OLEH :
A. PENDAHULUAN
NAPZA merupakan akronim daripada Narkoba, Psikotropika dan Zat Adiktif
lainnya yang merupakan jenis obat-obatan yang dapat mempengaruhi
gangguan kesehatan dan kejiwaan. Penyalahgunaan NAPZA yaitu pemberian
obat-obatan untuk sendiri tanpa indikasi ocia, tanpa petunjuk atau resep dokter,
baik secara teratur atau berkala sekurang-kurangnya selama satu bulan.
Menurut data Badan Narkotika Nasional,perkembangan populasi korban NAPZA
dari tahun ke tahun semakin meningkat. Tahun 2008 sekitar 2,3 juta orang,
tahun 2011 diketahui sekitar 4,2 juta orang, pada tahun 2015 sebesar 5,8 juta
orang dan di tahun 2019 diperkirakan mencapai angka 7,4 juta orang.
Masalah penyalahgunaan narkoba merupakan masalah yang sangat
kompleks yang memerlukan upaya penanggulangan secara komprehensif
dengan melibatkan kerja sama multidispliner, multisektor, dan peran serta
masyarakat secara aktif yang dilaksanakan secara berkesinambungan,
konsekuen, dan konsisten. Meskipun dalam kedokteran sebagian besar narkoba
masih bermanfaat bagi pengobatan, namun bila disalahgunakan atau digunakan
tidak menurut indikasi medis atau standar pengobatan terlebih lagi bila disertai
peredaran di jalur ocial akan berakibat sangat merugikan bagi individu maupun
masyarakat luas khususnya generasi muda. Indonesia saat ini tidak hanya
sebagai transit perdagangan gelap serta tujuan peredaran narkoba, tetapi juga
telah menjadi produsen dan pengekspor.
Berdasarkkan Kemenkes (2014) dalam menangani penyalahguna narkoba
saat ini melibatkan berbagai ocial, antara lain Rumah Sakit khususnya Rumah
Sakit Ketergantungan Obat (RSKO) dan Rumah Sakit Jiwa (RSJ), Panti
Rehabilitasi Sosial Narkotika (PRSN), pesantren, lembaga pemasyarakatan,
dan lembaga swadaya masyarakat yang bergerak dalam bidang
penanggulangan masalah penyalahgunaan narkoba.
Dengan diterbitkannya Undang-Undang Nomor 35 tahun 2009 tentang
narkotika yang mengamanatkan pencegahan, perlindungan, dan penyalamatan
bangsa Indonesia dari penyalahgunaan narkotika serta menjamin pengaturan
upaya rehabilitasi medis dan ocial bagi penyalahguna dan pecandu narkotika,
dimana pada pasal 54 menyebutkan bahwa “korban penyalahguna dan
pecandu narkotika wajib rehabilitas”. Undang-undang tersebut juga sudah
mengatur bahwa rehabilitasi adalah alternative lain dari hukuman
penjara.Rehabilitasi adalah upaya kesehatan yang dilakukan secara utuh dan
terpadu melalui pendekatan nonmedis, psikologis, ocial dan religi agar
pengguna NAPZA yang menderita sindrom ketergantungan dapat mencapai
kemampuan fungsional seoptimal mungkin. Tujuannya pemulihan dan
pengembangan pasien baik fisik, mental, ocial dan spiritual. Sarana rehabilitasi
yang disediakan harus memiliki tenaga kesehatan sesuai dengan kebutuhan .
B. PENGERTIAN
Penyalahgunaan zat adalah penggunaan zat secara terus menerus bahkan
sampai setelah terjadi masalah. Ketergantungan zat menunjukkan kondisi yang
parah dan sering dianggap sebagai penyakit. Adiksi umumnya merujuk pada
perilaku psikososial yang berhubungan dengan ketergantungan zat. Gejala
putus zat terjadi karena kebutuhan biologik terhadap obat. Toleransi adalah
peningkatan jumlah zat untuk memperoleh efek yang diharapkan. Gejala putus
zat dan toleransi merupakan tanda ketergantungan fisik (Stuart dan Sundeen,
1995).
