OLEH :
2022
A. Konsep Dasar Teori
1. Definisi Tuberculosi Paru
Tuberkulosis (TBC) adalah penyakit akibat kuman mycobakterium tuberculosis
sistemis sehingga dapat mengenai semua organ tubuh dengan lokasi terbanyak di
paru paru yang biasanya merupakan lokasi infeksi primer (Suhaerul, 2021) .
Penyakit tubereulosis pada bayi dan anak disebut juga tuberculosis primer dan
merupakan suatu penyakit sistemik.Tubereulosis primer biasanya mulai secara
perlahan-lahan sehingga sukar ditentukan saat timbulnya gejala pertama. Kadang
terdapat keluhan demam yang tidak diketahui sebabnya dan sering disertai tanda-
tanda infeksi saluran napas bagian atas. Penyakit ini bila tidak diobati sedini
mungkin dan setepat-tepatnya dapat timbul komplikasi yang berat dan reinfeksi pada
usia dewasa (Wicaksana, 2018).
Penularan tuberkulosis yaitu pasien TB BTA (bakteri tahan asam) positif melalui
percik renik dahak yang dikeluarkan nya. TB dengan BTA negatif juga masih
memiliki kemungkinan menularkan penyakit TB meskipun dengan tingkat penularan
yang kecil (Suhaerul).
2. Etiologi
(Suhaerul, 2021) Agens infeksius utama, mycobakterium tuberkulosis adalah
batang aerobik tahan asam yang tumbuh dengan lambat dan sensitif terhadap panas
dan sinar ultra violet, dengan ukuran panjang 1-4 /um dan tebal 0,3 – 0,6/um. Yang
tergolong kuman mycobakterium tuberkulosis kompleks adalah:
a. Mycobakterium tuberculosis
1) Varian asian
2) Varian african I
3) Varian asfrican II
4) Mycobakterium bovis
Kelompok kuman mycobakterium tuberkulosis dan mycobakterial othetan Tb (mott,
atipyeal) adalah :
a. Mycobacterium cansasli
b. Mycobacterium avium
c. Mycobacterium intra celulase
d. Mycobacterium scrofulaceum
e. Mycobacterium malma cerse
f. Mycobacterium xenopi
Selain itu merokok pasif: Merokok pasif bisa berdampak pada sistem kekebalan
anak, sehingga meningkatkan risiko tertular. Pajanan pada asap rokok mengubah
fungsi sel, misalnya dengan menurunkan tingkat kejernihan zat yang dihirup dan
kerusakan kemampuan penyerapan sel dan pembuluh darah (Reuters Health, 2007).
Tinggal di alveoli
Pertahanan primer
Resiko
tidak adekuat
infeksi
Penumpukan
Sesak napas
sekret
Sianosis
Bersihan jalan napas
tidak efektif
Hipoksia
Gangguan
pertukaran gas
6. Pemeriksaan Penunjang
Pemenriksan Penunjang yang dilakukan pada pasien TB parui adalah (Suhaerul,
2021):
a. Kultur sputum : positif untuk mycobakterium pada tahap akhir penyakit.
b. Ziehl Neelsen : (pemakaian asam cepat pada gelas kaca untuk usapan cairan
darah) positif untuk basil asam cepat.
c. Test kulit : (PPD, Mantoux, potongan vollmer) ; reaksi positif (area durasi 10
mm) terjadi 48 – 72 jam setelah injeksi intra dermal. Antigen menunjukan
infeksi masa lalu dan adanya anti body tetapi tidak secara berarti menunjukan
penyakit aktif. Reaksi bermakna pada pasien yang secara klinik sakit berarti
bahwa TB aktif tidak dapat diturunkan atau infeksi disebabkan oleh
mycobacterium yang berbeda.
d. Elisa / Western Blot : dapat menyatakan adanya HIV.
e. Foto thorax ; dapat menunjukan infiltrsi lesi awal pada area paru atas, simpanan
kalsium lesi sembuh primer atau efusi cairan, perubahan menunjukan lebih luas
TB dapat masuk rongga area fibrosa.
f. Histologi atau kultur jaringan ( termasuk pembersihan gaster ; urien dan cairan
serebrospinal, biopsi kulit ) positif untuk mycobakterium tubrerkulosis.
g. Biopsi jarum pada jarinagn paru ; positif untuk granula TB ; adanya sel raksasa
menunjukan nekrosis.
h. Elektrolit, dapat tidak normal tergantung lokasi dan bertanya infeksi ;
ex ;Hyponaremia, karena retensi air tidak normal, didapat pada TB paru luas.
GDA dapat tidak normal tergantung lokasi, berat dan kerusakan sisa pada paru.
i. Pemeriksaan fungsi pada paru ; penurunan kapasitas vital, peningkatan ruang
mati, peningkatan rasio udara resido dan kapasitas paru total dan penurunan
saturasi oksigen sekunder terhadap infiltrasi parenkhim / fibrosis, kehilangan
jaringan paru dan penyakit pleural (TB paru kronis luas).
7. Penatalaksanaan
(Faiza & KUmalasari, 2018) Dalam pengobatan TB paru di bagi menjadi 2 yaitu:
a. Jangka pendek. Dengan tata cara pengobatan : setiap hari dengan jangka waktu
1 – 3 bulan.
1) Streptomisin inj 750 mg.
2) Pas 10 mg.
3) Ethambutol 1000 mg.
4) Isoniazid 400 mg.
1) INH.
2) Rifampicin.
3) Ethambutol
1. Pengkajian
a. Identitas data umum: (selain identitas klien, juga identitas orang tua, asal, kota
dan darerah, jumlah keluarga)
b. Keluhan utama: (penyebab klien sampai dibawa ke rumah sakit)
c. Riwayat kehamilan dan kelahiran
2. Diagnosa Keperawatan
c. Risiko infeksi
d. Hipertermia
3. Intervensi Keperawatan
Kolaborasi
1. Untuk memberikan
1. Kolaborasi pemberian terapi yang sesuai
dengan kebutuhan
bronkodilator, pasien
ekspektoran,
mukolitik, jika perlu.
Faiza, L., & KUmalasari, N. gita. (2018). Program Studi S1 Ilmu Keperawatan
STIKES BINA SEHAT PPNI MOJOKERTO Tahun Ajaran 2018. 201601120.
PPNI, Tim Pokja SDKI DPP. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.
PPNI, Tim Pokja SIKI DPP. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.
PPNI, Tim Pokja SLKI DPP. (2016). Standar Luaran Keperawatan Indonesia.
Suhaerul, M. (2021). laporan pendahuluan tuberculosis pada anak.
Wicaksana, A. (2018). Tuberculosis Pada anak. Https://Medium.Com/, 1–21.
https://medium.com/@arifwicaksanaa/pengertian-use-case-a7e576e1b6bf