Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN ANAK DENGAN TUBERCULOSIS PARU

DI RUANG POLI ANAK RSUD KLUNGKUNG

OLEH :

NI KADEK INDRA WAHYUNI (22089142070)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BULELENG

2022
A. Konsep Dasar Teori
1. Definisi Tuberculosi Paru
Tuberkulosis (TBC) adalah  penyakit akibat kuman mycobakterium tuberculosis
sistemis sehingga dapat mengenai semua organ tubuh dengan lokasi terbanyak di
paru paru yang biasanya merupakan lokasi infeksi primer (Suhaerul, 2021) .
Penyakit tubereulosis pada bayi dan anak disebut juga tuberculosis primer dan
merupakan suatu penyakit sistemik.Tubereulosis primer biasanya mulai secara
perlahan-lahan sehingga sukar ditentukan saat timbulnya gejala pertama. Kadang
terdapat keluhan demam yang tidak diketahui sebabnya dan sering disertai tanda-
tanda infeksi saluran napas bagian atas. Penyakit ini bila tidak diobati sedini
mungkin dan setepat-tepatnya dapat timbul komplikasi yang berat dan reinfeksi pada
usia dewasa (Wicaksana, 2018).
Penularan tuberkulosis yaitu pasien TB BTA (bakteri tahan asam) positif melalui
percik renik dahak yang dikeluarkan nya. TB dengan BTA negatif juga masih
memiliki kemungkinan menularkan penyakit TB meskipun dengan tingkat penularan
yang kecil (Suhaerul).

2. Etiologi
(Suhaerul, 2021) Agens infeksius utama, mycobakterium tuberkulosis adalah
batang aerobik tahan asam yang tumbuh dengan lambat dan sensitif terhadap panas
dan sinar ultra violet, dengan ukuran panjang 1-4 /um dan tebal 0,3 – 0,6/um. Yang
tergolong kuman mycobakterium tuberkulosis kompleks adalah:
a. Mycobakterium tuberculosis
1) Varian asian
2) Varian african I
3) Varian asfrican II
4) Mycobakterium bovis
Kelompok kuman mycobakterium tuberkulosis dan  mycobakterial othetan Tb (mott,
atipyeal) adalah :
a. Mycobacterium cansasli
b. Mycobacterium avium
c. Mycobacterium intra celulase
d. Mycobacterium scrofulaceum
e. Mycobacterium malma cerse
f. Mycobacterium xenopi
Selain itu merokok pasif: Merokok pasif bisa berdampak pada sistem kekebalan
anak, sehingga meningkatkan risiko tertular. Pajanan pada asap rokok mengubah
fungsi sel, misalnya dengan menurunkan tingkat kejernihan zat yang dihirup dan
kerusakan kemampuan penyerapan sel dan pembuluh darah (Reuters Health, 2007).

