Anda di halaman 1dari 59

Askep Pada Pasien

Penyalahgunaan Napza
Kelompok 2 Kelas B
Rani Jesika Saepudin 1910711005

Seni Nilam Sari 1910711009

Yeni Widyani 1910711050


Anggota
Kelompok Diya Alvionita 1910711055

Zhafirah Zhafarina 1910711062

Aprilla Rahma U 1910711062

Fitri Wulan Sari 1910711074


PREVALENSI
Prevalensi
Di Indonesia jumlah penyalahguna NAPZA mengalamai peningkatan dari tahun ke
tahun. Berdasarkan hasil penelitian, pada tahun 2014 penyalahguna NAPZA berjumlah
sekitar 4,1 juta jiwa, pada tahun 2015 penyalahguna NAPZA berjumlah sekitar 5 juta
jiwa, pada tahun 2016 prevalensi pengguna NAPZA meningkat mencapai sekitar 5,9
juta jiwa (Londa, 2017) dalam (Sakrilesi & Perang, 2022).

Tahun 2015, angka prevalensi penyalahgunaan NAPZA tercatat 2,4% dan turun
pada tahun 2019 menjadi 1,8% (BNN, 2020). Pada tahun 2018, terdapat sebanyak
3,7 juta total kasus penyalahgunaan NAPZA yang di mana sebanyak 2,2 juta
merupakan usia remaja dan sisanya berasal dari kalangan pekerja. Dilihat dari angka
tersebut, pelaku penyalahgunaan NAPZA yang berusia remaja melebihi setengah dari
total kasus yang ada (Solehati et al., 2019)
PENGERTIAN
NAPZA
NAPZA (Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif) adalah bahan/zat/obat
yang bila masuk ke dalam tubuh manusia akan mempengaruhi tubuh
terutama otak/susunan saraf pusat, sehingga menyebabkan gangguan
kesehatan fisik, psikis, dan fungsi sosialnya karena terjadi kebiasaan,
ketagihan (adiksi) serta ketergantungan (dependensi) terhadap NAPZA
Penyalahgunaan NAPZA adalah penggunaan salah satu
atau beberapa jenis NAPZA secara berkala atau teratur
diluar indikasi medis, sehingga menimbulkan gangguan
kesehatan fisik, psikis dan gangguan fungsi sosial (Azmiyati,
2014) dalam (Dekawaty & Imardiani, 2020)
ETIOLOGI &
FAKTOR RESIKO
Etiologi
1. Usia
Usia
2.
Jenis Kelamin
Rata-rata populasi pengguna Hasil survei BNN, laki-laki lebih beresiko
narkoba yaitu berumur 10-50 tahun. menggunakan narkoba dibandingkan dengan
Akan tetapi yang paling rentan perempuan. Rasio laki-laki dengan perempuan
adalah usia 15 sampai 20 tahun ke yang pernah menggunakan narkoba 4 : 1
atas atau usia produktif, Pada remaja laki-laki cenderung mengalami
penggunaan obat-obatan terlarang perubahan kearah negatif dikarenakan
paling banyak terdapat pada umur orangtua menganggap laki-laki lebih mandiri
20-24 (UNODC, 2018) dibandingkan perempuan sehingga lakilaki lebih
bebas berinteraksi di luar lingkungan
Etiologi
1. Usia
2.

Tempat tinggal

survei yang dilaksanakan BNN RI mendapat angka bagi


pengguna narkoba yang lebih besar yaitu cenderung berada
di perkotaan.
Kondisi lingkungan yang kurang kondusif membuat seseorang
mudah stres dan ketika seseorang tidak diarahkan dan
dibimbing dengan baik maka dapat berpotensi untuk
menggunakan narkoba
Faktor Resiko
Faktor Individu Faktor Lingkungan
1. Usia
Cenderung memberontak a) Lingkungan Keluarga
2.Rasa

