Penyalahgunaan Napza
Kelompok 2 Kelas B
Rani Jesika Saepudin 1910711005
Tahun 2015, angka prevalensi penyalahgunaan NAPZA tercatat 2,4% dan turun
pada tahun 2019 menjadi 1,8% (BNN, 2020). Pada tahun 2018, terdapat sebanyak
3,7 juta total kasus penyalahgunaan NAPZA yang di mana sebanyak 2,2 juta
merupakan usia remaja dan sisanya berasal dari kalangan pekerja. Dilihat dari angka
tersebut, pelaku penyalahgunaan NAPZA yang berusia remaja melebihi setengah dari
total kasus yang ada (Solehati et al., 2019)
PENGERTIAN
NAPZA
NAPZA (Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif) adalah bahan/zat/obat
yang bila masuk ke dalam tubuh manusia akan mempengaruhi tubuh
terutama otak/susunan saraf pusat, sehingga menyebabkan gangguan
kesehatan fisik, psikis, dan fungsi sosialnya karena terjadi kebiasaan,
ketagihan (adiksi) serta ketergantungan (dependensi) terhadap NAPZA
Penyalahgunaan NAPZA adalah penggunaan salah satu
atau beberapa jenis NAPZA secara berkala atau teratur
diluar indikasi medis, sehingga menimbulkan gangguan
kesehatan fisik, psikis dan gangguan fungsi sosial (Azmiyati,
2014) dalam (Dekawaty & Imardiani, 2020)
ETIOLOGI &
FAKTOR RESIKO
Etiologi
1. Usia
Usia
2.
Jenis Kelamin
Rata-rata populasi pengguna Hasil survei BNN, laki-laki lebih beresiko
narkoba yaitu berumur 10-50 tahun. menggunakan narkoba dibandingkan dengan
Akan tetapi yang paling rentan perempuan. Rasio laki-laki dengan perempuan
adalah usia 15 sampai 20 tahun ke yang pernah menggunakan narkoba 4 : 1
atas atau usia produktif, Pada remaja laki-laki cenderung mengalami
penggunaan obat-obatan terlarang perubahan kearah negatif dikarenakan
paling banyak terdapat pada umur orangtua menganggap laki-laki lebih mandiri
20-24 (UNODC, 2018) dibandingkan perempuan sehingga lakilaki lebih
bebas berinteraksi di luar lingkungan
Etiologi
1. Usia
2.
Tempat tinggal
Di Lingkungan Sekolah
Sering terjadi Merusak disiplin dan motivasi belajar.
pertengkaran, mudah Meningkatnya tindak kenakalan, membolos, tawuran
tersinggung. pelajar.
Orang tua resah barang Mempengaruhi peningkatan penyalahgunaan dian tara
berharga sering hilang sesama teman sebaya
Putus sekolah, menganggur,
sulit keuangan. Di Lingkungan Masyarakat
Perilaku menyimpang/asosial Tercipta pasar gelap antara pengedar dan bandar yang
anak (berbohong, mencuri, mencari pengguna / mangsanya.
tidak tertib, hidup bebas & Pengedar atau bandar menggunakan perantara remaja
menjadi aib keluarga. atau siswa yang telah menjadi ketergantungan.
Putus asa pengeluaran Meningkatnya kejahatan di masyarakat. Perampokan,
uang meningkat untuk biaya pencurian, pembunuhan sehingga masyarkat menjadi resah.
pengobatan dan rehabilitasi. Meningkatnya kecelakaan.
PENATALAKSANAAN
Assesment
Rencana Terapi
Rehabilitasi Medis
Detoksifikasi
Rehabilitasi/Resosialisasi
Assesment
Asesmen awal yaitu, asesmen yang dilakukan pada saat klien berada pada tahap awal
rehabilitasi, umumnya dilakukan pada dua sampai empat minggu pertama.
Pemeriksaan urin/rambut untuk mengetahui jenis narkoba dan riwayat penyalah gunaan
narkoba.
