Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN GANGGUAN NAPZA

Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Keperawatan Jiwa

Dosen Pengampu : Indra Gunawan M.Kep

Disusun Oleh :

1. Agung nugraha E2214401058

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TASIKMALAYA

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

Jl. Tamansari .KM 2,5, Mulyasari, Kec. Tamansari, Kab. Tasikmalaya, Jawa Barat 4619
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kami ucapkan kepada Tuhan yang Maha Esa, karena berkat rahmat-Nya
kami dapat menyelesaikan makalah kami yang berjudul “KONSEP DASAR ASUHAN
KEPERAWATAN DENGAN GANGGUAN NAPZA” Makalah ini dapat dijadikan bahan
sumber bacaan yang merupakan sarana untuk kami menambah syarat untuk melengkapi tugas
dalam mata kuliah Keperawatan Jiwa yang telah ditugaskan.

Dalam makalah Konsep dasar asuhan keperawatan dengan gangguan napza ini kami
mendiskusikan sejumlah pokok bahasan yang berhubungan mengenai masalah dengan
Kebutuhan Aktivitas

Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi yang membaca maupun bagi kami, saran
serta kritik yang bersifat membangun demi penyempurnaan makalah ini.

Tasikmalaya 15 Maret 2024

Penulis
BAB I

LATAR BELAKANG

1.1 Latar Belakang


Keluarga sebagai unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa

orang yang berkumpul dan tinggal disuatu tempat di bawah satu atap dalam keadaan saling

berketergantungan (Kemenkes RI,2016). Keluarga memiliki tugas dalam mendidik, menjaga

dan merawat anggota keluarganya, terlebih lagi pada remaja yang masih sangat memerlukan

pengawasan yang lebih, agar remaja tersebut tidak terbawa pengaruh yang buruk akibat

pergaulan yang bebas dilingkungan sekitarnya.

Remaja merupakan masa peralihan dari kanak-kanak ke masa dewasa. World Health

Organization (WHO) menyebutkan batas usia remaja adalah 10-19 tahun. Menurut WHO

(Who Health Organization) bahwa definisi remaja dikemukakan melalui tiga kriteria, yaiı

biologis, psikologis, dan sosial ekonomi. Sehingga dapat dijabarkan bahwa remaja adalah

suatu masa dimana individu berkembang dari saat pertama kali menunjukkan tanda-tanda

seksual sekundernya sampai saat ia mencapai kematangan sosial. Menurut (Herlina,

2013)Individu yang mengalami perkembangan psikologis dan pola identifikasi dari anak anak
menjadi dewasa. Serta individu yang mengalami peralihan dari ketergantungan menjadi

keadaan yang relatif lebih mandiri Berdasarkan peraturan Mentri Kesehatan RI nomor 25

tahun 2014, remaja adalah penduduk dalam rentang asia 10-18 tahun Zakiah Daradjat

(1974:10) mengatakan masa remaja adalah rentang kehidupan manusia yang berlangsung

sejak berakhirnya masa kanak kanak sampai awal dewasa. (Kartini, 1990) mengatakan bahwa

remaja adalah masa penghubung atau masa peralihan antara kanak-kanak dengan masa

dewasa Kemudian (Sudarsono, 1989) merumuskan masa remaja adalah masa transisi.

Sehingga masa remaja menjadi masa yang rentan terhadap kenakalan remaja yang bisa terjadi

dilingkungan sekitar Kenakalan remaja dalam bahasa inggris dikenal dengan istilah juvenile

delinquency merupakan gejala patologis sosial pada masa remaja yang disebabkan oleh suatu

bentuk pengabaian sosial. Akibatnya,remaja mengebangkan bentuk prilaku yang

menyimpang atau tingkah laku yang tidak dapat diterima sosial sampai pelanggaran hingga

tindakan kriminal Kenakalan remaja merupakan prilaku menyimpang dimana prilaku tersebut

melanggar norma sosial atau aturan-aturan yang berlaku dimasyarakat Oleh karena itu remaja

sangat rentan sekali mengalami masalah psikososial. Salah satu masalah yang merupakan

bentuk kenakalan remaja adalah penyalahgunaan NAPZA (Kartono, 2003).

