Anda di halaman 1dari 29

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Mata adalah salah satu organ yang penting bagi tubuh manusia. Mata termasuk
alat optik karena di dalamnya terdapat lensa mata yang digunakan untuk menerima
cahaya yang dipantulkan oleh benda-benda yang kita lihat. Organ mata manusia
dipergunakan untuk memberikan informasi pengertian visual. Organ mata akan
merespon sumber cahaya yang masuk dan selanjutnya informasi ini diantar menuju ke
otak untuk dicerna oleh sistem saraf manusia.
Mata dapat mengalami gangguan yang menyebabkan berkurangnya
penglihatan. Salah satunya adalah katarak. Katarak adalah kekeruhan pada lensa mata
yang menyebabkan gangguan penglihatan. Penyakit katarak pada umumnya diderita
oleh mereka yang telah berusia lanjut di atas usia 50 tahun ke atas, namun tak
menutup kemungkinan katarak dapat didera oleh bayi yang baru lahir karena cacat
bawaan, mungkin dikarenakan sang ibu teridentifikasi suatu virus (rubella) di masa
kehamilannya. Selain itu, faktor usia, radiasi dari sinar ultraviolet, kurangnya gizi dan
vitamin serta faktor tingkat kesehatan dan penyakit yang diderita juga dapat memicu
terjadinya penyakit katarak.

B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah :
1. Apa definisi dari katarak ?
2. Apa saja klasifikasi pada penyakit katarak ?
3. Bagaimana anatomi fisiologi mata ?
4. Apa etiologi penyakit katarak ?
5. Bagaimana manifestasi klinis pada orang yang menderita katarak ?
6. Bagaimana patofisiologi penyakit katarak ?
7. Apa saja komplikasi dari penyakit katarak ?
8. Apa saja pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada katarak ?
9. Bagaimana penatalaksanaan pada penyakit katarak ?
10. Apa saja masalah yang lazim muncul pada pasien penderita katarak ?
11. Apa discharge planning pada penderita katarak ?
12. Bagaimana konsep dasar asuhan keperawatan pada pasien katarak ?
C. Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui tentang penyakit
katarak, mengetahui apa definisi dari katarak, apa saja klasifikasi pada penyakit
katarak, bagaimana anatomi fisiologi mata, apa etiologi penyakit katarak, bagaimana
manifestasi klinis pada orang yang menderita katarak, bagaimana patofisiologi
penyakit katarak, apa saja komplikasi dari penyakit katarak, apa saja pemeriksaan
penunjang yang dapat dilakukan pada katarak, bagaimana penatalaksanaan pada
penyakit katarak, apa saja masalah yang lazim muncul pada pasien penderita katarak,
apa discharge planning pada penderita katarak dan bagaimana Asuhan Keperawatan
pada pasien penderita katarak.
BAB II
PEMBAHASAN

