Disusun oleh :
20214663033
2021
BAB I
LAPORAN PENDAHULUAN
1.1 Pengertian
5. Gangguan medis yang sudah ada sebelumnya (diabetes, gagal ginjal kronis,
silikosis, dan penyimpanan gizi).
6. Individu yang tinggal di daerah perumahan yang kumuh atau sub stardar.
Pada tempat yang gelap dan lembab bekteri dapat bertahan sampai berhari-
hari bahkan berbulan-bulan. Jika droplet terhirup oleh orang lain yang sehat, maka
droplet akan masuk dan terdampar pada dinding system pernapasan. Droplet besar
akan terdampar pada saluran pernapasan bagian atas, sedangkan droplet kecil akan
masuk ke dalam alveoli di lobus manapun, tidak ada prediksi lokasi terdamparnya
droplet kecil. Pada tempat terdamparnya, basil tuberculosis akan membentuk
suatu focus infeksi primer berupa tempat pembiakan basil tuberculosis tersebut
dan tubuh penderita akan memberikan reaksi inflamasi. Setelah itu infeksi tersebut
akan menyebar melalui sirkulasi, yang pertama terangsang adalah limfokinase
yaitu akan dibentuk lebih banyak untuk merangsang makrofag, sehingga
berkurang atau tidaknya jumlah bakteri tergantung pada jumlah makrofag. Karena
fungsi dari macrofag adalah membunuh bakteri atau basil, apabila proses ini
berhasil dan macrofage lebih banyak maka klien akan sembuh dan daya tahan
tubuhnya akan meningkat. Apabila kekebalan tubuhnya menurun pada saat itu
maka bakteri tersebut akan bersarang di dalam jaringan paru-paru dengan
membentuk tuberkel (biji-biji kecil sebesar kepala jarum). Tuberkel lama-
kelamaan akan bertambah besar dan bergabung menjadi satu dan lama-lama akan
timbul perkejuan di tempat tersebut. Apabila jaringan yang nekrosis tersebut
dikeluarkan saat penderita batuk yang menyebabkan pembuluh darah pecah, maka
klien akan batuk darah (hemaptoe). (Djojodibroto, 2014).
Pada stadium awal penyakit TB paru tidak menunjukkan tanda dan gejala
yang spesifik. Namun seiring dengan perjalanan penyakit akan menambah
jaringan parunya mengalami kerusakan, sehingga dapat meingkatkan produksi
sputum yang ditunjukkan dengan seringnya klien batuk sebagai bentuk
kompensasi pengeluaran dahak. Selain itu, klien dapat merasa letih, lemah,
berkeringat pada malam hari dan mengalami penurunan berat badan yang berarti.
Secara rinci tanda dan gejala TB paru ini dapat dibagi atas dua golongan yaitu
gejala sistemik (demam dan malaise) dan gejala respiratorik (batuk, batuk darah,
sesak nafas, dan nyeri dada)
Gejala klinik Tuberkulosis paru dapat dibagi menjadi 2 golongan yaitu gejala
respiratorik dan gejala sistemik :
1) Batuk : Gejala batuk timbul paling dini dan gejala ini banyak ditemukan. Batuk
terjadi karena adanya iritasi pada bronkus. Batuk ini diperlukan untuk membuang
produk-produk radang keluar. Sifat batuk dimulai dari batuk kering (non
produktif) kemudian setelah timbul peradangan kemudian menjadi produktif
(menghasilkan sputum) ini terjadi lebih dari 3 minggu. Keadaan yang selanjutnya
adalah batuk darah (hemoptoe) karena terdapat pembuluh darah yang pecah.
2) Batuk darah: Pada saat baruk darah yang dikeluarkan yaitu dahak bervariasi,
mungkin tampak berupa garis atau bercak-bercak darah, gumpalan darah atau
darah segar dalam jumlah sangat banyak. Batuk darah terjadi karena pecahnya
pembuluh darah. Berat ringannya batuk darah tergantung dari besar kecilnya
pembuluh darah yang pecah.
3) Sesak nafas: Sesak nafas akan ditemukan pada penyakit yang sudah lanjut,
dimana infiltrasinya sudah setengah bagian dari paru-paru. Gejala ini ditemukan
apabila terjadi kerusakan parenkim paru sudah luas atau karena ada hal-hal yang
menyertai seperti efusi pleura, pneumothoraks, anemia dan lain-lain.
4) Nyeri dada: Nyeri dada pada Tuberkulosis paru termasuk nyeri pleuritic yang
ringan. Gejala nyeri dada ini timbul apabila system persarafan di pleura terkena.
1) Demam: Keadaan ini sangat dipengaruhi oleh daya tahan tubuh penderita dan
berat ringannya infeksi bakteri tuberculosis yang masuk. Demam merupakan
gejala yang sering dijumpai biasanya timbul pada sore hari dan malam hari mirip
dengan deman influenza, hilang timbul dan semakin lama semakin panjang
serangannya sedangkan masa bebas serangan semakin pendek.
2) Gejala sistemik lain: Gejala sistemik lainnya adalah keringat malam, anoreksia,
penurunan berat badan serta malaise (gejala malaise sering ditemukan berupa :
tidak nafsu makan, sakit kepala, meriang, nyeri otot, dll). Timbulnya gejala ini
biasanya berangsur-angsur dalam beberapa minggu sampai beberapa bulan, tetapi
penampilan akut dengan batuk, panas, sesak napas walaupun jarang dapat juga
timbul menyerupai gejala pneumonia (naga, S , 2012).
1.6 Klasifikasi
1.7 Komplikasi
Penyakit TB Paru bila tidak ditangani dengan benar akan menimbulkan
komplikasi, menurut Suyono (2011), komplikasi dibagi menjadi 2 yaitu:
1. Komplikasi Dini
a. Pleuritis
b. Efusi pleura
c. Empiema
d. Laringitis
e. Menjalar ke organ lain (usus)
f.Poncets arthropathy
2. Komplikasi Lanjut
a.Obstruksi jalan nafas (SOPT: Sindrom Obstruksi Pasca Tuberkulosis)
b. Kerusakan parenkim berat (SOPT/Fibrosa Paru, kor pulmonal)
c. Amiloidasis
d. Karsinoma Paru
e. Sindrom gagal nafas dewasa (ARDS)
1.8 Faktor-faktor yang mempengaruhi Penyakit Tuberkulosis Paru
Kondisi social ekonomi, status gizi, umur, jenis kelamin dan faktor toksis
pada manusia merupakan faktor penting dari penyebab penyakit tuberculosis yaitu
sebagai berikut (Naga, 2014) :
c. Status gizi: Kekurangan kalori, protein, vitamin, zat besi, dan lain-lain
(malnutrisi), akan mempengaruhi daya tahan tubuh seseorang, sehingga rentan
terhadap berbagai penyakit termasuk tertular penyakit tuberculosis paru.
d. Umur: Penyakit tuberculosis paru ditemukan pada usia muda atau usia
produktif, dewasa, maupun lansia karena pada usia produuktif orang yang
melakukan kegiatan aktif tanpa menjaga kesehatan berisiko lebih mudah terserang
tuberkulosis. Dewasa ini, dengan terjadinya transisi demografi akan menyebabkan
usia harapan hidup lansia menjadi lebih tinggi. Pada usia lanjut atau lebih dari 55
tahun, system imunologis seseorang menurun, sehingga sangat rentan terhadap
berbagai penyakit termasuk penularan penyakit tuberculosis.
e. Jenis kelamin: Menurut WHO penyakit tuberculosis lebih banyak di derita oleh
laki-laki, hal ini dikarenakan laki-laki lebih banyak merokok dan minum alcohol
yang dapat menurunkan system pertahanan tubuh, sehingga wajar jika perokok
dan peminum beralkohol sering disebut agen dari penyakit tuberculosis paru.
1.9 Penatalaksanaan
a. Farmakologi
2) Rifampisin adalah sebuah golongan obat antibiotic yang banyak dipakai untuk
menanggulangi infeksi Mycobacterium tuberculosis.
