Anda di halaman 1dari 30

Makalah Persalinan Normal

Posted on September 20, 2013by lizahadiyati


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam proses persalinan biasanya membuat gelisah sampai panik bagi orangtua
yang baru akan menjalani proses tersebut. Hal ini dikarenakan orangtua tersebut
belum berpengalaman dan belum memiliki cukup pengetahuan tentang proses
bersalin itu sendiri. Bukan hanya itu factor yang menyebabkan orangtua panik akan
proses persalinan, ketakutan akan melahirkan itu sendiri juga menjadi factor yang
berperan penting dalam persalinan. Dalam hal inilah, perawat berperan penting
sebagai educator untuk memberikan pengetahuan tentang proses persalinan kepada
pasangan suami istri yang akan menjadi orangtua. Bukan hanya mereka yang
merasakan kepanikan, tetapi orangtua yang telah melahirkan sebelumnya pun bisa
juga panik, karena pengalaman masa lalu yang tidak mengenakkan.

Persalinan itu sendiri merupakan suatu proses alami yang akan berlangsung dengan
sendirinya, tetapi persalinan pada manusia setiap saat terancam penyulit yang
membahayakan ibu maupun janinnya sehingga memerlukan pengawasan,
pertolongan dan pelayanan dengan fasilitas yang memadai. Persalinan pada manusia
dibagi menjadi empat tahap penting dan kemungkinan penyulit dapat terjadi pada
setiap tahap tersebut.

Dalam persalinan terjadi perubahan-perubahan fisik di antaranya adalah ibu akan


merasa sakit pinggang, lesu, merasa kurang enak, tidak bias tidur enak, sering
kesulitan bernafas dan perubahan-perubahan psikis diantaranya adalah perasaan
takut sehubungan dengan dirinya sendiri, takut kalau terjadi bahaya atas dirinya
pada saat persalinan, takut tidak dapat memenuhi kebutuhan anaknya. Ketakutan
karena anggapannya sendiri bahwa persalinan itu merupakan hal yang
membahayakan.

Persalinan postmatur adalah kehamilan yang melewati 294 hari atau lebih dari 42
minggu lengkap. Postmatur menunjukkan atau menggambarkan keadaan janin yang
lahir telah melampaui batas waktu persalinannya, sehingga dapat menyebabkan
beberapa komplikasi. Persalinan postmatur juga bisa menyebabkan ibu dan bayinya
meninggal dunia.
Untuk itulah penulis mengangkat masalah ini, karena ini juga berkaitan dengan
pengetahuan yang akan diberikan kepada masyarakat umum khususnya ibu-ibu
yang akan melahirkan.

1.2 Tujuan
 Memahami konsep persalinan normal
 Mengetahui adaptasi fisik dan psikologis pada ibu selama proses kehamilan
 Mengidentifakasi penatalaksanaan nyeri nonfarmakologis
 Mengetahui tindakan pembedahan pada persalinan
 Mengetahui resiko tinggi pada persalinan
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Konsep Persalinan Normal
Persalinan adalah proses pergerakan keluar janin, plasenta , dan membrane dari
dalam rahim melalui jalan lahir. Berbagai perubahan terjadi pada proses reproduksi
wanita dalam hitungan hari dan minggu sebelum persalinan dimulai (Bobak, 2004).

Persalinan normal adalah persalinan lewat vagina. Pada persalinan normal, proses
persalinan diawali dengan rasa mulas dan keluarnya lendir bercampur darah dari
vagina. Rasa mulas dan nyeri (his) biasanya datang secara teratur, semakin lama
semakin kuat dan semakin nyeri, sampai anak berhasil dilahirkan. Proses kelahiran
anak diikuti oleh kelahiran ari-ari. Seringkali jalan lahir mengalami robekan (ruptur
perineum) dan butuh beberapa jahitan untuk memperbaikinya. (Paisal, 2007)

Suatu pimpinan persalinan normal dilakukan dengan syarat-syarat:

1.Adanya Penolong Yang Terampil

a) Seorang pemberi asuhan yang profesional

b) Memiliki pengetahuan dan keterampilan untuk: 1) menatalaksana persalinan,


kelahiran dan masa nifas, 2) dapat mengenali komplikasi-komplikasi, 3)
mendiagnosis, menatalaksana atau merujuk ibu atau bayi ke tingkat asuhan yang
lebih tinggi jika terjadi komplikasi yang memerlukan intervensi di luar kompetensi
pemberi asuhan

c) Dapat melakukan semua intervensi dasar kebidanan


2. Kesiapan Menghadapi Persalinan serta Komplikasi Persalinan Bagi Pemberi
Asuhan

a) Mendiagnosis dan menatalaksana masalah dan komplikasi dengan sesuai dan


tepat waktu

b) Mengatur rujukan ke tingkat yang lebih tinggi bila diperlukan

1. Tahapan Persalinan
Proses persalinan normal terbagi atas empat kala.

1. 1. Persalinan Kala I
Proses pembukaan serviks pada primigrafida (wanita yang hamil untuk pertama
kalinya) terdiri dari 2 fase, yaitu a) fase laten berlangsung selama 8 jam sampai
pembukaan 3 cm. His (gelombang kontraksi ritmis otot polos dinding uterus yang
dimulai dari daerah fundus unteri pada daerah dimana tuba fallopi..) masih lemah
dengan frekuensi his jarang, b) fase aktif terdiri dari 1) fase akselerasi (2 jam dengan
pembukaan 2-3 cm), 2) fase dilatasi (maks 2 jam dengan pembukaan 4-9 cm), 3) fase
deselerasi (2 jam, pembukaan >9 cm sampai pembukaan lengkap).His tiap 3-4 menit
selama 45 detik. Pada multigravida proses berlangsung lebih cepat.
Penatalaksanaan Persalinan Kala I
1. Menilai kondisi ibu meliputi : nilai keadaan umum dan kesadaran ibu, nilai TTV
2. Melakukan pemeriksan luar meliputi : lakukan pemeriksaan Leopold I-IV,
lakukan pemeriksaan bunyi jantung janin, tentukan kondisi janin ( janin di dalam
atau diluar rahim, jumlah janin, letak janin, presentasi janin, menilai turunnya
kepala janin, menaksir berat janin) dan tentukan his ( lama kontraksi (detik),
simetri, dominasi fundus, relaksasi optimal, interval (menit), dan intenitas
kontraksi)
3. Melakukan pemeriksaan dalam meliputi : lakukan pemeriksaan vulva atau
vagina, lakukan pemeriksaan colok vagina, nilai kondisi janin (presentasi,
turunnya presentasi sesuai bidang Hodge, posisi, molase, kaput suksadeneum,
bagain kecil disamping presentasi, dan anomaly kongenital) dan nilai kondisi
panggul dalam (promontorium, konjugata diagonalis, konjugata vera, linea
inominata, tulang sacrum, dinding samping, spina iskiadika, arcus pubis,
cogsigis, panggul patologi, kesimpulan panggul dalam).
4. Nilai adanya tumor jalan lahir
5. Tentukan imbang tetopelviks,
6. Tetapkan diagnosis in partu dan rencana persalinan.
7. Pantau kemajuan persalinan, kondisi ibu dan janin sesuai petunjuk partograf.
Hasil pemeriksaan dimasukkan ke lembar partograf. Bila kemajuan persalinan
normal, lanjutkan pemantauan hingga tercapai kala 2. Bila kemajuan persalinan
tidak normal, tentukan tindakan yang perlu dilakukan atau rujuk ibu ke sarana
medis yang memadai.
8. Kosongkan kandung kemih dan rectum.
9. Pada kalai ini, ibu tidak diperbolehkan mengejan.
Set Partus steril yang harus disediakan adalah 2 pasang sarung tangan, 1 gunting
episiotomy, 1 gunting tali pusat, 2 klem tali pusat, 1 pemecah ketuban, 1 benang/ pita
tali pusat, 1 kain duk steril, dan kasa steril.

1. Persalinan Kala II
Setelah serviks membuka lengkap, janin akan segera keluar. His terjadi tiap 2-3
menit, lamanya 60—90 detik. His sempurna dan efektif bila ada koordinasi
gelombang kontraksi sehingga kontraksi simetri dengan dominasi di fundus uteri,
mmempunyai amplitude 40-60 mmHg, berlangsung 60-90 detik dengan jangka
waktu 2-4 menit, dan tonus uterus saat relaksasi kurang dri 12 mmHg. Pada
primigravida kala II berlangsung kira-kira 1.5 jam dan pada multigravida 0.5 jam.