A. KONSEP DASAR MEDIS


1. Definisi
Katarak berasal dari bahasa Yunani Katarrhakies. Inggeris Cataract, dan Latin
cataracta yang berarti air terjun. Dalam bahasa Indonesia disebut bular dimana
penglihatan seperti tertutup air terjun akibat lensa yang keruh. Katarak adalah setiap
keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi (penambahan cairan)
lensa, denaturasi protein lensa atau akibat kedua-duanya (Sidarta Ilyas, 2000).
Katarak merupakan keadaan di mana terjadi kekeruhan pada serabut atau bahan
lensa di dalam kapsul lensa. Umumnya terjadi akibat proses penuaan yang terjadi pada
semua orang yang berusia lebih dari 65 tahun. Penyebab terjadinya kekeruhan lensa bisa
disebabkan oleh gangguan perkembangan dan metabolisme dasar lensa atau akibat
sekunder dari tindakan pembedahan lensa, penggunaan kortikosteroid jangka panjang,
dan penyakit lokal ataupun umum (Vaughan, 1999).
Katarak adalah kekeruhan pada lensa mata yang menyebabkan gangguan
penglihatan. Category of Visual Implairment Level of Visual Aculty (Snellen).
Katarak adalah suatu opasifikasi dari lensa yang normalnya transparan seperti
kristal, jernih. Kondisi ini biasanya sebagai akibat dari penuaan namun dapat saja terjadi
saat lahir. Katarak juga dapat berkaitan dengan trauma tumpul atau penetrasi,
penggunaan kortikosteroid jangka panjang, penyakit sistemik seperti diabetes mellitus,
hipoparatiroidisme, pemajanan terhadap radiasi, pemajanan terhadap cahaya yang terang
atau cahaya matahari yang lama (cahaya ultraviolet), atau kelainan mata lainnya
(Brunner & Suddarth, 2000).
Katarak menurut WHO adalah kekeruhan yang terjadi pada lensa mata, yang
menghalangi sinar masuk ke dalam mata. Katarak terjadi karena faktor usia, namun juga
dapat terjadi pada anak-anak yang lahir dengan kondisi tersebut. Katarak juga dapat
terjadi setelah trauma, inflamasi atau penyakit lainnya.
2. Klasifikasi
Berdasarkan usia, katarak diklasifikasikan dalam :
• Katarak congenital, katarak yang sudah terlihat pada usia dibawah 1 tahun
• Katarak juvenile, katarak yang terjadi sesudah usia 1 tahun
• Katarak senilis, katarak yang terjadi setelah usia 50 tahun
Bila mata sehat dan tidak terdapat kelainan sistemik maka hal ini biasanya
terdapat pada hampir semua katarak senilis, katarak herediter dan kongnital.
1) Katarak kongenital :
Katarak kongenital adalah katarak yang mulai terjadi sebelum atau segera
setelah lahir dan bayi berusia kurang dari 1 tahun. Katarak kongenital merupakan
penyebab kebutaan pada bayi yang cukup berarti terutama akibat penanganannya
yang kurang tepat.
Katarak kongenital digolongkan dalam katarak :
• Kapsulolentikuler dimana pada golongan ini termasuk katarak kapsular dan
katarak polaris.
• Katarak lentikular termasuk dalam golongan ini katarak yang mengenai korteks
dan nukleus lensa saja.
Dalam kategori ini termsuk kekeruhan lensa yang timbul sebagai kejadian primer atau
berhubungan dengan penyakit ibu dan janin local atau umum.
Untuk mengetahui penyebab katarak kongenital diperlukan pemeriksaan
riwayat prenatal infeksi ibu seperti rubella pada kehamilan trimester pertama dan
pemakaian obat selama kehamilan. Kadang-kadang pada ibu hamil terdapat riwayat
kejang, tetani, ikterus atau hepatosplenomegali. Bila katarak disertai dengan uji
reduksi pada urin yang positif, mungkin katarak terjadi akibat galaktosemia. Sering
katarak kongenital ditemukan pada bayi premature dan gangguan sistem saraf seperti
retardasi mental.
Pemeriksaan darah pada katarak kongenital perlu dilakukan karena ada
hubungan katarak congenital dengan diabetes mellitus, kalsium dan fosfor. Hampir
50% dari katarak kongenital adalah sporadic dan tidak diketahui penyebabnya.
Penanganan tergantung pada unilateral dan bilateral, adanya kelainan mata
lain, dan saat terjadi katarak. Katarak kongenital prognosisnya kurang memuaskan
karena tergantung pada bentuk katarak dan mungkin sekali pada mata tersebut telah
terjadi ambliopia. Bila tredpat nistagmus maka keadaan ini menunjukkan hal yang
buruk pada katarak kongenital.
Pada katarak kongnital dapat dikenal beberapa bentuk :
• Katarak piramidalis atau Polaris anterior
• Katarak piramidalis atau Polaris posterior
• Katarak zonularis atau lamalaris
• Katarak pungtata dan lain-lain.
Pada pupil mata bayi yang menderita katarak kongenital akan terlihat bercak
putih atau leukokoria. Pada setiap leukokoria diperlukan pemeriksaan yang lebih teliti
untuk menyingkirkan diagnosis banding lainnya. Pemeriksaan leukokoria dilakukan
dengan melebarkan pupil.
Pada katarak kongenital total penyulit yang dapat terjadi adalah macula lutea
yang tidak cukup mendapat rangsangan. Macula ini tidak akan berkembang sempurna
walaupun dilakukan ekstraksi katarak maka visusnya biasanya tidak akan mencapai
5/5. Hal ini disebut ambliopia sensoris (ambyopia ex anopsia). Katarak congenital
dapat menimbulkan komplikasi lain berupa nistagmus dan strabismus.
Katarak kongenital sering ditemukan pada bayi yang dilahirkan oleh ibu-ibu
yang menderita penyakit rubella, galaktosemia, homosisteinuria, inklusi sitomegalik,
diabetes mellitus, hipoparatiroidism, toksoplasmosis, dan histoplasmosis. Penyakit
lain yang menyertai katarak congenital biasanya merupakan penyakit-penyakit
herediter seperti mikroftalmus, aniridia, koloboma iris, karatoknus, iris heterokromia,
lensa ektopik, dysplasia retina, dan megalo kornea.
2) Katarak Juvenil
Katarak yang lembek dan terdapat pada orang muda, yang mulai terbentuknya
pada usia kurang dari 9 tahun dan lebih dari 3 bulan. Katarak juvenile biasanya
merupakan kelanjutan katarak congenital.
Katarak juvenile biasanya merupakan penyulit penyakit sistemik ataupun
metabolic dan penyakit lainnya seperti :
 Katarak metabolik
• Katarak diabetic dan galaktosemia (gula)
• Katarak hipokalsemik (tetanik)
• Katarak defisiensi gizi
• Katarak aminoasiduria (termasuk sindrom lowed an homosistinuria)
• Penyakit Wilson
• Katarak berhubungan dengan kelainan metabolik
 Otot
• Distrofi miotonik (umur 20 sampai 30 tahun)
 Katarak traumatic
 Katarak komplikata
• Kelainan congenital dan hereditary (siklopia, koloboma, mikroftalmia,
aniridia, pembuluh hialoid persisten, heterokromia iridis)
• Katarak degenerative (dengan myopia dan distrofi vitreoretinal), seperti
Wagner dan retinitis pigmentosa, dan neoplasma
• Katarak anoksik
• Toksid (kortikosteroid sistemik atau topical, ergot, naftalein, dinitrofenol,
triparanol [MER-29], antikolinesterase, klorpromazin, miotik, busulfan, dan
besi)
• Katarak radiasi
3) Katarak senile
Katarak senile adalah semua kekeruhan lensa yang terdapat pada usia
lanjut, yaitu usia di atas 50 tahun. Penyebabnya sampai sekarang tidak diketahui
secara pasti.
Perubahan lensa pada usia lanjut:
 Kapsul
• Menebal dan kurang elastic (1/4 diabnding anak)
• Mulai presbiopia
• Bentuk lamel kapsul berkurang atau kabur
• Terlihat bahan granular
 Epitel – makin tipis
• Sel epitel (germinatif) pada ekuator bertambah besar dan berat
• Bengkak dan vakuolisasi mitokondria yang nyata
 Serat lensa
• Lebih irregular
• Pada korteks jelas kerusakan serat sel
• Brown sclerotic nucleus, sinar ultraviolet lama kelamaan merubah protein
nucleus (histidin, triptofan, metionin, sistein, dan tirosin) lensa, sedang
warna coklat protein lensa nukleus mengandung histidin dan triptofan
disbanding normal.
• Korteks tidak berwarna karena:
 Kadar a. askorbat tinggi dan menghalangi fotooksidasi
 Sinar tidak banyak mengubah protein pada serat muda
Kekeruhan lensa dengan nucleus yang mengeras akibat usia lanjut yang
biasanya mulai terjadi pada usia lebih dari 60 tahun.
Pada katarak senile sebaiknya disingkirkan penyakit mata local dan
penyakit sistemik seperti diabetes mellitus yang dapat menimbulkan katarak
komplikata. Katarak secara klinik dikenal dalam 4 stadium yaitu insipien, imatur,
intumessen, matur dan hipermatur.
Perbedaan stadium katarak senile :
In Imat M Hipe
sipien ur atur rmatur
Kek Ri Seba Se Masi
eruhan ngan gian luruh f
Berk
Bert
Cair N N urang
ambah
an lensa ormal ormal (air+masa
(masuk)
lensa keluar)
N Terd N Trem
Iris
ormal orong ormal ulans
Bilik N Dan N Dala
mata depan ormal gkal ormal m
Sudu N Sem N Terb
t bilik mata ormal pit ormal uka
Shad Ne Posit N Pseu
ow test gatif if egatif dopos
Uveit
Peny Glau
– – is +
ulit koma
glaukoma

