Bila membicarakan mengenai masalah trauma, maka ada banyak sekali guideline yang
dipakai. Salah satu guideline yang sudah diterapkan oleh banyak senter adalah Advanced
Trauma Life Support (ATLS) dari American College of Surgeon yang mulai ada sejak tahun
1980. Selama kurun waktu itu ATLS telah mengalami beberapa perubahan dan saat ini sudah
menerbitkan guideline edisi ke-8. Mengenai ATLS, akan dibahas secara singkat dan untuk
mengetahui lebih dalam, para peserta dapat mengikuti kursus ATLS yang diselenggarakan
senter terdekat. Guideline ATLS dalam penanganan trauma dapat dikenal dengan initial
assessment untuk menilai kondisi kedaruratan secara cepat. Initial assessment terdiri dari
beberapa tahapan utama sebagaimana akan dijelaskan secara singkat berikut ini.
1. Primary Survey
Primary survey merupakan langkah awal untuk mengidentifikasi secara cepat masalah
yang timbul pada kasus trauma. Kelima hal dalam primary survey diterangkan menurut
urutan prioritas namun dalam prakteknya di lapangan dikerjakan secara simultan.
Primary survey meliputi (Ali et al., 1997; Legome, 2016; Offner, 2017):
a. Airway with C-spine control
Masalah airway dapat dilihat dengan memeriksa suara napas dengan metode look,
listen, and feel. Masalah yang mungkin timbul pada airway adalah:
1) Obstruksi jalan napas karena benda asing, cairan, ataupun fraktur maksilofasial.
2) Fraktur servikal harus selalu dicurigai terutama pada kondisi:
a) Kesadaran menurun,
b) Adanya jejas di atas clavicula, dan
c) Nyeri leher.
b. Breathing
Hal–hal yang dapat dilakukan untuk mengidentifikasi masalah breathing adalah:
1) Menghitung frekuensi napas/Respiratory rate (RR);
2) Melihat gerakan dada simetris atau tidak;
3) Perkusi: redup, hipersonor; dan
4) Suara napas: vesikuler, meningkat atau menurun. Distres napas antara lain dapat
disebabkan oleh pneumotorakss, flail chest dengan contusio pulmonum,
hematotorakss, atau fraktur costa.
c. Circulation with haemorrhage control
Hal–hal yang dapat dilihat untuk mengidentifikasi masalah circulation secara cepat
adalah:
1) Tingkat kesadaran;
2) Warna kulit yang menandakan perfusi jaringan; dan
3) Nadi
Hati–hati pada orang tua, anak kecil, atlet, dan riwayat pemakaian obat–obatan
karena pasien tidak bereaksi secara normal. Sumber perdarahan dapat berasal dari
dalam tubuh yang tidak terlihat maupun yang terlihat dari luar.
4) Internal bleeding paling banyak disebabkan oleh perdarahan intraabdomen,
hematotorakss masif, dan fraktur pelvis.
5) Eksternal bleeding terutama pada ekstremitas
d. Disability
Masalah disability atau kesadaran menurun dapat disebabkan oleh perdarahan
intrakranial atau edem otak. Lucid interval karena epidural haemorrhage harus
diwaspadai dan terus dilakukan re-evaluasi. Hal-hal yang dapat dilakukan untuk
mengidentifikasi masalah disability adalah:
1) Memeriksa skala kesadaran antara lain dengan metode AVPU (Alert, Verbal,
Pain, Unresponsive) atau GCS (Glasgow Coma Scale).
2) Memeriksa adakah lateralisasi dengan melihat ukuran pupil dan reflek cahaya.
e. Exposure atau kontrol lingkungan.
Pakaian pasien harus dibuka semua agar dapat dilakukan pemeriksaan dan evaluasi
secara menyeluruh namun harus tetap dijaga agar tidak terjadi hipotermi.
Resusitasi
Setelah primary survey, maka dikerjakan resusitasi terhadap permasalahan yang ada (Ali,
1997).
a. Penanganan masalah airway dapat dengan cara noninvasif maupun invasif.
1) Non invasif dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu:
a) Tanpa alat dengan chin lift dan jaw thrust.
b) Dengan alat seperti tube nasofaring, tube orofaring, suction cairan/ darah.
2) Invasif dengan cricothyroidotomy, endo tracheal tube (ETT).
C-spine immobilisation dengan collar brace atau dengan meletakkan bantal pasir
yang mengapit leher
b. Penanganan masalah breathing dengan cara:
1) Pemberian oksigen.
2) Needle toraksocintesis pada kasus tension pneumotorakss.
3) Punksi pleura atau pemasangan chest tube.
c. Penanganan masalah circulation dengan cara:
1) Pemasangan double infus untuk resusitasi cairan. Resusitasi dilakukan dengan
pemberian kristaloid (Ringer lactate), koloid maupun darah tergantung dari derajat
shock. Hindari penggunaan vasopresor, steroid, atau Nabic. Pemberian cairan atau
darah yang masih dingin dapat memicu terjadinya hipotermi.
2) Pelvic sling untuk kecurigaan fraktur pelvis.
3) Bebat tekan untuk menghentikan sementara perdarahan eksternal. Pemakaian
tourniquet sebaiknya tidak dilakukan karena dapat menyebabkan iskemia di bagian
distal, kecuali bila telah terjadi amputasi traumatika.
Evaluasi
Setelah penanganan awal, dilakukan evaluasi ulang mulai primary survey sampai didapatkan
kondisi pasien yang stabil. Setelah kondisi stabil, barulah dilakukan secondary survey. Bila
kondisi pasien belum stabil, maka perlu dilakukan surgical resuscitation (Ali, 1997).
Sumber: Hidayati. Afif Nurul, Akbar. Muhammad Ilham Aldika, Rosyid. Alfian Nur. (2014).
Buku Gawat Darurat Medis dan Bedah. Surabaya: Airlangga University Press
DIAGNOSA KEPERAWATAN
D.0005 Pola Napas Tidak Efektif
Definisi:
Inspirasi dan/atau ekspirasi yang tidak memberikan ventilasi adekuat
Penyebab:
1. Depresi pusat pernapasan
2. Hambatan upaya napas (mis. nyeri saat bernapas, kelemahan otot pernapasan)
3. Deformitas dinding dada.
4. Deformitas tulang dada.
5. Gangguan neuromuskular.
6. Gangguan neurologis (mis elektroensefalogram [EEG] positif, cedera kepala ganguan
kejang).
7. maturitas neurologis.
8. Penurunan energi.
9. Obesitas.
10. Posisi tubuh yang menghambat ekspansi paru.
11. Sindrom hipoventilasi.
12. Kerusakan inervasi diafragma (kerusakan saraf CS ke atas).
13. Cedera pada medula spinalis.
14. Efek agen farmakologis.
15. Kecemasan.
Gejalan dan Tanda Mayor:
Subjektif:
1. Dispnea
Objektif :
1. Penggunaan otot bantu pernapasan.
2. Fase ekspirasi memanjang.
3. Pola napas abnormal (mis. takipnea. bradipnea, hiperventilasi kussmaul cheyne-
stokes).
Gejala dan Tanda Minor:
Subjektif:
1. Ortopnea
Objektif :
1. Pernapasan pursed-lip.
2. Pernapasan cuping hidung.
3. Diameter thoraks anterior—posterior meningkat
4. Ventilasi semenit menurun
5. Kapasitas vital menurun
6. Tekanan ekspirasi menurun
7. Tekanan inspirasi menurun
8. Ekskursi dada berubah
DIAGNOSA KEPERAWATAN
D.0001 Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif.
Definisi :
ketidakmampuan membersihkan sekret atau obstruksi jalan nafas untuk mempertahankan
jalan nafas tetap paten.
Penyebab :
A. Fisiologis :
1. Spasme jalan napas.
2. Hipersekresi jalan napas.
3. Disfungsi neuromuskuler.
4. Benda asing dalam jalan napas.
5. Adanya jalan napas buatan.
6. Sekresi yang tertahan.
7. Hiperplasia dinding jalan napas.
8. Proses infeksi.
9. Respon alergi.
10. Efek agen farmakologis (mis. anastesi).
B. Situasional :
1. Merokok aktif.
2. Merokok pasif.
3. Terpajan polutan.
Gejala dan tanda mayor :
Subjektif: (tidak tersedia)
Objektif :
1. batuk tidak efektif
2. tidak mampu batuk.
3. sputum berlebih.
4. Mengi, wheezing dan / atau ronkhi kering.
5. Mekonium di jalan nafas pada Neonatus.
Gejala dan Tanda Minor.
