Oleh
EMILDA S. TOBUALI
201801277
CI LAHAN CI INSTITUSI
B. Etiologi
Sumber penularan TB Paru adalah penderi TB BTA (+) pada waktu batuk dan bersin.
Penderita menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk droplet (percikan dahak).Orang dapat
terinfeksi kalau droplet tersebut terhirup kedalam saluran pernafasan. Setelah kuman tersebut
masuk kedalam tubuh melalui saluran pernafasan, kuman tuberculosis tersebut dapat menyebar
dari paru kebagian tubuh lainnya.
Tuberkulosis (TBC) disebabkan oleh sejenis bakteri yang disebut mycobacterium
tuberculosis. Penyakit ini menyebar saat penderita TB batuk atau bersin dan orang lain
menghirup droplet yang dikeluarkan yang mengandung bakteri TB. Meskipun TB
menyebar dengan cara yang sama dengan flu, penyakit ini tidak menular dengan mudah.
Seseorang harus kontak waktu dalam beberapa jam dengan orang yang terinfeksi. Misalnya,
infeksi TBC biasanya menyebar antara anggota keluarga yang tinggal di rumah yang sama. Akan
sangat tidak mungkin bagi seseorang untuk terinfeksi dengan duduk di samping orang yang
terinfeksi di buas atau kereta api. Selain itu, tidak semua orang dengan TB dapat menularkan TB.
Anak dengan TB atau orang dengan infeksi TB yang terjadi di luar paru-paru (TB
ekstrapulmoner) tidak menyebabkan infeksi (Puspasari,2019).
C. Patofisiologi
Tuberckulosis dalah penyakit menular melalaui udara yang disebabkan oleh
Mycrobacterium Tuberculosis yang menyerang tubuh terutama paru-paru. Ketika seorang
pengidap TB Paru aktif batuk, bersin, berteriak, atau meludah, orang tersebut dapat mengularkan
droplet (titik air liur terkecil) ke udara bebas. Sehingga di hirup oleh orang lain melalui hidung
atau rongga mulut lalu di bawah ke alveoli paru. Organisme kemudian berkembang biak baik
dalam waktu 2-12 minggu sampai jumlah 1.000-10.000. Jumlah tersebut akan cukup untuk
mengeluarkan respon imun yang mampu untuk dideteksi melalui reaksi.
Sistem imun tubuh berespon dengan melakukan reaksi inflamasi. Fagosit menekan banyak
bakteri, limfosit spesifik tuberculosis menghancurkan bakteri dan jaringan normal. Jika sistem
kekebalan gagal untuk menjaga basil tuberkulum dibawah kontrol, perbanyak cepat basil terjadi
kemudian yang mengarah ke perkembangan dari infeksi tuberkulosis laten ke kasus tuberkulosis.
Waktu untuk mengembangkan ke Tuberkulosis mungkin segera setelah infeksi tuberkulosis laten
atau lebih lama setelah bertahun-tahun. Kasus tuberkulosis sangat menular dan dapat
menyebarkan basil ke orang lain (Agyemen, 2017).
D. Manifestasi klinik
Menurut Nurarif & Kusuma (2015). Gejala utama pada penderita Tuberculosis
adalah:
1) Demam 40-41°C, serta ada Batuk/Batuk berdarah
2) Sesak napas dan Nyeri dada
3) Malaise, keringat malam
4) Suara khas pada perkusi dada (sonor)
5) Peningkatan sel darah putih dengan dominasi limposit
6) Berkurangnya BB 2 bulan berturut-turut tanpa sebab yang jelas atau gagal
tumbuh.
7) Demam tanpa sebab jelas, terutama jika berlanjut sampai 2 minggu.
8) Batuk kronik >3 minggu dengan atau tanpa wheeze.
9) Riwayat kontak dengan pasien TB paru. (Nurarif & Kusuma, 2015)
Gejala utama pasien TB paru adalah batuk berdahak selama 2-3 minggu atau lebih. Batuk
dapat diikuti dengan gejala tambahan yaitu dahak bercampur darah, batuk darah sesak napas,
badan lemas, nafsu makan menurun, berat badan menurun, malaise berkeringat malam hari tanpa
kegiatan fisik, demam meriang lebih dari satu bulan (Fitriani D & pratiwi R,D 2020).
