PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Mata adalah salah satu organ yang penting bagi tubuh manusia. Mata termasuk
alat optik karena di dalamnya terdapat lensa mata yang digunakan untuk menerima
cahaya yang dipantulkan oleh benda-benda yang kita lihat. Organ mata manusia
dipergunakan untuk memberikan informasi pengertian visual. Organ mata akan
merespon sumber cahaya yang masuk dan selanjutnya informasi ini diantar menuju ke
otak untuk dicerna oleh sistem saraf manusia.
Mata dapat mengalami gangguan yang menyebabkan berkurangnya
penglihatan. Salah satunya adalah katarak. Katarak adalah kekeruhan pada lensa mata
yang menyebabkan gangguan penglihatan. Penyakit katarak pada umumnya diderita
oleh mereka yang telah berusia lanjut di atas usia 50 tahun ke atas, namun tak
menutup kemungkinan katarak dapat didera oleh bayi yang baru lahir karena cacat
bawaan, mungkin dikarenakan sang ibu teridentifikasi suatu virus (rubella) di masa
kehamilannya. Selain itu, faktor usia, radiasi dari sinar ultraviolet, kurangnya gizi dan
vitamin serta faktor tingkat kesehatan dan penyakit yang diderita juga dapat memicu
terjadinya penyakit katarak.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah :
1. Apa definisi dari katarak ?
2. Apa saja klasifikasi pada penyakit katarak ?
3. Bagaimana anatomi fisiologi mata ?
4. Apa etiologi penyakit katarak ?
5. Bagaimana manifestasi klinis pada orang yang menderita katarak ?
6. Bagaimana patofisiologi penyakit katarak ?
7. Apa saja komplikasi dari penyakit katarak ?
8. Apa saja pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada katarak ?
9. Bagaimana penatalaksanaan pada penyakit katarak ?
10. Apa saja masalah yang lazim muncul pada pasien penderita katarak ?
11. Apa discharge planning pada penderita katarak ?
12. Bagaimana konsep dasar asuhan keperawatan pada pasien katarak ?
C. Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui tentang penyakit
katarak, mengetahui apa definisi dari katarak, apa saja klasifikasi pada penyakit
katarak, bagaimana anatomi fisiologi mata, apa etiologi penyakit katarak, bagaimana
manifestasi klinis pada orang yang menderita katarak, bagaimana patofisiologi
penyakit katarak, apa saja komplikasi dari penyakit katarak, apa saja pemeriksaan
penunjang yang dapat dilakukan pada katarak, bagaimana penatalaksanaan pada
penyakit katarak, apa saja masalah yang lazim muncul pada pasien penderita katarak,
apa discharge planning pada penderita katarak dan bagaimana Asuhan Keperawatan
pada pasien penderita katarak.
BAB II
PEMBAHASAN
a) Katarak Insipien
Pada stadium ini akan terlihat hal-hal berikut :
Kekeruhan mulai dari tepi ekuator berbentuk jeriji menuju korteks anterior dan
posterior (katarak kortikal). Vakuol mulai terlihat didalam korteks.
Katarak subkapsular posterior, kekeruhan mulai terlihat anterior subkapsular
posterior, celah terbentuk antara serat lensa dan korteks berisi jaringan degenaratif (benda
morgagni) pada katarak insipien.
Kekeruhan ini dapat menimbulkan poliopia oleh karena indeks refraksi yang
tidak sama pada semua bagian lensa. Bentuk ini kadang-kadang menetap untuk waktu
yang lama.
a) Katarak Intumessen
Kekeruhan lensa disertai pembengkakan lensa akibat yang degenerative
menyerap air. Masuknya air ke dalam celah lensa mengakibatkan lensa menjadi
bengkak dan besar yang akan mendorong iris sehingga bilik mata menjadi dangkal
dibanding dengan keadaan normal. Pencembungan lensa ini akan dapat memberikan
penyulit glaucoma. Katarak intumessen biasanya terjadi pada katarak yang berjalan
cepat dan mengakibatkan myopia lentikular. Pada keadaan ini dapat terjadi hidrasi
korteks hingga lensa akan mencembung dan daya biasnya akan bertambah yang akan
memberikan miopisasi.
