Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN TB PARU

DIRUANGAN DAHLIA RUMAH SAKIT UNDATA PALU

Disusun untuk memenuhi tugas Keperawatan medical bedah

Oleh
EMILDA S. TOBUALI
201801277

CI LAHAN CI INSTITUSI

PROGRAM STUDI NERS


UNIVERSITAS WIDYA NUSANTARA PALU
2022
1. Konsep teoritis
A. Definisi
Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman Tuberkulosis
(Mycobacterium tuberculosis) yang ditularkan melalui udara (droplet nuclei) saat seorang pasien
Tuberkulosis batuk dan percikan ludah yang mengandung bakteri tersebut terhirup oleh orang
lain saat bernapas (Widoyono,2011).
Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksi yang menular yang disebabkan Mycobacterium
tuberculosis yang menyerang paru-paru yang secara khas ditandai oleh pembentukan granuloma
dan menimbulkan nekrosi jaringan. Penyakit ini bersifat menahun dan dapat menular dari
penderita kepada orang lain (Manurung, 2013).
Tuberkulosis adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh kuman dari kelompok
Mycobacterium yaitu Mycobacterium Tuberculosis (Kemenkes RI,2014).
Tuberkulosis penyakit yang disebabkan Mycobacterium tuberculosis. Tuberkulosis
biasanya menyerang paru, kemudian menyerang kesemua bagian tubuh. Infeksi biasanya terjadi
2-10 minggu. setelah 10 minggu, klien akan muncul manifestasi penyakit gangguan,
ketidakefektifan respons imun. Proses aktivasi dapat berkepanjangan ditandai dengan remisi
panjang ketika penyakit dicegah, hanya diikuti oleh periode aktivitas yang diperbarui (Setiyowati
et al., 2020).

B. Etiologi
Sumber penularan TB Paru adalah penderi TB BTA (+) pada waktu batuk dan bersin.
Penderita menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk droplet (percikan dahak).Orang dapat
terinfeksi kalau droplet tersebut terhirup kedalam saluran pernafasan. Setelah kuman tersebut
masuk kedalam tubuh melalui saluran pernafasan, kuman tuberculosis tersebut dapat menyebar
dari paru kebagian tubuh lainnya.
Tuberkulosis (TBC) disebabkan oleh sejenis bakteri yang disebut mycobacterium
tuberculosis. Penyakit ini menyebar saat penderita TB batuk atau bersin dan orang lain
menghirup droplet yang dikeluarkan yang mengandung bakteri TB. Meskipun TB
menyebar dengan cara yang sama dengan flu, penyakit ini tidak menular dengan mudah.
Seseorang harus kontak waktu dalam beberapa jam dengan orang yang terinfeksi. Misalnya,
infeksi TBC biasanya menyebar antara anggota keluarga yang tinggal di rumah yang sama. Akan
sangat tidak mungkin bagi seseorang untuk terinfeksi dengan duduk di samping orang yang
terinfeksi di buas atau kereta api. Selain itu, tidak semua orang dengan TB dapat menularkan TB.
Anak dengan TB atau orang dengan infeksi TB yang terjadi di luar paru-paru (TB
ekstrapulmoner) tidak menyebabkan infeksi (Puspasari,2019).
C. Patofisiologi
Tuberckulosis dalah penyakit menular melalaui udara yang disebabkan oleh
Mycrobacterium Tuberculosis yang menyerang tubuh terutama paru-paru. Ketika seorang
pengidap TB Paru aktif batuk, bersin, berteriak, atau meludah, orang tersebut dapat mengularkan
droplet (titik air liur terkecil) ke udara bebas. Sehingga di hirup oleh orang lain melalui hidung
atau rongga mulut lalu di bawah ke alveoli paru. Organisme kemudian berkembang biak baik
dalam waktu 2-12 minggu sampai jumlah 1.000-10.000. Jumlah tersebut akan cukup untuk
mengeluarkan respon imun yang mampu untuk dideteksi melalui reaksi.

Sistem imun tubuh berespon dengan melakukan reaksi inflamasi. Fagosit menekan banyak
bakteri, limfosit spesifik tuberculosis menghancurkan bakteri dan jaringan normal. Jika sistem
kekebalan gagal untuk menjaga basil tuberkulum dibawah kontrol, perbanyak cepat basil terjadi
kemudian yang mengarah ke perkembangan dari infeksi tuberkulosis laten ke kasus tuberkulosis.
Waktu untuk mengembangkan ke Tuberkulosis mungkin segera setelah infeksi tuberkulosis laten
atau lebih lama setelah bertahun-tahun. Kasus tuberkulosis sangat menular dan dapat
menyebarkan basil ke orang lain (Agyemen, 2017).