Penatalaksanaan persalinan Kala II.


1. Ibu dipimpin mengejan saat ibu ingin terus-menerus mengejan, perineum
teregang, anus terbuka, dan tampak bagian mukosa anus, kepala bayi
mulai crowning(kepala bayi tampak di vulva dengan diameter 3-4 cm)
2. Lakukan episiotomy medialis / medio lateralis bila diperlukan. Episiotomi
dilakukan pada primipara atau multipara bila dinding introitus vagina kaku.
Sebelumnya dilakukan anastesi local infiltrasi di tempai episiotomy
menggunakan lidokain 1 % 3-4 ml. Saat perineum sudah sangat tipis atau
diameter pembukaan vulva 4-5 cm bertepatan dengan his, lakukan episiotomy
dengan cara jari 2 dan 3 tangan kiri dirapatkan, dimasukkan anatar kepala janin
dan dinding vagina menghadap ke penolong. Pegang gunting episiotomy dengan
tangan kanan, masukkan secara terbuka dengan perlindung jari 2 dan 3.
3. Saat his, ibu diminta menarik nafas dalam dan menutup mulut rapat-rapat,
kemudian mengejan pada perut dengan kekuatan penuh.
4. Lahirkan kepala bayi dengan cara menahan perineum menggunakan ibu jari dan
jari 2-3 tangan kanan yang ditutup kain duk steril dan menekan kea rah cranial.
Tangan kiri menahan defleksi maksimal kepala bayi dengan suboksiput sebagai
hipomoklion, berturu-turut akan lahir dahi, mata, hidung, mulut, dan dagu.
Bersihkan lendir di mulut dan hidung bayi
5. Biarkan kepala bayi mengadakan putaran paksi luar. Bila perlu, bantu putaran
paksi luar.
6. Bila ada lilitan tali pusat pada leher bayi :
 Tali pusat kendor : longgarkan dan bebaskan tali pusat dengan bantuan jari
penolong
 Tali pusat ketat : jepit tali pusat dengan klem di dua tempat dan tali pusat di
potong di antara dua klem tersebut dengan gunting tali pusat
1. Lahirkan bahu bayi dengan cara tetap memegang kepala bayi secara biparietal
dan menarik cunam ke belakang untuk melahirkan bahu depan dahulu kemudian
kearah dapan untuk melahirkan bagian belakang
2. Lahirkan badan bayi dengan tetap memegang kepala bayi secara biparietal,
melakukan tarikan searah legkung panggul sampai lahir seluruh badan bayi. Bila
terasa berat dapat dibantu dengan dorongan ringan pada fundus uteri oleh
asisten atau dengan cara mengait ketiak bayi dan menariknya secara perlahan.
3. Letakkan bayi pada kain duk steril di atas perut ibu
4. Lakukan resusitasi bayi baru lahir bila diperlukan dan tentukan nilai APGAR.
5. Sesegera mungkin lakukan pembersihan mulut atau jalan nafas.
6. Jepit tali pusat dengan klem Kohler I berjarak 5 cm dari perut bayi, tali pusat
dikosongkan dari darah dengan diurut kea rah plasenta, kemudian dijepit dengan
Klem Kohler II, jarak 1-2 cm dari klem Kohler I kea rah Plasenta. Tali pusat
digunting diantra 2 klem Kohler. Ikat tali pusat dengan benang 2 kali berlawanan
arah. Tali pusat dibalut dengan kasa steril yang dibasahi antiseptic ringan.
Selama proses persalinan, janin melakukan serangkaian gerakan untuk melewati
panggul “seven cardinal movements of labor” yang terdiri dari :
1. Engagemen adalah suatu keadaan dimana diameter biparietal sudah melewati
pintu atas panggul. Pada 70% kasus, kepala masuk pintu atas panggul ibu dengan
oksiput melintang.
2. Penurunan adalah gerakan bagian presentasi melewati panggul. Penurunan
terjadi akibat tiga kekuatan : a ) tekanan dari cairan amnion, b) tekanan langsung
kontraksi fundus pada janin, c) kontraksi diagfragma dan otot-otot abdomen ibu
pada tahap kedua persalinan.
3. Fleksi. Terjadi akibat adanya tahanan servik, dinding panggul dan otot dasar
panggul. Fleksi kepala diperlukan agar dapat terjadi engagemen dan desensus.
4. Desensus. Multipara : desensus dan engagemen berlangsung bersamaan dengan
dilatasi servik. Penyebab terjadinya desensus : Tekanan cairan amnion, tekanan
langsung oleh fundus uteri pada bokong,usaha meneran ibu,gerakan ekstensi
tubuh janin
5. Putar Paksi Dalam. Bersama dengan gerakan desensus, bagian terendah janin
mengalami putar paksi dalam pada level setinggi spina ischiadica (bidang tengah
panggul). Kepala berputar dari posisi tranversal menjadi posisi anterior (kadang-
kadang kearah posterior). Putar paksi dalam berakhir setelah kepala mencapai
dasar panggul.
6. Ekstensi. Saat kepala janin mencapai perineum, kepala akan defleksi kea rah
anterior oleh perineum. Mula-mula oksipiut melewatyi permukaan bawah
simpisis pubis kemudian kepala muncul keluar akibat ekstensi. Pertama-tama
oksiput, kemudian wajah, dan akhirnya dagu.
7. Restusi dan Putaran Paksi luar. Restusi adalah perputaran bayi hingga
mencapai posisi yang sama dengan saat dia memasuki pintu atas setelah kepala
lahir. Putaran 450 membuat kepala janin kembali sejajar dengan punggung dan
bahunya. Dengan demikian, kepala dapat terlihat berputar lebih lanjut.
8. Persalinan Kala III ( kala pengeluaran plasenta ) : Berlangsung 6-15
menit setelah janin dikeluarkan
Penatalaksanaan persalinan kala III
Setelah bayi dilahirkan lengkap dan digunting tali pusatnya, pegang kedua kaki bayi
dan bersihkan jalan nafas. Bila bayi belum menangis, rangsanglah supaya menangis,
bila perlu dengan resusitasi. Selanjutnya rawat tali pusat dan sebagainya. Kemudian
kosongkan kandung kemih ibu. Lahirkan plasenta 6-15 menit kemudian. Jangan
tergesa-gesa menarik plasenta untuk melahirkannya bila plasenta belum lepas.
Setelah plasenta lahir, periksa dengan cermat apakah ada selaput ketuban yang
tertinggal atau plasenta yang lepas. Periksa ukuran dan berat plasenta.

Periksa lagi ke dalam lahir, apakah masih ada perdarahan dan jaringan yang
tertinggal. Periksa juga kontraksi uterus. Bila kontraksi baik akan terlihat fundus
uteri setinggi pusat dank eras seperti batu.

Cara mengetahui lepasnya plasenta :

1. Perasat Kustner. Tangan kanan menegangkan tali pusat; tangan kiri menekan
daerah di atas simpisis. Bila tali pusat tidak masuk lagi ke dalam vagina berarti
plasenta telah lepas.
2. Perasat Strassman. Tangan kanan mengangkat tali pusat; tangan kiri mengetok
fundus uterus. Bila terasa getaran pada tangan kanan, berarti plasenta belum
lepas.
3. Perasat Klein. Ibu diminta mengejan, tali pusat akan turun. Bila berhenti
mengejan, tali pusat masuk lagi, berarti plasenta belum lepas dari dinding uterus.
Pentingnya mengetahui apakah plasenta telah lepas atau belum ialah untuk
melahirkan plasenta dengan komplikasi dengan sekecil-kecilnya. Bila plasenta
dipaksa untuk dilahirkan saat belum terlepas dari dinding uterus, retensio plasenta
dapat terjadi

1. Persalinan Kala IV ( sampai 1 jam setelah plasenta keluar ). Kala ini


penting untuk menilai perdarahan ( maksimal 500 ml ) dan baik tidaknya
kontraksi uterus.
Penatalaksanaan persalinan kala IV
Sebelum meninggalkan wanita post partum, harus diperhatikan beberapa hal yaitu
kontraksi uterus harus baik, tidak ada perdarahan dari vagina atau alat-alat genital
lainnya, plasenta dan selaput ketuban harus sudah lahir lengkap, kandung kemih
harus kosong, luka-luka perineum terawatt dengan baik dan tidak ada hematom, ibu
dan bayi dalam keadaan baik. Keadaan ini harus sudah dicapai dalam waktu 1 jam
setelah plasenta lahir lengkap.