Wawancara menggunakan format asesmen yang berlaku / standar dalam PP 25 tahun 2011
tentang wajib lapor dan sesuai dengan format Adiction Severity Index (ASI) yang meliputi
riwayat kesehatan, riwayat pekerjaan / dukungan hidup, riwayat penggunaan narkoba,
riwayat keterlibatan pada tindak kriminalitas, riwayat keluarga dan sosial, serta riwayat
psikiatris pecandu narkoba.
Pemeriksaan fisik.
Pemberian terapi simptomatik jika diperlukan.
Rencana terapi.
Rehabilitasi Medis
Rehabilitasi medis dilaksanakan sebagai awal penalaksanaan dengan berbagai efek atau
pengaruh akibat pemakaian NAPZA pasien. Setelah dilakukan assesment, akan
ditegakkan tentang tingkat pemakaian dan kesiapan mental mereka dalam mengikuti
terapi. Selain itu, biasanya masih terdapat pengaruh dari intoksikasi, keadaan putus
zat, serta adanya gangguan penyerta atau pemberat terkait adanya gangguan fisik,
seperti penyakit HIV, hepatitis, dan penyakit menular seksual lainnya. Pelaksanaan
program rehabilitasi medis ini dilakukan selama 1 bulan pertama, dan biasanya bila
sebelum waktu tersebut sudah stabil, akan dimasukkan ke dalam program rehabilitasi
sosial
Rehabilitasi Medis
Proses detoksifikasi membantu menghilangkan efek
Detoksifikasi zat agar terhindar dari pengaruh zat (abstinen),
Detoksifikasi tanpa Substitusi atau bisa dikendalikan.
Detoksifikasi denga Substitusi
Abstinen Tanpa substitusi
Pasien ketergantungan putau (heroin) yang
berhenti menggunakan zat yang mengalami gejala
Dengan Substitusi putus zat tidak diberi obat untuk menghilangkan
Pemberian subsitusi adalah dengan gejala putus zat tersebut. Pasien hanya dibiarkan
cara penurunan dosis secara saja sampai gejala putus zat tersebut berhenti
bertahap sampai berhenti sama sendiri.
sekali. Subsitusi bisa diberikan -> putus zat seperti putau,
sedatif-hipnotik dan alkohol. Subsitusi yg digunakan
pengguna putau (heroin) -> subsitusi jenis opiat
misalnya kodein, bufrenorfin dan metadon
Rehabilitasi Medis
Abstinen merupakan suatu kondisi atau keadaan di mana para penyalahguna
mampu untuk tidak memakai zat mereka dan tidak ada gangguan dalam keadaan
putus zat dan sindrom ketergantungan.
Pemeriksaan
Penunjang
SKRINNING &
KONFIRMATORI
Penilaian Klinis
Penilaian Imunologi
Pemeriksaan
Laboratorium
Penilaian Imunologi
ELISA
Tes HIV/AIDS
DNA kualitatif
HIV RNA
kuantitatif
PEMERIKSAAN LAB
HIV/AIDS
ASUHAN
KEPERAWATAN
KASUS
AN berusia 20 tahun merupakan anak bungsu dari empat bersaudara. Orang tua berpisah sejak
tahun 2009 saat AN duduk di kelas empat sekolah dasar. AN dibesarkan dalam keluarga yang
broken home (bercerai) sementara bapak bekerja sebagai pegawai Negeri sipil dan ibu wiraswasta.
Sejak orang tua berpisah AN kehilangan figur dan sosok seorang bapak sehingga tumbuh dan
besar tanpa pengawasan orang tua dan menjadikan AN anak yang sulit diatur. AN mengenal dan
mulai merokok saat kelas dua sekolah menengah pertama kemudian berlanjut di kelas tiga
mencoba obat-obatan dan alkohol. Penggunaan obat-obatan dilakukan secara bersamaan dengan
jarum suntik. Sebelum menggunakan NAPZA. AN adalah anak yang aktif dan sering terlibat dalam
kegiatan ekstrakurikuler seperti olahraga basket tetapi jarang melaksanakan ibadah. Setelah
menggunakan NAPZA berubah menjadi anak yang sangat tertutup dan pendiam, menjadi malas ke
sekolah, sering berbohong dan malas untuk belajar sehingga banyak mata pelajaran yang tidak
tuntas dan berpengaruh pada nilai hasil belajarnya serta semakin jauh dari agama. Saat ini pasien
diperiksa di klinik VCT, Hasil pemeriksaan TD: 110/60 mmHg, suhu : 38.5 C, Nadi 112 x/mnt dan
RR : 30 x/mnt. Pasien mengatakan sudah sebulan ini merasa lemas dan diare tidak berhenti,
sehari 5-8 kali BAB, pasien mengatakan sudah tidak peduli dengan kehidupannya.
Masalah
No Data Etiologi
Keperawatan
3. 5. Pasien mengatakan merasa kehilangan figur dan Perilaku Kesehatan Koping tidak efektif
sosok bapak sehingga tumbuh tanpa pengawasan Cenderung Berisiko (Pemilihan gaya
orang tua hidup tidak sehat
6. Pasien mengatakan mulai mengenal dan mulai yaitu merokok,
merokok sejak kelas dua sekolah menengah pertama konsumsi alkohol
kemudian berlanjut di kelas tiga dengan mencoba obat- berlebihan,
obatan terlarang dan meminum minuman beralkohol penyalahgunaan
7. Pasien mengatakan penggunaan obat-obatan zat)
dilakukan secara bersamaan dengan jarum suntik
Data Objektif:
1. Koping pasien tidak efektif
2. Pasien tampak tertutup, pendiam, menolak
berinteraksi
DIAGNOSA
KEPERAWATAN
No Diagnosa Keperawatan
Hipovolemia b.d kehilangan cairan aktif d.d diare (BAB 5-8x/hari) (D.0023, Hal 64,
1.
SDKI)
Resiko Infeksi b.d Penyalahgunaan obat (penggunaan jarum suntik secara bersama-
2. sama) d.d Suhu tubuh meningkat 38.5 C, diare (BAB 5-8x/hari) (D.0142, Hal 304,
SDKI)
Perilaku Kesehatan Cenderung Berisiko b.d Koping tidak efektif (Pemilihan gaya hidup
3. tidak sehat yaitu merokok, konsumsi alkohol berlebih, penyalahgunaan zat) (D.0099,
Hal 216, SDKI)
THANKS
Any Questions?
INTERVENSI KEPERAWATAN
No Diagnosa Keperawatan Tujuan & Kriteria Hasil Rencana Tindakan
Observasi
keperawatan selama 3x24 jam
1. Periksa tanda dan gejala hipovolemia (mis.
mmHg)