Pada pemeriksaan slitlamp terlihat vakuol pada lensa disertai peregangan jarak
lamel serat lensa.
b) Katarak Imatur
Sebagian lensa keruh atau katarak. Katarak yang belum mengenai seluruh lapis
lensa. Pada katarak imatur akan dapat bertambah volume lensa akibat meningkatnya
tekanan osmotik bahan lensa yang degenerative. Pada keadaan lensa mencembung
akan dapat menimbulkan hambatan pupil, sehingga terjadi glaucoma sekunder.
c) Katarak Matur
Pada katarak matur kekeruhan telah mengenai seluruh masa lensa. Kekeruhan
ini bisa terjadi akibat deposisi ion Ca yang menyeluruh. Bila katarak imatur atau
intumessen tidak dikeluarkan maka cairan lensa akan keluar sehingga lensa kembali
pada ukuran yang normal. Akan terjadi kekeruhan seluruh lensa yang bila lama akan
mengakibatkan kelsifikasi lensa. Bilik mata depan akan berukuran kedalaman normal
kembali, tidak terdapat bayangan iris pada lensa yang keruh, sehingga uji bayangan
iris negative.
d) Katarak Hipermatur
Katarak hipermatur, katarak yang mengalami proses degenerasi lanjut, dapat
menjadi keras atau lembek dan mencair.
Masa lensa yang berdegenerasi keluar dari kapsul lensa sehingga lensa menjadi
mengecil, berwarna kuning dan kering. Pada pemeriksaan terlihat bilik mata dalam
dan lipatan kapsul lensa. Kadang-kadang pengkerutan berjalan terus sehingga
hubungan dengan zonula zinn menjadi kendor. Bila proses katarak berjalan lanjut
disertai dengan kapsul yang tebal maka korteks akan memperlihatkan bentuk menjadi
sekantong susu disertai dengan nucleus yang terbenam didalam korteks lensa karena
lebih berat. Keadaan ini disebut sebagai katarak morgagni.
3. Anatomi Fisiologi
Mata adalah organ sensorik kompleks yang mempunyai fungsi optikal untuk
melihat dan saraf untuk transduksi (mengubah bentuk energi ke bentuk lain ) bentuk
sinar. Aparatus optikus mata membentuk dan mempertahankan ketajaman fokus objek
dalam retina. Fotoreseptor dalam retina mengubah rangsangan sinar ke dalam bentuk
sinyal saraf kemudian mentransmisikan ke pusat visual di otak melalui elemen saraf
integratif.
Katarak adalah kekeruhan pada lensa mata yang menyebabkan gangguan
penglihatan. Lensa adalah struktur cembung ganda yang tergantung diantara humor
aqueus dan vitreus, berfungsi membantu memfokuskan cahaya ke retina. Lensa tidak
mempunyai suplai darah atau inervasi setelah perkembangan fetal dan ini semua
tergantung sepenuhnya pada humor akuos untuk fungsi metabolisme dan pembuangan.
Lensa terletak dibelakang iris dan dianterior dari korpus vitreous. Lensa ditopang oleh
zonula Zinii, yang terdiri atas serabut-serabut kuat yang melekat ke korpus siliaris.
Bagian lensa terdiri atas kapsul, epithelium lensa, korteks dan nukleus.
Secara fisiologik lensa mempunyai sifat tertentu yaitu :
• Kenyal atau lentur karena memegang peranan penting dalam akomodasi untuk
menjadi cembung
• Jernih atau transparan karena diperlukan sebagai media penglihatan
• Terletak ditempatnya
Mata mempunyai otot, saraf serta pembuluh darah. Beberapa otot bekerja sama
menggerakkan mata. Setiap otot dirangsang oleh saraf kranial tertentu. Tulang orbita
yang melindungi mata juga mengandung berbagai saraf lainnya, yaitu :
• Saraf optikus membawa gelombang saraf yang dihasilkan di dalam retina ke otak
• Saraf lakrimalis merangsang pembentukan air mata oleh kelenjar air mata
• Saraf lainnya menghantarkan sensasi ke bagian mata yang lain dan merangsang otot
pada tulang orbita.
Arteri oftalmika dan arteri retinalis menyalurkan darah ke mata kiri dan mata
kanan, sedangkan darah dari mata dibawa oleh vena oftalmika dan vena retinalis.
Pembuluh darah ini masuk dan keluar melalui mata bagian belakang.
4. Etiologi
Penyebab sistemik katarak adalah diabetes, kelainan metabolik lain (termasuk
galaktosemia, penyakit fabry, hipokalsemia), cedera mata, obat-obatan sistemik
(terutama steroid, klorpomazin), infeksi (rubella konginetal), distrofi miotonik,
dermatitis atopik, sindrom sistemik (down, lowe), , konginetal, termasuk katarak
turunan, radiasi sinar x.
Pada banyak kasus, penyebabnya tidak diketahui. Katarak biasanya terjadi pada
usia lanjut dan bisa diturunkan. Pembentukan katarak dipercepat oleh faktor
lingkungan, seperti merokok atau bahan beracun lainnya. Katarak bisa disebabkan oleh
: cidera mata penyakit metabolik (misalnya diabetes) obat-obat tertentu (misalnya
kortikosteroid).
Katarak kongenitalis adalah katarak yang ditemukan pada bayi ketika lahir (atau
beberapa saat kemudian). Katarak kongenitalis bisa merupakan penyakit keturunan
(diwariskan secara autosomal dominan) atau bisa disebabkan oleh :
• Infeksi nosokomial, seperti campak jerman
• Berhubungan dengan penyakit metabolik, seperti galaktosemia.
Lensa secara bertahap Korteks memproduksi Kadar glukosa darah Ketidak seimbangan
kehilangan air serat lensa baru meningkat metabolisme protein mata
Metabolit larut air Serat lensa ditekan Serbitol menetap di dalam Protein dalam serabut-
dengan BM rendah menuju sentral lensa serabut lensa dibawah
masuk ke sel pada kapsul mengalami deturasi
nucleus lensa
Distensi lensa
Protein lensa berkoagulasi
Kortek lensa > terhidrasi
daripada nucleus lensa Hilangnya transparansi
lensa
Pupil kontriksi
Mata berair Serabut lensa yang tegang menjadi patah
8. Pemeriksaan Penunjang
1) Kartu mata snellen / mesin telebinokuler : mungkin terganggu dengan kerusakan
kornea, lensa,akueus/vitreus humor, kesalahan refraksi, penyakit sistem saraf,
penglihatan retina.
2) Lapang penglihatan : penurunan mungkin karena massa tumor, karotis, glukoma.
3) Pengukuran Tonografi : TIO (12-25 mmHg)
4) Pengukuran Gonioskopi membedakan sudut terbuka dari sudut tertutup glukoma.
5) Tes Provokatif : menentukan adanya / tipe glukoma.
6) Oftalmoskopi : mengkaji struktur internal okuler, atrofi lempeng optik, papiledema,
perdarahan.
7) Darah lengkap, LED : menunjukkan anemi sistemik/ infeksi.
8) EKG, kolesterol serum, lipid, tes toleransi glukosa : kontrol DM.
9. Penatalaksaan
Meski telah banyak usaha yang dilakukan untuk memperlambat progresivitas
atau mencegah terjadinya katarak, tatalaksana masih tetap dengan pembedahan.
(Vaughan DG & Arif, Mansjoer)
Penatalaksanaan Non-Bedah
1) Terapi Penyebab Katarak
Pengontrolan diabetes mellitus, menghentikan konsumsi obat-obatan yang bersifat
kataraktogenik seperti kortikosteroid, fenotiasin, dan miotik kuat, menghindari
iradiasi (inframerah atau sinar-X) dapat memperlambat atau mencegah terjadinya
proses kataraktogenesis.
2) Memperlambat Progresivitas
3) Penilaian terhadap perkembangan visus pada katarak insipien dan imatur
a. Refraksi : dapat berubah sangat cepat, sehingga harus sering dikoreksi.
b. Pengaturan pencahayaan : pasien dengan kekeruhan di bagian perifer lensa (area
pupil masih jernih) dapat diinstruksikan menggunakan pencahayaan yang
terang. Berbeda dengan kekeruhan pada bagian sentral lensa, cahaya remang
yang ditempatkan
c. Penggunaan kacamata gelap : pada pasien dengan kekeruhan lensa di bagian
sentral, hal ini akan memberikan hasil yang baik dan nyaman apabila
beraktivitas diluar ruangan.
d. Midriatil : dilatasi pupil akan memberikan efek positif pada lateral aksial dengan
kekeruhan yang sedikit. Midriatil seperti fenilefrin 5% atau tropikamid 1% dapat
memebrikan penglihatan yang jelas.
Pembedahan Katarak
Indikasi penatalaksanaan bedah pada kasus katarak mencakup :
1) Indikasi visus : merupakan indikasi paling sering.
2) Indikasi medis
3) Indikasi kosmetik
Tindakan operasi katarak merupakan cara yang efektif untuk memperbaiki lensa
mata, tetapi tidak semua kasus katarak memerlukan tindakan operasi. Operasi katarak
perlu dilakukan jika kekeruhan lensa menyebabkan penurunan tajam pengelihatan
sedemikian rupa sehingga mengganggu pekerjaan sehari-hari. Operasi katarak dapat
dipertimbangkan untuk dilakukan jika katarak terjadi berbarengan dengan penyakit
mata lainnya, seperti uveitis yakni adalah peradangan pada uvea. Uvea (disebut juga
saluran uvea) terdiri dari 3 struktur :
• Iris : cincin berwarna yang melingkari pupil yang berwarna hitam.
• Badan silier : otot-otot yang membuat lensa menjadi lebih tebal.
• Koroid : lapisan mata bagian dalam yang membentang dari ujung otot silier ke saraf
optikus di bagian belakang mata.
Sebagian atau seluruh uvea bisa mengalami peradangan. Peradangan yang
terbatas pada iris disebut iritis, jika terbatas pada koroid disebut koroiditis. Juga operasi
katarak akan dilakukan bila berbarengan dengan glaukoma, dan retinopati diabetikum.
Selain itu jika hasil yang didapat setelah operasi jauh lebih menguntungkan
dibandingkan dengan risiko operasi yang mungkin terjadi. Pembedahan lensa dengan
katarak dilakukan bila mengganggu kehidupan social atau atas indikasi medis lainnya.
3. POSTOPERATIF
a) Pengkajian Data Dasar
Kaji terhadap nyeri dan mual.
Dapatkan tanda-tanda vital.
Periksa status tameng/pelindung mata. Disini seharusnya tidak ada drainase
pada tameng.
Kaji tingkat kesadaran.
b) Diagnosa Keperawatan
1. Resiko tinggi terhadap cidera berhubungan dengan kehilangan
penglihatan perifer sementara dan kedalaman persepsi sekunder
terhadap pembedahan mata.
2. Nyeri berhubungan dengan pembedahan mata.
3. Resiko tinggi terhadap kerusakan penatalaksanaan pemeliharaan
dirumah berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang perawatan
diri saat pulang, ketidakadekuatkan sistem pendukung.
c) Intervensi Keperawatan
Resiko tinggi terhadap cidera berhubungan dengan kehilangan penglihatan perifer
sementara dan kedalaman persepsi sekunder terhadap pembedahan mata.
Hasil Pasien : Mendemonstrasikan tidak ada cidera.
Kriteria Evaluasi : Tidak ada memar pada kaki, menyangkal jatuh, tidak ada manifestasi
peningkatan tekanan intraokular atau perdarahan.
Intervensi Rasional
Pertahankan posisi tempat tidur rendah, pagar Beberapa kehilangan kejadian tentang
tempat tidur tinggi, dan bel pemanggil keseimbangan dapat terjadi bila mata ditutup,
disamping tempat tidur. Orientasikan ulang khusunya pada lansia.
pasien terhadap susunan struktur ruangan.
Instruksikan pasien untuk memberi tanda
untuk bantuan bila turun dari tempat tidur
sampai mampu ambulasi tanpa bantuan.
Instruksikan pasien untuk memutar kepala Kehilangan penglihatan perifer bila mata ditutp
dengan lengkap pada sisi yang di operasi bila dengan tameng atau pelindung.
berjalan untuk menjamin jalan bebas.
Pertahankan tameng/pelindung mata terpasang
sesuai arah untuk mencegah cidera kecelakaan
pada mata.
Mulai tindakan-tindakan untuk mencegah Peningkatan TIO meningkatkan nyeri dan
peningkatan TIO : resiko terhadap kerusakan jahitan yang
digunakan pada pembedahan mata.
Pertahankan kepala tempat tidur tinggi
kira-kira 45 derajat untuk 24 jam
pertama.
Ingatkan pasien untuk meghindari
batuk, bersin, membungkuk dengan
kepala lebih rendah dari panggul, dan
mengejan.
Berikan entiemetik sesuai resep untuk
keluhan-keluhan mual.
Berikan pelunak feses yang diresepkan
bila riwayat konstipasi. Biarkan
penggunaan kamar regular daripada
pispot karena menggunakan kamar
mandi mengakibatkan peningkatan TIO
sedikit.
Komplikasi :
Instruksikan pasien untuk menginspkesi
mata setiap hari di depan cermin untuk
tanda-tanda infeksi (atau reaksi imun
tandur bila transplantasi kornea
dilakukan). Hubungi dokter bila
peningkatan kemerahan, bengkak,
iritasi, nyeri atau drainase atau
penurunan penglihatan menetap lebih
dari 24 jam karena temuan-temuan ini
menandakan infeksi atau reaksi imun
tandur kornea dan perlunya perhatian
medis segera.
Hubungi pelayanan sosial atau departemen Departemen ini bertanggung jawab untuk
perencanaan pulang bila pasien tidak dapat kontinuitas perencanaan perawatan untuk
melakukan keterampilan perawatan sendiri dan pasien yang memerlukan bantuan perawatan
tidak terdapat orang terdekat untuk membantu di rumah selama periode pemulihan. Bantuan
pasien. dapat meliputi penempatan sementara pada
fasilitas perawatan tambahan atau kunjungan
rumah oleh perawat.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Katarak merupakan keadaan di mana terjadi kekeruhan pada serabut atau bahan
lensa di dalam kapsul lensa yang menghalangi sinar masuk ke dalam mata. Katarak
disebabkan oleh faktor usia, penyakit (seperti diabetes), cidera mata, obat-obatan, radiasi
dan bisa juga secara kongenitalis, yaitu ditemukan pada bayi ketika lahir. Katarak yang
disebabkan oleh usia disebut katarak senile, katarak ini mempunyai 4 stadium yaitu
insipien, imatur, intumessen, matur dan hipermatur.
Pada penderita katarak penglihatan akan suatu objek benda atau cahaya menjadi
kabur atau buram, bayangan benda terlihat seakan seperti bayangan semu atau seperti
asap, mata juga akan kesulitan melihat ketika malam hari dan terasa sensitif bila terkena
cahaya.
Untuk mengobati katarak dapat dengan terapi pencegahan seperti mengurangi
terpaparnya mata terhadap sinar ultraviolet, menggunakan pelindung mata dari hal yang
berpotensi menyebabkan kerusakan mata, mengobati penyakit-penyakit sistemik yang
menjadi faktor resiko mempercepat terjadinya katarak. Tindakan operasi dapat dilakukan
jika kekeruhan lensa menyebabkan penurunan tajam pengelihatan sedemikian rupa
sehingga mengganggu pekerjaan sehari-hari. Operasi katarak dapat dipertimbangkan
untuk dilakukan jika katarak terjadi berbarengan dengan penyakit mata lainnya, seperti
uveitis.
B. SARAN
Meskipun katarak banyak ditemukan pada pasien usia lanjut dan dapat
disembuhkan dengan operasi namun pencegahan sejak awal saat masih muda menjadi
langkah yang sangat penting untu dilakukan, seperti menghindari paparan asap rokok,
melindungi mata dari sinar UV, melakukan pemeriksaan mata secara teratur,
mengkonsumsi makanan sehat seperti vitamin A, vitamin E, beta karoten dan membatasi
makanan yang banyak mengandung gula. Jika telah mengalami penyakit Diabetes
Mellitus, yang harus diperhatikan adalah diet, olah raga, memonitor gula darah, tekanan
darah, kolesterol dan memakai obat-obatan diabet secara teratur, selain itu juga
memeriksakan matanya secara rutin.
Demikian makalah yang telah penulis buat. Penulis sadar akan banyaknya
kesalahan dan kekurangan sehingga makalah ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu
penulis mangharapkan kritik dan saran agar bisa menjadikan motivasi agar penulisan
makalah kedepan bisa menjadi lebih baik. Akhir kata semoga makalah ini bisa
bermanfaat bagi para pembaca.
DAFTAR PUSTAKA
Librianty, Nurfanida. 2015. Menjadi Dokter Pertama Panduan Mandiri Melacak Penyakit.
Jakarta : Lintas Kata
Nurarif, Amin Huda. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis &
Nanda (North American Nursing Diagnosis Association) Nic-Noc, Panduan Penyusunan
Asuhan Keperawatan Profesional. Yogyakarta : MediaAction
Syaifuddin. 2011. Anatomi Fisiologi Edisi 4. Jakarta : EGC
Muttaqin, Arif dan Kumala Sari. 2009. Asuhan Keperawatan Periopertif Konsep, Proses dan
Komplikasi. Jakarta : Salemba Medika
James, Bruce. Chris, Chew. dkk. 2003. Lecture Notes Oftalmologi Edisi Kesembilan.
Jakarta : Erlangga
Baughman, Diane C dan JoAnn C. Hackley. 2000. Keperawatan Medikal Bedah Buku Saku
dari Brunner & Suddarth. Jakarta : EGC
Ilyas, Sidarta. 2000. Ilmu Penyakit Mata. Jakarta : Balai Penerbit FKUI
Engram, Barbara. 1998. Rencana Asuhan Keperawatan Medikal-Bedah Vol 2. Jakarta : EGC
Hollwich, Fritz. 1993. Oftalmologi Edisi Kedua. Jakarta : Binarupa Aksara
Youngsen, Robert. 1985. Segala Sesuatu Mengenai Mata. Jakarta : Arcan
Aldodokter. 2015. Pengertian Katarak pada Manula. http://www.alodokter.com/katarak-
pada-manula/. Diakses pada 05 Maret 2016 (12.00)
Insurance, Lippo. Katarak. 2016. https://www.lippoinsurance.com/katarak/. Diakses pada 03
Maret 2016 (20.00)
________. 2012. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/26260/4/Chapter
%20II.pdf. Diakses pada 03 Maret 2016 (19.45)