2. Askep Persalinan
Pengkajian.
 Data klinis : Nama, Umur mengetahui usia ibu apakah termasuk resiko tinggi /
tidak, Pendidikan, Penghasilan, TB, BB,TTV
 Keluhan Utama. : Pada umumnya klien mengeluh nyeri pada daerah pinggang
menjalar ke perut, adanya his yang makin sering, teratur, keluarnya lendir dan
darah, perasaan selalu ingin buang air kemih, bila buang air kemih hanya sedikit-
sedikit.
 Riwayat penyakit sekarang: usia kehamilan antara 38 –42 minggu disertai tanda-
tanda menjelang persalinan yaitu nyeri pada daerah pinggang menjalar ke perut,
his makin sering, tertaur, kuat, adanya show (pengeluaran darah campur
lendir).kadang ketuban pecah dengan sendirinya.
 Riwayat penyakit dahulu: Adanya penyakit jantung, Hypertensi, DM, TBC,
Hepatitis, penyakit kelamin, pembedahan yang pernah dialami, dapat
memperberat persalinan.
 Riwayat penyakit keluarga. : Adanya penyakit jantung, hipertensi, diabitus
mielitus, keturunan hamil kembar pada klien, TBC, Hepatitis, Penyakit kelamin,
memungkinkan penyakit tersebut ditularkan pada klien, sehingga memperberat
persalinannya.
Pola persepsi dan penanganan penyakit
 Tanyakan apakah ibu ada memeriksakan kehamilannya tiap trimester. Dan
berapa kali.
 Kaji bagaimana ibu menangani kesehatannya dan janin,apakah secara tradisional
atau RS
 Tanyakan pada ibu apakah ada mengkonsumsi rokok dan alcohol
 Tanyakan apakah ada alergi obat
 Tanyakan pada ibu obat-obat apa saja yang pernah dikonsumsi oleh ibu
Pola Nutrisi dan metabolisme
 Adanya his berpengaruh terhadap keinginan atau selera makan yang menurun
 Tanyakan menu makan pagi,siang dan malam
 Apakah ibu terbiasa mengkonsumsi makanan komplemen
Pola Istirahat tidur
 Klien dapat tidur terlentang,miring ke kanan / kiri tergantung pada letak
punggung anak,klien sulit tidur terutama kala I – IV.
 Tanyakan pola tidur, lamanya tidur malam dan siang. Tanyakan apakah ada
gangguan tidur
Pola Aktivitas/olahraga
 Klien dapat melakukan aktivitas seperti biasanya, terbatas pada aktivitas ringan,
tidak membutuhkan tenaga banyak, tidak mebuat klien cepat lelah, capai, lesu.
Pada kala I apabila kepala janin telah masuk sbagian ke dalam PAP serta ketuban
pecah, klien dianjurkan duduk / berjalan-jalan disekitar ruangan / kamar
bersalin. Pada kala II kepala janin sudah masuk rongga PAP klien dalam posisi
miring ke kanan / kiri .
Pola Eliminasi
 Adanya perasaan sering / susah kencing selama kehamilan dan proses
persalinan.
 Tanyakan bagaimana kebiasaan defekasi. Pada akhir trimester III dapat terjadi
konstipasi
Pola Seksualitas dan reproduksi
 Terjadi disfungsi seksual yaitu perubahan dalam hubungan seksual / fungsi dari
seks yang tidak adekuat karena adanya proses persalinan dan nifas. Ditemukan
amenorhhea (aterm 38-42 minggu) , prematur kurang dari 37 minggu
Pola peran dan hubungan
 Tanyakan pekerjaan ibu dan bagaimana status pekerjaannya
 Tanyakan hubungan ibu dengan suami serta anggota keluarga yang lain
 Pada trimester III klien merasa tidak feminin lagi karena perubahan
tubuhnya,ketakutan akan kelahiran bayinya,distress keluarga karena adaanya
perasaan sekarat selama persalinan berlangsung
Pola Kognitif-Persepsi
 Kaji Status mental, Bicara, kemampuan berkomunikasi dan Memahami serta
berinteraksi.
 Kaji penglihatan, pendengaran Ketidaknyamanan/ nyeri. Kaji perilaku nyeri
verbal dan nonverbal klien.
Pola Koping-Toleransi Stress
 Kaji tingkat dan penyebab kecemasan dan ketakutan dari klien. Kaji apakah ada
stres dan depresi dari ibu. Cara ibu mengatasi masalah. Keadaan emosi ibu
sehari-hari.
 Tanggapan ibu, suami, dan keluarga terhadap kehamilan ini,
Pola Keyakinan-Nilai
 Agama : tanyakan agama yang dianut oleh klien
 Pantangan keagamaan : ya/tidak
 Pengaruh agama dalam kehidupan. Permintaan kunjungan rohaniawan saat ini :
ya/tidak
Pemeriksaan
Pemeriksaan umum meliputi: tinggi badan dan berat badan ( tinggi badan < 145 cm
beresiko tinggi memiliki panggul yang sempit, peningkatan berat badan selama
hamil antara 10–12 kg), tekanan darah( tekanan darah naik kira-kira 10 mmHg pada
kala II), suhu dan nadi(suhu 360-370 C, lebih dari 37,50C dianggap ada kelainan.
Keadaan nadi biasanya mengikuti keadaan suhu, ini disebabkan karena adanya
perdarahan), pernafasan (pernafasanannya agak pendek karena kelelahan dan
kesekitan, pernafasan normal antara 80 – 100 X / menit)
Pemeriksaan fisik.
Kepala dan leher. Terdapat adanya cloasma gravidarum, terkadang adanya
pembengkakan pada kelopak mata, konjungtiva kadang pucat, sklera kuning,
hiperemis ataupun normal, hidung ada polip atau tidak, caries pada gigi, stomatitis,
pembesaran kelenjar.
Dada. Terdapat adanya pembesaran pada payudara, adanya hiperpigmentasi areola
dan papila mamae serta ditemukan adanya kolustrum.
Perut. Adanya pembesaran pada perut membujur, hyperpigmentasi linea alba /
nigra, terdapat striae gravidarum.
Palpasi : usia kehamilan aterm 3 jari bawah prosesus xypoideus, usia kehamilan
prematur pertengahan pusat dan prosesus xypoideus, punggung kiri / punggung
kanan , letak kepala, sudah masuk PAP atau belum. Adanya his yang makin lama
makin sering dan kuat.

Auskultasi : ada / tidaknya DJJ,frekwensi antara 140 – 160 x / menit.


Genetalia. Pengeluaran darah campur lendir, pengeluaran air ketuban. Bila
terdapat pengeluaran mekonium yaitu feses yang dibnetuk anak dalam kandungan,
menandakan adannya kelainan letak anak.
Pemeriksaan dalam untuk mengetahui jauhnya dan kemajuan persalinan, keadaan
servic, panggul serta keadaan jalan lahir.

Ekstremitas. Pemeriksaan udema untuk melihat kelainan-kelainan karena


membesarnya uterus, karena pre eklamsia atau karena karena penyakit jantung /
ginjal. Ada varices pada ekstremitas bagian bawah karena adanya penekanan dan
pembesaran uterus yang menekan vena abdomen.
Pemeriksaan penunjang.
Pemeriksaan darah meliputi haemoglobin, faktor Rh, Jenis penentuan, waktu
pembekuan, hitung darah lengkap, dan kadang-kadang pemeriksaan serologi untuk
sifilis.

Diagnosa Keperawatan
1. Koping yang tidak efektif
2. Gangguan integritas jaringan
3. Nyeri akut
NANDA, NIC dan NOC ( Lampiran 1 )

2.2 Perubahan Fisik Dan Psikologis Ibu Selama Persalinan


Adaptasi fisik dan psikologis pada ibu selama proses persalinan

Pemahaman yang mendalam tentang adaptasi ibu selama masa hamil akan
membantu perawat mengantisipasi dan memenuhi kebutuhan wanita selama
bersalin. Perubahan lebih lanjut terjadi seiring kemajuan tahapan persalinan wanita
itu. Berbagai sistem tubuh beradaptasi terhadap proses persalinan, menimbulkan
gejala, baik yang bersifat objektif maupun subjektif.

