Anda di halaman 1dari 28

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Infeksi HIV/AIDS (Human hnmunodeficiency virus/Acquired lmmune
Deficiency Syndrome) pertama kali dilaporkan di Amerika pada tahun 1981
pada orang dewasa homoseksual, sedangkan pada anak tahun 1983. Enam
tahun kemudian (1989), AIDS sudah merupakan penyakit yang mengancam
kesehatan anak di Amerika. Di seluruh dunia AIDS menyebabkan kematian
pada lebih dari 8,000 orang seriap hari saat ini, yang berarti 1 orang setiap 10
detik. Karena itu infeksi HIV dianggap senagai penyebab kematian tertinggi
akibat satu jenis agen infeksius.
Sejak dimulainya epidemi HIV AIDS telah mematikan lebih dari 25 juta
orang; lebih dari 14 iuta anak kehilangan salah satu atau kedua orang tuanya
akibat AIDS. Setiap tahun diperkirakan 3 juta orang meninggal karena AIDS;
500.000 diantaranya adalah anak di bawah umur 15 tahun. Setiap tahun pula
terjadi infeksi baru pada 5 juta orang terutama di negara terbelakang dan
berkembang; 700.000 diantaranya terjadi pada anak-anak. Dengan angka
transmisi sebesar ini maka dari 37.8 iuta orang pengidap infeksi HIV/AIDS
pada tahun 2005, terdapat 2.l juta anak-anak di bawah 15 tahun.
Sejauh ini lebih dari 6,5 juta perempuan di Indonesia jadi populasi rawan
tertular HIV. Lebih dari 24.000 perempuan usia subur telah terinfeksi HIV, dan
sedikitnya 9000 perempuan hamil terinfeksi HIV positif setiap tahun. Bila
tidak ada program pencegahan, lebih dari 30% diantaranya melahirkan bayi
yang tertular HIV. Pada tahun 2015, diperkirakan akan terjadi penularan pada
38.500 anak yang dilahirkan dari ibu yang terinfeksi HIV. Sampai tahun 2006,
diprediksi 4.360 anak terkena HIV dan separuh diantaranya meninggal dunia.
Saat ini diperkirakan 2.320 anak terinfeksi HIV.

Anak yang didiagnosis HIV juga akan menyebabkan terjadinya trauma


emosi yang mendalam bagi keluarganya. Orang tua harus menghadapi
masalah berat dalam perawatan anak, pemberian kasih saying, dan sebagainya

Penanganan dan Perawatan ODHA pada Anak Page 1


sehingga dapat mempengaruhi pertumbuhan mental anak. Orang tua
memerlukan waktu untuk mengatasi masalah emosi, syok, kesedihan,
penolakan, perasaan berdosa, cemas, marah, dan berbagai perasaan lan.
Dukungan nutrsi, pemberian ARV, psikososial, dan perawatan paliatif
membantu anak menghadapi HIV/AIDS.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan HIV?
2. Bagaimanakah epidemiologi HIV pada anak sekarang ini?
3. Bagaimana cara penularan HIV pada anak?
4. Siapa saja yang bias menjadi factor resiko penularan HIV ?
5. Apa manifestasi klinik dari ODHA pada anak?
6. Bgaimana diagnose, HIV pada anak dan bayi?
7. Bagaimana cara pengobatan dan pencegahan ODHA pada anak?
8. Bagaiamana prognosis hiv/aids pada anak?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan HIV/AIDS
2. Untuk mengetahui epidemiologi HIV pada anak sekarang ini
3. Untuk mengetahui cara penularan HIV pada anak
4. Untuk mengetahui siapa saja yang bias menjadi factor resiko penularan
HIV
5. Untuk mengetahui manifestasi klinik dari ODHA pada anak
6. Untuk mengetahui diagnose, HIV pada anak dan bayi
7. Untuk mengetahui cara pengobatan dan pencegahan ODHA pada anak
8. Untuk mengetahui Bagaiamana prognosis hiv/aids pada anak

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi

AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) atau sindrom cacat


kekebalan dapatan merupakan epidemi mikroorganisme terpenting dari abad

Penanganan dan Perawatan ODHA pada Anak Page 2


ke-20, yang untuk pertama kalinya disinyalir di AS pada awal tahun 1980-an
(Nursalam, 2008).
AIDS (Acquired immunodeficiency syndrome) adalah kumpulan gejala
penyakit akibat menurunnya system kekebalan tubuh secara bertahap yang
disebabkan oleh infeksi Human Immunodeficiency virus (HIV). AIDS adalah
Runtuhnya benteng pertahanan tubuh yaitu system kekebalan alamiah
melawan bibit penyakit runtuh oleh virus HIV, yaitu dengan hancurnya sel
limfosit T (sel-T) (Rampengan dan Laurentz, 1995).

B. Epidemiologi
Tiga populasi pediatric utama yang beresiko infeksi HIV-1 adalah bayi-
bayi yang dilahirkan oleh ibu yang terkontaminasi HIV- sebelum tahun 1985-
198. Dan remaja yang mendapat infeksi yang akut secara seksual atau karena
penggunaan obat-obatan intravena.
AIDS pada anak pertama kali dilaporkan oleh Oleske, Rubinstein dan
Amman pada tahun 1983 di Amerika serikat sejak itu laporan jumlah AIDS
pada anak di Amerika makin lama makin meningkat. Pada bulan Desember
1989 di Amerika telah dilaporkan 1995 anak yang berumur kurang dari 13
tahun yang menderita AIDS dan pada bulan Maret 1993 terdapat 4.480 kasus.
Jumlah ini merupakan l,5 % dari seruruh jumlah kasus AIDS yang dilaporkan
di Amerika. Di Eropa sampai tahun 1988 terdapat 356 anak dengan AIDS.
Kasus infeksi HIV terbanyak pada orang dewasa maupun anak-anak tertinggi
di dunia adalah di Afrika terutama negara-negara Afrika Sub-Sahara.
Di Asia Tenggara Thailand yang pertama kali melaporkan AIDS pada anak
tahun 1988. Meskipun saat ini tingkat prevalens HIV masih tergolong rendah
di Asia Tenggara, tetapi pertumbuhan prevalensnya saat ini paling tinggi
sedunia. Penyebabnya adalah jumlah populasi yang besar, kemiskinan,
ketidaksetaraan gender, dan stigmatisasi sosial. Diperkirakan pada tahun 2005
terdapat 6.7 juta orang yang menjadi pengidap HIV/AIDS, tetapi yang
mengetahui status HIVnya diperkirakan kurang dari 10%. Negara dengan
tingkat infeksi tertinggi.adalah India, Thailand, Myanmar dan Indonesia.
Umumnya infeksi di Asia Tenggara disebarkan melalui hubungan seksual

Penanganan dan Perawatan ODHA pada Anak Page 3


heteroseksual yang tidak aman. Pemakaian jarum suntik tidak steril pada
pencandu narkoba suntik menambah cepatnya penyebaran infeksi HIV Sekitar
setengah dari pengguna narkoba suntik di Nepal, Myanmar, Thailand,
Indonesia dan Distrik Manipur dan Nagaland di India sudah terinfeksi HIV
Cara paling efisien dan efektif untuk menanggulangi infeksi HIV pada
anak secara universal adalah dengan mengurangi penularan dari ibu ke
anaknya (mother-to.child Transtmission (MTCT). Namun demikian setiap hari
terjadi 1800 infeksi baru pada anak umur kurang dari 15 tahun, 90%nya di
negara berkembang atau terbelakang dan melalui penularan dari ibu ke
anaknya.
Upaya pencegahan transmisi HIV pada anak menurut WHO dilakukan
melalui 4 strategi, yaitu mencegah penularan HIV pada wanita usia subur,
mencegah kehamilan yang tidak direncanakan pada wanita HIV mencegah
penularan HIV dari ibu HIV hamil ke anak yang akan dilahirkannya dan
memberikan dukungan, layanan dan perawatan berkesinambungan bagi
pengidap HIV Pemberian obat Anti Retroviral (ARV) untuk anak dan bayi
yang terinfeksi karenanya menjadi satu jalan untuk menanggulangi pandemi
HIV pada anak di samping upaya untuk mencegah penularan infeksi HIV pada
anak dan bayi.
Di RSCM hingga tahun 2006 terdapat 150 pasien terinfeksi HIV/AIDS
pada anak < 15 tahun, dan 100 anak yang terpapar HIV tetapi tidak tertulari.
Pada orang dewasa sampai dengan September 2005 terdapat 8,169 pengidap
infeksi HIV Penderita pria lebih banyak 3 kali lipat dari wanita. Sebagian
besar pengidap usia dewasa ini adalah pada usia subur. Dengan kemampuan
reproduksi penderita dewasa, akan lahir anak-anak yang mungkin tertular HIV
Bila tidak dilakukan intervensi, dari setiap 100 wanita dewasa pengidap HIV
yang hamil dan melahirkan, sebanyak 40.45 anak-anak ini akan tertulari.