3. Tanda dan Gejala


(Faiza & Kumalasari, 2018) Gejala penyakit TBC dapat dibagi menjadi gejala umum
dan gejala khusus yang timbul sesuai dengan organ yang terlibat. Gambaran secara
klinis tidak terlalu khas terutama pada kasus baru, sehingga cukup sulit untuk
menegakkan diagnosa secara klinik.
a. Gejala sistemik/umum, antara lain sebagai berikut:
1) Demam tidak terlalu tinggi yang  berlangsung lama, biasanya dirasakan
malam hari disertai keringat malam. Kadang-kadang serangan demam
seperti influenza dan bersifat hilang timbul.
2) Penurunan nafsu makan dan berat badan.
3) Batuk-batuk selama lebih dari 3 minggu (dapat disertai dengan darah).
4) Perasaan tidak enak (malaise), lemah.
b. Gejala khusus, antara lain sebagai berikut:
1) Tergantung dari organ tubuh mana yang terkena, bila terjadi sumbatan
sebagian bronkus (saluran yang menuju ke paru-paru) akibat penekanan
kelenjar getah bening yang membesar, akan menimbulkan suara
“mengi”, suara nafas melemah yang disertai sesak.
2) Kalau ada cairan dirongga pleura (pembungkus paru-paru), dapat disertai
dengan keluhan sakit dada.
3) Bila mengenai tulang, maka akan terjadi gejala seperti infeksi tulang
yang pada suatu saat dapat membentuk saluran dan bermuara pada kulit
di atasnya, pada muara ini akan keluar cairan nanah.
4) Pada anak-anak dapat mengenai otak (lapisan pembungkus otak) dan
disebut sebagai meningitis (radang selaput otak), gejalanya adalah
demam tinggi, adanya penurunan kesadaran dan kejang-kejang.
4. Klasifikasi
Klasifikasi berdasarkan lokasi anatomi dari penyakit (Faiza & KUmalasari, 2018):
a. Tuberkulosis paru
TB yang terjadi pada parenkim (jaringan) paru. Milier TB dianggap sebagai TB
paru karena adanya lesi pada jaringan paru.
b. Tuberkulosis ekstra paru
TB yang terjadi pada organ selain paru misalnya kelenjar limfe, pleura,
abdomen, saluran kencing, kulit, selaput otak, sendi dan tulang
Klasifikasi berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya:
a. Klien baru TB: klien yang belum pernah mendapatkan pengobatan TB paru
sebelumnya atau sudah pernah menelan OAT namun kurang dari satu bulan (<
28 dosis).
b. Klien yang pernah diobati TB: klien yang sebelumnya pernah menelan OAT
selama satu bulan atau lebih (≥ 28 hari).
c. Klien berdasarkan hasil pengobatan TB terakhir, yaitu:
d. Klien kambuh: klien TB paru yang pernah dinayatakn sembuh dan saat ini
didiagnosis TB berdasarkan hasil pemeriksaan bakteriologi.
e. Klien yang diobati kembali setelah gagal: klien TB paru yang pernah diobati
dan gagal pada pengobatan terakhir.
f. Klien yang diobati kembali setelah putus berobat (lost to follow-up): klien TB
paru yang pernah diobati dan dinyatakan lost to follow-up (dikenal sebagai
pengobatan klien setelah putus berobat).
g. Lain-lain: klien TB paru yang pernah diobati tetapi hasil akhir pengobatan
sebelumnya tidak diketahui.
Klasifikasi berdasarkan hasil pemeriksaan uji kepekaan obat: Pengelompokkan
Penderita TB berdasarkan hasil uji kepekaan contoh uji dari mycobacterium
tuberculosis terhadap OAT:
a. Mono resisten (TB MR): resisten terhadap salah satu jenis OAT lini pertama
saja.
b. Poli resisten (TB PR): resisten terhadap lebih dari satu jenis OAT lini pertama
selain Isoniazid (H) dan Rifampisin (R) secara bersamaan.
c. Multidrug resisten (TB MDR): resisten terhadap Isoniazid (H) dan Rifampisin
(R) secara bersamaan.
d. Extensive drug resistan (TB XDR): TB MDR sekaligus resisten terhadap salah
satu OAT golongan fluorokuinolon dan minimal salah satu dari OAT lini kedua
jenis suntikan (Kanamisin, Kapreomisin, Amikasin).
e. Resisten Rifampisin (TB RR): resisten terhadap Rifampisin dengan atau tanpa
resistensi terhadap OAT lain yang terdeteksi.
5. Patofisiologi
Penularan tuberculosis paru terjadi karena kuman dibersinkan atau dibatukkan
keluar menjadi droplet nuclei dalam udara. Partikel infeksi ini dapat menetap dalam
