
10. Memberikan transfusi PRC I kolf - S : 39,4 oC
- Hb: 9.0 g/dl
- Leukosit : 3.280 /mm3
- Trombosit : 442.000/ mm3
- Ht : 28 %
- Pasien terpasang IVFD Nacl 0.9 %
20 tetes/menit

A: Kanker serviks post kemoterapi dan


hambatan mobititas fisik

P: Intervensi dilanjutkan
- Monitor tanda-tanda vital pasien
- Dorong pasien untuk
mengungkapkan perasaanya

Poltekkes Kemenkes
- Observasi nutrisi sebagai sumber
energy
- Membantu pasien untuk
mengidentifikan aktivitas yang
mampu dilakukan
- Anjurkan pasien menghindari
aktivitas selama periode istirahat
- Anjurkan keluarga untuk membantu
aktivitas pasien
- Monitor kadar Hb, Leukosit dan
Trombosit
- Memberikan transfusi PRC II kolf
setelah demannya turun
Hipertermi 1. Monitor suhu paling tidak setiap 2 jam, Jam 16.30 WIB
berhubungan dengan sesuai kebutuhan
peningkatan laju 2. Monitor warna kulit dan suhu S:
metabolisme 3. Berikan obat atau cairan IV (misalnya: - Pasien mengatakan badannya
antipiretik, agen antibakteri dan agen terasa panas
anti menggigil)
4. Tingkatkan sirkulasi udara O:
5. Jaga intake dan output pasien - Pasien tampak gelisah
6. Tingkatkan intake cairan dan nutrisi - Badan pasien teraba hangat
adekuat - Wajah pasien tampak memerah
7. Monitor status hidrasi (misalnya : - S : 39,4 oC
membran mukosa lemban, denyut nadi - Pasien terpasang IVFD Nacl 0.9 %
adekuat dan tekanan darah ortostatistik) 20 tetes/menit
8. Monitor hasil laboratorium yang - Pasien diberikan terapi paracetamol
relevan dengan retensi cairan (misalnya 3 x 500 mg

Poltekkes Kemenkes
: peningkatan BUN, penurunan
hematokrit dan peningkatan osmolalitas A : Kanker serviks post kemoterapi dan
urine) hipertermi
9. Monitor tanda-tanda vital
10. Atur ketersedian produk darah untuk P: Intervensi dilanjutkan
transfusi, jika perlu. - Monitor suhu paling tidak setiap 2
11. Persiapan pemberian produk darah jam, sesuai kebutuhan
(misalnya: cek darah dan - Monitor warna kulit dan suhu
mempersiapkan pemasangan infus) - Berikan obat atau cairan IV
12. Berikan produk-produk darah (misalnya: antipiretik, agen
(misalnya, trombosit dan plasma yang antibakteri dan agen anti
baru) menggigil)
13. Monitor respon terhadap perubahan - Tingkatkan sirkulasi udara
pengobatan dengan cara yang tepat - Jaga intake dan output pasien
- Tingkatkan intake cairan dan
nutrisi adekuat
- Monitor hasil laboratorium
- Monitor tanda-tanda vital
Sabtu / Ketidakseimbangan 1. Memonitor jumlah kalori dan Jam 12.00 WIB
20 Mei nutrisi kurang dari intake nutrisi
2017 / kebutuhan tubuh 2. Monitor adanya penurunan berat badan S
jam berhubungan dengan 3. Memonitor untuk mual dan muntah - Pasien mengatakan kurang nafsu
08.30 kurang asupan 4. Monitor turgor kulit makan
makanan - Apabila makan masih
mengeluh mual dan muntah

O:
- Pasien tampak tidak

Poltekkes Kemenkes
menghabiskan makanannya
- Pasien tampak sudah ada nafsu
makan, makanan yang habis
hanya
½ dari yang disajikan
- Pasien tampak lemah
- Pasien terpasang Nacl 0,9 % 20
tetes/menit

A:Kanker serviks Post kemoterapi dan


ketidakseimbangan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh

P: Intervensi dilanjutkan
- Monitor kalori dan intake nutrisi
- Monitor adanya penurunan berat
badan
- Monitor mual dan muntah
Hambatan mobilitas 1. Anjurkan pasien untuk mengungkapkan Jam 12.00 WIB
fisik berhubungan perasaan secara verbal mengenai
dengan agens keterbatasan yang dialami S:
farmaseutikal 2. Monitor intake/asupan nutrisi untuk - Pasien mengatakan badan masih
mengetahui sumber energi yang adekuat sedikit lemah
3. Monitor waktu dan lama istirahat pasien - Pasien mengatakan aktivitas masih
4. Membantu pasien untuk dibantu keluarga
mengidentifikan aktivitas yang mampu - Pasien mengatakan sudah siap
dilakukan transfusi PRC 1 kolf
5. Anjurkan pasien menghindari aktivitas
selama periode istirahat O:

Poltekkes Kemenkes
6. Anjurkan keluarga untuk membantu - Pasien tampak masih lemah
aktivitas pasien - Makanan hanya dihabiskan ½ porsi
7. Monitor tanda-tanda vital pasien saja
8. Batasi pengunjung - TD 130/80 mmHg
9. Monitor kadar Hb, leukosit dan - HR 82 x/menit
trombosit - RR 20 x/menit
10. Memberikan tranfusi PRC II - S : 36,3 oC
- Hb: 9.0 g/dl
- Leukosit : 3.280 /mm3
- Trombosit : 442.000/ mm3
- Ht : 28 %
- Pasien terpasang IVFD Nacl 0.9 %
20 tetes/menit

A: Kanker serviks post kemoterapi dan


hambatan mobititas fisik

P: Intervensi dilanjutkan
- Monitor tanda-tanda vital pasien
- Anjurkan pasien menghindari
aktivitas selama periode istirahat
- Anjurkan keluarga untuk membantu
aktivitas pasien
- Monitor kadar Hb, Leukosit dan
Trombosit
- Memberikan transfusi PRC II
setelah demannya turun

Poltekkes Kemenkes
Hipertermi 1. Monitor suhu paling tidak setiap 2 jam, Jam 12.00 WIB
berhubungan dengan sesuai kebutuhan
peningkatan laju 2. Monitor warna kulit dan suhu S:
metabolisme 3. Berikan obat atau cairan IV (misalnya: - Pasien mengatakan badannya tidak
antipiretik, agen antibakteri dan agen terasa panas
anti menggigil)
4. Tingkatkan sirkulasi udara O:
5. Jaga intake dan output pasien - Pasien tampak tenang
6. Tingkatkan intake cairan dan nutrisi - Badan pasien teraba hangat
adekuat - Wajah pasien tampak tidak
7. Monitor hasil laboratorium yang memerah
relevan dengan retensi cairan (misalnya - S : 36,3 oC
: peningkatan BUN, penurunan - Pasien terpasang IVFD Nacl 0.9 %
hematokrit dan peningkatan osmolalitas 20 tetes/menit
urine)
8. Monitor tanda-tanda vital A : Kanker serviks post kemoterapi dan
9. Monitor respon terhadap perubahan masalah hipertermi teratasi
pengobatan dengan cara yang tepat
P: Intervensi dihentikan (pasien sudah
tidak demam)
Minggu/ Ketidakseimbangan 1. Memonitor intake nutrisi pasien Jam 12.30
21 Mei nutrisi kurang dari 2. Memonitor mual dan muntah
2017 / kebutuhan tubuh 3. Menganjurkan pasien meningkatkan S
jam berhubungan dengan makanan yang mengandung protein - Pasien mengatakan mulai ada
08.00 kurang asupan dan vit C dirumah nafsu makan
WIB makanan 4. Memberikan informasi kembali kepada - Apabila makan pasien masih mual
pasien dan keluarga tentang kebutuhan sedikit
nutrisi yang mencakup berapa banyak - Pasien seringkali tidak

Poltekkes Kemenkes
jumlah protein, vitamin, dan menghabiskan makanannya ,
karbohidrat. makanan yang habis hanya ¾
5. Menganjurkan memakan makanan dari yang disajikan
ringan (misal : Sering minum jus - Mual pasien tampak berkurang
segar) yang sesuai
6. Menganjurkan makanan tinggi A: Kanker serviks dan
serat untuk mencegah konstipasi ketidakseimbangan nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh

P: Intervensi dilanjutkan
- Monitor intake nutrisi
- Monitor mual dan muntah
Hambatan mobilitas 1. Monitor intake/asupan nutrisi untuk Jam 12.30 WIB
fisik berhubungan mengetahui sumber energi yang adekuat
dengan agens 2. Monitor waktu dan lama istirahat pasien S:
farmaseutikal 3. Anjurkan pasien menghindari aktivitas - Pasien mengatakan badan masih
selama periode istirahat sedikit lemah
4. Anjurkan keluarga untuk membantu - Pasien mengatakan aktivitas masih
aktivitas pasien dibantu keluarga
5. Monitor tanda-tanda vital pasien - Pasien mengatakan sudah siap
6. Batasi pengunjung transfusi PRC II kolf kemarin sore
7. Monitor kadar Hb, leukosit dan dan transfusi PRC III kolf tadi pagi
trombosit
O:
- Pasien tampak masih lemah
- Makanan hanya dihabiskan ½ porsi
saja
- TD 130/80 mmHg

Poltekkes Kemenkes
- HR 82 x/menit
- RR 20 x/menit
- S : 36,3 oC
- Hb: 9.0 g/dl
- Leukosit : 3.280 /mm3
- Trombosit : 442.000/ mm3
- Ht : 28 %
- Pasien terpasang IVFD Nacl 0.9 %
20 tetes/menit

A: Kanker serviks post kemoterapi dan


hambatan mobititas fisik

P: Intervensi dilanjutkan
- Monitor tanda-tanda vital pasien
- Anjurkan pasien menghindari
aktivitas selama periode istirahat
- Anjurkan keluarga untuk membantu
aktivitas pasien
- Monitor kadar Hb, Leukosit dan
Trombosit
Senin / Ketidakseimbangan 1. Memonitor intake nutrisi pasien Jam 12.00
21 Mei nutrisi kurang dari 2. Memonitor mual dan muntah
2017 / kebutuhan tubuh 3. Menganjurkan pasien meningkatkan S:
jam berhubungan dengan makanan yang mengandung protein - Pasien mengatakan mulai ada
08.30 kurang asupan dan vit C dirumah nafsu makan
WIB makanan 4. Memberikan informasi kembali - Pasien mengatakan mual sudah
kepada pasien dan keluarga tentang hilang
kebutuhan

Poltekkes Kemenkes
nutrisi yang mencakup berapa - Pasien mengatakan menghabiskan
banyak jumlah protein, vitamin, dan 1 porsi makanan rumah sakit
karbohidrat.
5. Menganjurkan memakan makanan O:
ringan (misal : Sering minum jus - Pasien sudah mulai menghabiskan
segar) yang sesuai makanannya
6. Menganjurkan makanan tinggi serat - Nafsu makan pasien tampak sudah
untuk mencegah konstipasi ada
- Pasien tidak ada mual dan muntah

