PENDAHULUAN
Latar Belakang
Persalinan adalah rangkaian proses yang berakhir dengan pengeluaran hasil konsepsi
oleh ibu. Proses ini dimulai dengan kontraksi persalinan sejati, yang ditandai oleh
perubahan progresif pada serviks, dan diakhiri dengan pelahiran plasenta. Penyebab
awitan persalinan spontan tidak di ketahui, walaupun sejumlah teori menarik telah di
kembangkan dan professional perawatan kesehatan mengetahui cara menginduksi
persalinan pada kondisi tertentu (varney,H. 2007hlm 672). Burvil (2002) menerangkan
bahwa ibu akan mengalami pergeseran prioritas mereka ketika kelahiran semakin
mendekat, di tandai dengan adanya dorongan energy dan aktivitas nesting (persiapan
persalinan). Secara fisik ibu mungkin mengalami ketidaknyamanan lambung dan diare,
sementara lainnya mengalami rembesan cairan yang sering, atau pecah ketuban
spontan. Selama berhari hari, sebelum persalinan, banyak ibu terutama multipara
mengalami kontraksi berulang yang kemudia menghilang. Mereka mungkin mengalami
nyeri pinggang bawah dan ketidaknyamanan pelvis dalam ketika bayi masuk ke pelvis
dalam. Kala 1 persalinan di definisikan sebagai permulaan kontraksi persalinan sejati.,
yang ditandai oleh perubahan serviks yang progresif dan diakhiri dengan pembukaan
lengkap (10 cm). hal ini di kenal sebagai tahap pembukaan serviks.
Menurut (saifuddin, 2006, hlm 100) persalinan adalah proses pengeluaran janin yang
terjadi pada kehamilan cukup bulan, lahir spontan dengan prestasi belakang kepala
yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada janin.
Pembagian persalinan kala 1 yaitu fase laten dan fase aktif. Fase laten adalah stadium
saat tubuh ibu mulai menuju persalinan. Sementara defenisi resmi menandai permulaan
resmi persalinan dari fase aktif ke selanjutnya, namun pengalaman mengatakan bahwa
persalinan sudah dimulai saat itu.fase laten dimulai dari awal kontraksi hingga
pembukaan 4 cm dan tidak terlalu mulas. Sedangkan fase aktif(persalinan yang
sebenarnya) adalah fase yang dimulai sejak ibu mengalami kontraksi teratur dan maju
dari sekitar pembukaan 4 cm sampai pembukaan serviks sempurna atau lengkap,
penurunan hingga bawah janin.
Tanda tanda persalinan yaitu rasa sakit oleh adanya his yang dating lebih kuat, sering,
dan teratur, keluar darah lender yang banyak karena adanya robekan robekan kecil di
serviks, terkadang ketuban pecah dengan sendirinya. Pada pemeriksaan dalam dalam
di dapat serviks yang mendatar dan pembukaaan jalan sudah ada ( yeyeh, Ai, 2009,
Hlm 9).
Proes dinamik dari persalinan meliputi empat bagian yang mempengaruhi baik
mulainya dan kemajuan proses persalinan. Yaitu passanger(janin), passage(pelvis ibu),
power(kontraksi), dan psikis(emosi ibu). Bila persalinan dimulai, interaksi antara
passanger, passage, power, dan psikis harus sinkron untuk terjadinya kelahiran
pervaginam spontan(Wlash, linda, 2007, Hlm. 300).
Sebagai bidan kita harus mampu, memberikan asuhan yang sesuai dengan kebutuhan
ibu. pada kala 1 ibu memiliki banyak kebutuhan dasar oleh karena itu dalam makalah
kami mencoba menjelaskan kebutuhan dasar ibu bersalin pada kala 1.
Rumusan masalah
1. Apakah pengertian persalinan kala 1?
2. Apa saja kebutuhan dasar yang di butuhkan ibu bersalin pada kala 1?
Tujuan
3. Untuk mengetahui dan memahami pengertian kala 1.
4. Untuk mengetahui kebutuhan dasar ibu bersalin pada kal
BAB II
PEMBAHASAN
Persalinan kala 1 adalah pembukaan yang berlangsung antara pembukaan nol sampai
pembukaan lengkap. Lama kala 1 untuk primigravida berlangsung 12 jam sedangkan
multigravida 8 jam (manuaba, 2010, Hlm 173).
