Anda di halaman 1dari 14

SATUAN ACARA PENYULUHAN TENTANG PENYAKIT TBC

Di Susun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Komunitas

Di susun oleh Kelompok 1 :

1. Darma Andini (202201102)


2. Destaviana Yoma Haris S. (202201103)
3. Hardianti (202201106)
4. Kelvin Kurniawan (202201108)
5. I Desak Nyoman Desi (202201116)
6. Rafif Nasrulloh Nail M. (202201120)
7. Putri Nurmentari (202201112)
8. Sekar Trisnaningrum (202201115)
9. Tri Indah Sari (202201119)
10. Balqis Barikah (202201121)

UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI YOGYAKARTA


PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN ALIH JENJANG
TAHUN AKDEMIK 2020 – 2021
BAB I
PENDAHULUAN

A. Menjelaskan Pengertian Tuberculosis


Tuberkulosis (TB) adalah suatu penyakit infeksi paling sering menyerang jaringan
paru, disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. Penyakit tuberkulosis (TB) paru ini
dapat menyerang semua usia dengan kondisi klinis yang berbeda-beda atau tanpa dengan
gejala sama sekali hingga manifestasi berat. Tuberkulosis (TB) adalah penyakit menular
yang masih menjadi perhatian dunia. Sampai sekarang ini belum ada satu negara pun di
dunia yang bebas dari tuberkulosis (TB). Jumlah Angka kesakitan dan kematian yang
disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis cukup tinggi. Pada tahun 2009
sekitar 1,7 juta orang meninggal karena menderita tuberkulosis (TB) (600.000
diantaranya perempuan) sementara jumlah kasus baru tuberkulosis (TB) sebanyak 9,4 juta
(3,3 juta diantaranya perempuan). Sepertiga dari jumlah penduduk di dunia sudah tertular
dengan tuberkulosis (TB) di mana sebagian besar penderita TB terjadi pada usia produktif
15-55 tahun (Kemenkes, 2011 dalam Kenedyanti, 2017).

B. Penyebab Penyakit Tuberculosis


Dalam perspektif epidemiologi yang melihat kejadian penyakit sebagai hasil interaksi
antar tiga komponen pejamu (host), penyebab (agent), dan lingkungan (environment)
dapat ditelaah faktor risiko dari simpul-simpul tersebut. 3 Agen penyebab penyakit TB
paru disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis, penyakit ini menular langsung
melalui droplet orang yang telah terinfeksi. Salah satu faktor yang berperan dalam
penyebaran kuman tuberkulosis adalah faktor lingkungan yaitu keadaan rumah yang tidak
memenuhi syarat kesehatan meliputi ventilasi, pencahayaan, jenis lantai, jenis dinding,
kelembaban, suhu dan kepadatan hunian (Mathofani, 2019).
Kuman ini berbentuk batang, mempunyai sifat khusus yaitu tahan terhadap asam pada
pewarnaan. Oleh karena itu disebut pula sebagai Basil Tahan Asam (BTA) (kemenkes
RI,2011). Basil ini tidak berspora sehingga mudah dibasmi dengan pemanasan,sinar
matahari dan sinar ultraviolet (Nurarif dan Kusuma, 2013), tetapi dapat bertahan hidup
beberapa jam di tempat yang gelap dan lembab. Dalam jaringan tubuh kuman ini dapat
dormant, tertidur selama beberapa tahun.
Kebiasaan merokok merupakan faktor pemicu yang juga meningkatkan risiko untuk
terkena TB paru. Merokok adalah menghisap racun yang dapat merusak kesehatan
sehingga mudah terinfeksi berbagai penyakit salah satunya bakteri tuberkulosis