C. ETIOLOGI
Faktor penyebab pada klien dengan penyalahgunaan dan ketergantungan
NAPZA meliputi:
1. Faktor biologi
Kecenderungan keluarga, terutama penyalahgunaan alcohol. Perubahan
metabolisme alkohol yang mengakibatkan respon fisiologik yang tidak
nyaman.
2. Faktor psikologi
Tipe kepribadian ketergantungan · Harga diri rendah biasanya sering berhub.
dengan penganiayaan waktu masa kanak kanak keluarga, termasuk tidak
stabil, tidak ada contoh peran yang positif, kurang percaya diri, tidak mampu
memperlakukan anak sebagai individu, dan orang tua yang adiksi
3. Faktor sosiokultural ·
Ketersediaan dan penerimaan sosial terhadap pengguna obat· Ambivalens
sosial tentang penggunaan dan penyalahgunaan berbagai zat seperti
tembakau, alkohol dan mariyuana · Sikap, nilai, norma dan sanksi cultural
Kemiskinan dengan keluarga yang tidak stabil dan keterbatasan kesempatan
1. Perubahan Fisik
Pada saat menggunakan NAPZA : jalan sempoyongan, bicara pelo
( cadel ), apatis ( acuh tak acuh ), mengantuk, agresif.
Bila terjadi kelebihan dosis ( Overdosis ) : nafas sesak, denyut jantung
dan nadi lambat, kulit teraba dingin, bahkan meninggal.
Saat sedang ketagihan ( Sakau ) : mata merah, hidung berair, menguap
terus, diare, rasa sakit seluruh tubuh, malas mandi, kejang, kesadaran
menurun
pada saat sekau: mata merah, hidung berair, menguap terus, diare, rasa
sakit seluruh tubuh, malas mandi; kejang, kesadaran menurun
Pengaruh jangka panjang : penampilan tidak sehat, tidak perduli terhadap
kesehatan dan kebersihan, gigi keropos, bekas suntikan pada lengan.
2. Perubahan sikap dan perilaku
Prestasi disekolah menurun, tidak mengerjakan tugas sekolah , kurang
bertanggung jawab
Pola tidur berubah, begadang, sulit di bangunkan di pagi hari.
Sering berpergian hingga larut malam , terkadang tidak pulang tanpa ijin
Sering mengurung diri lama-lama di kamar mandi, menghindari bertemu
dengan anggot keluarga lain
Sering berbohong, minta banyak uang dengan berbagai alasan tapi tidak
jelas penggunaannya, mengambil dan menjual barang berharga milik
sendiri atau keluarga, mencuri, terlibat kekerasan dan sering berurusan
dengan polisi.
Sering bersikap emosional , mudah tersinggung, pemarah, kasar,
bermusuhan, tertutup dan penuh rahasia
Sering bersikap emosional, mudah tersinggung, pemarah, kasar,
bermusuhan pencurigaan, tertutup dan penuh rahasia.
D. Pohon Masalah
Risiko Bunuh Diri
Halusinasi
Intoksikasi
Penyalahgunaan napza
Gangguan konsep
1. Komplikasi medik
Pengaruh pada :
2 . Dampak Sosial
a. Di Lingkungan Keluarga
Suasana nyaman dan tentram dalam keluarga terganggu, sering terjadi
pertengkaran, mudah tersinggung.
Orang tua resah karena barang berharga sering hilang.
Perilaku menyimpang / asosial anak ( berbohong, mencuri, tidak tertib,
hidup bebas) dan menjadi aib keluarga.
putus sekolah atau menganggur karena di keluarkan dari sekolah atau
pekerjaan sehingga merusak kehidupan keluarga kesulitan keuangan
orang tua menjadi putus asa karena pengeluaran uang menungkat
untuk biaya pengobatan dan rehabilitasi
b. Lingkungan sekolah
. merusak disiplin dan motivasi belajar
.meningkatnya tindak kekanalan, membolos, tauran pelajar.