Menurut JNPK-KR Depkes RI (2008, hlm.38), kala 1 persalinan terdiri dari 2 fase yaitu
fase laten dan fase aktif.
1. Fase Laten(fase laten dimulai dari awal kontraksi hingga pembukaan 4 cm dan tidak
terlalu mulas)
2. Dimulai sejak awal berkontraksi yang menyebabkan penipisan dan pembukaan serviks
secara bertahap.
3. Berlangsung hingga serviks membuka kurang dari 4 cm.
4. Pada umumnya berlangsung hamper atau hingga 8 jam.
1. Fase aktif(dimulai dari pembukaan 4 cm hingga pembukaan lengkap)
2. Frekuensi dan lama kontraksi uterus akan meningkat secara bertahap (kontraksi dianggap
adekuat atau memadai jika terjadi 3 kali atau lebih dalam 10 menit, dan berlangsung selama 40
detik atau lebih).
3. Dari pembukaan 4 cm hingga mecapai pembukaan lengkap yakni 10 cm, akan terjadi
dengan kecepatan rata-rata 1 cm per jam (nulipara atau primigravida) atau lebih dari 1 sampai 2
cm (multipara).
4. Terjadi penurunan bagian terbawa janin.
Menurut manuaba(2010, hlm. 184). Hal yang perlu dilakukan dalam kala 1 adalah:
2. Memahami tubuh
Setiap kali stress ketika hamil, coba amati tubuh yang beraksi apakah ibu mengerak
gigi, sakit perut, leher dan bahu jadi tegang dan sakit, atau merengut ini semua dalam
tanda, otot-otot dalam keadaan tegang sehingga tubuh sakit dan letih. Tarik nafas
dalam-dalam, saat menghenbuskan, lemasakan otot sehingga kendur dan lunak, tidak
kaku, latih tehnik ini secara teratur. Dengan demikian, otomatis ibu dapat
mengidentifikasi ketegangan tubuh dengan segerah mengistirahatkannya saat bersalin.
Ini juga berefek positif bagi tekanan darah.
Relaksasi progresif
Latihan ini dilakukan dengan cara sengaja, mengencangkan sekelompok otot tunggal
(misalnya, tangan, lengan, tungkai, wajah) sekuat mungkin dan kemudian melepasnya
sekendur mungkin. Otot otot dikencangkan secara berurutan dan progresif dari satu
ujung badan tubuh kebagian tubuh yang lain. Latihan ini bertujuan untuk merelaksasi
seluruh anggota tubuh, serta istirahat dan tidur.
Relaksasi terkendali
Latihan ini dilakukan dengan mengupayakan sekelompok otot berkontraksi sembari
mempertahankan kelompok otot yang lain berelaksasi. Misalnya uterus berkontraksi
dengan kuat dan diharapkan kelompok otot lain tidak ikut menjadi tegang sebagai
respon terhadap kontraksi. Sebagai contoh:
Lengan kanan dikencangkan dan lengan kiri di relaksasikan(begitupun sebaliknya).
Tungkai kiri di kencangkan dan tungkai kanan di relaksasikan(begitupun sebaliknya).
Lengan kiri dan tungkai kanan dikencangkan dan lengan kanan dan tungkai kiri di
relaksasikan(sebaliknya).
Mengambil dan mengeluarkan napas dalam setelah masing-masing kontraksi
Relaksasi ini dilakukan ketika seorang wanita berada pada persalinan aktif, jika ia
belum mengetahuinya. Tekhnik relaksasi ini adalah mengambil napas dalam kemudian
keluarkan dengan hembusan yang kuat. Relaksasi ini berfungsi sebagai
meningkatkanrelaksasi dan membersihkan napas dengan menghilangkan kemungkinan
hiperentilasi selama kontraksi.