C. Cara Penularan
Cara penularan HIV yang paling penting pada anak adalah dari ibu
kandungnya yang sudah mengidap HIV baik saat sebelum dan sesudah
kehamilan. Penularan lain yang juga penting adalah dari transfusi produk

Penanganan dan Perawatan ODHA pada Anak Page 4


darah yang tercemar HIV kontak seksual dini pada perlakuan salah seksual
atau perkosaan anak oleh penderita HIV, prostitusi anak, dan sebab-sebab lain
yang buktinya sangat sedikit.
Meskipun HIV dapat ditemukan pada cairan tubuh pengidap HIV seperti
air ludah (saliva) dan air mata serta urin, namun ciuman, berenang di kolam
renang atau kontak sosial seperti pelukan dan berjabatan tangan serta dengan
barang yang dipergunakan sehari-hari bukanlah merupakan cara untuk
penularan. Oleh karena itu, seorang anak yang terinfeksi HIV tetapi belum
memberikan gejala AIDS tidak perlu dikucilkan dari sekolah atau pergaulan.
Ibu hamil yang terinfeksi HIV dapat menularkan virus tersebut ke bayi
yang dikandungnya. Cara transmisi ini dinamakan juga transmisi secara
vertikal. Transmisi dapat terjadi melalui plasenta (intrauterin) intrapartum,
yaitu pada waktu bayi terpapar dengan darah ibu atau sekret genitalia yang
mengandung HlV selama proses kelahiran, dan post partum melalui ASI.
Transmisi dapat terjadi pada 20-50 % kasus.
Penularan HIV ke bayi dan anak bisa dari ibu ke anak, penularan melalui
darah, penularan melalui hubungan seks (pelecehan seksual pada anak).
Penularan dari ibu ke anak terjadi karena wanita yang menderita HIV/AIDS
sebagian besar (85%) berusia subur
Faktor prediktor penularan adalah stadium infeksi ibu, kadar Limfosit T
CD4 dan jumlah virus pada tubuh ibu, penyakit koinfeksi hepatitis B, CMV
atau penyakit menular seksual lain pada ibu, serta apakah ibu pengguna
narkoba suntik sebelumnya dan tidak minum obat ARV selama hamil.
Proses intrapartum yang sulit juga akan meningkatkan transmisi, yaitu
lamanya ketuban pecah, persalinan pervaginam dan dilakukannya prosedur
invasif pada bayi. Selain iru prematuritas akan meningkatkan angka transmisi
HIV pada bayi.
HIV dapat diisolasi dari ASI pada ibu yang mengandung HIV di dalam
tubuhnya baik dari cairan ASI maupun sel-sel yang berada dalam cairan ASI
(limfosit, epitel duktus laktiferus). Risiko untuk rertular HIV melalui ASI
adalah ll-29%. Bayi yang lahir dari ibu HIV (+) dan mendapat ASI tidak

Penanganan dan Perawatan ODHA pada Anak Page 5


semuanya tertular HIV dan hingga kini belum didapatkan jawaban pasti, tetapi
diduga IgA yang terlarut berperan dalam proses pengurangan antigen. WHO
menganjurkan untuk negara dengan angka kematian bayi tinggi dan akses
terhadap pengganti air susu ibu rendah, pemberian ASI eksklusif sebagai
pilihan cara nutrisi bagi bayi baru lahir dari ibu HIV (+). Transmisi melalui
perawatan ibu ke bayinya belum pernah dilaporkan.

D. Faktor Risiko
Dari cara penulaian tersebut di atas maka faktor risiko untuk tertular HIV
pada bayi dan anak adalah:
1) Bayi yang lahir dari ibu dengan pasangan biseksual,
2) Bayi yang lahir dari ibu dengan pasangan beganti,
3) Bayi yang lahir dari ibu atau pasangannya penyalahguna obat intravena,
4) Bayi atau anak yang mendapat transfusi darah atau produk darah berulang,
5) Anak yang terpapar pada infeksi HIV dari kekerasan seksual (perlakuan
salah seksual), dan
6) Anak remaja dengan hubungan seksual berganti-ganti pasangan.

E. Manifestasi klinik
Manifestasi klinis infeksi HIV pada anak bervariasi dari asimtomatis
sampai penyakit berat yang dinamakan AIDS. AIDS pada anak terutama
terjadi pada umur muda karena sebagian besar (>80%) AIDS pada anak akibat
transmisi vertikal dari ibu ke anak. Lima puluh persen kasus AIDS anak
berumur < I tahun dan82o/o berumur <3 tahun. Meskipun demikian ada juga
bayi yang terinfeksi HIV secara vertikal belum memperlihatkan gejala AIDS
pada umur 10 tahun.
Gejala klinis yang terlihat adalah akibat adanya infeksi oleh
mikloorganisme yang ada di lingkungan anak. Oleh karena itu, manifestasinya
pun berupa manifestasi nonspesifik berupa gagal tumbuh, bera.t badan
menurun, anemia, panas berulang, limfadenopati, dan hepatosplenomegali.
Gejala yang menjurus kemungkinan adanya infeksi HIV adalah adanya
infeksi oportunistik, yaitu infeksi dengan kuman, parasit, jamur, atau protozoa

Penanganan dan Perawatan ODHA pada Anak Page 6


yang lazimnya tidak memberikan penyakit pada anak normal. Karena adanya
penurunan fungsi imun, terutama imunitas selular maka anak akan menjadi
sakit bila terpajan pada organisme tersebut, yang biasanya lebih lama, lebih
berat serta sering berulang. Penyakit tersebut antara lain kandidiasis mulut
yang dapat menyebar ke esofagus, radang paru karena Pnetnnocystis carinii,
radang paru karena mikobakterium atipik, atau toksoplasmosis otak.
Bila anak terserang Mycobacterium tuberculosis, penyakitnya akan
berjalan berat dengan kelainan luas pada paru dan otak. Anak sering juga
menderita diare berulang. Manifestasi klinis lainnya yang sering ditemukan
pada anak adalah pneumonia interstisialis limfositik, yaitu kelainan yang
mungkin langsung disebabkan oleh HIV pada jaringan paru. Manifestasi
klinisnya berupa hipoksia, sesak napas, jari tabuh, dan limfadenopati. Secara
radiologis terlihat adanya infiltrat retikulonodular difus bilateral, terkadang
dengan adenopati di hilus dan mediastinum.
Manifestasi klinis yang lebih tragis adalah yang dinamakan ensefalopati
kronik yang mengakibatkan hambatan perkembangan atau kemunduran
keterampilan motorik dan daya intelektual, sehingga terjadi retardasi mental
dan motorik. Ensefalopati dapat merupakan manifestasi primer infeksi HIV
Otak menjadi atrofi dengan pelebaran ventrikel dan kadangkala terdapat
kalsifikasi. Antigen HIV dapat ditemukan pada jaringan susunan saraf pusat
atau cairan serebrospinal.
Secara khusus dilakukan klasifikasi manifestasi klinis ini oleh CDC
Amerika Serikat (1994) dan WHO (tahun 2006). Penggunaan klasifikasi ini
untuk membantu dalam menentukan diagnosis, tatalaksana dan prognosis.
Klasifikasi klinis yang mengarahkan ke pengambilan keputusan dilakukannya
pemeriksaan laboratorium dikenal dengan nama AIDS Defining illness.
Klasifikasi klinis menurut CDC adalah N, A, B dan C (AIDS) dengan
tambahan prefix E pada semua anak yang terpapar pada HIV dari
orangtuanya. Klasifi'kasi klinis mengenai penyakit WHO dapat dilihat pada
tabel berikut.