kurang percaya diri, rendah diri dan Komunikasi orang tua & anak kurang
memiliki citra diri negatif baik
Keingintahuan yang besar untuk mencoba Hubungan dalam keluarga kurang
atau penasaran harmonis
Keinginan untuk bersenang-senang (just Orang tua bercerai, berselingkuh
for fun) atau menikah lagi
Keinginan untuk mengikuti mode Orang tua terlalu sibuk
Keinginan untuk diterima dalam pergaulan. Orang tua yang serba membolehkan
Identitas diri yang kabur, sehingga (permisif)
merasa diri kurang “jantan” Orang tua kurang peduli dan tidak
tahu dgn masalah NAPZA
Faktor Resiko
b) Lingkungan Sekolah
1. Usia
Sekolah yang kurang disiplin Faktor NAPZA
2.
Sekolah yang terletak dekat tempat hiburan Mudahnya NAPZA didapat
dan penjual NAPZA dimana-mana dengan harga
Sekolah yang kurang memberi kesempatan “terjangkau”
siswa untuk mengembangkan diri secara Banyaknya iklan minuman
kreatif dan positif beralkohol dan rokok yang
Adanya murid pengguna NAPZA menarik untuk dicoba
Efek dari NAPZA yang bisa
c) Lingkungan Teman Sebaya menenangkan, menghilangkan
Berteman dengan penyalahguna nyeri, menidurkan, membuat
Tekanan ancaman teman kelompok euforia/fly/high/teler
PATOFISIOLOGI
PERILAKU BERESIKO
PENYALAHGUNAAN NAPZA
Faktor risiko penyalahgunaan NAPZA pada remaja:
temperamen yang sulit
1. Usia control impuls yang buruk dan kecenderungan untuk mencari sensasi
2.
(yang mungkin memiliki dasar biokimia)
pengaruh keluarga (termasuk predisposisi genetik terhadap alkoholisme
penggunaan atau penerimaan NAPZA
praktik pengasuhan orang tua yang buruk atau tidak konsisten konflik
keluarga, dan hubungan keluarga yang terganggu atau jauh)
penolakan teman sebaya
bergaul dengan pengguna NAPZA
keterasingan dan sifat memberontak, sikap positif terhadap
penggunaan NAPZA
mencoba NAPZA sejak usia dini.
TANDA DAN GEJALA
1. Klien mengatakan hanya coba-coba karena
disuruh teman-teman
2. Klien mengatakan orang tua tidak pernah
memberikannya kasih sayang dan lebih

Data memberikan fasilitas atau uang yang


berlebihan

Subjektif 3. Klien mengatakan orang tua selalu sibuk


4. Klien mengatakan dirinya anak broken
home
5. Klien mengatakan merasa rendah diri
6. Klien mengatakan stress
Aprilla Rahma
7. Klien mengatakan terlaluUbanyak
1910711062
tuntutan
dari orang tua.
Fitri Wulan Sari 1910711074
1. Wajah pucat
2. Mata merah dan mata berair
3. Mulut kering
4. Bibir menggelap atau kecoklatan
5. Bicara kacau
6. Tangan gemetar
7. Gelisah
Data 8. Napas tersengal atau sesak

Objektif 9. Sulit tidur


10. Daya ingat menurun
11. Tubuh lesu
12. Pemurung atau penyendiri
13. Mudah tersinggung atau marah
14. Suka menantang
Aprillaorang
RahmaatauU
agresif
1910711062
15. Jalan sempoyongan
16. Tidak peduli pada penampilan dirI
17. Terdapat bekas suntik pada lengan (Kamelia, 2019)
KOMPLIKASI
Komplikasi Medik
Otak dan susunan saraf Pada saluran napas PMS & HIV / AIDS
pusat Radang paru (Broncho Sistem Reproduksi : sering
Gangguan daya ingat pnemonia), terjadi kemandulan
Gangguan pembengkakan paru Kulit Terdapat bekas suntikan
perhatian(korisentrasi) (Oedema Paru) Kemampuan kognitif menurun
Gangguan bertindak Jantung Gangguan kesehatan jiwa,
rasional. Peradangan otot seperti skizofrenia, psikosis,
Gagguan perserpsi jantung, penyempitan
pembuluh darah paranoid, depresi ringan hingga
sehingga menimbulkan berat, cemas hingga panik
halusinasi jantung
Gangguan motivasi, Hati & Ginjal
sehingga malas sekolah
Hepatitis B dan C Komplikasi pada kehamilan
yang menular melalui Ibu: anemia, infeksi vagina,
atau bekerja. jarum suntik (Injection
Gangguan pengendalian hepatitis, AIDS
Drug User). Kandungan: abortus, keracunan
diri, sehingga sulit serosis hati bahkan
membeda kan baik/buruk kanker hati. kehamilan, bayi lahir mati
Janin: pertumbuhan terhambat,
premature, berat bayi rendah.
Komplikasi Sosial
Di Lingkungan Keluarga