Wanita bersalin membutuhkan kurang lebih 50-100 kkl energy setiap jam. Dan jika tidak
terpenuhi, maka akan mengalami kelelahan otot dan kelaparan. Jika glukosa tidak
tersedia, cadangan lemak digunakan sehingga menyebabkan ketosis dan pada
akhirnya terjadi ketonuria. Aktifitas uterus dapat menurun akibat akumulasi benda
keton. Cairan IV bukan pengganti yang adekuat untuk asupan oral ( cairan tersebut
sering kali tidak adekuat dalam satuan kilokalori, 1 liter dekstrosa 5% dalam air).
5. Kontak Fisik
Selama proses persalinan berlangsung, si ibu mungkin tidak banyak mengeluarkan
kata-kata untuk berbicara, namun ia akan merasa nyaman dengan kontak fisik. Petugas
kesehatan seharusnya menganjurka kepada orang yang mendampingi ibu dalam
persalinannya hendaknya memegang tangan ibu atau menggandengnya, menggosok
punggungnya, menyeka wajahnya dengan spon atau mungkin hanya mendekapnya.
Mereka yang menginginkan persalinan normal dapat melakukan stimulasi putting dan
klitoris untuk mendorong pelepasan oksitoksin dari kelenjar pitiutary dan dengan
demikian merangsang kontraksi uterus secara alamiah. Hal ini juga akan merangsang
produksi endogenous opiates yang memberikan sedikit analgesia alamiah.
6. Pijatan
Wanita yang menderita sakit punggung atau nyeri selama persalinan dapat dilakukan
pijatan, untuk mengurangi rasa sakit pada abdominal. Yaitu dengan cara menggunakan
kedua tangan dan ujung jari menyentuh daerah simpisis pubis, melintas diatas fundus
uterus kemudian turun kekedua sisi perut.
7. Persiapan Persalinan
8. Ruangan dan lingkungan
Ruangan yang hangat dan bersih, memiliki sirkulasi udara yang baik dan terlindungi
dari tiupan angin, sumber air bersih dan mengalir untuk cuci tangan dan memandikan
ibu sebelum dan sesudah melahirkan, air DTT untuk membersihkan vulva dan
perineum sebelum melakukan pemeriksaan dalam dan membersihkan perineum ibu
setelah melahirkan.
Suhu kamar bersalin 21oc, kecukupan air bersih, clorine, ditergen, kain pembersih, kain
pel, dan sarung tangan karet untuk membersihkan ruangan, lantai, perabotan,
dekontaminasi dan proses peralatan. Kamar mandi yang bersih untuk kebersihan
pribadi ibu dan menolong persalinan, pastikan kamar mandi telah didekontaminasi
dengan larutan clorine. Tempat yang lapang untuk ibu berjalan-jalan dan menunggu
saat persalinan, melahirkan bayi dan untuk memberikan asuhan bagi ibu dan bayinya
setelah persalinan pastikan bahwa ibu mendapatkan privasi yang diinginkan.
Penerangan yang cukup baik siang maupun malam hari, tempat tidur yang bersih untuk
ibu, tutupi kasur dengan plastic, atau lembaran yang mudah dibersihkan jika
terkontanisasi. Pesiapan perlengapan, bahan-bahan, dan obat-obatan yang diperlukan.
Pastikan kelengkapan jenis dan jumlah bahan-bahan yang diperlukan serta dalam
keadaan siap pakai pada setiap persakinan dan kelahir bayi.
1. petidin, pemberian petidin akan membuat tenang, rileks, dan terasa agak mengantuk,
tetapi tetap sadar. Obat ini bereaksi 20 menit kemudian akan bekerja selama 2-3 jam dan biasa
diberikan pada Kala I. obat ini biasanya disuntikkan dibagian paha atau pantat. Penggunaan obat
ini akan menyebabkan bayi mengantuk tetapi akan hilang saat bayi lahir. Petidin tidak diberikan
secara rutin tetapi diberikan pada keadaan kontraksi rahim yang terlalu kuat.