Tabel 32-2 Klasifi'kasi klinis mengenai penyakit yang berhubungan


dengan HIV

Penanganan dan Perawatan ODHA pada Anak Page 7


Klasifikasi Stadium klinis WHO

Stadium Klinis WHO untuk Bayi dan Anak yang Terinfeksi HIV

Stadium klinis 1
Asimtomatik
Limfadenopati generalisata persisten
Stadium 2
Hepatosplenomegali persisten yang tidak dapat dijelaskan
Erupsi pruritik papular
Infeksi virus wart luas
Angular cheilitis
Moluskum kontagiosum luas
Ulserasi oral berulang
Pembesaran kelenjar parotis persisten yang tidak dapat dijelaskan
Eritema ginggival lineal
Herpez zoster
Infeksi saluran napas atas kronik atau berulang (otitis media, otorhoea,
sinusitis,tonsillitis)
Infeksi kuku oleh fungus
Stadium 3
Malnutrisi sedang yang tidak dapat dijelaskan,tidak berespons secara adekuat terhadap
terapi standar.
Diare persisten yang tidak dapat dijelaskan (14 hari atau lebih)
Demam persisten yang tidak dapat dijelaskan (lebih dari 37,5 C intermiten atau konstan,
> 1 bulan)
Kondisi oral persisten (di luar saat 6-8 minggu pertama kehidupan)
Oral hairy leukoplakia
Periodontitis/ginggivitas ulseratif nekrotikans akut
TB kelenjar
TB Paru
Pneumonia bakterial yang berat dan berulang
Pneumonia interstitial limfoid simtomatik
Penyakit paru berhubungan dengan HIV yang kronik termasuk bronkiektasis
Anemia yang tidak dapat dijelaskan (<8g/dl),neutropenia (<500/mm) atau
trombositopenia(<50 000/mm)
Stadium 4

Penanganan dan Perawatan ODHA pada Anak Page 8


Malnutrisi,wasting dan stunting berat yang tidak dapat dijelaskan dan tidak berespons
terhadap terapi standar.
Pneumonia pneumosistis
Infeksi bakterial berat yang berulang (misalnya empiema,piomiositis,infeksi tulang dan
sendi,meningitis, kecuali pneumonia)
Infeksi herpes simplex kronik (orolabial atau kutaneus >1 bulan atau viseralis di lokasi
manapun)
TB ekstrapulmonar
Sarkoma Kaposi
Kandidiasis esofagus (atau trakea,bronkus,atau paru)
Toksoplasmosis susunan saraf pusat (di luar masa neonatus)
Ensefalopati HIV
Infeksi sitomegalovirus (CMV),retinitis atau infeksi CMV pada organ lain,dengan onset
umur > 1 bulan
Kriptokokosis ekstrapulmonar termasuk meningitis
Mikosis endemik diseminata
Kriptosporidiosis kronik (dengan diare)
Isosporiasis kronik
Infeksi mikobakteria non-tuberkulosis diseminata
Kardiomiopati atau nefropati yang dihubungkan dengan HIV yang simtomatik
Limfoma sel B non-Hodgkin atau limfoma serebral
Progressive multifocal leukoencephalopathy
Catatan :
a. Tidak dapat dijelaskan berarti kondisi tersebut tidak dapat dibuktikan oleh sebab
yang lain
b. Beberapa kondisi khas regional seperti Penisiliosis dapat disertakan pada kategori
ini.

F. Diagnosis HIV pada Bayi dan Anak


Bayi yang tertular HIV dari ibu bisa saja tampak normal secara klinis
selama periode neonatal. Penyakit penanda AIDS tersering yang ditemukan
pada anak adalah pneumonia yang disebabkan Pneumocystis carinii. Gejala
umum yang ditemukan pada bayi dengan infeksi HIV adalah gangguan
tumbuh kembang, kandidiasis oral, diare kronis, atau hepatosplenomegali
(pembesaran hati dan lien). Karena antibody ibu bisa diseteksi pada bayi
sampai bayi berusia 18 bulan, maka tes ELISA dan Western Blot akan positif
meskipun bayi tidak terinfeksi HIV Karena tes ini berdasarkan ada atau
tidaknya antibody terhadap virus HIV.
Tes paling spesifik untuk mengidentifkasi HIV adalah PCR untuk DNA
HIV. Kultur HIV yang positif juga menunjukkan pasien terinfeksi HIV. Untuk
pemeriksaan PCR, bayi harus dilakukan pengambilan sampel darah untuk tes

Penanganan dan Perawatan ODHA pada Anak Page 9


PCR pada dua saat yang berlainan. DNA PCR pertama diambil saat bayi
berusia 1 bulan karena tes ini kurang sensitive selama periode satu bulan
setelah lahir. CDC merekomendasikan pemeriksaan DNA PCR setidaknya
diulang pada saat bayi berusia empat bulan. Jika tes ini negative, maka bayi
tidak terinfeksi HIV. Tetapi, bila bayi tersebut mendapatkan ASI, maka bayi
beresiko tertular HIV sehingga tes PCR perlu diulang setelah bayi disapih.
Pada usia 18 bulan, pemeriksaan ELISA bisa dilakukan pada bayi bila tidak
tersedia sarana pemeriksaan yang lain.
Anak-anak berusia berusia lebih dari 18 bulan bisa didiagnosis dengan
menggunakan kombinasi antara gejala klinis dan pemeriksaan laboratorium.
Anak dengan HIV sering mengalami infeksi bakteri kumat kumatan, gagal
tumbuh atau wasting, limfadenopati menetap, keterlambatan berkembang,
sariawan pada mulut dan faring. Anak usia lebih dari 18 bulan bisa didiagnosis
dengan ELISA dan tes konfirmasi lain seperti pada dewasa. Terdapat dua
klasifikasi yang bisa digunakan untuk mendiagnosis bayi dan anak dengan
HIV yaitu menurut CDC dan WHO.
CDC mengembangkan klasifikasi HIV pada bayi dan anak berdasarkan
hitung limfosit CD4+ dan manifestasi klinis penyakit. Pasien dikategorikan
berdasarkan derajat imunosupresi (1, 2, atau 3) dan kategori klinis (N, A, B, C,
E). Klasifkasi ini memungkinkan adanya surveilans serta perawatan pasien
yang lebih baik. Klasifikasi klinis dan imunologis ini bersifat eksklusif, sekali
pasien diklasifikasikan dalam suatu kategori, maka klasifikasi ini tidak
berubah meskipun terjadi perbaikan status karena pemebrian terapi atau faktor
lain.
WHO mengembangkan diagnosis HIV hanya berdasarkan penyakit klinis
dengan mengelompokkan tanda dan gejala dalam kriteria mayor dan minor.
Seorang anak yang mempunyai 2 gejala mayor dan 2 gejala minor bisa di
diagnosis HIV meskipun tanpa pemeriksaan ELISA atau tes laboratorium lain.
G. Pengobatan
Tatalaksana pada pendeita HIV atau yang terpapar HIV harus lengkap,
meliputi pemantauan tumbuh kembang, nutrisi, imunisasi, tatalaksana
medikamentosa, tatalaksana psikologis dan penanganan sisi social yang akan