1) Tahap intensif (2-3 bulan awal) penderita mendapatkan obat setiap hari dan
diawasi langsung unutuk mencegah terjadinya kekebalan terhadap semua OAT,
terutama rifampisin. Bila pengobatan tahap intensif tersebut diberikan secara
tepat, biasanya penderita yang menularkan penyakit menjadi tidak menularkan
penyakit dalam kurun waktu 2 minggu.
2) Tahap lanjutan (4-7 bulan) penderita mendapatkan jenis obat lebih sedikit
namun dalam jangka waktu yang lebih lama. Tahap lanjutan ini penting untuk
membunuh bakteri persisten (dormant) sehingga dapat mencegah terjadinya
kekambuhan.
b. Terapi non-farmakologis
3) Konseling kepada pasien untuk melakukan kontrol rutin jika ada keluhan dan
mengambil obat di Puskesmas jika obatnya habis
5) Konseling kepada pasien untuk makan makanan yang bergizi berupa tinggi
kalori dan tinggi protein
6) Konseling kepada pasien efek samping obat yang timbul seperti buang air kecil
akan berwarna merah yang menandakan itu bukanlah darah hanya menandakan
reaksi obat. Selain itu juga bisa timbul gatal-gatal dan kepala terasa pusing. Hal
ini dilakukan agar pasien tetap minum obatnya dan tidak berhenti minum obat
6) Deteksi dini kuman TB pada keluarga yang tinggal serumah dengan pasien.
1) Titik refleksi paru-paru ditemukan pada telapak kaki 3 jari di bawah jari kaki,
di sela-sela antara jari tengah dan jari manis
2) Titik refleksi paru-paru ditemukan pada telapak kaki 2 jari di bawah jari-jari
kaki, di sela-sela antara ibu jari dan jari telunjuk
3) Titik refleksi tenggorokkan pada punggung kaki di antara sela-sela ibu jari dan
jari telujuk
5) Titik refleksi untuk meredakan batuk yang berada di telapak tangan bagian 2
jari dibawah ibu jari
6) Titik refleksi untuk meredakan batuk pada dibawah tulang tengkorak kepala,
tulang tengah punggung leher kiri dan kanan, dan di sebelah tulang belikat atas
sebelah kanan dan kiri.
b. Tes tuberculin : Mantoux test reaksi positif (area indurasi 10-15 mm terjadi
dalam 48-72 jam).
c. Foto thorax : infiltrasi lesi awal pada area paru atas. Pada tahap ini tampak
gambaran bercak-bercak-bercak seperti awan dengan batas tidak jelas.Dapat
kavitasi bayangan, berupa cincin. Pada klasifikasi tampak bayangan bercak-
bercak padat dengan densitas tinggi.
3. Masa remaja akhir: ditandai dengan ciri-ciri: Aspek psikis dan fisiknya mulai
stabil, meningkatnya berfikir realistis, memiliki sikap pandang yang sudah baik,
lebih matang dalam cara menghadapi masalah, ketenangan emosional bertambah,
lebih mampu menguasai perasaan, sudah terbentuk identitas seksual yang tidak
akan berubah lagi.
Masa remaja di bagi menjadi dua Remaja awal : 13-16 tahun Remaja akhir : 16-
bagian 18 tahun
Ciri-ciri masa remaja 1. Periode yang penting
2. Periode peralihan
3. Periode perubahan
4.Usia bermasalah
5.Masa mencari identitas
6.Usia yang menimbulkan ketakutan
7. Masa yang tidak realistik
8. Ambang masa dewasa
Perubahan sosial yang penting 1. Meningkatnya pengaruh kelompok sebaya
dalam masa remaja 2. Pola perilaku yang lebih matang
3. Pengelompokan sosial baru dan nilai-nilai
baru dalam pemilihan teman dan pemimpin
4. Dukungan sosial.
Minat yang paling penting dan 1. Minat rekreasi
paling universal remaja masa kini 2.Minat pribadi dan sosial
3.Minat pada pendidikan
4.Minat pada pekerjaan
5. Minat agama
6. Minat pada simbol status
Berdasarkan Perkembangannya Remaja dikelompokan menjadi :
2. Perkembangan atau perubahan kognitif yang terjadi selama masa transisi dari
masa kanak-kanak ke masa remaja adalah peningkatan dalam berpikir abstrak,
idealis, dan logis. Ketika mereka melakukan transisi tersebut, remaja mulai
berpikir secara lebih egosentris, sering merasa bahwa mereka berada di panggung,
unik, dan tidak terkalahkan. Dalam menanggapi perubahan tersebut, orang tua
memberikan lebih banyak tanggung jawab untuk pengambilan keputusan yang
dilakukan oleh para remaja.
Keluar dari
Dibersihkan oleh Menetap dijaringan
tracheobionchial
Makrofag paru
bersama sekret
Terjadi proses
Sembuh tanpa peradangan
pengobatan
Mempengaruhi hipothalamus
Sarang primer/
Mempengaruhi sel point afek primer
Hipertermi
Menyebar ke organ lain (paru Sembuh sendiri tanpa Sembuh dengan bekas
lain, saluran pencernaan, pengobatan fibrosis
tulang) melalui media
(bronchogen, percontinuitum,
hematogen, limfogen)
Kerusakan membran
Berkembang menghancurkan Pembentukan tuberkel alveolar
jaringan ikat sekitar
Mual, muntah
Resiko Infeksi
Peningkatan penggunaan
energi metabolik
Defisit Nutrisi
ASUHAN KEPERAWATAN
a. Pengkajian
1) Identitas klien
2) Keluhan Utama
Pada umumnya keluhan utama pada kasus TB Paru adalah batuk, batuk
berdarah, sesak napas, nyeri dada bisa juga di sertai dengan demam. Batuk terjadi
karena adanya iritasi pada bronkus, sebagai reaksi tubuh untuk
membuang/mengeluarkan produksi radang, dimulai dari batuk kering sampai
dengan batuk purulen (menghasilkan sputum) timbul dalam jangka waktu lama
yaitu selama tiga minggu atau lebih.
8) Factor pendukung
Riwayat lingkungan.
Pola hidup : nutrisi, kebiasaan merokok, minum alcohol, pola istirahat dan
tidur, kebersihan diri.
Tingkat pengetahuan atau pendidikan pasien dan keluarga tentang penyakit
TBC, pencegahan, pengobatan dan perawatannya.
Aktivitas/istirahat : kelelahan umum, kelemahan, napas pendek karena kerja,
kesulitan tidur atau demam malam hari. Tandanya yaitu : takikardia,
takipnea/dispnea pada kerja, kelelahan otot, nyeri dan sesak.
Nyeri dan keamanan : nyeri dada meningkat karena pernafasan, batuk berulang.
Tandanya yaitu : berhati-hati pada area yang sakit, perilaku distraksi dan gelisah.
9) Riwayat Psikososial
Diagnosa Keperawatan
1. Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit ditandai dengan proses
infeksi tuberculosis
2. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan hipersekresi jalan
nafas ditandai dengan infeksi saluran nafas
3. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran
alveolus-kapiler ditandai dengan tuberculosis paru
4. Defisit nutrisi berhubungan dengan peningkatan kebutuhan metabolisme
ditandai dengan infeksi
Intervensi
DAFTAR PUSTAKA
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2018). Standart Diagnosis Keperawatan Indonesia.
Jakarta: DPP PPNI
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standart Internvensi Keperawatan Indonesia.
Jakarta: DPP PPNI
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2018). Standart Luaran Keperawatan Indonesia.
Jakarta: DPP PPNI
Smeltzer, S.C. & Bare, B.G. (2016). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.
Brunner & Suddarth, edisi 8. Jakarta : EGC
Zettira, Z., & Sari, M. I. (2017). Penatalaksanaan Kasus Baru TB Paru dengan
Pendekatan Kedokteran Keluarga. Medula: Jurnal Profesi Kedokteran
Universitas Lampung.