1. Adaptasi fisik
1. Perubahan kardiovaskuler. Pada setiap kontraksi 400 ml darah dikeluarkan
dari uterus dan masuk ke dalam sistem vaskular ibu, hal ini akan meningkatkan
curah jantung sekitar 10-15% pada tahap pertama persalinan dan sekitar 30-50%
pada tahap kedua persalinan. Akibat kontraksi, aliran darah menurun pada arteri
uterus. Maka timbul tahanan perifer, tekanan darah meningkat dan frekwensi
denyut nadi melambat. Terjadi beberapa perubahan pembuluh darah perifer,
kemungkinan sebagai respon terhadap dilatasi serviks atau kompresi pembuluh
darah ibu oleh janin yang melalui jalan lahir. Pipi menjadi merah, kaki panas
atau dingin dan terjadi prolaps hemoroid.
2. 2. Perubahan pernapasan. Sistem pernapasan juga beradaptasi.
Peningkatan aktivitas fisik dan peningkatan pemakaian oksigen terlihat dari
peningkatan frekwensi pernapasan. Hiperventilasi dapat menyebabkan alkalosis
respiratoric (pH meningkat), hipoksia dan hipokapnea (CO2 menurun). Pada
tahap kedua persalinan, jika wanita tidak diberi obat-obatan, maka ia akan
mengkonsumsi oksigen hampir dua kali lipat. Kecemasan juga meningkatkan
pemakaian oksigen.
3. 3. Perubahan pada ginjal. Selama persalinan wanita dapat mengalami
kesulitan untuk berkemih secara spontan akibat berbagai alasan: edema jaringan
akibat bagian presentasi, rasa tidak nyaman, sedasi, dan rasa malu. Proteinuria
+1 dapat dikatakan normal. Dan hasil ini merupakan respon rusaknya jaringan
otot akibat kerja fisik selama persalinan.
4. 4. Perubahan integument. Adaptasi sistem integumen jelas terlihat.
Khususnya pada gaya distensibilitas daerah introitus vagina (muara vagina).
Tingkat distensibilitas ini berbeda-beda pada setiap individu meskipun daerah itu
dapat meregang, namun daoat terjadi robekan-robekan kecil pada kulit sekitar
muara vagina.
5. 5. Perubahan musculoskeletal. Sistem muskuloskeletal mengalami stress
selama persalinan. Diaforesis, keletihan, proteinuria (+1) dan peningkatan suhu
menyertai peningkatan aktivitas otot yang menyolok. Nyeri punggung dan nyeri
sendi (tidak berkaitan dengan posisi janin) terjadi sebagai akibat semakin
regangnya sendi pada masa persalinan. Proses persalinan itu sendiri dan gerakan
meluruskan jari-jari kaki dapat menimbulkan keram tungkai.
6. 6. Perubahan neurologi. Sistem neurologi menunjukkan bahwa timbul
stress dan rasa tidak nyaman selama persalinan. Endorfin endogen (senyawa
mirip morfin yang diproduksi oleh tubuh scara alami) dapat meningkatkan
ambang nyeri dan menimbulkan sedasi. Selain itu, anestesia fisiologis jaringan
perineum menurunkan persepsi nyeri.
7. 7. Perubahan pencernaan. Bibir dan mulut dapat menjadi kering akibat
wanita bernapas melalui mulut, dehidrasi, dan sebagai respon emosi terhadap
persalinan. Selama persalinan, motilitas dan absorpsi saluran cerna menurun dan
waktu pengosongan lambung menjadi lambat.
8. 8. Perubahan endokrin. Sistem endokrin aktif selama persalinan. Awitan
persalinan dapat diakibatkan oleh pnurunan kadar progesteron dan peningkatan
kadar estrogen, prostaglandin dan oksitosin. Metabolisme meningkat dan kadar
glukosa darah dapat menurun akibat proses persalinan.
2. Adaptasi psikologis
Faktor psikologis adalah sikap dan keadaan mental ibu bersalin, dimana banyak
reaksi psikis yang timbul yang biasanya diekspresikan antara lain dengan marah-
marah, menjerit-jerit, dan lain-lain.
1. Ketakutan. Ketakutan karena sering mendengar cerita mengerikan dari kerabat
atau teman tentang pengalaman saat melahirkan, ada teman atau kerabat calon
ibu saat proses kelahiran mengalami kenyataan yang tidak diinginkan, seperti
sang ibu atau bayi yang dikandung meninggal. Ketakutan juga saat melihat darah
2. Kekhawatiran (kecemasan). Kontraksi yang lama-kelamaan meningkat
menambah beban ibu, sehingga kekhawatiran pun bertambah. Bila tidak
ditangani dengan baik, bisa merusak konsentrasi ibu sehingga persalinan yang
diperkirakan lancar, berantakan akibat ibu panik. Kekhawatiran yang teramat
sangat pun bisa membuat otot-otot, termasuk otot di jalan lahir, bekerja
berlawanan arah, karena dilawan oleh ibu yang kesakitan. Akibatnya, jalan lahir
menyempit dan proses persalinan berjalan lebih lama dan sangat menyakitkan.
3. Pengalaman melahirkan pertama kali memberikan perasaan yang
bercampur baur antara bahagia dan penuh harapan dengan kekhawatiran
tentang apa yang akan dialami semasa persalinan.
4. Menangis, tidak sabar, tidak percaya diri, sensitive, dan mudah tersinggung.
Kegiatan komunikasi terapeutik pada ibu melahirkan merupakan pemberian
bantuan pada ibu yang akan melahirkan dengan kegiatan bimbingan proses
persalinan.

Tujuan Komunikasi terapeutik pada ibu dengan gangguan psikologi saat persalinan.

1. Membantu pasien memperjelas serta mengurangi beban perasaan dan pikiran


selama persalinan.
2. Membantu mengambil tindakan yang efektif untuk pasien.
3. Membantu mempengaruhi orang lain, lingkungan fisik dan diri sendiri untuk
kesejahteraan ibu dan proses persalinan agar dapat berjalan dengan semestinya.
A. Menjalin hubungan yang mengenakkan (rapport) dengan klien.
B. Kehadiran. Meliputi mengatasi semua kekacauan/kebingungan, memberikan
perhatian total pada klien.
C. Mendengarkan. Bidan/perawat selalu mendengarkan dan memperhatikan
keluhan klien.
D. Sentuhan dalam pendampingan klien yang bersalin.
E. Memberi informasi tentang kemajuan persalinan.
F. Memandu persalinan dengan memandu intruksi khusus tentang bernafas,
berelaksasi dan posisi postur tubuh.
G. Mengadakan kontak fisik dengan klien.
H. Memberikan pujian.
I. Memberikan ucapan selamat pada klien atas kelahiran putranya dan
menyatakan ikut berbahagia.
3. Pendekatan Komunikasi Terapeutik

2.3 Manajemen Nyeri Persalinan Non Farmakologi


Nyeri adalah suatu sensori yang tidak menyenangkan dari satu pengalaman
emosional yang disertai kerusakan jaringan secara actual/potensial.(Medical
Surgical Nursing).

Nyeri kontraksi atau nyeri persalinan adalah gerakan memendek dan menebal otot-
otot rahim yang terjadi untuk sementara waktu. Kontraksi rahim menyebabkan
kontraksi pada mulut rahim dan menimbulkan rasa nyeri,dan juga rahim bagian
bawah mengalami dilatasi (peregangan).

Faktor-faktor yang mempengaruhi nyeri kontraksi adalah a) intensitas dan lamanya


kontraksi rahim, b) besarnya janin dan keadaan umum pasien, c) pasien dengan
primipara pada usia tua dan pada usia muda, d) besarnya janin atau jalan lahir yang
sempit, dan e) kelelahan dan kurang tidur.

1. A. Metode Pengendalian Nyeri Non Farmakologis


Beberapa hal yang dapat dilakukan dalam mengatasi nyeri saat persalinan, yaitu
salah satunya dengan memberikan terapi non farmakologis. Terapi non-
farmakologis yaitu terapi tanpa menggunakan obat-obatan, tetapi dengan
memberikan berbagai teknik yang setidaknya dapat sedikit mengurangi rasa nyeri
saat persalinan tiba. Beberapa hal yang dapat dilakukan ialah :

1. a. Relaksasi. Relaksasi adalah teknik untuk mencapai kondisi rileks.