1. Subjektif :
2. Dispnea.
3. Sulit bicara.
4. Ortopnea.
Objektif :
1. Gelisah.
2. Sianosis.
3. Bunyi napas menurun.
4. Frekuensi napas berubah.
5. Pola napas berubah.
Kondisi Klinis Terkait
1. Gullian barre syndrome.
2. Sklerosis multipel.
3. Myasthenia gravis.
4. Prosedur diagnostik (mis. bronkoskopi, transesophageal echocardiography [TEE] ).
5. Depresi sistem saraf pusat.
6. Cedera Kepala
7. Stroke
8. Kuadriplegia
9. Sindron aspirasi mekonium
10. Infeksi saluran Napas.
INTERVENSI KEPERAWATAN
A. LATIHAN BATUK EFEKTIF (I.01006)
1. Observasi
a. Identifikasi kemampuan batuk
b. Monitor adanya retensi sputum
c. Monitor tanda dan gejala infeksi saluran napas
d. Monitor input dan output cairan ( mis. jumlah dan karakteristik)
2. Terapeutik
a. Atur posisi semi-Fowler atau Fowler
b. Pasang perlak dan bengkok di pangkuan pasien
c. Buang sekret pada tempat sputum
3. Edukasi
a. Jelaskan tujuan dan prosedur batuk efektif
b. Anjurkan tarik napas dalam melalui hidung selama 4 detik, ditahan selama 2
detik, kemudian keluarkan dari mulut dengan bibir mencucu (dibulatkan) selama
8 detik
c. Anjurkan mengulangi tarik napas dalam hingga 3 kali
d. Anjurkan batuk dengan kuat langsung setelah tarik napas dalam yang ke-3
4. Kolaborasi
a. Kolaborasi pemberian mukolitik atau ekspektoran, jika perlu
B. MANAJEMEN JALAN NAFAS (I. 01011)
1. Observasi
a. Monitor pola napas (frekuensi, kedalaman, usaha napas)
b. Monitor bunyi napas tambahan (mis. Gurgling, mengi, weezing, ronkhi kering)
c. Monitor sputum (jumlah, warna, aroma)
2. Terapeutik
a. Pertahankan kepatenan jalan napas dengan head-tilt dan chin-lift (jaw-thrust jika
curiga trauma cervical)
b. Posisikan semi-Fowler atau Fowler
c. Berikan minum hangat
d. Lakukan fisioterapi dada, jika perlu
e. Lakukan penghisapan lendir kurang dari 15 detik
f. Lakukan hiperoksigenasi sebelum
g. Penghisapan endotrakeal
h. Keluarkan sumbatan benda padat dengan forsepMcGill
i. Berikan oksigen, jika perlu
3. Edukasi
a. Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari, jika tidak kontraindikasi.
b. Ajarkan teknik batuk efektif
4. Kolaborasi
a. Kolaborasi pemberian bronkodilator, ekspektoran, mukolitik, jika perlu.
C. PEMANTAUAN RESPIRASI (I.01014)
1. Observasi
a. Monitor frekuensi, irama, kedalaman, dan upaya napas
b. Monitor pola napas (seperti bradipnea, takipnea, hiperventilasi, Kussmaul, Cheyne-
Stokes, Biot, ataksik)
c. Monitor kemampuan batuk efektif
d. Monitor adanya produksi sputum
e. Monitor adanya sumbatan jalan napas
f. Palpasi kesimetrisan ekspansi paru
g. Auskultasi bunyi napas
h. Monitor saturasi oksigen
i. Monitor nilai AGD
j. Monitor hasil x-ray toraks
2. Terapeutik
a. Atur interval waktu pemantauan respirasi sesuai kondisi pasien
b. Dokumentasikan hasil pemantauan
3. Edukasi
a. Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
b. Informasikan hasil pemantauan, jika perlu
DIAGNOSA KEPERAWATAN
D.0077 Nyeri Akut
Definisi :
Pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan kerusakan jaringan aktual atau
fungsional, dengan onset mendadak atau lamat dan berintensitas ringan hingga berat yang
berlangsung kurang 3 bulan.
Penyebab
1. Agen pencedera fisiologis (mis. infarmasi, lakemia, neoplasma)
2. Agen pencedera kimiawi (mis. terbakar, bahan kimia iritan)
3. Agen pencedera fisik (mis.abses, amputasi, terbakar, terpotong, mengangkat berat,
prosedur operasi, trauma, latihan fisik berlebihan)
Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif: (tidak tersedia)
Objektif:
1. Tampak meringis
2. Bersikap protektif (mis. waspada, posisi menghindari nyeri)
3. Gelisah
4. Frekuensi nadi meningkat
5. Sulit tidur
Gejala dan Minor
Subjektif: (tidak tersedia)
Objektif
1. Tekanan darah meningkat
2. pola napas berubah
3. nafsu makan berubah
4. proses berpikir terganggu
5. Menarik diri
6. Berfokus pada diri sendiri
7. Diaforesis
D.0023 Hipovolemia
Definisi
Peningkatan volume cairan intravaskular, interstisial, dan / atau intraselular.
Penyebab
1. Kehilangan cairan aktif
2. Kegagalan mekanisme regulasi
3. Peningkatan permeabilitas kapiler
4. Kekurangan intake cairan
5. Evaporasi
Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif: (tidak tersedia)
Objektif:
1. Frekuensi nadi meningkat
2. Nadi teraba lemah
3. Tekanan darah menurun
4. Tekanan Nadi menyempit
5. Turgor kulit menyempit
6. Membran mukosa kering
7. Voluem urin menurun
8. Hemtokrit meningkat
Gejala dan Tanda Minor
Subjektif:
1. Merasa lemah
2. Mengeluh haus
Objektif:
1. Pengisian vena menurun
2. Status mental berubah
3. Suhu tubuh meningkat
4. Konsentrasi urin meningkat
5. Berat badan turun tiba-tiba
Kondisi Klinis Terkait
1. Penyakit Addison
2. Trauma/pendarahan
3. Luika bakar
4. AIDS
5. Penyakit Crohn
6. Muntah
7. Diare
8. Kolitis ulseratif
9. Hipoalbuminemia
STATUS CAIRAN MEMBAIK (L.03028)
INTERVENSI KEPERAWATAN
A. MANAJEMEN HIPOVOLEMIA (I.03116)
1. Observasi
a. Periksa tanda dan gejala hipovolemia (mis. frekuensi nadi meningkat, nadi teraba
lemah, tekanan darah menurun, tekanan nadi menyempit,turgor kulit menurun,
membrane mukosa kering, volume urine menurun, hematokrit meningkat, haus
dan lemah)
b. Monitor intake dan output cairan
2. Terapeutik
a. Hitung kebutuhan cairan
b. Berikan posisi modified trendelenburg
c. Berikan asupan cairan oral
3. Edukasi
a. Anjurkan memperbanyak asupan cairan oral
b. Anjurkan menghindari perubahan posisi mendadak
4. Kolaborasi
a. Kolaborasi pemberian cairan IV issotonis (mis. cairan NaCl, RL)
b. Kolaborasi pemberian cairan IV hipotonis (mis. glukosa 2,5%, NaCl 0,4%)
c. Kolaborasi pemberian cairan koloid (mis. albumin, plasmanate)
d. Kolaborasi pemberian produk darah
B. PEMANATAUAN CAIRAN (I.03121)
1. Observasi
a. Monitor frekuensi dan kekuatan nadi
b. Monitor frekuensi nafas
c. Monitor tekanan darah
d. Monitor berat badan
e. Monitor waktu pengisian kapiler
f. Monitor elastisitas atau turgor kulit
g. Monitor jumlah, waktu dan berat jenis urine
h. Monitor kadar albumin dan protein total
i. Monitor hasil pemeriksaan serum (mis. Osmolaritas serum, hematocrit, natrium,
kalium, BUN)
j. Identifikasi tanda-tanda hipovolemia (mis. Frekuensi nadi meningkat, nadi teraba
lemah, tekanan darah menurun, tekanan nadi menyempit, turgor kulit menurun,
membrane mukosa kering, volume urine menurun, hematocrit meningkat, haus,
lemah, konsentrasi urine meningkat, berat badan menurun dalam waktu singkat)
k. Identifikasi tanda-tanda hypervolemia mis. Dyspnea, edema perifer, edema
anasarka, JVP meningkat, CVP meningkat, refleks hepatojogular positif, berat
badan menurun dalam waktu singkat)
l. Identifikasi factor resiko ketidakseimbangan cairan (mis. Prosedur pembedahan
mayor, trauma/perdarahan, luka bakar, apheresis, obstruksi intestinal, peradangan
pankreas, penyakit ginjal dan kelenjar, disfungsi intestinal)
2. Terapeutik
a. Atur interval waktu pemantauan sesuai dengan kondisi pasien
b. Dokumentasi hasil pemantauan
3. Edukasi
a. Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
b. Informasikan hasil pemantauan, jika perlu
D.0129 Gangguan Integritas Kulit/Jaringan
Definisi:
Kerusakan kulit (dermis dan/atau epidermis) atau jaringan (membrane mukosa, kornea, fasia,
otot, tendon, tulang, kartilago, kapsul sendi dan /atau ligament
Penyebab:
1. Perubahan sirkulasi
2. Perubahan status nutrisi (kelebihan atau kekurangan)
3. Kelebihan/kekurangan volume cairan
4. Penuruna mobilitas
5. Bahan kimia iritatif
6. Suhu lingkungan yang ekstrem
7. Faktor mekanis (mis. penekanan pada tonjolan tulang,gesekan)
8. Efek samping terapi radiasi
9. Kelembaban
10. Proses penuaan
11. Neuropati perifer
12. Perubahan pigmentasi
13. Perubahan hormonal
14. Kurang terpapar informasi tentang upaya mempertahankan/melindungi integritas
jaringan
Sumber: