Anda di halaman 1dari 34

TRAUMA

PENGERTIAN DAN JENIS TRAUMA


 Trauma sebagai penyebab terbanyak kecatatan dan mortalitas di AS dan dunia
 Trauma Perpindahan energi dari lingkungan ke tubuh pasien, dapat
terjadi secara sengaja atau tidak sengaja (Ningsih, 2011)
 Mekanisme trauma proses perpindahan energi tsb (agen yang
menimbulkan cedera fisik). Agen tsb yaitu: energi mekanik (gerak), elektrik,
panas, kimia dan radiasi.
 Yang paling sering terjadi yaitu trauma karena agen mekanik seperti kecelakaan,
jatuh, serangan benda tumpul/tajam, tembakan.
 Cedera mekanik, terdiri dari:
1. Cedera tumpul
Mis: jatuh, kecelakaan kendaraan bermotor
2. Cedera penetratif
Mis: Luka tembak atau luka tusuk
MEKANISME CEDERA / TRAUMA
 Pola cedera dapat dipengaruhi oleh:
 Usia pasien
 Bagian tubuh pasien yang terkena trauma
 Ada/tidaknya alat pengaman untuk megurangi transfer energi

Mekanisme Cedera Kemungkinan Pola Cedera


Tabrakan depan
Pola jaring laba-laba atau pola bull’s eye Patah tulang belakang daerah serviks,
pada kaca depan trauma wajah
Setir mobil tertekuk Anterior flail chest
Bekas lutut pada dashboard Patah/dislokasi lutut, femur dan panggul
Tabrakan samping
Kontak kepala dengan jendela samping Patah tulang belakang daerah serviks,
cedera kepala
Pintu terdorong ke ruang penumpang Lateral flail chest
Cedera hati atau limpa (tergantung sisi
yang terkena tumbukan)
PENANGANAN PASIEN DENGAN MULTIPLE
TRAUMA
 Tindakan Prioritas: mempertahankan jalan nafas, memastikan pertukaran udara
secara efektif, dan mengontrol perdarahan
 Pola Trimodal kematian akibat trauma:
1. Puncak pertama (beberapa detik hingga menit setelah trauma)
Diakibatkan oleh adanya gangguan pada jantung atau pembuluh darah, otak,
atau saraf tulang belakang
2. Puncak kedua (beberapa menit hingga jam setelah trauma)
Umumnya diakibatkan oleh memar intrakranial atau perdarahan tak terkontrol
akibat patah tulang panggung, beberapa luka atau robekan pada organ padat.
Perawatan pada masa Golden Hour (1 jam pertama setelah trauma) sangat
dibutuhkan untuk menyelamatkan nyawa pasien. Gunakan pendekatan primary
and secondary survey .
3. Puncak ketiga (beberapa hari sampai minggu setelah trauma)
Dikarenakan adanya sepsis, gagal nafas atau organ lain, atau komplikasi lain.
(Ningsih, 2011)
PENILAIAN DAN INTERVENSI PADA PASIEN
TRAUMA
 Terdiri dari survei primer dan survei sekunder
 Survei Primer terdiri dari:
1. A : Airway (jalan nafas)
2. B : Breathing (pernapasan)
3. C : Circulation (sirkulasi)
4. D : Disability (defisit neurologis)
5. E : Exposure and Environmental control (pemaparan dan kontrol
lingkungan)
AIRWAY (JALAN NAFAS)
 Penilaian jalan nafas dilakukan bersamaan dengan menstabilkan leher (tahan
kepala dan leher pada posisi netral dengan menggunakan servical collar dan
meletakkan posisi pasien pada long spine board
 Dengarkan suara nafas, bila tidak ada suara nafas maka buka jalan nafas
dengan manuver head tilt-chin liift atau manuver jaw thrust (bila dicurigai cedera
kepala dan leher

Head tilt-chin lift Jaw thrust

Fiksasi kepala dengan


servikal collar dan LSB
 Periksa adakah sumbatan jalan nafas sebagian atau total oleh cairan (darah,
saliva, muntahan), serpihan kecil (gigi, makanan, benda asing)
 Intervensi:
1. Suctioning atau bersihkan benda asing
2. Reposisi
3. Evaluasi kepatenan jalan nafas
 Alat-alat untuk mempertahankan kepatenan jalan nafas:

