Anda di halaman 1dari 32

MAKALAH FARMAKOLOGI DAN DIET PADA PASIEN DENGAN

TUMOR OTAK DAN MENINGITIS

DISUSUN OLEH :
AYU YUNITA SARI (2017030038)
ARINDA FIRGIA PUTRI (2017030046)
KHULIYATUN NAFISAH ()

DOSEN PEMBIMBING :
Elly Rustanti, S.Si., M.Sc

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HUSADA JOMBANG


PROGRAM STUDI STRATA SATU KEPERAWATAN
TAHUN AJARAN 2019

1
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadiratAllah Subhanahu Wata’ala
yangtelah melimpahkan Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan tugas makalah dengan tepat pada waktunya.Makalah ini berjudul
“MAKALAH FARMAKOLOGI DAN DIET PADA PASIEN DENGAN
TUMOR OTAK DAN MENINGITIS”.Makalahini penulis buat sebagai salah
satu syarat tugas Mata Kuliah Keperawatan Medukal Bedah III.
Dalam proses pembuatan makalah ini penulis banyak menemui kesulitan
dalam menjabarkan materi dan penulis menyadari banyaknya kekurangan dalam
penyajiannya. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang
bersifat membangun demi perbaikan makalah ini ke depan.

Jombang, 30 Oktober 2019

Penulis

2
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI............................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................4
1.1. Latar Belakang...........................................................................................4
1.2. Rumusan Masalah......................................................................................4
1.3. Tujuan........................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................6
2.1. Tumor Otak................................................................................................6
2.2 Meningitis…………………………………………...………………….20
BAB III PENUTUP...............................................................................................30
3.1. Kesimpulan..............................................................................................30
3.2. Saran........................................................................................................30
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................31

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tumor intracranial termasuk juga lesi desak ruang,(lesi organ yang karena
proses pertumbuhannya dapat mendesak organ yang ada disekitarnya,sehingga
organ tersebut dapat mengalami gangguan)jinak maupun ganas,yang tumbuh
diotak meningen dan tengkorak(Ariyani,2012).
Meningitis adalah kumpulan gejala demam, sakit kepala dan meningismus
akibatinflamasi pada ruang subarachnoid yang dibuktikan dengan pleositosis
cairan serebrospinalis (CSS).Meningitis dapat terjadi akut, subakut atau kronis
tergantung etiologi dan pengobatan awal yang tepat. Meningitis akut terjadi dalam
waktu beberapa jam sampai beberapa hari, yang disebabkan oleh bakteri, virus,
non infeksi.Meningitis akut pada anak dirawat di rumah sakit secara rutin dan
diberikan antibiotik spektrum luas sambil menunggu hasil kultur karena sulit
membedakan meningitis bakterial dengan meningitis aseptik. Meningitis akut
pada anak umumnya merupakan meningitis aseptik dan tidak memerlukan
pengobatan spesifik, namun 6-18% kasus meningitis akut merupakan meningitis
bacterial.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa definisi tumor otak ?
2. Apa definisi meningitis ?
3. Apakah penyebab dari tumor otak ?
4. Apakah penyebab dari meningitis ?
5. Sebutkan farmakologi pada tumor otak ?
6. Sebutkan farmakologi pada meningitis ?
7. Bagaimana pengaturan diet pada pasien tumor otak ?
8. Bagaimana pengaturan diet pada pasien meningitis ?

4
1.3 Tujuan
Tujuan Umum
a. Mengetahui tentang farmakologi dan diet pasien dengan tumor otak.
b. Mengetahui tentang farmakologi dan diet pasien dengan meningitis.
Tujuan khusus
a. Dapat mengetahui farmakologi dan diet pada pasien dengan tumor otak.
b. Dapat farmakologi dan diet pada pasien dengan masalah meningitis.

5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 TUMOR OTAK


A. PENGERTIAN
Tumor otak adalah pertumbuhan jaringan abnormal di dalam otak, tetapi
tidak ganas. tumor otak maligna adalah kanker di dalam otak yang berpotensi
menyusup dan menghancurkan jaringan di sebelahnya atau yang telah
menyebar (metastase) ke otak dari bagian tubuh lainnya melalui aliran darah.
Tumor otak merupakan sebuah lesi yang terletak pada intracranial yang
menempati ruang di dalam tengkorak. Tumor-tumor selalu bertumbuh sebagai
sebuah massa yang berbentuk bola tetapi juga dapat tumbuh menyebar, masuk
ke dalam jaringan. Neoplasma terjadi akibat dari kompresi dan infiltrasi
jaringan. Akibat perubahan fisik bervariasi, yang menyebabkan beberapa atau
semua kejadian patofisiologis sebagao berikut :
1. Peningkatan tekanan intracranial (TIK) dan edema serebral
2. Aktivitas kejang dan tanda-tanda neurologist fokal
3. Hidrosefalus
4. Gangguanfungsihipofisis

B. TANDA DAN GEJALA


Tumor intra kranialmenyebabkangangguanfungsifokaldanpeningkatantekanan
intra kranial (TIK).Manifestasi tumor tergantungdarilokasi, displacement otak,
danherniasi.Gejalaumum yang timbulantara lain: sakitkepala, mualmuntah,
perubahan mental, papilledema, gangguan visual (diplopia),
kerusakanfungsisensorikdanmotorik, sertakejang.
1. Gejalapeningkatantekananintrkranial
Disebabkan oleh tekanan yang berangsur-angsur terhadap otak akibat
pertumbuhan tumor. Gejala yang biasanya banyak terjadi adalah sakit
kepala, muntah, papiledema (“choken disc” atau edema saraf optic),
perubahan kepribadian dan adanya variasi penurunan fokal motorik,
sensorik dan disfungsi saraf cranial.

