Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN

KONSEP ASKEP POSTPARTUM SC


Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Praktik Klinik Lapangan Maternitas

Disusun Oleh :

Bella Indira Riana (211120063)

Kelas : 2 B

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN (D-3)


FAKULTAS ILMU DAN TEKNOLOGI KESEHATAN
UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI CIMAHI
LAPORAN PENDAHULUAN KONSEP ASKEP POSPARTUM SC

A. KONSEP DASAR POSPARTUM SC

1. Pengertian

Sectio cessarea berasal dari bahasa latin “caedere” yang berarti memotong atau
menyayat. Istilah itu disebut dalam ilmu obstetrik mengacu pada tindakan pembedahan
yang bertujuan melahirkan bayi dengan membuka dinding perut ibu (Anggorowati &
Sudiharjani, 2017)

Sectio Caesarea atau SC adalah suatu metode bedah persalinan untuk melahirkan janin
dengan membuka dinding perut dan dinding uterus. Resiko yang mengancam
keselamatan jiwa ibu maupun bayi serta intervensi medis merupakan potensi stressor
yang dapat menyebabkan pasien pre operasi sectio caesarea (SC) mengalami
kecemasan.

Mennurut (Forte & Oxorn, 2010), sectio cessarea merupakan suatu pembedahan untuk
melahirkan anak lewat insisi pada dinding abdomen dan uterus yang disebabkan oleh
dua faktor indikasi yaitu faktor ibu dan faktor janin. Faktor ibu seperti panggul sempit
dan disosia mekanis.

2. Klasifikasi

a. Sectio Caesarea (SC) abdomen


SC transperitonealis
b. Sectio Caesarea (SC) vaginalis
Menurut arah sayatan pada rahim, SC dapat dilakukan sebagai berikut:
1) Sayatan yang memanjang
2) Sayatan yang melintang
3) Sayatan yang berbentuk huruf T
c. Sectio Caesarea (SC) klasik
Dilakukan dengan membuat sayatan memanjang pada korpus uteri kira-kira
sepanjang 10 cm. Tetapi saat ini teknik ini jarang dilakukan karena memiliki banyak
kekurangan namun pada kasus seperti operasi berulang yang memiliki banyak
perlengketan organ cara ini dapat dipertimbangkan.
d. Sectio Caesarea (SC) ismika
Dilakukan dengan membuat sayatan melintang konkaf pada segmen bawah rahim
kira-kira sepanjang 10 cm (Nurarif & Kusuma, 2015).

3. Etiologi

Dari beberapa faktor sectio caesarea diatas dapat diuraikan beberapa penyebab sectio
caesarea sebagai berikut:

a. CPD ( Chepalo Pelvik Disproportion )


Chepalo Pelvik Disproportion (CPD) adalah ukuran lingkar panggul ibu tidak
sesuai dengan ukuran lingkar kepala janin yang dapat menyebabkan ibu tidak dapat
melahirkan secara alami. Tulang- tulang panggul merupakan susunan beberapa
tulang yang membentuk rongga panggul yang merupakan jalan yang harus dilalui
oleh janin ketika akan lahir secara alami. Bentuk panggul yang menunjukkan
kelainan atau panggul patologis juga dapat menyebabkan kesulitan dalam proses
persalinan alami sehingga harus dilakukan tindakan operasi. Keadaan patologis
tersebut menyebabkan bentuk rongga panggul menjadi asimetris dan ukuran-
ukuran bidang panggul menjadi abnormal.

b. PEB (Pre-Eklamsi Berat)


Pre-eklamsi dan eklamsi merupakan kesatuan penyakit yang langsung disebabkan
oleh kehamilan, sebab terjadinya masih belum jelas. Setelah perdarahan dan
infeksi, pre-eklamsi dan eklamsia merupakan penyebab kematian maternal dan
perinatal paling penting dalam ilmu kebidanan. Karena itu diagnosa dini amatlah
penting, yaitu mampu mengenali dan mengobati agar tidak berlanjut menjadi
eklamsi

c. KPD (Ketuban Pecah Dini)


Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda persalinan
dan ditunggu satu jam belum terjadi inpartu. Sebagian besar ketuban pecah dini
adalah hamil aterm di atas 37 minggu, sedangkan di bawah 36 minggu. Ketuban
dinyatakan pecah dini bila terjadi sebelum proses persalinan berlangsung. Ketuban
pecah dini merupakan masalah penting dalam obstetric berkaitan dengan penyulit
kelahiran premature dan terjadinya infeksi khoriokarsinoma sampai sepsis, yang
meningkatkaan morbiditas dan mortalitas perinatal dan menyebabkan infeksi ibu.
Ketuban pecah dini disebabkan oleh karena berkurangnya kekuatan membrane
atau meningkatnya tekanan intrauterine atau oleh kedua faktjor tersebut.
Berkurangnya kekuatan membrane disebabkan oleh adanya infeksi yang dapat
berasal dari vagina dan serviks.
Penanganan ketuban pecah dini memerlukan pertimbangan usia gestasi, adanya
infeksi pada komplikasi ibu dan janin dan adanya tanda-tanda persalinan. (
Sarwono Prawirohardjo, 2002).

d. Bayi Kembar tidak selamanya bayi kembar dilahirkan secara caesa


Hal ini karena kelahiran kembar memiliki resiko terjadi komplikasi yang lebih
tinggi dari pada kelahiran satu bayi. Selain itu, bayi kembar pun dapat mengalami
sungsang atau salah letak lintang sehingga sulit untuk di lahirkan normal

e. Faktor Hambatan Jalan Lahir


Adanya gangguan pada jalan lahir, misalnya jalan lahir yang tidak memungkinkan
adanya pembukaan, adanya tumor dan kelainan bawaan pada jalan lahir, tali pusat
pendek dan ibu sulit bernafas.

f. Kelainan Letak Janin


1) Kelainan pada letak kepala

a) Letak kepala tengadah


Bagian terbawah adalah puncak kepala, pada pemeriksaan dalam teraba
UUB yang paling rendah. Etiologinya kelainan panggul, kepala bentuknya
bundar, anaknya kecil atau mati, kerusakan dasar panggul.
b) Presentasi muka
Letak kepala tengadah (defleksi), sehingga bagian kepala yang terletak
paling rendah ialah muka. Hal ini jarang terjadi, kira-kira 0,27-0,5 %.
c) Presentasi dahi
Posisi kepala antara fleksi dan defleksi, dahi berada pada posisi terendah
dan tetap paling depan. Pada penempatan dagu, biasanya dengan sendirinya
akan berubah menjadi letak muka atau letak belakang kepala.
2) Letak Sungsang
Letak sungsang merupakan keadaan dimana janin terletak memanjang dengan
kepala difundus uteri dan bokong berada di bagian bawah kavum uteri. Dikenal
beberapa jenis letak sungsang, yakni presentasi bokong, presentasi bokong
kaki, sempurna, presentasi bokong kaki tidak sempurna dan presentasi kaki
(Saifuddin, 2002).

g. Kelainan Letak lintang


Letak Lintang ialah jika letak anak di dalam rahim sedemikian rupa hingga paksi
tubuh anak melintang terhadap paksi rahim. Sesungguhnya letak lintang sejati
(paksi tubuh anak tegak lurus pada paksi rahim dan menjadikan sudut 90o) jarang
sekali terjadi. (Eni Nur Rahmawati, 2011)
Pada letak Lintang, bahu biasanya berada diatas pintu atas panggul sedangkan
kepala terletak pada salah satu fosa iliaka dan bokong pada fosa iliaka yang lain.
Pada keadaan ini, janin biasa berada pada presentase bahu/ akromion. (Icesmi
Sukarni, 2013)

Jenis- jenis

1. Sectio cesaria transperitonealis profunda


Sectio cesaria transperitonealis propunda dengan insisi di segmen bawah
uterus. insisi pada bawah rahim, bisa dengan teknik melintang atau
memanjang. Keunggulan pembedahan ini adalah:
a) Pendarahan luka insisi tidak seberapa banyak.

b) Bahaya peritonitis tidak besar.

c) Perut uterus umumnya kuat sehingga bahaya ruptur uteri dikemudian hari
tidak besar karena pada nifas segmen bawah uterus tidak seberapa banyak
mengalami kontraksi seperti korpus uteri sehingga luka dapat sembuh
lebih sempurna.
2. Sectio caesaria klasik atau section cecaria korporal
Pada cectio cacaria klasik ini di buat kepada korpus uteri, pembedahan ini
yang agak mudah dilakukan,hanya di selenggarakan apabila ada halangan
untuk melakukan section cacaria transperitonealis profunda. Insisi
memanjang pada segmen atas uterus.
3. Sectio cacaria ekstra peritoneal
Section cacaria eksrta peritoneal dahulu di lakukan untuk mengurangi bahaya
injeksi perporal akan tetapi dengan kemajuan pengobatan terhadap injeksi
pembedahan ini sekarang tidak banyak lagi di lakukan. Rongga peritoneum
tak dibuka, dilakukan pada pasien infeksi uterin berat.
4. Section cacaria hysteroctomi
Setelah sectio cesaria, dilakukan hysteroktomy dengan indikasi:
a) Atonia uteri

