Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN POST PARTUM SPONTAN

DENGAN EKSTRAKSI FORCEP


Untuk Memenuhi Laporan Praktik Klinik Keperawatan Maternitas
Dosen Pembimbing : Siti Nurbayanti Awaliyah, M.Kep.,Ns.,SP.Kep.Mat

DISUSUN OLEH :
KHAERUN NISA PRADITA FAHRIANDANI
211120054

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN (D-3)


FAKULTAS ILMU DAN TEKNOLOGI KESEHATAN
UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI CIMAHI
2022
A. KONSEP DASAR POST PARTUM SPONTAN DENGAN EKSTRAKSI FORCEP
1. Pengertian
Forceps Forceps adalah alat yang terlihat seperti sepasang sendok besar. Forceps
digunakan untuk mempercepat kelahiran dimana ibu atau bayi mengalami stres
selama persalinan dan kepala bayi sudah turun ke bawah di jalan lahir. Forceps
kadang digunakan ketika bayi tidak berbalik menghadap arah yang seharusnya atau
tidak bergerak ke jalan lahir. Ini bisa karena rahim tidak berkontraksi dengan baik
untuk melahirkan bayi. Anestesi epidural membuat kondisi ini lebih mungkin terjadi.
Sebelum dilakukan prosedur persalinan dengan forceps, vagina biasanya disuntik
anestesi. Juga, irisan antara area vagina dan anus dibuat sebelum kelahiran dengan
forceps. Forceps lalu perlahan mendorong kepala bayi dan digunakan untuk memutar
atau menarik bayi keluar.
Keuntungan forceps yaitu membantu dalam kasus bayi yang mengalami hipoksia
yang dapat menyebabkan kerusakan otak bahkan mengakibatkan kematian dan
membantu ibu untuk melahirkan bayinya dengan mudah dan tanpa kelelahan fisik
yang berlebihan. Kerugian forceps yaitu dapat menyebabkan laserasi pada cervix,
vagina dan perineum ibu dan terjadi kerusakan pada urat syaraf karena tekanan oleh
daun forceps sehingga menyebabkan kelumpuhan kaki.
Forcep adalah tindakan obstetric yang bertujuan untuk mempercepat kala
pengeluaran dengan jalan menarik bagian terbawah janin (kepala) dengan alat cunam.
(Abdul Bari, 2000).
Ekstraksi Forcep adalah suatu persalinan buatan, janin dilahirkan dengan cunam
yang dipasang dikepalanya. Cunam yang umum dipakai adalah cunam Niagle, sedang
pada kepala yang menyusul dipakai cunam piper dengan lengkung panggul agak datar
dan tangkai yang panjang, melengkung keatas dan terbuka. (Bobak, 2004 :798).

2. Klasifikasi
Klasifikasi Persalinan dangan Ekstraksi forsep
• Forsep ‘outlet ’
(1) Kepala terlihat di introitus tanpa harus membuka labil
(2) Kepala janin telah berada di dasar panggul
(3) Sutura segitalis berada pada:
• Diameter AP atau
• Posisi oksiput kanan/kiri anterior atau posterior
• Kapala janin berada pada atau di atas perineum
• Forsep Rendah
(1) Bagian terendah kepala ada pada station +2 atau lebih (Hodge 3-4)
• dua jenis :
- Rotasi 45 derajat atau kurang
- Rotasi lebih dari 45 derajat
• Forsep Tengah
(1) Kepala sudah masuk pintu atas panggul
(2) Bagian terendah kepala di atas station +1
(3) Plihan lain untuk forsep tengah adalah seksio sesarea – akses untuk
melakukan seksio sesarea sangat penting saat melakukan persalinan
dengan forsep

3. Etiologi
Kondisi ibu yang mungkin membutuhkan bantuan forceps antara lain:
(1) Sudah kelelahan dan tak sanggup mengejan lagi
(2) Punya masalah kesehatan yang membuat ibu berisiko untuk mengejan
(3) Ada indikasi bayi mengalami stres dan perlu keluar lebih cepat
Sebelum membantu persiapan melahirkan dengan forceps, dokter akan mengamati
posisi bayi. Untuk mengurangi risiko, dokter mesti memastikan kepala dan wajah
bayi sudah dalam posisi yang tepat. Dokter akan memeriksanya dengan teliti dan
memastikan keamanan persalinan dengan bantuan forceps. ("Persiapan Melahirkan
dengan Bantuan Forceps - Primaya Hospital | Primaya Hospital"
https://primayahospital.com/kebidanan-dan-kandungan/persiapan-melahirkan-
dengan-bantuan-forceps/)

4. Patofisiologi
Jenis-jenis persalinan Estraksi forcep
Bentuk persalinan forcep dapat dibagi menjadi beberapa jenis yaitu:
 Forcep rendah (low forcep) Forcep yang digunakan telah dipasang pada kepala
janin yang berada sekurang-kurangnya pada Hodge III.
 Forcep tengah (midforcep) Pemasangan forcep pada saat kepala janin sudah
masuk dan menancap di panggul pada posisi antara Hodge II dan Hodge III.
 Forcep tinggi Dilakukan pada kedudukan kepala diantara Hodge I atau Hodge II,
artinya ukuran terbesar kepala belum melewati pintu atas panggul dengan
perkataan lain kepala masih dapat digoyang. Forcep tinggi saat ini sudah diganti
dengan Sectio Cesarea.

