Persalinan itu sendiri merupakan suatu proses alami yang akan berlangsung dengan
sendirinya, tetapi persalinan pada manusia setiap saat terancam penyulit yang
membahayakan ibu maupun janinnya sehingga memerlukan pengawasan,
pertolongan dan pelayanan dengan fasilitas yang memadai. Persalinan pada manusia
dibagi menjadi empat tahap penting dan kemungkinan penyulit dapat terjadi pada
setiap tahap tersebut.
Persalinan postmatur adalah kehamilan yang melewati 294 hari atau lebih dari 42
minggu lengkap. Postmatur menunjukkan atau menggambarkan keadaan janin yang
lahir telah melampaui batas waktu persalinannya, sehingga dapat menyebabkan
beberapa komplikasi. Persalinan postmatur juga bisa menyebabkan ibu dan bayinya
meninggal dunia.
Untuk itulah penulis mengangkat masalah ini, karena ini juga berkaitan dengan
pengetahuan yang akan diberikan kepada masyarakat umum khususnya ibu-ibu
yang akan melahirkan.
1.2 Tujuan
Memahami konsep persalinan normal
Mengetahui adaptasi fisik dan psikologis pada ibu selama proses kehamilan
Mengidentifakasi penatalaksanaan nyeri nonfarmakologis
Mengetahui tindakan pembedahan pada persalinan
Mengetahui resiko tinggi pada persalinan
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Konsep Persalinan Normal
Persalinan adalah proses pergerakan keluar janin, plasenta , dan membrane dari
dalam rahim melalui jalan lahir. Berbagai perubahan terjadi pada proses reproduksi
wanita dalam hitungan hari dan minggu sebelum persalinan dimulai (Bobak, 2004).
Persalinan normal adalah persalinan lewat vagina. Pada persalinan normal, proses
persalinan diawali dengan rasa mulas dan keluarnya lendir bercampur darah dari
vagina. Rasa mulas dan nyeri (his) biasanya datang secara teratur, semakin lama
semakin kuat dan semakin nyeri, sampai anak berhasil dilahirkan. Proses kelahiran
anak diikuti oleh kelahiran ari-ari. Seringkali jalan lahir mengalami robekan (ruptur
perineum) dan butuh beberapa jahitan untuk memperbaikinya. (Paisal, 2007)
1. Tahapan Persalinan
Proses persalinan normal terbagi atas empat kala.
1. 1. Persalinan Kala I
Proses pembukaan serviks pada primigrafida (wanita yang hamil untuk pertama
kalinya) terdiri dari 2 fase, yaitu a) fase laten berlangsung selama 8 jam sampai
pembukaan 3 cm. His (gelombang kontraksi ritmis otot polos dinding uterus yang
dimulai dari daerah fundus unteri pada daerah dimana tuba fallopi..) masih lemah
dengan frekuensi his jarang, b) fase aktif terdiri dari 1) fase akselerasi (2 jam dengan
pembukaan 2-3 cm), 2) fase dilatasi (maks 2 jam dengan pembukaan 4-9 cm), 3) fase
deselerasi (2 jam, pembukaan >9 cm sampai pembukaan lengkap).His tiap 3-4 menit
selama 45 detik. Pada multigravida proses berlangsung lebih cepat.
Penatalaksanaan Persalinan Kala I
1. Menilai kondisi ibu meliputi : nilai keadaan umum dan kesadaran ibu, nilai TTV
2. Melakukan pemeriksan luar meliputi : lakukan pemeriksaan Leopold I-IV,
lakukan pemeriksaan bunyi jantung janin, tentukan kondisi janin ( janin di dalam
atau diluar rahim, jumlah janin, letak janin, presentasi janin, menilai turunnya
kepala janin, menaksir berat janin) dan tentukan his ( lama kontraksi (detik),
simetri, dominasi fundus, relaksasi optimal, interval (menit), dan intenitas
kontraksi)
3. Melakukan pemeriksaan dalam meliputi : lakukan pemeriksaan vulva atau
vagina, lakukan pemeriksaan colok vagina, nilai kondisi janin (presentasi,
turunnya presentasi sesuai bidang Hodge, posisi, molase, kaput suksadeneum,
bagain kecil disamping presentasi, dan anomaly kongenital) dan nilai kondisi
panggul dalam (promontorium, konjugata diagonalis, konjugata vera, linea
inominata, tulang sacrum, dinding samping, spina iskiadika, arcus pubis,
cogsigis, panggul patologi, kesimpulan panggul dalam).