D. Manifestasi klinik
Menurut Nurarif & Kusuma (2015). Gejala utama pada penderita Tuberculosis
adalah:
1) Demam 40-41°C, serta ada Batuk/Batuk berdarah
2) Sesak napas dan Nyeri dada
3) Malaise, keringat malam
4) Suara khas pada perkusi dada (sonor)
5) Peningkatan sel darah putih dengan dominasi limposit
6) Berkurangnya BB 2 bulan berturut-turut tanpa sebab yang jelas atau gagal
tumbuh.
7) Demam tanpa sebab jelas, terutama jika berlanjut sampai 2 minggu.
8) Batuk kronik >3 minggu dengan atau tanpa wheeze.
9) Riwayat kontak dengan pasien TB paru. (Nurarif & Kusuma, 2015)
Gejala utama pasien TB paru adalah batuk berdahak selama 2-3 minggu atau lebih. Batuk
dapat diikuti dengan gejala tambahan yaitu dahak bercampur darah, batuk darah sesak napas,
badan lemas, nafsu makan menurun, berat badan menurun, malaise berkeringat malam hari tanpa
kegiatan fisik, demam meriang lebih dari satu bulan (Fitriani D & pratiwi R,D 2020).

E. Pemeriksaan penunjang
a. Kultur sputum
Positif untuk mycobacterium turbeculosis pada tahap aktif penyakit
b. Zichl – Nelsons
Pemakaian asam cepat pada gelas kaca untuk asupan cairan dalam darah, positif untuk
hasil asam
c. Test kulit ( PPD, Mantoux potongan volmel )
Reaksi positif ( area indurasi 10 mm / lebih besar terjadi 48- 72 jam setelah injeksi intra
dermal antigen )
d. Foto thorax
Dapat menunjukan infiltrasi lesi awal pada area paru atas, simpanan kalsium lesi sembuh
primer. Perubahan menunjukan lebih luas TB dapat termasuk rongga, area filbrosa.
e. Histologi/ kultur jaringan
Termasuk pembersihan jalan gaster , urine, cairan serebrospinal , biopsy kulit. Positif
untuk mycorbactrium tuberculosis.
f. Pemeriksaan elektorinik mungkin abnormal tergantung lokasi dan berat lukaa
g. Analisa gas darah (AGD) Mungkin abnormal tergantung lokasi, berat, dan
adanya sisa kerusakan jaringan paru
h. Pemeriksaan fungsi paru
i. Turunnya kapasitas vital, meningkatnya ruang fungsi, meningkatnya rasio residu
udara pada kapasitas total paru, dan menurunnya saturasi oksigen sebagai akibat infiltrasi
parenkim/fibrosa,hilangnya jaringa paru, dan dan kelainan pleura (akibat dari tuberculosis
kronik)

F. Penatalaksanaan TB Paru
Pengobatan Tuberkulosis bertujuan untuk menyembuhkan pasien, mencegah
kematian, mencegah kekambuhan, memutuskan rantai penularan dan mencegah terjadinya
resistensi kuman terhadap OAT (Obat anti uberkulosis). Mikobakteri merupakan kuman tahan
asam yang sifatnya berbeda dengan kuman lain karena tumbuhnya sangat lambat dan cepat
sekali timbul resistensi bila terpajan dengan satu obat. Jenis obat utama (lini 1) yang digunakan
adalah: INH, Rifampisin, Streptomisin, Etambutol. Jenis obat tambahan lainnya (lini 2):
Kanamisin, Amikasin, Kuinolon.
Pengobatan Tuberkulosis Paru pada orang dewasa dibagi dalam beberapa kategori yaitu :
1. Kategori 1
Selama 2 bulan minum obat INH, Rifampisin, Pirazinamid dan Etambutol 13 setiap hari
(tahap intensif) dan 4 bulan selanjutnya minum obat INH dan Rifampisin tiga kali dalam
seminggu (tahap lanjutan). Diberikan kepada:
1) Penderita baru Tuberkulosis Paru BTApositif.
2) Penderita Tuberkulosis Ekstra Paru (Tuberkulosis di luar paru-paru) berat.

2. Kategori 2
1) Penderita kambuh.
2) Penderita gagal terapi.
3) Penderita dengan pengobatan setelah lalai minumobat.

3. Kategori 3
Diberikan kepada penderita BTA (+) dan rontgen paru mendukung aktif.

4. Kategori 4
RHZES Diberikan pada kasus Tuberkulosis kronik

G. Komplikasi
Komplikasi menurut (Manurung S dkk 2008),yang mungkin timbul pada klien TB
paru yaitu:
a) Malnutrisi
b) Empiema
c) Efusi pleura
d) Hepatitis, ketulian dan gangguan gastrointestinal (sebagai efek samping dari
obat-obatan).