A : Kanker serviks dan masalah


ketidakseimbangan nutrisi teratasi

P: Intervensi dihentikan (pasien


pulang)
Hambatan mobilitas 1. Monitor intake/asupan nutrisi untuk Jam 12.00 WIB
fisik berhubungan mengetahui sumber energi yang adekuat
dengan agens 2. Monitor waktu dan lama istirahat pasien S:
farmaseutikal 3. Anjurkan pasien menghindari aktivitas - Pasien mengatakan tidak lemas lagi
selama periode istirahat - Pasien mengatakan nafsu makan
4. Anjurkan keluarga untuk membantu meningkat
aktivitas pasien - Pasien mengatakan mandi tanpa
5. Monitor tanda-tanda vital pasien dibantu keluarga
6. Batasi pengunjung - Pasien mengatakan sudah siap
7. Monitor kadar Hb, leukosit dan transfusinya
trombosit
O:
- Pasien tampak tidak lemah lagi

Poltekkes Kemenkes
- Pasien sudah nafsu makan
- TD 140/80 mmHg
- HR 88 x/menit
- RR 20 x/menit
- S : 36,1 oC
- Hb: 13.0 g/dl
- Leukosit : 3.190 /mm3
- Trombosit : 306 .000/ mm3
- Ht : 38 %
- Pasien terpasang IVFD Nacl 0.9 %
20 tetes/menit

A: Kanker serviks post kemoterapi dan


hambatan mobititas fisik teratasi

P: Intervensi dihentika (pasien pulang)

Poltekkes Kemenkes
FORMAT PENGKAJIAN GINEKOLOGI-ONKOLOGI

12. Identitas Pasien


Nama : Ny. S
Umur : 36 tahun / 17 November 1980
Pendidikan : SMU
Suku Bangsa : Jawa
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Agama : Islam

Alamat Rumah : Lrg. Angsana pasir putih bungo jambi

13. Suami
Nama : Tn. A
Umur : 36 tahun
Pendidikan : SMU
Suku Bangsa : Bugis
Pekerjaan : Wiraswasta
Agama : Islam
Keluarga terdekat : Suami
yang mudah dihubungi

14. Diagnosa dan Informasi Medik yang Penting Waktu Masuk


Tanggal Masuk : 25 Mei 2017 Jam 08.57 WIB
No. Medical Record : 96.39.99
Ruang Rawat : Kemuning 5
Diagnosa Medik : Kanker Serviks Post Kemoterapi V + Anemia +
Trombositopenia + Leukositosis
Yang mengirim/merujuk : Datang sendiri
Alasan masuk : Pasien mengatakan akan melakukan kemoterapi
yang ke 5

15. Riwayat Kesehatan


i. Riwayat Kesehatan Sekarang
3) Keluhan utama masuk
Pasien masuk RSUP Dr.M.Djamil Padang pada tanggal 25 Mei 2017
pukul 08.57 WIB melalui IGD dan lanngsung rawat inap bersama
dengan keluarganya untuk melakukan kemoterapi yang ke 5.
4) Keluhan saat ini (waktu pengkajian) :
Pada saat dilakukan pengkajian pada tanggal 26 Mei 2017 jam 14.20
WIB, pasien mengatakan badannya menggigil dan terasa panas,
kurang nasfu makan, badan terasa lemah dan mudah lelah. Pasien
hanya menghabiskan ¼ dari diit yang di berikan oleh rumah sakit.
j. Riwayat Kesehatan Dahulu
Pasien mengatakan mengidap penyakit HIV (+) dan sudah minum obat
ARV selama 7 tahun dan pada desember tahun 2016 pernah dirawat di
RSUP Dr. M. Djamil Padang sebelum melakukan kemoterapi.
k. Riwayat Kesehatan Keluarga
Pasien mengatakan ada anggota keluarga yang mempunyai riwayat
sakit kanker yaitu ibunya sakit kanker payudara dan ayahnya sakit
kanker mulut.
l. Riwayat Kemoterapi
Pasien mengatakan sudah ini kemoterapi yang ke lima. Pasien
mengatakan keluhan yang dirasakan setelah kemoterapi seperti mual
muntah, tidak nafsu makan, badan terasa letih dan lemah dan sekarang
mengalami demam sebelumnya tidak pernah mengalami demam setelah
kemoterapi.
m. Riwayat Perkawinan (JELASKAN)
5) Pada usia berapa pertama kali menikah
Pasien mengatakan menikah pada usia 20 tahun
6) Lama pernikahan
Pasien mengatakan menikah sudah 16 tahun lamanya
7) Sudah berapa kali menikah
Pasien mengatakan menikah sudah 2 kali, menikah yang pertama
Pasien cerai dengan suami pertamanya.

8) Ini adalah suami ke


Pasien mengatakan ini adalah suami yang ke 2
n. Riwayat Haid/Status Ginekologi (JELASKAN)
8) Menarche : 13 tahun
9) Siklus : Teratur
10) Banyak : Pasien mengatakan haid paling banyak yaitu
selama 3 hari dan ganti pembalut 3x sehari.
11) Warna : merah
12) Bau : bau khas
13) Dismenorrhe : Pasien mengatakan mengeluhkan nyeri haid pada
hari pertama, nyeri haidnya masih bisa di tahan.
14) Keluhan lain : tidak ada
o. Riwayat Obstetri (JELASKAN)
4) Riwayat kehamilan
Pasien mengatakan pasien hamil pertama pada umur 24 tahun. Pasien
memiliki anak 2 orang.
5) Riwayat persalinan
Pasien mengatakan melahirkan anak pertamanya secara normal
dengan bantuan bidan dan anak yang kedua secara seksio sesarea (sc)
dirumah sakit.
6) Riwayat nifas dan menyusui
Pasien mengatakan masa nifas selama 6 minggu. Anak pertamanya
ASI Eklusif dan menyusui sampai umur 2 tahun dan untuk anaknya
yang kedua sama sekali tidak menyusui dengannya karna pasien
mengidap HIV (+).
p. Data Keluarga Berencana (JELASKAN)
2) Pernah ikut KB/tidak
Pasien mengatakan tidak pernah ikut karna jarak anak yang jauh dan
susah untuk hamil, harus ikut program untuk hamil.
16. Data Psikologis (JELASKAN)
Pasien mengatakan tidak cemas dan pasien mengatakan ingin pulang ke
rumah yang di kampung dan berkumpul dengan anak dan keluarganya.
17. Data Spritual (JELASKAN)
Pasien mengatakan menjalankan sholat 5 kali sehari dan mengaji. Pasien
tampak melakukan ibadah

18. Data Sosial Ekonomi (JELASKAN)


Pasien mengatakan berobat menggunakan BPJS

19. Aktivitas Sehari-hari sebelum sakit dan perbandingan dengan selama di


rawat (JELASKAN)
9) Dapat menolong diri sendiri
Pasien mengatakan sebelum sakit dapat melakukan aktivitas secara
mandiri. Selama di rawat di rumah sakit pasien tidak bisa melakukan
aktivitas secara mandiri.
10) Ditolong dengan bantuan minimum
Pasien mengatakan selama di rawat di rumah sakit di bantu oleh suaminya
untuk menolong aktivitas seperti makan, minum, bantu untuk berdiri dan
duduk serta membantu ke kamar mandi.
11) Ditolong dengan bantuan maksimum
Pasien tidak dibantu dengan bantuan maksimum
12) Nafsu makan
Sehat : pasien mengatakan nafsu makan seperti biasa, porsi makan habis
Sakit : pasien mengatakan selama di rawat nafsu makan menurun
karena efek samping dari kemoterapi dan mulut terasa kebas
13) Makan / minum
Sehat :- makan : 3 kali sehari ( nasi + lauk pauk + sayuran ), porsi
makan habis
- Minum : 7-8 kali sehari ( minum air putih )
Sakit : - makan 3 kali sehari ( nasi + lauk pauk + sayuran + buah-buahan )
- Minum 5-6 kali sehari ( minum air putih )
14) Istirahat dan pola tidur
Sehat : - Siang : 2-3 jam sehari ( nyenyak )
- Malam : 7-8 jam sehari
( nyenyak ) Sakit : - Siang : 1-2 jam sehari (
nyenyak )

- Malam : 6-7 jam sehari ( yenyak )


15) Personal hygiene
Sehat : mandi 2 kali sehari, gosok gigi 2 kali sehari pagi dan sore
Sakit : mandi 1 kali sehari, gosok gigi 2 kali sehari pagi dan sore
16) Eliminasi (BAB dan BAK)
Sehat :- BAK : 4-6 kali sehari, warna bening, bau khas
- BAB : 1 kali
sehari Sakit : - BAK : 4-5 kali
sehari

- BAB : 1 kali sehari


Keluhan : tidak ada

20. Pemeriksaan Fisik


k. Keadaan umum : Lemah
8) Kesadaran : Compos Mentis
9) Tekanan darah : 100/60 mmHg
10) Suhu : 38 oC
11) Nadi : 79 x/menit
12) Pernafasan : 20 x/menit
13) BB : 48 Kg
14) TB : 152 Cm
l. Kepala dan rambut
Bentuk kepala simetris, rambut berwarna warna hitam, tampak bersih,
tidak ada ketombe dan rontok.
Keluhan : tidak ada
m. Telinga
Simetris kiri dan kanan, Telinga tampak bersih, puncak pina sejajar
kantus mata, tidak ditemukan gangguan pendengaran.
Keluhan : tidak ada
n. Muka
4) Mata
Simetris kiri dan kanan, reflek cahaya positif, Konjungtiva
anemis, Sklera tidak Ikterik, reflek pupil positif, isokor.