5. Manifestasi Kinik
Jika bayi masih kesulitan untuk keluar dan proses persalinan berlangsung lama,
dokter mungkin memutuskan untuk menggunakan alat ini untuk mempercepat proses
melahirkan. Kadang-kadang, tindakan ini juga didasari untuk menghindari operasi
caesar.
Secara khusus, dokter mungkin memutuskan untuk menggunakan forceps jika
• Bayi harus segera dilahirkan karena mengalami fetal distress atau gawat janin,
kondisidi mana janin kekurangan oksigen.
• Posisi bayi kurang baik selama tahap mendorong (forceps dapat digunakan untuk
memutar kepala bayi).
• Bayi macet di jalan lahir.
• Ibu melahirkan mengalami kesulitan mendorong (misalnya akibat kelelahan,
memiliki kondisi jantung atau tekanan darah yang sangat tinggi).
• Detak jantung bayi menunjukkan adanya masalah.
Sebelum melakukan prosedur ini, dokter akan mempertimbangkan cara lain untuk
mendorong persalinan. Misalnya dengan menyesuaikan anestesi agar Anda
mendorong lebih efektif. Sedangkan untuk merangsang kontraksi yang lebih kuat,
pilihan lainnya mungkin pemberian obat intravena versi sintetis dari hormon oksitosin
(Pitocin).

6. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang menurut Kumalasari I (2015), antara lain:
 Pemeriksaan urine
 Hemoglobin dan Hemotokrit 12-24 jam post partum (jika Hb < 10 g% dibutuhkan
suplemen Fe),
 Eritrosit
 Leukosit dan
 Trombosit.

7. Komplikasi
Beberapa komplikasi yang bisa terjadi pada tindakan ekstraksi forcep yaitu:
1) Komplikasi pada ibu
a. Perdarahan yang disebabkan oleh retensio plasenta , atonia uteri serta jahitan
robekan jalan lahir yang lepas.
b. Infeksi
c. Trauma jalan lahir seperti terjadinya fistula vesiko vaginal, fistula recto
vaginal , fistula utero vaginal, rupture uteri, rupture serviks, dan robekan
perineum
2) Komplikasi pada bayi
a. Trauma ekstraksi forcep dapat menyebabkan cacat karena aplikasi forcep
b. Infeksi yang berkembang menjadi sepsis dapat menyebabkan kematian serta
encephalitis sampai meningitis.
c. Gangguan susunan syaraf pusat yang dapat menimbulkan gangguan
intelektual
d. Gangguan pendengaran dan keseimbangan