Oropharingeal airway (OPA)/mayo/gudel Nasopharingeal airway


Endotracheat tube (ETT) / intubasi

Chricothrotomy
BREATHING (PERNAFASAN)
 Gangguan pernafasan dapat diakibatkan oleh adanya kegagalan
pertukaran gas, perfusi atau dampak dai penurunan status
neurologis pasien
 Penilaian breathing:
1. Perhatikan respirasi spontan/tidak
2. Kecepatan dan kedalaman respirasi
3. Usaha bernafas
4. Penggunaan otot bantu pernafasan
5. Gerakan naik turun dindingdada secara simetris
6. Perhatikan adakah luka terbuka atau flail chest
7. Auskultasi suara nafas
BREATHING
 Intervensi:
1. Berikan oksigen tambahan dengan laju tinggi non-rebrether mask
(10-12 L/menit)

Non rebreathing Bag valve mask


Mask (NRM) (BVM)

2. Ganti udara dengan menggunakan tekanan positif (bag valve mask)


3. Bantu dengan intubasi trakhea
4. Bila didapatkan trauma thoraks, tutup luka terbuka di dada, atau
masukkan pipa dada/chest tube pada tension pneumothoraks
5. Lakukan penilaian ulang nafas dan saturasi oksigen dan analisa gas
darah

Neeedle
Plester 3 sisi compression
CIRCULATION (SIRKULASI)
 Penilaian:
1. Adakah perdarahan
2. Raba denyut nadi sentra dan distal
3. Periksa kulit: warna kelembaban, suhu
Kulit yang basah, akral dingin dan pucat atau bintik-bintik
mungkin menandakan terjadinya syok hipovolemik
5. Capillary refill time (CRT)
CIRCULATION
 Intervensi:
1. Hentikan perdarahan bila ada, dengan meninggikan/elevasi daerah yang
mengalami perdarahan sampai di atas jantung, lakukan penekanan
langsung
2. Mulai berikan Bantuan Hidup Dasar (RJP) bila pasien tidak teraba nadi
3. Pasang IV line dua jalur , gunakan infus set agar memungkinkan
digunakan untuk transfusi darah
4. Berikan cairan kristaloid 1 – 2 L (RL atau NS 0,9%). Pada anak diberikan
20cc/kg BB. Perhatikan respon pasien. Setiap kehilangan darah 1mL
dibutuhkan penggantian cairan kristaloid 3 mL
5. Lakukan transfusi darah bila perdarahan mayor dan tetap tidak stabil
setelah pemberian cairan kristaloid 2 – 3 L
6. Fasilitasi intervensi bedah untuk kondisi perdarahan internal atau
eksternal yang parah
7. Gunakan splint untuk mengontrol perdarahan
KEHILANGAN DARAH
1. Perdarahan Kelas 1 (kehilangan darah sampai 15%)
Gejala: takikardia ringan, tidak ada perubahan berarti dari TD, nadi
dan respirasi. Tidak perlu transfusi. Kompensasi dalam 24 jam.
2. Perdarahan kelas 2 (kehilangan darah 15 – 30 %)
Gejala: Takikardia, takipnea, dan penurunan tekanan nadi, tekanan
sistolik sedikit berubah, kecemasan/takut, produksi urine sedikit yaitu
20 – 30 mL/jam pada orang dewasa. Masih dapat distabilkan dengan
cairan kristaloid, ada yang butuh transfusi.
3. Perdarahan kelas 3 (kehilangan darah 30 – 40%)
Gejala: takikardia, takipnea, penurunan status mental, penurunan TD
sistolik. Sebagian besar penderita membutuhkan transfusi.
4. Perdarahan kelas 4 (kehilangan darah >40%)
Gejala: takikardia, penurunan TD sistolik yang besar, tekanan nadi
sempit, produksi urine hampir tidak ada, kesadaran jelas menurun,
kulit dingin dan pucat.
DISABILITY (STATUS KESADARAN)
 Periksa kondisi neurologis menggunakan mnemonik AVPU
 Periksa pupil simetris atau tidak, dan reaksinya terhadap cahaya

Intervensi:
1. Jangan sampai pasien mengalami hiptensi atau hipoksia
2. Jaga dengan hati-hati kondisi tulang belakang
3. Pertimbangkan pemberian manitol, tindakan untuk memperbaiki
laju pembuluh vena dari otak, pembedahan
4. Pasien dengan risiko hipoglikemik (Diabetes) harus dicek kadar gula
darah. Bila hipoglikemik berikan Dextrose 50%
EXPOSURE AND ENVIRONMENTAL CONTROL
(PEMAPARAN DAN KONTROL LINGKUNGAN)
 Pemaparan (Exposure)
Lepas semua pakaian dengan cepat dan periksa adanya cedera,
perdarahan atau kelainan. Perhatikan kondisi tubuh, adakah bau
zat kimia seperti alkohol, bahan bakar atau urine.