Narkoba adalah singkatan dari Narkotika dan obat atau bahan berbahaya Selain "Narkoba

istilah lain yang diperkenalkan khususnya oleh Kementrian Kesehatan Republik Indonesia

adalah Napra yang merupakan singkatan dari Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif Pada

Undang undang Nomor 35 tahun 2009 tentang Narkotika disebutkan bahwa narkotika disatu

sisi merupakan obat atau bahan yang bermanfaat dibidang.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah di uraikan diatas, maka perumusan masah ini adalah “

konsep dasar asuhan keperawatan dengan gangguan napza”

1.3 Tujuan
1. Tujuan Umum

Mampu menemukan Asuhan Keperawatan Dengan Gangguan Napza

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Narkoba adalah singkatan dari narkotika dan obat/bahan berbahaya. Selain "Narkoba", istilah
lain yang diperkenalkan khususnya oleh Kementrian Kesehatan Republik Indonesia adalah
Napza yang merupakan singkatan dari Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif Menurut
Undang-undang RI nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika pada Bab 1 Pasal 1, narkotika
adalag zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis maupun
semisintetis, yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa,
mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan.
Prekursor Narkotika adalah zat yang dapat digunakan dalam pembuatan narkotika (UU RI
2009)
Napza Narkotika. Psikotropika dan Zat Adiktif lainnya) adalah bahan atau zat atau obat yang
bila masuk kedalam tubuuh manusia akan mempengaruhi tubuh terulama otak atau susunan
saraf pusat sehingga menyebabkan gangguan kesehatan fisik pakis, dan fungsi Sosial
Ketagihan (adiksi serta ketergantungan (dependensi) terhadap Napza (Alifia, 2020) Narkoba
adalah singkatan dan narkotika dan hahart ubat berbahaya. Narkoba atau NAPZA merupakan
kelompok nyawa yang umirinya menyebabkan kecanduan bagi para penggünanya (BNN
2017)

2.2 Penyebab

Menurut Pieter 2013 penyalahgunaan narkoba ada beberapa faktor yaitu:

a. Lingkungan sosial
Motif ingin tahu di masa remaja seseorang lazim mempunyai rasa ingin tahu lalu setelah itu
ingin mencobanya. Misalnya dengan narkotika, psikotropika maupun minuman keras atau
bahan bahaya lainnya.
1. Adanya kesempatan karena orang tua sibuk dengan kegiatannya masing-masing,
mungkin juga karena kurangnya rasa kasih sayang dari keluarga ataupun karena
akibat dariperceraian
2. Sarana dan prasarana karena orang tua berlebihan memberikan fasilitas dan uang yang
berlebihan, merupakan sebuah pemicu untuk menyalahgunakan uang tersebut untuk
memmbeli narkotika untuk memuaskan rasa keingin tahuan mereka.
b. Kepribadian

1. Rendah diri perasaan rendah diri di dalam pergaulan di masyarakat ataupun di

lingkungan sekolah kerja dan sebagainya. Mereka mengatasi masalah tersebut dengan

cara menyalahgunakan narkotika, psikotropika maupun Minuman kerasa yang

dilakukan untuk menutupi kekurangan mereka tersebut sehingga mereka memperoleh

apa yang diinginkan seperti lebih aktif dan berani

2. Emosional dan Mental pada masa-masa ini biasanya remaja ingin lepas dari segala

aturan-aturan dari orang tua mereka, dan akhirnya sebagian tempat pelariannya yaitu

dengan menggunakan Narkotika, Psikotropika dan Zat adiktif lainnya Lemahnya

mental renzija akan lebih mudah dipengaruhi oleh perbuatan perbuatan negatif sepeti

penyalahgunaan Napza.