4. Nilai adanya tumor jalan lahir
5. Tentukan imbang tetopelviks,
6. Tetapkan diagnosis in partu dan rencana persalinan.
7. Pantau kemajuan persalinan, kondisi ibu dan janin sesuai petunjuk partograf.
Hasil pemeriksaan dimasukkan ke lembar partograf. Bila kemajuan persalinan
normal, lanjutkan pemantauan hingga tercapai kala 2. Bila kemajuan persalinan
tidak normal, tentukan tindakan yang perlu dilakukan atau rujuk ibu ke sarana
medis yang memadai.
8. Kosongkan kandung kemih dan rectum.
9. Pada kalai ini, ibu tidak diperbolehkan mengejan.
Set Partus steril yang harus disediakan adalah 2 pasang sarung tangan, 1 gunting
episiotomy, 1 gunting tali pusat, 2 klem tali pusat, 1 pemecah ketuban, 1 benang/ pita
tali pusat, 1 kain duk steril, dan kasa steril.
1. Persalinan Kala II
Setelah serviks membuka lengkap, janin akan segera keluar. His terjadi tiap 2-3
menit, lamanya 60—90 detik. His sempurna dan efektif bila ada koordinasi
gelombang kontraksi sehingga kontraksi simetri dengan dominasi di fundus uteri,
mmempunyai amplitude 40-60 mmHg, berlangsung 60-90 detik dengan jangka
waktu 2-4 menit, dan tonus uterus saat relaksasi kurang dri 12 mmHg. Pada
primigravida kala II berlangsung kira-kira 1.5 jam dan pada multigravida 0.5 jam.
Periksa lagi ke dalam lahir, apakah masih ada perdarahan dan jaringan yang
tertinggal. Periksa juga kontraksi uterus. Bila kontraksi baik akan terlihat fundus
uteri setinggi pusat dank eras seperti batu.
1. Perasat Kustner. Tangan kanan menegangkan tali pusat; tangan kiri menekan
daerah di atas simpisis. Bila tali pusat tidak masuk lagi ke dalam vagina berarti
plasenta telah lepas.
2. Perasat Strassman. Tangan kanan mengangkat tali pusat; tangan kiri mengetok
fundus uterus. Bila terasa getaran pada tangan kanan, berarti plasenta belum
lepas.
3. Perasat Klein. Ibu diminta mengejan, tali pusat akan turun. Bila berhenti
mengejan, tali pusat masuk lagi, berarti plasenta belum lepas dari dinding uterus.
Pentingnya mengetahui apakah plasenta telah lepas atau belum ialah untuk
melahirkan plasenta dengan komplikasi dengan sekecil-kecilnya. Bila plasenta
dipaksa untuk dilahirkan saat belum terlepas dari dinding uterus, retensio plasenta
dapat terjadi
2. Askep Persalinan
Pengkajian.
Data klinis : Nama, Umur mengetahui usia ibu apakah termasuk resiko tinggi /
tidak, Pendidikan, Penghasilan, TB, BB,TTV
Keluhan Utama. : Pada umumnya klien mengeluh nyeri pada daerah pinggang
menjalar ke perut, adanya his yang makin sering, teratur, keluarnya lendir dan
darah, perasaan selalu ingin buang air kemih, bila buang air kemih hanya sedikit-
sedikit.
Riwayat penyakit sekarang: usia kehamilan antara 38 –42 minggu disertai tanda-
tanda menjelang persalinan yaitu nyeri pada daerah pinggang menjalar ke perut,
his makin sering, tertaur, kuat, adanya show (pengeluaran darah campur
lendir).kadang ketuban pecah dengan sendirinya.
Riwayat penyakit dahulu: Adanya penyakit jantung, Hypertensi, DM, TBC,
Hepatitis, penyakit kelamin, pembedahan yang pernah dialami, dapat
memperberat persalinan.
Riwayat penyakit keluarga. : Adanya penyakit jantung, hipertensi, diabitus
mielitus, keturunan hamil kembar pada klien, TBC, Hepatitis, Penyakit kelamin,
memungkinkan penyakit tersebut ditularkan pada klien, sehingga memperberat
persalinannya.
Pola persepsi dan penanganan penyakit
Tanyakan apakah ibu ada memeriksakan kehamilannya tiap trimester. Dan
berapa kali.