a) Katarak Insipien
Pada stadium ini akan terlihat hal-hal berikut :
Kekeruhan mulai dari tepi ekuator berbentuk jeriji menuju korteks anterior dan
posterior (katarak kortikal). Vakuol mulai terlihat didalam korteks.
Katarak subkapsular posterior, kekeruhan mulai terlihat anterior subkapsular
posterior, celah terbentuk antara serat lensa dan korteks berisi jaringan degenaratif (benda
morgagni) pada katarak insipien.
Kekeruhan ini dapat menimbulkan poliopia oleh karena indeks refraksi yang
tidak sama pada semua bagian lensa. Bentuk ini kadang-kadang menetap untuk waktu
yang lama.
a) Katarak Intumessen
Kekeruhan lensa disertai pembengkakan lensa akibat yang degenerative
menyerap air. Masuknya air ke dalam celah lensa mengakibatkan lensa menjadi
bengkak dan besar yang akan mendorong iris sehingga bilik mata menjadi dangkal
dibanding dengan keadaan normal. Pencembungan lensa ini akan dapat memberikan
penyulit glaucoma. Katarak intumessen biasanya terjadi pada katarak yang berjalan
cepat dan mengakibatkan myopia lentikular. Pada keadaan ini dapat terjadi hidrasi
korteks hingga lensa akan mencembung dan daya biasnya akan bertambah yang akan
memberikan miopisasi.
Pada pemeriksaan slitlamp terlihat vakuol pada lensa disertai peregangan jarak
lamel serat lensa.
b) Katarak Imatur
Sebagian lensa keruh atau katarak. Katarak yang belum mengenai seluruh lapis
lensa. Pada katarak imatur akan dapat bertambah volume lensa akibat meningkatnya
tekanan osmotik bahan lensa yang degenerative. Pada keadaan lensa mencembung
akan dapat menimbulkan hambatan pupil, sehingga terjadi glaucoma sekunder.
c) Katarak Matur
Pada katarak matur kekeruhan telah mengenai seluruh masa lensa. Kekeruhan
ini bisa terjadi akibat deposisi ion Ca yang menyeluruh. Bila katarak imatur atau
intumessen tidak dikeluarkan maka cairan lensa akan keluar sehingga lensa kembali
pada ukuran yang normal. Akan terjadi kekeruhan seluruh lensa yang bila lama akan
mengakibatkan kelsifikasi lensa. Bilik mata depan akan berukuran kedalaman normal
kembali, tidak terdapat bayangan iris pada lensa yang keruh, sehingga uji bayangan
iris negative.
d) Katarak Hipermatur
Katarak hipermatur, katarak yang mengalami proses degenerasi lanjut, dapat
menjadi keras atau lembek dan mencair.
Masa lensa yang berdegenerasi keluar dari kapsul lensa sehingga lensa menjadi
mengecil, berwarna kuning dan kering. Pada pemeriksaan terlihat bilik mata dalam
dan lipatan kapsul lensa. Kadang-kadang pengkerutan berjalan terus sehingga
hubungan dengan zonula zinn menjadi kendor. Bila proses katarak berjalan lanjut
disertai dengan kapsul yang tebal maka korteks akan memperlihatkan bentuk menjadi
sekantong susu disertai dengan nucleus yang terbenam didalam korteks lensa karena
lebih berat. Keadaan ini disebut sebagai katarak morgagni.