2. anastesi epidural, metode ini paling sering dilakukan karena memungkinkan ibu untuk
tidak merasan sakit tanpa tidur. Obat anastesi suntikan diberikan rongga kosong (epdural)
diantara tulang punggung bagian bawah. Spesialis anastesi akan memasang kateter untuk
mengalirkan obat yang mengakibatkan saraf tibuh bagian bawah mati rasa sekitar 2 jam.
Sehingga rasa sakit tidak terasa. Pemberian obat ini harus diperhitungkan agar tidak ada
pengaruhnya pada kala II, jika tidak ibu akan mengedan lebih lama.
3. Entonox, metode ini menggunakan campuran oxygen dan nitrous oxide, dapat
menghilangkan rasa sakit, efeknya lebih ringan dari epidural sendiri, jika kontraksi mulai terasa
pegang masker dimuka lalu tarik nafas dalam-dalam. Rasa sakit akan berkurang dan kepala lebih
ringan.
4. Tens, metode penghilang rasa sakit dengan mesin tens (transcutaneous electrical nerves
stimulation) dipilih rasa sakit ingin hilang tanpa obat. Alat ini mudah digunakan dan tidak
membahayakan.
5. ILA, (Intrathecal Labour analgesia) yaitu suatu tehnik baru untuk menghilangkan rasa
sakit persalinan yang hampir mirip dengan epidural tetapi berbeda pada lokasi dan cara
pemberian obat anastesinya.
Oksitosin
Oksitosin menaikkan peranan yang sangat penting dalam persalinan dan ejeksi ASI.
Oksitosin bekerja pada seseptor oksitosik untuk menyebabkan :
Bila oksitosin sintetik diberikan kerja fisiologis hormon ini akan bertambah sehingga
dapat timbul efek samping yang potensial berbahaya, efek samping tersebut dapat
dikelompokkan menjadi :
PENUTUP
Kesimpulan
Kebutuhan dasar ibu bersalin kala 1 diantaranya :
Kontak Fisik
Selama proses persalinan berlangsung, si ibu mungkin tidak banyak mengeluarkan
kata-kata untuk berbicara, namun ia akan merasa nyaman dengan kontak fisik. Petugas
kesehatan seharusnya menganjurka kepada orang yang mendampingi ibu dalam
persalinannya hendaknya memegang tangan ibu atau menggandengnya, menggosok
punggungnya, menyeka wajahnya dengan spon atau mungkin hanya mendekapnya.
Pijatan
Wanita yang menderita sakit punggung atau nyeri selama persalinan dapat dilakukan
pijatan, untuk mengurangi rasa sakit pada abdominal.
Saran
Sebagai bidan kita harus mengetahui dan memahami bagaimana kebutuhan dasar ibu
bersalin pada kala 1, sehigga kita dapat memberikan asuhan secara tepat.
DAFTAR PUSTAKA
Chapman, Vicky. 2006, ASUHAN KEBIDANAN Persalinan dan Kelahiran, Jakarta: EGC
Menurut Sarwono (2006) peran bidan adalah memantau dengan seksama dan memberikan
dukungan serta kenyamanan pada ibu, baik segi/perasaan maupun fisik, seperti :
a. Memberikan dukungan terus-menerus kepada ibu dengan :
1) Mendampingi ibu agar merasa nyaman
2) Menawarkan minum, mengipasi, dan memijat ibu.
b. Menjaga kebersihan diri :
1) Ibu tetap dijaga kebersihannya agar terhindar dari infeksi
2) Jika ada darah lendir atau cairan ketuban segera dibersihkan.
c. Kenyamanan bagi ibu :
1) Memberikan dukungan mental untuk mengurangi kecemasan/ketakutan ibu dengan cara :
a) Menjaga privasi ibu
b) Penjelasan tentang proses dan kemajuan persalinan
c) Penjelasan tentang prosedur yang akan dilakukan dan keterlibatan ibu
d) Mengatur posisi ibu
e) Menjaga kandung kemih tetap kosong, ibu dianjurkan berkemih sesegera mungkin.
f) Memberikan cukup minum agar memberi tenaga dan mencegah dehidrasi.
