Anda di halaman 1dari 20

MANAJEMEN GAWAT DARURAT ABCDE

(AIRWAY, BREATHING, CIRCULATION,


DISABILITY, EXPOSURE)

 Oleh kelompok 3 :
 1.Avenida Urfi M
 2.Avita
 3.Fredi Anggoro
 4.Giardano Aden
 5.Intan Hastya N
 6.Lisa Ayu W
 7.Lusi Erica D
 8.Theresia Nila
 9.Tiara Kharisma P
DEFINISI

Kegawatdaruratan secara umum dapat diartikan sebagai suatu keadaan yang


dinilai sebagai ketergantungan seseorang dalam menerima tindakan medis atau
evaluasi tindakam operasi dengan segera. Berdasarkan definisi tersebut the
American College of Emergency Physicians states dalam melakukan
penatalaksanaan kegawatdaruratan memiliki prinsip awal, dalam mengevaluasi,
melaksanakan, dan menyediakan terapi pada pasien-pasien dengan trauma yang
tidak dapat di duga sebelumnya serta penyakit lainnya (Stone, Humphries, 2008).
Penatalaksanaan awal diberikan untuk :
 Mempertahankan hidup
 Mencegah kondisi menjadi lebih buruk
 Meningkatkan pemulihan

Seseorang yang memberikan penatalaksanaan awal harus :


 Mengkaji sesuatu
 Memnentukan diagnosis untuk setiap korban
 Memberikan penanganan yang cepat dan adekuat,
mengingat bahwa korban mungkin memiliki lebih dari satu
cedera dan beberapa korban akan membutuhkan perhatian
dari pada yang lain
 Tidak menunda pengiriman korban ke Rumah Sakit
sehubungan dengan kondisi serius
PROSES INITIAL AASSESMENT (PENILAIAN
AWAL)

meliputi :
 Persiapan
 Triase
 Primary survey (ABCDE)
 Resusitasi
 Tambahan terhadap primary survey dan
resutisasi
 Secondary survey, pemeriksaan head to toe dan
anamnesis
 Tambahan terhadap secondary survey
 Pemantauan dan re-evaluasi berkesinambungan
 Penanganan definitif
PRIMARY SURVEY
Penatalaksanaan awal pada primary survey dilakukan
pendekatan melalui ABCDE yaitu :
 A :Airway, menjaga airway dengan kontrol servikal

(cervical spinecontrol)
 B : Breathing, menjaga pernafasan dengan ventilasi

 C : Circulation dengan kontrol perdarahan


(hemorrage
control)
 D : Disability, status neurologis

E : Exposure/environmental control, membuka baju


penderita, tetapi cegah hipotermia
AIRWAY

Hal pertama yang harus dinilai adalah kelancaran jalan


nafas, yang meliputi pemeriksaan jalan nafas yang
dapat disebabkan oleh benda asing, fraktur tulang
wajah, fraktur manibula atau maksila, fraktur laring
atau trakea.

 Bebasnya jalan nafas sangat penting bagi kecukupan


ventilasi dan oksigenasi. Jika pasien tidak mampu
dalam mempertahankan jalan nafasnya, patensi jalan
nafas harus dipertahankan dengan cara buatan
seperti : reposisi, chin lift, jaw thrust, atau melakukan
penyisipan airway orofaringeal serta nasofaringeal
(Walls, 2010).
TEKNIK-TEKNIK MEMPERTAHANKAN AIRWAY:

 Head tilt
 Chin lift
 Jaw thrust
 Oropharingeal Airway (OPA)
 Nasopharingeal Airway
 Airway definitif (Penentuan pemasangan airway definitif
didasarkan pada penemuan- penemuan klinis (ATLS,
2004):
 pipa orotrakeal,
 pipa nasotrakeal,
 airway surgical
(krikotiroidotomi atau trakeostomi)
Apabila pernafasan membaik, jaga agar jalan nafas
tetap terbuka dan periksa dengan cara
(Haffen, Karren, 1992) :
 Lihat (look), melihat naik turunnya dada yang
simetris dan pergerakan dinding dada yang
adekuat.
 Dengar (listen), mendengar adanya suara
pernafasan pada kedua sisi dada.
 Rasa (feel), merasa adanya hembusan nafas.
BREATHING