udara bebas selama 1-2 jam, tergantung pada ada tidaknya sinar ultraviolet, ventilasi
yang buruk dan kelembaban. Dalam suasana lembab dan gelap kuman dapat tahan
selama berhari-hari sampai berbulan-bulan. Bila partikel infeksi ini terhisap oleh
orang sehat akan menempel pada jalan nafas atau paru-paru. Partikel dapat masuk ke
alveolar bila ukurannya kurang dari 5 mikromilimeter (Suhaerul, 2021).
Tuberculosis adalah penyakit yang dikendalikan oleh respon imunitas perantara
sel. Sel efektornya adalah makrofag sedangkan limfosit ( biasanya sel T ) adalah
imunoresponsifnya. Tipe imunitas seperti ini basanya lokal, melibatkan makrofag
yang diaktifkan ditempat infeksi oleh limposit dan limfokinnya. Raspon ini desebut
sebagai reaksi hipersensitifitas (lambat).
Basil tuberkel yang mencapai permukaan alveolus biasanya diinhalasi sebagai
unit yang terdiri dari 1-3 basil. Gumpalan basil yang besar cendrung tertahan
dihidung dan cabang bronkus dan tidak menyebabkan penyakit ( Dannenberg 1981 ).
Setelah berada diruang alveolus biasanya dibagian bawah lobus atas paru-paru atau
dibagian atas lobus bawah, basil tuberkel ini membangkitkan reaksi peradangan.
Leukosit polimorfonuklear tampak didaerah tersebut dan memfagosit bakteria
namun tidak membunuh organisme ini. Sesudah hari-hari pertama leukosit akan
digantikan oleh makrofag . Alveoli yang terserang akan mengalami konsolidasi dan
timbul gejala pneumonia akut. Pneumonia seluler akan sembuh dengan sendirinya,
sehingga tidak ada sisa atau proses akan berjalan terus dan bakteri akan terus
difagosit atau berkembang biak didalam sel. Basil juga menyebar melalui getah
bening menuju kelenjar getah bening regional. Makrofag yang mengadakan infiltrasi
menjadi lebih panjang dan sebagian bersatu sehingga membentuk sel tuberkel
epiteloid yang dikelilingi oleh limposit. Reaksi ini butuh waktu 10-20 hari.
Nekrosis pada bagian sentral menimbulkan gambangan seperti keju yang biasa
disebut nekrosis kaseosa. Daerah yang terjadi nekrosis kaseosa dan jaringan
granulasi disekitarnya yang terdiri dari sel epiteloid dan fibroblast menimbulkan
respon yang berbeda.Jaringan granulasi menjadi lebih fibrosa membentuk jaringan
parut yang akhirnya akan membentuk suatu kapsul yang mengelilingi tuberkel.
Lesi primer paru dinamakn fokus ghon dan gabungan terserangnya kelenjar
getah bening regional dan lesi primer dinamakan kompleks ghon. Respon lain yang
dapat terjadi didaerah nekrosis adalah pencairan dimana bahan cair lepas kedalam
bronkus dan menimbulkan kavitas. Materi tuberkel yang dilepaskan dari dinding
kavitas akan masuk kedalan percabangan trakeobronkhial. Proses ini dapat terulang
lagi kebagian paru lain atau terbawa kebagian laring, telinga tengah atau usus.
Kavitas yang kecil dapat menutup sekalipun tanpa pengobatan dan
meninggalkan jaringan parut fibrosa. Bila peradangan mereda lumen brokus dapat
menyempit dan tertutup oleh jaringan parut yang terdapt dekat dengan perbatasan
bronkus rongga. Bahan perkejuan dapat mengental sehingga tidak dapat mengalir
melalui saluran penghubung sehingga kavitas penuh dengan bahan perkejuan dan lesi
mirip dengan lesi kapsul yang terlepas. Keadaan ini dapat dengan tanpa gejala dalam
waktu lama atau membentuk lagi hubungan dengan brokus sehingge menjadi
peradangan aktif.
Penyakit dapat menyebar melalui getah bening atau pembuluh darah. Organisme
yang lolos dari kelenjar getah bening akan mencapai aliran darah dalam jumlah kecil,
kadang dapat menimbulkan lesi pada oragan lain. Jenis penyeban ini disebut
limfohematogen yang biasabya sembuh sendiri. Penyebaran hematogen biasanya
merupakan fenomena akut yang dapat menyebabkan tuberkulosis milier.Ini terjadi
apabila fokus nekrotik merusak pembuluh darah sehingga banyak organisme yang
masuk kedalam sistem vaskuler dan tersebar keorgan-organ lainnya.
WOC
Mycobacterium tuberculosis