3. Anatomi Fisiologi
Mata adalah organ sensorik kompleks yang mempunyai fungsi optikal untuk
melihat dan saraf untuk transduksi (mengubah bentuk energi ke bentuk lain ) bentuk
sinar. Aparatus optikus mata membentuk dan mempertahankan ketajaman fokus objek
dalam retina. Fotoreseptor dalam retina mengubah rangsangan sinar ke dalam bentuk
sinyal saraf kemudian mentransmisikan ke pusat visual di otak melalui elemen saraf
integratif.
Katarak adalah kekeruhan pada lensa mata yang menyebabkan gangguan
penglihatan. Lensa adalah struktur cembung ganda yang tergantung diantara humor
aqueus dan vitreus, berfungsi membantu memfokuskan cahaya ke retina. Lensa tidak
mempunyai suplai darah atau inervasi setelah perkembangan fetal dan ini semua
tergantung sepenuhnya pada humor akuos untuk fungsi metabolisme dan pembuangan.
Lensa terletak dibelakang iris dan dianterior dari korpus vitreous. Lensa ditopang oleh
zonula Zinii, yang terdiri atas serabut-serabut kuat yang melekat ke korpus siliaris.
Bagian lensa terdiri atas kapsul, epithelium lensa, korteks dan nukleus.
Secara fisiologik lensa mempunyai sifat tertentu yaitu :
• Kenyal atau lentur karena memegang peranan penting dalam akomodasi untuk
menjadi cembung
• Jernih atau transparan karena diperlukan sebagai media penglihatan
• Terletak ditempatnya

Keadaan patologik lensa adalah :


• Tidak kenyal pada orang dewasa yang akan mengakibatkan presbiopia
• Keruh atau apa yang disebut katarak
• Tidak berada pada tempatnya atau apa yang disebut subluksasi dan dislokasi

Struktur Mata Beserta Fisiologisnya :


• Sklera (bagian putih mata) : merupakan lapisan luar mata yang berwarna putih dan
relatif kuat.
• Konjungtiva : selaput tipis yang melapisi bagian dalam kelopak mata dan bagian luar
sklera.
• Kornea : struktur transparan yang menyerupai kubah, merupakan pembungkus dari
iris, pupil dan bilik anterior serta membantu memfokuskan cahaya.
• Pupil : daerah hitam di tengah-tengah iris.
• Iris : jaringan berwarna yang berbentuk cincin, menggantung di belakang kornea dan
di depan lensa; berfungsi mengatur jumlah cahaya yang masuk ke mata dengan cara
merubah ukuran pupil.
• Lensa : struktur cembung ganda yang tergantung diantara humor aqueus dan vitreus;
berfungsi membantu memfokuskan cahaya ke retina.
• Retina : lapisan jaringan peka cahaya yang terletak di bagian belakang bola mata;
berfungsi mengirimkan pesan visuil melalui saraf optikus ke otak.
• Saraf optikus : kumpulan jutaan serat saraf yang membawa pesan visual dari retina ke
otak.
• Humor aqueus : cairan jernih dan encer yang mengalir diantara lensa dan kornea
(mengisi segmen anterior mata), serta merupakan sumber makanan bagi lensa dan
kornea; dihasilkan oleh prosesus siliaris.
• Humor vitreus : gel transparan yang terdapat di belakang lensa dan di depan retina
(mengisi segmen posterior mata).
Cahaya yang masuk melalui kornea diteruskan ke pupil. Iris mengatur jumlah
cahaya yang masuk dengan cara membuka dan menutup, seperti halnya celah pada
lensa kamera. Jika lingkungan di sekitar gelap, maka cahaya yang masuk akan lebih
banyak, jika lingkungan di sekitar terang, maka cahaya yang masuk menjadi lebih
sedikit. Ukuran pupil dikontrol oleh otot sfingter pupil, yang membuka dan menutup
iris.
Lensa terdapat di belakang iris. Dengan merubah bentuknya, lensa memfokuskan
cahaya ke retina. Jika mata memfokuskan pada objek yang dekat, maka otot silier akan
berkontraksi, sehingga lensa menjadi lebih tebal dan lebih kuat. Jika mata
memfokuskan pada objek yang jauh, maka otot silier akan mengendur dan lensa
menjadi lebih tipis dan lebih lemah. Sejalan dengan pertambahan usia, lensa menjadi
kurang lentur, kemampuannya untuk menebal menjadi berkurang sehingga
kemampuannya untuk memfokuskan objek yang dekat juga berkurang. Keadaan ini
disebut presbiopia.
Retina mengandung saraf-saraf cahaya dan pembuluh darah. Bagian retina yang
paling sensitif adalah makula, yang memiliki ratusan ujung saraf. Banyaknya ujung
saraf ini menyebabkan gambaran visual yang tajam. Retina mengubah gambaran
tersebut menjadi gelombang listrik yang oleh saraf optikus dibawa ke otak.
Saraf optikus menghubungkan retina dengan cara membelah jalurnya. Sebagian
serat saraf menyilang ke sisi yang berlawanan pada kiasma optikus (suatu daerah yang
berada tepat di bawah otak bagian depan). Kemudian sebelum sampai ke otak bagian
belakang, berkas saraf tersebut akan bergabung kembali.