Di Lingkungan Sekolah
Sering terjadi Merusak disiplin dan motivasi belajar.
pertengkaran, mudah Meningkatnya tindak kenakalan, membolos, tawuran
tersinggung. pelajar.
Orang tua resah barang Mempengaruhi peningkatan penyalahgunaan dian tara
berharga sering hilang sesama teman sebaya
Putus sekolah, menganggur,
sulit keuangan. Di Lingkungan Masyarakat
Perilaku menyimpang/asosial Tercipta pasar gelap antara pengedar dan bandar yang
anak (berbohong, mencuri, mencari pengguna / mangsanya.
tidak tertib, hidup bebas & Pengedar atau bandar menggunakan perantara remaja
menjadi aib keluarga. atau siswa yang telah menjadi ketergantungan.
Putus asa pengeluaran Meningkatnya kejahatan di masyarakat. Perampokan,
uang meningkat untuk biaya pencurian, pembunuhan sehingga masyarkat menjadi resah.
pengobatan dan rehabilitasi. Meningkatnya kecelakaan.
PENATALAKSANAAN
Assesment
Rencana Terapi
Rehabilitasi Medis
Detoksifikasi
Rehabilitasi/Resosialisasi
Assesment
Asesmen awal yaitu, asesmen yang dilakukan pada saat klien berada pada tahap awal
rehabilitasi, umumnya dilakukan pada dua sampai empat minggu pertama.
Pemeriksaan urin/rambut untuk mengetahui jenis narkoba dan riwayat penyalah gunaan
narkoba.
Wawancara menggunakan format asesmen yang berlaku / standar dalam PP 25 tahun 2011
tentang wajib lapor dan sesuai dengan format Adiction Severity Index (ASI) yang meliputi
riwayat kesehatan, riwayat pekerjaan / dukungan hidup, riwayat penggunaan narkoba,
riwayat keterlibatan pada tindak kriminalitas, riwayat keluarga dan sosial, serta riwayat
psikiatris pecandu narkoba.
Pemeriksaan fisik.
Pemberian terapi simptomatik jika diperlukan.
Rencana terapi.
Rehabilitasi Medis
Rehabilitasi medis dilaksanakan sebagai awal penalaksanaan dengan berbagai efek atau
pengaruh akibat pemakaian NAPZA pasien. Setelah dilakukan assesment, akan
ditegakkan tentang tingkat pemakaian dan kesiapan mental mereka dalam mengikuti
terapi. Selain itu, biasanya masih terdapat pengaruh dari intoksikasi, keadaan putus
zat, serta adanya gangguan penyerta atau pemberat terkait adanya gangguan fisik,
seperti penyakit HIV, hepatitis, dan penyakit menular seksual lainnya. Pelaksanaan
program rehabilitasi medis ini dilakukan selama 1 bulan pertama, dan biasanya bila
sebelum waktu tersebut sudah stabil, akan dimasukkan ke dalam program rehabilitasi
sosial
Rehabilitasi Medis
Proses detoksifikasi membantu menghilangkan efek
Detoksifikasi zat agar terhindar dari pengaruh zat (abstinen),
Detoksifikasi tanpa Substitusi atau bisa dikendalikan.
Detoksifikasi denga Substitusi
Abstinen Tanpa substitusi
Pasien ketergantungan putau (heroin) yang
berhenti menggunakan zat yang mengalami gejala
Dengan Substitusi putus zat tidak diberi obat untuk menghilangkan
Pemberian subsitusi adalah dengan gejala putus zat tersebut. Pasien hanya dibiarkan
cara penurunan dosis secara saja sampai gejala putus zat tersebut berhenti
bertahap sampai berhenti sama sendiri.
sekali. Subsitusi bisa diberikan -> putus zat seperti putau,
sedatif-hipnotik dan alkohol. Subsitusi yg digunakan
pengguna putau (heroin) -> subsitusi jenis opiat
misalnya kodein, bufrenorfin dan metadon
Rehabilitasi Medis
Abstinen merupakan suatu kondisi atau keadaan di mana para penyalahguna
mampu untuk tidak memakai zat mereka dan tidak ada gangguan dalam keadaan
putus zat dan sindrom ketergantungan.

Abstinen dapat bersifat total atau clean dan abstinen parsial


Abstinen total merupakan keadaan di mana mereka mampu beraktivitas
tanpa memakaian zat sama sekali.
Abstinen parsial merupakan keadaan di mana mereka mampu untuk lepas
sebagian saja (tidak sepenuhnya lepas).
Pemulihan
Pemulihan adalah upaya meningkatkan motivasi pasien untuk berhenti, mengontrol
keinginan pakai lagi, memperbaiki cara menyelesaikan masalah dan mengubah gaya
hidup menjadi lebih sehat.
Terapi religius/keagamaan
Terapi psikososial
Terapi Perilaku
Terapi kelompok
Pengobatan dengan cara detoksifikasi saja belum cukup karena tingginya risiko
untuk kambuh ("relaps"). Detoksifikasi hanya membantu menghilangkan
ketergantungan fisik dan bukan psikologis, oleh sebab itu harus dilanjutkan
dengan upaya pemulihan
Tatalaksana
Pengguna + ODHA
Pengguna NAPSUN beresiko terkena HIV/AIDS serta dapat memperburuk
kondisi terkait ketergantungan dan infeksinya