Maksudnya ketika seluruh sistem saraf, organ tubuh, dan panca indra kita
beristirahat untuk melepaskan ketegangan yang ada. Dengan menarik nafas
dalam-dalam kita mengalirkan oksigen ke darah yang kemudian dialirkan ke
seluruh bagian tubuh. Hasilnya kita menjadi lebih tenang dan stabil. Relaksasi
otot skeletal dipercaya dapat menurunkan nyeri dengan merelaksasikan
ketegangan otot yang menunjang nyeri terdiri atas nafas abdomen dengan
frekuensi lambat dan berirama. Pasien memejamkan mata dan bernafas dengan
perlahan-lahan dan nyaman.
2. b. Psikoanalgesia. Pada dasarnya cara yang dilakukan adalah melatih ibu
agar mempunyai respon yang positif terhadap persalinan sehingga nyeri
persalinan tidak menimbulkan hal-hal yang mempersulit lahirnya bayi. Latihan-
latihan yang diberikan dapat dengan mengadakan latihan pernapasan ataupun
dengan melakukan konsentrasi pada saat persalinan. Latihan pernapasan pada
persalinan kadang-kadang dapat pula menimbulkan hyperventilasi pada ibu.
3. c. Hipnosis. Hipnosis merupakan suatu proses sederhana agar diri kita
berada pada kondisi rileks, tenang dan terfokus guna mencapai suatu hasil atau
tujuan.
4. d. Imajinasi. Imajinasi terbimbing melibatkan wanita yang menggunakan
imajinasi untuk mengontrol dirinya. Hal ini dicapai dengan menciptakan
bayangan yang mengurangi keparahan nyeri.
5. e. Akupresur. Merupakan salah satu teknik nonfarmakologi yang paling
efektif dalam manajemen nyeri persalinan. Akupresur disebut juga akupunktur
tanpa jarum, atau pijat akupunktur. Teknik ini menggunakan tenik penekanan,
pemijatan, dan pengurutan sepanjang meridian tubuh atau garis aliran energi.
Teknik akupresur ini dapat menurunkan nyeri dan mengefektifkan waktu
persalinan.Akupuntur lasik mendapat dasar teori dari pengobatan cina
tradisional. Konsep pentingnya adalah bahwa kesehatan bergantung pada
keseimbangan antara kekuatan energy yang berlawanan, sehingga sakit-sehat
atau penyakit diakibatkan oleh ketidakseimbangan energi.
6. f. Masasse. Masasse adalah melakukan tekanan tangan pada jaringan lunak,
biasanya otot, atau ligamentum, tanpa menyebabkan gerakan atau perubahan
posisi sendi untuk meredakan nyeri ,menghasilkan relaksasi, dan / atau
memperbaiki sirkulasi. Masase adalah terapi nyeri yang paling primitivedan
menggunakan refleks lembut manusia untuk menahan, menggosok, atau
meremas bagian tubuh yang nyeri.
7. g. Terapi air. Metode ini dilakukan dengan cara berendam dengan air hangat
yang akan menyebabkan vasodilatasi dan otot dimana tekanan darah akan
menurun, mengurangi trauma perineal, emosi membaik, membebaskan nyeri
dan menstimulasi dilatasi servikal.
8. h. Distraksi. Memfokuskan perhatian pasien pada sesuatu selain pada nyeri
merupakan mekanisme yang bertanggung jawab pada teknik kognitif afektif
lainnya. Distraksi diduga dapat menurunkan persepsi nyeri dengan stimulasi
nyeri yang di tranmisikan ke otak, distraksi dapat berkisar dari hanya
pencegahan monoton sampai menggunakan aktivitas fisik dan mental yang
sangat kompleks.
9. i. Hipnotik. Hipnotik dapat mengurangi sensasi nyeri untuk wanita dalam
prosess melahirkan caesaria. Hipnotik fleksibel tidak ada yang tahu efeknya,
seperti hipotensi, muntah respirasi bayi dengan depresi
B. Cara mengatasi nyeri kontraksi pada tahapan persalinan
1. Cara mengatasi nyeri kala I yaitu menekan torakal 11-12, menekan sakral 2, 3 dan
4 dan terapi sentuhan

2. Kala II: Nyeri diakibatkan oleh tekanan kepala janin pada pelvis, Distensi struktur
pelvis dan tekanan pleksus lumbosakralis.Cara mengatasi nyeri kala II : distraksi,
relaksasi dan hipnotik
Hal-hal yang harus diperhatikan pada nyeri kala II: a) jangan menahan ikut saja
mengikuti kontraksi , b) langsung mengedan kearah bawah, c) selalu mengambil
napas dalam untuk mengisi awal dan akhir kontraksi, d) jangan mengejan terlalu
panjang tanpa mengambil napas.Rileks pada saat tidak ada kontraksi.

3. Cara mengatasi nyeri kala III: Distraksi, Relaksasi, dan Hipnotik

4. Cara mengatasi nyeri kala IV : Distraksi, Relaksasi, Perubahan suhu, Terapi air

1. C. Penatalaksanaan Nyeri Nonfarmakologi


Metode Persiapan Melahirkan

 Metode Dick-Read . Rasa takut, tegang, dan nyeri adalah tiga selubung yang
bertentangan dengan aalam. Apabila ketiganya berjalan beriringan , maka
diperlukan tindakan untuk meringankan ketegangan dan mengatasi rasa takut.
Program Dick-Read meliputi pemberian informasi tentang persalinan dan
melahirkan, disamping nutrisi, higine, dan latihan fisik. Kelas-kelas ini
mengajarkan tiga teknik : latihan fisik untuk membuat tubuh siap saat
melahirkan, latihan relaksasi secara sadar, dan latihan pola nafas.
 Metode Lamaze. Rasa nyeri merupakan respon bersyarat. Strateginya yaitu
dengan memusatkan perhatian pada titik perhatian lain agar jalur syaraf tidak
berespon terhadap stimulus nyeri.metodenya yaitu dengan
mengendalikan relaksasi otot dan pernafasan sebagai ganti berteriak dan
kehilangan kendali. Wanita diajarkan merelaksasi otot-otot yang tidak terlibat
saat ia mengontraksi kelompok otot tertentu.Pernafasan dada mengangkat
diafragma dari rahim yang berkontraksi sehingga menciptakan lebih banyak
ruang bagi rahim untuk berkembang.
 Metode Bradley. Melahirkan secara alami tanpa analgesia, tapi dengan
memakai bantuan suami dan teknik pernafasan khusus pada saat melahirkan.
Bradley menekankan pada keharmonisan tubuh yakni dengan melakukan control
pernafasan, pernafasan perut, dan relaksasi tubuh.

2.4 Tindakan Pembedahan Pada Persalinan


A. Amniotomi
Selaput ketuban dilukai / dirobek dengan menggunakan separuh klem Kocher (ujung
bergigi tajam), steril, dimasukkan ke kanalis servikalis.

Indikasi amniotomi adalah sebagai berikut : a) jika ketuban belum pecah dan serviks
telah membuka sepenuhnya, b) akselerasi persalinan dan c) persalinan pervaginam
menggunakan instrumen

B. Epiostomi
Merupakan insisi perineum untuk memperbesar mulut vagina.

Indikasi Epiostomi adalah a) bayi besar, b) primigravida, c) persalinan cepat, dimana


tidak tersedia cukup waktu untuk peregangan perineum, d) lengkung subpubis
sempit dengan pintu keluar yang sempit, e) malpresentasi janin (mis. Letak muka)

Pendukung tindakan epiostomi menyatakan bahwa tindakan ini mempunyai


manfaat sebagai berikut :

1. Mencegah robekan perineum. Karena insisi bersih lebih cepat sembuh daripada
robekan yang tidak teratur
2. Mengurangi regangan otot penyangga kandung kemih yang terlalu kuat dan
berkepanjangan yang kemudian hari menyebabkan inkontinensia urine atau
prolaps vagina.
C. Seksio Sesar
Sectio caesaria adalah suatu pembedahan guna melahirkan janin lewat insisi pada
dinding abdomen dan uterus persalinan buatan, sehingga janin dilahirkan melalui
perut dan dinding perut dan dinding rahim agar anak lahir dengan keadaan utuh dan
sehat. (Harnawatiaj, 2008)
Seksio Sesaria adalah kelahiran janin melalui insisi transabdomen pada uterus. Baik
direncanakan (dijadwalkan) atau tidak (darurat). Tujuan dasar kelahiran sesaria
adalah memelihara kehidupan atau kesehatan ibu dan janinnya. Penggunaan cara
sesaria didasarkan pada bukti adanya stres maternal atau fetal. Morbiditas dan
mortalitas maternal dan fetal menurun sejak adanya metode pembedahan dan
perawatan modern. Namun, kelahiran sesaria ini masih mengancam kesehatan ibu
dan bayi. (Bobak, 2004)