Masuk traktus respiratorius

Tinggal di alveoli

Pertahanan primer
Resiko
tidak adekuat
infeksi

Kerusakan membran Reaksi inflamasi Gangguan


Respon imun
alveolar termoregulsi
Pembentukan
Gangguan Hipertermia
sputum dan sekret
respirasi

Penumpukan
Sesak napas
sekret

Sianosis
Bersihan jalan napas
tidak efektif

Hipoksia

Gangguan
pertukaran gas
6. Pemeriksaan Penunjang
Pemenriksan Penunjang yang dilakukan pada pasien TB parui adalah (Suhaerul,
2021):
a. Kultur sputum : positif untuk mycobakterium pada tahap akhir penyakit.
b. Ziehl Neelsen : (pemakaian asam cepat pada gelas kaca untuk usapan cairan
darah) positif untuk basil asam cepat.
c. Test kulit : (PPD, Mantoux, potongan vollmer) ; reaksi positif (area durasi 10
mm) terjadi 48 – 72 jam setelah injeksi intra dermal. Antigen menunjukan
infeksi masa lalu dan adanya anti body tetapi tidak secara berarti menunjukan
penyakit aktif. Reaksi bermakna pada pasien yang secara klinik sakit berarti
bahwa TB aktif tidak dapat diturunkan atau infeksi disebabkan oleh
mycobacterium yang berbeda.
d. Elisa / Western Blot : dapat menyatakan adanya HIV.
e. Foto thorax ; dapat menunjukan infiltrsi lesi awal pada area paru atas, simpanan
kalsium lesi sembuh primer atau efusi cairan, perubahan menunjukan lebih luas
TB dapat masuk rongga area fibrosa.
f. Histologi atau kultur jaringan ( termasuk pembersihan gaster ; urien dan cairan
serebrospinal, biopsi kulit ) positif untuk mycobakterium tubrerkulosis.
g. Biopsi jarum pada jarinagn paru ; positif untuk granula TB ; adanya sel raksasa
menunjukan nekrosis.
h. Elektrolit, dapat tidak normal tergantung lokasi dan bertanya infeksi ;
ex ;Hyponaremia, karena retensi air tidak normal, didapat pada TB paru luas.
GDA dapat tidak normal tergantung lokasi, berat dan kerusakan sisa pada paru.
i. Pemeriksaan fungsi pada paru ; penurunan kapasitas vital, peningkatan ruang
mati, peningkatan rasio udara resido dan kapasitas paru total dan penurunan
saturasi oksigen sekunder terhadap infiltrasi parenkhim / fibrosis, kehilangan
jaringan paru dan penyakit pleural (TB paru kronis luas).
7. Penatalaksanaan
(Faiza & KUmalasari, 2018) Dalam pengobatan TB paru di bagi menjadi 2 yaitu:
a. Jangka pendek. Dengan tata cara pengobatan : setiap hari dengan jangka waktu
1 – 3 bulan.
1) Streptomisin inj 750 mg.
2) Pas 10 mg.
3) Ethambutol 1000 mg.
4) Isoniazid 400 mg.

