Anda di halaman 1dari 31

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN KORBAN NAPZA

Disusun untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Jiwa II

Dosen Pembimbing :

Di susun kelas 3A ( KELOMPOK 9 ) :

Adi Gunawan

Ika Ernia Agustin

Regina Merdekari Rizki Ananda (17.1374.S)

Wahyu Agung

FAKULTAS KESEHATAN PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PEKAJANGAN PEKALONGAN

2019

1
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penyalahgunaan NAPZA yaitu pemberian obat-obatan untuk sendiri tanpa
indikasi medik, tanpa petunjuk atau resep dokter, baik secara teratur atau
berkala sekurang-kurangnya selama satu bulan. Menurut data Badan
Narkotika Nasional,perkembangan populasi korban NAPZA dari tahun ke
tahun semakin meningkat.
Masalah penyalahgunaan narkoba merupakan masalah yang sangat
kompleks yang memerlukan upaya penanggulangan secara komprehensif
dengan melibatkan kerja sama multidispliner, multisektor, dan peran serta
masyarakat secara aktif yang dilaksanakan secara berkesinambungan,
konsekuen, dan konsisten.Dengan diterbitkannya Undang-Undang Nomor
35 tahun 2009 tentang narkotika yang mengamanatkan pencegahan,
perlindungan, dan penyalamatan bangsa Indonesia dari penyalahgunaan
narkotika serta menjamin pengaturan upaya rehabilitasi medis dan sosial
bagi penyalahguna dan pecandu narkotika, dimana pada pasal 54
menyebutkan bahwa “korban penyalahguna dan pecandu narkotika wajib
rehabilitas”. Undang-undang tersebut juga sudah mengatur bahwa
rehabilitasi adalah alternative lain dari hukuman penjara.Rehabilitasi
adalah upaya kesehatan yang dilakukan secara utuh dan terpadu melalui
pendekatan nonmedis, psikologis, sosial dan religi agar pengguna NAPZA
yang menderita sindrom ketergantungan dapat mencapai kemampuan
fungsional seoptimal mungkin. Tujuannya pemulihan dan pengembangan
pasien baik fisik, mental, sosial dan spiritual. Sarana rehabilitasi yang
disediakan harus memiliki tenaga kesehatan sesuai dengan kebutuhan .

2
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu menjelaskan dan menguraikan mengenai konsep
asuhan keperawatan jiwa pada remaja dengan penyalahgunaan NAPZA.

2. Tujuan Khusus
1) Mahasiswa mampu menjelaskan masalah utama
2) Mahasiswa mampu menjelaskan proses terjadinya masalah
3) Mahasiswa mampu menjelaskan tanda gejala
4) Mahasiswa mampu menjelaskan etiologi
5) Mahasiswa mampu menjelaskan pengobatan dan pemulihan
6) Mahasiswa mampu menjelaskan ASUHAN
KEPERAWATAN NAPZA
7) Mahasiswa dapat menjelaskan strategi pelaksanaan

3
BAB II
KONSEP TEORI
A. Masalah utama
Penyalahgunaan NAPZA

B. Proses terjadinya masalah


Pengertian NAPZA adalah singkatan dari narkotika, alkohol,
psikotropika, dan zat aktif lainnya. NAPZA berupa zat yang bila masuk
kedalam tubuh, dapat mempengaruhi tubuh terutama susunan saraf pusat
yang dapat menyebabkan gangguan fisik, psikis, dan fungsi sosial. Istilah
lain NAPZA adalah narkoba, singkatan dari narkotika dan obat berbahaya.
Narkoba lebih dahulu populer dimasyarakat.

C. Tanda dan Gejala


Pengaruh NAPZA pada tubuh disebut intoksikasi. Selain
intoksikasi, terdapat pula sindroma putus zat, yaitu sekumpulan gejala
yang timbul akibat penggunaan zat yang dikurangi atau dihentikan. Tanda
dan Gejala intoksikasi dan putus zat berbeda pada jenis zat yang berbeda.
a. Tanda dan gejala intoksikasi
1) Opiat : eforia mengantuk, bicara cadel, konstipasi, penurunan
kesadaran.
2) Ganja : eforia mata merah, mulut kering, banyak bicara dan
tertawa, nafsu makan meningkat, gangguan persepsi.
3) Sedatif hipnotik : pengendalian diri berkurang, jalan
sempoyongan, mengantuk, memperpanjang tidur, hilang
kesadaran.
4) Alkohol : mata merah, bicara cadel, jalan sempoyongan,
perubahan persepsi, penurunan kemampuan menilai.
5) Amfetamin : selalu terdorong untuk bergerak, berkeringat,
gemeter, cemas, depresi, paranoid.

4
b. Tanda dan gejala putus zat
1) Opiat : nyeri, mata dan hidung berair, perasaan panas dingin,
diare, gelisah, sulit tidur.
2) Ganja : jarang ditemukan
3) Sedatifhipnotik : cemas, tangan gemetar, perubahan persepsi,
gangguan daya ingat, sulit tidur
4) Alkohol : cemas, depresi, muka merah, mudah marah, tangan
gemetar, mual muntah, sulit tidur.
5) Amfetamin : cemas, depresi, kelelahan, energi berkurang,
kebutuhan tidur meningkat.