Indikasi melakukan sesarea adalah

1. 1. Faktor Ibu
 Disproporsi kepala panggul/CPD/FPD. Ukuran panggul yang sempit dan tidak
proporsional dengan ukuran janin menimbulkan kesulitan dalam persalinan
pervaginam. Panggul sempit lebih sering pada wanita dengan tinggi badan
kurang dari 145 cm. Kesempitan panggul dapat ditemukan pada satu bidang atau
lebih, PAP dianggap sempit bila konjunctiva vera kurang dari 10 cm atau
diameter transversal <12>6 minggu
 Disfungsi uterus
 Usia
 Ibu yang melahirkan untuk pertama kalinya berusia lebih dari 35
tahun memiliki resiko melahirkan dengan seksiocaesarea karena pada usia
tersebut ibu memiliki penyakit beresiko seperti hipertensi, jantung, DM, dan
preeklamsia.
 Infeksi. Setiap tindakan operasi vaginal selalu diikuti oleh kontaminasi bakteri.
Keadaan umum yang kurang baik: anemia saat hamil, sudah terdapat manipulasi
intra-uterin, sudah terdapat infeksi. Perlukaan operasi yang menjadi jalan masuk
bakteri.
 Riwayat operasi sesarea, seorang ibu yang telah memiliki jaringan parut pada
uterus dianggap kontraindikasi untuk melahirkan, karena dikhawatirkan terjadi
rupture uteri
1. 2. Faktor Janin
 Janin besar. Berat bayi 4000 gram atau lebih, menyebabkan bayi sulit keluar
dari jalan lahir. Dengan perkiraan berat yang sama tetapi pada ibu yang berbeda
maka tindakan persalinan yang dilakukan juga berbeda. Misalnya untuk ibu yang
mempunyai panggul terlalu sempit, berat janin 3000 gram sudah dianggap besar
karena bayi tidak dapat melewati jalan lahir. Selain janin yang besar, berat janin
kurang dari 2,5 kg, lahir prematur, dan dismatur, atau pertumbuhan janin
terlambat , juga menjadi pertimbangan dilakukan seksiocaesarea.
 Gawat janin. Diagnosa gawat janin berdasarkan pada keadaan kekurangan
oksigen (hipoksia) yang diketahui dari DJJ yang abnormal, dan adanya
mekonium dalam air ketuban. Normalnya, air ketuban pada bayi cukup bulan
berwarna putih agak keruh, seperti air cucian beras. Jika tindakan seksio
caesarea tidak dilakukan, dikhawatirkan akan terjadi kerusakan neurologis akibat
keadaan asidosis yang progresif.
 Letak lintang. Kelainan letak ini dapat disebabkan karena adanya tumor dijalan
lahir, panggul sempit, kelainan dinding rahim, kelainan bentuk rahim, plesenta
previa, cairan ketuban pecah banyak, kehamilan kembar dan ukuran janin.
Keadaan tersebut menyebabkan keluarnya bayi terhenti dan macet dengan
presentasi tubuh janin di dalam rahim. Bila dibiarkan terlalu lama,
mengakibatkan janin kekurangan oksigen dan meyebabkan kerusakan otak janin.
 Letak Sungsang. Resiko bayi lahir sungsang dengan presentasi bokong pada
persalinan alami diperkirakan 4x lebih besar dibandingkan keadaan normal.
Pada bayi aterm, tahapan moulage kepala sangat penting agar kepala berhasil
lewat jalan lahir. Pada keadaan ini persalinan pervaginam kurang
menguntungkan. Karena ; pertama, persalinan terlambat beberapa menit, akibat
penurunan kepala menyesuaikan dengan panggul ibu, padahal hipoksia dan
asidosis bertambah berat. Kedua, persalinan yang dipacu dapat menyebabkan
trauma karena penekanan, traksi ataupun kedua-duanya.
 Bayi Abnormal. Misalnya pada keadaan hidrosefalus, kerusakan Rh dan
kerusakan genetik.
Teknik Seksio sesarea
1. Insisi Abdomen meliputi insisi vertikal garis tengah infraumbilikus dan insisi
transversal atau lintang (insisi di buat setinggi garis rambut pubis dan di perluas
sedikit melebihi batas lateral otot rektus)
2. Insisi Uterus. Suatu insisi vertical ke dalam korpus uterus di atas segmen bawah
uterus dan mencapai fundus uterus. Sebagian besar dibuat di segmen bawah
uterus secara melintang
Dampak Seksio Sesarea
Adapun dampak proses melahirkan melalui caesar yang akan di alami ibu yaitu:

1. Sakit Di Tulang Belakang.


2. Nyeri di bekas sayatan dan jahitan.
3. Mual Muntah.
4. Muncul keloid di bekas jahitan.
5. Gatal di bekas jahitan.
6. Minum Antibiotik.
7. Tidak Boleh Segera Hamil.
8. Mobilisasi Terbatas.
9. Kemungkinan Sembelit.

4. Ekstraksi Forceps
Suatu persalinan buatan dimana janin dilahirkan dengan tarikan cunam yang
dipasang di kepala janin.

Indikasi dalam melakukan ekstraksi forceps ada 3 macam, yaitu indikasi Ibu
(ekstraksi forceps dilakukan pada ibu-ibu dengan keadaan pre-eklampsi, eklampsi,
atau ibu-ibu dengan penyakit jantung, paru, partus kasep), indikasi Janin (pada
keadaan gawat janin) dan indikasi waktu (pada kala dua lama)

Syarat melakukan ekstraksi forceps adalah pembukaan lengkap, presentasi belakang


kepala, panggul luas, ketuban sudah pecah, kepala sudah engaged, sudah berada di
dasar panggul dan janin tunggal hidup
1. E. Ekstrasi Vakum
Merupakan tindakan obstetrik yang bertujuan untuk mempercepat kala pengeluaran
dengan sinergi tenaga mengedan ibu dan ekstraksi pada bayi. Tarikan pada kulit
kepala bayi, dilakukan dengan membuat cengkraman yang dihasilkan dari aplikasi
tekanan negatif (vakum). Mangkuk logam atau silastik akan memegang kulit kepala
yang akibat tekanan vakum, menjadi kaput artifisial. Mangkuk dihubungkan dengan
tuas penarik (yang dipegang oleh penolong persalinan), melalui seutas rantai. Ada 3
gaya yang bekerja pada prosedur ini, yaitu tekanan interauterin (oleh kontraksi)
tekanan ekspresi eksternal (tenaga mengedan) dan gaya tarik (ekstraksi vakum).

Indikasi : kala II lama dengan presentasi kepala belakang/verteks.

Kontra Indikasi : malpresentasi (dahi, puncak, kepala, muka, bokong). Dan panggul
sempit (disproporsi kepala-panggul).

Syarat- syarat khususnya yaitu pembukaan lengkap atau hampir lengkap, presentasi
kepala, cukup bulan, tidak ada kesempitan panggul, anak hidup dan tidak gawat
janin, kontraksi baik, ibu kooperatif dan masih mampu untuk mengedan

6. Histerektomi Postpartum
Indikasi
Sebagian besar prosedur dilakukan untuk menghentikan perdarahan baik akibat
atonia uteri yang sulit diatasi, perdarahan segmen bawah akibat insisi uterus atau
implantasi plasenta, laserasi pembuluh besar di uterus Miomia besar, dysplasia
serviks yang parah dan karsinoma insitu.

Jenis
- Histerektomi supraservikal : yang diperlukan hanyalah amputasi korpus uterus
setinggi supra servikal. Punting serviks dapat di tutup dengan jahitan jelujur atau
interuted dengan benang kromik.

- Histerektomi total : kandung kemih perlu di mobilisasi lebih ekstensif di garis


tengan dan dibagian lateral. Tindakan ini mempermudah kandung kemih tergeser ke
kaudal sewaktu kandung kemih di retraksi di bawah simpisis dan juga akan
mencegah laserasi atau penjahitan kandung kemih saat eksisi serviks dan penutupan
manset vagina.

2.5 Persalinan Postmatur


A. Defenisi
Persalinan postpartum adalah persalinan yang terjadi setelah usia kehamilan yang
melewati 294 hari atau lebih dari 42 minggu lengkap.