Penanganan dan Perawatan ODHA pada Anak Page 10


beperan dalam kepatuhan program pemantauan dan terapi. Pemberian
imunisasi harus mempertimbangkan situasi klinis, status imunologis serta
panduan yang berlaku. Panduan imunisasi WHO berkenaan dengan anak
pengidap HIV adalah, selama asimtomatik, semua jenis vaksin polio oral dan
BCG sebaiknya di hindari.
Pengobatan mendikametosa mengcakupi pemberian obat-obat propilaksis
infeksi oportunistik yang tingkat morbiditas dan mortalitasnya tinggi. Riset
yang luas telah di lakukan dan menunjukka kesimpulan rekomendasi
pemberian kotrimoksasol pada penderita HIV yang berusia kurang dari 12
bulan dan siapun yang memiliki kadar CD4 < 15% hingga dipastikan bahaya
infeksi pnemonia akibat parasit pneumocystis jiroveci dihindari. Pemberian
isoniazid (INH) sebagai propilaksis penyakit TBC pada pendeita HIV masih di
perdebatkan. TBC yang berat , dan harus di buktikan dengan metode diagnosis
yang handal. Kalangan yang menolak menganggap bahwa di negara TBC,
kemungkinan infeksi TBC natural sudah terjadi. Langkah diagnosis perlu
dilakukan untuk menetapkan kasus mana yang memerlukan pengobatan dan
yang tidak.
Obat pofilaksis lain adalah preparat nistatin untuk antikadida, pirimetamin
untuk toksoplasma, preparat sulfa untuk malaria, dan obat lain yang di berikan
sesuai kondisi klinis yang ditemukan pada penderita. Untuk itu banyak
panduan yang cukup baik di jadikan bahan bacaan.
Pengobatan penting adalah pemberian antiretrovirus atau ARV. Riset
mengenai obat ARV terjadi sangat pesat, meskipun belum ada yang mampu
mengeradikasi virus dalam bentuk DNA proviral pada stadium dorman di sel
CD4 memori. Pengobatan inffeksi HIV dan AIDS sekarang mengguanakan
paling tidak 3 gelas anti virus, dengan sasaran molekul virus di mana tidak ada
homolog manusia. Obat pertama di temukan di temukan 1990 yaitu
azidothymidine (AZT) suatu analog nukleosid deoksitimidin yang bekerja
pada tahap penghambatan kerja enzim tanskriptase riversi. Bila obat ini
digunakan sendiri,secara bermakna dapat mengurangi kadar RNA HIV plasma
selama beberapa bulan atau tahun. Biasanya progresivitas penyakit HIV tidak

Penanganan dan Perawatan ODHA pada Anak Page 11


di pengaruhi oleh pemakaian AZT, karena pada jangka panjang virus HIV
berevolusi membentuk mutan yang resisten terhadap obat.
Prinsip dasar dalam pemberian ARV adalah bahwa ARV sampai saat ini
bukan untuk menyembuhkan, bila digunakan dengan benar berhubungan
dengan perbaikan. Kualitas hidup penderita.
Tujuan pengobatan yang ingin dicapai adalah (1) memperpanjang hidup
usia anak yang terinfeksi, (2) mencapai tumbuh dan kembang yang optimal,
(3) menjaga, menguatkan dan memperbaiki system imun dan mengurangi
infeksi oportunistik, (4) menekan replikasi virus HIV dan mencegah
progresifitas penyakit, (5) mengurangi morbiditas anak-anak dan
meningkatkan kualitas hidupnya.
Virus dalam darah diproduksi oleh sel T CD4+ yang terinfeksi dan
sebagian kecil oleh sel lain yang terinfeksi. Terapi obat dikembangkan untuk
menghambat semua produksi HIV yang terdeteksi untuk beberapa tahun.
Penurunan viremia sebagai efek pemberian ARV dibagi dalam 3 fase.
1. Fase pertama adalah penurunan jumlah virus dalam plasma secara cepat
dengan waktu paruh kurang dari 1 hari. Penurunan ini menunjukkan
bahwa virus diproduksi oleh sel yang hanya hidup sebentar (short-lives)
yaitu sel T CD4+ yang merupakan reservoir utama (93-97% dari seluruh sel
T) dan sumber virus.
2. Fase kedua penurunan HIV plasma dengan waktu paruh 2 minggu
menyebabkan jumlah virus dalam plasma berkurang hingga dibawah
ambang deteksi. Hal ini menunjukkan berkurangnya reservoir virus dalam
makrofag.
3. Fase ketiga yang sangat lambat menunjukkan terdapat penyimpanan virus
sel T memori yang terinfeksi secara laten. Karena masa hidup yang
panjang dari sel memori, diperlukan berpuluh-puluh tahun untuk
menghilangkan reservoir virus ini.

Kapan mulai pengobatan ARV?


Keputusan untuk memulai terapi ARV pada bayi dan anak tergantung pada
penilaian klinis dan imunologis, serta penilaian situasi social seperti siapa
yang akan menjadi pemberi obat, asupan nutrisi, dan kelompok pendukung
keluarga, Bila seandainya si pemberi obat yang bertanggung jawab lalai.

Penanganan dan Perawatan ODHA pada Anak Page 12


Dalam hal penilaian klinis memungkinkan ARV diberikan pada anak yang
didiagnosis secara presumtif melalui gejala klinis. Bila mungkin digunakan
parameter nilai hitung CD4 sebelum mempertimbangkan pengobatan,
terutama pada anak yang sakit ringan. Beberapa patokam berikut dapat
membantu memutuskan apakah pengobatan ARV diperlukan:
Bila ada data PCR RNA, kadar virus mendekati 100,000 kopi/mL
Hitung absolute atau persentase CD4 menurun dengan cepat ke ambang
defisiensi imun berat
Munculnya gejala klinis
Kemampuan orang tua atau pengasuh mematuhi ketentuan pemberian
ARV

Berdasartan penilaian klinis


Stadium klinis ditetapkan setelah infeksi ditegakkan melalui bukti
serologis atau virologist. Penggunaan stadium ini berguna sebagai data dasar
dan untuk digunakan sebagai penuntun apakah obat profilaksis infeksi
oportunistik perlu diberikan pada anak kurang dari 1 tahun yang terinfeksi
atau terpapar HIV harus mendapatkan profilaksis ini.
Bila digunakan sebagai dasar untuk memulai pengobatan ARV, prinsip
umum yang bisa digunakan sebagai patokan adalah:
1. Terapi ARV direkomendasikan untuk bayi<12 bulan yang memiliki gejala
infeksi HIV (klasifikasi A,B,C menurut CDC atau II, III, dan IVm menurut
WHO), tanpa melihat stadium klinis, jumlah virus maupun nilai CD4.
2. Terapi ARV juga direkomendasikan untuk bayi <12 bulan yang tergolong
stadium klinis N atau I yang memiliki kadar CD4<25%.
3. Terapi ARV dipertimbangkan untuk bayi <12 bulan yang asimtomatik dan
memiliki kadar CD4>25%.
Berdasarkan penilaian imunologis anak yang terinfeksi HIV
Parameter imunologi digunakan untuk menilai imunodefesiensi, untuk
memulai pembarian ARV, dan penggunaan harus bersamaan dengan penilaian
klinis. Hitung absolute CD4 dan total limfosit [pada bayi sehat jauh lebih
tinggi dari orang dewasa, dan menurun sampai mencapai nilai orang dewasa,
dan menurun sampai mencapai nilai orang dewsa pada usia 6 tahun. Tetapi
presentasi CD4 hampir tidak berubah pada usia berapapun, dan hal ini
digunakan sebagai dasar penilaian imunologis.

Penanganan dan Perawatan ODHA pada Anak Page 13


Pada anak yang kurang dari 5 tahun (lihat tabel).
Imunodefisiensi Nilai CD4+ menurut umur
< 11 bulan 12-35 bulan 36-59 bulan > 5 tahun
(%) (%) (%) (sel/mm3)
Tidak ada > 35 > 30 > 25 > 500
Ringan 30-35 25-30 20-25 350-499
Sedang 25-30 20-25 15-20 200-349
Berat < 25 <20 < 15 <200 atau <15 %
Tabel 32-4. Klasifikasi WHO tentang imunodefisiensi HIV menggunakan CD4+

Nilai absolut CD4 dapat naik atau turun bergantung pada penyakit yang
sedang diderita. Perubahan fisiologis atau variabilitas tes. Pengukuran serial
lebih informatif daripada informasi tunggal. Seperti juga status klinis,
perbaikan imunologis terjadi dengan pemberian ARV. Bila mungkin ada 2 kali
pengukuran di bawah ambang batas sebelum mulai pemberian ARV, terutama
pada stadium klinis 1 dan 2. Hasil CD4 juga berguna untuk memantau respons
terhadap terapi.