Kemudian dilanjutkan dengan jangka panjang, tata cara pengobatannya


adalah setiap 2 x seminggu, selama 13 – 18 bulan, tetapi setelah
perkembangan pengobatan ditemukan terapi. Therapi TB paru dapat
dilakukan dengan minum obat saja, obat yang diberikan dengan jenis :

1) INH.
2) Rifampicin.
3) Ethambutol

Dengan fase selama 2 x seminggu, dengan lama pengobatan kesembuhan


menjadi 6-9 bulan.

b. Dengan menggunakan obat program TB paru kombipack bila ditemukan dalam


pemeriksan sputum BTA ( + ) dengan kombinasi obat :
1) Rifampicin.
2) Isoniazid (INH).
3) Ethambutol.
4) Pyridoxin (B6).
B. Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

a. Identitas data umum: (selain identitas klien, juga identitas orang tua, asal, kota
dan darerah, jumlah keluarga)
b. Keluhan utama: (penyebab klien sampai dibawa ke rumah sakit)
c. Riwayat kehamilan dan kelahiran

1) Prenatal : (Kurang asupan nutrisi, terserang penyakit infeksi selama


hamil)
2) Intranatal: (Bayi terlalu lama di jalan lahir, terjepit di jalan lahir, bayi
menderita caput sesadonium, bayi menderita cepal hemat
3) Post natal: (Kurang asupan nutrisi, bayi menderita penyakit infeksi
asfiksia ikterus
d. Riwayat masa lampau
1) Penyakit yang pernah diderita (tanyakan, apakah klien pernah sakit,
natuk yang lama, dan menjolan, bisul pada leher serta tempat kelenjar
yang lainnya dan sudah diberi pengobatan antibiotik tidak sembuh-
sembuh?, tanyakan apakah pernah berobat tapi tidak sembuh?, apakah
pernah berobat tapi tidak teratur)
2) Pernah dirawat di rumah sakit
3) Obat-obat yang digunakan atau riwayat pengobatan
4) Riwayat kontak dengan penderita TB
5) Alergi
6) Daya tahan yang menurun
7) Imunisasi atau vaksinasi BCG
e. Riwayat penyakit sekarang (tanda dan gejala Klinis TBC, serta terdapat
benjolan atau bisul pada tempat-tempat kelenjar seperti: (leher, iguinal, axilla
dan sub mandibula
f. Riwayat keluarga (adakah yang menderita TB atau penyakit infeksi paru
lainnya. Biasanya keluarga ada memiliki penyakit yang sama.
g. Riwayat kesehatan lingkungan dan sosial ekonomi
1) Lingkungan tempat tinggal, lingkungan yang krang sehat (polusi,
limbah), Pemukiman yang padat, ventilasi rumah yang kurang, jumlah
anggota keluarga yang banyak, pola sosialisasi anak
2) Kondisi rumah
3) Merasa dikucilkan
4) Aspek psikososial (tidak dapat berkomunikasi dengan bebas, menarik
diri)
5) Masalah berhubungan dengan kondisi ekonomi untuk sembuh perlu
waktu yang lama dan biaya yang banyak.
h. Riwayat psikososial dan spiritual (yang mengasuh, hubungan dengan anggota
keluarga, hubungan dengan teman sebaya, pembawaan secara umum,
pelaksanaan spiritual)
i. Pofungsi kesehatan
1) Pola persepsisehat dan penatalaksanaan kesehatan
2) Keadaan umum: alergi, kebiasaan, imunisasi.pola nutrisi metabilik,
anoreksia, mual, tidak enak perut, BB turun, turgor kulit jelek, kulit
kering dan kehilangan lemah sub kutan, sulit dan sakit menelan, tugor
kulit jelek.
3) Pola eliminasi: perubaha karakterisitik feses dan urine, nyeri tekan pada
kuadran kanan atas, dan hepatomegali, nyeri tekan pada kuadran kiri,
atas dan splenomegali.
4) Pola aktivitas-latihan: sesak napas,fatique, tachicardia, aktivitas berat
timbul sesak nafas (nafas pendek)
5) Pola tidur dan istirahat: iritable, sulit tidur, berkeringat pada malam