Kaji bagaimana ibu menangani kesehatannya dan janin,apakah secara tradisional
atau RS
Tanyakan pada ibu apakah ada mengkonsumsi rokok dan alcohol
Tanyakan apakah ada alergi obat
Tanyakan pada ibu obat-obat apa saja yang pernah dikonsumsi oleh ibu
Pola Nutrisi dan metabolisme
Adanya his berpengaruh terhadap keinginan atau selera makan yang menurun
Tanyakan menu makan pagi,siang dan malam
Apakah ibu terbiasa mengkonsumsi makanan komplemen
Pola Istirahat tidur
Klien dapat tidur terlentang,miring ke kanan / kiri tergantung pada letak
punggung anak,klien sulit tidur terutama kala I – IV.
Tanyakan pola tidur, lamanya tidur malam dan siang. Tanyakan apakah ada
gangguan tidur
Pola Aktivitas/olahraga
Klien dapat melakukan aktivitas seperti biasanya, terbatas pada aktivitas ringan,
tidak membutuhkan tenaga banyak, tidak mebuat klien cepat lelah, capai, lesu.
Pada kala I apabila kepala janin telah masuk sbagian ke dalam PAP serta ketuban
pecah, klien dianjurkan duduk / berjalan-jalan disekitar ruangan / kamar
bersalin. Pada kala II kepala janin sudah masuk rongga PAP klien dalam posisi
miring ke kanan / kiri .
Pola Eliminasi
Adanya perasaan sering / susah kencing selama kehamilan dan proses
persalinan.
Tanyakan bagaimana kebiasaan defekasi. Pada akhir trimester III dapat terjadi
konstipasi
Pola Seksualitas dan reproduksi
Terjadi disfungsi seksual yaitu perubahan dalam hubungan seksual / fungsi dari
seks yang tidak adekuat karena adanya proses persalinan dan nifas. Ditemukan
amenorhhea (aterm 38-42 minggu) , prematur kurang dari 37 minggu
Pola peran dan hubungan
Tanyakan pekerjaan ibu dan bagaimana status pekerjaannya
Tanyakan hubungan ibu dengan suami serta anggota keluarga yang lain
Pada trimester III klien merasa tidak feminin lagi karena perubahan
tubuhnya,ketakutan akan kelahiran bayinya,distress keluarga karena adaanya
perasaan sekarat selama persalinan berlangsung
Pola Kognitif-Persepsi
Kaji Status mental, Bicara, kemampuan berkomunikasi dan Memahami serta
berinteraksi.
Kaji penglihatan, pendengaran Ketidaknyamanan/ nyeri. Kaji perilaku nyeri
verbal dan nonverbal klien.
Pola Koping-Toleransi Stress
Kaji tingkat dan penyebab kecemasan dan ketakutan dari klien. Kaji apakah ada
stres dan depresi dari ibu. Cara ibu mengatasi masalah. Keadaan emosi ibu
sehari-hari.
Tanggapan ibu, suami, dan keluarga terhadap kehamilan ini,
Pola Keyakinan-Nilai
Agama : tanyakan agama yang dianut oleh klien
Pantangan keagamaan : ya/tidak
Pengaruh agama dalam kehidupan. Permintaan kunjungan rohaniawan saat ini :
ya/tidak
Pemeriksaan
Pemeriksaan umum meliputi: tinggi badan dan berat badan ( tinggi badan < 145 cm
beresiko tinggi memiliki panggul yang sempit, peningkatan berat badan selama
hamil antara 10–12 kg), tekanan darah( tekanan darah naik kira-kira 10 mmHg pada
kala II), suhu dan nadi(suhu 360-370 C, lebih dari 37,50C dianggap ada kelainan.
Keadaan nadi biasanya mengikuti keadaan suhu, ini disebabkan karena adanya
perdarahan), pernafasan (pernafasanannya agak pendek karena kelelahan dan
kesekitan, pernafasan normal antara 80 – 100 X / menit)
Pemeriksaan fisik.
Kepala dan leher. Terdapat adanya cloasma gravidarum, terkadang adanya
pembengkakan pada kelopak mata, konjungtiva kadang pucat, sklera kuning,
hiperemis ataupun normal, hidung ada polip atau tidak, caries pada gigi, stomatitis,
pembesaran kelenjar.
Dada. Terdapat adanya pembesaran pada payudara, adanya hiperpigmentasi areola
dan papila mamae serta ditemukan adanya kolustrum.
Perut. Adanya pembesaran pada perut membujur, hyperpigmentasi linea alba /
nigra, terdapat striae gravidarum.
Palpasi : usia kehamilan aterm 3 jari bawah prosesus xypoideus, usia kehamilan
prematur pertengahan pusat dan prosesus xypoideus, punggung kiri / punggung
kanan , letak kepala, sudah masuk PAP atau belum. Adanya his yang makin lama
makin sering dan kuat.