1. Konsep Dasar keperawatan


A. Pengkajian
Pengkajian keperawatan adalah tahap pertama dalam proses keperawatan dan merupakan
suatu proses yang sistematis dalam mengumpulkan data dari berbagai sumber data untuk
mengevaluasi dan mengidentifikasi status Kesehatan klien.
1. Identitas Klien
Pengkajian yang dilakukan pada pasien dewasa penderita TB Paru dengan masalah
keperawatan kurangnya informasi yang adekuat tentang program pengobatan (Muttaqin, 2012)
1) Jenis Kelamin
Komposisi antara laki-laki dan perempuan terhadap penyerangan infeksi virus TB Paru
hampir sama. Pada perokok aktif kasusnya lebih banyak terjadi dibanding dengan yang tidak
merokok.
2) Umur
TB Paru dapat menyerang segala usia.
3) Alamat
Lingkungan dengan penderita TB Paru yang cukup banyak dapat memicu penyebaran
infeksi dan kualitas kebersihan Alingkungan yang buruk juga dapat menjadi faktor penularan
TB Paru.
4) Pekerjaan
Penderita TB Paru sering dijumpai pada orang yang golongan ekonominya menengah
kebawah. Dan juga berhubungan dengan jenis pekerjaan yang berada di lingkungan yang
banyak terpajan polusi udara setiap harinya. Polusi udara dapat menurunkan efektivitas kerja
paru dan menurunkan sistem imunitas tubuh.
5) Keluhan Utama Keluhan yang sering muncul antara lain:
1) Demam : Subfebris, febris (40-41oC) hilang timbul.
2) Batuk : Terjadi karena adanya iritasi pada bronkus batuk ini terjadi untuk membuang /
mengeluarkan produksi radang yang dimulai dari batuk kering sampai dengan atuk purulent
(menghasilkan sputum).
3) Sesak nafas : Bila sudah lanjut dimana infiltrasi radang sampai setengah paru paru.
4) Keringat malam.
5) Nyeri dada : Jarang ditemukan, nyeri timbul bila infiltrasi radang sampai ke pleura
sehingga menimbulkan pleuritis.
6) Malaise : Ditemukan berupa anoreksia, nafsu makan menurun, berat badan menurun,
sakit kepala, nyeri otot, keringatmalam.
7) Sianosis, sesak nafas, kolaps merupakan gejala atelektasis. Bagian dada pasien tidak
bergerak pada saat bernafas dan jantung terdorong ke sisi yang sakit. Pada foto toraks, pada
sisi yang sakit nampak bayangan hitam dan diagfragma menonjolkeatas
8) Perlu ditanyakan dengan siapa pasien tinggal, karena biasanya penyakit ini muncul
bukan karena sebagai penyakit keturunan tetapi merupakan penyakit infeksimenular.
9) Riwayat Penyakit Sekarang
Riwayat penyakit sekarang meliputi keluhan atau gangguan yang sehubungan dengan
penyakit yang dirasakan saat ini. Dengan adanya sesak nafas, batuk, nyeri dada, keringat
malam, nafsu makan menurun, dan suhu badan meningkat mendorong penderita untuk
melakukan pengobatan.
10) Riwayat Kesehatan Dahulu
Keadaan atau penyakit yang pernah diderita oleh penderita yang mungkin sehubungan dengan
TB Paru antara lain ISPA efusi pleura serta TB Paru yang kembali aktif, selain itu bisa juga
karena:
a) Pernah sakit batuk yang lama dan tidak sembuh-sembuh
b) Pernah berobat tetapi tidaksembuh
c) Pernah berobat tetapi tidak teratur.
d) Riwayat kontak dengan penderita TB paru
e) Daya tahan tubuh yang menurun
f) Riwayat vaksinasi yang tidak teratur
g) Riwayat putus OAT
11) Riwayat Kesehatan Keluarga
biasanya pada keluarga pasien ditemukan ada yang menderita TB Paru. Biasanya ada
keluarga yang menderita penyakit keturunan seperti Hipertensi, Diabetes Militus, Jantung dan
lainnya.
12) Riwayat Penyakit Sebelumnya
a. Kapan pasien mendapatkan pengobatan sebelumnya dengan sakitnya.
b. Jenis, warna, dan dosis obat yang diminum.
c. Berapa lama pasien menjalani pengobatan sehubungan dengan penyakitnya.
d. Kapan pasien mendapatkan pengobatan terakhir