hari.
6) Pola kognitif perseptual: kadang terdapat nyeri tekan pada nodul, limfa,
nyeri tulang umum, masalah finansial, umumnya dari keluarga tidak
mampu.
7) Pola persepsi diri: Anak tidsk percaya diri, pasif, kadang pemarah.
8) Pola peran hubungan: Anak menjadi ketergantungan terhadap orang
lain (ibu/ayah) tidak mandiri
9) Pola seksualitas/reproduksi: anak: anak biasanya lebih dekat dengan ibu
daripada ayah.
10) Pola koping: stres, menarik diri, pasif
j. Pemeriksaan fisik
1) Demam (sub fibril (40-41°C)
2) Batuk (terjadi karena adanya iritasi pada bronkus, batuk ini membuang/
mengeluarkan produksi radang, dimulai dari batuk kering sampai
purulen (menghasilkan sputum)
3) Sesak napas (terjadi bila sudah lanjut, dimana infiltrasi radang sampai
setengah paru
4) Nyeri dada (ini jarang ditemukan, nyeri timbul bila infiltrasi radang
sampai ke pleura)
5) Malaise (Ditemukan berupa anoreksia, berat badan menurun, sakit
kepala, nyeri otot dan kering di waktu malam hari pada tahap ini sulit di
ketahui. Ronchi basah, kasar dan nyaring. Hipersonor atau timpani bila
terdapat aktivitas yang cukup dan pada auskultasi memberi suara
liforik. Atropi dan retraksi interkostal pada keadaan lanjut dan fibrosis.
Bila mengenai pleura terjadi efusi pleura (perkusi memberikan suara
pekak). Pembesaran kelenjar biasanya multiple. Benjolan/ pembesaran
kelenjar pada leher (servikal, axilla, inguinal, dan sub mandibula,
kadang terjadi abses.
k. Pemeriksaan diagnostik dan pengobatan
1) Uji tuberkulin: uji tuberkulin (+) hipersensitifitas tipe lambat imunisasi
seluler infeksi
2) Foto rontgen rutin : foto pada rongga paru atas indikasi: tulang sendi,
abdomen. Rontgen paru tidak selalu khas.
3) Pemeriksaan mikrobiologis: (bakteriologis mematikan TB hasil normal
tidak menyingkirkan diagnosa TB. Hasil (+) 10-62% dengan cara lama:
cara lama radio metrik: PTK
4) Pemeriksaan darah tepi: (Tidak khas. LED dapat meninggi
5) Pemeriksaan patologik anatomik kelenjar, hepar, pleura atas indikasi
adanya kontak dengan penderita TB menambah kriteria diagnosa.
6) Lain-lain: ( Uji faal hati, bronkoskopi, bronkografi serelogi dll)
l. Pengkajian TUMBANG menggunakan KMS,KKA, DAN DDST
1) Pertumbuhan
a. Kaji BBL, BB saat kunjungan
b. BB normal
c. BB normal Mis, (6-12) umur
d. Kaji berat badan lahir dan berat badan saat kunjungan TB=64 X
77R = usia dalam tahun
e. LL dan luka saat lahir dan saat kunjungan
2) Perkembangan
a. Lahir kurang 3 bln+ belajar mengangkat kepala mengikuti dengan
mata, mengoceh
b. Usia 3-6 bulan: dudk tanpa dibantu tengkurap, berbalik sendiri,
merangkak, meraih benda, memindahkan benda dari tangan satu ke
tangan yang lain dan mengeluarkan kata-kata tanpa arti
c. Usia 8-12 bln: mengeksplorasi rumah dan sekelilingnya, menysun
2-3 kata, dapat mengatakan 2-10 kata, rasa cemburu atau bersaing
d. Usia 18-24 bln: naik turun tangga, menyusun 6 kata, menunjuk
mata dan hidung, belajar makan sendiri, menggambar garis,
memperlihatkan minar kepada anak lain, dan bermain dengan
mereka.
e. Usia 2-3 tahun: belajar melompat, memanjat buat jembatan dengan
3 kotak, menyusun kalimat dll.
f. Usia 3-4 thn: belajar sendiri berpakaian, menggambar, berbicara
dengan baik, menyebut warna dan menyayang saudara.
g. Usia 4-5 thn: melompat, menari, menggambar orang dan
menghitung.