b) Plasenta accrete

c) Myoma uteri

d) Infeksi intra uteri berat


4. Patofisiologi

Akibat dari kelainan pada ibu dan janin menyebabkan dilakukannya SC


dan tidak dilakukan dengan persalinan (Solehati, 2017). Tindakan alternatif
untuk dilakukannya persalinan adalah menggunakan sectio caesarea dengan
berat diatas 500gram dan adanya bekas sayatan yang masih utuh. Penyebab
atau indikasi dilakukannya Sc ini adalah karena distorsi kepala
panggul,disfungsi uterus,distorsia jaringan lunak. Plasenta previa dan lain-
lain.Untuk ibu sedangkan untuk gawat janin, janin besar dan letak lintang
setelah dilakukan sectio caesarea ibu akan mengalami adaptasi post partum.
perlu anestesi yang bersifat regional dan umum sebelum dilakukannya operasi
pasien. Namun anastesi mengakibatkan banyaknya pengaruh terhadap janin
dan ibu, sehingga bayi kadang-kadang lahir dalam

keadaan tidak dapat diatasi dengan mudah. dan bisa berakibat pada
kematian janin sedangkan pengaruh anestesi bagi ibu sendiri yaitu terhadap
tonus uteri yang menyebabkan darah banyak yang keluar. Untuk pengaruh
terhadap nafas yaitu jalan nafas yang tidak efektif akibat secret yang
berlebihan karena kerja otot nafas silia yang menutup anastesi ini juga
mempengaruhi saluran pencernaan dengan menurunkan mobilitas usus
(Anjarsari, 2018).

5. Manifestasi Klinik

Perlu adanya perawatan yang lebih komprehensif pada ibu yang melahirkan
melelui persalinan section caesaria yaitu dengan perawatan post partum serta
perawaan post operatif. Doenges (2010) mengemukakan, manifestasi klinis
section caesarea meliputi:

a. Nyeri yang disebabkan lukahasil bedah


b. Adanya luka insisi dibagian abdomen
c. Di umbilicus, fundus uterus kontraksi kuat
d. Aliran lokea sedang dan bebas bekuan yang berlebihan (lokhea tidak
banyak)
e. Ada kurang lebih 600-800ml darah yang hilang selama porses
pembedahan
f. Emosi yang labil atau ketidakmampuan menghadapisituasi baru pda
perubahan emosional
g. Rata-rata terpasang kateter urinarius
h. Tidak terdengarnya auskultasi bising usus
i. Pengaruh anestesi dapat memicu mual dan muntah
j. Status pulmonary bunyi paru jelas serta vesikuler
k. Biasanya ada kekurang pahaman prosedur pada kelahiran SC yang tidak
direncanaka

Pada anak yang baru dilahirkan akan dibonding dan attachment


6. Pemeriksaan Penunjang

a. Elektroensefalogram ( EEG )
Untuk membantu menetapkan jenis dan fokus dari kejang.
b. Pemindaian CT
Untuk mendeteksi perbedaan kerapatan jaringan.
c. Magneti resonance imaging (MRI)
Menghasilkan bayangan dengan menggunakan lapangan magnetik dan
gelombang radio, berguna untuk memperlihatkan daerah – daerah otak
yang itdak jelas terliht bila menggunakan pemindaian CT.
d. Pemindaian positron emission tomography ( PET )
Untuk mengevaluasi kejang yang membandel dan membantu menetapkan
lokasi lesi, perubahan metabolik atau alirann darah dalam otak.
e. Uji laboratorium
1) Fungsi lumbal : menganalisis cairan serebrovaskuler
2) Hitung darah lengkap : mengevaluasi trombosit dan hematokrit
3) Panel elektrolit
4) Skrining toksik dari serum dan urin
5) AGD
6) Kadar kalsium darah
7) Kadar natrium darah
8) Kadar magnesium darah