D. Etiologi
1. Predisposisi
a. Faktor biologis
1) Genetic : tendensi keluarga
2) Infeksi pada organ otak
3) Penyakit kronis
b. Faktor psikologis
1) Gangguan kepribadian : anti sosial
2) Harga diri rendah : depresi, faktor sosial, ekonomi.
3) Disfungsi keluarga
4) Orang atau remaja yang memiliki perasaan tidak aman
5) Orang atau remaja yang memiliki ketrampilan pemecahan
masalah yang menyimpang
6) Rasa bermusuhan dengan orang tua
c. Faktor sosial kultural
1) Masyarakat yang ambivalensi tentang penggunaan dan
penyalahgunaan zat adaktif : ganja, alkohol.
2) Norma kebudayaan.
3) Adiktif untuk upacara adat.
4) Lingkungan tempat tinggal, lingkungan sekolah yang
terdapat banyak pengedar

5
5) Persepsi masyarakat terhadap penggunaan zat
6) Remaja yang lari dari rumah
7) Remaja dengan perilaku penyimpangan seksual dini
8) Orang/remaja yang terkait dengan tindakan kriminal
2. Presipitasi
a. Pernyataan untuk mandiri dan membutuhkan teman sebaya sebagai
pengakuan.
b. Sebagai prinsip kesenangan, menghindari sakit/stress
c. Kehilangan seseorang atau sesuatu yang berarti
d. Diasingkan oleh lingkungan: rumah, teman-teman
e. Kompleksitas dari kehidupan modern.

E. Pengobatan dan Pemulihan


Penanggulangan masalah NAPZA dilakukan dari pencegahan,
pengobatan, sampai pemulihan. Pencegahan dapat dilakukan, misalnya
dengan :
1. Memberikan informasi dan pendidikan yang efektif tentang NAPZA.
2. Deteksi dini perubahan perilaku.
3. Menolak tegas untuk mencoba say no to drug atau katakan tidak pada
narkoba

Terapi pengobatan bagi pasien NAPZA salah satunya dengan


detoksifikasi. Detoksifikasi adalah upaya mengurangi atau menghentikan
gejala putus zat dengan 2 cara antara lain:

a. Detoksifikasi tanpa substitusi.


Pasien ketergantungan putau atau heroin yang berhenti menggunakan
zat mengalami gejala putus zat, tidak diberi obat untuk menghilangkan
gejala putus zat tersebut. Pasien hanya dibiarkan saja sampai gejala
putus zat tersebut berhenti sendiri.
b. Detoksifikasi dengan substitusi.
Putau (heroin) dapat di substitusi dengan memberikan jenis opiat,
misalnya kodein, bufremorfin, metadon. Substitusi bagi pengguna

6
sedatif hipnotik dan alkohol dapat berasal dari sejenis antiansietas,
misalnya diazepam. Pemberian substitusi adalah dengan menurunkan
dosis secara bertahap sampai berhenti sama sekali. Selama pemberian
substitusi dapat juga diberikan obat yang menghilangkan gejala
simtomatik misalnya obat penghilang rasa nyeri, rasa mual,dan obat
tidur atau sesuai gejala yang ditimbulkan akibat putus zat tersebut.
Pengobatan dengan cara detoksifikasi saja belum cukup karena
tingginya risiko untuk kambuh (relaps). Detoksifikasi hanya
membantu menghilangkan ketergantungan fisik dan bukan psikologis,
sehingga harus dilanjutkan dengan upaya pemulihan.
Pemulihan adalah upaya meningkatkan motivasi pasien untuk
berhenti, mengontrol keinginan pakai lagi, memperbaiki cara
menyelesaikan masalah, dan mengubah gaya hidup menjadi lebih
sehat. Pemulihan dapat dilakukan di masyarakat. Waktu yang
dibutuhkan untuk pemulihan, mungkin jangka pendek atau panjang
sesuai dengan kebutuhan pasien. Jangka pendek (mis., 3 bulan) dan
jangka panjang (mis., 2 tahun atau seumur hidup). Terdapat macam –
macam bentuk pemulihan.
1. Terapi keagamaan
Yaitu terapi yang dilakukan oleh masyarakat dengan pendekatan
keagamaan.
2. Terapi psikososial
Misalnya konseling, psikoterapi, terapi kognitif dan perilaku, terapi
kelompok, terapi keluarga, dan terapi lingkungan. Terapi
psikososial ini sudah mulai diberikan sejak pengobatan atau
detoksifikasi.
3. Terapi komunitas
Yaitu terapi yang dilakukan oleh sekelompok konselor yang
berasal dari pecandu yang sudah berhenti menggunakan putau atau
heroin. Dalam program terapi komunitas ini, diterapkann juga
terapi-terapi lain, misalnya terapi 12 langkah.

7
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
Setiap melakukan pengkajian, tulis tanggal pengkajian, tanggal dan tempat
klien dirawat.
a) Identitas Klien
Identitas klien yang perlu di tulis adalah nama klien, jenis kelamin,
umur (biasanya pada usia produktif), pendidikan (segala jenis/
tingkat pendidikan beresiko menggunakan NAPZA), pekerjaan
(tingkat keseriusan/ tuntutan dalam pekerjaannya dapat
menimbulkan masalah), status (belum menikah, menikah atau
bercerai), alamat, kemudian nama perawat
b) Data Demografi
Buatlah genogram minimal tiga generasi yang dapat
menggambarkan hubungan klien dan keluarga.
Jelaskan: Seseorang yang berada dalam disfungsi keluarga akan
tertekan dan ketertekanan itu dapat merupakan faktor penyerta bagi
dirinya terlibat dalam penyalahgunaan/ketergantungan NAPZA,
kondisi keluarga yang tidak baik itu adalah:
 Keluarga yang tidak utuh: orang tua meninggal, orang tua cerai,
dll,
 kesibukan orang tua,
 hubungan interpersonal dalam keluarga tidak baik
c) Keluhan Utama
Biasanya karena timbul gejala-gejala penyalahgunaan NAPZA.
Alasan masuk tanyakan pada keluarga klien.
d) Riwayat Penggunaan Zat Sebelumnya
Tanyakan pada klien apakah pernah menggunakan narkotika,
psikotropika atau zat adiktif lainnya sebelumnya.
e) Riwayat Pengobatan