Diagnosa Keperawatan
1. Koping yang tidak efektif
2. Gangguan integritas jaringan
3. Nyeri akut
NANDA, NIC dan NOC ( Lampiran 1 )
Pemahaman yang mendalam tentang adaptasi ibu selama masa hamil akan
membantu perawat mengantisipasi dan memenuhi kebutuhan wanita selama
bersalin. Perubahan lebih lanjut terjadi seiring kemajuan tahapan persalinan wanita
itu. Berbagai sistem tubuh beradaptasi terhadap proses persalinan, menimbulkan
gejala, baik yang bersifat objektif maupun subjektif.
1. Adaptasi fisik
1. Perubahan kardiovaskuler. Pada setiap kontraksi 400 ml darah dikeluarkan
dari uterus dan masuk ke dalam sistem vaskular ibu, hal ini akan meningkatkan
curah jantung sekitar 10-15% pada tahap pertama persalinan dan sekitar 30-50%
pada tahap kedua persalinan. Akibat kontraksi, aliran darah menurun pada arteri
uterus. Maka timbul tahanan perifer, tekanan darah meningkat dan frekwensi
denyut nadi melambat. Terjadi beberapa perubahan pembuluh darah perifer,
kemungkinan sebagai respon terhadap dilatasi serviks atau kompresi pembuluh
darah ibu oleh janin yang melalui jalan lahir. Pipi menjadi merah, kaki panas
atau dingin dan terjadi prolaps hemoroid.
2. 2. Perubahan pernapasan. Sistem pernapasan juga beradaptasi.
Peningkatan aktivitas fisik dan peningkatan pemakaian oksigen terlihat dari
peningkatan frekwensi pernapasan. Hiperventilasi dapat menyebabkan alkalosis
respiratoric (pH meningkat), hipoksia dan hipokapnea (CO2 menurun). Pada
tahap kedua persalinan, jika wanita tidak diberi obat-obatan, maka ia akan
mengkonsumsi oksigen hampir dua kali lipat. Kecemasan juga meningkatkan
pemakaian oksigen.
3. 3. Perubahan pada ginjal. Selama persalinan wanita dapat mengalami
kesulitan untuk berkemih secara spontan akibat berbagai alasan: edema jaringan
akibat bagian presentasi, rasa tidak nyaman, sedasi, dan rasa malu. Proteinuria
+1 dapat dikatakan normal. Dan hasil ini merupakan respon rusaknya jaringan
otot akibat kerja fisik selama persalinan.
4. 4. Perubahan integument. Adaptasi sistem integumen jelas terlihat.
Khususnya pada gaya distensibilitas daerah introitus vagina (muara vagina).
Tingkat distensibilitas ini berbeda-beda pada setiap individu meskipun daerah itu
dapat meregang, namun daoat terjadi robekan-robekan kecil pada kulit sekitar
muara vagina.
5. 5. Perubahan musculoskeletal. Sistem muskuloskeletal mengalami stress
selama persalinan. Diaforesis, keletihan, proteinuria (+1) dan peningkatan suhu
menyertai peningkatan aktivitas otot yang menyolok. Nyeri punggung dan nyeri
sendi (tidak berkaitan dengan posisi janin) terjadi sebagai akibat semakin
regangnya sendi pada masa persalinan. Proses persalinan itu sendiri dan gerakan
meluruskan jari-jari kaki dapat menimbulkan keram tungkai.
6. 6. Perubahan neurologi. Sistem neurologi menunjukkan bahwa timbul
stress dan rasa tidak nyaman selama persalinan. Endorfin endogen (senyawa
mirip morfin yang diproduksi oleh tubuh scara alami) dapat meningkatkan
ambang nyeri dan menimbulkan sedasi. Selain itu, anestesia fisiologis jaringan
perineum menurunkan persepsi nyeri.
7. 7. Perubahan pencernaan. Bibir dan mulut dapat menjadi kering akibat
wanita bernapas melalui mulut, dehidrasi, dan sebagai respon emosi terhadap
persalinan. Selama persalinan, motilitas dan absorpsi saluran cerna menurun dan
waktu pengosongan lambung menjadi lambat.
8. 8. Perubahan endokrin. Sistem endokrin aktif selama persalinan. Awitan
persalinan dapat diakibatkan oleh pnurunan kadar progesteron dan peningkatan
kadar estrogen, prostaglandin dan oksitosin. Metabolisme meningkat dan kadar
glukosa darah dapat menurun akibat proses persalinan.