B. Diagnose keperawatan
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d ketidakmampuan untuk mengeluarkan sekresi
pada jalan nafas (D.0001)
2. Gangguan pertukaran gas b.d ketidakseimbangan ventilasi-pervusi d.d takikardia,
gelisah, (D.0003)
3. Defisit pengetahuan b.d kurang terpapar informasi, kurang mampu mengingat,
ketidaktahuan menemukan sumber informasi (D.0111)

c. Intervensi Keperawatan

No Standar Diagnosa Luaran Intervensi


Keperawatan (SDKI)
1 Bersihan jalan nafas Setelah dilakukan intervensi Latihan batuk efektif –
tidak efektif b.d keperawatan selama 1x24 jam Observasi
mengeluarkan sekresi pada maka bersihan jalan nafas 1. Identifikasi
jalan nafas (D.0001) meningkat, kemampuan batuk
Definisi: Ketidakmampuan dengan dengan kriteria hasil : 2. Monitor adanya
membersihkan sekret atau - Batuk efektif meningkat retensi spuntum
obstruksi jalan napas untuk - Produksi spuntum menurun 3. Monitor tanda dan
mempertahankan jalan napas - Mengi menurun gejala infeksi saluran
tetap paten. - Wheezing menurun Mekonium nafas
Penyebab menurun 4. Monitor input dan
1. Spasme jalan napas - Sianosis menurun output cairan
2. Hipersekresi alan napas - Gelisah menurun - Terapeutik
3.Disfungsi neuromuskuler - Frekuensi nafas baik - Pola 1. Atur posisi
4. Benda asing dalam jalan nafas membai semiflower atau flower
napas 2. Pasang perlak dan
5. Adanya jalan napas buatan bengkok di pangkuan
6. Sekresi yang tertahan pasien
7. Hyperplasia dinding jalan 3. Buang sekret pada
napas tempat spuntum
8. Proses infeksi - Edukasi
9. Respon alergi 1. Jelaskan tujuan dan
10.Efek agen farmakologi prosedur batuk efektif
(mis. Anastesi) 2. Anjurkan Tarik nafas
Situasiional dalam
1. Perokok aktif 3. Anjurkan mengulangi
2. Perokok pasif Tarik nafas dalam
3. Terpajan polutan Gejala 4. Anjurkan batuk
dan Tanda Mayor dengan kuat setelah
Subjektif : - Tarik nafas dalam -
Objektif : Kolaborasi
1. Batuk tidak efektif 1. Kolaborasi pemberian
2. Tidak mampu batuk mukolitik atau
3. Spuntum berlebihan ekspektoran
4. Mengi, wheezing, dan/atau 2. Pemberian obat
ronkhi kering inhalasi
5. Meconium dijalan napas - Observasi
(pada neonates) 1. Identifikasi
kemungkinan alergi obat
2. Validasi order
3. Periksa tanggal
kadaluarsa obat
4. Monitor tanda vital
5. Monitor efek
terapeutik obat
6. Monitor efek samping
obat