. mempengaruhi peningkatan penyalagunaan di antara sesame teman.
c. Di lingkungan masyarakat
tercipta pasar gelap antara pengedar dan Bandar yang mencari
pengguna atau mangsanya
pengedar atau Bandar menggunakan perantara remaja atau siswa
yang telah menjadi ketergantungan
meningkatnya kejahatan di masyarakat : perampokan,
pembunuhansehingga masyarakat menjadi resa
.meningkatnya kecelakaan.
E. PENGKAJIAN
1. Identitas Klien Identitas klien yang perlu di tulis adalah nama klien, jenis
kelamin, umur (biasanya pada usia produktif), pendidikan (segala jenis/
tingkat pendidikan beresiko menggunakan NAPZA), pekerjaan (tingkat
keseriusan/ tuntutan dalam pekerjaannya dapat menimbulkan masalah),
status (belum menikah, menikah atau bercerai), alamat, kemudian nama
perawat
H. EVALUASI
Evaluasi Penyalahgunaan dan ketergantungan zat tergantung pada
penanganan yang dilakukan perawat terhadap pasien dengan mengacu pada
tujuan yang ingin dicapai. Sebaiknya perawat dan pasien bersama-sama
melakukan evaluasi terhadap keberhasilan yang dicapai dan tindaklanjut yang
diharapkan dilakukan untuk selanjutnya.
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Penyalahgunaan zat adalah penggunaan zat secara terus menerus bahkan
samapai setelah terjadi masalah. Ketergantungan zat menunjukan kondisi
yang parah yang dianggap sebagai penyakit. Adiksi umumnya merujuk pada
perilaku psikososial yang berhubungan dengan tergantungan zat. Gejala
putus zat terjadi zat karena kebutuhan iologi terhadap obat.
B. Saran
Diharapkan pada pembaca untuk memberikan kritik dan sarannya agar
bermanfaat untuk kita semua terutama bagi kami penulis.
LAPORAN PENDAHULUAN
HIV/AIDS
1. PENDAHULUAN
Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) adalah sekumpulan gejalah
atau syndrome yang timbul karena rusaknya system kekebalan tubuh manusia
akibat infeksi virus HIV. Virusnya human immunodeficiency virus (HIV) yaitu
virus yang memperlemah kekebalan pada tubuh manusia. Orang yang terkena
virus ini akan menjadi rentang terhadap infeksi oportunistik ataupun mudah
terkena tumor. Meskipun penangan yang telah ada dapat memperlambat laju
perkembangan virus. HIV umumnya ditularkan melalui kontak langsung antara
lapisan kulit (membrane mukosa) atau aliran darah, dengan cairan tubuh yang
mengandung HIV, seperti darah, air mani, cairan vagina,cairan preseminal, dan
air susu ibu.
Penularan dapat terjadi melalui hubungan intim (vaginal, anal, ataupun oral),
transfuse darah, jarum suntik yang terkontaminasi, antara ibu dan bayi selama
kehamilan, persalinan, atau menyusui serta bentuk kontak lainya dengan cairan-
cairan tubuh tersebut.
Penyakit AIDS itu itu menyebar kebeberapa Negara di dunia, bahkan menurut
UNAIDS dan WHO memperkirakan bahwa AIDS telah membunuh lebih 25 juta
jiwa sejak pertama kali diakui tahun1981, dan ini membuat AIDS salah satu
epidemic paling menghancurkan pada sejarah. Meskipun beru saja akses
perawatan antiretrovirusbertambah baik di banyak region di dunia, epidemic
AIDS diperkirakan 2,8 juta (antara 2,4 dan 3,3 juta) hidup pada tahun 2005 dan
lebih dari setengah juta (570.000) merupakan anak-anak. Secara global antara
33,4 dan 46 juta orang kini hidup dengan HIV. Pada tahun 2005, antara 3,4 dan
6,2 juta orang terinfeksi dan antara 2,4 dan 3,3 juta orang dengan AIDS
meninggal dunia. Peningkatan pada tahun 2003 dan jumlah terbesar sejak tahun
1981.
