KELOMPOK II
ASUHAN KEPERAWATAAN NAPZA
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Dona andriani
Efrira Damaina
Ega Nur Fadillah
Elda Lisa
Enggy Inglian Dani
Esty Lestari
Fadilah Khairina
Faisal Kurniawan
Ferina Oetami Muslim
12031010
12031011
12031012
12031013
12031014
12031015
12031016
12031017
12031018
Puji dan Syukur Penulis kita ucapkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga kami dapat menyusun Laporan makalah yang
berjudul asuhan keperawatan NAPZA ini tepat pada waktunya
Dalam penyusunan laporan ini, kami banyak mendapat tantangan dan hambatan akan
tetapi dengan bantuan dari berbagai pihak tantangan itu bisa teratasi. Oleh sebab itu, kami
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu
dalam penyusunan laporan ini, semoga bantuannya mendapat balasan yang setimpal dari
Tuhan Yang Maha Esa.
Kami menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari bentuk
penyusunan maupun materinya. Kritik konstruktif dari pembaca sangat kami harapkan untuk
penyempurnaan laporan selanjutnya.
Akhir kata semoga laporan ini dapat memberikan manfaat kepada kita sekalian.
BAB I
PENDAHULUAN
NAPZA
4. Mahasiswa mampu memahami dan mengetahui dampak penggunaan NAPZA
5. Mahasiswa mampu memahami dan mengetahui Penatalaksanaan NAPZA
6. Mahasiswa mampu memahami dan mengetahui pemeriksaan diagnostik
NAPZA
7. Mahasiswa mampu memahami
penggunaan NAPZA
BAB II
ISI
2.1 Defenisi NAPZA
NAPZA (narkotika, psikotropika, dan zat adiktif lain) adalah bahan/ zat/ obat yang bila
masuk kedalam tubuh manusia akan mempengaruhi tubuh terutama otak/susunan saraf pusat,
sehingga menyebabkan gangguan kesehatan fisik, psikis, dan fungsi sosialnya karena terjadi
kebiasaan, ketagihan (adiksi) serta ketergantungan (dependensi) terhadap NAPZA. NAPZA
sering disebut juga sebagai zat psikoaktif, yaitu zat yang bekerja pada otak, sehingga
menimbulkan perubahan prilaku, perasaan, dan pikiran. (Prabowo, 2014).
kristal
yang
berisi
methamphetamine,
dikonsumsi
dengan
Narkotika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan ilmu pengetahuan, dan tidak
ditunjukan untuk terapi serta mempunyai potensi sangat tinggi menimbulkan
ketergantungan, (contoh: heroin/putauw, kokain, ganja).
b. Narkotika golongan II
Narkotika yang berkhasiat pengobatan digunakan sebagai pilihan terakhir dan
dapat digunaka dalam terapi atau tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta
mempunyai potensi tinggi mengakibatkan ketergantungan (contoh: morfin
petidin).
c. Narkotika golongan III
Narkotika yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi atau
tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan
mengakibatkan ketergantungan (contoh: kodein).
2. Psikotropika
Psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintesis bukan narkotika,
yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang
menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku (UU No. 5 tahun
1997 tentang psikotropika).
Psikotropika dibedakan dalam golongan-golongan sebagai berikut:
a. Psikotropika golongan I
Psikotropika yang hanya dapat digunakan un\tuk kepentingan ilmu pengetahuan
dan tidak digunakan dalam terapi serta mempunyai potensi amat kuat
mengakibatkan sidroma ketergantungan (contoh: ekstasi, shabu, LSD).
b. Psikotropika golongan II
Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan dapat digunakan dalam terapi, dan
tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi kuat mengakibatkan sidroma
ketergantungan (contoh: amfetamin, metilfenidat atau ritalin).
c. Psikotropika golongan III
Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi dan
untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi sedang mengakibatkan
sindroma ketergantungan (contoh: pentobarbital, flunitrazepam)
d. Psikotropika golongan IV
Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan sangat luas digunakan dalam terapi
dan tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan
sidrom
ketergantungan
(contoh:
diazepam,
bromazepam,
fenobarbital,
klonazepam, klordiazepoxide, nitrazepam, seperti pil BK, pil koplo, rohip, dum,
MG).