B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN


1. Pengkajian
a. Identifikasi
1) Identitas klien meliputi : nama, usia, status perkawinan, pekerjaan, agama,
pendidikan, suku, bahasa, tanggal masuk rumah sakit dan jam tanggal
pengkajian alamat rumah
2) Identitas penanggung jawab : nama, usia, pekerjaan, pendidikan, agama,
alamat
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
Menurut Jitowiyono dan Kristiyanasari (2010) meliputi :
1) Keluhan Utama Masuk Rumah Sakit, menguraikan mengenai keluhan yang
pertama kali dirasakan penanganan yang pernah dilakukan sampai klien
dibawa ke rumah sakit dan penanganan pertama yang dilakukan saat dirumah
sakit.
2) Keluhan utama saat dikaji, meliputi keluhan atau yang berhubungan dengan
gangguan atau penyakit saat ini dan keluhan yang dirasakan setelah klien
melahirkan, pada umumnya klien mengeluh nyeri.
3) Riwayat kesehatan dahulu, meliputi penyakit yang lain yang dapat
mempengaruhi penyakit sekarang, maksudnya apakah klien pernah
mengalami penyakit yang sama (Jitowo dan Kristiyanasari, 2010).
4) Riwayat Kesehatan keluarga, keliputi penyakit keluarga yang bersifat
penyakit keturunan (asma, diabetes mellitus, haemophili, keturunan kembar)
dan penyakit kronis (Manurung et al, 2011).
c. Riwayat Ginekologi dan Obstetrik
1) Riwayat Menstruasi : Menarche, lama haid, siklus, jumlah darah haid,
dismenorrhae, keluahan haid (Manurung et al, 2011), hari pertama haid
terakhir (HPHT) guna menentukan taksiran persalinan (TP) (Ratnawati,
2017).
2) Riwayat Persalinan Data yang harus dikaji adalah tanggal melahirkan,
lamanya persalinan, posisi fetus, tipe melahirkan, analgetik, masalah selama
melahirkan jahitan pada perineum dan pendarahan (Wahyuningsih et al, 2019)
3) Riwayat Keluarga Berencana Penggunaan KB yang lalu, beberapa kontrasepsi
dapat berakibat buruk pada janin, ibu atau keduanya. Penggunaan kontrasepsi
oral sebelum kelahiran dan berlanjut saat kehamilan yang tidak 33 diketahui
dapat berakibat buruk pada pembentukan organ janin (Ratnawati, 2017).
4) Riwayat Kehamilan Informasi yang dibutuhkan adalah para dan gravida
kehamilan yang direncanakan, masalah saat hamil atau antenatal care dan
imunisasi yang diberikan pada ibu selama hamil. (Wahyuningsih et al, 2019).
5) Riwayat Persalinan Informasi esensial tentang persalinan yaitu mengenai usia
gestasi, tipe persalinan (spontan, forsep, ekstrasi vakum atau bedash sesar),
penolong persalinan, lama persalinan (lebih baik dihitung dari kontrasepsi
pertama), erat lahir, jenis kelainan dan komplikasi yang lain (Marmi, 2011)
6) Riwayat nifas Masa nifas yang terdahulu tidak ada penyakit seperti
perdarahan post partum dan infeksi nifas. Maka diharapkan masa nifas saat ini
juga tanpa penyakit. Terdapat pengeluaran lochea yang normal Ibu dengan
riwayat pengeluaran lochea purulenta, lochea statis, infeksi uterus, rasa nyeri
berlebihan memerlukan pengawasan khusus. (Manuaba, 2010).
d. Pola Aktifitas Sehari-hari
Pengkajian pada pola aktivitas sehari-hari klien menurut Reni Yuli Aspiani (2017)
meliputi:
1) Nutrisi Biasanya klien mengalami gangguan dalam memenuhi kebutuhan
nutrisi seperti mual muntah, masukan protein kalori kurang.
2) Eliminasi biasanya klien mengalami gangguan BAK (kurang dari 400
ml/jam).
3) Istirahat Tidur klien biasanya mengalami kesulitan dalam istirahat dan
tidurnya karena adanya kontraksi uterus.
4) Personal Hygine kebersihan diri merupakan pemeliharaan kesehatan untuk
diri sendiri dan dilakukan 2x sehari.
5) Aktivitas biasanya terganggu karena kebiasaan sehari-hari tidak dapat di
lakukan/tidak dapat terpenuhi dengan baik.
6) Pola Seksual, Secara fisik aman untuk memulai hubungan suami istri begitu
darah merah berhenti dan ibu dapat memasukkan satu atau dua jarinya ke
dalam vagina tanpa rasa nyeri. (Ai Yeyeh dkk, 2012)
7) Pola Menyusui
e. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan Umum Mengenai pemeriksaan keadaan umum, kesadaran dan
kesehatan ibu, untuk mengetahui kondisi ibu nifas secara umum (Pitriani &
Andriyani, 2014). 2)
2) Tanda-Tanda Vital Mengenai pemeriksaan tekanan darah, nadi, suhu, dan
pernafasan, Untuk mengetahui adanya suatu keadaan yang abnormal pada ibu
nifas (Pitriani & Andriyani, 2014).
3) Antropometri Mengkaji tinggi badan klien berat badan sebelum hamil berat
badan ketika hamil dan berat badan setelah melahirkan.
4) Pemeriksaan Fisik Head To Toe Pemeriksaan fisik yang dilakukan pada klien
post partum menurut Reni Yuli Aspiani (2017) meliputi :
a) Kepala, mengkaji keadaan rambut, muka, mata,hidung, bibir, leher,
telinga, hiperpigmentasi pada muka/ cloasma gravidarum.
b) Payudara, mengkaji keadaan putting susu, areola, luka, pembengkakan,
laktasi, colostrum, kebersihan, dan kelainan pada payudara.
c) Abdomen, mengkaji adanya striae gravidarum, linea nigra, bising usus,
tinggi fundus uteri, kosistensi uterus, kontraksi uterus, diastatis recti
abdominalis, dan kandung kemih.
d) Vagina, mengkaji adanya pengeluaran lochea, jumlah, bau, warna, dan
apakah ada rasa gatal.
e) Vulva, mengkaji keadaan dan kebersihan vulva.
f) Perineum, mengkaji apakah adanya robekan, jenis episiotomy yang
digunakan,panjang robekan, dan panjang jahitan. Kaji adanya tanda tanda
infeksi REEDA.
g) Rectum mengkaji adanya hemorroid
h) Ekstremitas atas mengkaji CRT, edema, kekuatan otot, reflek trisep dan
bisep
i) Ekstremitas bawah mengkaji adanya tromboflebitis, edema, varises, reflek
hammer, dan CRT.
f. Data Psikologis
Periode taking in adalah periode ketergantungan. Periode ini terjadi 1-2 hari
sesudah melahirkan. Fase taking hold berlangsung mulai hari ke-3 sampai hari ke-
10 pasca melahirkan. Pada fase ini ibu akan merasa ketidakmampuannya dan
tanggungjawabnya dalam merawat bayinya dan perasaan ibu sangat sensitif. Fase
ini adalah fase dimana seorang wanita sudah mau dan mampu menerima
tanggungjawab dan peran barunya sebagai seorang ibu. (Hesty, 2012).
g. Data Sosial
Bagaimana keadaan rumah tangganya harmonis/tidak, hubungan ibu, suami dan
keluarga serta orang lain baik/tidak, ada/ tidak ada mitos mitos selama masa nifas
yang dipercaya, ada/tidak budaya pantang makan makanan tertentu.
h. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik pada klien dengan post partum :
a. Keadaan umum, keadaan umum klien biasanya lemah setelah persalinan.
b. Kesadaran, kesadaran klien biasanya baik (composmentis).
c. Pemeriksaan fisik head to toe
1) Kepala dan rambut : Bentuk kepala, kulit kepala, apakah kotor atau
berketombe, rambut apakah tampak lusuh atau kusut, apakah ada luka/
laserasi.
2) Wajah : Wajah pucat atau tidak, bentuk wajah lonjong atau oral.
3) Mata : Bentuk bola mata, ada tidaknya gerak mata, konjungtiva
anemis atau tidak, bentuk mata simetris atau tidak.
4) Hidung : Ada tidaknya septuminasi, polip dan kebersihan.
5) Telinga : Kebersihan atau tidaknya kelainan fungsi pendengaran,
kelainan anatomi pada telinga.
6) Mulut, bibir : Bentuk bibir simetris atau tidak, kelembapan, kebersihan
mulut, ada tidaknya pembesaran tonsil, ada tidaknya kelainan bicara.
7) Gigi : Jumlah gigi lengkap atau tidak, kebersihan gigi, ada tidaknya
peradangan pada gusi atau caries gigi.
8) Leher : Ada tidaknya pembesaran kelenjar thyroid dan vena jugularis.
9) Integument kulit