2. Adaptasi psikologis
Faktor psikologis adalah sikap dan keadaan mental ibu bersalin, dimana banyak
reaksi psikis yang timbul yang biasanya diekspresikan antara lain dengan marah-
marah, menjerit-jerit, dan lain-lain.
1. Ketakutan. Ketakutan karena sering mendengar cerita mengerikan dari kerabat
atau teman tentang pengalaman saat melahirkan, ada teman atau kerabat calon
ibu saat proses kelahiran mengalami kenyataan yang tidak diinginkan, seperti
sang ibu atau bayi yang dikandung meninggal. Ketakutan juga saat melihat darah
2. Kekhawatiran (kecemasan). Kontraksi yang lama-kelamaan meningkat
menambah beban ibu, sehingga kekhawatiran pun bertambah. Bila tidak
ditangani dengan baik, bisa merusak konsentrasi ibu sehingga persalinan yang
diperkirakan lancar, berantakan akibat ibu panik. Kekhawatiran yang teramat
sangat pun bisa membuat otot-otot, termasuk otot di jalan lahir, bekerja
berlawanan arah, karena dilawan oleh ibu yang kesakitan. Akibatnya, jalan lahir
menyempit dan proses persalinan berjalan lebih lama dan sangat menyakitkan.
3. Pengalaman melahirkan pertama kali memberikan perasaan yang
bercampur baur antara bahagia dan penuh harapan dengan kekhawatiran
tentang apa yang akan dialami semasa persalinan.
4. Menangis, tidak sabar, tidak percaya diri, sensitive, dan mudah tersinggung.
Kegiatan komunikasi terapeutik pada ibu melahirkan merupakan pemberian
bantuan pada ibu yang akan melahirkan dengan kegiatan bimbingan proses
persalinan.
Tujuan Komunikasi terapeutik pada ibu dengan gangguan psikologi saat persalinan.
Nyeri kontraksi atau nyeri persalinan adalah gerakan memendek dan menebal otot-
otot rahim yang terjadi untuk sementara waktu. Kontraksi rahim menyebabkan
kontraksi pada mulut rahim dan menimbulkan rasa nyeri,dan juga rahim bagian
bawah mengalami dilatasi (peregangan).
2. Kala II: Nyeri diakibatkan oleh tekanan kepala janin pada pelvis, Distensi struktur
pelvis dan tekanan pleksus lumbosakralis.Cara mengatasi nyeri kala II : distraksi,
relaksasi dan hipnotik
Hal-hal yang harus diperhatikan pada nyeri kala II: a) jangan menahan ikut saja
mengikuti kontraksi , b) langsung mengedan kearah bawah, c) selalu mengambil
napas dalam untuk mengisi awal dan akhir kontraksi, d) jangan mengejan terlalu
panjang tanpa mengambil napas.Rileks pada saat tidak ada kontraksi.
4. Cara mengatasi nyeri kala IV : Distraksi, Relaksasi, Perubahan suhu, Terapi air
Metode Dick-Read . Rasa takut, tegang, dan nyeri adalah tiga selubung yang
bertentangan dengan aalam. Apabila ketiganya berjalan beriringan , maka
diperlukan tindakan untuk meringankan ketegangan dan mengatasi rasa takut.
Program Dick-Read meliputi pemberian informasi tentang persalinan dan
melahirkan, disamping nutrisi, higine, dan latihan fisik. Kelas-kelas ini
mengajarkan tiga teknik : latihan fisik untuk membuat tubuh siap saat
melahirkan, latihan relaksasi secara sadar, dan latihan pola nafas.
Metode Lamaze. Rasa nyeri merupakan respon bersyarat. Strateginya yaitu
dengan memusatkan perhatian pada titik perhatian lain agar jalur syaraf tidak
berespon terhadap stimulus nyeri.metodenya yaitu dengan
mengendalikan relaksasi otot dan pernafasan sebagai ganti berteriak dan
kehilangan kendali. Wanita diajarkan merelaksasi otot-otot yang tidak terlibat
saat ia mengontraksi kelompok otot tertentu.Pernafasan dada mengangkat
diafragma dari rahim yang berkontraksi sehingga menciptakan lebih banyak
ruang bagi rahim untuk berkembang.
Metode Bradley. Melahirkan secara alami tanpa analgesia, tapi dengan
memakai bantuan suami dan teknik pernafasan khusus pada saat melahirkan.
Bradley menekankan pada keharmonisan tubuh yakni dengan melakukan control
pernafasan, pernafasan perut, dan relaksasi tubuh.