 Kontrol Lingkungan (Environmental control)


Lindungi pasien dari hipotermia (dapat menyebabkan vasokonstriksi
pembuluh darah dan koagulopati). Pertahankan suhu tubuh dengan
mengeringkan pasien, gunakan lampu pemanas, selimut, pelindung
kepala, sistem penghangat udarapemberian cairan IV hangat.
SURVEI SEKUNDER
1. Full Set of Vital Sign, Five Intervention, and Facilitation of
Family
 Full of vital sign
Catat denyut nadi radial dan apikal, nilai TD, suhu, respirasi dan
saturaksi oksigen perlu ditambahkan.
 Five (5) intervention
a. Pemasangan monitor jantung
b. Pasang nasogastrik tube (NGT) atau orogastrik tube (OGT) (jika
ada indikasi)
c. Pasang folley cathether (jika ada indikasi)
d. Pemeriksaan laboratorium: darah lengkap, kimia darah,
urinalisis, masa perdarahan dan pembekuan darah
e. Pasang oksimetri
SURVEI SEKUNDER
 Facilitation of family presence (Memfasilitasi kehadiran keluarga)
Memberi kesempatan keluarga bersama pasien dalam kondisi
mengancam nyawa misal selama prosedur invasif atau resusitasi.
Namun hal ini masih menjadi kontroversial.
SURVEI SEKUNDER
2. Give Comfort Measures (Memberikan Kenyamanan)
Kenali keluhan dan lakukan intervensi yang dibutuhkan. Berikan
kenyamanan dengan metode farmakologi atau non farmakologi.

3. History and Head-to-Toe Examination


a. Riwayat Pasien
 Bila pasien sadar, tanyakan riwayat kesehatan masa lalu,
pengobatan, alergi. Data juga bisa diperoleh dari keluarga
 Tanyakan informsi terkait tempat kejadian, proses cedera, penilaian
pasien dan intervensi yang diperoleh dari petugas EMS. Gunakan
mnemonik MIVT (Mechanism/mekanisme, Injuries
suspected/dugaan adanya cedera, Vital sign on scene/TTV di
teempat kejadian, dan Treatment received/perawatan yang telah
diterima)
b. Head-to-toe Examination (Pemeriksaan dari kepala sampai kaki)
 Kepala
Inspeksi adanya luka, perubahan bentuk, kesimetrisan. Raba
tengkorak akan adanya hematom, laserasi atau nyeri. Perhatikan
area ekmosis/oerubahan warna di belakang telinga atau daerah
periorbital adalah indikasi adanya fraktur tengkorak basilar (fratur
basis cranii)
Intervensi:
1. Jaga kondisi pasien agar tidak terjadi hipotensi atau hipoksia
2. Manitol dapat diberikan secara IV untuk menurunkan tekanan
intrakranial
3. Terapi hiperventilasi pada pasien cedera kepala yang terus
memburuk kondisinya untuk menurunkan PaCO2
4. Observasi tanda-tanda peningkatan TIK (Normal pada anak &
dewasa <15mmHg, bayi 8-10 mmHg) dan persiapkan pasien jika
diperlukan tindakan bedah

