Folly Catheter
Tujuan pemasangan folly caheter adalah untuk mengetahui
kebutuhan cairan pasien. adapun kontraindikasi pemasangan
kateter pada pasien trauma adalaah adanya perdarahan pada
Orevisi Umuretra Eksterna (OUE) dan pembengkakan pada skrotum
(laki-laki)
Gastric Tube (NGT)
Pasien emergency yang mengalami penurunan kesadaran akibat
trauma dan nontrauma sebaiknya dipasang NGT, khusus yang
trauma NGT harus dipasang untuk mengurangi distensi abdomen,
dan pemberian obat dan nutrisi.
Heart Monitoring
Monitor EKG dipasang pada pasien trauma. Re-evaaluasi harus
dilakukan untu memgetahui keberhasilan tindakan yang sudah
diberikan seperti Airway, Breathing, sirkulasi, dan disability
Survei Sekunder
Ventilasi Mekanik
Ventilasi Mekanik Invasif
Ventilasi Mekanik Non-Invasif
Cricothyroidotomy
PENGEL OLA A N
P AD A P AS IEN
SYOK
TR AU M A
Gejala awal adanya trauma dada adalah Palpasi dapat menunjukan adanya
sesak napas dan nyeri. tenderness, instability, and crepitus (TIC).
Airway
Pakaian yang digunakan dapat menyembunyikan cidera yang terjadi oleh karena
itu lepas semua pakaian sebagai bagian dari penilaian primer. Tim yang menangani
trauma harus hati-hati melakukan penilaian adanya kelainan bagian tubuh yang
terkena yang mungkin memerlukan intervensi segera seperti luka terbuka,atau
fraktur, perdarahan yang tidak terkontrol, atau eviserasi.
Abdominal & Pelvic
TRAUMA
ABDOM IN AL &
PE L V IC
T R AU M A 1) Inspeksi, inspeksi abdomen bagian depan dan belakang, dada bagian bawah
A SS ES S M E NT serta perineum dilihat apakah ada laserasi, liang tusukan, benda asing yang
menancap, bagian usus yang keluar atau jejas pada dinding perut seperti,
tanda sabuk pengaman, yang merupakan memar besar atau abrasi di perut,
merupakan indikasi cedera intra-abdominal pada sekitar 25% kasus.
A SSE SS M EN T kuadran kiri atas ataupun adanya perkusi redup bila adanya hemoperitoneum.
4) Palpasi, palpasi perut pasien untuk distensi, nyeri tekan, atau kekakuan.
Distensi abdomen harus diinterpretasikan sebagai tanda trauma intraabdominal
berat dengan kemungkinan perdarahan. Tenderness atau guarding pada dinding
perut, terutama jauh dari luka, juga biasanya merupakan tanda cedera
intraabdomen. Fraktur pelvis sering menyebabkan syok hemoragik. Palpasi
lembut iliac crests (sayap pelvis) dan pubis pelvis dapat mengungkapkan
tanda-tanda yang berhubungan dengan patah tulang, termasuk nyeri tekan,
krepitasi tulang, atau ketidakstabilan.
ABDOM INA L &
PELVIC
TRA U MA
A SSE SS M EN T
Catatan: pelvis tidak boleh dikompresi, karena hal ini dapat menyebabkan
keluarnya bekuan darah atau kemungkinan memburuknya patah tulang, atau
lebih dari satu penyedia layanan darurat tidak boleh meraba pelvis untuk
ketidakstabilan
ABDO M IN A L
TRA U MA
MANA GE M EN T
PRE-HOSPITAL
1) Penanganan awal trauma non-penetrasi (trauma tumpul):
Stop makanan dan minuman
Imobilisasi
Rujuk ke rumah sakit
ABDO MIN A L
TRAU MA PRE-HOSPITAL
MANAG E M EN T
2) Penanganan awal trauma penetrasi (trauma tajam)
Bila terjadi luka tusuk, maka tusukan (pisau atau benda tajam lainnya) tidak boleh
dicabut kecuali dengan adanya tim medis.
Penanganannya bila terjadi luka tusuk cukup dengan melilitkan dengan kain kassa
pada daerah antara pisau untuk memfiksasi pisau sehingga tidak memperparah luka.
Bila ada usus atau organ lain yang keluar, maka organ tersebut tidak dianjurkan
dimasukkan kembali kedalam tubuh, kemudian organ yang keluar dari dalam
tersebut dibalut kain bersih atau bila ada verban steril.
Imobilisasi pasien.
Tidak dianjurkan memberi makan dan minum.
Apabila ada luka terbuka lainnya maka balut luka dengan menekan.
Rujuk ke rumah sakit
ABDO MIN A L
TRAU MA HOSPITAL
MANAG E M EN T
2) Trauma Penetrasi
Bila ada dugaan bahwa ada luka tembus dinding abdomen, seorang ahli bedah yang
berpengalaman akan memeriksa lukanya secara lokal untuk menentukan dalamnya
luka. Pemeriksaan ini sangat berguna bila ada luka masuk dan luka keluar yang
berdekatan.
Skrining pemeriksaan rontgen
IVP (Intravenous Pyelography) dan CT Scanning. Ini di lakukan untuk mengetauhi
jenis cedera ginjal yang ada.
Uretrografi. Di lakukan untuk mengetauhi adanya rupture uretra.