Indikasi amniotomi adalah sebagai berikut : a) jika ketuban belum pecah dan serviks
telah membuka sepenuhnya, b) akselerasi persalinan dan c) persalinan pervaginam
menggunakan instrumen
B. Epiostomi
Merupakan insisi perineum untuk memperbesar mulut vagina.
1. Mencegah robekan perineum. Karena insisi bersih lebih cepat sembuh daripada
robekan yang tidak teratur
2. Mengurangi regangan otot penyangga kandung kemih yang terlalu kuat dan
berkepanjangan yang kemudian hari menyebabkan inkontinensia urine atau
prolaps vagina.
C. Seksio Sesar
Sectio caesaria adalah suatu pembedahan guna melahirkan janin lewat insisi pada
dinding abdomen dan uterus persalinan buatan, sehingga janin dilahirkan melalui
perut dan dinding perut dan dinding rahim agar anak lahir dengan keadaan utuh dan
sehat. (Harnawatiaj, 2008)
Seksio Sesaria adalah kelahiran janin melalui insisi transabdomen pada uterus. Baik
direncanakan (dijadwalkan) atau tidak (darurat). Tujuan dasar kelahiran sesaria
adalah memelihara kehidupan atau kesehatan ibu dan janinnya. Penggunaan cara
sesaria didasarkan pada bukti adanya stres maternal atau fetal. Morbiditas dan
mortalitas maternal dan fetal menurun sejak adanya metode pembedahan dan
perawatan modern. Namun, kelahiran sesaria ini masih mengancam kesehatan ibu
dan bayi. (Bobak, 2004)
1. 1. Faktor Ibu
Disproporsi kepala panggul/CPD/FPD. Ukuran panggul yang sempit dan tidak
proporsional dengan ukuran janin menimbulkan kesulitan dalam persalinan
pervaginam. Panggul sempit lebih sering pada wanita dengan tinggi badan
kurang dari 145 cm. Kesempitan panggul dapat ditemukan pada satu bidang atau
lebih, PAP dianggap sempit bila konjunctiva vera kurang dari 10 cm atau
diameter transversal <12>6 minggu
Disfungsi uterus
Usia
Ibu yang melahirkan untuk pertama kalinya berusia lebih dari 35
tahun memiliki resiko melahirkan dengan seksiocaesarea karena pada usia
tersebut ibu memiliki penyakit beresiko seperti hipertensi, jantung, DM, dan
preeklamsia.
Infeksi. Setiap tindakan operasi vaginal selalu diikuti oleh kontaminasi bakteri.
Keadaan umum yang kurang baik: anemia saat hamil, sudah terdapat manipulasi
intra-uterin, sudah terdapat infeksi. Perlukaan operasi yang menjadi jalan masuk
bakteri.
Riwayat operasi sesarea, seorang ibu yang telah memiliki jaringan parut pada
uterus dianggap kontraindikasi untuk melahirkan, karena dikhawatirkan terjadi
rupture uteri
1. 2. Faktor Janin
Janin besar. Berat bayi 4000 gram atau lebih, menyebabkan bayi sulit keluar
dari jalan lahir. Dengan perkiraan berat yang sama tetapi pada ibu yang berbeda
maka tindakan persalinan yang dilakukan juga berbeda. Misalnya untuk ibu yang
mempunyai panggul terlalu sempit, berat janin 3000 gram sudah dianggap besar
karena bayi tidak dapat melewati jalan lahir. Selain janin yang besar, berat janin
kurang dari 2,5 kg, lahir prematur, dan dismatur, atau pertumbuhan janin
terlambat , juga menjadi pertimbangan dilakukan seksiocaesarea.
Gawat janin. Diagnosa gawat janin berdasarkan pada keadaan kekurangan
oksigen (hipoksia) yang diketahui dari DJJ yang abnormal, dan adanya
mekonium dalam air ketuban. Normalnya, air ketuban pada bayi cukup bulan
berwarna putih agak keruh, seperti air cucian beras. Jika tindakan seksio
caesarea tidak dilakukan, dikhawatirkan akan terjadi kerusakan neurologis akibat
keadaan asidosis yang progresif.
Letak lintang. Kelainan letak ini dapat disebabkan karena adanya tumor dijalan
lahir, panggul sempit, kelainan dinding rahim, kelainan bentuk rahim, plesenta
previa, cairan ketuban pecah banyak, kehamilan kembar dan ukuran janin.