2.3 Tanda dan gejala

Menurut (Prabowo, 2014) tanda dan gejala dapat dilihat sebagai berikut:

1. Tingkah laku pasien pengguna zat sedatifhipnotik

a. Menurunnya sifat menahan diri

b. Jalan tidak stabil, koordinasi motorik kurang

c. Bicara cadel, bertele-tele

d. Sering datang ke dokter untuk minta resep

e. Kurang perhatian
f. Sanggat gembira, berdiam, Depresi

g. Gangguan dalam daya pertimbangan

h. Dalam keadaan yang over dosis, kesadaran menurun, koma dan dapat menimbulkan

kematian

2. Tingkah laku pasien pengguna ganja

a. Kontrol diri menurun bahkan hilang

b. Menurunnya motivasi perubahan diri

c. Ephoria ringan

3. Tingkah laku pasien pengguna alkohol

a. Sikap bermusuhan

b. Kadang bersikap murung.berdiam

c. Kontrol diri menurun

d. Suara keras, bicara cadel, dan kacau

e. Agresif

f. Minum alkohol pagi hari atau tidak kenalwaktu

g. Partisipasi di lingkungan social kurang

h. Daya pertimbangan menurun

i. Koordinasi motorik terganggu

j. Dalam keadaan overdosis, kesadaran menurun bahkan sampai koma

4. Tingkah laku pasien pengguna opioda

a. Terkantuk-kantuk

b. Bicara cadel

c. Koordinasi motorik terganggu

d. Acuh terhadap lingkungan, kurang perhatian

e. Perilaku manipulatif, untuk mendapatkan zat adiktif


f. Kontrol diri kurang

5. Tingkah laku pasien pengguna kokain

a. Hiperaktif

b. Euphoria, agitasi, dan sampaiagitasi

c. Iritabilitas

d. Halusinasi dan waham

e. Kewaspadaan yang berlebih

f. Sangat tegang

g. Gelisah insomnia

h. Tampak membesar-besarkan sesuatu

i. Dalam keadan over dosis kejang, delirium, dan paranoid

6. Tingkah laku pasien pengguna halusinogen

a. Tingkah laku tidak dapat diramalkan

b. Tingkah laku merusak diri sendiri

c. Halusinasi, ilusi

d. Distorsi (gangguan dalam penilaian, waktu danjarak)

e. Sikap merasa diri benar

f. Kewaspadaan meningkat

g. Depersonalisasi

2.4 Faktor Penyebab

1) Latar belakang riwayat keluarga membuka peluang bagi seseorang melampiaskannya


pada narkoba
Kondisi keluarga yang kurang harmonis bisa menjadi salah satu penyebab terjadinya

penyalahgunaan narkoba pada seorang. Keterbatasan ruang untuk mengekspresikan diri

dalam lingkungan keluarga dijadikan satu alasan besar bagi seseorang untuk berteman
dengan narkoba. Seseorang memiliki anggapan bahwa bila dunia tak peduli dengannya,

mengapa dirinya harus peduli. Melakukan hal sesuka hati menjadi jawaban mereka untuk

mendapatkan kebebasan dan kesenangan sesaat.

2) Keliru memilih pergaulan dan lingkungan sosial


Hampir 40 persen faktor penyalahgunaan narkoba diakibatkan oleh pergaulan yang kurang

sehat. Keliru dalam memilih sebuah pergaulan memudahkan seseorang jatuh dalam jerat

narkoba. Biasanya, seseorang hanya memikirkan kesenangan tanpa mempertimbangkan

konsekuensi yang akan diterima.

3) Berada pada situasi sulit hingga mengalami depresi dan kecemasan


Seseorang yang tengah dirundung masalah berada pada kondisi yang sulit untuk berpikiran

jernih. Terlebih lagi, tingkat emosional nya masih tidak stabil sehingga mencari jalan pintas

pun dirasa menjadi sebuah solusi yang paling tepat. Makanya tak heran, bila keinginan untuk

mencoba hal-hal baru termasuk yang negatif seperti menggunakan narkoba semakin besar

bila sedang mengalami depresi maupun kecemasan berlebih.