6
2. Sakitkepala
3. Mualmuntah
4. Papilledema
5. Kejang
6. Pening dan vertigo
7. Gejala terlokalisasi
Lokasi gejala-gejala terjadi spesifik sesuai dengan gangguan daerah otak yang
terkena.Menyebabkan tanda-tanda yang ditunjukkan local, seperti pada
ketidaknormalan sensori dan motoric, perubahan penglihatan dan kejang.
Karena fungsi-fungsi otak berbeda-beda di setiap bagiannya maka untuk
mengindentifikasi lokasi tumor dapat ditentukan dari perubahan yang terjadi,
seperti :
1. Tumor korteks motorik memanifestasikan diri dengan menyebabkan
gerakan seperti kejang yang terletak pada satu sisi tubuh, yang disebut
kejang Jacksonian.
2. Tumor lobus oksipital menimbulkan manisfestasi visual, hemianopsia
homonimus kontralateral (hilangnya penglihatan pada setengah lapang
pandangan, pada sisi yang berlawanan dari tumor) dan halusinasi
penglihatan.
3. Tumor serebellum menyebabkan pusing, ataksia (kehilangan
keseimbangan) atau gaya berjalan sempoyongan dengan kecenderungan
jatuh ke sisi yang lesi, otot-otot tidak terkoordinasi dan nistagmus
(gerakan mata berirama tidak disengaja) biasanya menunjukkan gerakan
horisontal.
4. Tumor lobus frontal sering menyebabkan gangguan kepribadian,
perubahan status emosional dan tingkah laku, dan disintegrasi perilaku
mental. Pasien sering menjadi ekstrem yang tidak teratur dan kurang
merawat diri dan menggunakan bahasa cabul.
5. Tumor sudut serebopontin biasanya diawali pada sarung saraf akustik dan
memberi rangkaian gejal yang timbul dengan semua karakteristik gejala
pada tumor otak.

7
1. Pertama, tinnitus dan kelihatan vertigo, segera ikuti
perkembangan saraf-saraf yang mengarah terjadinya tuli
(gangguan saraf cranial ke-8).
2. Berikutnya, kesemutan dan rasa gatal-gatal pada wajah dan
lidah (b.d saraf cranial ke-5).
3. Selanjutnya, terjadi kelemahan atau paralysis (keterlibatan saraf
cranial ke-7).
4. Akhirnya, karena pembesaran tumor menekan serebelum,
mungkin ada abnormalitas pada fungsi motorik.
6. Tumor intracranial dapat menghasilkan gangguan kepribadian, konfusi,
gangguan fungsi bicara dan gangguan gaya berjalan, terutama pada pasien
lansia. Tipe tumor yang paling sering adalah meningioma, glioblastoma
dan metastase serebral dari bagian lain.
Beberapa tumor tidak selalu mudah ditemukan lokasinya, karena tumor-
tumor tersebut berada pada daerah tersembunyi (silent areas) dari otak (daerah
yang di dalam fungsinya tidak dapat ditentukan dengan pasti).
Perkembangan tanda dan gejala adalah menentukan apakah tumor
berkembang atau menyebar.
Berdasarkantipetumormakagejaladapatberupa:
a. Gliomas
1. Terjadipadahemisfer cerebral
2. Sakitkepala
3. Muntah
4. Perubahankepribadian ; pekarangsang, apatis
b. Neuroma Akustik
1. Vertigo
2. Ataksia
3. Parestesiadankelemahanwajah ( saraf cranial V, VII)
4. Kehilanganreflekskornea
5. Penurunansensitivitasterhadapsentuhan ( Saraf cranial V, XI)
6. Kehilanganpendengaran unilateral

8
c. Meningioma
1. Kejang
2. Eksoftalmus unilateral
3. Palsiototekstraokuler
4. Gangguanpandangan
5. GangguanOlfaktorius
6. Paresis
d. Adenoma Hipofisis
1. Akromegali
2. Hipopituitari
3. Sindrom Cushing
4. Wanita : Amenorea, sterilisasi
5. Pria : kehilangan libido, impotensi
6. Gangguanpenglihatan
7. DM
8. Hipotiroidisme
9. Hipoadrenalisme
10. Diabetes Insipidus
11. IADH

C. PATOFISIOLOGI
Tumor otak primer dianggap berasal dari sel atau koloni stem sel tunggal
dengan DNA abnormal. DNA abnormal menyebabkan pembelahan mitosis sel
yang tidak terkontrol. Sistem imun tidak mampu membatasi dan
menghentikan aberrant, pertumbuhan sel baru. Pada saat tumor meluas,
kompresi dan infiltrsi menyebabkan kematian jaringan otak. Tumor otak tidak
hanya menyebabkan lesi pada otak, tetapi juga menyebabkan edema otak.
Tengkorak bersifat rigid dan hanya memiliki sedikit tempat untuk ekspansi
isinya. Jika perawatan tidak berhasil, tumor otak akan menyebabkan
peningkatan tekanan intra kranial secara progresif yang akan menyebabkan
displacement struktur stem otak (herniasi). Tekanan pada stem otak
menyebabkan kerusakan pusat vital signs kritis yang mengontrol tekanan

9
darah, nadi, dan respirasi, yang akan memicu kematian.
Glioma merupakan tipe tumor yang paling banyak, menginfiltrasi
beberapa bagian otak. Glikoma malignan neoplasma otak yang paling banyak
terjadi, kurang lebih 45 % dari seluruh tumor otak. Glioma dibagi dalam
beberapa derajad I hingga IV, mengindikasikan derajad malignansi. Derajad
tergantung pada densisitas seluler, mitosis sel, dan penampakan. Biasanya
tumor menyebar dengan menginfiltrasi sekitar jaringan saraf sehingga sulit
diangkat secara total tanpa menimbulkan kerusakan pada struktur vital.
Astrositomasmerupakantipeglikoma yang paling banyak.

D. PENATALAKSANAAN MEDIS
1. Operasi pengangkatan atau menghancurkan tumor tanpa menimbulkan
defisit neuroligis yang mungkin terjadi.
Operasi konvensional dengan craniotomy
2. Terapi radiasi termasuk Gamma Knife atau terapi sinar proton.
Mungkin dilakukan pada kasus tumor yang tidak mungkin dioperasi atau
tidak mungkin direseksi atau jika tumor menunjukkan transformasi
maligma.Focus radiasi mungkin akan sangat membantu pada tumor kecil
yang terdapat dasar tengkorak.
3. Terapimodalitastermasukkemoterapikonvensionalterapiradiasieksternal
beam
a. Kemoterapikonvensional
b. Brachyteraphy
c. Transplantasi sumsum tulang belakang autologous intra venus
d. Corticosteroid
e. Terapi transfer gen

E. Farmakologi
1). Obat Antikonvulsan
a. Fenobarbital
Pentobarbital adalah obat yang termasuk dalam kelompok obat yang disebut
barbiturat.Pentobarbital digunakan jangka pendek untuk mengobati