Keadaan tersebut menyebabkan keluarnya bayi terhenti dan macet dengan
presentasi tubuh janin di dalam rahim. Bila dibiarkan terlalu lama,
mengakibatkan janin kekurangan oksigen dan meyebabkan kerusakan otak janin.
Letak Sungsang. Resiko bayi lahir sungsang dengan presentasi bokong pada
persalinan alami diperkirakan 4x lebih besar dibandingkan keadaan normal.
Pada bayi aterm, tahapan moulage kepala sangat penting agar kepala berhasil
lewat jalan lahir. Pada keadaan ini persalinan pervaginam kurang
menguntungkan. Karena ; pertama, persalinan terlambat beberapa menit, akibat
penurunan kepala menyesuaikan dengan panggul ibu, padahal hipoksia dan
asidosis bertambah berat. Kedua, persalinan yang dipacu dapat menyebabkan
trauma karena penekanan, traksi ataupun kedua-duanya.
Bayi Abnormal. Misalnya pada keadaan hidrosefalus, kerusakan Rh dan
kerusakan genetik.
Teknik Seksio sesarea
1. Insisi Abdomen meliputi insisi vertikal garis tengah infraumbilikus dan insisi
transversal atau lintang (insisi di buat setinggi garis rambut pubis dan di perluas
sedikit melebihi batas lateral otot rektus)
2. Insisi Uterus. Suatu insisi vertical ke dalam korpus uterus di atas segmen bawah
uterus dan mencapai fundus uterus. Sebagian besar dibuat di segmen bawah
uterus secara melintang
Dampak Seksio Sesarea
Adapun dampak proses melahirkan melalui caesar yang akan di alami ibu yaitu:
4. Ekstraksi Forceps
Suatu persalinan buatan dimana janin dilahirkan dengan tarikan cunam yang
dipasang di kepala janin.
Indikasi dalam melakukan ekstraksi forceps ada 3 macam, yaitu indikasi Ibu
(ekstraksi forceps dilakukan pada ibu-ibu dengan keadaan pre-eklampsi, eklampsi,
atau ibu-ibu dengan penyakit jantung, paru, partus kasep), indikasi Janin (pada
keadaan gawat janin) dan indikasi waktu (pada kala dua lama)
Kontra Indikasi : malpresentasi (dahi, puncak, kepala, muka, bokong). Dan panggul
sempit (disproporsi kepala-panggul).
Syarat- syarat khususnya yaitu pembukaan lengkap atau hampir lengkap, presentasi
kepala, cukup bulan, tidak ada kesempitan panggul, anak hidup dan tidak gawat
janin, kontraksi baik, ibu kooperatif dan masih mampu untuk mengedan
6. Histerektomi Postpartum
Indikasi
Sebagian besar prosedur dilakukan untuk menghentikan perdarahan baik akibat
atonia uteri yang sulit diatasi, perdarahan segmen bawah akibat insisi uterus atau
implantasi plasenta, laserasi pembuluh besar di uterus Miomia besar, dysplasia
serviks yang parah dan karsinoma insitu.
Jenis
- Histerektomi supraservikal : yang diperlukan hanyalah amputasi korpus uterus
setinggi supra servikal. Punting serviks dapat di tutup dengan jahitan jelujur atau
interuted dengan benang kromik.
1. B. Etiologi
Penyebab pasti belum diketahui, factor yang dikemukakan adalah
1. Hormonal, yaitu kadar progesterone tidak cepat turun walaupun kehamilan
sudah cukup bulan, sehingga kepekaan uterus terhadap oksitosin berkurang.
2. Herediter, karena postmaturitas sering dijumpai pada suatu keluarga tetentu
3. Kadar kortisol pada darah bayi yang rendah, sehingga di simpulkan kerentanan
akan stress dan merupakan factor tidak timbulnya his.
4. Kurangnya air ketuban
5. Insufisiensi plasenta.
6. C. Patofisiologi
Kelahiran postmatur bisa terjadi pada wanita yang hamil pertama kali. Ibu multipara
dan riwayat wanita yang lahir lewat waktu. Penyebab paling sering yaitu terjadinya
kesalahan dalam hitung dan siklus haid yang tidak teratur. Jika ibu telah mengalami
riwayat kehamilan postmatur untuk pertama kali maka meningkatkan resiko
kehamilan postmatur selanjutnya 2-3 kali.