8
Tanyakan pada klien dan keluarga apakah klien sudah
mendapatkan terapi dan rehabilitasi. Biasanya klien yang telah
mendapatkan terapi sebagian besar akan mengulangi kebiasaannya
menggunakan NAPZA.
f) Faktor Predisposisi
Kaji hal-hal yang menyebabkan perubahan perilaku klien menjadi
pecandu/ pengguna NAPZA, baik dari pasien maupun keluarga
seperti: Factor biologis, factor psikologis dan faktor sosial kultural
g) Faktor Presipitasi
Kaji faktor yang membuat klien menggunakan napza:
 Pernyataan untuk mandiri dan membutuhkan teman sebaya
sebagai pengakuan (resiko relatif untuk terlibat NAPZA 81,3%)
 Sebagai prinsip kesenangan, menghindari sakit/stress
 Kehilangan seseorang atau sesuatu yang berarti
 Diasingkan oleh lingkungan: rumah, teman-teman
 Kompleksitas dari kehidupan modern
h) Pemeriksaan Fisik
 Keadaan umum: klien dengan pengguna napza biasanya akan
dijumpai kondisi yang disebut intoksikasi (teler)
yangmenyebabkan perubahan memori, perilaku, kognitif, alam
perasaan dan kesadaran.
 Tanda-tanda vital
Tekanan darah : hipotensi/normal
Nadi : takikardi
Suhu : meningkat, berhubungan dengan gangguan
keseimbangan cairan elektrolit
Pernafasan : sesak nafas, nyeri dada
Berat badan : mengalami penurunan akibat nafsu makan
menurun
Keluhan fisik : nyeri sendi, otot dan tulang

9
i) Psikososial
Klien dengan pengguna napza akan mengalami perubahan dalam
kehidupan individualnya baik yang bersifat psikologik maupun
kehidupan social seperti:
 Prestasi sekolah menurun secara drastis/anjlok
 Pola tidur berubah, misalnya pagi susah dibangunkan dan
malam suka begadang
 Selera makan berkurang
 Banyak mengurangi diri dalam kamar, menghindari bertemu
anggota keluarga lainnya karena takut ketahuan, dan menolak
makan bersama
 Bersikap tidak ramah, kasar terhadap anggota keluarga lainnya,
dan mulai suka berbohong
 Mabuk, bicara pelo (cadel), dan jalan sempoyongan
j) Konsep Diri
 citra tubuh : Klien mungkin merasa tubuhnya baik-baik saja
 Identitas : Klien mungkin kurang puas terhadap dirinya
sendiri
 Peran : klien meruapakan anak keberapa dari berapa
saudara
 Ideal diri : Klien menginginkan keluarga dan orang lain
menghargainya
 Harga diri : Kurangnya penghargaan keluarga terhadap
perannya
k) Hubungan Sosial
Banyak mengurung diri dalam kamar, menghindari bertemu
anggota keluarga lainnya karena takut ketahuan, dan menolak
makan bersama. Bersikap tidak ramah, kasar terhadap anggota
keluarga lainnya, dan mulai suka berbohong
l) Spiritual
 Nilai dan keyakinan : Menurut masyarakat, NAPZA tidak baik
untuk kesehatan.

10
 Kegiatan ibadah : Tidak menjalankan ibadah selama
menggunakan NAPZA
m) Status Mental
 Penampilan
Tidak rapi, tidak sesuai dan cara berpakaian tidak seperti
biasanya
 Pembicaraan
Kaji cara bicara klien apakah cepat, keras, gagap, apatis, lambat
atau membisu
Biasanya klien menghindari kontak mata langsung, berbohong
atau memanipulasi keadaa, bengong/linglung
 Aktivitas Motorik
Kelambatan : hipoaktifitas (lesu), katalepsi (gangguan
kesadaran)
Peningkatan : gelisah, TIK, grimasen (gerakan otot muka yang
berubah-ubah, tidak dapat dikontrol), tremor, kompulsif
(kegiatan yang dilakukan berulang)
 Afek Dan Emosi
Afek : tumpul (datar) dikarenakan terjadi penurunan kesadaran
Emosi : klien dengan penyalahgunaan NAPZA biasanya
memiliki emosi yang berubah-ubah (cepat marah, depresi,
cema, eforia)
 Interaksi Selama Wawancara
Kontak mata kurang dan cepat tersinggung. Biasanya klien akan
menunjukkan rasa curiga
n) Persepsi
Biasanya klien mengalami halusinasi
o) Proses Piker
Klien pecandu ganja mungkin akan banyak bicara dan tertawa
sehingga menunjukkan tangensial. Beberapa NAPZA menimbulkan
penurunan kesadaran, sehingga klien mungkin kehilangan asosiasi
dalam berkomunikasi dan berpikir.