Metamfetamin berhubungan dengan peningkatan viral load dan


berkurangnya efikasi ARV
Konsumsi alkohol oleh ODHA akan memperbesar viral load dan
dua kali lebih mungkin memiliki CD4 <500 meski ODHA telah
mengonsumsi ARV
Penggunaan mariyuana berhubungan dengan terhambatnya
peningkatan jumlah CD4 pada ODHA yang mengonsumsi ARV
Rokok yang mengandung nikotin juga berinteraksi dengan ARV,
dimana meningkatkan progresivitas penyakit yang lebih cepat
Tatalaksana
Pengguna + ODHA
WHO merekomendasikan penatalaksanaan pengguna NAPZA pada ODHA tidak
boleh ditunda. Penatalaksanaan penggunaan NAPZA dan pemberian ARV
dilakukan secara bersamaan. Kriteria klinis dan imunologis untuk pemberian terapi
ARV pada ODHA dan pengguna NAPZA tidak berbeda dengan rekomendasi
umum. Perhatian khusus harus diberikan untuk mengatasi penggunaan NAPZA.
(Kemenkes RI, 2019)

Pemeriksaan
Penunjang
SKRINNING &
KONFIRMATORI

pemeriksaan skrining merupakan pemeriksaan PEMERIKSAAN


yang cepat, sensitif, tidak mahal dengan tingkat TOKSIKOLOGI URIN
presisi dan akurasi yang masih dapat diterima,

metode yang sering digunakan ialah immunoassay Urin merupakan spesimen


dengan prinsip pemeriksaan : reaksi antigen dan yang paling sering digunakan
antibodi. metode onsite strip test maupun di untuk pemeriksaan NAPZA
dalam laboratorium dengan metode ELISA rutin karena ketersediaannya
(enzyme linked immunosorbent assay). dalam jumlah besar dan
Pemeriksaan konfirmasi digunakan pada spesimen memiliki kadar obat dalam
dengan hasil positif di pemeriksaan skrining, jumlah besar sehingga lebih
metoda konfirmasi ialah gas mudah mendeteksi obat
chromatography/mass spectrometry (GC/MS) dibandingkan pada spesimen
dan liquid chromatography/mass spectrometry lain.
(LC/MS)
RAPID TEST

salah satu pemeriksaan TES DARAH


narkoba menggunakan
SAMPEL RAMBUT
Rapid Test. Rapid Test Pada tes darah

ini menggunakan pengguna narkoba,


Strip/Stick Test dan Pemeriksaan sampel rambut
akan didapat hasil lebih baik di bandingkan urin,
Card Test. SGOT dan SGPT
Yang membedakan, jika salah satunya narkoba dan
yang meningkat metabolism narkoba akan
Strip/Stick Test ini karena biasanya
dicelupkan pada wadah bertahan lama dalam rambut
pemakaian narkoba dan mengikuti pertumbuhan
yang sudah diisi dengan dalam jangka
urin, sedangkan pada rambut yang berlangsung
panjang dapat sekitar 1 inchi per 60 hari.
Card Test ini urin yang menyebabkan
diteteskan pada zona Sedangkan, kandungan narkoba
terjadinya dalam urin segera berkurang
sample sekitar 3-4 tetes hepatomegali
urin. dan menghilang dalam waktu
singkat.
PEMERIKSAAN
HIV/AIDS

Penilaian Klinis
Penilaian Imunologi
Pemeriksaan
Laboratorium

Penilaian Imunologi
ELISA
Tes HIV/AIDS
DNA kualitatif
HIV RNA
kuantitatif
PEMERIKSAAN LAB
HIV/AIDS
ASUHAN

KEPERAWATAN
KASUS

AN berusia 20 tahun merupakan anak bungsu dari empat bersaudara. Orang tua berpisah sejak
tahun 2009 saat AN duduk di kelas empat sekolah dasar. AN dibesarkan dalam keluarga yang
broken home (bercerai) sementara bapak bekerja sebagai pegawai Negeri sipil dan ibu wiraswasta.
Sejak orang tua berpisah AN kehilangan figur dan sosok seorang bapak sehingga tumbuh dan
besar tanpa pengawasan orang tua dan menjadikan AN anak yang sulit diatur. AN mengenal dan
mulai merokok saat kelas dua sekolah menengah pertama kemudian berlanjut di kelas tiga
mencoba obat-obatan dan alkohol. Penggunaan obat-obatan dilakukan secara bersamaan dengan
jarum suntik. Sebelum menggunakan NAPZA. AN adalah anak yang aktif dan sering terlibat dalam
kegiatan ekstrakurikuler seperti olahraga basket tetapi jarang melaksanakan ibadah. Setelah
menggunakan NAPZA berubah menjadi anak yang sangat tertutup dan pendiam, menjadi malas ke
sekolah, sering berbohong dan malas untuk belajar sehingga banyak mata pelajaran yang tidak
tuntas dan berpengaruh pada nilai hasil belajarnya serta semakin jauh dari agama. Saat ini pasien
diperiksa di klinik VCT, Hasil pemeriksaan TD: 110/60 mmHg, suhu : 38.5 C, Nadi 112 x/mnt dan
RR : 30 x/mnt. Pasien mengatakan sudah sebulan ini merasa lemas dan diare tidak berhenti,
sehari 5-8 kali BAB, pasien mengatakan sudah tidak peduli dengan kehidupannya.
Masalah
No Data Etiologi
Keperawatan