Plasenta mencapai puncak fungsinya pada kehamilan 38-42 minggu setelah itu
mengalami penurunan. Hal ini dapat dibuktikan dengan penurunan kadar esteriol
dan plasental laktogen. Penuaan plasenta mengakibatkan penurunan pemasokan
oksigen dan nutrisi disamping adanya spasme arteri spiralis sehingga pertumbuhan
janin terhambat. Sirkulasi uteroplasenter akan berkurang 50%. Jumlah air ketuban
juga berkurang, akibatnya adalah perubahan keabnormalan jantung janin.
Menjelang partus terjadi penurunan hormao progesterone, peningkatan oksitosin
serta peningkatan reseptor oksitosin. Tetapi yang paling menentukan adalah terjadi
produksi prostaglandin yang menyebabkan his kuat. Pada postmaturitas
progresteron tidak turun menyebabkan kepekaan uerus terhadap oksitosin
menurun.
1. D. Manifestasi klinis
v Stadium I. Kulit menunjukkan kehilangan verniks kaseosa dan maserasi berupa
kulit kering, rapuh, dan mudah mengelupas.
v Stadium II. Gejala stadium I disertai pewarnaan mekonium (kehijauan) pada kulit.
v Stadium III. Terdapat pewarnaan kekuningan pada kuku, kulit, dan tali pusat.
A. Pemeriksaan fisik
Periksa keadaan umum pasien meliputi kesadaran, tinggi badan, berat badan pasien,
lingkar lengan atas, tanda-tanda vital, tekanan darah, suhu, pulse, dan pernafasan
pasien
B. Pemeriksaan Kebidanan
Inspeksi
1. Kepala meliputi rambut, mata ( konjungtiva : anemis/ tidak, sklera : ikterik/tidak
), hidung (bersih/ tidak, ada sekret/ tidak), mulut (bersih/tidak, caries/tidak),
muka ( apakah oedema/tidak, sianosis/tidak)
2. Leher meliputi pembengkakan kelenjar tiroid, pembesaran vena juguralis dan
kelenjar limfe
3. Dada meliputi mamae simetris/tidak, areola mamae ada/ tidaknya
hiperpigmentasi, putting susu bersih dan menonjol atau tidak dan colostrum
4. Abdomen meliputi pembesaran abdomen, striae livide, linea nigra, linea
Albicans, striae albicans dan luka bekas operasi
5. Genetalia eksterna meliputi oedema, varises dan pengeluaran
6. Ekstremitas atas dan bawah (simetris/tidak, edema/tidak), refkleks patella
Palpasi
1. Leher : ada pembesaran vena jugularis atau tidak
2. Dada : ada massa pada payudara atau tidak
3. Abdomen : Leopold 1 , leopold II : kanan dan kiri, leopold III, leopold IV dan
His
DATA SUBJEKTIF
Ibu mengeluh sakit perut yang menjalar ke pinggang yang semakin lama semakin
sering.
Diagnosa keperawatan
1. Nyeri
2. Cemas
3. Gangguan integritas jaringan
A. Kesimpulan
Persalinan normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan
cukup bulan ( 37-42 minggu ), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala
yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada
janinnya.
Persalinan dibagi dalam empat kala yaitu kala 1 ( dimulai dari saat persalinan
mulai sampai pembukaan lengkap ), kala 2 ( dimulai dari pembukaan lengkap
sampai bayi lahir ), kala 3 ( dimulai segera setelah lahir sampai lahirnya plasenta
) dan kala 4 ( dimulai saat lahirnya plasenta sampai 2 jam pertama postpartum
Ada dua adaptasi ibu selama persalinan yaitu adaptasi fisk dan adaptasi psikologi
Beberapa cara pembedahan selama persalinan yaitu amniotomi, episiotomy,
bedah sesar, forceps, vakum dan histerektomi.
Postmatur menunjukan atau menggambarkan kaadaan janin yang lahir telah
melampauhi batas waktu persalinannya, sehingga dapat menyebabkan beberapa
komplikasi. Belum ada penyebab pasti terjadinya postmatur ini dan sebagian
besar bisa diselesaikan dengan persalinan induksi maupun seksio sesaria dan
bidan tidak berwenang menolong persalinan dengan kehamilan postmatur
kecuali bidan di rumah sakit dengan kolaborasi dengan dokter.
B. Saran
1. Sebaiknya persalinan dengan postmatur dilakukan di rumah sakit atas kolaborasi
dengan dokter
2. Kehamilan postmatur harus secepatnya dideteksi untuk menghindari komplikasi
terutama pada janin
3. Bidan sebaiknya dapat mendeteksi kehamilan postmatur untuk menghindari
komplikasi dan mengambil tindakan yang tepat untuk menanganinya
DAFTAR PUSTAKA