11
p) Isi Piker
Pecandu ganja mudah percaya mistik, sedangkan amfetamin
menyebabkan paranoid sehingga menunjukkan perilaku
phobia.Pecandu amfetamin dapat mengalami waham curiga akibat
paranoidnya
q) Tingkat Kesadaran
Menunjukkan perilaku bingung, disorientasi dan sedasi akibat
pengaruh NAPZA.
r) Memori
Golongan NAPZA yang menimbulkan penurunan kesadaran
mungkin akan menunjukkan gangguan daya ingat jangka pendek.
s) Tingkat Konsentrasi dan Berhitung
Secara umum klien NAPZA mengalami penurunan konsentrasi.
Pecandu ganja mengalami penurunan berhitung.
t) Kemampuan Penilaian
Penurunan kemampuan menilai terutama dialami oleh klien
alkoholik. Gangguan kemampuan penilaian dapat ringan maupun
bermakna.
u) Daya Tilik Diri
Apakah mengingkari penyakit yang diderita atau menyalahkan hal-
hal diluar dirinya

12
B. Pohon Masalah

Koping Individu Tidak Efektif

Gangguan Konsep Diri

Harga Diri Rendah

Penyalahgunaan Zat

Intoksikasi

Resiko Perilaku Kekerasan

C. Diagnosa Keperawatan
1. Resiko Perilaku Kekerasan
2. Harga diri rendah
3. Koping Individu Tidak Efektif

D. Intervensi
1. Resiko Perilaku Kekerasan (Diagnosa 1)
A. Tindakan kepada pasien
Tujuan Umum : Pasien tidak melakukan tindakan kekerasan
Tujuan Khusus :
1) Pasien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan
2) Pasien dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan
3) Pasien dapat menyebutkan akibat dari perilaku kekerasan yang
pernah dilakukannya
4) Pasien dapat mencegah atau mengendalikan perilaku kekerasan

13
Intervensi :

a) Identifikasi tanda dan gejala, penyebab dan akibat perilaku


kekerasan
b) Jelaskan cara mengontrol perilaku kekerasan dengan cara: tarik
nafas dalam dan fisik, pukul kasur/bantal
c) Ajarkan klien berbicara verbal / bicara baik-baik
d) Latihlah klien memasukkan kegiatan spiritual kedalam jadwal
kegiatan harian

B. Tindakan kepada keluarga


Tujuan : keluarga dapat merawat pasien di rumah
Intervensi:
1) Identifikasi masalah keluarga dalam merawat klien resiko
perilaku kekerasan
2) Diskusikan masalah dan akibat yang mungkin terjadi pada
klien resiko perilaku kekerasan
3) Anjurkan keluarga memotivasi, membimbing dan memberi
pujian klien
4) Jelaskan setting lingkungan rumah yang mendukung perawatan
klien

2. Harga diri rendah ( Diagnosa 2)


Tujuan umum : klien tidak terjadi gangguan interaksi sosial, bisa
berhubungan dengan orang lain dan lingkungan.
Tujuan khusus :
a) Klien dapat membina hubungan saling percaya
Tindakan :
 Bina hubungan saling percaya : salam terapeutik, perkenalan
diri,
 Jelaskan tujuan interaksi, ciptakan lingkungan yang tenang,

14
 Buat kontrak yang jelas (waktu, tempat dan topik pembicaraan)
 Beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaannya
 Sediakan waktu untuk mendengarkan klien
 Katakan kepada klien bahwa dirinya adalah seseorang yang
berharga dan bertanggung jawab serta mampu menolong
dirinya sendiri
b) Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang
dimiliki
Tindakan :
 Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
 Hindarkan memberi penilaian negatif setiap bertemu klien,
 Utamakan memberi pujian yang realistis
 Klien dapat menilai kemampuan dan aspek positif yang
dimiliki
c) Klien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan
Tindakan :
 Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
 Diskusikan pula kemampuan yang dapat dilanjutkan setelah
pulang ke rumah
d) Klien dapat menetapkan / merencanakan kegiatan sesuai dengan
kemampuan yang dimiliki
Tindakan :
 Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan
setiap hari sesuai kemampuan
 Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien
 Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang boleh klien
lakukan
e) Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi dan kemampuan
Tindakan :
 Beri kesempatan mencoba kegiatan yang telah direncanakan
 Beri pujian atas keberhasilan klien
 Diskusikan kemungkinan pelaksanaan di rumah

15
f) Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada
Tindakan :
 Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat
klien
 Bantu keluarga memberi dukungan selama klien dirawat
 Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumah
 Beri reinforcement positif atas keterlibatan keluarga

3. Koping individu tidak efektif (Diagnosa 3)


A. Tindakan kepada pasien
Tujuan :
a) Pasien dapat mengatasi tanda dan gejala intoksikasi atau putus zat
b) Pasien dapat mengenali dampak penggunaan zat
c) Pasien dapat meningkatkan motivasi untuk berhenti menggunakan
zat
d) Pasien dapat mengontrol keinginan untuk menggunakan zat
e) Pasien dapat mengubah gaya hidup
f) Pasien dapat menggunakan terapi psikofarmaka secara tepat dan
benar
Intervensi :
1) Diskusikan bersama pasien tentang dampak penggunaan zat.
2) Diskusikan kehidupan pasien sebelum menggunakan zat,
kemudian harapan pasien untuk kehidupan sekarang dan masa
yang akan datang setelah pasien mengetahui dampaknya.
3) Diskusikan cara meningkatkan motivasi untuk berhenti
4) Diskusikan cara mengontrol keinginan menggunakan zat
5) Diskusikan gaya hidup yang sehat
6) Latih pasien minum obat sesuai terapi dokter dan tekankan
prinsip benar dosis obat.

B. Tindakan kepada keluarga

16
Tujuan :
1) Keluarga dapat mengenal masalah ketidakmampuan anggota
keluarganya berhenti menggunakan NAPZA
2) Keluarga dapat meningkatkan motivasi pasien untuk berhenti
3) Keluarga dapat menjelaskan cara merawat pasien NAPZA
4) Keluarga dapat mengidentifikasi kondisi pasien yang perlu
dirujuk.