Bola mata terbagi menjadi 2 bagian, masing-masing terisi oleh cairan:


1) Segmen anterior : mulai dari kornea sampai lensa, berisi humor aqueus yang
merupakan sumber energi bagi struktur mata di dalamnya. Segmen anterior sendiri
terbagi menjadi 2 bagian (bilik anterior : mulai dari kornea sampai iris, dan bilik
posterior : mulai dari iris sampai lensa). Dalam keadaan normal, humor aqueus
dihasilkan di bilik posterior, lalu melewati pupil masuk ke bilik anterior kemudian
keluar dari bola mata melalui saluran yang terletak ujung iris.
2) Segmen posterior : mulai dari tepi lensa bagian belakang sampai ke retina, berisi
humor vitreus yang membantu menjaga bentuk bola mata.

Mata mempunyai otot, saraf serta pembuluh darah. Beberapa otot bekerja sama
menggerakkan mata. Setiap otot dirangsang oleh saraf kranial tertentu. Tulang orbita
yang melindungi mata juga mengandung berbagai saraf lainnya, yaitu :
• Saraf optikus membawa gelombang saraf yang dihasilkan di dalam retina ke otak
• Saraf lakrimalis merangsang pembentukan air mata oleh kelenjar air mata
• Saraf lainnya menghantarkan sensasi ke bagian mata yang lain dan merangsang otot
pada tulang orbita.

Arteri oftalmika dan arteri retinalis menyalurkan darah ke mata kiri dan mata
kanan, sedangkan darah dari mata dibawa oleh vena oftalmika dan vena retinalis.
Pembuluh darah ini masuk dan keluar melalui mata bagian belakang.

Struktur Pelindung Mata


Struktur di sekitar mata melindungi dan memungkinkan mata bergerak secara
bebas ke segala arah. Struktur tersebut melindungi mata terhadap debu, angin, bakteri,
virus, jamur dan bahan-bahan berbahaya lainnya, tetapi juga memungkinkan mata tetap
terbuka sehingga cahaya masih bisa masuk. adapun struktur pelindung mata, meliputi :
• Orbita
Orbita adalah rongga bertulang yang mengandung bola mata, otot-otot, saraf,
pembuluh darah, lemak dan struktur yang menghasilkan dan mengalirkan air mata.
• Kelopak Mata
Kelopak mata merupakan lipatan kulit tipis yang melindungi mata. Kelopak mata
secara refleks segera menutup untuk melindungi mata dari benda asing, angin, debu
dan cahaya yang sangat terang. Ketika berkedip, kelopak mata membantu
menyebarkan cairan ke seluruh permukaan mata dan ketika tertutup, kelopak mata
mempertahankan kelembaban permukaan mata. Tanpa kelembaban tersebut, kornea
bisa menjadi kering, terluka dan tidak tembus cahaya. Bagian dalam kelopak mata
adalah selaput tipis (konjungtiva) yang juga membungkus permukaan mata.
• Bulu mata
Bulu Mata merupakan rambut pendek yang tumbuh di ujung kelopak mata dan
berfungsi membantu melindungi mata dengan bertindak sebagai barrier (penghalang).
Kelenjar kecil di ujung kelopak mata menghasilkan bahan berminyak yang mencegah
penguapan air mata.
• Kelenjar lakrimalis
Kelenjar Lakrimalis terletak di puncak tepi luar dari mata kiri dan kanan dan
menghasilkan air mata yang encer. Air mata mengalir dari mata ke dalam hidung
melalui 2 duktus lakrimalis; setiap duktus memiliki lubang di ujung kelopak mata atas
dan bawah, di dekat hidung. Air mata berfungsi menjaga kelembaban dan kesehatan
mata, juga menjerat dan membuang partikel-partikel kecil yang masuk ke mata.
Selain itu, air mata kaya akan antibodi yang membantu mencegah terjadinya infeksi.

4. Etiologi
Penyebab sistemik katarak adalah diabetes, kelainan metabolik lain (termasuk
galaktosemia, penyakit fabry, hipokalsemia), cedera mata, obat-obatan sistemik
(terutama steroid, klorpomazin), infeksi (rubella konginetal), distrofi miotonik,
dermatitis atopik, sindrom sistemik (down, lowe), , konginetal, termasuk katarak
turunan, radiasi sinar x.
Pada banyak kasus, penyebabnya tidak diketahui. Katarak biasanya terjadi pada
usia lanjut dan bisa diturunkan. Pembentukan katarak dipercepat oleh faktor
lingkungan, seperti merokok atau bahan beracun lainnya. Katarak bisa disebabkan oleh
: cidera mata penyakit metabolik (misalnya diabetes) obat-obat tertentu (misalnya
kortikosteroid).
Katarak kongenitalis adalah katarak yang ditemukan pada bayi ketika lahir (atau
beberapa saat kemudian). Katarak kongenitalis bisa merupakan penyakit keturunan
(diwariskan secara autosomal dominan) atau bisa disebabkan oleh :
• Infeksi nosokomial, seperti campak jerman
• Berhubungan dengan penyakit metabolik, seperti galaktosemia.