Selain itu menurut Lesser dan Keane dalam buku Midwifery oleh Varney (2002) menyatakan bahwa
kebutuhan ibu selama persalinan antara lain : perawatan tubuh, pendampingan oleh keluarga,
bebas dari rasa nyeri persalinan, penghormatan akan budaya, dan informasi tentang diri dan
janinnya. Asuhan tubuh artinya metode sentuhan oleh pendamping persalinan, misalnya :
mengusap muka dengan washlap lembab, memperhatikan kebersihan tubuh, memperhatikan
kebersihan pada vulva, agar ibu nyaman dan pemberian nutrisi
Kebutuhan ibu pada kala III Kebutuhan ibu pada kala III Dukungan mental dari bidan dan
keluarga atau pendamping. Penghargaan terhadap proses kelahiran janin yang telah dilalui.
Informasi yang jelas mengenai keadaan pasien sekarang dan tindakan apa yang dilakukan.
Penjelasan mengenai apa yang harus ia lakukan untuk membantu mempercepat kelahiran plasenta,
yaitu kapan saat meneran dan posisi apa yang mendukung untuk pelepasan dan kelahiran plasenta.
Bebas dari rasa risih akibat bagian bawah yang basah oleh darah dan air ketuban.
Terapi Non-farmakologi
Metode terapi non-farmakologi dalam menurunkan rasa nyeri pada pasien saat persalinan dapat
beragam. Selain menurunkan rasa nyeri, terapi non-farmakologi diduga juga dapat mendorong
komponen psikoemosional dan spiritual sehingga dapat meningkatkan kesiapan pasien dalam
bersalin. [6] Beberapa metode terapi non-farmakologi yang dapat dipilih, diantaranya adalah
masase dan sentuhan, pergerakan dan posisi, teknik bernapas dengan relaksasi, aplikasi panas /
dingin, dan terapi musik.
Masase dan Sentuhan
Terapi masase merupakan manipulasi dari jaringan lunak tubuh yang bertujuan untuk
menurunkan rasa nyeri dan memberi efek relaksasi. Mekanisme terapi masase dalam
menurunkan nyeri diduga dengan meningkatkan produksi endorfin dalam tubuh. Melalui
peningkatan endorfin, transmisi sinyal antara sel saraf menjadi menurun sehingga dapat
menurunkan ambang batas persepsi terhadap nyeri.
Sudah terdapat beberapa studi yang menunjukkan bahwa masase mungkin efektif dalam
penurunan rasa nyeri. Studi terbaru dari Iraq menunjukkan bahwa metode masase bagian
punggung saat kala I persalinan efektif dalam menurunkan rasa nyeri pasien. Studi ini juga
menunjukkan bahwa skor rasa nyeri pada pasien yang menerima metode terapi masase punggung
lebih rendah dibandingkan dengan pasien yang melakukan metode perubahan posisi saat kala I.
Namun, perlu dicatat bahwa studi ini memiliki berbagai keterbatasan. Jumlah sampel yang
digunakan masih sangat kecil dan studi ini juga tidak melakukan pengukuran objektif untuk
mengetahui derajat nyeri (misalnya : tanda vital dan penanda nyeri lainnya). Selain daripada itu,
metode randomisasi yang digunakan tidak dijelaskan dengan mendetail. Efek intervensi
terhadap outcome persalinan juga tidak dinilai.
Hal yang sama juga ditemukan oleh Unalmis et al, dimana masase punggung bawah dinilai
signifikan dalam menurunkan nyeri persalinan dan meningkatkan kepuasan pada
persalinan. Efikasi terapi masase juga diteliti oleh sebuah studi meta analisis pada wanita
primipara, dimana pada studi ini didapatkan bahwa terapi masase dapat menurunkan rasa nyeri,
baik pada fase laten, aktif, maupun transisional. Namun perlu dicatat juga bahwa studi ini
memiliki berbagai keterbatasan. Jumlah sampel yang digunakan tidak cukup besar, keluaran
hanya diukur berdasarkan pendapat subjek studi, tidak ada pengukuran objektif yang dilakukan
untuk menilai pengaruh terhadap outcome, bahkan perbedaan outcome persalinan post-intervensi
tidak dianalisa.
Walaupun efektifitas terapi masase dalam menurunkan rasa nyeri sudah dikemukakan pada
beberapa studi, namun nyeri tetap terasa meningkat seiiring progresivitas dari persalinan.
Berdasarkan review Cochrane, peran masase dalam menurunkan rasa nyeri dalam persalinan
juga masih dipertanyakan, terutama saat dibandingkan dengan terapi umum. Walaupun sampai
sekarang belum terdapat laporan adanya efek samping pada metode terapi masase, namun
metode ini harus dilakukan oleh praktisi yang sudah berpengalaman. Metode masase yang benar
sampai sekarang belum diketahui sehingga dibutuhkan studi lanjutan.
Sentuhan pada pasien juga dapat berdampak menurunkan ketegangan saat persalinan dan juga
dapat menunjukkan rasa peduli pada pasien. Studi mengenai terapi sentuhan ini masih sangat
terbatas, namun terdapat suatu studi yang menunjukkan bahwa sentuhan yang diberikan tiap kali
pasien merasa anxietas akan membantu menurunkan anxietas dan tekanan darah.
Pergerakan Dan Posisi Maternal
Salah satu kunci dalam manajemen nyeri persalinan adalah dengan membuat pasien merasa
nyaman. Pasien sering kali bergerak, berjalan, dan mengubah posisinya untuk mencapai rasa
nyaman saat bersalin. Selain itu, posisi tertentu juga dapat memberikan keuntungan pada pasien
bersalin, seperti mempercepat persalinan dan membantu memperbaiki masalah kegawatdaruratan
persalinan. Posisi-posisi, seperti hand-to-knee dan squatting sudah dinilai dapat mempengaruhi
diameter pelvis sehingga dapat mempercepat persalinan. Namun sering kali saat pasien bersalin
sudah masuk rumah sakit, pasien akan sangat sulit bergerak karena sudah dipasang oleh alat-alat
monitor medis. [14,15]
Efikasi metode pergerakan dan posisi maternal pada kala satu dan dua sudah diteliti pada
beberapa studi. Beberapa studi menunjukkan bahwa posisi duduk dan banyak pergerakan saat
persalinan kala I memiliki skor intensitas nyeri yang lebih rendah dibanding posisi terlentang.
Menurut studi lain, posisi terlentang memberikan intensitas nyeri yang lebih tinggi pada pasien
dibandingkan dengan posisi lainnya. Selain itu, studi Cochrane juga mengatakan bahwa pasien
bersalin yang sering tegak dan banyak bergerak memiliki waktu persalinan yang lebih cepat dan
lebih jarang menjalani operasi sesar. [12,16–18]
Keuntungan juga ditemukan pada persalinan kala II, dimana bantuan pada persalinan, tindakan
epistiotomi, gangguan denyut jantung janin lebih jarang ditemukan pada pasien dengan posisi
persalinan tidak terlentang tanpa anestesi epidural. Namun, pada pasien persalinan kala II yang
menggunakan anestesi epidural tidak ditemukan adanya perbedaan efek analgesia yang diberikan
oleh pergerakan dan perubahan posisi. [19-20]
https://www.slideshare.net/yuayupratiwi/pemenuhan-kebutuhan-fisik-dan-psikologi-ibu-dan-keluarga
http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-content/uploads/2017/08/Asuhan-Kebidanan-
Persalinan-dan-BBL-Komprehensif.pdf
https://griyahusada.id/files/bahan-ajar/5.Buku%20Ajar%20Askeb%20II.pdf-old?
__cf_chl_jschl_tk__=pmd_e3a20dbdd12f0e160eb4936ca5e2af775c3b3e3c-1628830535-0-
gqNtZGzNAg2jcnBszQb6
http://perpustakaan.poltekkes-malang.ac.id/assets/file/kti/1502100018/bab_II.pdf
http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/121/jtptunimus-gdl-eniandriya-6027-2-babii.pdf