Intervensi :

a. Diskusikan tentang masalah yang dialami keluarga dalam


merawat pasien
b. Diskusikan bersama keluraga tentang:
1) Penyalahgunaan / ketergantungan zat (tanda, gejala,
penyebab, akibat)
2) Tahapan penyembuhan pasien (pencegahan, pengobatan,
dan pemulihan)
c. Diskusikan kondisi pasien yang perlu segera dirujuk
d. Diskusikan dan latih keluarga cara merawat pasien NAPZA

17
BAB IV

STRATEGI PELAKSANAAN

Masalah utama : Koping Individu Tidak Efektif

A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien
a) Data Obyektif
eforia mengantuk, bicara cadel, konstipasi penurunan kesadaran,
nyeri, mata dan hidung berair, perasaan panas dingin, diare,
gelisah, sulit tidur.
b) Data Subyektif
2. Tujuan tindakan keperawatan untuk pasien :
a) Pasien dapat mengatasi tanda dan gejala intoksikasi atau putus zat
b) Pasien dapat mengenali dampak penggunaan zat
c) Pasien dapat meningkatkan motivasi untuk berhenti menggunakan
zat.
d) Pasien dapat mengontrol keingian untuk menggunakan zat.
e) Pasien dapat meningkatkan kemampuan menyelesaikan masalah
f) Pasien dapat mengubah gaya hidup.
g) Pasien dapt menggunakan terapi psikofarmaka secara tepat dan
benar.
3. Tindakan yang dilakukan kepada pasien
a) Diskusikan bersama pasien tentang dampak penggunaan zat
terhadap
1) Kesehatan : tanda dan gejala intoksikasi dan penyakit fisik
2) Sosial atau hubungan dengan orang lain (pergaulan)
3) Pendidikan atau pekerjaan
4) Ekonomi atau keuangan
5) Hukum

18
b) Diskusikan kehidupan pasien sebelum menggunakan zat, kemudian
harapan paisen untuk kehidupan sekarang dan masa yang akan
datang setelah pasien mengetahui dampaknya.
c) Diskusikan cara meningkatkan motivasi untuk berhenti.
Hal-halpositif yang masih dipunyai pasien pasien (kesehatan /
pergaulan / pendidikan / pekerjaan / ekonomi / hukum), misalnya
pasien masih kuat secara fisik, tidak ada komplikasi penykit akibat
penggunaan zat.
Latih pasien untuk mensyukuri keadaan tersebut.
Sebutkan lebih sering hal-hal yang patut disyukuri, sebutkan
berulang-ulang keinginan untuk berhenti.
d) Diskusikan cara mengontrol keinginn menggunakan zat dengan
cara:
1) Menghindar (misalnya tidak pegi ketempat-tempat yang ada
pengedar, tidak melewati tempat yang mempunyai kenangan
saat masih menggunakan zat, tidak bergabung atau bergaul
dengan pengguna).
2) Mengalihkan (misalnya menyibukan diri dengan aktifitas yang
padat dan menyenangkan)
3) Menolak (misalnya dengan mengatakan tidak, walaupu
ditawarkan gratis dan tetap mengatakn tidak, walaupun sekali
saja)
Latih pasien mengontrol keiginan menggunakan zat : Menghindar,
mengalihkan, menolak.
e) Diskusikan cara menyelesaikan masalah yang sehat
1) Mengenali cara pasien menyelesaikan masalah selamaini,
misalnya segera menggunakan zat bila ada masalah
2) Untung rugi penggunaan cara tersebut
3) Tawarkan cara yang sehat untuk menyelesaikan masalah
a. Secara verbal : jika pasien sering dicurigai dan dituduh
menggunakan NAPZA oleh orang tua, pasien
mengungkapkan kekecewaan karena belum dipercaya oleh

19
keluarga. Bicarakan dengan orang tuabahwa sikap tidak
mempercayai itu dapat menimbulkn kesalahan pada pasien
dandapat menimbulkan sugesti. Katakan hal-hal yang
diharapkan terhadap orang lain secara jujur da terbuka,
sepakati dengan orag tua kalaupasien akan mengtakan
secara jujur pada keluarga jika pasien ternyata tidak
menggunakan NAPZA lagi, dan keluarga akan membantu
pasien untuk berobat.
b. Secara fisik : isi waktu luang untuk diri pasien sendiri
dengan jalan-jalan,melakukan aktivitas untuk menyalurkan
kekesalan, seperti dengan olahraga, relaksasi atau kegiatan
lain yang disukai pasien.
c. Secara sosisal : cari bantuan orang lain untuk
menyelesaikan masalah,
d. Secaa spirutual : mengadukan masalah kepada Tuhan dan
meyakini bahwa akan ada bantuan dari-Nya
Latih pasien menggunakan cara tersebut dengan mengenali situasi
yang beresiko tinggi, seperti kondisi emosi negatif (contoh, kesal
dituduh pakai lagi), konflik dengan orang lain (contoh, bertengkar
karena dilarang keluar rumah atau dituduh mencuri), tekanan sosial
(contoh, dipaksa sebagai syarat bergabung dengan kelompok tertentu),
tidak menggunakan zat untuk menyelesaikan masalah, teteapi
menggunakan cara yang sehat.
f) Diskusikan gaya hidup yang sehat
1) Makan dan buang air secara teratur
2) Bekerja dan tidur secara teratur
3) Menjaga kebersihan diri

Latih pasien mengubah gaya hidup : Tentukan aktivitas sehari-hari


dan hobi, buat jadwal aktivitas, tentukan pelaksanaan jadwal
gersebut

g) Latih pasien untuk minum obat sesuai terapi dokter dan tekankan
prinsip benar dosis obat.

