Oleh :
Puji dan Syukur Penulis Panjatkan ke Hadirat Allah SWT karena berkat
limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyusun makalah ini yang
berjudul “INFUS” tepat pada waktunya.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari
bentuk penyusunan maupun materinya. Kritik dan saran dari pembaca sangat penulis
harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya.
Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada kita sekalian.
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
BAB IV PENUTUP ........................................................................................ 9
4.1.....................................................................................................................Kesimpula
n ................................................................................................................. 9
4.2.....................................................................................................................Saran
....................................................................................................................9
iii
BAB I
PENDAHULUAN
B. Rumusan Masalah
1. Pengertian terapi cairan/infus.
2. Tujuan pemberian terapi cairan/infus.
3. Mengetahui macam-macam cairan infus.
4. Mengetahui komposisi cairan infus, indikasi, dan kapan penggunaan.
5. Mengetahui cara pemakaian infus
1
C. Tujuan
1. Memenuhi kebutuhan cairan dan elektrolit.
2. Infus pengobatan dan pemberian nutrisi
D. Manfaat
1. Dapat dijadikan sebagai sumber bacaan bagi pembaca.
2. Dapat menambah pengetahuan mengenai infus.
2
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1. PENGERTIAN
Pemberian cairan intravena merupakan pemberian cairan melalui alat intravena
untuk memenuhi kebutuhan cairan dan elektrolit, obat-obatan, pemantauan
hemodinamik,serta mempertahankan fungsi jantung dan ginjal (Schaffer, dkk, 2000).
Pasien yang mendapat cairan intravena di rumah sakit mencapai 50%
dari total seluruh pasien yang dirawat setiap tahunnya (Schaffe, dkk, 2000).
Pada kondisi tertententu, pemberian cairan intra vena diperlukan untuk
memenuhi kebutuhan cairan dan elektrolit tubuh. Langkah ini efektif untuk memenuhi
kebutuhan cairan eksternal secara langsung. Secara umum, tujuan terapi intra vena
adalah untuk memenuhi kebutuhan cairan pada klien yang tidak mampu mengkonsumsi
cairan oral secara adekuat, menambah asupan elektrolit untuk menjaga kesimbangan
elektrolit, menyediakan glukosa untuk kebutuhan energi dalam proses metabolisme,
memenuhi kebutuhan vitamin larut air, serta menjadi media untuk pemberian obat
melalui vena. Lebih khusus, terapi intra vena di berikan pada pasien yang mengalami
syok,intoksikasi berat, pasien pra dan pasca bedah, atau pasien yang membutuhkan
pengobatan tertentu(Mubarok, Wahid Iqbal dan Nurul Chayatin.2007 Hal:92-94)
Pemberian cairan infuse dapat di berikan pada pasien yang mengalami
pengeluaran cairan atau nutrisi yang berat. Pemberian cairan infuse ke dalam vena
(pembuluh darah pasien) di antaranya pada vena lengan (vena safalika basilea dan
mediana kabiti), pada tungkai (vena sakena), atau pada vena yang ada di kepala,
seperti : vena temporalis krontolis (khusus untuk anak-anak). Selain pemberian infuse
pada pasien yang mengalami pengeluaran cairan, juga dapat dilakukan pada pasien yang
mengalami syok, intoksikasi berat, pra dan pasca bedah, sebelum transfusi darah, atau
pasien yang membutuhkan pengobatan tertentu.
BAB III
3
PEMBAHASAN
3.1. INDIKASI
1. Pada seseorang dengan penyakit berat, pemberian obat melalui intravena
langsung masuk ke dalam jalur peredaran darah. Misalnya pada kasus infeksi bakteri
dalam peredaran darah (sepsis). Sehingga memberikan keuntungan lebih dibandingkan
memberikan obat oral. Namun sering terjadi, meskipun pemberian antibiotika intravena
hanya diindikasikan pada infeksi serius, rumah sakit memberikan antibiotika jenis ini
tanpa melihat derajat infeksi. Antibiotika oral (dimakan biasa melalui mulut) pada
kebanyakan pasien dirawat di RS dengan infeksi bakteri, sama efektifnya dengan
antibiotika intravena, dan lebih menguntungkan dari segi kemudahan administrasi RS,
biaya perawatan, dan lamanya perawatan.
2. Obat tersebut memiliki bioavailabilitas oral (efektivitas dalam darah jika
dimasukkan melalui mulut) yang terbatas. Atau hanya tersedia dalam sediaan intravena
(sebagai obat suntik). Misalnya antibiotika golongan aminoglikosida yang susunan
kimiawinya “polications” dan sangat polar, sehingga tidak dapat diserap melalui jalur
gastrointestinal (di usus hingga sampai masuk ke dalam darah). Maka harus dimasukkan
ke dalam pembuluh darah langsung.
3. Pasien tidak dapat minum obat karena muntah, atau memang tidak dapat
menelan obat (ada sumbatan di saluran cerna atas). Pada keadaan seperti ini, perlu
dipertimbangkan pemberian melalui jalur lain seperti rektal (anus), sublingual (di bawah
lidah), subkutan (di bawah kulit), dan intramuskular (disuntikkan di otot).