2. Diagnosa Keperawatan

a. Bersihan jalan napas tidak efektif

b. Gangguan pertukaran gas

c. Risiko infeksi

d. Hipertermia
3. Intervensi Keperawatan

NO Diagnosa Keperawatan Kriteria Hasil (SLKI) Intervensi (SIKI) Rasional


(SDKI)
Setelah dilakukan tindakan Intervensi utama
1. Bersihan jalan napas tidak
efektif keperawatan selama …x,,, Manajemen jalan napas
Bersihan jalan napas tidak jam diharapkan masalah  Observasi
efektif teratasi Dengan kriteria hasil: 1. Untuk mengetahui
1. Monitor pola napas
Gejala dan tanda mayor: Luaran utama frekuensi,
(frekuensi,
 Batuk tidak efektif Bersihan jalan napas kedalaman, dan
kedalaman, usaha
 Tidak mampu batuk 1. Batuk efektif meningkat usaha napas pasien.
napas)
 Sputum berlebih 2. Produksi sputum 2. Untuk mengetahui
2. Monitor bunyi napas
nenurun ada atau tidaknya
 Mengi, wheezing tambahan
3. Mengi menurun suara napas
dan/atau ronkhi 3.
4. Wheezing menurun tambahan.
kering  Terapeutik
5. Frekuensi napas 1. Untuk memastikan
 Mekonium di jalan 1. Pertahankan
membaik jalan napas pasien
napas (pada kepatenan jalan napas
6. Pola napas membaik tetap paten
neonatus) dengan head-tilt dan
2. Untuk memberikan
Gejala dan tanda minor: chin-lift
rasa nyaman kepada
 Gelisah 2. Posisikan semofowler
pasien
 Sianosis atau fowler
 Bunyi napas 3. Berikan minuman 3. Agar pasien
menurun hangat bernafas menjadi
 Frekuensi napas lebih lega
berubah  Edukasi

 Pola napas berubah 1. Anjurkan asupan 1. Agar kebutuhan


cairan 2000 ml/hari, cairan pasien
jika tidak terpenuhi
kontraindikasi
2. Ajarkan teknik batuk 2. Agar pasien paham
efektif cara batuk efektif

 Kolaborasi
1. Untuk memberikan
1. Kolaborasi pemberian terapi yang sesuai
dengan kebutuhan
bronkodilator, pasien
ekspektoran,
mukolitik, jika perlu.

Gangguan pertukaran gas Setelah dilakukan tindakan Intervensi utama


2.
Gejala dan tanda mayor keperawatan selama …x,,, Pemantauan respirasi
 PCO₂ meningkat jam diharapkan masalah  Observasi
teratasi Dengan kriteria hasil: 1. Untuk mengetahui
atau menurun 1. Observasi faktor
Luaran utama faktor pencetus dan
 Takikardia pencetus dan pereda
Pertukaran gas pereda nyeri
 Bunyi napas nyeri
tambahan 1. Dispnea menurun 2. Monitor kemampuan 2. Untuk mengetahui
Gejala dan tanda minor: 2. Bunyi napas tambahan batuk efektif kemampuan batuk
 Sianosis menurun 3. monitor adanya pasien
 Diaforesis 3. Gelisah menurun produksi sputum 3. Untuk mengetahui