 Kegagalan dalam oksigenasi akan menyebabkan


hipoksia yang diikuti oleh kerusakan otak, disfungsi
jantung, dan akhirnya kematian (Hagberg, 2005).
Menjamin terbukanya airway merupakan langkah awal
yang penting untuk pemberian oksigen. Oksigenasi yang
memadai menunjukkan pengiriman oksigen yang sesuai
ke jaringan untuk memenuhi kebutuhan metabolik,
efektivitas ventilasi dapat dinilai secara klinis (Buono,
Davis, Barth, 2007).
 Sedangkan apabila pernafasan tidak membaik dengan
terbukanya airway, penyebab lain harus dicari.
Penilaian harus dilakukan dengan melakukan
inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi pada toraks.
PENILAIAN PD TORAKS
Penilaian awal tersebut dilakukan untuk menilai
apakah terdapat keadaankeadaan seperti tension
pneumotoraks, massive haemotoraks, open
pneumotoraks dimana keadaan-keadaan tersebut harus
dapat dikenali pada saat dilakukan primary survey. Bila
ditemukannya keadaan-keadaan tersebut maka
resusitasi yang dilakukan adalah ( Sitohang, 2012):
 Memberikan oksigen dengan kecepatan 10 – 12
L/menit
 Tension pneumotoraks : Needle insertion (IV Cath
No. 14) di ICR II linea midclavicularis
 Massive haemotoraks : Pemasangan Chest Tube
 Open pneumotoraks : Luka diututp dengan kain
kasa yang diplester pada tiga sisi (flutter-type
valveefect)
CIRCULATION
 Perdarahan merupakan penyebab kematian
setelah trauma (Dolan, Holt, 2008). Oleh karena
itu penting melakukan penilaian dengan cepat
status hemodinamik dari pasien, yakni dengan
menilai tingkat kesadaran, warna kulit dan nadi
(ATLS,2004).
Dalam keadaan darurat yang tidak tersedia alat-alat, maka
secara cepat kita dapat memperkirakan tekanan darah
dengan meraba pulsasi (Haffen, Karren, 1992):
 Jika teraba pulsasi pada arteri radial, maka tekanan
darah minimal 80 mmHg sistol
 Jika teraba pulsasi pada arteri brachial, maka tekanan
darah minimal 70 mmHg sistol
 Jika teraba pulsasi pada arteri femoral, maka tekanan
darah minimal 70 mmHg sistol
 Jika teraba pulsasi pada arteri carotid, maka tekanan
darah minimal 60 mmHg sistol

Perdarahan eksternal harus cepat dinilai, dan segera


dihentikan bila ditemukan dengan cara menekan pada
sumber perdarahan baik secara manual maupun dengan
menggunakan perban elastis
Bila terdapat gangguan sirkulasi harus dipasang sedikitnya
dua IV line, yang berukuran besar. Kemudian lakukan
pemberian larutan Ringer laktat sebanyak 2 L sesegera
mungkin (ATLS, 2004).
DISABILITY
Akhir primary survey dilakukan evaluasi terhadap
keadaan neurologis secara cepat. Hal yang dinilai
adalah tingkat kesadaran, ukuran dan reaksi pupil.
Tanda-tanda lateralisasi dan tingkat (level) cedera
spinal (ATLS, 2004).
Cara cepat dalam mengevaluasi status neurologis yaitu
dengan menggunakan AVPU,
A : Alert
V : Respon to verbal
P : Respon to pain
U : Unrespon
Penurunan tingkat kesadaran perlu diperhatikan pada
empat kemungkinan penyebab (Pre-Hospital Trauma
Life Support Commitee 2002) :
 Penurunan oksigenasi atau/dan penurunan perfusi ke
otak
 Trauma pada sentral nervus sistem

 Pengaruh obat-obatan dan alkohol

 Gangguan atau kelainan metabolik


EXPOSURE
 Merupakan bagian akhir dari primary survey,
penderita harus dibuka keseluruhan pakaiannya,
kemudian nilai pada keseluruhan bagian tubuh.
Periksa punggung dengan memiringkan pasien
dengan cara log roll. Selanjutnya selimuti
penderita dengan selimut kering dan hangat,
ruangan yang cukup hangat dan diberikan
cairan intra-vena yang sudah dihangatkan untuk
mencegah agar pasien tidak hipotermi.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai