Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN

NAPZA

A. Definisi
NAPZA adalah singkatan dari narkotika, psikotropika, dan bahan adiktif
lainnya, meliputi zat alami atau sintetis yang bila dikonsumsi menimbulkan
perubahan fungsi fisik dan psikis, serta menimbulkan ketergantungan (BNN,
2004).
NAPZA adalah zat yang memengaruhi struktur atau fungsi beberapa
bagian tubuh orang yang mengonsumsinya. Manfaat maupun risiko
penggunaan NAPZA bergantung pada seberapa banyak, seberapa sering, cara
menggunakannya, dan bersamaan dengan obat atau NAPZA lain yang
dikonsumsi (Kemenkes RI, 2010).
Penyalahgunaan zat adalah penggunaan zat secara terus menerus bahkan
sampai setelah terjadi masalah. Ketergantungan zat menunjukkan kondisi
yang parah dan sering dianggap sebagai penyakit. Adiksi umumnya merujuk
pada perilaku psikososial yang berhubungan dengan ketergantungan zat.
Gejala putus zat terjadi karena kebutuhan biologik terhadap obat. Toleransi
adalah peningkatan jumlah zat untuk memperoleh efek yang diharapkan.
Gejala putus zat dan toleransi merupakan tanda ketergantungan fisik (Stuart
dan Sundeen, 2010).

B. Etiologi
Faktor penyebab pada klien dengan penyalahgunaan dan
ketergantungan NAPZA meliputi:
1. Faktor biologi: Kecenderungan keluarga, terutama penyalahgunaan
alkohol. Perubahan metabolisme alcohol yang mengakibatkan respon
fisiologik yang tidak nyaman.
2. Faktor psikologik
- Tipe kepribadian ketergantungan
- Harga diri rendah biasanya sering b.d penganiayaan waktu masa kanak
kanak

1
- Perilaku maladaptif
- Mencari kesenangan dan menghindari rasa sakit
3.  Faktor sosiokultural
- Ketersediaan dan penerimaan sosial terhadap pengguna obat
- Ambivalens sosial tentang penggunaan dan penyalahgunaan berbagai
zat seperti tembakau, alkohol
- Sikap, nilai, norma dan sanksi cultural
- Kemiskinan dengan keluarga yang tidak stabil dan keterbatasan
kesempatan

C. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala pengguna NAPZA:
1. Perubahan Fisik :
- Pada saat menggunakan NAPZA : jalan sempoyongan, bicara pelo
(cadel ), apatis ( acuh tak acuh ), mengantuk, agresif.
- Bila terjadi kelebihan dosis ( Overdosis ) : nafas sesak, denyut jantung
dan nadi lambat, kulit teraba dingin, bahkan meninggal.
- Saat sedang ketagihan ( Sakau ) : mata merah, hidung berair, menguap
terus, diare, rasa sakit seluruh tubuh, malas mandi, kejang, kesadaran
menurun.
- Pengaruh jangka panjang : penampilan tidak sehat, tidak perduli
terhadap kesehatan dan kebersihan, gigi keropos, bekas suntikan pada
lengan
2. Perubahan sikap dan perilaku :
- Prestasi di sekolah menurun, tidak mengerjakan tugas sekolah, sering
membolos, pemalas, kurang bertanggung jawab.
- Pola tidur berubah, begadang, sulit dibangunkan pagi hari,
mengantuk di kelas atau tempat kerja.
- Sering berpergian sampai larut malam, terkadang tidak pulang tanpa
ijin.
- Sering mengurung diri, berlama – lama di kamar mandi, menghidar
bertemu dengan anggota keluarga yang lain.
- Sering mendapat telpon dan didatangi orang yang tidak dikenal oleh
anggota keluarga yang lain.
- Sering berbohong, minta banyak uang dengan berbagai alasan tapi
tidak jelas penggunaannya, mengambil dan menjual barang berharga
milik sendiri atau keluarga, mencuri, terlibat kekerasan dan sering
berurusan dengan polisi.