1. Data Subjektif: Hipovolemia Kehilangan cairan


1. Pasien mengatakan sudah sebulan merasa lemas aktif
2. Pasien mengatakan diare tidak berhenti yaitu BAB 5-
8x/hari
Data Objektif:
1. TD: 110/60 mmHg
2. Suhu : 38.5 C
3. Nadi 112 x/mnt
4. RR : 30 x/mnt
5. Pasien tampak lemas
6. Pasien tampak tidak berdaya
7. Turgor kulit menurun
8. Mukosa pasien tampak kering
9. Pasien tampak berkeringat
10. Kulit pasien teraba hangat dan kemerahan
No Data Masalah Keperawatan Etiologi

2. Data Subjektif: Resiko Infeksi Penyalahgunaan obat


1. Pasien mengatakan penggunaan obat-obatan dilakukan (penggunaan jarum
secara bersamaan dengan jarum suntik. suntik secara
2. Pasien mengatakan mulai mengenal dan mulai merokok bersama-sama)
sejak kelas dua sekolah menengah pertama kemudian
berlanjut di kelas tiga dengan mencoba obat-obatan
terlarang dan meminum minuman beralkohol
3. Pasien mengatakan diare tidak berhenti (BAB 5-8x/hari)
Data Objektif:
1. TD: 110/60 mmHg
2. Suhu : 38.5 C
3. Nadi 112 x/mnt
4. RR : 30 x/mnt
5. Pasien tampak lemas
6. Turgor kulit menurun
7. Pasien tampak berkeringat
8. Kulit pasien teraba hangat dan kemerahan
Masalah
No Data Etiologi
Keperawatan

3. Data Subjektif: Perilaku Kesehatan Koping tidak efektif


1. Pasien mengatakan sudah tidak peduli dengan Cenderung Berisiko (Pemilihan gaya
kehidupannya. hidup tidak sehat
2. Pasien mengatakan sebelum menggunakan NAPZA. yaitu merokok,
ia adalah anak yang aktif dan sering terlibat dalam konsumsi alkohol
kegiatan ekstrakurikuler seperti olahraga basket berlebihan,
tetapi jarang melaksanakan ibadah. penyalahgunaan
3. Pasien mengatakan setelah menggunakan NAPZA zat)
ia berubah menjadi anak yang sangat tertutup dan
pendiam, menjadi malas ke sekolah, sering
berbohong dan malas untuk belajar sehingga banyak
mata pelajaran yang tidak tuntas dan berpengaruh
pada nilai hasil belajarnya serta ia semakin jauh dari
agama
Masalah
No Data Etiologi
Keperawatan

3. 5. Pasien mengatakan merasa kehilangan figur dan Perilaku Kesehatan Koping tidak efektif
sosok bapak sehingga tumbuh tanpa pengawasan Cenderung Berisiko (Pemilihan gaya
orang tua hidup tidak sehat
6. Pasien mengatakan mulai mengenal dan mulai yaitu merokok,
merokok sejak kelas dua sekolah menengah pertama konsumsi alkohol
kemudian berlanjut di kelas tiga dengan mencoba obat- berlebihan,
obatan terlarang dan meminum minuman beralkohol penyalahgunaan
7. Pasien mengatakan penggunaan obat-obatan zat)
dilakukan secara bersamaan dengan jarum suntik
Data Objektif:
1. Koping pasien tidak efektif
2. Pasien tampak tertutup, pendiam, menolak
berinteraksi
DIAGNOSA
KEPERAWATAN

No Diagnosa Keperawatan

Hipovolemia b.d kehilangan cairan aktif d.d diare (BAB 5-8x/hari) (D.0023, Hal 64,
1.
SDKI)

Resiko Infeksi b.d Penyalahgunaan obat (penggunaan jarum suntik secara bersama-
2. sama) d.d Suhu tubuh meningkat 38.5 C, diare (BAB 5-8x/hari) (D.0142, Hal 304,
SDKI)