5) Hidung
Simetris kiri dan kanan, tampak bersih, Cupping hidung tidak ada,
penciuman normal
6) Mulut dan gigi
mulut tampak kering, tidak ada sariawan, tidak ada sianosis, gusi
didapatkan tidak ada perdarahan, lidah tidak kotor, mukosa mulut
agak pucat

Keluhan : mulut dan lidah terasa kebas

o. Leher
bentuk simetris, tidak ada pembesaran kelenjer tiroid, tidak ada
pembesaran vena jugularis
Keluhan : tidak ada
p. Thoraks
Paru-paru

Inspeksi : bentuk simetris kiri dan kanan, pergerakan simetris kiri dan
kanan

Palpasi : fremitus kiri kanan sama


Perkusi : sonor
Auskultasi : suara nafas vesikuler, ronkhi -/-, wheezing -/-
Jantung
Inspeksi : ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : ictis cordis teraba di RIC V
Perkusi : pekak
Auskultasi : irama teratur
Keluhan : tidak ada
q. Payudara / mamae
Inspeksi : simetris kiri dan kanan, kulit sekitar payudara tidak seperti kulit
jeruk, tidak ada bekas luka, aerola mamae tampak berwarna kecoklatan,
papila mamae tampak kecoklatan dan puting tidak lecet/terbenam
Palpasi : tidak ada teraba benjolan pada kedua payudara
Keluhan : tidak ada
r. Abdomen
Inspeksi : tidak ada distensi abdomen, tidak tampak perubahan warna
kulit, perut tampak kendor
Auskultasi : bising usus normal
Palapasi : hepar dan limpa tidak teraba, tidak ada nyeri tekan
Perkusi : thympani
Keluhan : tidak ada
s. Ekstremitas
Atas : akral hangat, tidak ada bekas garukan, tidak ada edema pada kedua
tangan, terdapat ruam pada kulit, CRT < 2 detik, terpasang infus sebelah
kiri dengan cairan NaCl 0,9 % 20 tts/menit
Bawah : akral hangat, CRT <2 detik, tidak ada edema pada kedua kaki
Kekuatan otot
555 / 555
555 / 555
Keluhan : tidak ada
t. Genitalia
3) Kebersihan
tampak bersih
4) Pengeluaran pervaginam
Pasien mengatakan masih ada keluar cairan, warnanya kehitaman
atau plak-plak hitam dan ganti pembalut 1x sehari.

Keluhan : tidak ada


21. Data Penunjang
b. Pemeriksaan Laboratorium
Tanggal Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Rujukan
Pemeriksaan
Hemoglobin 8,1 g/dL 12-16
Leukosit 11.940 /mm3 5.000-10000
26 Mei 2017 Trombosit 64.000 /mm3 150.000-400.000
Hematokrit 24 % 37-43
Hemoglobin 10,6 g/dL 12-16
Leukosit 7.120 /mm3 5.000-10000
28 Mei 2017 Trombosit 59.000 /mm3 150.000-400.000
Hematokrit - % 37-43
Hemoglobin 10,5 g/dL 12-16
30 Mei 2017 Leukosit 2.990 /mm3 5.000-10000
Trombosit 78.000 /mm3 150.000-400.000
Hematokrit 31 % 37-43
Hemoglobin 10,6 g/dL 12-16
1 Juni 2017 Leukosit 4360 /mm3 5.000-10000
Trombosit 87.000 /mm3 150.000-400.000
Hematokrit 31 % 37-43
Hemoglobin 9,6 g/dL 12-16
3 Juni 2017 Leukosit 2730 /mm3 5.000-10000
Trombosit 107.000 /mm3 150.000-400.000
Hematokrit 28 % 37-43
Hemoglobin 10,4 g/dL 12-16
5 Juni 2017 Leukosit 2.040 /mm3 5.000-10000
Trombosit 73.000 /mm3 150.000-400.000
Hematokrit 30 % 37-43

22. Program Terapi Dokter


6) Obat oral
26 Mei 2017 :
- Paracetamol infus 10 mg/ml
- Dexamethasone 2 ampul 5 mg/ml
30 Mei 2017

- Methylprednisolone 3 x 1 tab
7) Obat paranteral :
IVFD NaCl 0,9 % 20 tetes/menit
27 Mei 2017
- Tranfusi Packed Red Cell (PRC) 2 kolf 32 tetes/menit
- Tranfusi Thrombocyte Concentrate (TC) 10 unit 32 tetes/menit
29 Mei 2017

- Tranfusi Thrombocyte Concentrate (TC) 10 unit 32 tetes/menit


31 Mei 2017

- Tranfusi Thrombocyte Concentrate (TC) 10 unit 32 tetes/menit


2 Juni 2017

- Tranfusi Thrombocyte Co (TC) 1 unit 32 tetes/menit


3 Juni 2017

- Tranfusi Packed Red Cell (PRC) 1 kolf 32 tetes/menit


4 Juni 2017

- Tranfusi Packed Red Cell (PRC) 1 kolf 32 tetes/menit


6 Juni 2017

- Tranfusi Thrombocyte Concentrate (TC) 10 unit 32 tetes/menit


- Injeksi leucogen 300 mcg

Padang, 26 Mei 2017


( Dita Novelia )

NIM :143110212

ANALISIS DATA

Nama Pasien : Ny. S

No. MR 963999

NO Data Penyebab Masalah


1 DS : peningkatan laju Hipertermi
3. Pasien mengatakan metabolisme
badannya terasa
menggigil
4. Pasien mengatakan
badannya terasa panas
5. Pasien mengatakan
seluruh tubuhnya
memerah

DO :
5. Pasien tampak gelisah
6. Badan pasien teraba
hangat
7. Wajah pasien tampak
memerah
8. S : 38 oC
2 DS : kurang asupan Ketidakseimbangan
5. Pasien mengatakan tidak makanan nutrisi kurang dari
nafsu makan kebutuhan tubuh
6. Pasien mengatakan mual
muntah
7. Pasien mengatakan
mulut terasa kebas
8. Pasien mengatakan
hanya mengabiskan ¼
porsi dari diit yang di
berikan rumah sakit
DO :
4. Pasien tampak mual
muntah
5. Pasien tampak lemah
6. Pasien hanya
menghabiskan ¼ porsi
dari diit yang diberikan
rumah sakit
3 DS : agens Hambatan
5. Pasien mengatakan farmaseutikal mobilitas fisik
badannya terasa lemah
6. Pasien mengatakan
badannya terasa letih
7. Pasien mengatakan tidak
nafsu makan
8. Pasien mengatakan
aktivitas di bantu oleh
keluarganya
DO :
8. Aktifitas pasien di bantu
oleh keluarga
9. Pasien tampak lemah
10. Pasien tampak pucat
11. Konjungtiva anemis
12. Hb : 8,1 g/dl
13. Leukosit : 11.940/mm3
14. Trombosit:64.000/mm3
15. Ht : 24 %
4 DS: Koagulopati Risiko pendarahan
2. Pasien mengatakan inheren
banyak biru-biru pada (trombositopeni
kulitnya a)
DO:
9. Pasien tampak lemah
10. Pasien tampak pucat
11. Terdapat ruam pada kulit
12. Konjungtiva anemis
13. Hb : 8,1 g/dl
14. Leukosit : 11.940/mm3
15. Trombosit:64.000/mm3
16. Ht : 24 %

DAFTAR DIAGNOSIS KEPERAWATAN

Nama Pasien : Ny. S

No. MR 963999

Tanggal Tanggal Tanda


No Diagnosis Keperawatan
Muncul Teratasi Tangan
1 Hipertermi berhubungan dengan 26 Mei 27 Mei
peningkatan laju metabolisme
2017 2017
2 Ketidakseimbangan nutrisi kurang 26 Mei 31 Mei
dari kebutuhan tubuh berhubungan
2017 2017
dengan kurang asupan makanan
3 Hambatan mobilitas fisik 26 Mei 31 Mei
berhubungan dengan agens
2017 2017
farmaseutikal
4 Risiko pendarahan berhubungan 26 Mei 31 Mei
dengan Koagulopati inheren
2017 2017
(trombositopenia)
RENCANA KEPERAWATAN

Nama Pasien : Ny. S

No. MR 963999

NOC Rnacana Keperawatan NIC


No Diagnosis Keperawatan
1 Hipertermi berhubungan Setelah dilakukan tindakan keperawatan, Perawatan Demam
dengan peningkatan laju pasien mampu mempertahankan suhu tubuh 13) Pantau suhu dan tanda-tanda vital
metabolisme dalam keadaan normal dengan kriteria hasil: lainnya
g. Termoregulasi 14) Monitor warna kulit dan suhu
9) Tingkat pernafasan tidak terganggu 15) Monitor asupan dan keluaran, sadari
10) Melaporkan kenyamanan setelah suhu perubahan kehilangan cairan yang tak
tubuh turun dirasakan
11) Tidak terjadi perubahan warna kulit 16) Berikan obat atau cairan IV (misalnya:
12) Tidak ada dehidrasi antipiretik, agen antibakteri dan agen anti
menggigil)
h. Status kenyamanan fisik 17) Dorong komsumsi cairan
9) Suhu tubuh normal 18) Tingkatkan sirkulasi udara
10) Tidak terganggu intake makanan
11) Tidak terganggu intake cairan Manajemen cairan
12) Tingkat energi tidak terganggu 19) Jaga intake dan output pasien
20) Monitor status hidrasi (misalnya :
i. Keparahan infeksi membran mukosa lemban, denyut nadi
9) Tidak ada kulit kemerahan adekuat dan tekanan darah ortostatistik)

Poltekkes Kemenkes
10) Tidak terjadi demam 21) Monitor hasil laboratorium yang
11) Tidak ada terjadi kehilangan nafsu relevan dengan retensi cairan (misalnya :
makan peningkatan BUN, penurunan hematokrit
12) Tidak ada peningkatan jumlah sel darah dan peningkatan osmolalitas urine)
putih 22) Monitor tanda-tanda vital
23) Monitor makanan/cairan yang
f. Respon pengobatan dikomsumsi dan hitung asupan kalori harian
10) Pasien mengetahui efek sampingnya 24) Berikan cairan IV
11) Tidak ada reaksi alergi 25) Atur ketersedian produk darah untuk
12) Tidak ada efek prilaku dari pengobatan transfusi, jika perlu.
26) Persiapan pemberian produk darah
(misalnya: cek darah dan mempersiapkan
pemasangan infus)
27) Berikan produk-produk darah
(misalnya, trombosit dan plasma yang baru)

Manajemen Obat
15) Tentukan obat yang diperlukan dan
kelola menurut resep dan / atau protokol
16) Monitor efektifitas cara pemberian obat
yang sesuai
17) Monitor pasien mengenai efek
terapeutik obat
18) Monitor tanda dan gejala toksisitas obat
19) Monitor level serum darah ( misalnya:
elektrolit, protrombin, obat-obatan) yang
sesuai
20) Monitor interaksi obat yang non

Poltekkes Kemenkes
terpeutik
21) Monitor respon terhadap perubahan
pengobatan dengan cara yang tepat
Pengaturan Suhu
9) Monitor suhu paling tidak setiap 2 jam,
sesuai kebutuhan
10) Monitor tekanan darah, nadi dan
respirasi, sesuai kebutuhan
11) Monitor suhu dan warna kulit
12) Tingkatkan intake cairan dan nutrisi
adekuat
2 Ketidakseimbangan Setelah dilakukan tindakan keperawatan, Manajemen Gangguan Makan
nutrisi kurang dari nafsu makan pasien baik dengan kriteria hasil 25) Kolaborasi dengan tim kesehatan lain
kebutuhan tubuh : untuk mengembangkan rencana perawatan
berhubungan dengan e. Status nutrisi : asupan makanan dan cairan dengan melibatkan pasien dan orang-orang
kurang asupan makanan 11) Asupan makanan secara oral adekuat terdekatnya dengan tepat
12) Asupan cairan secara oral adekuat 26) Kolaborasi dengan tim dan pasien untuk
13) Asupan cairan IV adekuat mengatur target pencapaian berat badan jika
14) Asupan nutrisi parenteral adekuat berat badan pasien tidak berada dalam
15) Tidak ada mual dan muntah rentang normal
27) Kolaborasi dengan ahli gizi dalam
f. Nafsu makan menentukan asupan kalori harian yang
7) Peningkatan keinginan untuk makan diperlukan
8) Peningkatan rangsangan untuk makan 28) Dorong pasien untuk mendiskusikan
9) Intake makanan adekuat makanan yang disukai bersama ahli gizi
29) Timbang berat badan pasien
30) Monitor intake/asupan dan asupan
cairan secara tepat

Poltekkes Kemenkes
31) Monitor asupan kalori makanan harian
32) Batasi makanan sesuai dengan jadwal
33) Observasi pasien selama dan setelah
pemberian makan/makanan ringan untuk
meyakinkan bahwa asupan makanan yang
cukup tercapai dan dipertahankan
34) Beri dulungan misalnya terapi relaksasi
35) Batasi aktivitas fisik sesuai kebutuhan
untuk meningkatkan berat badan
36) Monitor berat badan pasien sesuai
secara rutin

Manajemen Nutrisi
13) Tentukan status gizi pasien
14) Identifikasi alergi dan intoleransi
terhadap makanan
15) Atur diit yang diperlukan (rendah
protein, tinggi karbohidrat, rendah natrium)
16) Beri obat-obatan sebelum makan seperti
antiemeik
17) Anjurkan diit pasien sesuai kebutuhan
18) Monitor kalori dan asupan nutrisi

Monitor Nutrisi
17) Timbang berat badan pasien
18) Identifikasi adanya penurunan berat
badan
19) Monitor turgor kulit

Poltekkes Kemenkes
20) Monitor adanya mual muntah
21) Identifikasi perubahan nafsu makan
22) Monitor pucat pada konjungtiva
23) Lakukan kemampuan menelan
24) Tentukan faktor yang mempengaruhi
nutrisi
3 Hambatan mobilitas fisik Setelah dilakukan tindakan keperawatan, Manajemen Energi
berhubungan dengan Pasien mampu mempertahankan 23) Kaji status fisiologis pasien yang
agens farmaseutikal keseimbangan secara mandiri dengan menyebabkan kekelahan sesuai dengan
kriteria hasil : konteks usia dan perkembangan
7) Keseimbangan gerakan 24) Anjurkan pasien untuk mengungkapkan
8) Mempertahankan keseimbangan ketika perasaan secara verbal mengenai
berdiri keterbatasan yang dialami
9) Mempertahankan keseimbangan ketika 25) Tentukan persepsi pasien atau orang
berjalan terdekat dengan pasien mengenai penyebab
kelelahan
26) Perbaiki defisit status pisiologis
(misalnya, kemoterapi yang menyebabkan
anemia) sebagai prioritas pertama
27) Monitor intake/asupan nutrisi untuk
mengetahui sumber energi yang adekuat
28) Monitor waktu dan lama istirahat pasien
29) Kurangi ketidaknyamanan fisik yang
dialami pasien yang bisa mempengaruhi
fungsi kognitif, pemanatauan diri dan
pengaturan aktivitas pasien
30) Bantu pasien untuk mengidentifikasi
kegiatan rumah yang bisa dilakukan oles

Poltekkes Kemenkes
keluarga dan teman dirumah untuk
mencegah/mengatasi kelelahan
31) Instrusikan pasien atau keluarga
mengenali tanda dan gejala kelelahan yang
memerlukan pengurangan aktivitas
32) Instruksikan pasien atau keluarga
mengenai stres dan koping intervensi untuk
mengurangi kelelahan
33) Ajarkan pasien atau keluarga untuk
menghubungi tenaga kesehatan jika tanda
dan gejala kelelahan tidak berkurang

Manajemen Lingkungan
9) Ciptakan lingkungan yang aman bagi pasien
10) Identifikasi kebutuhan keselamatan
pasien berdasarkan fungsi fisik dan kognitif
serta riwayat perilaku di masa lalu
11) Singkirkan benda-benda berbahayadari
lingkungan
12) Batasi pengunjung

Peningkatan Mekanika Tubuh


7) Bantu untuk mendemonstrasikan posisi
tidur yang tepat
8) Bantu untuk menghindari duduk dalam
jangka waktu yang lama
9) Instruksikan pasien untuk menggerakkan
kaki terlebih dahulu kemudian badan ketika

Poltekkes Kemenkes
memulai berjalan dari posisi berdiri

4 Risiko pendarahan Setelah dilakukan tindakan keperawatan, Pencegahan Pendarahan


berhubungan dengan pasien mampu beradaptasi terhadap 9) Monitor dengan ketat risiko terjadinya
Koagulopati inheren respon pengobatan dengan kriteria hasil: pendarahan pada pasien
(trombositopenia) a. Koagulasi darah 10) Catat nilai haemoglobin dan hematokrit
4. Haemoglobin normal sebelum dan sesudah pasien kehilangan
5. Hematokrit normal darah sesuai indikasi
6. Tidak ada memar 11) Monitor tanda dan gejala pendaran
menetap
g. Pengetahuan: kanker 12) Monitor komponen koagulasi darah
5. Mengetahui efek samping obat (termasuk protrombin time (PT), partial
6. Mengetahui efek fisik dari pengobatan thromboplastin time (PTT), fibrinogen,
kanker degradasi fibrin/split product dan trombosit,
7. Mengetahui efek samping terhadap hitung dengan cara yang cepat
seksualitas 13) Monitor tanda-tanda vital ortostatik,
8. Mengetahui masalah perawatan diri termasuk tekanan darah
selama pemulihan 14) Beri produk-produk penggantian darah
(misalnya: trombosit dan plasma beku segar
h. Respon pengobatan (FFP)) dengan cara yang tepat
4) Pasien mengetahui efek sampingnya 15) Intruksikan pasien untuk menghindari
5) Tidak ada reaksi alergi konsumsi aspirin atau obat-obat
Tidak ada efek prilaku dari pengobatan antikoagulan

Poltekkes Kemenkes
16) Instruksikan pasien untuk
meningkatkan makanan yang mengandung
vitamin K

Manajemen kemoterapi
8. Memonitor efek samping dan efek toksik
dari pengobatan
9. Berikan informasi kepada pasien dan
keluarga tentang efek obat-obatan
kemoterapi pada sel kanker/ganas
10. Intruksikan pada pasien dan keluarga
agar melaporkan gejala demam, menggigil,
pendarahan hidung, memar yang sangat
beasr dan BAB berdarah
11. Telusuri pengalaman pasien
sebelumnya sehubungan dengan mual
muntah terkait kemoterapi
12. Berikan obat-obatan untuk mengontrol
efek kemoterapi, jika dibutuhkan (misanya :
obat antiematik untuk mual dan muantah)
13. Ajarkan pasien teknik relaksasi dan
imagery yang dapat digunakan
sebelum,selama dan sesudah terapi dengan
cara yang tepat
14. Monitur status nutrisi dan berat badan

Manajemen Obat
8) Tentukan obat yang diperlukan dan kelola

Poltekkes Kemenkes
menurut resep dan / atau protokol
9) Monitor efektifitas cara pemberian obat
yang sesuai
10) Monitor pasien mengenai efek
terapeutik obat
11) Monitor tanda dan gejala toksisitas obat
12) Monitor level serum darah ( misalnya:
elektrolit, protrombin, obat-obatan) yang
sesuai
13) Monitor interaksi obat yang non
terpeutik
14) Monitor respon terhadap perubahan
pengobatan dengan cara yang tepat

Poltekkes Kemenkes
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN

Nama Pasien : Ny. S

No. MR 96399

Hari /
Tanda
tanggal Diagnosis Keperawatan Implementasi Keperawatan Evaluasi Keperawatan
Tangan
/ jam
Jum’at Hipertermi 14. Monitor suhu paling tidak setiap 2 Jam 16.40 WIB
/ 26 Mei berhubungan dengan jam, sesuai kebutuhan S:
2017 / peningkatan laju 15. Monitor warna kulit dan suhu - Pasien mengatakan badannya
jam metabolisme 16. Berikan obat atau cairan IV terasa panas
14.20 (misalnya: antipiretik, agen antibakteri - Pasien mengatakan badanya terasa
WIB dan agen anti menggigil) mengigil
17. Tingkatkan sirkulasi udara
18. Jaga intake dan output pasien O:
19. Tingkatkan intake cairan dan nutrisi - Pasien tampak gelisah
adekuat - Badan pasien teraba hangat
20. Monitor status hidrasi (misalnya : - Wajah pasien tampak memerah
membran mukosa lemban, denyut nadi - S : 43 oC
adekuat dan tekanan darah ortostatistik) - Pasien terpasang IVFD Nacl 0.9 %
21. Monitor hasil laboratorium yang 20 tetes/menit
relevan dengan retensi cairan (misalnya - Pasien diberikan terapi paracetamol
: peningkatan BUN, penurunan infus / IV 10 mg/ml
hematokrit dan peningkatan osmolalitas

Poltekkes Kemenkes
urine) A : Kanker serviks post kemoterapi
22. Monitor tanda-tanda vital dan hipertermi
23. Atur ketersedian produk darah untuk P: Intervensi dilanjutkan
transfusi, jika perlu. - Monitor suhu paling tidak setiap 2
24. Persiapan pemberian produk darah jam, sesuai kebutuhan
(misalnya: cek darah dan - Monitor warna kulit dan suhu
mempersiapkan pemasangan infus) - Berikan obat atau cairan IV
25. Berikan produk-produk darah (misalnya: antipiretik, agen
(misalnya, trombosit dan plasma yang antibakteri dan agen anti
baru) menggigil)
26. Monitor respon terhadap perubahan - Tingkatkan sirkulasi udara
pengobatan dengan cara yang tepat - Jaga intake dan output pasien
- Tingkatkan intake cairan dan
nutrisi adekuat
- Monitor hasil laboratorium
- Monitor tanda-tanda vital
- Memberikan transfusi PRC 1 kolf
jika suhu tubuh sudah turun
Ketidakseimbangan 7. Mengkaji apakah ada alergi makanan Jam 16.40 WIB
nutrisi kurang dari 8. Mengkaji kemampuan pasien dalam S:
kebutuhan tubuh asupan nutrisi - Pasien mengatakan kurang nafsu
berhubungan dengan 9. Menganjurkan pasien meningkatkan makan
kurang asupan makanan yang mengandung protein - Pasien mengatakan mual muntah
makanan dan vit C - Pasien mengatakan tidak ada
10. Menimbang berat badan. alergi makanan
11. Memberikan informasi kepada pasien
dan keluarga tentang kebutuhan nutrisi O
yang mencakup berapa banyak jumlah - Pasien tampak tidak