Defenisi kehamilan postrem sebagai kehamilan yang berlangsung selama 42 minggu


atau lebih, sejak awal menstruasi menganggap bahwa menstruasi terakhir diikuti
engan ovulasi 2 minggu kemudian. Meskipun defenisi ini mungkin benar untuk 10%
kehamilan, beberapa kehamilan mungkin sebenarnya bukan postrem tetapi lebih
merupakan akibat kesalahan penaksiran usia gestasi. Ada kemungkinan terdapat 2
kategori kehamilan yang mencapai 42 minggu lengkap :

Yang benar-benar 42 minggu setelah konsepsi

Kehamilan belum terlalu lanjut, karena bervariasinya waktu ovulasi.

1. B. Etiologi
Penyebab pasti belum diketahui, factor yang dikemukakan adalah
1. Hormonal, yaitu kadar progesterone tidak cepat turun walaupun kehamilan
sudah cukup bulan, sehingga kepekaan uterus terhadap oksitosin berkurang.
2. Herediter, karena postmaturitas sering dijumpai pada suatu keluarga tetentu
3. Kadar kortisol pada darah bayi yang rendah, sehingga di simpulkan kerentanan
akan stress dan merupakan factor tidak timbulnya his.
4. Kurangnya air ketuban
5. Insufisiensi plasenta.
6. C. Patofisiologi
Kelahiran postmatur bisa terjadi pada wanita yang hamil pertama kali. Ibu multipara
dan riwayat wanita yang lahir lewat waktu. Penyebab paling sering yaitu terjadinya
kesalahan dalam hitung dan siklus haid yang tidak teratur. Jika ibu telah mengalami
riwayat kehamilan postmatur untuk pertama kali maka meningkatkan resiko
kehamilan postmatur selanjutnya 2-3 kali.

Plasenta mencapai puncak fungsinya pada kehamilan 38-42 minggu setelah itu
mengalami penurunan. Hal ini dapat dibuktikan dengan penurunan kadar esteriol
dan plasental laktogen. Penuaan plasenta mengakibatkan penurunan pemasokan
oksigen dan nutrisi disamping adanya spasme arteri spiralis sehingga pertumbuhan
janin terhambat. Sirkulasi uteroplasenter akan berkurang 50%. Jumlah air ketuban
juga berkurang, akibatnya adalah perubahan keabnormalan jantung janin.
Menjelang partus terjadi penurunan hormao progesterone, peningkatan oksitosin
serta peningkatan reseptor oksitosin. Tetapi yang paling menentukan adalah terjadi
produksi prostaglandin yang menyebabkan his kuat. Pada postmaturitas
progresteron tidak turun menyebabkan kepekaan uerus terhadap oksitosin
menurun.

Nwosu dan kawan-kawan menemukan perbedaan dalam rendahnya kadar kortisol


pada darah bayi yang dapat menyebabkan stress sebagai factor tidak timbulnya his.

1. D. Manifestasi klinis
v Stadium I. Kulit menunjukkan kehilangan verniks kaseosa dan maserasi berupa
kulit kering, rapuh, dan mudah mengelupas.

v Stadium II. Gejala stadium I disertai pewarnaan mekonium (kehijauan) pada kulit.

v Stadium III. Terdapat pewarnaan kekuningan pada kuku, kulit, dan tali pusat.

Tanda bayi postmatur (Manu Aba dkk 1998)


1. Biasanya lebih berat dari bayi matur ( 4000 gram )
2. Tulang dan sutura kepala lebih keras dari bayi matur
3. Rambut lanugo hilang atau sangat kurang
4. Verniks caseosa kurang
5. Kuku panjang
6. Rambut kepala agak tebal
7. Kulit agak pucat dengan deskuamasi epitel
A. Bila HPHT dicatat dan diketahui wanita hamil, diagnosis tidak sukar.
B. Kesulitan mendiagnosis bila wanita tidak ingat HPHTnya. Hanya dengan
pemeriksaan antenatal yang teratur diikuti dengan tinggi dan naiknya fundus
uteri dapat membantu penegakan diagnosis.
C. Pemeriksaan rontgenologik dapat dijumpai pusat pusat penulangan pada
bagian distal femur, baguan proksimal tibia, tulang kuboid diameter biparietal
9,8 atau lebih.
D. USG : ukuran diameter biparietal, gerkan janin dan jumlah air ketuban.
E. Pemeriksaan sitologik air ketuban: air ketuban diamabiil dengan
amniosenteris baik transvaginal maupun transabdominal, kulitb ketuban
akan bercmapur lemak dari sel sel kulit yang dilepas janin setelah kehamilan
mencapai lebih dari 36 minggu. Air ketuban yang diperoleh dipulas dengan
sulfat biru Nil, maka sel – sel yang mengandung lemak akan berwarna jingga.
Melebihi 10% = kehamilan diatas 36 minggu, Melebihi 50% = kehamilan
diatas 39 minggu
F. Amnioskopi, melihat derajat kekeruhan air ketuban, menurt warnanya karena
dikeruhi mekonium.
G. Kardiotografi, mengawasi dan membaca denyut jantung janin, karena
insufiensi plase
H. Uji oksitosin ( stress test), yaitu dengan infus tetes oksitosin dan diawasi
reaksi janin terhadap kontraksi uterus. Jika ternyata reaksi janin kurang baik,
hal ini mungkin janin akan berbahaya dalam kandungan.
I. Pemeriksaan kadar estriol dalam urin
J. Pemeriksaan pH darah kepala janin
K. Pemeriksaan sitoloi vagina
L. F. Komplikasi
5. Pemeriksaan Penunjang

Komplikasi bayi postmatur adalah hipoksia, hipovolemia, asidosis, sindrom gawat


nafas, hipoglikemia, hipofungsi adrenal, sianosis dan letargi.
7. Penatalaksanaan
Keputusan untuk mempercepat persalinan harus selalu ditetapkan dengan
membandingkan resiko dan manfaat masing masing penatalaksanaan tersebut.
Secara umum metode induksi yang paling efektif adalah dengan meningkatkan
denyut jantung janian dan hiperstimulasi pada uterus. Prinsip dari tata laksana
kehamilan lewat waktu ialah merencanakan pengakhiran kehamilan. Cara
pengakhiran kehamilan tergantung dari hasil pemeriksaan kesejahteraan janin dan
penilaian skor pelvik (pelvic score=PS).
Ada beberapa cara untuk pengakhiran kehamilan, antara lain:

1. Induksi partus dengan pemasangan balon kateter Foley.


2. Induksi dengan oksitosin.
3. Bedah seksio sesaria.
Dalam mengakhiri kehamilan dengan induksi oksitosin, pasien harus memenuhi
beberapa syarat, antara lain kehamilan aterm, ada kemunduran his, ukuran panggul
normal, tidak ada disproporsi sefalopelvik, janin presentasi kepala, serviks sudah
matang (porsio teraba lunak, mulai mendatar, dan mulai membuka). Selain itu,
pengukuran pelvik juga harus dilakukan sebelumnya.