20
B. Strategi Pelaksanaan Pasien
SP 1-Pasien
Mendiskusikan dampak penggunaan NAPZA bagi kesehatan, cara
meningkatkan motivasi untuk berhenti, dan cara mengontrol keinginan :
melatih cara meningkatkan motivasi, cara mengontrol keinginan, dan
membuat jadwal latihan.
Orientasi
Selamat pagi, pak. Perkenalkan saya W, perawat dari puskesmas
(bersalaman). Kedatangan saya kesini untuk membicarakan masalah
kesehatan bapak. Nama bapak siapa? Lebih suka dipanggil apa?
Bagaimana keadaan bapak hari ini? maukah bapak bicarakan tentang
kesehatan bapak? Berapa lama kita bicara? Bagaimana kalau 30 menit?
Dimana tempatnya?

Kerja
Apa yang bapak pakai? Ganja? Ada keluhan tentang kesehatan bapak?
Bagaimana pergaulan bapak dengan orang lain? Bagaimana dengan
pekerjaan bapak? Bagaimana mengenai keuangan keluarga? Kapan semua
itu terjadi? Apakah sejak bapak menggunakan ganja?
Apa situasi atau perasaan yang menyebabkan bapak memakai ganja? Apa
yang bapak rasakan kalau memakai ganja? Apa saja akibat yang bapak
rasakan kalau memakai gnja?
Apakah bapak ingin berhenti? Bagus! Sudah pernah bapak berhenti?
Berapa waktu paling lama bapak berhenti? Berapa kali mencoba berhenti?
Apa yang bapak rasakan saat berhrnti? Apa yang menyebabkan pakai lagi?
Baik, saya akan jelaskan akibat kesehatan yang dapat terjadi (jelaskan
sesuai jenis NAPZA yang dipakai). Mana yang sudah bapak alami? Jadi,
bapak ingin coba berhenti?
Baik, mari kita bicarakan dahulu apa saja yang masih bapak miliki. Mari
kita mulai dari

21
1. Diri bapak : coba bapak lihat aspek positif yang masih bapak miliki.
Betul bapak masih muda, masih kuat, punya pendidikan, belum ada
gejala sakit, bagus sekali.
2. Keluarga bapak: masih punya ayah? Ibu? Adik? Kakak? Mereka masih
perhatian? Bagus sekali! Wah, banyak sekali positifnya. Nah,
bagaimana kalau bapak latihan mensyukuri hal positif yang masih
dimiliki. Katakan saya masih muda! Nanti tambah kata-kata lagi.

Bagaimana kalau kita teruskan diskusi tentang cara-cara menghindari


penggunaan ganja. Ada beberapa cara yaitu :
1. Hindari tempat-tempat yang banyak ganjanya
2. Usahakan tidak menerima panggilan Hp atau tidak berhubungan
jika berkaitan dengan ganja
3. Kalau pegi kesuatu tempat, sebaiknya ditemani

Selain itu, lakukan kegiatan yang bermanfaat. Apa misalnya pak? Bagus!
Mari kita buat jadwal kegiatannya.

Terminasi

Bagaimana perasaan bapak setelah kami becakap-cakap? Bagus sekali.


Nah saya mau tanya lagi :

1. Apa saja tadi hal positif yang masih bapak miliki? Bagus! Mana
yang mau dilatih? Saya bisa berhenti.(afimasi)
2. Apa saja tadi cara menghindar? (ada tiga macam). Bagus, yang
mana yang mau dilatih?
Nah, jadi ini jadwal latihannya, dicoba ya. Nanti 1 minggu lagi saya
datang, kita bicarakan hasil latihannya dan kita latih 2 cara lagi.
Bagaimana pak? Baik, pukul sepuluh pagi kita ketemu ya. Sampai jumpa
(salaman)

22
SP2- Pasien.

Mengevaluasi cara mengontrol keinginan (menghindar): mendiskusikan


cara menyelesaikan masalah jika dituduh pakai lagi dan cara hidup sehat;
Melatih cara menyelesaikan masalah dan cara hidup sehat; memasukan
jadwal latihan; menjelaskan minum obat

Orientasi

Selamat pagi Pak. sesuai janji saya minggu lalu, sekarang saya datang
lagi. Bagaimana keadaan bapak saat ini? apakah bapak sudah latih untuk
mengatakan pada diri sendiri untuk berhenti? bagus, Pak. diulang terus
ya, Pak. apakah bapak sudah latih cara menghindar? coba sebutkan, Pak.
Bagus! sekarang kita akan bicarakan bagaimana menyelesaikan masalah
dengan sehat dan cara hidup sehat. Mau berapa lama kita bicara?
Bagaimana kalau 30 menit? di mana tempatnya?

Kerja

Apa yang membuat bapak kesal? apa yang bapak lakukan? bapak pakai
lagi karena dituduh tidak percaya? apakah itu menyelesaikan masalah,
pak? bagaimana kalau bapak coba cara yang baik yang lebih baik, lebih
sehat untuk menyelesaikan. bapak katakana saja bahwa bapak kesal kalau
dicurigai pakai lagi, bapak sudah benar-benar ingin berhenti. Bapak
ceritakan usaha bapak ya. Katakan bapak ingin dibantu dengan cara tidak
dituduh sembanrangan. coba praktikan, Pak. Bagus. bagaimana rasanya
pak?

Sekarang kita berbicara tentang cara hidup yang sehat. Apa yang bapak
ketahui tentang hidup yang sehat? Benar, pak. tidur yang cukup, dengan
tidak begadang maka bapak akan bangun dengan suasana segar pada pagi
harinya. Mari kita masukan ke jadwal tidur bapak dan jadwal latihan cara
menyelesaikan masalah yang sehat.

Ada keluhan lain pak? sering cemas dan tidak bisa tidur? baiklah, pak.
nanti bapak ke pukesmas, setelah dapat obat, bapak minum obatnya

23
dengan teratur ya, pak. sesuai dengan dosisnya. Selain itu, kita latih
relaksasi untuk mengurangi cemas, ikuti saya, pak (contohkan beberapa
cara relaksasi) coba praktikkan, bagus. masukan ke jadwal latihan ya pak.