Poltekkes Kemenkes
protein, vitamin, dan karbohidrat. menghabiskan makanannya
12. Memonitor untuk mual dan muntah - Pasien tampak tidak nafsu makan,
makanan yang habis hanya ¼ dari
yang disajikan
- Pasien tampak lemah
- Pasien terpasang Nacl 0,9 % 20
tetes/menit

A:Kanker serviks Post kemoterapi dan


ketidakseimbangan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh

P: Intervensi dilanjutkan
- Monitor kalori dan intake nutrisi
- Monitor adanya penurunan berat
badan
- Monitor mual dan muntah
Hambatan mobilitas 12. Kaji status fisiologis pasien yang Jam 16.40 WIB
fisik berhubungan menyebabkan kekelahan sesuai dengan S:
dengan agens konteks usia dan perkembangan - Pasien mengatakan badan masih
farmaseutikal 13. Anjurkan pasien untuk terasa lemah
mengungkapkan perasaan secara verbal - Pasien mengatakan kurang nafsu
mengenai keterbatasan yang dialami makan
14. Perbaiki defisit status pisiologis - Pasien mengatakan aktivitas masih
(misalnya, kemoterapi yang dibantu keluarga
menyebabkan anemia) sebagai prioritas
pertama O:
15. Monitor intake/asupan nutrisi untuk - Pasien tampak lemah

Poltekkes Kemenkes
mengetahui sumber energi yang adekuat - Makanan pasien bersisa ¼ porsi
16. Monitor waktu dan lama istirahat - Pasien terpasang Nacl 0,9 % 20
Pasien tetes/menit
17. Bantu pasien untuk mengidentifikasi - TD 100/60 mmHg
kegiatan rumah yang bisa dilakukan - HR 88 x/menit
oleh keluarga dan teman dirumah untuk - RR 21 x/menit
mencegah/mengatasi kelelahan - S : 43 oC
18. Instruksikan pasien atau keluarga - Hb: 8,1 g/dl
mengenai stres dan koping intervensi - Leukosit : 11.940 /mm3
untuk mengurangi kelelahan - Trombosit : 64.000/ mm3
19. Batasi pengunjung - Ht : 24 %
20. Instruksikan pasien untuk
menggerakkan kaki terlebih dahulu A: Kanker Serviks post kemoterapi dan
kemudian badan ketika memulai hambatan mobilitas fisik
berjalan dari posisi berdiri
21. Monitor kadar Hb, leukosit dan P: Intervensi dilanjutkan
trombosit - Monitor tanda-tanda vital pasien
22. Memberikan transfusi PRC I kolf - Dorong pasien untuk
mengungkapkan perasaanya
- Observasi nutrisi sebagai sumber
energy
- Membantu pasien untuk
mengidentifikan aktivitas yang
mampu dilakukan
- Anjurkan pasien menghindari
aktivitas selama periode istirahat
- Anjurkan keluarga untuk membantu
aktivitas pasien

Poltekkes Kemenkes
- Monitor kadar Hb, Leukosit dan
Trombosit
- Memberikan transfusi PRC I kolf
jika suhu tubuh sudah turun
Risiko pendarahan 1. Monitor dengan ketat risiko terjadinyaJam 16.40 WIB
berhubungan dengan pendarahan pada pasien S:
Koagulopati inheren 2. Catat nilai haemoglobin dan hematokrit - Pasien mengatakan banyak biru-
(trombositopenia) sebelum dan sesudah pasien kehilangan biru pada kulitnya
darah sesuai indikasi O:
3. Monitor tanda dan gejala pendarahan - Pasien tampak lemah
menetap - Pasien tampak pucat
4. Monitor komponen koagulasi darah - Konjungtiva anemis
(termasuk protrombin time (PT), partial - Hb : 8,1 g/dl
thromboplastin time (PTT), fibrinogen, - Leukosit : 11.940/mm3
degradasi fibrin/split product dan - Trombosit:64.000/mm3
trombosit, hitung dengan cara yang - Ht : 24 %
cepat
5. Monitor tanda-tanda vital ortostatik, A: Kanker serviks post kemoterapi
termasuk tekanan darah dan risiko pendarahan
6. Beri produk-produk penggantian darah
(misalnya: trombosit dan plasma beku P: intervensi dilanjutkan
segar (FFP)) dengan cara yang tepat - Monitor tanda-tanda vital
7. Intruksikan pasien untuk menghindari - Monitor hasil laboratorium (
konsumsi aspirin atau obat-obat Haemoglobin,leukosit, trombosit
antikoagulan dan hematokrit)
8. Instruksikan pasien untuk meningkatkan - Beri produk-produk penggantian
makanan yang mengandung vitamin K darah (misalnya: trombosit dan
9. Memonitor efek samping dan efek plasma beku segar (FFP)) dengan

Poltekkes Kemenkes
toksik dari pengobatan cara yang tepat
10. Berikan informasi kepada pasien dan - Menganjurkan pasien untuk
keluarga tentang efek obat-obatan meningkatkan mengkomsumsi
kemoterapi pada sel kanker/ganas makanan yang mengandung
11. Intruksikan pada pasien dan keluarga vitamin K
agar melaporkan gejala demam, - Intruksikan pada pasien dan
menggigil, pendarahan hidung, memar keluarga agar melaporkan gejala
yang sangat beasr dan BAB berdarah demam, menggigil, pendarahan
12. Telusuri pengalaman pasien hidung, memar yang sangat beasr
sebelumnya sehubungan dengan mual dan BAB berdarah
muntah terkait kemoterapi - Berikan obat-obatan untuk
13. Berikan obat-obatan untuk mengontrol mengontrol efek kemoterapi, jika
efek kemoterapi, jika dibutuhkan dibutuhkan (misanya : obat
(misanya : obat antiematik untuk mual antiematik untuk mual dan muntah)
dan muntah)
14. Ajarkan pasien teknik relaksasi dan
imagery yang dapat digunakan
sebelum,selama dan sesudah terapi
dengan cara yang tepat
15. Monitur status nutrisi dan berat badan
16. Monitor efektifitas cara pemberian obat
yang sesuai
17. Monitor pasien mengenai efek
terapeutik obat
18. Monitor respon terhadap perubahan
pengobatan dengan cara yang tepat
Sabtu / Hipertermi 10. Monitor suhu paling tidak setiap 2 Jam 16.30 WIB
27 Mei berhubungan dengan jam, sesuai kebutuhan

Poltekkes Kemenkes
2017 / peningkatan laju 11. Monitor warna kulit dan suhu S:
jam metabolisme 12. Berikan obat atau cairan IV - Pasien mengatakan badannya tidak
12.30 (misalnya: antipiretik, agen antibakteri terasa panas
WIB dan agen anti menggigil) - Pasien mengatakan sudah selesai
13. Tingkatkan sirkulasi udara transfusi darah satu kantong dan
14. Jaga intake dan output pasien sekarang terpasang yang kedua
15. Tingkatkan intake cairan dan nutrisi
adekuat O:
16. Monitor hasil laboratorium yang - Pasien tampak tenang
relevan dengan retensi cairan (misalnya - Wajah pasien tampak tidak
: peningkatan BUN, penurunan memerah
hematokrit dan peningkatan osmolalitas - S : 36,3 oC
urine) - Pasien terpasang transfusi PRC
17. Monitor tanda-tanda vital kolf kedua
18. Monitor respon terhadap perubahan
pengobatan dengan cara yang tepat A : Kanker serviks post kemoterapi dan
masalah hipertermi teratasi

P: Intervensi dihentikan (pasien sudah


tidak demam)
Ketidakseimbangan 1. Memonitor intake nutrisi pasien Jam 16.30 WIB
nutrisi kurang dari 2. Memonitor mual dan muntah S:
kebutuhan tubuh 3. Menganjurkan pasien meningkatkan - Pasien mengatakan masih kurang
berhubungan dengan makanan yang mengandung Fe, nafsu makan
kurang asupan protein dan vit C dirumah - pasien masih mengeluh mual
makanan 4. Memberikan informasi kembali kepada
pasien dan keluarga tentang kebutuhan O:
nutrisi yang mencakup berapa banyak - Pasien tidak menghabiskan

Poltekkes Kemenkes
jumlah protein, vitamin, dan makanannya, makanan yang habis
karbohidrat. hanya ¼ dari yang disajikan
5. Menganjurkan memakan makanan - Pasien tampak lemas
ringan (misal : Sering minum jus - Pasien terpasang transfusi PRC
segar) yang sesuai kolf kedua
6. Menganjurkan makanan tinggi serat
untuk mencegah konstipasi A: Kanker servik post kemoterapi dan
ketidakseimbangan nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh

P: Intervensi dilanjutkan
- Monitor intake nutrisi
- Monitor adanya penurunan berat
badan
- Monitor mual dan muntah
Hambatan mobilitas 11. Anjurkan pasien untuk Jam 16.30 WIB
fisik berhubungan mengungkapkan perasaan secara verbal
dengan agens mengenai keterbatasan yang dialami S:
farmaseutikal 12. Monitor intake/asupan nutrisi untuk - Pasien mengatakan badan masih
mengetahui sumber energi yang adekuat sedikit lemah
13. Monitor waktu dan lama istirahat - Pasien mengatakan aktivitas masih
pasien dibantu keluarga
14.Membantu pasien untuk - Pasien mengatakan sudah siap
mengidentifikan aktivitas yang mampu transfusi darah satu kantong
dilakukan
15.Anjurkan pasien menghindari akvitas O:
selama periode istirahat - Pasien tampak masih lemah
16.Anjurkan keluarga untuk membantu - Makanan hanya dihabiskan ¼ porsi

Poltekkes Kemenkes
aktivitas pasien saja
17. Monitor tanda-tanda vital pasien - Konjungtiva anemis
18. Batasi pengunjung - TD 100/60 mmHg
19. Monitor kadar Hb, leukosit dan - HR 75 x/menit
trombosit - RR 21 x/menit
20. Beri produk-produk penggantian darah - Hb : 8,1 g/dl
(misalnya: trombosit dan plasma beku - Leukosit : 11.940/mm3
segar (FFP)) dengan cara yang tepat - Trombosit:64.000/mm3
- Ht : 24 %
- Pasien terpasang transfusi PRC kolf
kedua

A: Kanker serviks post kemoterapi dan


hambatan mobititas fisik

P: Intervensi dilanjutkan
- Monitor tanda-tanda vital pasien
- Dorong pasien untuk
mengungkapkan perasaanya
- Observasi nutrisi sebagai sumber
energy
- Membantu pasien untuk
mengidentifikan aktivitas yang
mampu dilakukan
- Anjurkan pasien menghindari
aktivitas selama periode istirahat
- Anjurkan keluarga untuk membantu
aktivitas pasien