Faktor resiko terjadinya katarak kongenitalis adalah :


• Penyakit metabolik yang diturunkan
• Riwayat katarak dalam keluarga
• Infeksi virus pada ibu ketika bayi masih dalam kandungan
Katarak pada dewasa biasanya berhubungan dengan proses penuaan. Katarak
pada dewasa dikelompokkan menjadi :
• Katarak immatur : lensa masih memiliki bagian yang jernih
• Katarak matur : lensa sudah seluruhnya keruh
• Katarak hipermatur : bagian permukaan lensa yang sudah merembes melalui kapsul
lensa dan bisa menyebabkan peradangan pada struktur mata lainnya.
Banyak penderita katarak yang hanya mengalami gangguan penglihatan yang
ringan dan tidak sadar bahwa mereka menderita katarak. Faktor yang mempengaruhi
terjadinya katarak adalah :
- Kadar kalsium darah yang rendah
- Diabetes
- Pemakaian kortikosteroid jangka panjang
- Berbagai penyakit peradangan dan penyakit metabolic
- Faktor lingkungan (trauma, penyinaran, sinar ultraviolet)
5. Manifestasi Klinis
1) Penglihatan akan suatu objek benda atau cahaya menjadi kabur, buram. Bayangan
benda terlihat seakan seperti bayangan semu atau seperti asap.
2) Kesulitan melihat ketika malam hari.
3) Mata terasa sensitif bila terkena cahaya.
4) Bayangan cahaya yang ditangkap seperti sebuah lingkaran.
5) Membutuhkan pasokan cahaya yang cukup terang untuk membaca atau beraktifitas
lainnya.
6) Sering mengganti kacamata atau lensa kontak karena merasa sudah tidak nyaman
menggunakannya.
7) Warna cahaya memudar dan cenderung beubah warna saat melihat, misalnya cahaya
putih yang ditangkap menjadi cahaya kuning.
8) Jika melihat hanya dengan satu mata, bayangan benda atau cahaya terlihat ganda.
Pada beberapa pasien tajam penglihatan yang diukur di ruangan gelap mungkin
tampak memuaskan, sementara bila tes tersebut dilakukan dalam keadaan terang maka
tajam penglihatan akan menurun sebagai akibat dari rasa silau dan hilangnya kontras.
Katarak terlihat hitam terhadap refleks fundus ketika mata diperiksa dengan
oftalmoskopi direk. Pemeriksaan slit lamp memungkinkan pemeriksaan katarak secara
rinci dan identifikasi lokasi opasitas dengan tepat. Katarak terkait usia biasanya terletak
didaerah nukleus, korteks, atau subkapsular. Katarak terinduksi steroid umumnya
terletak di subkapsular posterior. Tampilan lain yang menandakan penyebab okular
katarak dapat ditemukan , sebagai contoh deposisi pigmen pada lensa menunjukkan
inflamasi sebelumnya atau kerusakan iris menandakan trauma mata sebelumnya.
6. Patofisiologi
Katarak

Usia : penuaan Penyakit sistemik : DM

Lensa secara bertahap Korteks memproduksi Kadar glukosa darah Ketidak seimbangan
kehilangan air serat lensa baru meningkat metabolisme protein mata

Metabolit larut air Serat lensa ditekan Serbitol menetap di dalam Protein dalam serabut-
dengan BM rendah menuju sentral lensa serabut lensa dibawah
masuk ke sel pada kapsul mengalami deturasi
nucleus lensa
Distensi lensa
Protein lensa berkoagulasi
Kortek lensa > terhidrasi
daripada nucleus lensa Hilangnya transparansi
lensa

Lensa menjadi cembung Kekeruhan lensa Mata buram seperti


iris terdorong ke depan kaca susu

Sinar terpantul kembali Blocking sinar yang


Sudut bilik mata depan masuk kornea
sempit
Bayangan tidak sampai
keretina Bayangan semu yang
Aliran COA tak lancar sampai keretina

Bayangan > jelas pada


TIO meningkat malam hari Otak mempresentasikan
sebagai bayangan berkabut
Komplikasi glaukoma Ketakutan

Gangguan sensori Pandangan kabur


Resiko cidera perceptual (visual)
Resiko infeksi

Membentuk daerah keruh Protein lensa terputus disertai


Daya akomodasi lensa terganggu menggantikan serabut-serabut protein dengan influx air kelensa

Pupil kontriksi
Mata berair Serabut lensa yang tegang menjadi patah

Sinar tidak tertampung banyak


pada siang hari Transmisi sinar terganggu

Blurres vision Menghambat jalan cahaya keretina

Pandangan > jelas Pandangan berkabut


malam hari
7. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada katarak tergantung stadiumnya. Pada
stadium imatur dapat terjadi glaukoma sekunder akibat lensa yang mencembung,
sehinnga mendorong iris dan terjadi blokade aliran aqueus humor. Sedangkan pada
stadium hipermatur dapat terjadi glaukoma sekunder akibat penymbatan kanal aliran
aquous humor oleh masa lensa yang lisis, dan dapat juga terjadi uveitis fakotoksi.
Komplikasi juga dapat diakibatkan pasca operasi katarak, seperti ablasio retina,
astigmatisma, uveitis, endoftalmitis, glaukoma dan pendarahan.