Di Indonesia menurut laporan kasus kumulatif HIV/ AIDS sampai dengan 31
desember 2011 yang dikeluarkan oleh Ditjen PP dan PI, Kementerian RI tanggal
29 februari 2012 menunjukan jumlah kasus AIDS sudah menenbus angka
100.000, jumlah kasus yang sudah dilaporkan 106.758 yang terdiri atas 76.979
HIV dan 29.879 AIDS dengan kematian 5.430. angka ini tidak mengherankan
karena diawal tahun 2000-an kalangan ahli epidemiologi sudah membuat
estimasi kasus HIV/AIDS di Indonesia yaitu berkisar antara 80.000-130.000. dan
sekarang Indonesia menjadi peringkat ketiga, setelah cina dan india yang
percepatan kasus HIV/AIDS-nya tertinggi di ASIA.
2. PENGERTIAN
HIV (human immunodeficiency virus) adalah sejenis virus atau retrovirus yang
termasuk dalam family lentivirus. Retrovirus mempunyai kemampuan
menggunakan RNA-nya dan DNA penjamu untuk membentuk virus DNA dan
dikenali selama periode inkubasi yang panjang dan menyebabkan munculnya
tanda dan gejala AIDS. Dalam prosesnya virus tersebut menghancurkan CD4+
dan limfosit.
3. ETIOLOGI
Penyebab terjangkitnya dan penularan daripada HIV ada 6 cara yaitu:
a) Hubungan seksual dengan pengidap HIV/AIDS
Hubungan seksual secara vaginal, anal, dan oral dengan penderita HIV tanpa
perlindungan bisa menularkan HIV. Saat berhubungan virus HIV dapat
menular melalui cairan vagina, mani, dan darah mengenai selaput lendir
mulut, vagina, dan dubur. Terbentuknya Lesi mikro saat berhubungan dapat
pula menjadi jalan masuk dari virus tersebut.
b) Ibu pada bayinya
Penularan bisa terjadi saat masa kehamilan, persalinan, dan saat proses
pemberian ASI.
c) Darah dan produk darah yang tercemar HIV/AIDS
Sangat cepat menularkan karna virus langsung masuk ke pembuluh
darahdan menyebar keseluruh tubuh.
d) Pemakaian alat kesehatan yang tidak steril.
Alat pemeriksaan kandungan seperti speculum, tenakulum, dan alat-alat lain
yang menyentuh dara, cairan vagina atau air mani yang terinfeksi HIV, dan
langsung digunakan untuk orang lain yang tidak terinfeksi bisa menularkan
HIV.
e) Alat-alat untuk menoreh kulit
Alat seperti jarum, pisau, silet, dan sebagainya dapat menularkan HIV.
f) Menggunakan jarum suntik secara bergantian
Jarum suntik yang berada di fasilitas kesehatan maupun yang digunakan oleh
pengguna narkoba secara bergantian sangat berpotensi menularkan HIV.
4. TANDA DAN GEJALA
Tanda dan gejala dari HIV/ AIDS adalah sebagai berikut:
a. Klinik Latern (Kategori klinik A)
Meskipun pasien baru saja terinfeksi virus HIV, biasanya selama beberapa
tahun pasien menunjukkan periode “klinik latern” antara infeksi HIV, tanda
dan gejala klinis AIDS, replikasi HIV, dan sistem imun penjamu merusak sejak
awal infeksi.
b. Tanda dan gejala awal HIV (Kategori Klinis B)
Individu yang terinfeksi HIV nampak sehat selama beberapa tahun, tanda dan
gejala minor infeksi ini mulai Nampak. Individu mulai menunjukkan
Candidiasis, limfadenopati, kanker serviks, herpes atau neuropati perifer.