mendadak
7. Membran mukosa membaik
Kolaborasi
8. Berat badan membaik
1. Kolaborasi pemberian cairan IV isotonis (mis.
BUN)
Terapeutik
1. Atur interval waktu pemantauan sesuai dengan
kondisi pasien
2. Dokumentasi hasil pemantauan
Edukasi
1. Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
2. Informasikan hasil pemantauan, jika perlu
A. Pencegahan Infeksi (I. 14539)
Setelah dilakukan
Observasi
tindakan keperawatan 1. Monitor tanda gejala infeksi lokal dan
selama 3x24 jam masalah sistemik
Resiko Infeksi b.d Resiko Infeksi diharapkan Terapeutik
Penyalahgunaan obat dapat teratasi dengan 1. Batasi jumlah pengunjung
kriteria hasil : 2. Berikan perawatan kulit pada daerah
(penggunaan jarum
luka
suntik secara bersama- Tingkat Infeksi (L.14137)
2. 3. Cuci tangan sebelum dan sesudah
sama) d.d Suhu tubuh 1. Kebersihan tangan kontak dengan pasien dan lingkungan
meningkat 38.5 C, diare meningkat pasien
(BAB 5-8x/hari) 2. Demam menurun 4. Pertahankan teknik aseptik
(SDKI, D.0142) 3. Kemerahan menurun Edukasi
4. Nyeri menurun 1. Jelaskan tanda dan gejala infeksi
2. Ajarkan cara memeriksa luka suntikan
5. Letargi menurun
3. Anjurkan meningkatkan asupan cairan
Edukasi Pencegahan Infeksi (I.12406)
Observasi :
1. Periksa kesiapan dan kemampuan
menerima informasi
Terapeutik
1. Jadwalkan waktu yang tepat untuk
memberikan pendidikan kesehatan sesuai
kesepakatan dengan pasien dan keluarga
2. Berikan kesempatan untuk bertanya
terkait materi Edukasi
3. Jelaskan tanda dan gejala infeksi lokal
dan sistemik
4. Informasikan hasil pemeriksaan
laboratorium (mis. leukosit, WBC)
5. Anjurkan mengikuti tindakan pencegahan
sesuai kondisi
6. Ajarkan cara memeriksa kondisi luka
7. Anjurkan kecukupan nutrisi, cairan, dan
istirahat
8. Anjurkan mengelola antibiotik sesuai
resep
9. Ajarkan cara mencuci tangan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan Promosi Perilaku Upaya Kesehatan
selama 3x24 jam masalah Perilaku (I.12472)
Kesehatan Cenderung Berisiko Observasi
diharapkan dapat teratasi dengan kriteria 1. Identifikasi perilaku upaya kesehatan
hasil : yang dapat ditingkatkan (upaya pasien
untuk berhenti mengkonsumsi napza)
Perilaku Kesehatan (L.12107)
Terapeutik
1. Penerimaan terhadap perubahan
1. Berikan lingkungan yang mendukung
status kesehatan upaya kesehatan (berikan lingkungan
Perilaku Kesehatan
2. Kemampuan melakukan tindakan yang positif bagi pasien dan jauhkan
Cenderung Berisiko b.d
pencegahan masalah kesehatan pasien dari lingkungan negatif)
Koping tidak efektif
3. Kemampuan peningkatan kesehatan 2. Orientasi pelayanan kesehatan yang
3. (Pemilihan gaya hidup tidak
Manajemen Kesehatan (L.12104) dapat dimanfaatkan (berikan informasi
sehat yaitu merokok,
1. Melakukan tindakan untuk terkait VCT)
mengurangi faktor resiko meningkat Edukasi
konsumsi alkohol berlebih,
PENYALAHGUNAAN
NARKOBA
PENCEGAHAN
PRIMER
Pencegahan primer dapat dilakukan melalui:
Pencegahan Primer
Memberikan layanan akses komunikasi, informasi dan
narkoba.
berpotensi menimbulkan penyalahgunaan Napza
Peningkatan peran aktif masyarakat untuk mencegah
PENCEGAHAN
SEKUNDER
Kegiatan pencegahan sekunder menitik beratkan
Pencegahan Sekunder
Perda Provinsi Kalimantan Utara No 4 Tahun 2019 pasal 6 tentang Fasilitasi pencegahan dan
PENCEGAHAN
TERSIER
Kegiatan dilaksanakan dalam bentuk:
Pencegahan tersier Bimbingan sosial dan konseling terhadap yang
kesembuhan
Pengembangan minat, bakat dan keterampilan kerja
Pembinaan orang tua, keluarga, teman dimana korban
Narkoba.
Edukasi Kesehatan Pencegahan Primer,
Sekunder & Tersier Integrasi Hasil
Penelitian
PENCEGAHAN
PRIMER
1. Program P4GN (Pencegahan, Pemberantasan, Penyalahgunaan
Artikel jurnal dan peredaran Gelap Narkoba) tujuan pemberdayaan potensi
Efektivitas Program P4GN untuk melakukan gerakkan menentang/menolak penyalahgunaan
Terhadap Pencegahan dan peredaran gelap narkoba
2020).
3. Pendidikan dan pembimbingan afektif terkait bahaya
penyalahgunaan NAPZA yang menyebabkan adiksi (ketagihan)
berakibat ketergantungan, keinginan yang tidak tertahankan,
PENCEGAHAN
PRIMER
.................... Pencegahan, Pemberantasan Penyalahgunaan dan,
Program
Artikel Jurnal Peredaran Gelap Narkoba (P4GN) ini merupakan program yang
Efektivitas Program P4GN dicanangkan oleh pemerintah melalui BNN tahap tahun 2011-2015
Terhadap Pencegahan dengan tujuan mengendalikan penyalahgunaan NAPZA. P4GN ini
Penyalahgunaan NAPZA di dilaksanakan untuk menjadikan 97,2% penduduk Indonesia imun
SMP Nergri 10 Kota terhadap penyalahgunaan dan peredaran gelap, 2,8% penduduk
Kendari (Mandala et al., Indonesia (penyalahguna narkoba) secara bertahap mendapat
2020)) layanan rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial. Penyuluhan ini
efektif untuk mengajak SMPN 10 untuk say No. to DRUG sebagai
pencegahan.
PENCEGAHAN
SEKUNDER
Institusi Penerima Wajib Lapor (IPWL) merupakan institusi yang
Artikel jurnal merehabilitasi pecandu melalui sinergi kepolisiam dengan Kementerian
Penyetahuan masyarakat Kesehatan dan Kementerian Sosial. Upaya pencegahan peredaran
Tentang Rehabilitasi Sosial narkotika dengan cara rehabilitasi di Indonesia tidak akan berhasil
Penyalahgunaan NAPZA jika kementerian dan lembaga terkait tidak memiliki sinergitas yang
Melalui Institusi Penerima sama melalui Institusi Penerima Wajib Lapor (IPWL). IPWL
wajib lapor dibentuk berdasarkan Keputusan MenKes RI
Surabaya(Andari, 2019) No.18/Menkes/SK/VII/2012/IPWL bertujuan merangkul pengguna
atau pencandu narkoba, sebagai proses rehabilitasi, dengan melapor
ke IPWL, maka pecandu narkoba bisa terhindar dari jeratan
hukum.
PENCEGAHAN
SEKUNDER
Terapi ARV dan metadon yang diterima ODHA suntik
Artikel jurnal memberikan kontribusi pada perasaan mendapatkan kembali
Pengalaman Orang dengan kehidupan normal pada tingkat fisik dan emosional. Terlepas dari
HIV AIDS Pengguna dugaan keuntungan fisik, metadon sangat bermasalah karena IDU
NAPZA Suntik Selama dan ODHA secara mental ingin bebas dari terapi metadon,
Menjalani Terapi ARV dan sehingga mereka hanya menerima terapi ARV. Untuk mencapai
Metadon (Idramsyah et al., manfaat terapeutik yang diinginkan dan mencegah efek samping
2019) terapi yang tidak diinginkan, ODHA IDU juga memiliki kemampuan
memodifikasi terapi metadon sesuai dengan respon tubuh.
PENCEGAHAN
TERSIER
Suatu masalah kesehatan dapat dijelaskan kepada remaja
dengan cara mengubah sikap mereka untuk menaklukkannya
Artikel Jurnal melalui pendidikan kesehatan. Masalah kesehatan remaja dengan
Pendampingan Remaja SMKN penyalahgunaan narkoba dan penyebaran HIV/AIDS pada
5 Surabaya Terhadap Bahaya remaja merupakan keprihatinan serius yang berdampak negatif
Penyalahgunaan NAPZA dan pada masa depan mereka. Remaja sangat membutuhkan
HIV/Aids (Kusumawardani et program bimbingan dan konseling sebaya seperti ini agar mereka
al., 2022) dapat menerima informasi yang akurat dan dapat membangun
jaringan teman sebaya yang suportif yang akan menjauhkan
mereka dari penyalahgunaan narkoba
TERIMA KASIH