10) Warna kulit, apakah pucat atau tidak, kebersihan, turgor

11) kulit, tekstur kulit.

12) 10) Payudara

13) Payudara membesar, areola mammae warnanya lebih


14) gelap, papilla mammae menonjol, keluar colostrum ASI.

15) 11) Thorax atau dada

16) a) Jantung

17) Inspeksi

18) : seperti tak tampak retraksi dinding

19) dada

20) Perkusi

21) : bunyi pekak.

22) Palpasi

23) : seperti tak ada nyeri tekan, tak teraba

24) ictus cordis.

25) Auskultasi : seperti S1, S2 reguler.

26) b) Paru-paru

27) Inspeksi

28) : seperti tidak ada jejas

29) Perkusi

30) : bunyi sonor.

31) Palpasi

32) :seperti tidak ada nyeri tekan, fokal

33) fremitus seimbang kanan dan kiri.

34) Auskultasi : vesikuler

35) c) Abdomen
36) Inspeksi

37) : diastasis rektus abdominalis

38) Auskultasi : fungsi pencernaan untuk mengetahui

39) bissing usus.


i. Data Perawatan Mandiri
Anjurkan ibu untuk menjaga kebersihan seluruh tubuh. Mengajarkan ibu
bagaimana membersihkan daerah kelamin dengan sabun dan air. Pastikan bahwa
ia mengerti untuk membersihkan daerah di vulva terlebih dahulu, dari depan ke
belakang, baru kemudian membersihkan daerah sekitar anus. Sarankan ibu untuk
mengganti pembalut atau kain pembalut setidaknya dua kali dalam sehari.
j. Data Penunjang
Menurut Reni Yuli Aspiani (2017) Jumlah darah lengkap hemoglobin atau
hematokrit mengkaji perubahan dari kadar post partum dan mengevaluasi efek
dari kehilangan darah pada pembedahan. Urinalisis : 2 kultur urine gula darah,
vaginal, dan lochea, pemeriksaan tambahan didasarkan pada kebutuhan
individual.
2. Analisa Data

No Data Etiologi Masalah


1. ↓
2.
3

3. Rencana Asuhan Keperawatan

No Diagnosa Keperawatan PERENCANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN


Tujuan Intervensi
1.
2.
3.

Anda mungkin juga menyukai