E. Pemeriksaan penunjang
a. Kultur sputum
Positif untuk mycobacterium turbeculosis pada tahap aktif penyakit
b. Zichl – Nelsons
Pemakaian asam cepat pada gelas kaca untuk asupan cairan dalam darah, positif untuk
hasil asam
c. Test kulit ( PPD, Mantoux potongan volmel )
Reaksi positif ( area indurasi 10 mm / lebih besar terjadi 48- 72 jam setelah injeksi intra
dermal antigen )
d. Foto thorax
Dapat menunjukan infiltrasi lesi awal pada area paru atas, simpanan kalsium lesi sembuh
primer. Perubahan menunjukan lebih luas TB dapat termasuk rongga, area filbrosa.
e. Histologi/ kultur jaringan
Termasuk pembersihan jalan gaster , urine, cairan serebrospinal , biopsy kulit. Positif
untuk mycorbactrium tuberculosis.
f. Pemeriksaan elektorinik mungkin abnormal tergantung lokasi dan berat lukaa
g. Analisa gas darah (AGD) Mungkin abnormal tergantung lokasi, berat, dan
adanya sisa kerusakan jaringan paru
h. Pemeriksaan fungsi paru
i. Turunnya kapasitas vital, meningkatnya ruang fungsi, meningkatnya rasio residu
udara pada kapasitas total paru, dan menurunnya saturasi oksigen sebagai akibat infiltrasi
parenkim/fibrosa,hilangnya jaringa paru, dan dan kelainan pleura (akibat dari tuberculosis
kronik)
F. Penatalaksanaan TB Paru
Pengobatan Tuberkulosis bertujuan untuk menyembuhkan pasien, mencegah
kematian, mencegah kekambuhan, memutuskan rantai penularan dan mencegah terjadinya
resistensi kuman terhadap OAT (Obat anti uberkulosis). Mikobakteri merupakan kuman tahan
asam yang sifatnya berbeda dengan kuman lain karena tumbuhnya sangat lambat dan cepat
sekali timbul resistensi bila terpajan dengan satu obat. Jenis obat utama (lini 1) yang digunakan
adalah: INH, Rifampisin, Streptomisin, Etambutol. Jenis obat tambahan lainnya (lini 2):
Kanamisin, Amikasin, Kuinolon.
Pengobatan Tuberkulosis Paru pada orang dewasa dibagi dalam beberapa kategori yaitu :
1. Kategori 1
Selama 2 bulan minum obat INH, Rifampisin, Pirazinamid dan Etambutol 13 setiap hari
(tahap intensif) dan 4 bulan selanjutnya minum obat INH dan Rifampisin tiga kali dalam
seminggu (tahap lanjutan). Diberikan kepada:
1) Penderita baru Tuberkulosis Paru BTApositif.
2) Penderita Tuberkulosis Ekstra Paru (Tuberkulosis di luar paru-paru) berat.
2. Kategori 2
1) Penderita kambuh.
2) Penderita gagal terapi.
3) Penderita dengan pengobatan setelah lalai minumobat.
3. Kategori 3
Diberikan kepada penderita BTA (+) dan rontgen paru mendukung aktif.
4. Kategori 4
RHZES Diberikan pada kasus Tuberkulosis kronik
G. Komplikasi
Komplikasi menurut (Manurung S dkk 2008),yang mungkin timbul pada klien TB
paru yaitu:
a) Malnutrisi
b) Empiema
c) Efusi pleura
d) Hepatitis, ketulian dan gangguan gastrointestinal (sebagai efek samping dari
obat-obatan).
B. Diagnose keperawatan
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d ketidakmampuan untuk mengeluarkan sekresi
pada jalan nafas (D.0001)
2. Gangguan pertukaran gas b.d ketidakseimbangan ventilasi-pervusi d.d takikardia,
gelisah, (D.0003)
3. Defisit pengetahuan b.d kurang terpapar informasi, kurang mampu mengingat,
ketidaktahuan menemukan sumber informasi (D.0111)
c. Intervensi Keperawatan
- Terapeutik
1. Lakukan prinsip 7
benar
2. Siapkan peralatan
nebulizer
2 Gangguan Pertukaran Gas b.d Tujuan : SIKI
Ketidakseimbangan ventilasi- Setelah dilakukan intervensi 2x24 jam, 1. Terapi Oksigen (I.