- Terapeutik
1. Lakukan prinsip 7
benar
2. Siapkan peralatan
nebulizer
2 Gangguan Pertukaran Gas b.d Tujuan : SIKI
Ketidakseimbangan ventilasi- Setelah dilakukan intervensi 2x24 jam, 1. Terapi Oksigen (I.
perfusi d.d Takikardia, gelisah diharapkan gangguan pertukaran gas 01026)
(D.0003) teratasi 2. Observasi :
dengan kriteria hasil : - Monitor kecepatan
Luaran utama : pertukaran gas(L. aliran oksigen
01003) - Monitor posisi alat
terapi oksigen
no indikato Saat di target - Monitor tingkat
r kaji kecemasan akibat
1 Pola 2 5 terapi oksigen -
Monitor integritas
nafas mukosa hidung
2 takikardi 2 5 akibat pemasangan
3 Warna 3 5 oksigen
kulit Terapeutik :
- Bersihkan secret
pada mulut, hidung
dan trakea, jika perlu
- Siapkan dan atur
peralatan pemberian
oksigen
Edukasi :
- Ajarkan pasien
dan keluarga cara
menggunakan oksigen
Dirumah
Kolaborasi :
- Kolaborasi
penentuan dosis
oksigen
- Kolaborasi
penggunaan oksigen
saat aktivitas
dan/atau tidur
3 Defist pengetahuan Definisi : Setelah dilakuakan tindakan Edukasi pengetahuan
Ketiadaan atau kurangnya keperawatan 3x24 jam Observasi
informasi kognitif yang diharapkan tingkat pengetahuan 1. . Identifikasi
berkaitan dengan topic meningkat dengan kriteria hasil: kesiapan dan
tertentu 1. Perilaku sesuai anjuran kemampuan
Penyebab : meningkat merima informasi
1. Keterbatasan kognitif 2. Verbalisasi minat dalam 2. Identifikasi
2. Gangguan fungsi kognitif belajar meningkat faktor-faktor
3. Kekeliruan mengikuti 3. Kemampuan menjelaskan yang dapat
anjuran sesuai pengetahuan tentang suatu meningkatkan
4. Kurang terpapar informasi topik meningkat dan menurunkan
5. Kurang minat dalam 4. Kemampuan menggambarkan motivasi perilaku
belajar pengalaman sebelumnya yang hidup bersih dan
6. Kurang ampu mengingat sesuai topic meningkat 5. Perikau sehat
7. Ketidaktahuan menemukan sesuai pengetahuan
sumber informasi 6. Pertanyaan tentang masalah Terapeutik
Gejala dan tanda mayor yang dihadapi menurun 1. Sediakan materi
Subjektif : 7. Persepsi yang keliru terhadap dan media
1. Menanyakan masalah masalah menurun 8. Menjalani pendidikan
yang dihadapi pemeriksaan yang tidak tepat kesehatan
Objektif : menurun 2. Jadwalkan
1) Menunjukkan 9. Perilaku membai pendidikan
perilaku tidak sesuai kesehatan sesuai
anjuran kesepakatan 3.
2) Menunjukkan Berikan
persepsi yang keliru kesempatan
terhadap masalah untuk bertanya
Gejala dan tanda minor
Subjektif : - Edukasi
Objektif : 1. Jelaskan faktor
resiko yang
dapat
mempengaruhi
kesehatan
2. Ajarkan
perilaku hidup
bersih dan sehat
Ajarkan strategi yang
dapat digunakan untuk
meningkatkan perilaku
hidup bersih dan sehat.

D. Implementasi Keperawatan

Implementasi keperawatan keluarga merupakan pelaksanaan dari rencana asuhan


keperawatan yang telah disusun perawat bersama keluarga. Inti pelaksanaan pemberian asuhan
keperawatan keluarga adalah perhatian. Jika perawat tidak memiliki falsafah untuk memberi
perhatian, maka tidak mungkin perawat dapat melibatkan diri bekerja dengan keluarga. Perawat
harus membangkitkan keinginan untuk bekerja sama melaksanakan tindakan keperawatan.

E. Evaluasi Keperawatan

Komponen kelima dari proses keperawatan adalah evaluasi. Evaluasi didasarkan pada
bagaimana efektifnya tindakan keperawatan yang dilakukan oleh keluarga, perawat dan yang
lainnya. Evaluasi merupakan proses berkesinambungan yang terjadi setiap kali seorang perawat
memperbaharui rencana asuhan keperawatan (Friedman,2013).

Evaluasi merupakan kegiatan yang membandingkan antara hasil implementasi dengan


kriteria dan standar yang telah ditetapkan untuk melihat keberhasilannya. Evaluasi dapat
dilaksanakan dengan dua cara yaitu evaluasi formatif dan evaluasi sumatif (Suprajitno, 2016) yaitu
dengan SOAP. Evaluasi formatif merupakan evaluasi yang dilakukan setiap selesai tindakan,
sedangkan evaluasi sumatif sumatif yaitu evaluasi yang dilakukan setelah akhir akhir tindakan
keperawatan secara paripurna.

DAFTAR PUSTAKA

Maslukhah, D., Diana, M., Toha, M., & Sulistyowati, A. (2021). ASUHAN KEPERAWATAN
KELUARGA PADA PASIEN TB PARU DENGAN MASALAH KEPERAWATAN DEFISIT
PENGETAHUAN DI DESA ARJOSARI KABUPATEN PASURUAN (Doctoral dissertation,
Politeknik Kesehatan Kerta Cendekia).

Dena Elpina, (2019). “ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN TB PARU DI


RUANG SERUNI RSUD ABDUL WAHAB SJAHRANIE SAMARINDA “

Ahdani, S. (2019). Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dewasa Penderita TB PARU dengan
Masalah Keperawatan Defisiensi Pengetahuan Tentang Program Pengobatan di Ruang Asoka
RSUD Dr. Harjono Ponorogo. Repository, (1), 8–41. https://doi.org/10.4324/9781315853178

Anda mungkin juga menyukai