Kondisi ini tidak tetap dan dapat menjadi semakin parah.
c. Tanda dan gejala lanjut HIV (Kategori Klinis C)
Individu yang terinfeksi HIV menunjukan keganasan yang mengancap
kehidupan. Dapat mengalami penurunan berat badan, jumlah virus terus
meningkat, CD4+ menurun. Pada tahap ini akan dinyatakan sebagai
penderita AIDS.
5. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Pemeriksaan Diagnostik adalah sebagai berikut:
a. Tes untuk diagnosa infeksi HIV :
- ELISA
- Western blot
- Kultur HIV
- Hematokrit.
- LED
- CD4 limfosit
- Serum mikroglobulin B2
- Hemoglobulin
6. KOMPLIKASI
Adapun komplikasi klien dengan AIDS antara lain :
a. Pneumonia Pneumocystis
b. Tuberculosis (TBC)
c. Esofagitis
d. Diare
e. Toksoplasmositis
f. Kanker getah bening
g. Kanker leher rahim
7. PENATALAKSANAAN
a. Medik
1) Pengobatan suportif,
Penilaian gizi penderita sangat perlu dilakukan dari awal sehingga tidak
terjadi hal yang berlebihan dalam pemberian nutrisi atau terjadi kekurangan
nutrisi yang dapat menyebabkan perburukan keadaan penderita dengan
cepat. Penyajian makanan hendaknya bervariatif sehingga penderita dapat
tetap berselera makan. Bila nafsu makan penderita sangat menurun dapat
dipertimbangkan pemakaian obat Anabolik Steroid. Proses penyediaan
makanan sangat perlu diperhatikan agar pada saat proses tidak terjadi
penularan yang fatal tanpa kita sadari.
2) Pencegahan dan pengobatan infeksi oportunistik.
Meliputi penyakit infeksi oportunistik yang sering terdapat pada penderita
HIV dan AIDS
a) Tuberkolosis
Sejak epidemic AIDS maka kasus TBC meningkat kembali. Dosis INH
300 mg setiap hari dengan vit B6 50 mg paling tidak untuk masa satu
tahun.
b) Toksoplasmosis
Sangat perlu diperhatikan makanan yang kurang masak terutama
daging yang kurang matang. Obat: TMP-SMX 1 sosis/hari.
c) CMV
Virus ini dapat menyebabkan retinitis dan dapat menimbulkan kebutaan.
Ensefalitas, pneumonitis pada paru, infeksi saluran cerna yang dapat
menyebabkan luka pada usus.
d) Jamur
Jamur yang paling sering ditemukan pada penderita AIDS adalah jamur
kandida.
3) Pengobatan antiretroviral
a) Jangan gunakan obat tunggal atau 2 obat
b) Selalu gunakan minimal kombinasi ARVdisebut HAART (Highly Active
Anti Retroviral therapy)
c) Kombinasi ARV lini pertama pasien naïve (belum pernahpakai ARV
sebelumnya) yang dianjurkan.
d) Terapi seumur hidup, mutlak perlu kepatuhan karena resiko cepat
terjadi resisten bila sering lupa minum obat
b. Keperawatan
1) Aspek psikologis
Yakni perawatan personal dan dihargai, mempunyai seseorang untuk
diajak bicara tentang masalah-masalahnya, jawaban-jawaban yang jujur
dari lingkungannya, tindak lanjut medis, dan pendidikan/penyuluhan
tentang kondisi mereka.
2) Aspek social yaitu seorang penderita HIV IDS setidaknya membutuhkan
bentuk dukungan dari lingkungan sosialnya. Dimensinya dukungan social
meliputi 3 hal;
a) Emotional support, meliputi perasaan nyaman, dihargai, dicintai, dan
diperhat ikan.
b) Cognitif support, meliputi informasi, pengetahuan dan nasehat.
c) Materials support, meliputi bantuan/pelayanan berupa sesuatu barang
dalam
d) mengatasi suatu masalah.
8. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
Pengkajian yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut:
a) Riwayat : tes HIV positif, riwayat perilaku beresiko tinggi, menggunakan
obat-obat.
b) Penampilan umum : pucat, kelaparan.
c) Gejala subyektif : demam kronik, dengan atau tanpa menggigil, keringat
malam hari berulang kali, lemah, lelah, anoreksia, BB menurun, nyeri, sulit
tidur.
d) Psikososial : kehilangan pekerjaan dan penghasilan, perubahan pola
hidup, ungkapkan perasaan takut, cemas, meringis.
e) Status mental : marah atau pasrah, depresi, ide bunuh diri, apati,
withdrawl, hilang interest pada lingkungan sekitar, gangguan prooses
piker, hilang memori, gangguan atensi dan konsentrasi, halusinasi dan
delusi.
f) HEENT : nyeri periorbital, fotophobia, sakit kepala, edem muka, tinitus,
ulser pada bibir atau mulut, mulut kering, suara berubah, disfagia,
epsitaksis.
g) Neurologis :gangguan refleks pupil, nystagmus, vertigo,
ketidakseimbangan , kaku kuduk, kejang, paraplegia.
h) Muskuloskletal : focal motor deifisit, lemah, tidak mampu melakukan ADL.
i) Kardiovaskuler ; takikardi, sianosis, hipotensi, edem perifer,
j) Pernapasan : dyspnea, takipnea, sianosis, SOB, menggunakan otot
Bantu pernapasan, batuk produktif atau non produktif.
k) GI : intake makan dan minum menurun, mual, muntah, BB menurun, diare,
inkontinensia, perut kram, hepatosplenomegali, kuning.
l) Gu : lesi atau eksudat pada genital,
m) Integument : kering, gatal, rash atau lesi, turgor jelek, petekie positif.
9. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Ketidak efektifan pola napas berhubungan dengan kelelahan otot-otot
pernapasan, dan penurunan energi
b. Hipertermi berhubungan dengan penyakit atau trauma (peradangan pada
jaringan paru)
c. Nyeri akut berhubungan dengan agens-agens penyebab cedera(peristaltic
usus meningkat)
d. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan
e. Perubahan proses berpikir berhungan dengan
10. PERENCANAAN KEPERAWATAN
a. Ketidak efektifan pola napas berhubungan dengan kelelahan otot-otot
pernapasan, dan penurunan energy
1) Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam
diharapkan pola napas pasien efektif dengan kriteria hasil:
- Menunjukan pernapasn optimal pada saat terpasang ventilator
- Mempunyai kecepatan dan ritme pernapasan dalam batas normal
- Ekspansi dada simetris
- Tidak ada penggunaan otot-otot bantu pernapasan
2) Intervensi dan rasional:
- posisikan pasien semifowler
Rasional: memaksimalkan pontensial ventilasi
- auskultasi suara nafas,
Rasional: memonitor kepatenan jalan napas
- monitor pernapasan dan status oksigen yang sesuai
Rasonal: memonitor respirasi dan keadekuatan oksigen
- mempertahankan jalan napas paten
Rasional: menjaga keadekuatan ventilasi
- kolaborasi dalam pemberian oksigen
Rasional: meningkatkan ventilasi dan asupan oksigen
- mempertahankan jalan napas paten
Rasional: memantau keadekuatan pernapasan
- monitoring kecepatan, kedalaman dan usaha pasien saat bernafas
Rasional: memantau keadekuatan pernapasan
- catat pergerakan dada, simetris atau tidak, menggunakan otot bantu
pernapasan
Rasional: mengetahui adanya sumbatan pada jalan napas
1. KESIMPULAN
2. Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas penulis mempunyai beberapa saran
diantaranya adalah ;
1. Agar pembaca dapat mengenali pengertian AIDS
2. Agar pembaca dapat menerapkan asuhan keperawatan AIDS pada
pasien AIDS.