3. Zat adiktif
Zat adiktif adalah suatu bahan atau zat yang apabila digunakan dapat menimbulkan
kecanduan atau ketergantungan.
4. Zat psikoaktif
Golongan zat yang bekerja secara selektif, terutama pada otak sehingga dapat
menimbulkan perubahan pada: perilaku, emosi, kognitif, persepsi. (Prabowo, 2014).
Eksperimental
Respon maladaptif
Rekreasional
Situsional
Penyalahgunaan
Ketergantungan
1. Penggunaan zat adiktif secara eksperimental ialah kondisi penggunaan pada taraf
awal, disebabkan rasa ingint ahu, ingin memiliki pengalaman yang baru, atau sering
dikatakan taraf coba-coba.
2. Penggunaan zat adiktif secara rekreasional ialah mengguanakan zat od saat berkumpul
bersama-sama debgan teman sebaya, yang bertujuan untuk rekreasi bersama teman
sebaya.
3. Penggunaan zat adiktif secara situasional ialah orang yang menggunakan zat
mempunyai tujuan tertentu secara individual, sudah merupakan kebutuhan bagi
dirinya sendiri, seringkali penggunaan zat ini merupakan cara untuk melarikan diri
atau mengatasi masalah yang dihadapinya. Biasanya digunakan pada saat sedang
konflik, stress, frustasi.
4. Penyalahgunaan zat adiktif ialah penggunaan zat yang sudah bersifat patologis, sudah
mulai digunakan secara rutin, paling tidak sudah berlangsung selama 1 bulan, dan
terjadi penyimpangan perilaku dan mengganggu fungsi dalam peran dilingkungan
sosial dan pendidikan.
5. Ketergantungan zat adiktif ialah penggunan zat yang cukup berat, telah terjadi
ketergantungan fisik dan psikologis. Ketergantungan fisik ditandai oleh adanya
toleransi dan sidroma putus zat. Yang dimaksud sindroma putus zat adal;ah suatu
kondisi dimana orang yang biasa menggunakan secara rutin, pada dosis tertentu
berhenti menggunakan atau menurunkan jumlah zat yang biasa digunakan, sehingga
menimbulkan gejala pemutusan zat.
krisis
identitas,
menggunakan
zat
untuk
menyatakan
kejantanannya
7) Rasa bermusuhan dengan orang lain.
c. Faktor sosial kultural
1) Masyarakat yang ambivalensi tentang pengguaan dan penyalahgunaan zat
adiktif: ganja, alkohol.
2) Norma kebudayaan.
3) Adiktif untuk upacara adat.
4) Lingkungan tempat tinggal, lingkungan sekolah yang tertdapat banyak
pengedar (mudah didapat: resiko relatif 80%)
5) Persepsi masyarakat terhadap gangguan zat.
6) Remaja yang lari dari rumah.
7) Remaja dengan perilaku penyimpangan seksual dini.
8) Orang/remaja yang terkait dengan tindakan kriminal.
2. Faktor presipitasi
a. Pernyataan untuk mandiri dan membutuhkan teman sebaya sebagai pengakuan
(resiko relatif untuk terlibat NAZA: 81,3%)
b. Sebagai prinsip kesenangan, menghindari sakit/stress
c. Kehilangan seseorang atau sesuatu yang berarti
d. Diasingkan oleh lingkungan: rumah, teman-teman
e. Komplrksitas dari kehidupan modern.