Terminasi

Coba bapak sebutkan lagi, apa yang kita bicarakaan tadi. Bagaimana
perasaan bapak? Bagus. latih ya pak sesuai jadwal, jangan lupa tetap
laksanakan juga cara mengatasi keinginan supaya bisa berhenti
menggunakan zat. Coba bapak ulangi lagi cara-caranya. Baiklah, pak.
Minggu depan kita akan bertemu lagi untuk melihat usaha bapak
melaksanakan kegiatan dan mampu mengendalikan keinginan untuk
tidak pakai zat lagi. Kita bertemu disini pukul sepuluh pagi. Pamit dulu,
sampai jumpa.

C. Strategi Pelaksanaan Keluarga


1. Tujuan tindakan keperawatan kepada keluarga
a. Keluarga dapat mengenal masalah ketidakmampuan anggota
keluarganya berhenti menggunakan napza
b. Keluarga dapat meningkatkan motivasi pasien untuk berhenti
c. Keluarga dapat menjelaskan cara merawat pasien napza
d. Keluarga dapat mengidentisifikasi kondisi yang perlu dirujuk

2. Tindakan keperawatan kepada keluarga


a. Diskusikan tentang masalah yang dialami keluarga dalam merawat
pasien
b. Diskusikan bersama keluarga tentang
1) Penyalahgunaan/ketergantungan zat (tanda, gejala, penyebab,
akibat)
2) Tahapan penyembuhan pasien (pencegahan, pengobatan, dan
pemulihan)
c. Diskusikan kondisi pasien yang perlu segera dirujuk, seperti
1) Intoksikasi berat, misalnya penurunan kesadaran, jalan
sempoyongan, penglihatan (persepsi) terganggu, kehilangan

24
pengendalian diri, curiga berlebihan, melakukan kekrasan sampai
menyerang orang lain
2) Gejala putus zat, misalnya nyeri, mual sampai muntah, diare, sulit
tidur, gelisah, tangan gemetar, cemas berlebihan, depresi (murung
berkepanjangan)
d. Diskusikan dan latih keluarga cara merawat pasien napza
1) anjurkan keluarga meningkatkan motivasi pasien untuk berheti
atau hindari sikap-sikap yang dapat mendorong pasien menjadi
pemakai lagi (misalnya menuduh pasien sembarangan atau terus
menerus mencurigai pasien pakai lagi)
2) Ajarkan kaeluarga mengenal ciri-ciri pasien pakai lagi (misalnya
memaksaminta uang, ketahuan berbohong, ada tanda dan gejala
intoksikasi)
3) Ajarkan keluarga membantu pasien: menghindar atau mengalihkan
perhatian dari keinginan untuk pakai lagi)
4) Anjurkan keluarga memberi pujian bila pasien pasien dapat
berhenti walaupun 1 hari, 1minggu, dan 1 bulan
e. Anjurkan keluarga untuk mengawasi pasien minum obat

SP 1- Keluarga.

Mendiskusikan masalah yang dialami keluarga, tanda, gejala, penyebab,


dan akibat menggunakan napza, tahapan peyembuhan, kondisi yang
perlu dirujuk, cara merawat: melatih dan merawat

Orientasi

Selamat pagi bu? perkenalkan nama saya perawat W , perawat dari


pukesmas yang sudah jani akan datang siang ini kerumah ibu, nama ibu
siapa? senangnya dipanggil apa? bisa kita bicarakan masalah yang ibu
hadapi? berapa lama kita akan bicara bu? bagaimana kalau 30 menit?
dimana kita sebaiknya berbicara bu?

25
Kerja

Apakah ibu ada masalah dengan suami? kapan ibu tahu suami ibu mulai
menggunakan zat? bagaimana perasaan ibu menghadapinya? ibu bisa
ceritakan. Ibu sabar ya. Saya akan jelaskan kepada ibu penyebab orang
pakai zat. saya jelaskan juga tanda dan gejala dari zat itu, serta akibat jika
memakainya. Apakah ada perilaku yang ibu lihat pada suami ibu seperti
yang kita bicarakan? baiklah bu, coba ulangi lagi. Bagus bu.

Apakah suami ibu susah berhenti? kalau suami ibu susah berhenti,
namnya ketergantungan. Keterangan itu ciri-ciriya adalah selalu ada
keinginan untuk pakai lagi. Sebabnya, kalau zatnya dihentikan atau
dikurangi maka timbul rasa sakit, yang membuat orang tersebut ingin
pakai lagi untuk menghilangkan rasa sakit itu. Bisa juga karena zat
memberi kenikmatan tertentu, si pengguna (pecandu) selalu mau
mengulanginya lagi.

Kalau suami ibu ingin berhenti, ibu bisa membantu suami ibu, misalnya
dengan cara menghindari tempat-tempat yang ada zat itu. Temani suami
ibu kalau mau keluar rumah. Anjurkan tidak bergaul dengan pecandu.
Coba ulangi, bu. Bagus, ibu bisa melakukanya.

Untuk pemulihan, pada umumnya perlu waktu yang lama, pemulihan


dapat dilakukan ditempat-tempat khusus, misalnya tinggal dikota lain
yang jauh dari pengedar. Kalau dirumah saja, penuhi suami ibu dengan
kegiatan-kegiatan yang dapat memotivasi dia untuk berhenti
menggunakan zat, upayakan suami ibu berhenti dalam waktu yang cepat.

Kalau suami ibu mulai pakai lagi, kenali ciri-cirinya seperti pernah
terlihat pulang dalam keadaan mabuk. Ibu harus memotivasi suami ibu
untuk berhenti, doronglah dia untuk menghindari situasi yang
menjerumuskannya untuk terus pakai lagi, minta suami jangan kumpul-
kumpul lagi dengan mereka yang masih menggunakan zat.