8. Pemeriksaan Penunjang
1) Kartu mata snellen / mesin telebinokuler : mungkin terganggu dengan kerusakan
kornea, lensa,akueus/vitreus humor, kesalahan refraksi, penyakit sistem saraf,
penglihatan retina.
2) Lapang penglihatan : penurunan mungkin karena massa tumor, karotis, glukoma.
3) Pengukuran Tonografi : TIO (12-25 mmHg)
4) Pengukuran Gonioskopi membedakan sudut terbuka dari sudut tertutup glukoma.
5) Tes Provokatif : menentukan adanya / tipe glukoma.
6) Oftalmoskopi : mengkaji struktur internal okuler, atrofi lempeng optik, papiledema,
perdarahan.
7) Darah lengkap, LED : menunjukkan anemi sistemik/ infeksi.
8) EKG, kolesterol serum, lipid, tes toleransi glukosa : kontrol DM.

9. Penatalaksaan
Meski telah banyak usaha yang dilakukan untuk memperlambat progresivitas
atau mencegah terjadinya katarak, tatalaksana masih tetap dengan pembedahan.
(Vaughan DG & Arif, Mansjoer)
Penatalaksanaan Non-Bedah
1) Terapi Penyebab Katarak
Pengontrolan diabetes mellitus, menghentikan konsumsi obat-obatan yang bersifat
kataraktogenik seperti kortikosteroid, fenotiasin, dan miotik kuat, menghindari
iradiasi (inframerah atau sinar-X) dapat memperlambat atau mencegah terjadinya
proses kataraktogenesis.
2) Memperlambat Progresivitas
3) Penilaian terhadap perkembangan visus pada katarak insipien dan imatur
a. Refraksi : dapat berubah sangat cepat, sehingga harus sering dikoreksi.
b. Pengaturan pencahayaan : pasien dengan kekeruhan di bagian perifer lensa (area
pupil masih jernih) dapat diinstruksikan menggunakan pencahayaan yang
terang. Berbeda dengan kekeruhan pada bagian sentral lensa, cahaya remang
yang ditempatkan
c. Penggunaan kacamata gelap : pada pasien dengan kekeruhan lensa di bagian
sentral, hal ini akan memberikan hasil yang baik dan nyaman apabila
beraktivitas diluar ruangan.
d. Midriatil : dilatasi pupil akan memberikan efek positif pada lateral aksial dengan
kekeruhan yang sedikit. Midriatil seperti fenilefrin 5% atau tropikamid 1% dapat
memebrikan penglihatan yang jelas.

Pembedahan Katarak
Indikasi penatalaksanaan bedah pada kasus katarak mencakup :
1) Indikasi visus : merupakan indikasi paling sering.
2) Indikasi medis
3) Indikasi kosmetik
Tindakan operasi katarak merupakan cara yang efektif untuk memperbaiki lensa
mata, tetapi tidak semua kasus katarak memerlukan tindakan operasi. Operasi katarak
perlu dilakukan jika kekeruhan lensa menyebabkan penurunan tajam pengelihatan
sedemikian rupa sehingga mengganggu pekerjaan sehari-hari. Operasi katarak dapat
dipertimbangkan untuk dilakukan jika katarak terjadi berbarengan dengan penyakit
mata lainnya, seperti uveitis yakni adalah peradangan pada uvea. Uvea (disebut juga
saluran uvea) terdiri dari 3 struktur :
• Iris : cincin berwarna yang melingkari pupil yang berwarna hitam.
• Badan silier : otot-otot yang membuat lensa menjadi lebih tebal.
• Koroid : lapisan mata bagian dalam yang membentang dari ujung otot silier ke saraf
optikus di bagian belakang mata.
Sebagian atau seluruh uvea bisa mengalami peradangan. Peradangan yang
terbatas pada iris disebut iritis, jika terbatas pada koroid disebut koroiditis. Juga operasi
katarak akan dilakukan bila berbarengan dengan glaukoma, dan retinopati diabetikum.
Selain itu jika hasil yang didapat setelah operasi jauh lebih menguntungkan
dibandingkan dengan risiko operasi yang mungkin terjadi. Pembedahan lensa dengan
katarak dilakukan bila mengganggu kehidupan social atau atas indikasi medis lainnya.

10. Masalah yang Lazim Muncul


1) Ketakutan b.d kehilangan pandangan komplet, jadwal pembedahan, atau
ketidakmampuan mendapatkan pandangan.
2) Resiko infeksi b.d pertahanan primer dan prosedur invasif (bedah pengangkatan
katarak).
3) Resiko cidera b.d peningkatan tekanan intra orbital.
4) Resiko jatuh.
5) Defisiensi pengetahuan b.d terbatasnya informasi atau kesalahan interpretasi
informasi yang sudah didapat sebelumnya.