Perilaku Kesehatan Cenderung Berisiko b.d Koping tidak efektif (Pemilihan gaya hidup
3. tidak sehat yaitu merokok, konsumsi alkohol berlebih, penyalahgunaan zat) (D.0099,
Hal 216, SDKI)
THANKS

Any Questions?
INTERVENSI KEPERAWATAN
No Diagnosa Keperawatan Tujuan & Kriteria Hasil Rencana Tindakan

A. Manajemen Hipovolemia (I.03116)


Setelah dilakukan tindakan

Observasi
keperawatan selama 3x24 jam
1. Periksa tanda dan gejala hipovolemia (mis.

masalah Hipovolemia diharapkan


frekuensi nadi meningkat, nadi teraba lemah,

tekanan darah menurun, tekanan nadi

dapat teratasi dengan kriteria hasil :


menyempit,turgor kulit menurun, membran

Status Cairan (L.03028)


mukosa kering, volume urin menurun,

1. Kekuatan nadi meningkat (60-100

hematokrit meningkat, haus dan lemah)


x/menit)
Hipovolemia b.d
2. Monitor intake dan output cairan
2. Turgor kulit meningkat (<2 detik)
1. kehilangan cairan aktif d.d
Terapeutik
3. Output urin meningkat
diare (BAB 5-8x/hari) 1. Hitung kebutuhan cairan
4. Dispnea menurun (RR 14-

2. Berikan asupan cairan oral


20x/menit)
Edukasi
5. Perasaan lemah menurun
1. Anjurkan memperbanyak asupan cairan oral
6. Tekanan darah membaik (120/80

2. Anjurkan menghindari perubahan posisi

mmHg)
mendadak
7. Membran mukosa membaik
Kolaborasi
8. Berat badan membaik
1. Kolaborasi pemberian cairan IV isotonis (mis.

9. Intake cairan membaik


cairan NaCl, RL)
B. PEMANATAUAN CAIRAN (I.03121)
Observasi
1. Monitor frekuensi dan kekuatan nadi
2. Monitor frekuensi nafas
3. Monitor tekanan darah
4. Monitor berat badan
5. Monitor elastisitas atau turgor kulit
6. Monitor jumlah, waktu dan berat jenis urine
7. Monitor hasil pemeriksaan serum (mis.

Osmolaritas serum, hematocrit, natrium, kalium,

BUN)
Terapeutik
1. Atur interval waktu pemantauan sesuai dengan

kondisi pasien
2. Dokumentasi hasil pemantauan
Edukasi
1. Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
2. Informasikan hasil pemantauan, jika perlu
A. Pencegahan Infeksi (I. 14539)
Setelah dilakukan
Observasi
tindakan keperawatan 1. Monitor tanda gejala infeksi lokal dan
selama 3x24 jam masalah sistemik
Resiko Infeksi b.d Resiko Infeksi diharapkan Terapeutik
Penyalahgunaan obat dapat teratasi dengan 1. Batasi jumlah pengunjung
kriteria hasil : 2. Berikan perawatan kulit pada daerah
(penggunaan jarum
luka
suntik secara bersama- Tingkat Infeksi (L.14137)
2. 3. Cuci tangan sebelum dan sesudah
sama) d.d Suhu tubuh 1. Kebersihan tangan kontak dengan pasien dan lingkungan
meningkat 38.5 C, diare meningkat pasien
(BAB 5-8x/hari) 2. Demam menurun 4. Pertahankan teknik aseptik
(SDKI, D.0142) 3. Kemerahan menurun Edukasi
4. Nyeri menurun 1. Jelaskan tanda dan gejala infeksi
2. Ajarkan cara memeriksa luka suntikan
5. Letargi menurun
3. Anjurkan meningkatkan asupan cairan
Edukasi Pencegahan Infeksi (I.12406)
Observasi :
1. Periksa kesiapan dan kemampuan
menerima informasi
Terapeutik
1. Jadwalkan waktu yang tepat untuk
memberikan pendidikan kesehatan sesuai
kesepakatan dengan pasien dan keluarga
2. Berikan kesempatan untuk bertanya
terkait materi Edukasi
3. Jelaskan tanda dan gejala infeksi lokal