3. Faktor kontribusi (resiko relatif 7,9% terlibat penyalahgunaan NAZA)
Seseorang yang berada dalam disfumgsi keluarga akan tertekan, dan ketertekanan itu
dapat merupakan faktor penyerta bagi dirinya terlibat dalam penyalahgunaan/
ketergantungan NAZA, kondisi keluarga yang tidak baik itu adalah:
a. Keluarga yang tidak utuh: orang tua meninggal, orang tua cerai, dll
b. Kesibukan orang tua
c. Hubungan interpersonal dalam keluarga tidak baik
b.
c.
d.
e.
f.
menimbulkan kematian
9) Meningkatkan rasa percaya diri
Tingkah laku pasien penggunaan ganja
1) Kontrol diri menurun bahkan hilang
2) Menurunnya motivasi dan perubahan diri
3) Ephoria ringan
Tingkah laku pasien pengguna alkohol
1) Sikap brmusuhan
2) Kadang bersikap murung, berdiam
3) Kontrol diri menurun
4) Suara keras, bicara cadel, dan kacau
5) Agresi
6) Minum alkohol pagi hari atau tidak kenal waktu
7) Partisipasi dilingkungan sosial kurang
8) Daya pertimbang an menurun
9) Koordinasi motorik terganggu, akibat cenderung mendapat kecelakaan
10) Dalam keadaan over dosis, kesadaran menurun bahkan sampai koma
Tingkah laku pasien penggunaan opioda
1) Terkantuk-kantuk
2) Bicara cadel
3) Koordinasi motorik terganggu
4) Acuh tehadap lingkungan, kurang perhatian
5) Perilaku manipulatif, untuk mendapatkan zat adiktif
6) Kontrol diri kurang
Tingkah laku pasien penggunaan kokain
1) Hiperaktif
2) Euphoria, agitasi, dan sampai agitasi
3) Iritabilitas
4) Halusinasi dan waham
5) Kewaspadaan yang berlebihan
6) Sangat tegang
7) Gelisah, insomnia
8) Tampak membesar-besarkan sesuatu
9) Dalam keadaan over dosis: kejang, delirium, dan paranoid
Tingkah laku pasien penggunaan halusinogen
1) Tingkah laku tidak dapat diramalkan
2) Tingkah laku menrusak diri sendiri
3) Halusinasi, ilusi
4) Distrosi (gangguan dalam penilayan, waktu dan jarak)
5)
6)
7)
8)
gangguan
perilaku
(mental
sosial),
gangguan
kesehatan,
menurunnya nilai-nilai dan masalah ekonomi dan hukum. Sementara itu, dari segi
efek dan dampak yang ditimbulkan pada para pemakai narkoba dapat dibedakan
menjadi 3 golongan/ jenis:
1) Upper yaitu jenis narkoba yang membuat sipemakai menjadi aktif seperti
sabu-sabu, ekstasi dan amfetamin
2) Downer yang merupakan golongan narkoba yang dapat membuat orang
memakai
jenis
narkoba
itu
jadi
tenang
dengan
sifatnya
yang
menenangkan/sedatif seperti obat tidur (hipnotik) dan obat anti rasa cemas
3) Halusinogen adalah napza yang beracun karena lebih menonol sifat racunnya
dibandingkan dengan kegunaan medis.
b. bagi keluarga
penyalah gunaan NAPZA dalam keluarga dapat mengakibatkan suasanan nyaman
dan tentram dalam keluarga terganggu. Dimana orang tua akan merasa malu
karena memiliki anak pecandu, merasa bersalah, dan berusa menutupi perbuatan
anak mereka. Steress keluarga meningkat, merasa putus asa karena pengeluaran
yang meningkat akibat pemakaian narkoba ataupun melihat anak yang harus
berulang kali di rawat atau bahkan menjadi penghuni dirumah tahanan maupu
Lembaga Permasyarakatan.
c. Bagi pendidik atau sekolah
NAPZA akan merusak disiplin dan motivasi yang sangat tinggi untuk proses
belajar. Penyalahgunaan NAPZA berhubungan dengan kejahatan dan perilaku
asosiasi lain yang menganggu suasana tertib dan aman. Rusaknya barang-barang
sekolah dan meningkatkan perkelahian.
d. Bagi masyarakat dan negara
b.
Pencegahan
1) Memberikan informasi dan pendidikan yang efektif tentang NAPZA.
2) Deteksi dini perubahan perilaku
3) Menolak tegas untuk mencoba (Say no to drugs) atau Katakan tidak pada
narkoba.
Pertolongan Pertama : Pertolongan pertama penderita dimandikan dengan air
hangat, minum banyak, makan makanan bergizi dalam jumlah sedikit dan sering
dan dialihkan perhatiannya dari narkoba. Bila tidak berhasil perlu pertolongan
dokter. Pengguna harus diyakinkan bahwa gejala-gejala sakaw mencapai puncak
c.
Lama rawat di unit rehabilitasi untuk setiap rumah sakit tidak sama karena
tergantung pada jumlah dan kemampuan sumber daya, fasilitas dan sarana
penunjang kegiatan yang tersedia di rumah sakit. Menurut Hawari (2000) bahwa
setelah klien mengalami perawatan selama 1 minggu menjalani program terapi dan
dilanjutkan dengan pemantapan terapi selama 2 minggu maka klien tersebut akan
dirawat di unit rehabilitasi (rumah sakit, pusat rehabilitasi dan unit lainnya) selama
3-6 bulan. Sedangkan lama rawat di unit rehabilitasi berdasarkan parameter
sembuh menurut medis bisa beragam 6 bulan dan 1 tahun, mungkin saja bisa
sampai 2 tahun (Wiguna, 2003). Berdasarkan pengertian dan lama rawat di atas,
maka perawatan di ruang rehabilitasi tidak terlepas dari perawatan sebelumnya
yaitu di ruang detoksifikasi.Kenyataan menunjukkan bahwa mereka yang telah
selesai menjalani detoksifikasi sebagian besar akan mengulangi kebiasaan
menggunakan NAPZA, oleh karena rasa rindu (craving) terhadap NAPZA yang
selalu terjadi (DepKes, 2001).
Dengan rehabilitasi diharapkan pengguna NAPZA dapat:
1)
2)
3)
4)
5)
6)
Intoksikasi
Effect
Cor problem
Causa
1. Pengkajian
1. Riwayat penggunaan NAPZA :
a) Apa jenis zat yang digunakan ?
b) Kapan terahir penggunaan zat?
c) Bagaimana cara mengunakan zat ?
d) Berapa banyaknya zat yang digunakan perhari ?
e) Apa tanda gejala yang dirasakan ?
f) Apa penyebab mengunakaan zat ?
g) Apakah pernah mengurangi/ berhenti ? karena apa?
h) Berapa kali mencoba berhenti ? kapan paling lama ?
i) Apa yang telah dilakukan untuk berhenti ?
j) Apa yang menyebabkan pakai lagi ?
2. Riwayat pengobatan NAPZA :
a) Apakah pernah over dosis ? apakah pernah dirawat karena over dosis?
b) Apakah pernah dirawat untuk detoksifikasi ? berapa kali ? kapan
terahir?
c) Apakah ada penyakit serius akibat penggunan zat ?
d) Apakah pernah mengikuti rehabilitasi ? kapan? Berapa lama?
2. Diagnosa keperawataan
1. Acaman kehidupan
a) Gangguan keseimbangan cairan : mual, muntah berhubungan dengan
pemutusan opioda
b) Resiko terhadap amuk berhubungan dengan intoksikasi sedatif
hipnotik.
c) Resiko cidera diri berhubungan dengan intoksikasi alkohol, sedaktif,
2.
hipnotik.
d) Panik berhubungan dengan putus zat alkohol.
Intoksikasi
a) Cemas berhubungan dengan intoksikasi ganja
b) Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan intoksikasi sedatif
3.
hipnotik,alkohol opioda
Withdrawl
a) Perubahan proses piker : waham berhubungan dengan putu zat
alcohol, sedatif, hipnotik.
b) Nyeri berhubungan dengan putu zat opiodia, MDMA : Extasy
c) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan putu
4.
zat opioda
Pasca detoksikas
a) Gangguan pemutusan perhatian berhubungan dengan dampak
penggunaan zat adiktif
b) Gangguan konsep diri : harga diri rendah berhubungan dengan tidak
mampu mengenal kualitas yang positif dari diri sendiri.
c) Resiko melarikan diri berhubungan dengan ketergantungan terhadap
zat adiktif.
3. Dari Pohon Masalah, Diagnosa Yang Timbul
a. Resiko Tinggi Menciderai Diri Sendiri Dan Orang Lain Berhubungan Dengan
Intoksikasi
Tujuan
Intervensi
Tujuan umum :
kekerasan
Tujuan khusus :
TUK 1 :
Pasien dapat membina hubungan saling
percaya
Kriteria hasil :
Setelah ....x interaksi pasien menunjukan
TUK 2 :
Pasien dapat mengidentifikasi penyebab
1. Beri
perilaku kekerasan
interaksi,
menceritakan
kekerasan
pasien
untuk
Kriteria hasil :
Setelah...x
kesempatan
pasien
penyebab
yang
dapat
perilaku
dilakukannya:
2. Dengarkan
tanpa
menyela
atau
perilaku kekerasanya
2. Bantu pasien mengukapkan tanda-
Keriteria hasil :
Setelah...x interaksi, pasien menceritakan
tanda saat terjadi perilaku kekerasan
1. Tanda fisik : mata merah, tangan
mengepal, eksperesi tegang.
tanda
perilaku
kekerasan
yang
dialami.
3. Observasi tanda perilaku kekerasan
pada pasien.
saat
terjadi
perilaku
kekerasan.
TUK 4 :
tindakan kekerasan.
menyelesaikan masalah
3. Diskuiskan apakah dengan tindakan
kekerasan yang dilakukan masalah
TUK 5 :
Pasien dapat mengidentifikasi akibat
perilaku kekerasan :
teselesaikan.
1. bicarakan akibat kerugian cara yang
dilakukan pada :
a. diri sendiri
c. lingkungan
tersingung , ketakutan.
3. Lingkungan : barang benda rusak.
TUK 6
mengungkapkan marah.
Kriteria hasil :
Setelah... x interaksi pasien dapat :
1. menjelaskan cara yang sehat
mengungkapkan marah (cara fisik,
verbal, social spiritual).
2. Mendemontrasikan cara
mengungkapkan marah yang sehat
secara verbal, fisik, social dan
sepiritual.
TUK 7
Pasien
dapat
mendemontrasikan
cara
mengungkapkan marah
Kriteria hasil :
Setelah
....x
mendemontrasikan
pertemuan,
cara
pasien
mengontrol
1. Fisik
2. Verbal
3. Sosial
4. Spiritual
TUK 8
keberhasilanya.
1. diskusikan dengan pasien tentang :
ditetapkan.
menyebutkan :
dirasakan
penggunaan
obat
dengan benar.
Kriteri hasil :
selam ini
menjelaskan tentang :
kekerasan.
kekerasan
3. Diskusi
potensi
keluarga
untuk
kekerasan
perilaku kekerasan.
pertemuan
pengertian,tanda
waham
gejala.perilaku
merawat
kelurga
pasien
tentang
:
dan
,penyebab
dengan
cara
perilaku
reinforcement
atas
keterlibatn keluarga.
b. Gangguan konsep diri harga diri rendah berhubungan dengan koping
individu in efektif
Tujuan
Tujuan umum :
Pasien memiliki konsep diri yang positif.
Tujuan khusus :
TUK 1 :
Pasien dapat mebina hubungan saling
percaya dengan perawat.
Kriteria hasil :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama......x....jam pasien mampu :
1. 1. Pasien menujukan eksperesi wajah
bersahabat,menujukan rasa senang,ada
kontak mata, mau berjabat tanggan, mau
menyebut nama, mau terjawab salam,
pasien mau duduk berdampingan dengan
perawat, mau mengutarakan masalah yang
dihadapi.
Intervensi
Bina hubungan saling percaya dengan
mengungkapkan prinsip komunikasi
terapeutik :
1. Sapa pasien dengan ramah baik verbal
maupun non verbal.
2. Perkenakan diri dengan sopan.
3. Tanyakan nama lengkap pasien dan
nama pangilan yang disukai pasien.
4. Jelaskan tujuan pertemuan.
5. Jujur dan menepati janji.
6. Tunjukan sikap empati dan menerima
pasien apa adanya.
7. Beri perhatian kepada pasien dan
memperhatikan kebutuhan dasar
pasien.
TUK 2:
Pasien dapat mengidentifikasi
pasien
2. Bersama pasien membuat daftar
dimiliki.
Kriteria hasil :
Setelah dilakukan perawatan ..... X
tantangan:
a) Aspek positif pasien, keluarga,
lingkungan.
b) Kemampuan yang dimiliki
paien.
3. Utamakan memberikan pujian yang
reaslistik dan hidarkan penilaian
TUK 3 :
Pasien dapat menilai kemampuan yang
negatif
1. Diskusikan dengan pasien kemapuan
yang masih dapat dilaksanakan dan
pasien
mampu
membuat
dapat
TUK 5
Pasien dapat melakukan kegiatan sesuai
dengan rencana yang telah dibuat
Kriteri hasil :
Setelah
dilakukan
perawatan
pertemuan,
pasien
dapat
....x
melakukan
TUK 6 :
pulang.
1. Berikan pendidikan kesehatan pada
Pasien
dapat
memanfaatkan
sistem
menyiapkan
lingkungna rumah.
Diskusikan dengan pasien dan kelurga
tentang dosis, frekuwensi dan manfaat
pobat.
1. Anjurkan pasien meminta sendiri
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
NAPZA (narkotika, psikotropika, dan zat adiktif lain) adalah bahan/ zat/ obat yang bila
masuk kedalam tubuh manusia akan mempengaruhi tubuh terutama otak/susunan saraf pusat,
sehingga menyebabkan gangguan kesehatan fisik, psikis, dan fungsi sosialnya karena terjadi
kebiasaan, ketagihan (adiksi) serta ketergantungan (dependensi) terhadap NAPZA.
Penyalahgunaan zat adalah penggunaan zat secara terus menerus bahkan sampai setelah
terjadi masalah. Ketergantungan zat menunjukkan kondisi yang parah dan sering dianggap
sebagai penyakit. umumnya merujuk pada perilaku psikososial yang berhubungan dengan
ketergantungan zat. Gejala putus zat terjadi karena kebutuhan biologik terhadap obat.
Toleransi adalah peningkatan jumlah zat untuk memperoleh efek yang diharapkan. Gejala
putus zat dan toleransi merupakan tanda ketergantungan fisik (Stuart dan Sundeen, 1995).
3.2 Saran
Demikian makalah yang telah kami susun, semoga dengan makalah ini dapat menambah
pengetahuan dan juga pembaca khususnya bagi mahasiswa yang telah menyususn makalah
ini agar meningkatkan pemahamannya terhadap asuhan keperawatan NAPZA sehingga dapat
dikembangkan dalam tatanan layanan keperawatan. Semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi semua.
.
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, L.J. (1995). Buku saku diagnosa keperawatan. Edisi 6. (terjemahan). Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Depkes. (2002). Keputusan Menteri kesehatan RI tentang pedoman penyelenggaraan sarana
pelayanan rehabilitasi penyalahgunaan dan ketergantungan narkotika, psikotropika dan zat
adiktif lainnya (NAPZA). Jakarta: Departemen Kesehatan RI.
Hawari, D. (2000). Penyalahgunaan dan ketergantungan NAZA (narkotik, alkohol dan zat
adiktif). Jakarta: Balai Penerbit FKUI.