Poltekkes Kemenkes
- Monitor kadar Hb, Leukosit dan
Trombosit
- Beri produk-produk penggantian
darah (misalnya: trombosit dan
plasma beku segar (FFP)) dengan
cara yang tepat
Risiko pendarahan 1. Catat nilai haemoglobin dan hematokrit Jam 16.30 WIB
berhubungan dengan sebelum dan sesudah pasien kehilangan S:
Koagulopati inheren darah sesuai indikasi - Pasien mengatakan biru-biru
(trombositopenia) 2. Monitor tanda dan gejala pendarahan pada kulitnya belum hilang
menetap O:
3. Monitor komponen koagulasi darah - Pasien tampak lemah
(termasuk protrombin time (PT), partial - Pasien tampak pucat
thromboplastin time (PTT), fibrinogen, - Terdapar ruam pada kulit pasien
degradasi fibrin/split product dan - Konjungtiva anemis
trombosit, hitung dengan cara yang - Hb : 8,1 g/dl
cepat - Leukosit : 11.940/mm3
4. Monitor tanda-tanda vital ortostatik, - Trombosit:64.000/mm3
termasuk tekanan darah - Ht : 24 %
5. Beri produk-produk penggantian darah - Pasien terpasang transfusi PRC
(misalnya: trombosit dan plasma beku kolf kedua
segar (FFP)) dengan cara yang tepat
6. Instruksikan pasien untuk meningkatkan A: Kanker serviks post kemoterapi dan
makanan yang mengandung vitamin K risiko pendarahan
7. Intruksikan pada pasien dan keluarga
agar melaporkan gejala demam, P: intervensi dilanjutkan
menggigil, pendarahan hidung, memar - Monitor tanda-tanda vital
yang sangat beasr dan BAB berdarah - Monitor hasil laboratorium (

Poltekkes Kemenkes
8. Monitur status nutrisi dan berat badan Haemoglobin,leukosit, trombosit
dan hematokrit)
- Beri produk-produk penggantian
darah (misalnya: trombosit dan
plasma beku segar (FFP)) dengan
cara yang tepat
- Menganjurkan pasien untuk
meningkatkan mengkomsumsi
makanan yang mengandung
vitamin K
- Intruksikan pada pasien dan
keluarga agar melaporkan gejala
demam, menggigil, pendarahan
hidung, memar yang sangat beasr
dan BAB berdarah
Minggu Ketidakseimbangan 1. Memonitor intake nutrisi pasien Jam 12.00 WIB
/ 28 Mei nutrisi kurang dari 2. Memonitor mual dan muntah
2017 / kebutuhan tubuh 3. Menganjurkan pasien meningkatkan S:
jam berhubungan dengan makanan yang mengandung protein - Pasien mengatakan masih kurang
08.30 kurang asupan dan vit C dirumah nafsu makan
WIB makanan 4. Memberikan informasi kembali - Apabila makan masih
kepada pasien dan keluarga tentang mengeluh mual dan muntah
kebutuhan nutrisi yang mencakup - Pasien mengatakan sudah siap
berapa banyak jumlah protein, vitamin, melakukan tranfusi trombosit 10
dan karbohidrat. kantong
5. Menganjurkan memakan makanan O:
ringan (misal : Sering minum jus segar) - Pasien tampak tidak
yang sesuai menghabiskan makanannya

Poltekkes Kemenkes
6. Menganjurkan makanan tinggi serat - Pasien tampak sudah ada nafsu
untuk mencegah konstipasi makan, makanan yang habis
hanya
¼ dari yang disajikan
- Pasien tampak lemah
- Pasien terpasang IVFD Nacl 0,9 %
20 tetes/menit

A:Kanker serviks Post kemoterapi dan


ketidakseimbangan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh

P: Intervensi dilanjutkan
- Monitor kalori dan intake nutrisi
- Monitor adanya penurunan berat
badan
- Monitor mual dan muntah
Hambatan mobilitas 11. Anjurkan pasien untuk Jam 12.00 WIB
fisik berhubungan mengungkapkan perasaan secara verbal
dengan agens mengenai keterbatasan yang dialami S:
farmaseutikal 12. Monitor intake/asupan nutrisi untuk - Pasien mengatakan badan masih
mengetahui sumber energi yang adekuat sedikit lemah
13. Monitor waktu dan lama istirahat - Pasien mengatakan aktivitas masih
pasien dibantu keluarga
14.Membantu pasien untuk - Pasien mengatakan sudah siap
mengidentifikan aktivitas yang mampu transfusi trombosit 10 kantong
dilakukan
15.Anjurkan pasien menghindari aktivitas O:
selama periode istirahat - Pasien tampak masih lemah

Poltekkes Kemenkes
16. Anjurkan keluarga untuk membantu - Makanan hanya dihabiskan ¼ porsi
aktivitas pasien saja
17. Monitor tanda-tanda vital pasien - TD 100/60 mmHg
18. Batasi pengunjung - HR 77 x/menit
19. Monitor kadar Hb, leukosit dan - RR 20 x/menit
trombosit - S : 36,6 oC
20. Beri produk-produk penggantian darah - Hb: 9.0 g/dl
(misalnya: trombosit dan plasma beku - Leukosit : 3.280 /mm3
segar (FFP)) dengan cara yang tepat - Trombosit : 442.000/ mm3
- Ht : 28 %
- Pasien terpasang IVFD Nacl 0.9 %
20 tetes/menit

A: Kanker serviks post kemoterapi dan


hambatan mobititas fisik

P: Intervensi dilanjutkan
- Monitor tanda-tanda vital pasien
- Anjurkan pasien menghindari
aktivitas selama periode istirahat
- Anjurkan keluarga untuk membantu
aktivitas pasien
- Monitor kadar Hb, Leukosit dan
Trombosit
- Beri produk-produk penggantian
darah (misalnya: trombosit dan
plasma beku segar (FFP)) dengan
cara yang tepat

Poltekkes Kemenkes
Risiko pendarahan 1. Catat nilai haemoglobin dan Jam 12.00 WIB
berhubungan dengan hematokrit sebelum dan sesudah S:
Koagulopati inheren pasien kehilangan darah sesuai - Pasien mengatakan biru-biru
(trombositopenia) indikasi pada kulitnya belum hilang
2. Monitor tanda dan gejala - Pasien mengatakan sudah siap
pendarahan menetap transfusi trombosit 10 kantong
3. Monitor komponen koagulasi darah O:
(termasuk protrombin time (PT), - Pasien tampak lemah
partial thromboplastin time (PTT), - Pasien tampak pucat
fibrinogen, degradasi fibrin/split - Terdapat ruam pada kulit pasien
product dan trombosit, hitung - Konjungtiva anemis
dengan cara yang cepat - Hb : 8,1 g/dl
4. Monitor tanda-tanda vital ortostatik, - Leukosit : 11.940/mm3
termasuk tekanan darah - Trombosit:64.000/mm3
5. Beri produk-produk penggantian - Ht : 24 %
darah (misalnya: trombosit dan
plasma beku segar (FFP)) dengan A: Kanker serviks post kemoterapi dan
cara yang tepat risiko pendarahan
6. Instruksikan pasien untuk
meningkatkan makanan yang P: intervensi dilanjutkan
mengandung vitamin K - Monitor tanda-tanda vital
7. Intruksikan pada pasien dan - Monitor hasil laboratorium (
keluarga agar melaporkan gejala Haemoglobin,leukosit,
demam, menggigil, pendarahan trombosit dan hematokrit)
hidung, memar yang sangat beasr - Beri produk-produk penggantian
dan BAB berdarah darah (misalnya: trombosit dan
8. Monitur status nutrisi dan berat plasma beku segar (FFP))
badan dengan cara yang tepat

Poltekkes Kemenkes
-Menganjurkan pasien untuk
meningkatkan mengkomsumsi
makanan yang mengandung
vitamin K
- Intruksikan pada pasien dan
keluarga agar melaporkan gejala
demam, menggigil, pendarahan
hidung, memar yang sangat
besar dan BAB berdarah
Senin / Ketidakseimbangan 7. Memonitor intake nutrisi pasien Jam 12.30 WIB
29 Mei nutrisi kurang dari 8. Memonitor mual dan muntah
2017 / kebutuhan tubuh 9. Menganjurkan pasien meningkatkan S:
jam berhubungan dengan makanan yang mengandung protein - Pasien mengatakan mulai ada
08.00 kurang asupan dan vit C dirumah nafsu makan
WIB makanan 10. Memberikan informasi kembali - Apabila makan pasien masih mual
kepada pasien dan keluarga tentang sedikit
kebutuhan nutrisi yang mencakup -
berapa banyak jumlah protein, vitamin, O:
dan karbohidrat. - Pasien makanan yang habis hanya
11. Menganjurkan memakan makanan ¼ dari yang disajikan
ringan (misal : Sering minum jus - Mual pasien tampak berkurang
segar) yang sesuai
12. Menganjurkan makanan tinggi A: Kanker serviks dan
serat untuk mencegah konstipasi ketidakseimbangan nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh

P: Intervensi dilanjutkan
- Monitor intake nutrisi

Poltekkes Kemenkes
- Monitor mual dan muntah
- Menganjurkan makanan tinggi
serat untuk mencegah konstipasi
- Menganjurkan pasien
meningkatkan makanan yang
mengandung Fe, protein dan vit C
dirumah
- Memberikan informasi kembali
kepada pasien dan keluarga
tentang kebutuhan nutrisi yang
mencakup berapa banyak jumlah
protein, vitamin, dan karbohidrat.
- Menganjurkan memakan
makanan ringan (misal : Sering
minum jus segar) yang sesuai
Hambatan mobilitas 8. Monitor intake/asupan nutrisi untuk Jam 12.30 WIB
fisik berhubungan mengetahui sumber energi yang adekuatS:
dengan agens 9. Monitor waktu dan lama istirahat pasien
- Pasien mengatakan badan masih
farmaseutikal 10.Anjurkan pasien menghindari aktivitas sedikit lemah
selama periode istirahat - Pasien mengatakan aktivitas masih
11. Anjurkan keluarga untuk membantu dibantu keluarga
aktivitas pasien
12. Monitor tanda-tanda vital pasien O:
13. Batasi pengunjung - Pasien tampak masih lemah
14. Monitor kadar Hb, leukosit dan - Makanan hanya dihabiskan ¼ porsi
trombosit saja
- TD 110/80 mmHg
- HR 80 x/menit

Poltekkes Kemenkes
- RR 20 x/menit
- S : 36 oC
- Hb: 10,6 g/dl
- Leukosit : 7.120 /mm3
- Trombosit : 59.000/ mm3
- Pasien terpasang IVFD Nacl 0.9 %
20 tetes/menit

A: Kanker serviks post kemoterapi dan


hambatan mobititas fisik

P: Intervensi dilanjutkan
- Monitor tanda-tanda vital pasien
- Anjurkan pasien menghindari
aktivitas selama periode istirahat
- Anjurkan keluarga untuk membantu
aktivitas pasien
- Monitor kadar Hb, Leukosit dan
Trombosit
Risiko pendarahan 1. Catat nilai haemoglobin dan Jam 12.30 WIB
berhubungan dengan hematokrit sebelum dan sesudah S:
Koagulopati inheren pasien kehilangan darah sesuai - Pasien mengatakan biru-biru
(trombositopenia) indikasi pada kulitnya belum hilang
2. Monitor tanda dan gejala - Pasien mengatakan sedang
pendarahan menetap mencari pendonor untuk
3. Monitor komponen koagulasi darah transfusi trombosit 10 kantong
(termasuk protrombin time (PT), O:
partial thromboplastin time (PTT), - Pasien tampak lemah

Poltekkes Kemenkes
fibrinogen, degradasi fibrin/split - Pasien tampak pucat
product dan trombosit, hitung - Terdapat ruam pada kulit pasien
dengan cara yang cepat - Hb : 10.5 g/dl
4. Monitor tanda-tanda vital ortostatik, - Leukosit : 7.120/mm3
termasuk tekanan darah - Trombosit: 59.000/mm3
5. Beri produk-produk penggantian
darah (misalnya: trombosit dan A: Kanker serviks post kemoterapi dan
plasma beku segar (FFP)) dengan risiko pendarahan
cara yang tepat
6. Instruksikan pasien untuk P: intervensi dilanjutkan
meningkatkan makanan yang - Monitor tanda-tanda vital
mengandung vitamin K - Monitor hasil laboratorium (
7. Intruksikan pada pasien dan Haemoglobin,leukosit,
keluarga agar melaporkan gejala trombosit dan hematokrit)
demam, menggigil, pendarahan - Beri produk-produk penggantian
hidung, memar yang sangat beasr darah (misalnya: trombosit dan
dan BAB berdarah plasma beku segar (FFP))
8. Monitur status nutrisi dan berat dengan cara yang tepat
badan - Menganjurkan pasien untuk
meningkatkan mengkomsumsi
makanan yang mengandung
vitamin K
- Intruksikan pada pasien dan
keluarga agar melaporkan gejala
demam, menggigil, pendarahan
hidung, memar yang sangat
besar dan BAB berdarah

Poltekkes Kemenkes
Selasa / Ketidakseimbangan 1. Memonitor intake nutrisi pasien Jam 17.00 WIB
30 Mei nutrisi kurang dari 2. Memonitor mual dan muntah
2017 / kebutuhan tubuh 3. Menganjurkan pasien meningkatkan S:
Jam berhubungan dengan makanan yang mengandung protein - Pasien mengatakan mulai ada
14.00 kurang asupan dan vit C dirumah nafsu makan
WIB makanan 4. Memberikan informasi kembali - Pasien mengatakan mual sudah
kepada pasien dan keluarga tentang berkurang
kebutuhan nutrisi yang mencakup -
berapa banyak jumlah protein, vitamin, O:
dan karbohidrat. - Pasien makanan yang habis hanya
5. Menganjurkan memakan makanan ¾ dari yang disajikan
ringan (misal : Sering minum jus - Mual pasien tampak berkurang
segar) yang sesuai - Pasien terpasang IVFD Nacl 0.9 %
6. Menganjurkan makanan tinggi serat 20 tetes/menit
untuk mencegah konstipasi
A: Kanker serviks dan
ketidakseimbangan nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh

P: Intervensi dilanjutkan
- Monitor intake nutrisi
- Monitor mual dan muntah
- Menganjurkan makanan tinggi
serat untuk mencegah konstipasi
- Menganjurkan pasien
meningkatkan makanan yang
mengandung Fe, protein dan vit C
dirumah

Poltekkes Kemenkes
- Memberikan informasi kembali
kepada pasien dan keluarga
tentang kebutuhan nutrisi yang
mencakup berapa banyak jumlah
protein, vitamin, dan karbohidrat.
- Menganjurkan memakan
makanan ringan (misal : Sering
minum jus segar) yang sesuai
Hambatan mobilitas 15. Monitor intake/asupan nutrisi untuk Jam 17.00 WIB
fisik berhubungan mengetahui sumber energi yang adekuat S:
dengan agens 16. Monitor waktu dan lama istirahat - Pasien mengatakan badan masih
farmaseutikal pasien sedikit lemah
17.Anjurkan pasien menghindari aktivitas - Pasien mengatakan aktivitas masih
selama periode istirahat dibantu keluarga
18.Anjurkan keluarga untuk membantu
aktivitas pasien O:
19.Monitor tanda-tanda vital pasien - Pasien tampak masih lemah
20. Batasi pengunjung - Makanan hanya dihabiskan ¾ porsi
21. Monitor kadar Hb, leukosit dan saja
trombosit - TD 100/80 mmHg
- HR 79 x/menit
- RR 20 x/menit
- S : 36,8 oC
- Hb: 10,5 g/dl
- Leukosit : 2.990 /mm3
- Trombosit : 78.000/ mm3
- Ht : 31 %
- Pasien terpasang IVFD Nacl 0.9 %

Poltekkes Kemenkes
20 tetes/menit

A: Kanker serviks post kemoterapi dan


hambatan mobititas fisik

P: Intervensi dilanjutkan
- Monitor tanda-tanda vital pasien
- Anjurkan pasien menghindari
aktivitas selama periode istirahat
- Anjurkan keluarga untuk membantu
aktivitas pasien
- Monitor kadar Hb, Leukosit dan
Trombosit
Risiko pendarahan 1. Catat nilai haemoglobin dan hematokrit Jam 17.00 WIB
berhubungan dengan sebelum dan sesudah pasien kehilangan S:
Koagulopati inheren darah sesuai indikasi - Pasien mengatakan biru-biru
(trombositopenia) 2. Monitor tanda dan gejala pendarahan pada kulitnya belum hilang
menetap - Pasien mengatakan sedang
3. Monitor komponen koagulasi darah mencari pendonor untuk
(termasuk protrombin time (PT), partial transfusi trombosit 10 kantong
thromboplastin time (PTT), fibrinogen, O:
degradasi fibrin/split product dan - Pasien tampak lemah
trombosit, hitung dengan cara yang - Pasien tampak pucat
cepat - Terdapat ruam pada kulit pasien
4. Monitor tanda-tanda vital ortostatik, - Hb : 10.5 g/dl
termasuk tekanan darah - Leukosit : 2.990/mm3
5. Beri produk-produk penggantian darah - Trombosit: 78.000/mm3
(misalnya: trombosit dan plasma beku - Ht : 31 %

Poltekkes Kemenkes
segar (FFP)) dengan cara yang tepat - Pasien terpasang IVFD Nacl 0.9
6. Instruksikan pasien untuk meningkatkan % 20 tetes/menit
makanan yang mengandung vitamin K
7. Intruksikan pada pasien dan keluarga A: Kanker serviks post kemoterapi dan
agar melaporkan gejala demam, risiko pendarahan
menggigil, pendarahan hidung, memar
yang sangat beasr dan BAB berdarah P: intervensi dilanjutkan
8. Monitur status nutrisi dan berat badan - Monitor tanda-tanda vital
- Monitor hasil laboratorium (
Haemoglobin,leukosit,
trombosit dan hematokrit)
- Beri produk-produk penggantian
darah (misalnya: trombosit dan
plasma beku segar (FFP))
dengan cara yang tepat
- Menganjurkan pasien untuk
meningkatkan mengkomsumsi
makanan yang mengandung
vitamin K
- Intruksikan pada pasien dan
keluarga agar melaporkan gejala
demam, menggigil, pendarahan
hidung, memar yang sangat
besar dan BAB berdarah

Poltekkes Kemenkes
Rabu / Ketidakseimbangan 1. Memonitor intake nutrisi pasien Jam 16.30 WIB
31 Mei nutrisi kurang dari 2. Memonitor mual dan muntah
2017 / kebutuhan tubuh 3. Menganjurkan pasien meningkatkan S:
jam berhubungan dengan makanan yang mengandung protein - Pasien mengatakan mulai ada
12.30 kurang asupan dan vit C dirumah nafsu makan
WIB makanan 4. Memberikan informasi kembali - Pasien mengatakan mual sudah
kepada pasien dan keluarga tentang hilang
kebutuhan nutrisi yang mencakup - Pasien mengatakan menghabiskan
berapa banyak jumlah protein, vitamin, 1 porsi makanan rumah sakit
dan karbohidrat.
5. Menganjurkan memakan makanan O:
ringan (misal : Sering minum jus segar) - Pasien sudah mulai menghabiskan
yang sesuai makanannya
6. Menganjurkan makanan tinggi serat - Nafsu makan pasien tampak sudah
untuk mencegah konstipasi ada
- Pasien tidak ada mual dan muntah
- Pasien terpasang IVFD Nacl 0.9 %
20 tetes/menit

A : Kanker serviks dan masalah


ketidakseimbangan nutrisi teratasi

P: Intervensi dihentikan
Hambatan mobilitas 8. Monitor intake/asupan nutrisi untuk Jam 16.30 WIB
fisik berhubungan mengetahui sumber energi yang adekuat S:
dengan agens 9. Monitor waktu dan lama istirahat pasien - Pasien mengatakan tidak lemas lagi
farmaseutikal 10.Anjurkan pasien menghindari aktivitas - Pasien mengatakan nafsu makan
selama periode istirahat meningkat

Poltekkes Kemenkes
11. Anjurkan keluarga untuk membantu - Pasien mengatakan sudah transfusi
aktivitas pasien 5 kantong trombosit dan masih
12. Monitor tanda-tanda vital pasien mencari 5 kantong lagi
13. Batasi pengunjung
14. Monitor kadar Hb, leukosit dan O:
trombosit - Pasien tampak tidak lemah lagi
- Pasien sudah nafsu makan
- TD 110/80 mmHg
- HR 76 x/menit
- RR 20 x/menit
- S : 36,4 oC
- Hb: 10.5 g/dl
- Leukosit : 2.990 /mm3
- Trombosit : 78 .000/ mm3
- Ht : 31 %
- Pasien terpasang IVFD Nacl 0.9 %
20 tetes/menit

A: Kanker serviks post kemoterapi dan


hambatan mobititas fisik teratasi

P: Intervensi dihentika (pasien pulang)


Risiko pendarahan 1. Monitor tanda dan gejala pendarahan Jam 16.30 WIB
berhubungan dengan menetap S:
Koagulopati inheren 2. Monitor tanda-tanda vital ortostatik, - Pasien mengatakan biru-biru
(trombositopenia) termasuk tekanan darah pada kulitnya belum hilang
3. Beri produk-produk penggantian darah - Pasien mengatakan sudah
(misalnya: trombosit dan plasma beku transfusi 5 kantong trombosit

Poltekkes Kemenkes
segar (FFP)) dengan cara yang tepat dan masih mencari 5 kantong
4. Instruksikan pasien untuk meningkatkan lagi
makanan yang mengandung vitamin K -
5. Intruksikan pada pasien dan keluarga O:
agar melaporkan gejala demam, - Pasien tampak lemah
menggigil, pendarahan hidung, memar - Pasien tampak pucat
yang sangat beasr dan BAB berdarah - Terdapat ruam pada kulit pasien
6. Monitur status nutrisi dan berat badan - Hb : 10.5 g/dl
- Leukosit : 2.990/mm3
- Trombosit: 78.000/mm3
- Ht : 31 %
- Pasien terpasang IVFD Nacl 0.9
% 20 tetes/menit