4) Menurunnya rasa percaya diri akibat traumatis mendalam


Tak hanya orang dewasa, remaja juga kerap mengalami permasalahan yang berat hingga tak

tahu harus berbuat apa dan bagaimana. Makanya gak heran bila remaja mudah sekali

mengalami traumatis mendalam. Trauma pada remaja terbagi atas beberapa aspek, misalnya

pikiran, psikologis, dan mental. Contohnya dikucilkan dari lingkungan sosial, kehilangan

orangtua, kejahatan seksual, maupun kasus-kasus lainnya. Bila tidak didampingi, remaja akan

dengan sangat mudah mengakrabkan diri dengan narkoba.

5) Ketidakmampuan diri beradaptasi dengan lingkungan


Seorang remaja yang tertutup dan mengalami kesulitan dalam berinteraksi dengan

lingkungannya, biasanya lebih mudah berhubungan dengan narkoba, lho, Sisters. Rasa sepi

dan merasa sendiri menjadi salah satu dorongan bagi remaja menggunakan narkoba. Mulanya

ingin tahu, coba-coba, kemudian terjerumus lebih dalam. Minimnya informasi tentang

narkoba membuat remaja berpetualang mendalami peran sebagai pecandu narkoba.


2.5 Manifestasi klinis

Menurut Afiatin (2015) manifestasi penyalahguna NAPZA dilihat dari beberapa aspek antara

lain:

Aspek kondisi fisik

Pusing, mata merah dan sayu, tatapan kosong, bejalan sempoyongan, serta penurunan

kekebalan tubuh di tandai dengan munculnya penyakit penyerta akibat efek NAPZA.

Aspek kondisi psikis

Menunjukan sikap membangkang, pemarah, mudah tersinggung, menuntut kebebasan, tidak

dapat menunda keinginan, bersikap manipulatif, bertindak menyimpang seperti berkelahi dan

sebagainya

Aspek hubungan social

Kurang komunikasi dalam keluarga maupun sosial, menghindar dari pembicaraan panjang,

mengingkari janji serta melupakan tanggung jawab.

Aspek perubahan perilaku

Melakukan tindakan menyimpang seperti mencuriperubahan bahasa, kurang mengurus

kebersihan diri, serta menyendiri.

2.6 Jenis – jenis golongan Napza

Jenis-jenis NAPZA menurut Eko (2014), jenis-jenis NAPZA meliputi :

1. Heroin : serbuk putih seperti tepung yang bersifat opioid atau menekan nyeri dan juga

depressan SSP.

2. Kokain : diolah dari pohon Coca yang punya sifat halusinogenik.

3. Putau : golongan heroin

4. Ganja : berisi zat kimia delta-9-tetra hidrokanbinol, berasal dari daun Cannabis yang

dikeringkan, konsumsi dengan cara dihisap seperti rokok tetapi menggunakan hidung.
5. Shabu-shabu : kristal yang berisi methamphetamine, dikonsumsi dengan menggunakan alat

khusus yang disebut Bong kemudian dibakar.

6. Ekstasi : methylendioxy methamphetamine dalam bentuk tablet atau kapsul, mampu

meningkatkan ketahanan seseorang (disalahgunakan untuk aktivitas hiburan di malam hari).

7. Diazepam, Nipam, Megadon : obat yang jika dikonsumsi secara berlebih menimbulkan

efek halusinogenik.

8. Alkohol : minuman yang berisi produk fermentasi menghasilkan atanol, dengan kadar

diatas 40% mampu menyebabkan depresi susunan saraf pusat, dalam kadar tinggi bisa

memicu Sirosis hepatic, hepatitis alkoholik maupun gangguan system persyarafan.

2.7 Konsep asuhan keperawatan

A.Pengkajian

Setiap melakukan pengkajian, tulis tanggal pengkajian, tanggal dan tempat klien dirawat.

Identitas Klien

Identitas klien yang perlu di tulis adalah nama klien, jenis kelamin, umur (biasanya pada usia

produktif), pendidikan (segala jenis/ tingkat pendidikan beresiko menggunakan NAPZA),

pekerjaan (tingkat keseriusan/ tuntutan dalam pekerjaannya dapat menimbulkan masalah),

status (belum menikah, menikah atau bercerai), alamat, kemudian nama perawat

Data Demografi

Buatlah genogram minimal tiga generasi yang dapat menggambarkan hubungan klien dan

keluarga.