7. Komplikasi

Komplikasi yang sering terjadi pada pasien post sectio caesarea adalah

a. Infeksi puerperal
infeksi ini merukanan infeksi bakteri yang menyerang bagian tubuh
reproduksi setelah post partum,keguguran atau pun post SC, biasanya
ditandai dengan kenaikan suhu bersifat bersifat berat seperti peritonitis,
sepsis dan sebagainya.
b. Perdarahan
Pendarahan biasanya terjadi saat proses pembedahan karena cabang-
cabang arteri terbuka atau karena ataomia uteri
c. Komplikasi-komplikasi lain seperti luka kandung kencing, embolisme
paru-paru dan sebagainya sangat jarang terjadi.
d. Suatu komplikasi yang baru kemudian tampak, ialah kurang kuatnya parut
pada dinding uterus, sehingga pada kehamilan selanjutnya bisa terjadi
rupture uteri. Kemungkinan peristiwa ini lebih banyak ditemukan sesudah
sesarea klasik. (Solehati, 2017)

Komplikasi lain seperti resiko terjadinya depresi pernapasan pada bayi


biasanya diakibatkan oleh obat bius yang mana obat bius tersebut mengandung
narkose
B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian samapai dengan Analisa Data sesuai data focus

NO DATA ETIOLOGI MASLAH


KEPERAWTANA

DS: SC Ansietas (D.0080)


-klien merasa nyeri

perut
- klien mengatakan Luka pos SC
sulit tidur
- klien selalu ↓
bertanya tentang
lukanya Nyeri saat di gerakan
DO:
-klien tampak ↓
gelisah
Ansietas
-wajah klien
tampak tegang
- klien tampak
cemas saat
mengatur posisi
badan
- klien tampak
pucat

2. Diagnosa Keperawatan (SDKI)

Ansietas b.d kondisi emosi dan pengalaman subjeyektif individu terhadap objek
yang tidak jelas dan spesifik akibat antisipasi bahaya yang memungkinkan individu
melakukan tindakan untuk menghadapi ancaman. (D.0080)
3. Rencana Keperawatan (SLKI & SIKI)

N DX TUJUAN INTERVENSI EVALUASI


O

1 Ansietas b.d Setelah dilakukan Dukungan keyakinan S:klien merasa


kondisi emosi tindakan Observasi kecemasannya
dan keperawatan berkurang
pengalaman selama 1 x 24 jam, - Identifikasi keyakinan,
masalah, dan tujuan perawatan O: klien
subjeyektif diharapkan Tingkat
- Identifikasi kesembuhan terlihat mulai
individu Ansietas menurun,
jangka panjang sesuai kondisi menggerkan
terhadap dengan kriteria:
pasien badannya
objek yang
- verbalisasi akibat - Monitor kesehatan fisik dan untuk melatih
tidak jelas
kondisi yang mental pasien otot-ototnya
dan spesifik
dihadpi menurun
akibat A:
Terapeutik
antisipasi - perilasu gelisah
- verbalisasi
bahaya yang menurun
memungkink - Integrasikan keyakinan dalam akibat kondisi
- pucat menurun rencana perawatan sepanjang yang dihadpi
an individu
tidak membahayakan/beresiko menurun
melakukan - pola tidur keselamatan
tindakan membaik - perilasu
- Berikan harapan yang realistis
untuk gelisah
sesuai prognosis
menghadapi menurun
- Fasilitasi pertemuan antara
ancaman.
keluarga dan tim kesehatan - pucat
(D.0080)
untuk membuat keputusan menurun
- Fasilitasi memberikan makna
terhadap kondisi kesehatan - pola tidur
membaik
Edukasi P:intervensi di
hentikan
- Jelaskan bahaya atau resiko
yang terjadi akibat keyakinan
negatif
- Jelaskan altrnatif yang
berdampak positif untuk
memenuhi keyakinan dan
perawatan
- Brikan penjelasan yang relevan
dan mudah dipahami
DAFTAR PUSTAKA

Kurniasari, D. &. (2015). Hubungan antara karakteristik ibu, kondisi bayi dan dukungan sosial suami
dengan postpartum blues pada ibu dengan persalinan SC di Rumah Sakit Umum Ahmad Yani
Metro. Holistik JUrnal Kesehatan.

Nisak, K. &. (2018). PERBEDAAN KUALIATAS HIDUP POSTPARTUM BERDASARKAN JENIS PERSALINAN
DI RSUD DR.SOERATNO GEMOLONG.

Ratmiwasi, C. U. (2017). Pengaruh Promosi Kesehatan Mobilisasi Dini Terhadap Pelaksaan Mobilisasi
Dini Pada Ibu POspartum Sc Rsud Pekanbaru.

Anda mungkin juga menyukai