A: Kanker serviks post kemoterapi dan


risiko pendarahan

P: intervensi dilanjutkan
- Monitor tanda-tanda vital
- Monitor hasil laboratorium (
Haemoglobin,leukosit,
trombosit dan hematokrit)
- Beri produk-produk penggantian
darah (misalnya: trombosit dan
plasma beku segar (FFP))
dengan cara yang tepat
- Menganjurkan pasien untuk
meningkatkan mengkomsumsi

Poltekkes Kemenkes
makanan yang mengandung
vitamin K
- Intruksikan pada pasien dan
keluarga agar melaporkan gejala
demam, menggigil, pendarahan
hidung, memar yang sangat
besar dan BAB berdarah
Kamis / Risiko pendarahan 1. Monitor tanda dan gejala pendarahan Jam 16.30 WIB
1 juni berhubungan dengan menetap S:
2017 / Koagulopati inheren 2. Monitor tanda-tanda vital ortostatik, - Pasien mengatakan biru-biru
Jam (trombositopenia) termasuk tekanan darah pada kulitnya belum hilang
16.00 3. Beri produk-produk penggantian darah - Pasien mengatakan sudah
WIB (misalnya: trombosit dan plasma beku transfusi 10 kantong trombosit
segar (FFP)) dengan cara yang tepat O:
4. Instruksikan pasien untuk meningkatkan - Pasien tampak pucat
makanan yang mengandung vitamin K - Ruam pada kulit berkurang
5. Monitur status nutrisi dan berat badan pasien
- Hb : 10,6 g/dl
- Leukosit : 4.360/mm3
- Trombosit: 87.000/mm3
- Ht : 31 %
- Pasien terpasang IVFD Nacl 0.9
% 20 tetes/menit

A: Kanker serviks post kemoterapi dan


risiko pendarahan

P: intervensi dilanjutkan

Poltekkes Kemenkes
- Monitor tanda-tanda vital
- Monitor hasil laboratorium (
Haemoglobin,leukosit,
trombosit dan hematokrit)
- Beri produk-produk penggantian
darah (misalnya: trombosit dan
plasma beku segar (FFP))
dengan cara yang tepat
- Menganjurkan pasien untuk
meningkatkan mengkomsumsi
makanan yang mengandung
vitamin K
Jum’at / Risiko pendarahan 1. Monitor tanda dan gejala pendarahan Jam 17.00 WIB
2 Juni berhubungan dengan menetap S:
2017 / Koagulopati inheren 2. Monitor tanda-tanda vital ortostatik, - Pasien mengatakan biru-biru
Jam (trombositopenia) termasuk tekanan darah pada kulitnya belum hilang tapi
17.00 3. Beri produk-produk penggantian darah sudah berkurang
WIB (misalnya: trombosit dan plasma beku - Pasien mengatakan sudah
segar (FFP)) dengan cara yang tepat transfusi trombosit 1 kantong
4. Instruksikan pasien untuk meningkatkan O:
makanan yang mengandung vitamin K - Pasien tampak pucat
5. Monitur status nutrisi dan berat badan - Terdapat ruam pada kulit pasien
- Hb : 10.6 g/dl
- Leukosit : 4.360/mm3
- Trombosit: 87.000/mm3
- Ht : 31 %
- Pasien terpasang IVFD Nacl 0.9
% 20 tetes/menit

Poltekkes Kemenkes
A: Kanker serviks post kemoterapi dan
risiko pendarahan

P: intervensi dilanjutkan
- Monitor tanda-tanda vital
- Monitor hasil laboratorium (
Haemoglobin,leukosit,
trombosit dan hematokrit)
- Beri produk-produk penggantian
darah (misalnya: trombosit dan
plasma beku segar (FFP))
dengan cara yang tepat
- Menganjurkan pasien untuk
meningkatkan mengkomsumsi
makanan yang mengandung
vitamin K
Sabtu / Risiko pendarahan 1. Monitor tanda dan gejala pendarahan Jam 16.00 WIB
3 juni berhubungan dengan menetap S:
2017 / Koagulopati inheren 2. Monitor tanda-tanda vital ortostatik, - Pasien mengatakan biru-biru
Jam (trombositopenia) termasuk tekanan darah pada kulitnya belum hilang
16.00 3. Beri produk-produk penggantian darah sudah berkurang
WIB (misalnya: trombosit dan plasma beku - Pasien mengatakan transfusi
segar (FFP)) dengan cara yang tepat sela darah merah ditambah 2
4. Instruksikan pasien untuk meningkatkan kantong lagi
makanan yang mengandung vitamin K O:
5. Monitur status nutrisi dan berat badan - Pasien tampak lemah
- Pasien tampak pucat
- Terdapat ruam pada kulit pasien

Poltekkes Kemenkes
- Hb : 9,6 g/dl
- Leukosit : 2.730/mm3
- Trombosit: 107.000/mm3
- Ht : 28 %
- Pasien terpasang IVFD Nacl 0.9
% 20 tetes/menit

A: Kanker serviks post kemoterapi dan


risiko pendarahan

P: intervensi dilanjutkan
- Monitor tanda-tanda vital
- Monitor hasil laboratorium (
Haemoglobin,leukosit,
trombosit dan hematokrit)
- Beri produk-produk penggantian
darah (misalnya: trombosit dan
plasma beku segar (FFP))
dengan cara yang tepat
- Menganjurkan pasien untuk
meningkatkan mengkomsumsi
makanan yang mengandung
vitamin K
Minggu Risiko pendarahan 1. Monitor tanda dan gejala pendarahan Jam 12.00 WIB
/ 4 Juni berhubungan dengan menetap S:
2017 / Koagulopati inheren 2. Monitor tanda-tanda vital ortostatik, - Pasien mengatakan biru-biru
Jam (trombositopenia) termasuk tekanan darah pada kulitnya belum hilang
12.00 3. Beri produk-produk penggantian darah - Pasien mengatakan sudah

Poltekkes Kemenkes
WIB (misalnya: trombosit dan plasma beku transfusi 2 darah merah
segar (FFP)) dengan cara yang tepat O:
4. Instruksikan pasien untuk meningkatkan - Pasien tampak lemah
makanan yang mengandung vitamin K - Pasien tampak pucat
5. Monitur status nutrisi dan berat badan - Terdapat ruam pada kulit pasien
- Hb : 9,6 g/dl
- Leukosit : 2.730/mm3
- Trombosit: 107.000/mm3
- Ht : 28 %
- Pasien terpasang IVFD Nacl 0.9
% 20 tetes/menit

A: Kanker serviks post kemoterapi dan


risiko pendarahan

P: intervensi dilanjutkan
- Monitor tanda-tanda vital
- Monitor hasil laboratorium (
Haemoglobin,leukosit,
trombosit dan hematokrit)
- Beri produk-produk penggantian
darah (misalnya: trombosit dan
plasma beku segar (FFP))
dengan cara yang tepat
- Menganjurkan pasien untuk
meningkatkan mengkomsumsi
makanan yang mengandung
vitamin K

Poltekkes Kemenkes
Senin / Risiko pendarahan 1. Monitor tanda dan gejala pendarahan Jam 16.30 WIB
5 Juni berhubungan dengan menetap S:
2017 / Koagulopati inheren 2. Monitor tanda-tanda vital ortostatik, - Pasien mengatakan biru-biru
Jam (trombositopenia) termasuk tekanan darah pada kulitnya belum hilang tapi
16.30 3. Beri produk-produk penggantian darah sudah berkurang
WIB (misalnya: trombosit dan plasma beku - Pasien mengatakan sudah
segar (FFP)) dengan cara yang tepat selesai transfusi darah merah 2
4. Instruksikan pasien untuk meningkatkan kantong
makanan yang mengandung vitamin K -
5. Intruksikan pada pasien dan keluarga O:
agar melaporkan gejala demam, - Pasien tampak pucat
menggigil, pendarahan hidung, memar - Ruam pada kulit pasien sudah
yang sangat beasr dan BAB berdarah berkurang
6. Monitur status nutrisi dan berat badan - Hb : 10.4 g/dl
- Leukosit : 2.040/mm3
- Trombosit: 73.000/mm3
- Ht : 30 %
- Pasien terpasang IVFD Nacl 0.9
% 20 tetes/menit

A: Kanker serviks post kemoterapi dan


risiko pendarahan

P: intervensi dilanjutkan
- Monitor tanda-tanda vital
- Monitor hasil laboratorium (
Haemoglobin,leukosit,
trombosit dan hematokrit)

Poltekkes Kemenkes
- Beri produk-produk penggantian
darah (misalnya: trombosit dan
plasma beku segar (FFP))
dengan cara yang tepat
- Menganjurkan pasien untuk
meningkatkan mengkomsumsi
makanan yang mengandung
vitamin K
- Intruksikan pada pasien dan
keluarga agar melaporkan gejala
demam, menggigil, pendarahan
hidung, memar yang sangat
besar dan BAB berdarah
Selasa / Risiko pendarahan 1. Monitor tanda dan gejala pendarahan Jam 17.30 WIB
6 Juni berhubungan dengan menetap S:
2017/ Koagulopati inheren 2. Monitor tanda-tanda vital ortostatik, - Pasien mengatakan biru-biru
Jam (trombositopenia) termasuk tekanan darah pada kulitnya belum hilang
17.30 3. Beri produk-produk penggantian darah - Pasien mengatakan rencana
WIB (misalnya: trombosit dan plasma beku transfusi 10 kantong trombosit
segar (FFP)) dengan cara yang tepat dan masih mencari pendonor
4. Instruksikan pasien untuk meningkatkan - Pasien mengatakan diberikan
makanan yang mengandung vitamin K injeksi dibawah pusat unutk
5. Monitur status nutrisi dan berat badan menaikkan leukosit
O:
- Pasien tampak lemah
- Pasien tampak pucat
- Terdapat ruam pada kulit pasien
- Hb : 10.5 g/dl

Poltekkes Kemenkes
- Leukosit : 2.040/mm3
- Trombosit: 73.000/mm3
- Ht : 30 %
- Pasien terpasang IVFD Nacl 0.9
% 20 tetes/menit

A: Kanker serviks post kemoterapi dan


risiko pendarahan

P: intervensi dilanjutkan
- Monitor tanda-tanda vital
- Monitor hasil laboratorium (
Haemoglobin,leukosit,
trombosit dan hematokrit)
- Beri produk-produk penggantian
darah (misalnya: trombosit dan
plasma beku segar (FFP))
dengan cara yang tepat
- Menganjurkan pasien untuk
meningkatkan mengkomsumsi
makanan yang mengandung
vitamin K

Poltekkes Kemenkes

Anda mungkin juga menyukai