10
insomnia.Fenobarbital juga digunakan sebagai pengobatan darurat untuk kejang,
dan menyebabkan Anda untuk tertidur saat operasi. Pentobarbital juga dapat
digunakan untuk tujuan lain yang tidak tercantum dalam panduan pengobatan.
Mekanisme Kerja
Fenobarbital adalah penurun ambang stimulasi sel saraf di korteks motorik
sehingga terjadi hambatan penyebaran aktivitas listrik (lepas muatan) dari fokus
aktivitas epilepsi di otak.Fenobarbital bekerja pada reseptor GABA sehingga
menyebabkan peningkatkan inhibisi sinaptik.
Dosis
Kondisi: Sebagai obat penenang
Anak-anak: 6 mg/kgBB/hari.
Dewasa: 30-120 mg, yang bisa dibagi menjadi 2-3 jadwal konsumsi.
Kondisi: Kejang
Anak-anak: 3-5 mg/kgBB/hari.
Dewasa: 100-300 mg, sekali sehari ketika akan tidur.
Efek Samping
1. Gatal-gatal
2. Sulit bernapas
3. Pembengkakan wajah, bibir, lidah, dan tenggorokan.
4. Kebingungan
5. Halusinasi
6. Napas lemah atau pendek
7. Denyut jantung yang lambat
8. Denyut nadi lemah
9. Perasaan seperti akan pingsan
10. Masalah dengan memori atau konsentrasi
11. Kegembiraan, lekas marah, atau agresi (terutama pada anak-anak atau
orang dewasa yang lebih tua)
12. Kehilangan keseimbangan atau koordinasi
13. Mual, muntah, sembelit
14. Sakit kepala

11
15. Efek “mabuk” (mengantuk setelah mendapat obat).
Interaksi pentobarbital dengan obat lain :
1. Antikoagulan
2. Kortikosteroid
3. Griseofulvin
4. Doxycycline
5. Fenitoin, natrium valproate, asam valproik
b. Diazepam
Diazepam adalah salah satu obat dari kelompok benzodiazepine.Obat ini biasa
digunakan untuk mengatasi kecemasan, kejang, hingga kecanduan alkohol.
Mekanisme kerja
Obat ini bekerja dengan cara memengaruhi neurotransmitter, yang merupakan
senyawa organik endogenus yang memiliki tugas membawa sinyal di antara
neuron di otak. Diazepam meningkatkan aktivitas neurotransmitter GABA atau
gamma aminobutyric.Kekurangan neurotransmitter GABA dapat menyebabkan
gejala seperti kecemasan, kejang seperti pada epilepsi, dan kejang otot.Diazepam
yang meningkatkan aktivitas GABA, sehingga dapat meringankan gejala tersebut.
Dosis
a. Dosis untuk gangguan kecemasan: 2mg, diberikan 3 kali per hari. Dosis
dapat ditingkatkan menjadi 5 mg hingga 10 mg dengan dosis 3 kali per
hari.
b. Gangguan tidur (terkait kecemasan): 5 mg hingga 15 mg, diberikan 1 kali
sebelum tidur.
c. Kejang otot pada orang dewasa: 2 mg hingga 15 mg sehari. Dapat dibagi
menjadi 2 kali pemberian sebesar 1 mg dan kemudian naik hingga 5 mg
sebanyak 3 kali sehat. Dosis dapat ditingkatkan menjadi 20 mg diberikan
3 kali sehari jika diperlukan.
d. Kejang otot pada anak (usia 1 bulan-17 tahun): dosis diberikan
berdasarkan usia. Umumnya dosis diberikan sebanyak 2 kali sehari
dengan jarak 10 hingga 12 jam.

12
Efek samping
a. Mengantuk
b. Kebingungan
c. Masalah koordinasi atau mengendalikan gerakan
d. Gemetar atau tremor
Interaksi Obat Diazepam
Berikut adalah jenis obat yang sebaiknya tidak digunakan bersama dengan
Diazepam:
a. Obat antipsikotik untuk mengatasi masalah kesehatan mental
b. Antidepresan
c. Antikonvulsan
d. Hipnotik
e. Antihistamin
f. Obat penghilang rasa sakit
g. Obat-obatan HIV
h. Obat antijamur
i. Proton pump inhibitor
j. Relaksan otot
k. Disulfiram
l. Isoniazid
m. Rifampicin
n. Theophilin

2. Obat Kortikosteroid
a. Betametason
Betametason adalah salah satu jenis obat kortikosteroid.Obat ini menekan sistem
kekebalan tubuh, serta meredakan gejala peradangan atau alergi pada penyakit
radang sendi, lupus, psoriasis, kolitis ulseratif, dan asma.
Mekanosme kerja
Obat ini bekerja dengan cara mencegah terlepasnya senyawa kimia tubuh yang
bisa menyebabkan peradangan.
Sediaan : Tablet, suntik, krim (obat oles)

13
Dosis
Tablet dan sirop (oral)
a. Dewasa: Dosis betametason adalah 0,5-5 mg per hari dibagi menjadi
beberapa kali pemberian, tergantung dari tingkat keparahan penyakit dan
respons pasien terhadap obat.
b. Anak-anak:
Anak usia 1-6 tahun: 25% dari dosis orang dewasa.
Anak usia 7-11 tahun: 50% dari dosis orang dewasa.
Anak usia 12 tahun atau lebih: 75% dari dosis orang dewasa.
Obat Suntik
a. Dewasa: 4-20 mg per hari.
b. Anak-anak:
Anak usia 1 tahun atau kurang: 1 mg sebanyak 3-4 kali per 24 jam atau
sesuai kebutuhan.
Anak usia 2-5 tahun: 2 mg sebanyak 3-4 kali per 24 jam atau sesuai
kebutuhan.
Anak usia 6-12 tahun: 4 mg sebanyak 3-4 kali per 24 jam atau sesuai
kebutuhan.
Efek samping
1. Sakit kepala.
2. Lelah atau otot-otot melemah.
3. Sulit tidur.
4. Risiko infeksi.
5. Nyeri lambung dan gangguan pencernaan.
6. Berat badan bertambah.
7. Perubahan suasana hati, terutama pada awal pengobatan.
8. Siklus haid tidak beraturan.
3. Obat Pereda Nyeri
a. Paracetamol
paracetamol adalah obat untuk penurun demam dan pereda nyeri, seperti nyeri
haid dan sakit gigi.

14
Mekanisme kerja
Paracetamol bekerja dengan cara mengurangi produksi zat penyebab peradangan,
yaitu prostaglandin. Dengan penurunan kadar prostaglandin di dalam tubuh, tanda
peradangan seperti demam dan nyeri akan berkurang.
Sediaan
Tablet 500 mg dan 600 mg, sirup, drop, suppositoria, dan infus.
Indikasi dan kegunaan: Meredakan demam dan nyeri
Dosis
a. Dewasa
325-650 mg tiap 4-6 jam atau 1.000 mg tiap 6-8 jam.
b. Paracetamol biasanya tersedia dalam bentuk tablet dengan kandungan
500 mg. Paracetamol 500 mg dapat diminum tiap 4-6 jam sekali untuk
meredakan demam.
c. Anak < 2 bulan
10-15 mg/kgBB, tiap 6-8 jam sekali atau sesuai dengan anjuran dokter.
d. Anak 2 bulan - 12 tahun
10-15 mg/kgBB, tiap 4-6 jam sekali atau sesuai anjuran dokter. Dosis
maksimal 5 kali pemberian dalam 24 jam.
e. Anak > 12 tahun
325-650 mg per 4-6 jam atau 1.000 mg tiap 6-8 jam.
f. Untuk paracetamol infus, dosis paracetamol akan sesuai dengan anjuran
dari dokter.
Efek Samping
1. Demam
2. Muncul ruam kulit yang terasa gatal
3. Sakit tenggorokan
4. Muncul sariawan
5. Nyeri punggung
6. Tubuh terasa lemah
7. Kulit atau mata berwarna kekuningan
8. Timbul lebam pada kulit
9. Urine berwarna keruh atau berdarah

15
10. Tinja berwarna hitam atau BAB berdarah
Interaksi Paracetamol (Acetaminophen) dengan Obat Lain
a. Warfarin
b. Carbamazepine, phenytoin, phenobarbital, cholestyramine, dan imatinib
c. Busulfan
d. Metoclopramide, domperidone, atau atau probenecid
4. Olanzapine
Olanzapine adalah obat yang digunakan untuk meredakan gejala skrizofrenia dan
gangguan bipolar.
Mekanisme Kerja
Obat ini bekerja dengan menyeimbangkan zat kimia di dalam otak, sehingga
memberikan efek yang mampu mengurangi halusinasi dan kegelisahan, membuat
pikiran lebih tenang dan berpikir positif, bahkan membuat pasien merasa lebih
berani untuk ikut serta dalam aktivitas sosial.
Sediaan :Suntik, tablet
Dosis
Kondisi: Skizofrenia
Tablet
a. Dewasa: Dosis awal adalah 5-20 mg/hari, dengan dosis lanjutan 10-20
mg/hari.
b. Anak (13 tahun ke atas): 2,5-5 mg/hari. Dosis dapat ditingkatkan secara
bertahap hingga 10 mg/hari.
c. Lansia: 2,5-5 mg/hari.
Suntik
a. Dewasa: 200-300 mg tiap 2 minggu, selama 8 minggu pertama.
b. Lansia: 150 mg, tiap 4 minggu.
c. Kondisi: Gangguan bipolar
Tablet
a. Dewasa: Untuk meredakan gejala gelisah, dosis yang digunakan adalah
2,5-10 mg per pemberian.
b. Anak (13 tahun ke atas): Dosis awal adalah 2,5-5 mg/hari. Dosis dapat
ditingkatkan secara bertahap hingga 10 mg/hari.

16
Suntik
Lansia: Untuk meredakan gejala gelisah, dosis yang digunakan adalah 2,5-5 mg
per pemberian
Efek Samping
a. Lemas
b. Mulut kering
c. Nafsu makan meningkat
d. Berat badan bertambah
e. Perut terasa sakit
f. Tremor
g. Nyeri di tangan atau kaki
h. Hipotensi ortostatik
i. Pusing
j. Gelisah
Interaksi Obat
Berikut ini adalah risiko yang dapat terjadi jika menggunakan olanzapine bersama
dengan obat lain:
1. Tremor, jika digunakan dengan fluvoxamine.
2. Menurunnya efektivitas levodopa dan dopamin.
3. Meningkatnya risiko hipotensi, jika digunakan dengan diazepam atau obat
darah tinggi.
4. Menurunnya efektivitas olanzapine, jika digunakan dengan rifampicin atau
obat antikejang, seperti phenytoin dan carbamazepine.
5. Granisetron
Granisetron adalah obat golongan antimuntah yang digunakan untuk mencegah
mual dan muntah pada pasien yang sedang menjalani kemoterapi.
Mekanisme Kerja
Obat ini bekerja dengan menghalangi zat tubuh (serotonin) penyebab muntah.
Selain kemoterapi, granisetron juga digunakan untuk mencegah kondisi yang
sama pada pasien yang melakukan radioterapi.
Sediaan : Suntik dan tablet salut selaput

17
Dosis
Untuk mencegah mual dan muntah akibat kemoterapi
a. Suntik
Dewasa, anak-anak, lanjut usia 0,01 mg/kgBB, diinfus selama 5 menit,
atau suntikan langsung ke dalam pembuluh darah selama 30 detik,
diberikan 30 menit sebelum kemoterapi.
b. Tablet
Dewasa 1 mg, 1 jam sebelum kemoterapi. Setelah itu minum lagi 1 mg, 12
jam setelah dosis pertama.
Untuk mencegah mual dan muntah pasca radioterapi
c. Suntik
Dewasa 1-3 mg melalui infus selama 5 menit, diberikan 5 menit sebelum
terapi dimulai.
d. Dosis maksimal adalah 9 mg/hari.
e. Tablet Dewasa 2 mg/hari.
Efek Samping
1. Gangguan fungsi hati
2. Nyeri perut
3. Konstipasi
4. Sulit tidur
Interaksi Obat
Jika granisetron digunakan bersamaan dengan obat lain, dapat menimbulkan
interaksi berupa:
1. Sakit kepala, jantung berdebar, hingga tremor akibat gangguan serotonin,
jika digunakan dengan obat antidepresan golongan selective serotonin
reuptake inhibitor (SSRI) seperti fluoxetine dan escitalopram, atau obat
antidepresan golongan serotonin and norepinephrine reuptake inhibitor
(SNRI) seperti duloxetine dan venlafaxine.
2. Gangguan pada jantung, jika digunakan dengan obat antipsikotik
(clozapine dan aripiprazole), doxycycline, atau obat untuk HIV/AIDS.

18
F. Diet untuk Tumor Otak
Ada dua diet khusus yang harus dipertimbangkan untuk membantu mengobati
kanker otak, baik secara terpisah atau dalam kombinasi.
1. Diet ketogenik
Adalah diet dengan pola makan makanan berlemak tinggi, protein tinggi,
dengan karbohidrat sangat rendah.Yang biasanya juga digunakan untuk mengobati
epilepsi (Porta N et al 2009).
Tanpa karbohidrat, tubuh bergeser dari menggunakan glukosa menjadi
keton untuk energi. Sel-sel otak yang sehat dapat memanfaatkan baik glukosa atau
keton.Akhirnya sel-sel kanker otak hanya dapat membakar glukosa sehingga
terjadi kelaparan pada sel-sel tumor / kanker otak.
Sebuah studi 2007 menguji teori ini pada tikus yang ditanamkan dengan
sel kanker otak ganas.Kelompok satu diberi makan dan minuman tinggi lemak
dan protein serta karbohidrat yang dirancang untuk menyebabkan ketosis pada
anak dengan epilepsi, dan kelompok kedua diberi makan karbohidrat
tinggi.Akhirnya kelompok yang diberik makanan rendah karbohidrat mengalami
penurunan pertumbuhan tumor otak sekitar 35-65%, tergantung pada baris tumor,
dan secara signifikan meningkatkan kesehatan dan kelangsungan hidupnya
dibandingkan dengan kelompok, yang diberi diet rendah lemak dan tinggi
karbohidrat (Zhou W et al 2007).
Pada tahun 1995, dokter dari Case Western Reserve melaporkan
mengobati dua gadis muda yang menderita astrocytomas dengan rdiet
ketogenik.Salah seorang gadis memiliki respon klinis yang menguntungkan tanpa
perkembangan penyakit dilaporkan selama 12 bulan pada saat publikasi (Nebeling
LC et al 1995).
Pada bulan April 2010, sebuah laporan kasus yang dipublikasikan
menggambarkan sebuah pasien wanita yang lebih tua dirawat karena glioblastoma
multiforme dengan air awal 2-hari puasa diikuti dengan diet ketogenik dan
kemudian hanya diet kalori dibatasi.Tumor menurun selama pengobatan, semakin
kecil pada scan berikutnya dari Januari hingga Juli, di mana titik pasien ketika
berhenti mengikuti diet.Tumor kembali sepuluh minggu kemudian (Zuccoli G et
al 2010).

19
Pada titik ini bukti yang mendukung pengelolaan kanker otak melalui diet
ketogenik yang menarik, dan risiko yang minimal (Seyfried TN et al 2010).
Tabel makanan diet keto

Makanan yang dianjurkan (tinggi Makanan yang dihindari (makanan


lemak) tinggi karbohidrat)
 Daging: Daging merah, steak, ham,  Makanan manis: Soda, jus buah,
sosis, bacon, ayam dan kalkun. smoothies, kue, es krim, permen,
 Ikan berlemak: ikan salmon, tuna, dll.
sarden, dan mackerel.  Biji-bijian atau tepung: Produk
 Telur berbasis gandum, nasi, pasta,
 Mentega dan krim sereal, dll.
 Keju yang tidak diolah (cheddar,  Buah: Semua buah, kecuali
goat, cream, blue, atau mozzarella). sebagian kecil buah seperti
 Kacang dan biji-bijian: Almond, stroberi.
kenari, biji chia, dll.  Kacang atau kacang polong: Kacang
 Minyak sehat: Minyak zaitun extra polong, kacang merah, buncis, dll.
virgin oil, minyak kelapa, dan  Sayuran dan umbi akar: Kentang,
minyak alpukat.
ubi jalar, wortel, dll.
 Buah alpukat, stroberi
 Produk rendah lemak atau diet:
 Sayuran rendah karbohidrat:
Produk ini seringkali mengandung
Sayuran hijau, tomat, bawang,
karbohidrat tinggi.
paprika, dll.
 Bumbu: Anda bisa menggunakan  Beberapa bumbu atau saus: Produk
garam, merica dan berbagai ramuan banyak mengandung gula dan
sehat dan rempah-rempah. lemak tidak sehat.
 Yogurt full fat, susu full fat  Lemak tidak sehat: Batasi asupan
 90% dark chocolate minyak nabati olahan, mayones, dll.
 Alkohol
 Makanan diet bebas gula:
Mengandung kadar gula
buatan tinggi, yang dapat
memengaruhi proses keton

2. Diet Pembatasan Kalori


Pembatasan kalori juga muncul untuk memperlambat pertumbuhan kanker
otak.Sebuah studi pada tahun 2002 melaporkan percobaan pada tikus yang
disuntikan sel kanker / tumor otak.Dibandingkan dengan tikus yang tidak dibatasi
asupan makanan mereka, tumor otak pada tikus pada diet kalori terbatas tumbuh
lebih lambat, kurang padat, dan ditampilkan kurang angiogenesis (membangun

20
pembuluh darah baru untuk memberi makan tumor). Sel-sel tumor pada tikus
kalori-terbatas lebih cenderung mengalami apoptosis ( bunuh diri sel kanker otak )
(Mukherjee P et al, 2002).

2.2 Meningitis
A. Definisi
Meningitis merupakan inflamasi pada selaput otak yang mengenai
lapisan piameter dan ruang subarakhnoid maupun arakhnoid, dan termasuk
cairan serebrospinal (CSS). Peradangan yang terjadi pada Meningitis yaitu
membran atau selaput yang melapisi otak dan medula spinalis, dapat disebkan
berbagai organisme seperti virus, bakteri ataupun jamur yang menyebar
masuk kedalam darah dan berpindah kedalam cairan otak.

B. Etiologi
1. Bakteri; Mycobacterium tuberculosa, Diplococcus pneumoniae
(pneumokok), Neisseria meningitis (meningokok), Streptococus
haemolyticuss, Staphylococcus aureus, Haemophilus influenzae,
Escherichia coli, Klebsiella pneumoniae, Peudomonas aeruginosa
2. Penyebab lainnya lues, Virus, Toxoplasma gondhii dan Ricketsia
3. Faktor predisposisi : jenis kelamin lakilaki lebih sering dibandingkan
dengan wanita
4. Faktor maternal : ruptur membran fetal, infeksi maternal pada minggu
terakhir kehamilan
5. Faktor imunologi : defisiensi mekanisme imun, defisiensi
imunoglobulin.
6. Kelainan sistem saraf pusat, pembedahan atau injury yang
berhubungan dengan sistem persarafan

C. Manifestasi Klinis
Gejala meningitis diakibatkan dari infeksi dan peningkatan TIK (Tekanan
Intrakranial) :
1. Sakit kepala dan demam (gejala awal yang sering)

21
2. Perubahan pada tingkat kesadaran dapat terjadi letargik, tidak
responsif, dan koma.
3. Iritasi meningen mengakibatkan sejumlah tanda sebagai berikut:
a. Rigiditas nukal ( kaku leher ). Upaya untuk fleksi kepala
mengalami kesukaran karena adanya spasme otot-otot leher.
b. Tanda kernik positip: ketika pasien dibaringkan dengan paha dalam
keadan fleksi kearah abdomen, kaki tidak dapat di ekstensikan
sempurna.
c. Tanda brudzinki : bila leher pasien di fleksikan maka dihasilkan
fleksi lutut dan pinggul. Bila dilakukan fleksi pasif pada
ekstremitas bawah pada salah satu sisi maka gerakan yang sama
terlihat peda sisi ektremita yang berlawanan.
4. Mengalami foto fobia, atau sensitif yang berlebihan pada cahaya.
5. Kejang akibat area fokal kortikal yang peka dan peningkatan TIK
akibat eksudat purulen dan edema serebral dengan tanda-tanda
perubahan karakteristik tanda-tanda vital(melebarnya tekanan pulsa
dan bradikardi), pernafasan tidak teratur, sakit kepala, muntah dan
penurunan tingkat kesadaran.
6. Adanya ruam merupakan ciri menyolok pada meningitis
meningokokal.
7. Infeksi fulminating dengan tanda-tanda septikimia : demam tinggi tiba-
tiba muncul, lesi purpura yang menyebar, syok dan tanda koagulopati
intravaskuler diseminata
D. Penatalaksanaan Medis
Terapi Konservatif/Medikal
1. Terapi Antibiotik
Pemilihan obat-obatan antibiotika, harus terlebih dahulu dilakukan
kultur darah dan lumbal punksi guna pemberian antibiotika disesuaikan
dengan kuman penyebab.
Pemilihan antimikrobial pada meningitis otogenik tergantung pada
pemilihan antibiotika yang dapat menembus sawar darah otak, bakteri
penyebab serta perubahan dari sumber dasar infeksi. Bakteriologikal dan

22
respon gejala klinis kemungkinan akan menjadi lambat, dan pengobatan
akan dilanjutkan paling sedikit 14 hari setelah hasil kultur CSF akan
menjadi negatif.
Penatalaksanaan medis lebih bersifat mengatasi etiologi dan
perawat perlu menyesuaikan dengan standar pengobatan sesuai tempat
bekerja yang berguna sebagai bahan kolaborasi dengan tim medis. Secara
ringkas penatalaksanaan pengobatan meningitis meliputi: Pemberian
antibiotic yang mampu melewati barier darah otak ke ruang subarachnoid
dalam konsentrasi yang cukup untuk menghentikan perkembangbiakan
bakteri. Biasanya menggunakan sefaloposforin generasi keempat atau
sesuai dengan hasil uji resistensi antibiotic agar pemberian antimikroba
lebih efektif digunakan.

1). OBAT ANTI-INFEKSI (MENINGITIS TUBERKULOSA):


a). ISONIAZID
Farmakodinamik
Isoniazid (INH) bekerja dengan cara menghambat sintesis asam mikolik,
yaitu suatu komponen esensial dinding sel bakteri. Mekanisme inilah yang
nantinya akan menimbulkan efek terapi obat yang bersifat bakterisid terhadap
organisme Mycobacterium tuberculosis yang aktif bertumbuh secara intraseluler
dan ekstraseluler.

Farmakokinetik
Farmakokinetik INH yang meliputi absorpsi, distribusi, metabolisme, dan
eliminasi obat ini bervariasi dari orang ke orang.Absorpsi per oral INH cepat dan
sempurna, namun sebaiknya tidak dikonsumsi bersama makanan. Distribusinya
terjadi ke seluruh cairan tubuh, termasuk plasenta dan air susu ibu. Metabolisme
INH terjadi di hepar, sedangkan eliminasinya terutama melalui urin.
Indikasi :Mengobati dan mencegah tuberculosis
Dosis:10-20 mg/kgBB/24 jam, oral, 2x sehari maksimal 500 mg selama 1
setengah tahun.
Kontraindikasi

23
Penggunaan Isoniazid (INH) kontraindikasi pada beberapa keadaan,
diantaranya adalah pada pasien-pasien yang alergi terhadap komponen obat INH,
pasien yang pernah mengalami efek samping berat setelah konsumsi INH (seperti
demam, menggigil,), dan pasien yang memiliki gangguan fungsi hati aktif (seperti
pada kerusakan hati berat, penyakit hati aktif, dan riwayat kerusakan hati akibat
penggunaan INH sebelumnya)
Interaksi Obat
Berikut ini adalah interaksi yang dapat terjadi jika menggunakan isoniazid
bersama dengan obat-obatan lainnya:
1) Menghambat metabolisme obat antikonvulsan, misalnya carmabazepine,
phenytoin, dan diazepam, serta teofilin, sehingga menimbulkan efek racun
dari obat tersebut.
2) Meningkatkan risiko perdarahan, jika dikonsumsi dengan warfarin.
3) Mengurangi penyerapan isoniazid, jika digunakan dengan antasida yang
mengandung aluminium hidroksida.
4) Meningkatkan risiko neuropati perifer, jika digunakan dengan stavudine.
Efek Samping Isoniazid
Beberapa efek samping yang mungkin terjadi setelah menggunakan
isoniazid adalah: Gangguan fungsi hati, Neuropati perifer, Mual, Muntah, Sakit
maag, Nafsu makan hilang, Pusing, Refleks berlebih, Kejang, Anemia,
Trombositopenia, Agranulositosis, Memicu timbulnya lupus.
b). Rifampisin
Dosis : 10-15 mg/kgBB/24 jam, oral, 1 x sehari selama 1 tahun.
Indikasi : Rifampicin adalah obat antibiotik rifamycin dengan fungsi untuk
mengobati berbagai infeksi, seperti: tuberkulosis (TBC), kusta legionnaires’s
disease brucellosis dan infeksi stafilokokus serius
Farmakodinamik
Mekanisme kerja rifampicin adalah menginhibisi enzim RNA polimerase DNA-
dependent, dengan cara mengikatkan diri kepada subunit beta, yang kemudian
akan menghalangi transkripsi RNA, dan mencegah sintesis protein bakteri
sehingga mengakibatkan kematian sel bakteri. Hal inilah yang menjadikan obat
rifampicin memiliki sifat bakterisidal, dan sebagai inducer enzim yang poten.

24
Farmakokinetik
Farmakokinetik rifampicin adalah absorpsi oral yang baik, metabolisme pada
hepar, dan eliminasi utama melalui cairan empedu.
Efek samping :
a. Peningkatan enzim hati (sekitar 14%)
b. Ruam (1-5%)
c. Nyeri ulu hati (1-2%)
d. Anoreksia (1-2%)
e. Mual, muntah, diare, kram (1-2%)
f. Kolitis pseudomembranosa (1-2%)
g. Pankreatitis (1-2%)
Kontraindikasi
a. Hipersensitivitas rifamisin,
b. Pemberian bersamaan vaksin bakteri hidup,
c. Kontraindikasi pada pasien yang menerima saquinavir ritonavir, karena
peningkatan risiko toksisitas hepatoseluler berat
d. Kontraindikasi pada pasien yang menerima atazanavir, darunavir,
fosamprenavir, saquinavir, atau tipranavir, karena rifampisin dapat
menyebabkan penurunan substansial obat-obatan antiviral dalam
konsentrasi plasma, yang dapat mengakibatkan hilangnya khasiat antivirus
atau pengembangan resistensi virus

c). Streptomisin sulfat


Dosis : 20-40 mg/kgBB/24 jam, IM, 1-2 x sehari selama 3 bulan.
Mekanisme kerja:Bekerja dengan membunuh bakteri sensitif yang
menghentikan produksi protein penting yang dibutuhkan oleh bakteri untuk
bertahan hidup.
Efek samping: feses berwarna gelap, merasa terbakar, gatal, mati rasa, tertusuk,
kesemutan, nyeri dada, menggigil, kikuk, batuk, pusing atau pening, merasa
sekeliling anda terus bergerak, demam, lambung luka, atau terdapat bintik putih
pada bibir atau mulut, pembengkakan kelenjar, muntah-muntah

25
2). OBAT ANTI-INFEKSI (MENINGITIS BAKTERIAL):
a). Sefalosporin generasi ketiga
Sefalosporin adalah kelompok antibiotik yang bekerja untuk membunuh
bakteri dengan cara menghambat pembentukan dinding sel bakteri. Struktur kimia
sefalosporin mirip dengan struktur penisilin sehingga memiliki cara kerja yang
mirip dengan antibiotik tersebut. Sefalosporin merupakan antibiotik yang berasal
dari jamur spesies Acremonium.Contoh sefalosporin generasi III adalah
ceftriaxone, cefotaxime, cefixime, cefpodoxime, cefditoren, ceftizoxime,
cefoperazone, ceftazidime, dan cefdinir.
b). Amfisilin
Ampicillin adalah obat yang digunakan untuk mengobati berbagai
macam infeksi bakteri.Ampicillin atau bisa juga disebut ampisilin, termasuk
dalam kelas obat penisilin, jenis antibiotik.Obat ini bekerja dengan menghentikan
pertumbuhan bakteri.
Dosis anak-anak
Parenteral: 150 sampai 200 mg/kg/hari IV dalam dosis terbagi setiap 3 sampai 4
jam
Dosis orang dewasa untuk meningitis
Oral: 150 hingga 200 mg/kg/hari IV  dalam dosis terpisah setiap 3 hingga 4 jam
sekali
Parenteral: 200 mg/kg/hari IV dalam dosis terbagi setiap 4 jam, dalam kombinasi
dengan antibiotik parenteral lainnya

26
Dosis maksimum penggunaan untuk pengobatan meningitis: 12 g/hari
Efek samping
a. Demam, sakit tenggorokan, dan sakit kepala parah, kulit mengelupas, dan
ruam kulit merah
b. Diare yang berair atau berdarah
c. Demam , menggigil, nyeri tubuh, gejala flu
d. Mudah memar atau perdarahan, kelemahan yang tidak biasa
e. Buang air kecil lebih sedikit dari biasanya, atau tidak sama sekali
f. Agitasi (mudah marah, tersinggung, agresif), kebingungan, pikiran atau
perilaku yang tidak biasa
g. Kejang
Kontraindikasi
Hipersensitivitas terhadap streptomisin dan aminoglikosida lainnya
c). Klorafenikol
Dosis : 50 mg/kgBB/24 jam IV 4 x sehari.
Indikasi chloramphenicol 
Kegunaan obat kloramfenikol (chloramphenicol) adalah untuk
pengobatan demam tifus, paratifus, infeksi Salmonella sp sp, H.influenzae,
terutama infeksi meningeal, Rickettsia, Lympogranulloma psitatacosis, Antrax,
gas grangene,  bakteri gram negatif penyebab bakteria meningitis, infeksi kuman
yang resisten terhadap antibiotik lain,  Infeksi pada telinga dan mata.
Kontraindikasi
Kloramfenikol (chloramphenicol) dikontraindikasikan terhadap pasien yang
hipersensitf terhadap kloramfenikol (chloramphenicol) dan derivatnya.
Kehamilan, menyusui, porphyria (pembentukan hemoglobin yang terganggu
secara genetic).Profilaksis, pernah mengalami gangguan sumsum tulang atau
diskrasia darah.
Efek Samping 
Efek samping yang sering terjadi antara lain
hipersensitivitas, ruam,urtikaria, mual, muntah, diare,sakit kepala , perdarahan
saluran cerna, optic neuritis, gangguan penglihatan hingga
kebutaan, delirium, depresi mental dan super infeksi.

27
Interaksi Obat
1) Kloramfenikol (chloramphenicol) berinteraksi dengan obat-obat seperti:
2) Menurunkan efek zat beri dan vitamin B12 pada pasien anemia
3) Phenobarbital dan rifampin dapat menurunkan kinerja obat ini
4) Mengganggu kinerja kontrasepsi hormonal pil
5) Berpotensi fatal : meningkatkan efek antikoagulan pil,
agen penyebab hipoglikemia seperti sulfenilurea, phenytoin.
6) Hindari penggunaan dengan obat yang bekerja menekan fungsi sumsum
tulang. 
3. Pengobatan simtomatis:
1) Antikonvulsi, Diazepam IV; 0,2-0,5 mgkgBB/dosis, atau rectal: 0,4-0,6
mg/kgBB, atau fenitoin 5 mg/kgBB/24 jam, 3 x sehari atau Fenobarbital 5-
7 mg/kgBB/24 jam, 3 x sehari.
2) Antipiretik: parasetamol/asam salisilat 10 mg/kgBB/dosis.
3) Antiedema serebri: Diuretikosmotik (seperti manitol) dapat digunakan
untuk mengobati edema serebri.
4) Pemenuhan oksigenasi dengan O2.
5) Pemenuhan hidrasi atau pencegahan syok hipovolemik: pemberian
tambahan volume cairan intravena
4. Kortikosteroid
Efek anti inflamasi dari terapi steroid dapat menurunkan edema serebri,
mengurangi tekanan intrakranial, akan tetapi pemberian steroid dapat menurunkan
penetrasi antibiotika kedalam abses dan dapat memperlambat pengkapsulan abses,
oleh karena itu penggunaan secara rutin tidak dianjurkan. Oleh karena itu
kortikosteroid sebaiknya hanya digunakan untuk tujuan mengurangi efek masa
atau edema pada herniasi yang mengancam dan menimbukan defisit neurologik
fokal. Label et al (1988) melakukan penelitian pada 200 bayi dan anak yang
menderita meningitis bakterial karena H.Influenzae dan mendapat terapi
deksamehtason 0,15 Mg/kgBB/x tiap enam jam selama 4hari, 20 menit sebelum
pemberian antibiotika. Ternyata pada pemeriksaan 24jam kemudian didapatkan
penurunan tekanan CSF, peningkatan kadar glukosa CSF dan penurunan kadar
protein CSF. Yang mengesankan dari penelitian ini bahwa gejala sisa berupa

28
gangguan pendengaran pada kelompok yang mendapatkan deksamethason adalah
lebih rendah dibandingkan kontrol.Tunkel dan Scheld (1995), menganjurkan
pemberian deksamethason hanya pda penderita dengan resiko tinggi, atau pada
penderita dengan status mental sangat terganggu, edema otak atau tekanan
intrakranial tinggi. Hal ini mengingat efek samping penggunaan deksamethason
yang cukup banyak seperti perdarahan traktus gastrointestinal, penurunan fungsi
imun selular sehingga menjadi peka terhadap patogen lain dan mengurangi
penetrasi antibiotika kedalam CSF.

E. DIET
1. Asam Lemak Omega-3
Menurut Maryland Medical Center, makanan yang tinggi akan kandungan
asam lemak omega-3 dapat membantu mengurangi peradangan yang disebabkan
oleh meningitis. Selain itu, juga dapat memperkuat sistem kekebalan tubuh.Asam
lemak omega-3 yang mengandung lemak tak jenuh ganda sangat penting untuk
otak dan juga berfungsi untuk mengurangi peradangan.
Asam lemak omega-3 dapat Anda temukan pada beberapa jenis ikan seperti
tuna, halibut dan salmon yang juga  memiliki kandungan asam lemak
esensial.Untuk beberapa jenis makanan lainnya yang mengandung asam lemak
omega-3 dapat Anda temukan pada biji rami, kedelai, walnut, biji labu dan
minyak yang terbuat dari kacang-kacangan dan biji-bijian.
2. Probiotik  
Yogurt yang mengandung probiotik dapat membantu Anda  mengurangi
masalah pencernaan yang kerap terjadi pada mereka yang memiliki meningitis.
Probiotik dalam bentuk suplemen atau makanan dengan bakteri sehat juga
meningkatkan sistem kekebalan tubuh, membantu melawan infeksi meningitis.
Probiotik mengandung strain bakteri alami sehat yang terdapat dalam perut Anda.
Selain yogurt, makanan lain yang mengandung probiotik terdapat pada susu
dan keju. Tempe, produk kedelai yang mengandung bakteri sehat, dan miso
efektif lainnya juga merupakan sumber probiotik.
3. Fitokimia

29
Estrogen tanaman, atau fitokimia seperti genistein, dapat menghambat
aktivitas kimia yang berhubungan dengan meningitis, menurut Life Extension
Foundation. Genistein adalah isoflavon dan fitoestrogen yang dapat mengurangi
keparahan gejala dan dapat memainkan peran dalam pencegahan meningitis.
Genistein dapat Anda temukan pada kedelai dan makanan yang dibuat
dengan protein kedelai. Susu kedelai, tahu, tempe dan miso adalah sumber
genistein yang efektif.
4. Vitamin C  
Makanan yang tinggi akan kandungan vitamin C dapat melindungi Anda
terhadap komplikasi serius jika Anda terkena meningitis yang disebabkan karena
bakteri. Sifat antioksidan dan vitamin pada makanan yang kaya akan kandungan
vitamin C membantu melawan radikal bebas yang akan melemahkan sistem
kekebalan tubuh.
Vitamin C juga dapat membatu kemampuan tubuh untuk melawan infeksi
dan mengobati meningitis karena bakteri. Sumber makanan yang efektif
mengandung vitamin C selain pada buah jeruk dapat juga Anda temukan pada
tomat, cantaloupe, paprika merah mentah, brokoli, strawberry dan kiwi.

30
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Tumor otak adalah pertumbuhan jaringan abnormal di dalam otak, tetapi
tidak ganas. tumor otak maligna adalah kanker di dalam otak yang berpotensi
menyusup dan menghancurkan jaringan di sebelahnya atau yang telah
menyebar (metastase) ke otak dari bagian tubuh lainnya melalui aliran darah.
Meningitis merupakan inflamasi pada selaput otak yang mengenai lapisan
piameter dan ruang subarakhnoid maupun arakhnoid, dan termasuk cairan
serebrospinal (CSS).
3.2 Saran
Diharapkan dengan adanya makalah ini pembaca khususnya mahasiswa
keperawatan dapat memperoleh ilmu yang lebih tentang penyakit tumor otak dan
meningitis serta bagaimana pengobatan dan pengaturan diet pada
pasiennya.Semoga makalah ini dapat dijadikan sumber literature yang layak
digunakan untuk mahasiswa.

31
DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu/27325844/Asuhan Keperawatan Klien dengan Tumor


Otak Gliosblastoma Maningioma dan Ceerebral Metastase. Diakses tanggal 31
Oktober 2019
Logaritma,Nia.2017. Laporan Pendahuluan dan Askep
Meningitishttps://www.academia.edu/6559846/Laporan_Pendahuluan_dan_Askep
_Meningitis. Diakses tanggal 30 Oktober 2019
Anonim.2018. Tumor
Otak.https://www21.ha.org.hk/smartpatient/EM/MediaLibraries/EM/EMMedia/Br
ain-Tumor_Bahasa-Indonesia.pdf?ext=.pdf. Diakses tanggal 10 Desember 2019

32

Anda mungkin juga menyukai