2
- Sering bersikap emosional, mudah tersinggung, pemarah, kasar,
bermusuhan pencurigaan, tertutup dan penuh rahasia.

D. Pohon Masalah

Efek                          resiko perilaku kekerasan



Core Problem                           penyalahgunaan zat

Etiologi                                  koping individu tidak efektif

E. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pasien dengan penyalahgunaan NAPZA antara lain:
1. Pencegahan
- Memberikan informasi dan pendidikan yang efektif tentang NAPZA.
- Deteksi dini perubahan perilaku
- Menolak tegas untuk mencoba (“Say no to drugs”) atau “Katakan tidak
pada narkoba.
2. Pertolongan Pertama
Pertolongan pertama penderita dimandikan dengan air hangat, minum
banyak, makan makanan bergizi dalam jumlah sedikit dan sering dan
dialihkan perhatiannya dari narkoba. Bila tidak berhasil perlu pertolongan
dokter. Pengguna harus diyakinkan bahwa gejala-gejala sakaw mencapai
puncak dalam 3-5 hari.
3. Pengobatan
a. Detoksifikasi tanpa subsitusi
Klien ketergantungan putau (heroin) yang berhenti menggunakan zat
yang mengalami gejala putus zat tidak diberi obat untuk menghilangkan
gejala putus zat tersebut. Klien hanya dibiarkan saja sampai gejala putus
zat tersebut berhenti sendiri.
b. Detoktifkasi dengan substitusi:

3
Patau atau heroin dapat disubstitusi dengan memberikan jenis opiat
misalnya kodein, bufremorfin, dan metadon, substitusi bagi pengguna
sedatif-hipnotik dan alkohol dapat dari jenis anti ansietas, misalnya
diazepam. Pemberian substitusi adalah dengan cara penurunan dosis
secara bertahap sampai berhenti sama sekali. Selama pemberian
substitusi dapat juga diberikan obat yang menghilangkan gejala
simptomatik, misalnya obat penghilang rasa nyeri, rasa mual, dan obat
tidur atau sesuai dengan gejala yang ditimbulkan akibat putus zat tersebut
c. Rehabilitasi
Rehabilitasi adalah upaya kesehatan yang dilakukan secara utuh dan
terpadu melaui pendekatan non medis, psikologis, sosial dan religi agar
pengguna NAPZA yang menderita sindroma ketergantungan dapat
mencapai kemampuan fungsional seoptimal mungkin. Tujuannya
pemulihan dan pengembangan pasien baik fisik, mental, sosial dan
spiritual.

4
Asuhan Keperawatan Pada Waham

A. Pengkajian
1. Fisik:
Secara keseluruhan, efek masing-masing golongan NAPZA pada fungsi
fisiologis memiliki banyak kesamaan. Data yang mungkin ditemukan pada
klien yang menggunakan NAPZA antara lain : nyeri, gangguan pola tidur,
menurunnya selera makan, konstipasi, diare, perilaku seks melanggar
norma, tidak merawat diri, potensial komplikasi. Tujuan : klien mampu
untuk hidup teratur.
2. Emosional:
Perasaan gelisah (takut diketahui), tidak percaya diri, curiga dan tidak
berdaya. Potensial mengalami gangguan mental dan perilaku. Dengan
tambahan gejala-gejala emosional yang terdapat pada masing-masing
NAPZA. Tujuan : Klien dapat mengontrol dan mengendalikan emosinya.
3. Sosial:
Lingkungan sosial yang biasa akrab dengan klien adalah teman pengguna
zat, anggota keluarga lain, pengguna zat di lingkungan sekolah atau
kampus.
4. Intelektual
Pikiran yang selalu ingin menggunakan zat adiktif, perasaan ragu untuk
berhenti, aktivitas sekolah atau kuliah yang menurun sampai berhenti,
pekerjaan terhenti. Tujuan : klien mampu berkonsentrasi dan
meningkatkan daya pikir ke hal-hal positif.
5. Spiritual.
Kegiatan keagamaan kurang atau tidak ada, nilai-nilai kebaikan
ditinggalkan karena perubahan perilaku mis., mencuri, berbohong.
Tujuan : klien mampu meningkatkan ibadah, pelaksanaan nilai-nilai
kebaikan.
6. Keluarga.

5
Ketakutan akan perilaku klien, malu pada masyarakat, penghamburan dan
pengurasan ekonomi keluarga oleh klien, komunikasi dan pola asuh tidak
efektif, dukungan moril terhadap klien tidak terpenuhi. Tujuan : keluarga
mampu merawat klien sampai akhirnya mampu mengantisipasi terjadinya
kekambuhan (relapse)
.

B. Diagnosa Keperawatan
1. Koping individu tidak efektif  b.d ketidak mampuan untuk membuat
penilaian
2. Resiko tinggi terhadap kekerasan diarahkan pada diri sendiri dan orang
lain

C. Intervensi Keperawatan

No Diagnosa Tujuan Intervensi


Keperawatan
1 Koping Setelah dilawatan 1. Decision Making
individu tidak dilakukan tindakan a. Menginformasikan
efektif  b.d keperawatan pasien alternatif atau
ketidak selama......x....jam pasien solusi lain penanganan
mampuan mampu : b. Memfasilitasi pasien
untuk 1.      - Decision making untuk membuat
membuat 2.      - Role inhasment keputusan
penilaian 3.      - Sosial support c. Bantu pasien
Kriteria hasil : mengidentifikasi
a. Mengidentifikasi pola keuntungan, kerugian
koping yang efektif dari keadaan
b. Mengungkapkan 2.  Role Inhancement
secara verbal tentang a. Bantu pasien untuk
koping yang efektif identifikasi
c. Mengatakan bermacam-macam

6
penurunan stress nilai kehidupan
d. Klien mengatakan b. Bantu pasien
telah menerima identifikasi strategi
keadaan nya positif untuk
e.  Mampu mengidentifi mengatur pola nilai
kasi strategi tentang yang dimiliki
koping
2 Resiko tinggi Setelah dilawatan Behavior Management :
terhadap dilakukan tindakan Self Harm
kekerasan keperawatan 1. Pertahan kan lingkungan
diarahkan selama......x....jam pasien dalam stimulus yang
pada diri mampu : rendah
sendiri dan o Pasien dapat 2. Ciptakan lingkungan
orang lain mengartikan psikososial
sentuhan sebagai 3. Observasi perilaku klien
ancaman setiap 15 menit
o Mencegah 4. Singkirkan semua benda
kemungkinan cedera berbahaya
diri sendiri atau 5. Lindungi klien dan
orang lain orang lain dari bahaya
o Keterlibatan pasien kekerasan
dalam kegiatan 6. Tingkatkan peran serta
interpersonal akan keluarga dalam setiap
menolong klien tindakan perawatan
kembali dalam realita 7. Salurkan perilaku
merusak pada kegiatan
fisik
8. Lakukan fiksasi jika
perlu
9. Berikan obat-obat anti
psikotik sesuai program
terapi dan pantau efek

7
samping obat.

8
DAFTAR PUSTAKA

Nurarif, Amin Huda. Kusuma, Hardhi (2015). Aplikasi Asuhan


Keperawatan Berdasarkan Medis dan Nanda Nic-Noc Edisi
Revisi Jilid 3. Jogjakarta: Mediaction
https://thiwik8a.wordpress.com/2009/07/08/ketergantungan-
penyalahgunaan-napza-dan-askep/ diakses tanggal 28-11-2017
http://sakinahkreatif.blogspot.co.id/2014/12/askep-klien-dengan-
masalah.html diakses tanggal 28-11-201

9
10

Anda mungkin juga menyukai