perfusi d.d Takikardia, gelisah diharapkan gangguan pertukaran gas 01026)
(D.0003) teratasi 2. Observasi :
dengan kriteria hasil : - Monitor kecepatan
Luaran utama : pertukaran gas(L. aliran oksigen
01003) - Monitor posisi alat
terapi oksigen
no indikato Saat di target - Monitor tingkat
r kaji kecemasan akibat
1 Pola 2 5 terapi oksigen -
Monitor integritas
nafas mukosa hidung
2 takikardi 2 5 akibat pemasangan
3 Warna 3 5 oksigen
kulit Terapeutik :
- Bersihkan secret
pada mulut, hidung
dan trakea, jika perlu
- Siapkan dan atur
peralatan pemberian
oksigen
Edukasi :
- Ajarkan pasien
dan keluarga cara
menggunakan oksigen
Dirumah
Kolaborasi :
- Kolaborasi
penentuan dosis
oksigen
- Kolaborasi
penggunaan oksigen
saat aktivitas
dan/atau tidur
3 Defist pengetahuan Definisi : Setelah dilakuakan tindakan Edukasi pengetahuan
Ketiadaan atau kurangnya keperawatan 3x24 jam Observasi
informasi kognitif yang diharapkan tingkat pengetahuan 1. . Identifikasi
berkaitan dengan topic meningkat dengan kriteria hasil: kesiapan dan
tertentu 1. Perilaku sesuai anjuran kemampuan
Penyebab : meningkat merima informasi
1. Keterbatasan kognitif 2. Verbalisasi minat dalam 2. Identifikasi
2. Gangguan fungsi kognitif belajar meningkat faktor-faktor
3. Kekeliruan mengikuti 3. Kemampuan menjelaskan yang dapat
anjuran sesuai pengetahuan tentang suatu meningkatkan
4. Kurang terpapar informasi topik meningkat dan menurunkan
5. Kurang minat dalam 4. Kemampuan menggambarkan motivasi perilaku
belajar pengalaman sebelumnya yang hidup bersih dan
6. Kurang ampu mengingat sesuai topic meningkat 5. Perikau sehat
7. Ketidaktahuan menemukan sesuai pengetahuan
sumber informasi 6. Pertanyaan tentang masalah Terapeutik
Gejala dan tanda mayor yang dihadapi menurun 1. Sediakan materi
Subjektif : 7. Persepsi yang keliru terhadap dan media
1. Menanyakan masalah masalah menurun 8. Menjalani pendidikan
yang dihadapi pemeriksaan yang tidak tepat kesehatan
Objektif : menurun 2. Jadwalkan
1) Menunjukkan 9. Perilaku membai pendidikan
perilaku tidak sesuai kesehatan sesuai
anjuran kesepakatan 3.
2) Menunjukkan Berikan
persepsi yang keliru kesempatan
terhadap masalah untuk bertanya
Gejala dan tanda minor
Subjektif : - Edukasi
Objektif : 1. Jelaskan faktor
resiko yang
dapat
mempengaruhi
kesehatan
2. Ajarkan
perilaku hidup
bersih dan sehat
Ajarkan strategi yang
dapat digunakan untuk
meningkatkan perilaku
hidup bersih dan sehat.
D. Implementasi Keperawatan
E. Evaluasi Keperawatan
Komponen kelima dari proses keperawatan adalah evaluasi. Evaluasi didasarkan pada
bagaimana efektifnya tindakan keperawatan yang dilakukan oleh keluarga, perawat dan yang
lainnya. Evaluasi merupakan proses berkesinambungan yang terjadi setiap kali seorang perawat
memperbaharui rencana asuhan keperawatan (Friedman,2013).
DAFTAR PUSTAKA
Maslukhah, D., Diana, M., Toha, M., & Sulistyowati, A. (2021). ASUHAN KEPERAWATAN
KELUARGA PADA PASIEN TB PARU DENGAN MASALAH KEPERAWATAN DEFISIT
PENGETAHUAN DI DESA ARJOSARI KABUPATEN PASURUAN (Doctoral dissertation,
Politeknik Kesehatan Kerta Cendekia).
Ahdani, S. (2019). Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dewasa Penderita TB PARU dengan
Masalah Keperawatan Defisiensi Pengetahuan Tentang Program Pengobatan di Ruang Asoka
RSUD Dr. Harjono Ponorogo. Repository, (1), 8–41. https://doi.org/10.4324/9781315853178