Jelaskan: Seseorang yang berada dalam disfungsi keluarga akan tertekan dan ketertekanan itu

dapat merupakan faktor penyerta bagi dirinya terlibat dalam penyalahgunaan/ketergantungan

NAPZAkondisi keluarga yang tidak baik itu adalah:

Keluarga yang tidak utuh: orang tua meninggal, orang tua cerai, dll,

kesibukan orang tua,


hubungan interpersonal dalam keluarga tidak baik

Keluhan utama

Biasanya karena timbul gejala-gejala penyalahgunaan NAPZA. Alasan masuk tanyakan pada

keluarga klien.

Riwayat Penggunaan Zat Sebelumnya

Tanyakan pada klien apakah pernah menggunakan narkotika, psikotropika atau zat adiktif

lainnya sebelumnya.

Riwayat Pengobatan Tanyakan pada klien dan keluarga apakah klien sudah mendapatkan

terapi dan rehabilitasi. Biasanya klien yang telah mendapatkan terapi sebagian besar akan

mengulangi kebiasaannya menggunakan NAPZA.

Faktor Predisposisi

Kaji hal-hal yang menyebabkan perubahan perilaku klien menjadi pecandu/ pengguna

NAPZA, baik dari pasien maupun keluarga seperti: Factor biologis, factor psikologis dan

faktor sosial kultural

Faktor Presipitasi

Kaji faktor yang membuat klien menggunakan napza:

Penyataan untuk mandiri dan membutuhkan teman sebaya sebagai pengakuan (resiko relatif

untuk terlibat NAPZA 81,3%)

Sebagai prinsip kesenangan, menghindari sakit/stress

Kehilangan seseorang atau sesuatu yang berarti

Diasingkan oleh lingkungan: rumah, teman-teman

Kompleksitas dari kehidupan modern

Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum: klien dengan pengguna napza biasanya akan dijumpai kondisi yang disebut

intoksikasi (teler) yang menyebabkan perubahan memori, perilaku, kognitif, alam perasaan

dan kesadaran.

Tanda-tanda vital

Tekanan darah: hipotensi/normal

Nadi: takikardi

Suhu meningkat, berhubungan dengan gangguan keseimbangan cairan elektrolit

Pernafasan: sesak nafas, nyeri dada

Berat badan mengalami penurunan akibat nafsu makan menurun

Keluhan fisik: nyeri sendi, otot dan tulang

Psikososial

Klien dengan pengguna napza akan mengalami perubahan dalam kehidupan individualnya

baik yang bersifat psikologik maupun kehidupan social seperti:

Prestasi sekolah menurun secara drastis/anjlok

Pola tidur berubah, misalnya pagi susah dibangunkan dan malam suka begadang

Selera makan berkurang

Banyak mengurangi diri dalam kamarmenghindari bertemu anggota keluarga lainnya karena

takut ketahuan, dan menolak makan Bersama

Bersikap tidak ramah, kasar terhadap anggota keluarga lainnya, dan mulai suka berbohong

Mabuk, bicara pelo (cadel), dan jalan sempoyongan

Konsep Diri

citra tubuh: Klien mungkin merasa tubuhnya baik-baik saja

Identitas Klien mungkin kurang puas terhadap dirinya sendiri

Peran : klien meruapakan anak keberapa dari berapa saudara

Ideal diri: Klien menginginkan keluarga dan orang lain menghargainya


Harga diri: Kurangnya penghargaan keluarga terhadap perannya

Hubungan Sosial

Banyak mengurung diri dalam kamar, menghindari bertemu anggota keluarga lainnya karena

takut ketahuandan menolak makan bersama. Bersikap tidak ramah, kasar terhadap anggota

keluarga lainnya, dan mulai suka berbohong

Spiritual

Nilai dan keyakinan: Menurut masyarakat, NAPZA tidak baik untuk kesehatan.

Kegiatan ibadah Tidak menjalankan ibadah selama menggunakan NAPZA

Status Mental

Penampilan

Tidak rapitidak sesuai dan cara berpakaian tidak seperti biasanya

Pembicaraan

Kaji cara bicara klien apakah cepat, keras, gagap, apatis, lambat atau membisu

Biasanya klien menghindari kontak mata langsung, berbohong atau memanipulasi keadaa,

bengong/linglung

Aktivitas Motorik

Kelambatan: hipoaktifitas (lesu), katalepsi (gangguan kesadaran)

Peningkatan gelisah, TIK, grimasen (gerakan otot muka yang berubah-ubah, tidak dapat

dikontrol), tremor, kompulsif (kegiatan yang dilakukan berulang)

Afek Dan Emosi

Afek: tumpul (datar) dikarenakan terjadi penurunan kesadaran

Emosi klien dengan penyalahgunaan NAPZA biasanya memiliki emosi yang berubah-ubah

(cepat marah, depresi, cemaeforia)

Interaksi Selama Wawancara


Kontak mata kurang dan cepat tersinggung. Biasanya klien akan menunjukkan rasa curiga

Persepsi

Biasanya klien mengalami halusinasi

Proses Piker

Klien pecandu ganja mungkin akan banyak bicara dan tertawa sehingga menunjukkan

tangensial. Beberapa NAPZA menimbulkan penurunan kesadaran, sehingga klien mungkin

kehilangan asosiasi dalam berkomunikasi dan berpikir.

Isi Piker

Pecandu ganja mudah percaya mistiksedangkan amfetamin menyebabkan paranoid sehingga

menunjukkan perilaku phobia. Pecandu amfetamin dapat mengalami waham curiga akibat

paranoidnya

Tingkat Kesadaran

Menunjukkan perilaku bingung, disorientasi dan sedasi akibat pengaruh NAPZA.

Memori

Golongan NAPZA yang menimbulkan penurunan kesadaran mungkin akan menunjukkan

gangguan daya ingat jangka pendek.

Tingkat Konsentrasi dan Berhitung

Secara umum klien NAPZA mengalami penurunan konsentrasi. Pecandu ganja mengalami

penurunan berhitung.

Kemampuan Penilaian

Penurunan kemampuan menilai terutama dialami oleh klien alkoholikGangguan kemampuan

penilaian dapat ringan maupun bermakna.

Daya Tilik Diri

Apakah mengingkari penyakit yang diderita atau menyalahkan hal-hal diluar dirinya.

B. Diagnosa
Perilaku kekerasan berhubungan dengan halusinasi sensori persepsi

C. Intervensi

Diagnosa Tujuan dan kriteria hasil Intervensi

Gangguan persepsi Setelah dilakukan tindakan Manejemen halusinasi

sensori keperawatan selama 2 x 24 jam


O:
diharapkan persepsi sensori

membaik:  Monitor perilkau yang


mengidentifikasi halusinasi
 Monitor dan sesuaikan tingkat
 Verbalisasi mendengar
aktivitas dan stimulasi
bisikan membaik
lingkungan
 Verbalisasi melihat
 Monitorisi halusinasi (mis
bayangan membaik
kekerasan atau
 Verbalisasi merasakan membahayakan diri
sesuatu melalui indra
perabaan membaik T:
 Verbalisasi merasakan
sesuatu melalui indra
penciuman membaik  Pertahankan lingkungan yang
 Verbalisasi merasakan aman
sesuatu melalui indra  Lakukan tindakan
keselamatan ketika tidak dapat
pengecapan membaik mengontrol perilaku (mis limit
setting, pembatasan wilayah
 Distorsi sensorimembaik pengekangan fisik, seklusi)
 Perilaku halusinasi
membaik E:

 Anjurkan memonitor sendiri


situasi terjadinya halusinasi
 Anjurkan bicara pada orang
yang dipercaya untuk
memberi dukungan dan
umpanbalik korektif terhadap
halusinasi

K:

 Kolaborasi pemberian obat


antipsikotik dan
antiansietas, jika perlu.

Anda mungkin juga menyukai