 Gelisah 4. Pola napas membaik produksi sputum

 Nafas cuping hidung  Terapeutik pasien


1. Atur interval waktu 1. Untuk
pemantauan sesuai meningkatkan
dengan kondisi pasien kondisi pasien
2. Dokumentasikan hasil 2. Mencatat hasil
pemantauan pemantauan untuk
hasil lebih lanjut
 Edukasi
1. Jelaskan tujuan dan 1. Agar pasien
prosedur pemantauan mengetahui tujuan
2. Informasikan hasil dan prosedur
pemantauan jika perlu pemantauan.
2. Untuk mengetahui
hasil pemantauan
Setelah dilakukan tindakan
3. Risiko infeksi Intervensi utama
keperawatan selama …x,,,
Faktor risiko  Observasi
jam diharapkan masalah
1. Monitor tanda dan 1. Untuk mengetahui
 Penyakit kronis
teratasi Dengan kriteria hasil:
 Peningkatan paparan gejala infeksi lokal apakah ada gejala
organisme patogen Luaran utama
dan sistemik infeksi atau tidak
lingkungan Risiko infeksi
1. Untuk mencegah
 Ketidak adekuatan 1. Nyeri menurun
 Terapeutik terinfeksi virus
pertahanan tubuh 2. Periode malaise menurun
1. Cuci tangan sebelum 2. Untuk menjaga agar
3. Kultur sputum membaik
dan sesudah kontak tidak terjadi
dengan pasien dan penyebaran virus.
lingkungan pasien
2. Pertahankan teknik
aseptik pada pasien
beresiko tinggi
1. Agar pasien tau
 Edukasi
tanda dan gejala
1. Jelaskan tanda dan infeksi
gejala infeksi 2. Agar tangan bersih
2. Ajarkan cara mencuci maksimal
tangan dengan benar. 3. Untuk mencegah
3. Ajarkan etika batuk virus menular dari
satu orang ke orang
 Kolaborasi
lain
1. Kolaborasi pemberian
1. Untuk mencegah
imunisasi jika perlu.
terinfeksi virus
Hipertermia Setelah dilakukan tindakan Intervensi utama
4.
Gejala dan tanda mayor: keperawatan selama …x,,, Manajemen hipertermia
 Suhu tubuh diatas jam diharapkan masalah  Observasi
teratasi Dengan kriteria hasil: 1. Untuk mengetahui
nilai normal 1. Identifikasi
Luaran utama penyebab
Gejala dan tanda minor: penyebab
Termoregulasi hipertermia
 Kulit merah hipertermia
1. Suhu tubuh membaik 2. Untuk mengetahui
 Kejang 2. Monitor suhu tubuh
2. Suhu kulit membaik suhu tubuh pada
 Takikardi 3. Monitor kadar
3. Tekanan darah membaik pasien
 Kulit terasa hangat elektrolit
3. Untuk mengetahui
keseimbangan
elektrolit pada
 Terapeutik pasien
1. Sediakan lingkungan 1. Untukn
yang diingin meningkatkan
2. Longgarkan atau kondisi pasien
lepaskan pakaian 2. Untuk meningkatkan
3. Berikan cairan oral sirkulasi udara,
4. Berikan oksigen, sehingga merasa
jika perlu lebih sejuk
3. Untuk mempercepat
proses penyembuhan
4. Agar bernafas lebih
lega
 Edukasi
1. Anjurkan tirah 1. Untuk
baring meminimalisir
resiko jatuh
 Kolaborasi
1. Kolaborasi 1. Untuk memberikan
pemberian cairan terapi yang sesuai
dan elektrolit dengan kebutuhan
intravena, jika perlu. pasein.
DAFTAR PUSTAKA

Faiza, L., & KUmalasari, N. gita. (2018). Program Studi S1 Ilmu Keperawatan
STIKES BINA SEHAT PPNI MOJOKERTO Tahun Ajaran 2018. 201601120.

PPNI, Tim Pokja SDKI DPP. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.

PPNI, Tim Pokja SIKI DPP. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.
PPNI, Tim Pokja SLKI DPP. (2016). Standar Luaran Keperawatan Indonesia.
Suhaerul, M. (2021). laporan pendahuluan tuberculosis pada anak.
Wicaksana, A. (2018). Tuberculosis Pada anak. Https://Medium.Com/, 1–21.
https://medium.com/@arifwicaksanaa/pengertian-use-case-a7e576e1b6bf

Anda mungkin juga menyukai