ASUHAN KEPERAWATAN POSTMATURITAS


Pengkajian Berdasarkan 11 Fungsional Gordon
 Data Klinis : Nama ibu dan ayah, umur ibu dan ayah, Agama ibu dan ayah,
Suku/bangsa ibu dan ayah, Pendidikan ibu dan ayah, Pekerjaan ibu dan ayah,
Alamat.
 Alasan Datang ke rumah sakit :Ibu datang ke RS dengan mengaku hamil lewat
bulan
 Keluhan Utama : Ibu merasa cemas dengan kehamilannya yang lebih bulan
 Riwayat kesehatan dahulu: Penyakit menular (AIDS/HIV, TBC, Sifilis), Penyakit
Keturunan (Hipertensi, Jantung, ginjal), Penyakit yang pernah diderita pasien,
Riwayat operasi yang pernah dijalani
 Riwayat kesehatan keluarga/keturunan: Penyakit menular (AIDS/HIV, TBC,
Sifilis), Penyakit Keturunan (Hipertensi, jantung, ginjal), Keturunan kembar,
Riwayat Obstetrik
 Riwayat Menstruasi : Menarche, Warna, Siklus, Jumlah : berapa kali ganti
pembalut perhari, Lamanya hari menstruasi terjadi, merasakan dismenorhoe
atau tidak
 Riwayat kehamilan sekarang: HPHT, Usia Kehamilan,
 Riwayat Kehamilan,Persalinan dan Nifas yang lalu.
Pola Persepsi Dan Penanganan Penyakit
 Kebiasaan merokok dan minum-minuman keras, rencana tempat persalinan
mandi, gosok gigi, ganti pakaian dalam.
 Tanyakan apakah klien memiliki alergi terhadap obat.
Pola Nutrisi / Metabolisme
 Makan pagi siang malam minum, makanan suplemen, nafsu makan.
 Tanyakan apakah pada saat pusing klien merasakan mual, muntah
Pola Eliminasi
 BAB: frekuensi,konsistensi, warna penyulit
 BAK: frekuensi, konsistensi, penyulit, warna
 Tanyakan apakah klien menggunakan alat bantu untuk berkemih maupun
defekasi
Pola Aktifitas/Olahraga
 Tanyakan bagaimana aktifitas klien sehari-hari, apakah dibantu oleh orang
lain/keluarga atau mampu melakukan secara mandiri kegiatan sehari-hari.
Tanyakan Perubahan aktivitas.
Pola Istirahat Tidur
 Tanyakan apakah tidur klien nyenyak dan bagaimana frekuensi tidurnya di
malam hari
 Tanyakan apakah klien pernah tidur siang dan bagaimana frekuensinya
 Tanyakan apakah klien mempunyai masalah dengan tidurnya
Pola Kognitif-Persepsi
 Kaji Status mental, Bicara, kemampuan berkomunikasi dan Memahami serta
berinteraksi.
 Kaji penglihatan, pendengaran Ketidaknyamanan/ nyeri. Kaji perilaku nyeri
verbal dan nonverbal klien.
Pola Peran Hubungan
 Pekerjaan : tanyakan pekerjaan klien dan status pekerjaan klien
 System pendukung : tanyakan siapa saja yang mendukung klien saat ini.
Hubungan ibu dengan suami dan keluarga. Pengambilan keputusan
keluarga,adat/kebiasaan yg dilakukan mempengaruhi kehamilan
Pola Seksualitas/ Reproduksi
 Kawin, lamanya,umur waktu kawin, pernah mendengar tentang KB ,pernah
menjadi akseptor KB, jenis kontrasepsi yang digunakan ,lama menjadi akseptor
KB, alasan berhenti menjadi akseptor KB
Pola Koping-Toleransi Stress
 Kaji tingkat dan penyebab kecemasan dan ketakutan dari klien. Kaji apakah ada
stres dan depresi dari ibu. Cara ibu mengatasi masalah. Keadaan emosi ibu
sehari-hari.
 Tanggapan ibu, suami, dan keluarga terhadap kehamilan ini,
Pola Keyakinan-Nilai
 Agama : tanyakan agama yang dianut oleh klien
 Pantangan keagamaan : ya/tidak
 Pengaruh agama dalam kehidupan
 Permintaan kunjungan rohaniawan pada saat ini : ya/tidak
DATA OBJEKTIF

A. Pemeriksaan fisik

Periksa keadaan umum pasien meliputi kesadaran, tinggi badan, berat badan pasien,
lingkar lengan atas, tanda-tanda vital, tekanan darah, suhu, pulse, dan pernafasan
pasien

B. Pemeriksaan Kebidanan

Inspeksi
1. Kepala meliputi rambut, mata ( konjungtiva : anemis/ tidak, sklera : ikterik/tidak
), hidung (bersih/ tidak, ada sekret/ tidak), mulut (bersih/tidak, caries/tidak),
muka ( apakah oedema/tidak, sianosis/tidak)
2. Leher meliputi pembengkakan kelenjar tiroid, pembesaran vena juguralis dan
kelenjar limfe
3. Dada meliputi mamae simetris/tidak, areola mamae ada/ tidaknya
hiperpigmentasi, putting susu bersih dan menonjol atau tidak dan colostrum
4. Abdomen meliputi pembesaran abdomen, striae livide, linea nigra, linea
Albicans, striae albicans dan luka bekas operasi
5. Genetalia eksterna meliputi oedema, varises dan pengeluaran
6. Ekstremitas atas dan bawah (simetris/tidak, edema/tidak), refkleks patella
Palpasi
1. Leher : ada pembesaran vena jugularis atau tidak
2. Dada : ada massa pada payudara atau tidak
3. Abdomen : Leopold 1 , leopold II : kanan dan kiri, leopold III, leopold IV dan
His

Auskultasi meliputi DJJ, frekuensi, sifat : Teratur/tidak, dan lokasi

DATA SUBJEKTIF

Ibu mengeluh sakit perut yang menjalar ke pinggang yang semakin lama semakin
sering.

Diagnosa keperawatan
1. Nyeri
2. Cemas
3. Gangguan integritas jaringan

NANDA, NIC dan NOC ( Lampiran 2 )


BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
 Persalinan normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan
cukup bulan ( 37-42 minggu ), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala
yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada
janinnya.
 Persalinan dibagi dalam empat kala yaitu kala 1 ( dimulai dari saat persalinan
mulai sampai pembukaan lengkap ), kala 2 ( dimulai dari pembukaan lengkap
sampai bayi lahir ), kala 3 ( dimulai segera setelah lahir sampai lahirnya plasenta
) dan kala 4 ( dimulai saat lahirnya plasenta sampai 2 jam pertama postpartum
 Ada dua adaptasi ibu selama persalinan yaitu adaptasi fisk dan adaptasi psikologi
 Beberapa cara pembedahan selama persalinan yaitu amniotomi, episiotomy,
bedah sesar, forceps, vakum dan histerektomi.
 Postmatur menunjukan atau menggambarkan kaadaan janin yang lahir telah
melampauhi batas waktu persalinannya, sehingga dapat menyebabkan beberapa
komplikasi. Belum ada penyebab pasti terjadinya postmatur ini dan sebagian
besar bisa diselesaikan dengan persalinan induksi maupun seksio sesaria dan
bidan tidak berwenang menolong persalinan dengan kehamilan postmatur
kecuali bidan di rumah sakit dengan kolaborasi dengan dokter.
B. Saran
1. Sebaiknya persalinan dengan postmatur dilakukan di rumah sakit atas kolaborasi
dengan dokter
2. Kehamilan postmatur harus secepatnya dideteksi untuk menghindari komplikasi
terutama pada janin
3. Bidan sebaiknya dapat mendeteksi kehamilan postmatur untuk menghindari
komplikasi dan mengambil tindakan yang tepat untuk menanganinya
DAFTAR PUSTAKA

Bobak, dkk. 2004. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Jakarta: EGC


Cunningham, Gery, dkk. 2005. Obstetri Williams ed.21. Jakarta : EGC
http://default.tabloidnova.com/article.phpname=/persalinan-normal-tanpa-
nyeri2&channel= kesehatanFwanita (Diakses pada 19 Oktober 2010)
http://drprima.com/pembedahan/tindakan-operasi-pembedahan-pada-saat-hamil-
persalinan-dan-nifas-yang-mungkin-dilakukan-oleh-dokter-kandungan-
2.html (Diakses pada 19 Oktober 2010)
http://id.wikipedia.org/wiki/Bedah_sesar (Diakses pada 19 Oktober 2010)
http://kuliahbidan.wordpress.com/2008/07/17/asuhan-persalinannormal/(Diakses
pada 19 Oktober 2010)
http://www.scribd.com/doc/38657814/Manajemen-Nyeri-persalinan (Diakses pada
19 Oktober 2010)
http://www.scribd.com/doc/38657814/Manajemen-Nyeri-persalinan (Diakses pada
19 Oktober 2010)
Jhonson,dkk.2000.Nursing Outcomes Classification. United State of Amerika:
Mosby
McCloskey and Bulechek. 1996. Nursing Intervention Classification. Unived State of
AmerikaMosby
McKinney,Emily Slone, dkk. 2000. Maternal-Child Nursing. W.B. Saundars
Company : Philadelphia
Nungki Nilasari, S.Psi., Artikel Kekhawatiran Ibu Bersalin. RSB

Prawirohardjo, Sarwono. 1991. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka


Sheila Kitzinger, 2008, Birth Crisis, www. Sheila Kitzinger.com.
Tucker, Susan Martin, dkk. Standar Keperawatan Pasien.1998. Jakarta: EGC
Wiley-blackwell.2009. NANDA International Nursing Diagnosis Defenition and
Clasification 2009-2011. Singapure: Markono Print Media

Anda mungkin juga menyukai