26
Kalau suami ibu masih pakai juga dan menunjukan perilaku yang tidak
bisa ibu kendalikan (misalnya gelisah karena nyeri yang tidak bisa
diatasi, cemas berlebihan atau melakukan kekerasan dengan menyerang
orang lain). Segeralah merujuk atau membawa suami ibu ke pukesmas
terdekat untuk memperoleh bantuan.

Terminasi

Bisa ibu ulangi, apa saja yang kita bicarakan tadi? bagus bu. mulai
sekarang ibu bantu suami ibu menghindari situasi yang dapat
menjerumuskannya pakai lagi, minggu depan, akan kita bicarakan sikap-
sikap yang dapat memotivasi suami ibu untuk berhenti atau sikap yang
yang menyebabkan suami ibu untuk pakai lagi, kapan ibu bisa dan
dimana kita akan bertemu? baiklah bu saya pamit dulu ya.

SP 2-Keluarga
Mengevaluasi cara merawat : mendiskusikan cara memotivasi,
melaksanakan pentingnya pengawasan minum obat.
Orientasi
Selamat pagi, Bu. Sesuai janji kita minggu lalu, hari ini kita akan
melanjutkan pembicaraan tentang cara menyelesaikan masalah yang ibu
hadapi. Masih ingat apa yang kita bicarakan minggu lalu? Bisa ibu
ceritakan kembali cara membantu suami ibu mengontrol keinginannya
untuk paki zat? Bagus bu, sekarang kita ketemu lagi untuk membicarakan
cara memotivasi berhenti. Berapa lama kita bicara? Bagaimana kalau 30
menit? Dimana baiknya kita bicarakan?
Kerja
Apakah ibu sering merasa curiga kalau suami ibu pakai lagi? Apakah ibu
menuduhnya pakai lagi? Hati-hati bu, ada sikap-sikap yang bisa
membuat kesal suami ibu sehingga menyebabkan dia pakai lagi.
Sebaiknya ibu menghindari sikap itu. Kalau ada yang membuat ibu tidak
mempercayai suami ibu, bicarakanlah dengan dia. Ibu ceritakan perasaan

27
dan harapan ibu kepadannya. Lalu, buatlah kesepakatan agar suami ibu
tetap jujur terhadap apa yang dikatakan dan dilakukannya. Selain itu, ibu
bersedia mendengarkan apa pun yang dia katakan suami ibu dengan
sikap menerima dan kesediaan membantu. Mari kita coba
mempraktekkanya. Katakan kepada suami ibu, bahwa ibu mengerti
sulitnya berhenti, katakan juga bahwa ibu akan terus membantunnya
untuk bisa berhenti asalkan mau jujur walaupun pakai lagi. Berikan
pujian atas usaha suami ibu untuk berhenti walaupun berhentinya hanya
satu minggu. Itu akan membuat suami ibu, merasa diterima dan didukung
usahannya oleh ibu. Sikap ini akan memotivasi suami ibu untuk
berhernti, harus terus dilakukan. Kadang-kadang sudah berhenti sekian
lama, masih ingin pakai lagi. Ibu tidakbolehputus asa, terus berusaha
untuk membantu suami ibu.
Untuk obat, apakah ada masalah bu? Apakah suami ibu masih terus
minum obat yang dianjurkan? Apakah ibu terus mengawasi suami ibu
agar minum oabat dengan benar?

Terminasi
Bisa ibu ulang lagi, apa saja yang kita bicarakan tadi? Bagus bu, ibu
dapat menerapkan apa yang sudah kita bicarakan 2 minggu ini? minggu
depan, kita akan bicarakan apa yang sudah ibu lakukan dan bagaimana
hasilnya. Kapan ibu bisa buat dan dimana kita akan bertemu? Baiklah bu,
saya pamit dulu.

28
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Masalah penyalagunaan narkoba / NAPZA adalah ancaman yang
sangat mencemaskan bagi keluarga khususnya dan bagi bangsa dan
negara pada umumnya. Pengaruh narkoba sangatlah buruk, baik dari
segi kesehtan maupun dampak sosial yang ditimbulkan.
Faktor yang menyebabkan terjadinya penyalahgunaan narkoba terdiri
dari faktor internal dan eksternal yang berasal dari diri sendiri baik baik
yang berasal dari lingkungan dan pencegahan narkoba juga bukan
menjadi tugas kelompok orang saja tetapi tugas kita bersama.

B. Saran
Dalam mencegah penyalahgunaan narkoba pihak yang bertanggung
jawab bukan hanya pemerintah penegak hukum ataupun pelayanan
kesehatan , tetapi yang di harapkan peran orang tua dalam mengawasi
dan membimbing anggota keluarganya harus lebih baik, serta lebih
meluangkan waktunya untuk selalu berada disisi anaknya dalam kondisi
apapun sehingga tidak terjerumus melakukan hal-hal yang menyimpang
terutama melakukan penyalahgunaan narkoba dan masyarakat harus
melakukan kegiatan yang positif.

29
DAFTAR PUSTAKA

Keliat, Budi Ana, DKK. 2015. Manajemen Kasus Gangguan Jiwa.


Jakarta: EGC.
Kusumawati, Farida. 2010. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta:
Salemba Medika.
Martono Lydia harlina, DKK. 2006. Pemulihan pecandu narkoba berbasis

masyarakat. Jakarta: Balai Pustaka.


Saddock, Beenjamin J dan virginia A. 2010. Buku Ajar Psikiatri Klinis
Edisi 2. Jakarta: EGC

30
31

Anda mungkin juga menyukai