C. Tanda Dan Gejala Penyakit Tuberkulosis


1. Dewasa
Gejala utama yang terjadi adalah batuk terus menerus dan berdahak selama tiga
minggu atau lebih. Gejala tambahan yang sering terjadi yaitu batuk darah atau dahak
bercampur darah, sesak nafas, nyeri dada, badan lemas, keletihan, nafsu makan
menurun, berat badan menurun, rasa kurang enak badan (malaise), berkeringat
malam walaupun tanpa aktifitas fisik, demam meriang lebih dari sebulan
(Rahmaniati, 2018).
2. Anak-anak
Gejala umum TBC anak adalah sebagai berikut:
a. Berat badan turun selama tiga bulan berturut-turut tanpa sebab yang jelas atau
berat badan tidak naik tidak naik dalam satu bulan setelah diberikan upaya
perbaikan gizi yang baik.
b. Demam yang lama (≥2 minggu) dan/atau berulang tanpa sebab yang jelas (bukan
demam tifoid, infeksi saluran kemih, malaria, dan lain-lain). Demam umumnya
tidak tinggi. Keringat malam saja bukan merupakan gejala spesifik TBC pada
anak apabila tidak disertai dengan gejala-gejala sistemik/umum lain.
c. Batuk lama ≥3 minggu, batuk bersifat nonremitting (tidak pernah reda atau
intensitas semakin lama semakin parah) dan sebab lain batuk telah dapat
disingkirkan.
d. Pembesaran kelenjar limfe superfisialis yang tidak sakit,biasanya multipel, paling
sering di daerah leher, ketiak dan lipatan paha.
e. Nafsu makan tidak ada (anoreksia) atau berkurang, disertai gagal tumbuh
(failureto thrive).
f. Lesu atau malaise, anak kurang aktif bermain.
g. Diare persisten/menetap (>2minggu) yang

D. Penularan Penyakit Tuberculosis


Sumber penularan adalah penderita TBC BTA(+) yang ditularkan dari orang ke orang
oleh transmisi melalui udara. Pada waktu berbicara, batuk, bersin, tertawa atau bernyanyi,
penderita menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk droplet (percikan dahak) besar
(>100µ) dan kecil (1-5µ). Droplet yang besar menetap, sementara droplet yang kecil
tertahan diudara dan terhirup oleh individu yang rentan (Smeltzer & Bare, 2002). Droplet
yang mengandung kuman dapat bertahan di udara pada suhu kamar selama beberapa jam
dan orang dapat terinfeksi kalau droplet tersebut terhirup ke dalam saluran pernapasan.
Setelah kuman TBC masuk ke dalam tubuh manusia melalui pernapasan, kuman TBC
tersebut dapat menyebar dari paru ke bagian tubuh lainnya, melalui saluran peredaran
darah, system saluran limfe, saluran nafas, atau penyebaran langsung ke bagian-bagian
tubuh lainnya. Daya penularan dari seorang penderita ditentukan oleh banyaknya kuman
yang dikeluarkan dariparunya. Makin tinggi derajat positif hasil pemeriksaan dahak,
makin menular penderita tersebut. Kemungkinan seseorang terinfeksi TBC ditentukan
oleh tingkat penularan, lamanya pajanan/kontak dan daya tahan tubuh (Kemenkes RI,
2013).

E. Pengobatan Dari Penyakit Tuberculosis.


Pengobatan TB adalah pengobatan yang komprehensif dan berkelanjutan, setidaknya
diperlukan waktu 6 bulan dengan sedikitnya kombinasi 4 macam obat anti tuberkulosis
(OAT) yaitu isoniazid (INH), rifampisin (RIF), pyrazinamide (PZA), dan ethambutol
(EMB).OAT ini sendiri memiliki beberapa efek samping diantaranya yaitu hepatotoksik,
intoleransi saluran pencernaan, rash (2%), demam (1,2%), jaundice (0,6%), optic neuritis
dan neuritis perifer (0,2%) (Anggoro, 2015)
Obat- obat yang digunakan pada pengobatan tuberkulosis adalah obat anti
tuberkulosis (OAT) yang merupakan antibiotik. Obat anti tuberkulosis bukanlah obat
tunggal, tetapi merupakan obat kombinasi dari beberapa jenis, yaitu isoniazid, rifampisin,
pirasinamid, dan etambutol pada tahap intensif dan isoniazid, rifampisin pada tahap
lanjutan. Pada kasus tertentu diperlukan tambahan suntikan streptomisin (Rizwani,2017).
TB anak mempunyai permasalahan khusus yang berbeda dengan orang dewasa.
Pemeriksaan TB yang memerlukan sampel dahak dari sang anak masih sulit diterapkan.
Kesulitan dan keraguan dalam aspek diagnosis ini seringkali menimbulkan terjadinya
over diagnosis dan over treatment dalam penanganan TB anak (Senewe, 2002).
Kegagalan pengobatan TB, umumnya disebabkan karena pengobatan yang terlalu singkat,
tidak teratur dan obat kombinasi yang tidak tepat (Muniroh, dkk., 2013). Pengobatan TB
yang memerlukan waktu panjang, dapat menyebabkan kurangnya tingkat kepatuhan
pasien dalam minum obat, sehingga akan mempengaruhi keberhasilan terapi. Rendahnya
tingkat kepatuhan pasien, dan ketidaktepatan pemberian obat anti-tuberkulosis (OAT)
akan menyebabkan timbulnya Multi Drug Resistence (MDR), hingga terjadinya
kegagalan terapi TB (Tricahyono, 2013).

F. Pencegahan Dari Penyakit Tuberculosis.


Untuk mencegah penularan penyakit TB dengan cara penerapan Pola Hidup Bersih
dan Sehat (PHBS) yang meliputi (Pangestika,2019) :
1. Makan-makanan bergizi untuk meningkatkan daya tahan tubuh
2. Mendapatkan suntikan vaksin BCG bagi anak usia dibawah 5 tahun untuk
menghindari TB berat (Meningitis dan Miler)
3. Membuka jendela agar rumah mendapatkan sinar matahari dan udara segar
4. Menjemur alas tidur agar tidak lembab
5. Olahraga teratur
6. Tidak merokok.
Orang serumah sangat berisiko tertular TBC (Crofton, 2002). Kuman tuberculosis
dapat bertahan melayanglayang di udara dalam waktu lama dan akan mati jika dijemur
dibawah terik matahari langsung (Misnadiarly, 2006). Risiko penyebaran penyakit TBC
yang utama dimulai dirumah. Perilaku pencegahan penderita TBC perlu ditekankan agar
tidak menularkan penyakit kepada anggota keluarga yang lain. Perilaku penceagahan
dimulai dengan pemberian imunisasi BCG, diagnose dini TBC jika sudah ada gejala
batuk menahun, pengobatan paket secara teratur dan rutin, sampai selesai paket
pengobatan dan perilaku batuk, buang sputum, minum obat teratur sampai tuntas (Sabina,
2016).

G. Etika Batuk Yang Baik dan Benar


Etika batuk merupakan salah satu komponen perilaku pencegahan penularan
tuberkulosis. Etika batuk merupakan cara pencegahan penularan dengan tindakan
memalingkan kepala dan menutup mulut atau hidung dengan tisu apabila sedang bersin
atau batuk akan tetapi apabila tidak terdapat tisu maka mulut dan hidung bisa ditutup oleh
tangan atau pangkal (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2012).
Penderita tuberkuloasis harus mempunyai etika batuk yang baik dan benar karena
sumber penularan tuberkulosis adalah droplet yang dikeluarkan melalui bersin dan batuk
(Barry, Manning, Lee, Eggleton, Hampton, Kaur, & Wilson, 2011).
SATUAN ACARA PENYULUHAN
(SAP)

Pokok Bahasan : TB Paru dan Etika Batuk


Sasaran : Komunitas
Tempat : Desa kasihan 2
Tanggal Pelaksanaan : 10 Juni 2021
Waktu : 10.00 s/d selesai
A. Tujuan Instruksional Umum
Setelah mendapatkan HE tentang pencegahan TB Paru dan Etika Batuk pada
pasien dan keluarga dapat mengetahui cara pencegahan penyakit TB Paru.
B. Tujuan Instruksional khusus
Setelah mendapatkan HE tentang penyakit TB Paru pada pasien dan
keluarga dapat:
1. Menjelaskan pengertian tuberculosis
2. Menjelaskan penyebab penyakit tuberkulosis
3. Menjelaskan tanda dan gejala penyakit tuberkulosis
4. Menjelaskan bagaimana cara penularan penyakit tuberculosis
5. Menjelaskan bagaimana pengobatan dari penyakit tuberculosis.
6. Menjelaskan bagaimana cara pencegahan dari penyakit tuberculosis.
7. Menjelaskan bagaimana etika batuk yang baik dan benar
C. Materi Penyuluhan
1. Materi
Tuberculosis dan Etika batuk
2. Sub pokok pembahasan
a. Pengertian tuberculosis
b. Penyebab penyakit tuberculosis
c. Tanda dan gejala penyakit tuberculosis
d. Cara penularan penyakit tuberculosis
e. Pengobatan dari penyakit tuberculosis
f. Pencegahan dari penyakit tuberculosis.
g. Etika batuk yang baik dan benar
D. Metode
a. Ceramah
b. Diskusi dan tanya jawab
c. Dokumentasi
E. Media
Leaflet
F. Proses pelaksanaan
No Waktu Kegiatan penyuluhan Kegiatan sasaran
1 5 menit Pembukaan
1. Salam pembuka 1. Menjawab salam
2. Memperkenalkan diri 2. Memperhatikan
3. Menyebutkan materi 3. Memperhatikan
yang akan diberikan
2 25 menit Pelaksanaan Memperhatikan
1. Pengertian tuberculosis
2. Penyebab penyakit
tuberculosis
3. Tanda dan gejala
penyakit tuberculosis
4. Cara penularan
penyakit tuberculosis
5. Pengobatan dari
penyakit tuberculosis
6. Pencegahan dari
penyakit tuberculosis.
7. Etika batuk yang baik dan
benar
3 10 menit Evaluasi
1. Memberikan kesempatan 1. Bertanya dan
untuk bertanya mendengar jawaban
2. Meminta keluarga 2. Menjelaskan materi
menjelaskan tentang materi
tuberculosis dan etika
batuk
4 5 menit Terminasi
1. Mengucapkan terima 1. Memperhatikan
kasih atas perhatian yang 2. Menjawab salam
diberikan
2. Mengucapkan salam
G. Evaluasi.
Evaluasi yang dilakukan adalah :
1. Evaluasi Struktur
a. Pengorganisasian dilaksanakan sebelum pelaksanaan kegiatan.
b. Kontrak dengan keluarga
c. Pelaksanaan kegiatan dilaksanakan sesuai satuan acara penyuluhan.
2. Evaluasi Proses
Keluarga antusias dalam menyimak uraian materi penyuluhan tentang
tuberculosis dan etika batuk.
3. Evaluasi Hasil
Setelah dilakukan penyuluhan selama 45 menit sasaran mampu :
a. Keluarga mampu menjelaskan pengertian tuberculosis
b. Keluarga mampu menjelaskan penyebab penyakit tuberculosis
c. Keluarga mampu menjelaskan tanda dan gejala penyakit tuberculosis
d. Keluarga mampu menjelaskan bagaimana cara penularan penyakit
tuberculosis
e. Keluarga mampu menjelaskan bagaimana pengobatan dari penyakit
tuberculosis.
f. Keluarga mampu menjelaskan bagaimana cara pencegahan dari
penyakit tuberculosis.
g. Keluarga mampu menjelaskan bagaimana etika batuk yang baik dan
benar
DAFTAR PUSTAKA

Kenedyanti, dkk. 2017. “ Analisis Mycobacterium Tuberculosis Dan Kondisi Fisik


Rumah Dengan Kejadian Tuberkulosis Paru “.Universitas Airlangga.
https://www.ejournal.unair.ac.id/JBE/article/download/3400/3881#:~:text=Tuberkulosis
%20(TB)%20adalah%20penyakit%20infeksi,padat%20dan%20sanitasinya%20kurang
%20baik.

Mathofani, dkk. 2019. “ Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Penyakit


Tuberkulosis (TB) Paru Di Wilayah Kerja Puskesmas Serangkota Tahun 2019”. Universitas
Faletehan. https://jikm.upnvj.ac.id/index.php/home/article/download/53/45/

Rahmaniati, dkk. 2018. “SOSIALISASI PENCEGAHAN PENYAKIT TBC UNTUK


MASYARAKAT FLAMBOYANT BAWAH di KOTA PALANGKA RAYA”. Universitas
Muhammadiyah Palangkaraya. https://media.neliti.com/media/publications/258642-
sosialisasi-pencegahan-penyakit-tbc-untu-ca38b131.pdf

Anggoro, Agam. 2015. “ Potensi Daun Pepaya (Carica papaya Sp.) sebagai Obat Anti
Tuberkulosis”. Universitas Lampung.
https://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/agro/article/download/1188/pdf

Rizwani, dkk. 2017. “PENGGUNAAN OBAT ANTI TUBERKULOSIS DI PUSKESMAS


KOTA JUANG KABUPATEN BIREUEN ACEH”. Institut Kesehatan Helvetia.
http://ejournal.helvetia.ac.id/index.php/jdf/article/download/4359/182

Pradani, dkk. 2018. “Evaluasi Ketepatan Obat dan Dosis Obat Anti Tuberkulosis pada
Pasien Anak Di Instalasi Rawat Jalan RSUDDr. Moewardi Surakarta Periode 2016-2017”.
Universitas Sebelas Maret. https://jurnal.uns.ac.id/jpscr/article/download/22200/pdf_1

Pangestika, dkk. 2019. “Edukasi Pencegahan Penularan Penyakit Tb Melalui Kontak


Serumah”. Kesehatan Universitas Muhammadiyah.
https://journal.uhamka.ac.id/index.php/solma/article/download/3258/1150/
Sabina, dkk. 2016. “Pencegahan Penyakit TBC Paru Yang Utama Dimulai Dari
Dalam Rumah Penderita Gero”. https://osf.io/sqbnj/download

Ramdan, dkk. 2020. “Pengetahuan, sikap dan etika batuk pada penderita
tuberkulosis paru”. Universitas Padjadjaran. Bandung.
http://ejurnalmalahayati.ac.id/index.php/holistik/article/download/2395/pdf

Anda mungkin juga menyukai