Ekimosis
periorbital/
racoon eyes
 Wajah
Perhatikan adanya luka, tidak simetris, adakah cairan keluar dari
hidung, telinga, mata dan mulut. Cairan jernih diasumsikan sebagai
cairan serebrospinal. Evaluasi pupil terhadap kesimetrisan, reaksi
pada cahaya, akomodasi, ketajaman penglihatan. Periksa adanya
hilang gigi atau benda asing.
 Leher
Periksa kondisi leher namun dalam kondisi leher tidak digerakkan.
Inspeksi dan palpasi adanya jejas, luka, ekimosis, distensi vena
jugularis, udara di bawah kulit, deviasi trakea.
 Dada
Periksa kesimetrisan, perubahan bentuk, adanya luka atau trauma
penetrasi. Auskultasi jantung dan paru. Palpasi dada untuk
mengetahui perubahan bentuk, udara di bawah kulit, area
lebam/jejas.
 Abdomen
Periksa adanya memar, massa, pulsasi, atau objek yang menancap.
Perhatikan pengeluaran isi perut, auskulasi di empat kuadran,
palpasi dengan lembut dinding perut untuk mengetahui adanya
kekakuan, nyeri, kelainan lain.
 Pelvis
Periksa adanya pendarahan, lebam, jejas, perubahan bentuk, trauma
penetrasi. Pada wanita periksa adanya pendarahan, pada lelaki
periksa adanya priapism (ereksi berkepanjangan >4 jam). Periksa
rektum adanya pengeluaran darah, periksa adanya hematoma di
skrotum (tidak boleh dilakukan kateterisasi). Lakukan penekanan
secara halus ke arah dalam menuju midline untuk mengetahui
kestabilan panggul. Palpasi simpisis untuk mengetahui adanya nyeri.
 Ekstremitas
Periksa keempat tungkai terhadap adanya perubahan bentuk,
dislokasi, ekimosis, pembengkakan, luka. Periksas sensorik dan
motorik. Periksa adanya jejas, lebam, krepitasi, suhu tidak normal.
Periksa PMS (Pulsasi nadi, Motorik/gerakan, Sensorik/dapatkan
merasakan sentuhan)
Intervensi:
1. Perawatan luka
2. Balut bidai
INSPECT THE POSTERIOR SURFACES (PERIKSA
PERMUKAAN BAGIAN BELAKANG)
Periksa dengan bantuan orang lain untuk mempertahankan kondisi
netral tubuh pasien. Pemimpin tim memeriksa posterior pasien dengan
mencari tanda jejas, lebam, perubahan bentuk, pergeseran, nyeri. Teknik
log roll:
PEMERIKSAAN PENUNJANG
 X- ray (pada tulang belakang, leher, pinggang, ekstremitas)
 CT scan (tulang belakang, perut, kepal)
 FAST (Focused Abdominal Sonography for trauma), untuk
mengetahui adanya cairan intraperitoneal pada trauma
tumpul abdomen
 Radiografis perut, tulang belakang, dada
 EKG 12 lead
 Pemeriksaan Analisa Gas Darah
MONITORING DAN EVALUASI ULANG

 Observasi ulang kondisi pasien ABCD dan TTV


 Observasi pengeluaran urin

KELOMPOK TRAUMA KHUSUS (ANAK DAN USIA


LANJUT)
 Perawat harus mempertimbangkan perbedaan penting yang
meliputi aspek anatomis, psikologis, perkembangan, dan
penilaian.
 Lakukan survei primer dan sekunder secara otomatis.
DOKUMENTASI
 Penilaian kondisi pasien
 Intervensi
 Penilaian ulang
 Waktu pemberian perawatan
(Ningsih, 2011)
REFERENSI
Kristanty, P., Manurung, S., Suratun, Wartonah, Sumartini, Dalami,E., Rohimah &
Setiawati. (2009). Asuhan Keperawatan Gawat Darurat. Jakarta: CV.Trans Info
Media.
Ningsih,D.K. (2011). Buku Ajar Dasar-Dasar Keperawatan Gawat Darurat. Jakarta:
Salemba Medika.
SOAL KASUS
1. Seorang lelaki korban KLL (35 thn) ditabrak oleh truk dari arah
depan saat mengendarai mobilnya. Kepala pasien mengalami
benturan, seat belt tidak terpasang, terdapat benturan di bagian
dada. Saat ditemukan petugas EMS, didapatkan data pasien tidak
sadar, TTV RR: 36x/menit, nadi teraba cepat dan lemah
100x/menit, TD; 90/60mmHg. Keluar darah dari hidung dan telinga,
terdangar suara gurgling, terdapat ekimosis pada belakang telinga.
Terdapat perubahan bentuk pada cruris kanan (memendek) oleh
tekanan bagian dalam mobil. Terdapat jejas di klavikula, luka-luka
di kedua ekstremitas atas. Akral teraba agak dingin. Pasien
ditangani terlebih dahulu dan kemudian dibawa ke RS terdekat.
a. Tindakan apa yang dapat dilakukan oleh petugas EMS saat
datang dan menemukan korban tsb?
b. Apa data yang didapatkan pada pengkajian/Survei Primer dan
sekunder?
c. Tindakan apa yang harus dilakukan pada masalah yang
didapatkan dari survey primer dan sekunder? Apa alat-alat yang
dibutuhkan?
d. Data riwayat trauma (MIVT) apa yang harus didapat perawat IGD
saat menerima pasien tsb?
e. Setelah tiba di IGD, apa intervensi perawat terhadap pasien tsb?
f. Pemeriksaan penunjang apa yang dapat dilakukan untuk
mendukung diagnostik dan penentuan perawatan pada pasien
tsb?
THANK YOU…

Anda mungkin juga menyukai