Sistografi. Ini digunakan untuk mengetauhi ada tidaknya cedera pada kandung
kencing, contohnya pada fraktur pelvis dan trauma non-penetrasi
PELVIC
TRA UM A
MANA GE ME NT
HEAD AND NECK
TRAUMA
HEAD AND NECK TRAUMA ASSESSMENT
AVPU
Penatalaksanaan penderita cedera kepala ditentukan atas dasar beratnya cedera dan
dilakukan menurut urutan prioritas. Pasien dengan cedera kepala harus ditangani
dan dipantau terus sejak tempat kecelakaan, selama perjalanan dari tempat kejadian
sampai rumah sakit, di ruang gawat darurat, kamar radiologi, sampai ke ruang
operasi, ruang perawatan atau ICU, sebab sewaktu-waktu bisa memburuk akibat
aspirasi, hipotensi, kejang dan sebagainya (dr. Agus Yudawijaya, Sp.S., 2022)
Pasien yang sadar pada saat diperiksa bisa dibagi dalam 2 jenis yaitu:
Simple Head Injury (SHI) : Pasien mengalami cedera kepala tanpa
diikuti gangguan kesadaran, dari anamnesis maupun gejala serebral
lain. Pasien ini hanya dilakukan perawatan luka. Pemeriksaan radiologi
hanya atas indikasi.
Kesadaran Terganggu Sesaat : Pasien mengalami penurunan kesadaran
sesaat setelah cedera kepala dan pada saat diperiksa sudah sadar
kembali. Pemeriksaan radiologi dibuat dan penatalaksanaan
selanjutnya seperti SHI.
PASIEN DENGAN KEADAAN MENURUN
Cedera Kepala Ringan atau Minor Head Injury (GCS 13-15): Kesadaran
disoriented atau not obey command, tanpa disertai defisit fokal serebral. Setelah
pemeriksaan fisik dilakukan perawatan luka, dibuat foto kepala. CT Scan kepala,
jika curiga adanya hematoma intrakranial, misalnya ada riwayat lucid interval,
pada follow up kesadaran semakin menurun atau timbul lateralisasi. Observasi
kesadaran, pupil, gejala fokal serebral disamping tanda-tanda vital.
Cedera Kepala Sedang (GCS 9-12): Pasien dalam kategori ini bisa mengalami
gangguan kardiopulmonal
Cedera Kepala Berat (GCS 3-8): Penderita ini biasanya disertai oleh cedera yang
multiple, oleh karena itu di samping kelainan serebral juga disertai kelainan
sistemik.
PRINSIP DASAR PENANGANAN CEDERA
KEPALA
Monitor tekanan intrakranial beserta penurunannya
Elevasi kepala 30 derajat
Terapi medikamentosa untuk penurunan edema otak
Penurunan aktivitas otak, menurunkan hantaran oxygen dengan induksi
koma
Pembedahan dekompresi
Terapi Profilaksi terhadap kejang
PENATALAKSANAAN CEDERA LEHER
Dalam manajemen deskriptif dan klinis pada leher dibagi menjadi tiga
zona. Pada trauma tembus memiliki implikasi anatomi, diagnostic dan
manajemen. Karena sistem zona sangat membantu dalam memandu
keputusan manajemen (Ramsden, 2018) . Berikut zona-zona dalam
manajemen cedera leher:
Zona I : memanjang dari batas inferior kartilago krikoid ke
klavikula dan berisi trakea, esophagus, pembuluh darah besar,
mediastinum atas, apeks paru-paru dan duktus toraks.
1. Identifikasi defisit neurologis yang jelas dengan hilangnya gerakan anggota tubuh,
mati rasa atau nyeri yang signifikan
ASSESMENT AND MANAGEMENT
Assesment and
management
ASSESMENT AND MANAGEMENT
Sistem rangka memberikan bentuk dan bentuk untuk tubuh kita, selain
bawah, dan gelang panggul. Sakrum dan tulang ekor dianggap sebagai
Organ dalam dilindungi oleh sistem rangka, dan patah tulang pada setiap struktur tulang
dapat menyebabkan kerusakan terkait pada jaringan lunak dan jeroan. Sel darah
diproduksi oleh sumsum yang terletak di beberapa tulang. Fraktur tulang panjang,
dilumasi dengan cairan sinovial. Gerakan sendi meliputi abduksi, adduksi, fleksi,
membantu gerakan.
Tendon adalah jaringan fibrosa yang menghubungkan otot dengan tulang.
Ligamen adalah jaringan ikat fibrosa yang menghubungkan tulang dengan tulang.
ASSESMENT AND MANAGEMENT
motor). ecchymosis
ROM or lack of ROM
symmetry, alignment,
deformity.
ASSESMENT AND MANAGEMENT
2. Pengkajian Riwayat Kesehatan 3. Pengkajian Tulang dan Sendi
Ini harus mencakup yang berikut: Kepala, rahang dan, Leher
trauma baru-baru ini; Tulang Belakang
kondisi ortopedi yang
Bahu dan sikut
mendasari; Tangan dan pergelangan
dan keluarga
Sejarah sosial
ASSESMENT AND MANAGEMENT
4. Pengkajian Otot
ASSESMENT AND MANAGEMENT
Nyeri
Gangguan Mobilitas
Perdarahan
ASSESMENT AND MANAGEMENT
traction)
3. Operasi : ORIF
Terima Kasih!
Sampai jumpa pada pertemuan
berikutnya yang akan membahas
tentang: Mengevaluasi Polinomial