Tabel 32.5 meringkas rekomendasi kapan memulai ARV pada anak yang
positif terinfeksi menurut kriteria klinis dan parameter laboratorum menurut
WHO (2006).

Tabel 32.5 Rekomendasi untuk memulai pemberian ARV pada bayi dan anak
HIV positif sesuai stadium klinis dan ketersediaan imunologis.

Penanganan dan Perawatan ODHA pada Anak Page 14


Stadium ada tidaknya rekomendasi tetapi menurut umur [A (II)]*
klinis pengukuran <12 bulan >12 bulan pediatrik hitung CD4
4 CD4 Tampa CD4 semua diobati
3 CD4 semua diobati, bergantung
Semua diobati nilai CD4 pada anak yang
Terinveksi TBc, LIP, OHL,
Trombosiponia
Tampa CD4 semua diobati
2 CD4 bergabtung nilai CD4
Tampa CD4 bergantung nilai limposit total
1 CD4 bergantung nilai CD4
Tampa CD4 jangan diobati
LIP-lymhocytic interstitial pneummonia; OHL-oral hairy leukoplakia; TB-tuberculosis
*kekuatan rekomendasi/tingkat kepercayaan
Catatan:
a. Obati infeksi oportunistik sebelum mulai memberi ARV
b. Data awal CD4 berguna untuk memantau ARV meskipun tidak diperlukan untuk membuat
keputusan memulai terapi ARV.
c. Pada anak yang terinfeksi TB paru atau kelenjar, CD4 dan status klinis sesuai panduan terapi TB.
d. Nilai CD4 dan linfosit total dilihat di tabel terpisah.

Bila tidak tersedia pemeriksaan hitung CD4, pemeriksaan hitung total limfosit
dapat digunakan untuk memulai pemberian ARV. Kriteria total limfosit ini
sebaiknya digunakan pada stadium klinis 2. Hitung total limfosit tidak dapat
digunakan untk memantau keberhasilan ARV.

Tabel 32.6 Kriteria limsofit total

Petanda rekomendasi pemberian ARV menurut umur


Imunologis < 11 bulan 12 bulan- 36 bulan- 5-8 tahun
[ C (II) ]* 35 bulan 59 bulan

Penanganan dan Perawatan ODHA pada Anak Page 15


TLC <4000sel/mm <3000sel/mm <2500sel/mm <2000sel/mm

Pengukuran viral load (dengan menggunakan PCR RNA) belum


diperlukan menjadi standar penilaian memulai ARV. Bla mungkin dilakukan
kriteria CDC akan lebih tepat di gunakan.

Berdasarkan diagnosis klinis presumtif infeksi HIV berat.


Penegakan diagnosis presumtif hanya di lakukan oleh dokter yang sudah
terlatih dalam penegakan HIV.
Diagnosis prensumtif infeksi HIV:
Pemeriksaan anti body menunjukkan hasil positif
Ditegakkan diagnosis penyakit klinis yang emenuhi kriteria AIDS, atau
Bayi memiliki dua gejala baik itu kandidiasis oral, pneumonia berat atau
sepsis berat.
Faktor lain yang mendukung ditegakkannya diagnosis presumtif adalah
apabila terdapat kematian ibu karena HIV atau ibu menderita AIDS dengan
hitung CD4 < 20%.
Diagnosis klinis presumtif infeksi HIV memungkingkann seorang dokter
memberi tata laksana penyakit akut secara memadai, merawat pasien yang
diduga HIV, dan menjadi dasar memulai pemberian ARV. Penggunaan cara ini
pada anak usia <18 bulan harus di sertai upaya menegakkan diagnosis HIV,
dan dilakukan pemantauan dengak ketat. Bila terdapat bukti baru bahwa
ternyata bayi atau anak ini terbukti negatif, maka ARV harus dihentikan.
Pilihan Obat ARV
Antiretviral untuk anak harus memenuhi syarat farmakokinetik, formulasi
yang tepat untuk anak dan pembuatan dosia yang tepat menurut umur. Selain
itu juga faktor yang berpengaruh dalam pemberian ARV adalah potensi obat,
komplesitas pemberian (frenkuensi dosis, hubungannya dengan makanan dan
minuman), dan efek samping
Pemberian ARV terpilih untuk anak adalah penggunaan paling tidak 3
obat, dan minimal di gunakan 2 kelas obat yang berbeda. Kombinasi ARV
yang sudah dicobakan pada anak bermacam-macam, tetapi untuk Negara
berkembang dibuat panduan yang memudahkan dokter untuk memilih ARV.
Panduan yang benar dianut adalah WHO, meskipun di dunia banyak panduan
pengobatan yang dibuat oleh masing-masing tempat penelitian. Hal ini

Penanganan dan Perawatan ODHA pada Anak Page 16


Data
Umur (berat bdan),
Nama obat Formulasi farmako Lain-lain
dosis dan frekuensi
-kinetik
Nucleosside analogue reverse transcriptase inhibitors (NRTI)
Zidovudine - sirup: 10 mg/ml semua - < 4 minggu:4 - Untuk anak cukup besar
(AZT) - Kapsul: 100 mg, umur mg/kg/dosis, pemberian dalam bentuk sirup
250 mg 2x/hari akan menyebabkan volume
- Tablet: 300mg - 4 minggu to 13 terlalu besar, dan tidak di
Tahun:
diambil karena dinegara berkembang pengambilan keputusan yang
toleransi. di harus
Sirup dukung
di
- 180-240 simpan dalam botol gelas dan
data laboratorium lengkap adalah langka.
mg/m/dosis,
Pengambilan kebijakan memerlukan pertimbangansensitif terhadap dimasa
opsi pilihan cahaya.
2x/hari - Dapat diminum bersama
depan, termasuk munculnya resistensi terhadap obat.
- dosis maksimal: Penggantian obat
makanan
> 13 tahun: 30 - Dosis 600 mg/m/dosis perhari
dilakukan terlalu cepat dapat membahayakan pilihan dan harus dihindari
mg/dosis,2x/hari Untuk ensefalopati HIV
kecuali bila perlu. Saat ini rekomendasi CDC dan WHO - Kapsul dapat dibuka,
lini pertama tablet
adalah
dapt dibuat puyer, campur
menggunakan 2 kelas obat: 2 NRTI yang direkomendasikan dengan satu
dengan makanan atau sedikit
NNRTI atau PI. Lebih lengkapnya rekomendasi ini berbunyi:
air (sirup stabil dalam suhu
Anak >3 tahun, pilihan pertama 2 NRTI + Efavirenz ruangan).
Pilihan kedua 2 NRTI + Nevirapin - tidak boleh diberikan bersama
D4T (antagonistik).
Anak < tahun, 2 NRTI + Nevirapin
Lamivudine - sirup : 10mg/ml semua - <30 hari:2 mg/kg - toleransi baik
(3TC) Formulasi dan mg
- Tablet :150 Dosis Anti
umurRetroviral Untuk
dosis, Anak
2x/hari. - dapat diberi bersama makanan
- >30 hari atau - sirup stabil dalam suhu
<60kg ruangan
- 4 mg/kg/dosis, - dapat dibuatkan puyer dan
2x/ hari campurkan sedikit air
- Dosis maksimal: sebelum di minum.
>60 kg:150
mg/dosis, 2x/hari
Stavudine - Sirup: 1 mg/ml Semua - < 30 Kg: 1 - Perlu volume yang besar
(d4T) (tidak ada di umur Mg/Kg/ Dosis, - Sirup harus dsimpan di kulkas,
Indonesia) 2x/Hari stabil selama 30 hari, dalam
- Kapsul: 30 mg, 40 - 30-60 Kg: 30 Mg/ botol gelas, perlu dikocok.
mg Dosis, 2x/Hari - Kapsul dapat dibuka dan
- Dosis maksimal dicampur air saat minum obat
> 60 kg: 40 mg/ - Tidak boleh dipakai bersama
dosis, 2x/hari AZT (antagonistic)
Kombinasi - Tidak adas sediaan Remaja Dosis maksimal: Sebaiknya tablet tidak dibelah
tetap d4T sirup (tdk ada di dan - 30-60 kg: 1 tablet
plus 3TC Indonesia) dewasa 30 mg d4T-based,
- Tablet d4T 30 mg 2x/hari
plus 3TC 150 mg: - 60 kg: 1 tablet
d4T 40 mg plus 40 mg d4T-based,
3TC 150 mg 2x/hari
Didanosine(d - Susoensi oral Semua - < 3 bulan: 50 mg/ - Suspensi harus disimpan di
dl, pediatrik: 10 umur m2/dosis sampai kulkas, stabil selama 30 hari dan
dideoxynosin mg/ml (tidak ada < 13 th: 90-120 kocok merata
e) di Indonesia) mg/ m2/dosis, - Diminum saat perut kosong,
- Tablet kunyah: 25 2x/hari atau 240 minimal 30 menit sebelum atau
mg, 50 mg, 100 mg/m2/ dosis, 2 jam sesudah makan
mg, 150 mg, 200 sejali sehari - Jika tablet dihancurkan dalam
mg - Dosis maksimal: air, minimal 2 tablet forte harusPage 17
Penanganan dan Perawatan ODHA pada Anak
- Enteric-coated 13 thn atau >60 larut untuk buffering yang
beadlets in kg: 200 mg/dosis adekuat
capsules: 125 mg, 2x/hari atau 400 - Enteric-coated beadlets in
Non-Nucleoside reverse transcriptase inhibitors (NNRTI)
Nevirapine - Sirup: 10 mg/ml Semua umur - 15-30 hari: 5 mg/kg/ - Hindari penggunaan
(NVP) - Tablet: 200 mg disis, sekali sehari 2 bersama rifampicin
minggu, kemudian - Sirup stabil dalam
120 mg/m2/dosis, suhu ruangan, kocok
2x/hari 2 minggu, dahulu
kemudian 20- mg/ - Dapat diberi bersama
m2/dosis, 2x/hari makanan
- 30 hari 30 tahun: - Dapat dibelah,
120 mg/m2/dosis, dipuyerkan, waspada
sekali sehari 2 alergi, (dosis jangan
minggu, kemudian dinaikkan)
120-200 mg/m2/
dosis, 2x/hari
- Dosis maksimal:
>13 tahun: 200
mg/dosis, sekali
sehari 2 minggu, lalu
200 mg/dosis, 2x/hari
Efavirenz - Sirup: 30 mg/ml Hanya untuk - Kapsul (sirup): - Isi kapsul dapat dibuka
(EFV) (sirup anak > 3 10-15 kg: 200 mg dan dicampur dengan
membutuhkan tahun atau (270 mg = 9 ml) minuman manis, tidak
dosis yang lebih berat > 10 kg sekali sehari boleh diminum
tinggi dari kapsul) - 15 - < 20 kg: 250 sesudah makan
- Kapsul: 50 mg, mg (300 mg = 10 makanan sangat
100 mg, 200 mg ml) sekali sehari berlemak karena
- 20 - < 25 kg: 300 absorpsi dapat
mg (360 mg = 12 meningkat sampai
ml) sekali sehari 50%
- 25 - < 33 kg: 350 - Diminum menjelang
mg (450 mg = 15 tidur, terutama 2
ml) sekali sehari minggu pertama, untuk
- 33 - < 40 kg: 400 mengurangi efek
mg (510 mg = 17 samping susunan saraf
ml) sekali sehari pusat.
- Dosis maksimal:
40 kg: 600 mg
sekali sehari
Saquinavir/r - Kapsul gel lunak: > 25 kg - Dosis dewasa yang - Ukuran kapsul besar,
200 mg di anjurkan adalah: tidak boleh
- Kapsul gel keras: SQV 1000 mg/ dihancurkan atau
200 mg dan 500 RTV100mg, 2x/hari dibuka, ditelan
mg - Tidak ada dosis bersama makanan

Penanganan dan Perawatan ODHA pada Anak Page 18


untuk anak, tetapi
bila > 25 kg dapat
digunakan dosis
dewasa, jika
mungkin dengan
pemantauan kadar
obat
Kombinasi tetap d4T - Tidak ada Remaja dan Dosis Maksimal: - Sebaiknya tablet tidak
plus 3TC plus NVP sediaan sirup Dewasa 30-60 kg: 1 dibelah
- Tablet: d4T 30 tablet 30 mg - Pada berat < 30 kg,
mg plus 3TC 150 d4T-bassed, d4T/3TC/NVP tidak
mg plus NVP 2x/hari dapat dihitung dengan
200 mg ; d4T 40 - 60 kg: 1 tablet tepat dalam sediaan
mg plus 3TC 150 40mg d4T-bassed, tablet. Jika dielah, dosis
mg plus NVP 2x/sehari NVP inadekuat untuk
200 mg anak yang lebih muda dan
- Tidak ada di minimal dosis NVP harus
Indonesia 150 mg/m2, 2x/hari. Dosis
optimum NVP 200
mg/m2, 2x/hari.
- Karena mengandung
NVP, perlu peningkatan
dosis
Protease inhibitors
Nelfinavir NFV - Bubuk untuk Semua umur, - < 1 tahun: 50 mg/ - Bubuk terasa manis,
suspense oral Data kg/dosis, 3x/hari namun seperti pasir dan
(dicampur dengan farmakokineti atau 75 mg/kg/ sulut larut, harus segera
air); 200 mg per k berfariasi dosis, 2x/hari diaduk jika dicampur
satu sendok the pada bayi < 1 - 1 tahun < 13: 5-65 dengan air, susu atau
(5ml)(50 mg/1,25 tahun, dosis mg/kg/dosis, pudding jangan
ml) mungkin lebih 2x/hari menggunakan asam
- Tablet: 250 mg tinggi - Dosis makasimal: (meningkatkan rasa pahit)
(Dapat dibagi 13 tahun: 1250 solusi stavil dalam 6 jam.
2,dihaluskan, mg/dosis, 2 kali Karena persiapan yg
dicampurkan sehari susah lebih dipilih tablet
dalam makanan yang dihancurkan.
atau dicampur air) - Dapat disimpan diseluruh
ruangan.
- Minum bersama makanan
- Interaksi obat (lebih
jarang dibandingkan
ritonavir)
Liponavir/ ritonavir - Sirup: 80 mg/ml 6 bulan - > 6 bulan 13 - Sebaiknya disimpan
(LPV/r

Penanganan dan Perawatan ODHA pada Anak Page 19


lopinavir plus 20 tahun: 225 mg/m2 dilemari pendingin atau
mg/ml ritonavir LPV/57,5 mg/m2 suhu ruang sampai 25C
(mengandung ritonavir, 2x/hari* maksimal 2 bulan, bila >
alcohol 42%) kg: 12 mg atau 25C obat akan rusak
- Kapsul: 133,3 mg - 7-15 kg: 12 mg/kg lebih cepat
liponavir plus LPV/3 mg/kg - Sirup rasanya pahit
33,3 mg ritonavir ritonavir/dosis, - Ukuran kapsul besar,
2x/hari tidak boleh dibuka atau
- 15-40 kg: 10 mg/kg dihancurkan, dimakan
lopinavir/5 mg/kg bersama makanan
ritonavir, 2x/hari
- Dosisi maksimum:
> 40 kg: 400 mg
LPV/100 mg
ritonavir (3 kapsul
atau 5 ml), 2x/hari
Kombinasi tetap d4T - Tidak ada Remaja dan Dosis Maksimal: - Sebaiknya tablet tidak
plus 3TC plus NVP sediaan sirup Dewasa 30-60 kg: 1 dibelah
- Tablet: d4T 30 tablet 30 mg - Pada berat < 30 kg,
mg plus 3TC 150 d4T-bassed, d4T/3TC/NVP tidak
mg plus NVP 2x/hari dapat dihitung dengan
200 mg ; d4T 40 - 60 kg: 1 tablet tepat dalam sediaan
mg plus 3TC 150 40mg d4T-bassed, tablet. Jika dielah, dosis
mg plus NVP 2x/sehari NVP inadekuat untuk
200 mg anak yang lebih muda
- Tidak ada di dan minimal dosis NVP
Indonesia harus 150 mg/m2, 2x/hari.
Dosis optimum NVP 200
mg/m2, 2x/hari.
- Karena mengandung
NVP, perlu peningkatan
dosis
Protease inhibitors
Nelfinavir NFV - Bubuk untuk Semua umur, - < 1 tahun: 50 mg/ - Bubuk terasa manis,
suspense oral Data kg/dosis, 3x/hari namun seperti pasir dan
(dicampur dengan farmakokineti atau 75 mg/kg/ sulut larut, harus segera
air); 200 mg per k berfariasi dosis, 2x/hari diaduk jika dicampur
satu sendok the pada bayi < 1 - 1 tahun < 13: 5-65 dengan air, susu atau
(5ml)(50 mg/1,25 tahun, dosis mg/kg/dosis, pudding jangan
ml) mungkin lebih 2x/hari menggunakan asam
- Tablet: 250 mg tinggi - Dosis makasimal: (meningkatkan rasa pahit)
(Dapat dibagi 13 tahun: 1250 solusi stavil dalam 6 jam.
2,dihaluskan, mg/dosis, 2 kali Karena persiapan yg

Penanganan dan Perawatan ODHA pada Anak Page 20


dicampurkan sehari susah lebih dipilih tablet
dalam makanan yang dihancurkan.
atau dicampur air) - Dapat disimpan diseluruh
ruangan.
- Minum bersama makanan
- Interaksi obat (lebih
jarang dibandingkan
ritonavir)
Liponavir/ ritonavir - Sirup: 80 mg/ml 6 bulan - > 6 bulan 13 - Sebaiknya disimpan
(LPV/r lopinavir plus 20 tahun: 225 mg/m2 dilemari pendingin atau
2
mg/ml ritonavir LPV/57,5 mg/m suhu ruang sampai 25C
(mengandung ritonavir, 2x/hari* maksimal 2 bulan, bila >
alcohol 42%) kg: 12 mg atau 25C obat akan rusak
- Kapsul: 133,3 mg - 7-15 kg: 12 mg/kg lebih cepat
liponavir plus LPV/3 mg/kg - Sirup rasanya pahit
33,3 mg ritonavir ritonavir/dosis, - Ukuran kapsul besar,
2x/hari tidak boleh dibuka atau
- 15-40 kg: 10 mg/kg dihancurkan, dimakan
lopinavir/5 mg/kg bersama makanan
ritonavir, 2x/hari
- Dosisi maksimum:
> 40 kg: 400 mg
LPV/100 mg
ritonavir (3 kapsul
atau 5 ml), 2x/hari

Pemantauan selama pemberian


Bila terapi ARV sudah dimulai maka pemantauan berkala pada kepatuhan
obat, indicator laboratorium dan kondisi klinis harus dilakukan. Pada setiap
kesempatan pengasuh atau orangtua pasien perlu ditanya mengenai aktivitas
pemberian obat, penerimaan obat oleh anak, hambatan dalam pemberian obat
tepat waktu dan melakukan konsultasi secara rutin.
Pemeriksaan laboratorium sangat perlu dipantau adalah terutama darah
tepi, enzim transaminase hati, dan kadar CD4 yang dilakukan paling tidak 3
bulan sekali. Bila perlu ditambahkan pemeriksaan kadar RNA virus,
pemeriksaan specimen infeksi dan pemeriksaan pencitraan. Pemantauan klinis
perlu dilakukan untuk mencari adakah infeksi oportunistik baru yang muncul
atau kemungkinan penyakit pulih imun (immune reconstitution disease).

Penanganan dan Perawatan ODHA pada Anak Page 21


Kegagaln pemberian ARV perlu dipikirkan bila pada pemantauan
didapatkan tidak ada penurunan kadar virus dalam plasma, tidak ada
peningkatan jumlah dan presentase CD4, gejala klinis bertambah atau
memburuk, timbul troksisitas atau intoleransi ARV, disertai masalah tidak
patuh obat.
Kegagalan supresi virus dapat bersifat komplit atau parsial. Untuk melihat
apakah terapi ARV berhasil diperlukan waktu 6 bulan. Kegagalan supresi ini
mungkin memiliki pola (1) jumlah virus yang tidak bisa turun, atau, (2) virus
yang kembali bertambah banyak setelah sebelumnya berhasil ditekan (viral
rebound).
Kegagalan supresi imun adalah tidak tercapainya jumlah CD4 normal
menurut umur. Ktireria kenormalan menurut umur ini mutlak karena secara
fisiologis parameter CD4 menurut umur akan menurun. Tetapi persentase CD4
variasinya sedikit, karena itu nilai persentasenya dipakai untuk penilaian
keberhasilan terapi ARV. Lama penilaian keberhasilan terapi ini juga 6 bulan,
dan bila terdapat hasil pemeriksaan CD4 sebaiknya dilakukan pemeriksaan
ulang paling tidak 1 minggu sesudahnya untuk konfirmais sebelum
menyimpulkan terdapar respon imun suboptimal.
Kondisi klinis harus selalu dihubungkan denga respon imun dan virologik
terhadap pemberian ARV. Pada pasien yang parameter imun dan virologiknya
stabil, terdapatnya gejala simtimatik HIV yang baru tidak berarti ARV tidak
perlu diganti. Tetapi bila timbul pada infeksi oportunistik pada kasus
imunosupresan berat pada awal pemberian terapi ARV, maka hal tersebut
menunjukkan disfungsi imun persisten meskipun jumlah virus sudah
berkurang. Kemungkinan sindrom pulih imun juga harus dipikirkan sebelum
satu infeksi oportunistik baru dikategorikan sebagai kegagalan klinis.
Kegagalan klinis juga harus dipikirkan bila tidak ada perbaikan perkembangan
neurologic meskipun terapi adekuat sudah diberikan.
Kadang-kadang timbul ketidaksinambungan antara keberhasilan klinis dan
imunologis pada kasus yang tidak memiliki efek supresi virologik yang
diharapkan. Dinegara maju, bila ditemukan kondisi ini maka uji resistensi
terhadap golongan ARV tertentu perlu dilakukan.
Penggantian ke lini kedua

Penanganan dan Perawatan ODHA pada Anak Page 22


Bila terdapat kondisi yang mengarah ke kegagalan terapi ARV lini
pertama, maka dilakukan evaluasi kearah kepatuhan berobat, dosis dan infeksi
oportunistik yang belum berhasil diatasi. Setelah dilakukan evaluasi
menyeluruh dan diputuskan untuk melakukan penggantian obat, maka opsi
pilihan lini kedua dipertombangkan.
Factor yang harus diperhatikan adalah bahwa resistensi silang dalam kelas
ART yang sama terjadi pada mereka yang mengalami kegagalan terapi
(berdasarkan penilaian klinis atau CD4+). Resistensi terjadi ketika HIV terus
berproliferasimeskipun dalam pengobatan ART. Jika kegagalan terapi terjadi
dengan rejimen NNRTI atau 3 TC (lihat pengkodean), hampir pasti terjadi
resistensi terhadap seluruh NNRTI dan 3TC. Memilih meneruskan NNRTI
pada kondisi tidak ada gunanya, tetapi meneruskan pemberian 3TC mungkin
dapat menurunkan ketahanan virus HIV. AZT dan d4T hampir selalu bereaksi
silang dan mempunyai pola resistensi yang sama, sehingga tidak dianjurkan
mengganti satu dengan yang lainnya.
Prinsip pemilihan rejimen kedua adalah pilih kelas obat ARV sebanyak
mungkin. Bila kelas yang sama akan digunakan, pilih obat yang sama sekali
belum dipakai sebelumnya. Tujuan pemberian rejimen lini kedua adalah untuk
mencapai respon klinis dan imunologis (CD4+), tetapi responnya tidak sebaik
pada rejimen lini pertama karena sudah terjadi resistensi silang di antara obat
ARV.
Sebelum pindah kerejimen lini kedua, kepatuhan obat harus benar-benar
dinilai. Anak yang dengan rejimen lini kedua pun gagal, terapi penyelamatan
yang efektif masih sulit di lakukan. Konsultasi dengan panel ahli di per;lukan.
Untuk rejimen bernbaris ritonavirboosted PI, pemeriksaan lipid (trigliserida
dan kolesterol, jika mungkin LDL dan HDL) dilakukan setiap 6-12 bulan.
Rekomendasi bila ini pertama adalah 2 NRTI+1 NNRTI=2 NRTI baru + 1 PI

2 NRTI
NRTI lini pertama NRTI lini kedua
AZT atau d4T+3TC ddl + ABC
ABC+3TC ddl + AZT

Penanganan dan Perawatan ODHA pada Anak Page 23


* Meneruskan penggunaan 3TC pada rejimen lini kedua dapat dipertimbangkan
karena 3TC dihubungkan dengan berkurangnya ketahanan virus HIV.
1PI

PI terpilih Keuntungan Kerugian


Lopinavir/ - Efikasi sangat baik,khususnya anak - membutuhkan penyimpangan
ritonavirLPV/r yang belum pernah mendapat PI dalam lemari pendingin
- Ambang terhadap resistensi tinggi - kapsul gel ukurannya besar
Karena kadar obat tinggi dengan - harganya mahal
Penambahan ritonavir - rasanya tidak enak
- Tersedia dalam bentuk sirup,pil - tidak bisa dibagi
Dan tablet
- Dosis anak sudah tersedia

Saquinavir/ -Dapat digunakan bersamaan ritonavir


Ritonavir SQV/r boosting
- Efiaksi baik

H. Pencegahan.
Pemberian zidovudin terhadap wanita hamil yang terinfeksi HIV-I
menguranggi penularan HIV-1 terhadap bayi secara dramatis. Penggunaan
zidovudin (100 mg secara oral lima kali 24 jam) pada wanita HIV-1 positif
dari 14 minggu kehamilan sampai kelahiran dan persalinan dan selama 6
minggu pada neonatus (180 mg/m2 secara oral setiap 6 jam ) mengurangi
penularan pada 26 % resipien placebo sampai makna.
Pelayanan Kesehatan masyarakat A.S telah menghasilkan pedoman
untuk penggunaan zidovudin pada wanita hamil HIV-l positif untuk mencegah
penularan HIV-1 perinatal. Wanita yang HIV- I positif, hamil dengan masa
kehamilan 14-34 minggu, mempunyai angka limfosit CD4 + 200/mm3 atau lebih
besar, dan sekarang tidak berbeda pada berada pada terapi antiretrovirus
dianjurkan menggunakan zidovudin.

Penanganan dan Perawatan ODHA pada Anak Page 24


Wanita HIV-1 positif yang dikenali sesudah kehamilan 34 minggu atau
yang berada dalam persalinan juga, didorong untuk menggunakan zidovudin.
Zidovudin intravena (dosis beban 1 jam 2mg/ kg/ jam diikuti dengan infus
terus-menerus 1mg/kg/jam sampai persalinan) dianjurkan selama proses
klahiran.
Pada semua keadaan dimana ibu mendapat zidovudin,, untuk mencegah
penularan HIV-1, bayi harus mendapat sirup zidovudin (2mg/kg setiap 6 jam
selama usia 6 minggu pertama yang mulai 8-12 jam sesudah lahir) jika ibu
HIV-1 positif dan tidak mendapat zidovudin, zidovudin harus dimulai pada
bayi baru lahir, tidak ada bukti yang mendukung kemanjuran obat dalam
mencegah infeksi HIV-1 bayi baru lahirr sesudah 24jam.
Ibu dan anak yang diobati dengan zidovudin harus diamati dengan
ketat untuk kejadian-kejadian yang merugikan dan didaftar pada PPP untuk
menilai kemungkinan kejadian yang merugikan jangka lama. Saat ini, hanya
anaemia ringan reversibel yang telah di temukann pada bayi.umtuk
melaksanakan pendekatan ini secara temu semua wanita harus mendapat
perwatan perinatal yang tepat, dan wnita hamil harus di uji untuk positivitas
HIV-1.
Penularan seksual.
Pencegahan penularan seksual mencakup penghindaran pertukaran cairan-
cairan tubuh. Kondom merupakan bagian integral program yang mengurangi
penyakit yang ditularkan secara seksual. Seks tanpa perlindungan dengan mitra
yang lebih tua atau dengan banyak mitra adalah biasa pada remaja yang
terinfeksi HIV-1.

I. PROGNOSIS
Prognosis anak-anak pengidap HIV berbeda-beda sesuai stadium klinis
dan terutama persentase CD4 yang di miliki sebelum terapi ARV. Secara
umum tercapainya stadium AIDS pada anak lebih cepat pada orang dewasa.
Bila pada orang dewasa ada sejumlah pengidap HIV yang dapat tetap sehat
dengan hitung CD4 tetap normal bertahun-tahun lamanya, maka pada anak di

Penanganan dan Perawatan ODHA pada Anak Page 25


dapatkan studi kohord dengan hati yang sebanding. Tetapi memang di
temukan anak-anak yang hingga usia paling tidak 8 tahun tidak memiliki
gejala infeksi HIV dan hitung CD4 nya normal, meskipun HIV seropositif.
Studi awal menunjukkan bahwa pada anak-anak terinfeksi HIV yang sebelum
usia 1 tahun pun sudah memerlukan terapi ARV. Dengan perkembangan riset
obat ARV pada anak dan keberhasilan hidup anak pengidap HIV lebih tinggi
di masa yang akan datang.

Penanganan dan Perawatan ODHA pada Anak Page 26


BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. AIDS (Acquired immunodeficiency syndrome) adalah kumpulan gejala
penyakit akibat menurunnya system kekebalan tubuh secara bertahap yang
disebabkan oleh infeksi Human Immunodeficiency virus (HIV). AIDS
adalah Runtuhnya benteng pertahanan tubuh yaitu system kekebalan
alamiah melawan bibit penyakit runtuh oleh virus HIV, yaitu dengan
hancurnya sel limfosit T (sel-T)
2. Cara penularan HIV yang paling penting pada anak adalah dari ibu
kandungnya yang sudah mengidap HIV baik saat sebelum dan sesudah
kehamilan. Penularan lain yang juga penting adalah dari transfusi produk
darah yang tercemar HIV kontak seksual dini pada perlakuan salah seksual
atau perkosaan anak oleh penderita HIV, prostitusi anak, dan sebab-sebab
lain yang buktinya sangat sedikit.
3. Dari cara penulaian tersebut di atas maka faktor risiko untuk tertular HIV
pada bayi dan anak adalah:

a. Bayi yang lahir dari ibu dengan pasangan biseksual dan pasangan
beganti
b. Bayi yang lahir dari ibu atau pasangannya penyalahguna obat
intravena, Bayi atau anak yang mendapat transfusi darah atau produk
darah berulang,Anak yang terpapar pada infeksi HIV dari kekerasan
seksual (perlakuan salah seksual), dan Anak remaja dengan hubungan
seksual berganti-ganti pasangan.

B. Saran
Semoga dalam pembuatan makalah ini dapat berguna bagi seluruh para
pembaca yang ingin belajar mengenai perawatan HIV/AIDS pada anak dan

Penanganan dan Perawatan ODHA pada Anak Page 27


bias mengaplikasikannya pada orang yang membutuhkan. Segala kritik dan
saran penulis sangat mengharapkan hal itu.
DAFTAR PUSTAKA

Rampengan dan Laurentz, 1995, Penyakit Infeksi Tropik Pada Anak, cetakan kedua,
EGC, Jakarta.

Penanganan dan Perawatan ODHA pada Anak Page 28

Anda mungkin juga menyukai