4. Kesadaran menurun dan berisiko terjadi aspirasi (tersedak-obat masuk ke
pernapasan), sehingga pemberian melalui jalur lain dipertimbangkan.
5. Kadar puncak obat dalam darah perlu segera dicapai, sehingga diberikan melalui
injeksi bolus (suntikan langsung ke pembuluh balik/vena). Peningkatan cepat
konsentrasi obat dalam darah tercapai. Misalnya pada orang yang mengalami
hipoglikemia berat dan mengancam nyawa, pada penderita diabetes mellitus. Alasan ini
juga sering digunakan untuk pemberian antibiotika melalui infus/suntikan, namun perlu
diingat bahwa banyak antibiotika memiliki bioavalaibilitas oral yang baik, dan mampu
mencapai kadar adekuat dalam darah untuk membunuh bakteri.
4
6. Klien yang mendapat terapi obat dalam dosis besar secara terus-menerus melalui
IV.
3.2.PERSIAPAN
I. Persiapan Klien
1) Cek perencanaan Keperawatan klien.
2) Klien diberi penjelasan tentang prosedur yang akan dilakukan.
3.3.PERSIAPAN PASIEN/LINGKUNGAN
1. klien diberi penjelasan tenteng hal-hal yang dilakukan saat pemasangan infuse
dengan menggunakan komunikasi yang terapeutik.jika keadaan memungkinkan.
2. pakaian klien pada daerah yang akan di pasang infuse, harus di buka (untuk
mempermudah saat pemasangan infus) dan mencari venanya.
3. identifikasi vena yang dapat di akses untuk tempat pemasangan jarum IV atau
kateter :
1) hindari daerah penonjolan tulang.
5
2) gunakan vena dibagian yang paling distal terlebih dahulu.
3) hindarkan pemasangan selang intra vena di pergelangan tangan klien, di daerah
yang mengalami peradangan, di ekstermitas yang sensasinya menurun.
4) bila pada lingkungan banyak klien, perlu dipasang sampiran.
6
o Memperhatikan adanya darah dalam kompartemen darah dalam kateter, bila ada
maka mandrin sedikit demi sedikit ditarik keluar sambil kateter dimasukan perlahan-
lahan
o Torniquet dicabut
o Menyambungkan dengan ujung selang yang telah terlebih dahulu dikeluarkan
cairannya sedikit, dan sambil dibiarkan menetes sedikit
o Memberi plester pada ujung plastik kateter / abocath tapi tidak menyentuh area
penusukan untuk fiksasi
o Membalut dengan kassa bethadine seteril dan menutupnya dengan kassa seteril
kering
o Memberi plester dengan benar dan mempertahankan keamanan kateter / abocath
agar tidak tercabut
o Mengatur tetasan infus sesuai dengan kebutuhan klien
o Untuk pemberian cairan IV, atas kecepatan aliran sampai tetesan yang tepat
permenit.
o Tuliskan tanggal dan waktu pemasangan
o Alat-alat dibereskan dan perhatikan respon klien
o cuci tangan
o Catat tindakan yang dilakukan
3.6.EVALUASI
Perhatikan kelancaran infus, dan perhatikan juga respon klien terhadap pemberian
tindakan.
3.7.DOKUMENTASI
7
Mencatat tindakan yang telah dilakukan (waktu pelaksanaan, hasil tindakan,
reaksi respon klien terhadap pemasangan infus, cairan dan tetesan yang diberikan,
nomor abocath, vena yang dipasang, dan perawat yang melakukan ) pada catatan
dokumentasi
Contoh dokumentasi :
Tgl Implementasi/tindakan keperawatan
08/08/2018 Memasang infuse (tipe cairan)
Jam 09.30 Tempat insersi (melalui IV)
Kecepatan aliran (tetesan/menit)
Respon klien setelah dilakukan
tindakan pemasangan infuse
Perhatian Perawat
Fungsi vena merupakan kontradiksi di tempat yang menunjukkan tanda infeksi,
infiltrasi/trombosis infeksi ditandai memerahan nyeri tekan, bengkak dan hangat.
8
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Pemasangan infus merupakan teknik yang mencakup penusukan vena melalui
transkutan dengan stilet tajam yang kaku seperti angiokateter atau dengan jarum yang
disambungkan.
Pemberian infus melalui vena.
Tujuan : Untuk mengembalikan kembali cairan tubuh yang hilang dan Sebagai
pengganti nutrisi.
Indikasi : kecepatan aliran infus harus di pantau tiap jam.
Kontraindikasi : Pada pasien dehidrasi berat.
4.2. Saran
Seorang ahli kesehatan atau paramedis mampu dalam melakukan tindakan
pemasangan infus secara tepat dan benar serta steril.
9
DAFTAR PUSTAKA
Hidayat, AAA. Uliyah, Musriful. 2005. Buku Saku Pratikum: Kebutuhan Dasar
Manusia. Jakarta:EGC
Potter, Patricia A. 2005. Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses dan
Praktik Edisi 1. Jakarta: EGC
Hidayat, AAA, Uliyah, Musriful. 2008. Konsep Dasar Praktik Klinik untuk
Keperawatan Edisi 2. Jakarta:Salemba Medika
10