dan sistemik
4. Informasikan hasil pemeriksaan
laboratorium (mis. leukosit, WBC)
5. Anjurkan mengikuti tindakan pencegahan
sesuai kondisi
6. Ajarkan cara memeriksa kondisi luka
7. Anjurkan kecukupan nutrisi, cairan, dan
istirahat
8. Anjurkan mengelola antibiotik sesuai
resep
9. Ajarkan cara mencuci tangan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan Promosi Perilaku Upaya Kesehatan
selama 3x24 jam masalah Perilaku (I.12472)
Kesehatan Cenderung Berisiko Observasi
diharapkan dapat teratasi dengan kriteria 1. Identifikasi perilaku upaya kesehatan
hasil : yang dapat ditingkatkan (upaya pasien
untuk berhenti mengkonsumsi napza)
Perilaku Kesehatan (L.12107)
Terapeutik
1. Penerimaan terhadap perubahan
1. Berikan lingkungan yang mendukung
status kesehatan upaya kesehatan (berikan lingkungan
Perilaku Kesehatan
2. Kemampuan melakukan tindakan yang positif bagi pasien dan jauhkan
Cenderung Berisiko b.d
pencegahan masalah kesehatan pasien dari lingkungan negatif)
Koping tidak efektif
3. Kemampuan peningkatan kesehatan 2. Orientasi pelayanan kesehatan yang
3. (Pemilihan gaya hidup tidak
Manajemen Kesehatan (L.12104) dapat dimanfaatkan (berikan informasi
sehat yaitu merokok,
1. Melakukan tindakan untuk terkait VCT)
mengurangi faktor resiko meningkat Edukasi
konsumsi alkohol berlebih,

1. anjurkan tidak merokok dalam rumah


2. Aktivitas hidup sehari-hari efektif
penyalahgunaan zat) 2. anjurkan mengurangi rokok secara
memenuhi tujuan kesehatan
perlahan
meningkat
3. anjurkan tidak minum - minuman
Pemeliharaan Kesehatan (L.12106) berakohol
1. Menunjukkan pemahaman perilaku 4. anjurkan untuk tidak menggunakan
sehat meningkat NAPZA dengan jarum suntik secara
2. Kemampuan menjalankan perilaku bersama-sama
sehat meningkat 5. anjurkan melakukan aktivitas fisik
3. Memiliki sistem pendukung meningkat setiap hari
UPAYA PENCEGAHAN

PENYALAHGUNAAN

NARKOBA
PENCEGAHAN

PRIMER
Pencegahan primer dapat dilakukan melalui:
Pencegahan Primer
Memberikan layanan akses komunikasi, informasi dan

adalah bentuk tindakan


edukasi kepada masyarakat tentang bahaya penyalahgunaan

yang ditujukan pada


Napza
anak-anak dan generasi
Melakukan pembangunan berwawasan anti Napza dengan

muda yang belum pernah


sosialisasi di lingkungan pemerintah provinsi, keluarga,

sekolah, keagamaan, komunitas adat, dan kelompok rentan


menyalahgunakan

Melakukan pengawasan terhadap setiap kegiatan yang

narkoba.
berpotensi menimbulkan penyalahgunaan Napza
Peningkatan peran aktif masyarakat untuk mencegah

penyalagunaan Napza; penyebaran informasi baik dari

penyuluhan, napak tilas, sarasehan, brosur dan lain-lain.


Perda Provinsi Kalimantan Utara No 4 Tahun 2019 pasal 5 tentang Fasilitasi pencegahan dan

penanggulangan penyalahgunaan narkotika, psikotropika dan zat adiktif lainnya


PENCEGAHAN

SEKUNDER
Kegiatan pencegahan sekunder menitik beratkan

Pencegahan Sekunder

pada kegiatan deteksi secara dini terhadap anak

adalah pencegahan yang


yang menyalahgunakan narkoba, konseling

ditujukan pada anak-anak


perorangan dan keluarga pengguna, bimbingan sosial

atau generasi muda yang


melalui kunjungan rumah.
sudah mulai mencoba-coba

menyalahgunakan narkoba. Upaya pencegahan sekunder dilaksanakan dengan

metode, teknik, dan pendekatan secara professional

sesuai dengan ketentuan perundangan yang berlaku.

Perda Provinsi Kalimantan Utara No 4 Tahun 2019 pasal 6 tentang Fasilitasi pencegahan dan

penanggulangan penyalahgunaan narkotika, psikotropika dan zat adiktif lainnya


PENCEGAHAN

TERSIER
Kegiatan dilaksanakan dalam bentuk:
Pencegahan tersier Bimbingan sosial dan konseling terhadap yang

ditujukan pada korban bersangkutan dan keluarga serta kelompok sebayanya


narkoba atau mantan Penciptaan lingkungan sosial dan pengawasan sosial yang

korban narkoba. menguntungkan bekas korban untuk mantapnya

kesembuhan
Pengembangan minat, bakat dan keterampilan kerja
Pembinaan orang tua, keluarga, teman dimana korban

tinggal, agar siap menerima bekas korban dengan baik

jangan sampai bekas korban kembali menyalahgunakan

Narkoba.
Edukasi Kesehatan Pencegahan Primer,
Sekunder & Tersier Integrasi Hasil
Penelitian
PENCEGAHAN
PRIMER
1. Program P4GN (Pencegahan, Pemberantasan, Penyalahgunaan
Artikel jurnal dan peredaran Gelap Narkoba) tujuan pemberdayaan potensi
Efektivitas Program P4GN untuk melakukan gerakkan menentang/menolak penyalahgunaan
Terhadap Pencegahan dan peredaran gelap narkoba

Penyalahgunaan NAPZA di 2. Kegiatan penyuluhan komperhensif dan berkesinambungan dengan


pengabdian masyarakat metode program P4GN terhadap
SMP Nergri 10 Kota
pencegahan penyalahgunaan NAPZA dengan menekankan bahaya
Kendari (Mandala et al.,
NAPZA.

2020).
3. Pendidikan dan pembimbingan afektif terkait bahaya
penyalahgunaan NAPZA yang menyebabkan adiksi (ketagihan)
berakibat ketergantungan, keinginan yang tidak tertahankan,
PENCEGAHAN
PRIMER
.................... Pencegahan, Pemberantasan Penyalahgunaan dan,
Program
Artikel Jurnal Peredaran Gelap Narkoba (P4GN) ini merupakan program yang
Efektivitas Program P4GN dicanangkan oleh pemerintah melalui BNN tahap tahun 2011-2015
Terhadap Pencegahan dengan tujuan mengendalikan penyalahgunaan NAPZA. P4GN ini
Penyalahgunaan NAPZA di dilaksanakan untuk menjadikan 97,2% penduduk Indonesia imun
SMP Nergri 10 Kota terhadap penyalahgunaan dan peredaran gelap, 2,8% penduduk
Kendari (Mandala et al., Indonesia (penyalahguna narkoba) secara bertahap mendapat
2020)) layanan rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial. Penyuluhan ini
efektif untuk mengajak SMPN 10 untuk say No. to DRUG sebagai
pencegahan.
PENCEGAHAN
SEKUNDER
Institusi Penerima Wajib Lapor (IPWL) merupakan institusi yang
Artikel jurnal merehabilitasi pecandu melalui sinergi kepolisiam dengan Kementerian
Penyetahuan masyarakat Kesehatan dan Kementerian Sosial. Upaya pencegahan peredaran
Tentang Rehabilitasi Sosial narkotika dengan cara rehabilitasi di Indonesia tidak akan berhasil
Penyalahgunaan NAPZA jika kementerian dan lembaga terkait tidak memiliki sinergitas yang
Melalui Institusi Penerima sama melalui Institusi Penerima Wajib Lapor (IPWL). IPWL
wajib lapor dibentuk berdasarkan Keputusan MenKes RI
Surabaya(Andari, 2019) No.18/Menkes/SK/VII/2012/IPWL bertujuan merangkul pengguna
atau pencandu narkoba, sebagai proses rehabilitasi, dengan melapor
ke IPWL, maka pecandu narkoba bisa terhindar dari jeratan
hukum.
PENCEGAHAN
SEKUNDER
Terapi ARV dan metadon yang diterima ODHA suntik
Artikel jurnal memberikan kontribusi pada perasaan mendapatkan kembali
Pengalaman Orang dengan kehidupan normal pada tingkat fisik dan emosional. Terlepas dari
HIV AIDS Pengguna dugaan keuntungan fisik, metadon sangat bermasalah karena IDU
NAPZA Suntik Selama dan ODHA secara mental ingin bebas dari terapi metadon,
Menjalani Terapi ARV dan sehingga mereka hanya menerima terapi ARV. Untuk mencapai
Metadon (Idramsyah et al., manfaat terapeutik yang diinginkan dan mencegah efek samping
2019) terapi yang tidak diinginkan, ODHA IDU juga memiliki kemampuan
memodifikasi terapi metadon sesuai dengan respon tubuh.
PENCEGAHAN
TERSIER
Suatu masalah kesehatan dapat dijelaskan kepada remaja
dengan cara mengubah sikap mereka untuk menaklukkannya
Artikel Jurnal melalui pendidikan kesehatan. Masalah kesehatan remaja dengan
Pendampingan Remaja SMKN penyalahgunaan narkoba dan penyebaran HIV/AIDS pada
5 Surabaya Terhadap Bahaya remaja merupakan keprihatinan serius yang berdampak negatif
Penyalahgunaan NAPZA dan pada masa depan mereka. Remaja sangat membutuhkan
HIV/Aids (Kusumawardani et program bimbingan dan konseling sebaya seperti ini agar mereka
al., 2022) dapat menerima informasi yang akurat dan dapat membangun
jaringan teman sebaya yang suportif yang akan menjauhkan
mereka dari penyalahgunaan narkoba
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai