ASUHAN KEPERAWATAN
4.1 WOC
a. Sesak napas : Pada fraktur costa terjadi pendorongan ujung-ujung fraktur masuk ke
rongga pleura sehingga mengakibatkan terjadinya kerusakan struktur dan jaringan pada
rongga dada lalu dapat terjadi pneumothoraks dan hemothoraks yang akan menyebabkan
gangguan ventilasi sehingga menyebabkan terjadinya sesak napas.
b. Tanda-tanda insuffisiensi pernapasan: Sianosis, takipnea : Pada fraktur costa terjadi
gangguan pernapasan yang disertai meningkatnya penimbunan CO2 dalam darah
(hiperkapnia) yang bermanifestasi menjadi sianosis.
c. Nyeri tekan pada dinding dada : Pada fraktur costa terjadi pendorongan ujung-ujung
fraktur masuk ke rongga pleura sehingga mengakibatkan terjadinya kerusakan struktur
dan jaringan pada rongga dada dan terjadi stimulasi pada saraf sehingga menyebabkan
terjadinya nyeri tekan pada dinding dada.
d. Kadang akan tampak ketakutan dan kecemasan : Rasa takut dan cemas yang dialami pada
pasien fraktur costa diakibatkan karena saat bernapas akan bertambah nyeri pada dada.
e. Adanya gerakan paradoksal
f. Kadang akan tampak ketakutan dan cemas, karena saat bernafas bertambah nyeri
g. Korban bernafas dengan cepat, dangkal dan tersendat. Hal ini sebagai usaha untuk
membatasi gerakan dan mengurangi rasa nyeri.
h. Nyeri tajam pada daerah fraktur yang bertambah ketika bernafas dan batuk
i. Mungkin terjadi luka terbuka diatas fraktur, dan dari luka ini dapat terdengar suara udara
yang “dihisap” masuk ke dalam rongga dada.
j. Gejala-gejala perdarahan dalam dan syok.
a. Rontgen standar
Rontgen thorax anteroposterior dan lateral dapat membantu diagnosis hematothoraks dan
pneumothoraks ataupun contusio pulmonum, mengetahui jenis dan letak fraktur costae.
Foto oblique membantu diagnosis fraktur multiple pada orang dewasa. Pemeriksaan
Rontgen toraks harus dilakukan untuk menyingkirkan cedera toraks lain, namun tidak perlu
untuk identifikasi fraktur iga.
b. EKG
c. Monitor laju nafas, analisis gas darah
d. Pulse oksimetri
4.4 Penatalaksanaan
Management:
1. Penekanan langsung pada sumber perdarahan eksternal
2. Pasang kateter IV 2 jalur ukuran besar sekaligus mengambil sampel darah untuk
pemeriksaan rutin, kimia darah, golongan darah dan cross-match serta Analisis Gas
Darah (BGA).
3. Beri cairan kristaloid 1-2 liter yang sudah dihangatkan dengan tetesan cepat
4. Transfusi darah jika perdarahan masif dan tidak ada respon os terhadap pemberian
cairan awal.
5. Pemasangan kateter urin untuk monitoring indeks perfusi jaringan.
d. Disability
1. Menilai tingkat kesadaran memakai GCS
2. Nilai pupil : besarnya, isokor atau tidak, refleks cahaya dan awasi tanda-tanda
lateralisasi.
e. Exposure/environment
1. Buka pakaian penderita
2. Cegah hipotermia : beri selimut hangat dan temapatkan pada ruangan yang cukup
hangat.
Tambahan primary survey
1. Pasang monitor EKG
2. Kateter urin dan lambung
3. Monitor laju nafas, analisis gas darah
4. Pulse oksimetri
5. Pemeriksaan rontgen standar
6. Lab darah
Resusitasi fungsi vital dan re-evaluasi
1. Penilaian respon penderita terhadap pemberian cairan awal
2. Nilai perfusi organ (nadi, warna kulit, kesadaran, dan produksi urin) serta awasi
tanda-tanda syok.
Secondary survey
1. Anamnesis à AMPLE dan mekanisme trauma
2. Pemeriksaan fisik
a) Kepala dan maksilofasial
b)Vertebra servikal dan leher
c) Thorax
d) Abdomen
e) Perineum
f) Musculoskeletal
g) Neurologis
h) Reevaluasi penderita
f. Rujuk
1. Pasien dirujuk apabila rumah sakit tidak mampu menangani pasien karena keterbatasan
SDM maupun fasilitas serta keadaan pasien yang masih memungkinkan untuk dirujuk.
2. Tentukan indikasi rujukan, prosedur rujukan, dan kebutuhan penderita selama
perjalanan serta komunikasikan dnegan dokter pada pusat rujukan yang dituju.
4.5 Pengkajian
a. Pengumpulan Data
1) Anamnesa
a) Identitas Klien
Meliputi nama, jenis kelamin, umur, alamat, agama, bahasa yang dipakai,
status perkawinan, pendidikan, pekerjaan, asuransi, golongan darah, no. register,
tanggal MRS, diagnosa medis.
b) Keluhan Utama
Pada umumnya keluhan utama pada kasus fraktur adalah rasa nyeri. Nyeri
tersebut bisa akut atau kronik tergantung dan lamanya serangan. Untuk
memperoleh pengkajian yang lengkap tentang rasa nyeri klien digunakan :
(1) Provoking Incident: apakah ada peristiwa yang menjadi faktor
presipitasi nyeri.
(2) Quality of Pain: seperti apa rasa nyeri yang dirasakan atau
digambarkan klien. Apakah seperti terbakar, berdenyut, atau menusuk.
(3) Region : radiation, relief: apakah rasa sakit bisa reda, apakah rasa sakit
menjalar atau menyebar, dan dimana rasa sakit terjadi.
(4) Severity (Scale) of Pain: seberapa jauh rasa nyeri yang dirasakan klien,
bisa berdasarkan skala nyeri atau klien menerangkan seberapa jauh rasa
sakit mempengaruhi kemampuan fungsinya.
(5) Time: berapa lama nyeri berlangsung, kapan, apakah
bertambah buruk pada malam hari atau siang hari.
2. Secara sistemik
a) Sistem integumen
Terdapat eritema, suhu disekitar daerah trauma meningkat, bengkak, edema,
nyeri tekan.
b) Kepala
Tidak ada gangguan yaitu normo cephalik simetris, tidak ada penonjolan,
tidak ada nyeri kepala.
c) Leher
Tidak ada gangguan yaitu simetris, tidak ada penonjolan, reflek menelan ada
d) Muka
Wajah terlihat menahan sakit, tidak ada perubahan fungsi maupun bentuk.
Tidak ada lesi, simetris, tak edema
e) Mata
Tidak ada gangguan seperti konjungtiva tidak anemis
f) Abdomen
Inspeksi : Bentuk datar, simetris, tidak ada hernia
Palpasi : Turgor baik, tidak ada defands muskuler hepar tidak teraba
Perkusi : Suara thympani, ada pantulan gelombang cairan
Auskultasi : Kaji bising usus
g) Sistem muskuloskeletal
Tidak dapat digerakkan secara bebas dan terdapat jahitan, darah merembes atau
tidak.
4.8 Intervensi
No. Diagnosa Tujuan & Kriteria Intervensi Rasional
Keperawatan Hasil
1. Nyeri akut setelah dilakukan Observasi Observasi
berhubungan intervensi selama 1. Identifikasi skala 1.
dengan agen 2x24 jam maka nyeri Mengidentifikasikan
pencedera tingkat nyeri 2. Identifikasi skalannyeri
fisiologis (mis. menurun dengan faktor yang 2. Mengidentifikasi
Inflamasi, kriteria hasil : memperberat dan apa yang
iskemia, 1. Keluhan memperingan memperberat dan
neoplasma) nyeri nyeri memperingan nyeri
ditanda dengan menurun 3. Identifikasi 3. Mengidentifikasi
mengeluh nyeri 2. Anoreksia pengaruh nyeri pengaruh nyeri pada
dan tekanan menurun pada kualitas kehidupannya.
darah meningkat 3. Muntah hidup Terapeutik
menurun Terapeutik 1. Memberikan
4. Tekanan 1. Berikan teknik tehnik
darah nonfarmakologis nonfarmakologis
membaik untuk untuk mengurangi
mengurangi rasa rasa nyeri, seperti
nyeri (mis, memberikan terapi
TENS, hipnosis, musik,
akupresur, terapi pijat,aromaterapi
musik, dan kompres
biofeedback, hangat/dingin.
terapi pijat, 2.memberikan
aromaterapi, fasilitas istrahat dan
teknik imajinasi tidur yang nyaman.
terbimbing, Edukasi
kompres 1. Menjelaskan apa
hangat/dingin, penyebab dan
terapi bermain) pemicu dari nyeri
2. Fasilitasi istirahat 2. Memberitahukan
dan tidur penggunaan
Edukasi analgesik yang
1. Jelaskan teratur dnan tepat
penyebab, 3. Mengajarkan
periode, dan tehnik
pemicu nyeri nonfarmakologis
2. Anjurkan untuk mengurangi
menggunakan rasa nyeri .
analgesik secara Kolaborasi
tepat 1. Memberiknan
3. Ajarkan teknik kolaborasi
nonfarmakologis pemberian analgesik
untuk jika diperlukan.
mengurangi rasa
nyeri
Kolaborasi
1. Kolaborasi
pemberian
analgesik, jika
perlu
2. Gangguan pola Setelah dilakukan Observasi Observasi
tidur intervensi selama 1. Identifikasi pola 1.
berhubungan 2x24 jam maka aktivitas dan Mengidentifikasikan
dengan kurang pola tidur tidur pola aktivitas dan
kontrol tidur membaik dengan 2. Identifikasi tidur
ditandai dengan kriteria hasil : faktor 2.menanyakan apa
mengeluh sulit 1. Keluhan sulit pengganggu faktor yang
tidur, mengeluh tidur mengganggu
pola tidur meningkat tidur tidurnya
berubah, 2. Keluhan tidak 3. Identifikasi 3. Mengidentifikasi
mengeluh tidak puas tidur makanan dan makan dan minum
puas tidur, dan meningkat minuman yang yang mengganggu
mengeluh 3. Kemampuan mengganggu tidur
kemampuan beraktivitas tidur Terapeutik
beraktivitas menurun 1. Memberitahukan
menurun 4. Keluhan pola Terapeutik lingkungan tidur
tidur berubah 1. Modifikasi yang senyaman
meningkat lingkungan mungkin, jika perlu
(mis, 2. Memfasilitasi
pencahayaan, menghilangkan stres
kebisingan, sebelum tidur
suhu, matras, 3. Membuatkan
dan tempat jadwal rutin untuk
tidur) batasi tidur .
watu tidur Edukasi
siang, jika perlu 1. Menjelaskan
2. Fasilitasi pentingnya tidur
menghilangkan yang cukup saat
stres sebelum skakit
tidur 2. Memberitahukan
3. Tetapkan menepati kebisan
jadwal tidur wkatu tidurnya
rutin 3. Menganjurkan
Edukasi makan dnan minum
1. Jelaskan yang mengganggu
pentingnya tidurnya.
tidur cukup
selama sakit
2. Anjurkan
menepati
kebiasaan
waktu tidur
3. Anjurkan
makanan atau
minuman yang
mengganggu
tidur
3. Resiko infeksi Setelah dilakukan Observasi Observasi
dibuktikan intervensi selama 1. Monitor tanda 1. Memonitor tanda
dengan penyakit 2x24 jam maka dan gejala dnan gejala infeksi
kronis, efek tingkat infeksi infeksi lokal lokal dan iskemik
prosedur invasif menurun dengan dan sistemik Terapeutik
kriteria hasil : 1. Membatasi
Terapeutik jumlah pengunjung
1. Nyeri meurun 1. Batasi jumlah 2. Memberikan
2. Kebersihan pengunjung perawatan kulit
badan 2. Berikan pada areaa yg luka
meningkat perawatan klit 3. Memberitahukan
3. Kultur darah pada area untuk mencuci
membaik edema tangan sebelum
3. Cuci tangan dnan sesudah
sebelum dan kontak dengan
sesudah kontak pasien.
dengan pasien Edukasi
dan lingkungan 1. Menjelaskan
pasien tanda dan gejala
infeksi
Edukasi 2. Mengajarkan cara
1. Jelaskan tanda mencuci tangan
dan gejala dengan benar
infeksi 3. Mengajarkan cara
2. Ajarkan cara batuk yang baik
cuci tangan dnan benar
dengan benar 4. Memberitahukan
3. Ajarkan teknik untuk meningkatkan
batuk asukan nutrisinya
4. Anjurkan Kolaborasi
meningkatkan 1. Memberikan
asupan nutrisi kolaborasi
Kolaborasi imunisasi, jika
1. Kolaborasi diperlukan.
pemberian
imunisasi, jika
perlu
4. Gangguan Setelah dilakukan Observasi Observasi
mobilitas fisik intervensi selama 1. Identifikasi 1. Menanyakan
berhubungan 2x24 jam maka adanya nyeri adnanya nyeri dan
dengan mobilitas fisik dan keluhan keluhan fisik
kerusakan meningkat dengan fisik lainnya lainnya
integritas kriteria hasil : 2. Identifikasi 2.mengidentifikasi
struktur tulang 1. Kekuatan otot toleransi fisik toleransi fisik
ditandai dengan meningkat melakukan melakukan
mengeluh sulit 2. Rentang pergerakan pergerakan
menggerakkan gerak (ROM) Terapeutik
ekstremitas, meningkat Terapeutik 1.;memberikan
kekuatan otot 3. Nyeri 1. Fasilitasi fasilitas aktivitas
menurun, nyeri menurun aktivitas mobilisasi dengan
saat bergerak 4. Kaku sendi mobilisasi alat bantu tempat
menurun dengan alat tidur
bantu (mis, 2. Memberikan
pagar tempat
fasilitas untuk
tidur) melakukan
2. Fasilitasi pergerakan ,jika
melakukan diperlukan
pergerakan, jikaEdukasi
perlu 1. Menjelaskan
tujuan dari prosedur
Edukasi mobilisasi
1. Jelaskan tujuan 2. Menganjurkan
dan prosedur untuk melakukan
mobilisasi mobilisasi dini.
2. Anjurkan
melakukan
mobilisasi dini