11. Discharge Planning


1) Jelaskan tentang mata dan peran lensa bagi penglihatan.
2) Lakukan pemeriksaan rutin pre operasi.
3) Pahami tentang katarak, kejadian pre dan post operasi.
4) Aktivitas yang perlu diperhatikan setelah dioperasi yaitu berbaring pada sisi yang
dioperasi, membungkuk melewati pinggang, mengangkat benda yang beratnya
melebihi 10kg, mengedan selama defekasi karena pembatasan tersebut diperlukan
untuk mengurangi gerakan mata dan mencegah peningkatan tekanan okuler.
5) Pelajari cara menjaga hygiene mata (membuang drainase yang mengeras dengan
menyeka kelopak mata yang terpejam menggunakan bola kapas yang dilembabkan
dengan larutan irigasi mata), dan tidak menekan mata bila merawat mata.
A. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN KATARAK
1. PRAOPERATIF
a) Pengkajian
Pengkajian difokuskan pada optimalisasi pembedahan laser oftalmologi.
Pengkajian riwayat kesehatan diperlukan untuk menghindari komplikasi pada
intraoperatif dan pascaoperatif. Pasien yang mempunyai riwayat peningkatan kadar
glukosa darah dan hipertensi harus dikoreksi dahulu sebelum pembedahan. Kaji
adanya riwayat alergi obat-obatan.
Pengkajian anamnesis yang lazim ditemukan meliputi keluhan penurunan
pandangan bertahap dan tidak nyeri, pandangan kabur, berkabut, pandangan ganda,
kesulitan memfokuskan kerja dengan dekat, atau merasa di ruang gelap. Pasien juga
melaporkan melihat glare/halo di sekitar sinar lampu saat berkendaraan di malam
hari, kesulitan dengan pandangan malam, kesulitan untuk membaca, dan perubahan
kaca mata atau pengobatan tidak mmperbaiki penglihatan.
Pemeriksaan TTV dilakukan terutama pada pasien praoperatif. Pemeriksaan
oftalmologik didapatkan pupil nampak kecokelatan atau putih susu dan peningkatan
air mata.
Pengkajian data dasar periode praoperasi :
 Pemeriksaan fisik berdasarkan pengkajian data umum (Apendiks H) untuk
membuat nilai-nilai dasar.
 Kaji tanda-tanda vital.
 Kaji pemahaman tentang kejadian-kejadian praoperasi dan pascaoperasi untuk
pembedahan mata.
 Kaji kemampuan untuk pemberian sendiri obat-obatan mata. Bila pasien tidak
memberikan sendiri obat mata, tanyakan tentang keberadaan seseorang untuk
memberikan bantuan dalam penetesan obat mata di rumah.
 Kaji terhadap adanya masalah-masalah kesehatan yang menyertai, obat-obatan
yang digunakan bersama, masalah-masalah dengan konstipasi, dan batuk atau
bersin.
 Tanyakan tentang ketersediaan pengemudi untuk memberikan transportasi ke
rumah pascaoperasi.
 Kaji alergi obat, khususnya obat-obatan sulfa. Agen sulfa secara umum
diresepkan sebagai profilaksis terhadap infeksi.
b) Diagnosis Keperawatan Prabedah
1. Gangguan sensori visual berhubungan dengan gangguan penerimaan sensori
atau transmisi.
2. Kecemasan berhubungan dengan prosedur pembedahan dan kemungkinan
hilang pandangan.
3. Kurang pengetahuan tentang kondisi, pembedahan, perawatan pra dan
pascaoperasi, perawatan diri di rumah berhubungan dengan kurang terpapar
akan informasi.
c) Intervensi Keperawatan
Gangguan sensori visual berhubungan dengan gangguan penerimaan sensori atau transmisi
Tujuan : Gangguan sensori dirasakan minimal.
Kriteria hasil : Pasien memahami bahwa gangguan persepsi sensori normal akan terjadi.
Intervensi Rasional
Kaji dan dokumentasikan ketajaman penglihatan Menentukan seberapa bagus visus pasien.
(visus) dasar.
Orientasikan pasien akan lingkungan fisik Memberikan data dasar tentang pandangan
sekitarnya, bunyi dan pendengarannya. akurat pasien dan bagaimana hal tersebut
memengaruhi perawatan.
Pendekatan pada sisi yang tidak dioperasi. Bantuan orientasi.
Jelaskan bahwa pandangan tidak akan normal Meningkatkan kesadaran akan gangguan
sampai luka sembuh dan bila perlu sensori yang terjadi.
menggunakan kacamata.
Cegah sinar yang menyilaukan. Mencegah distres dari sinar yang menyilaukan.
Optimalisasi lingkungan untuk meminimalkan Pengaturan posisi tempat tidur berada dalam
risiko cidera. posisi rendah dan pasang pengaman tempat
tidur. Menyingkirkan benda-benda yang mudah
jatuh pada area yang dilewati pasien untuk
ambulasi dan meletakkan bel pemanggil, tisu,
telepon, atau pengontrol di tempat yang mudah
dijangkau.

Kecemasan berhubungan dengan prosedur pembedahan dan kemungkinan hilang


penglihatan
Tujuan : Gangguan sensori dirasakan minimal.
Kriteria Hasil :
 Tanda-tanda cemas berkurang.
 Mengungkap perasaan secara verbal dan rileks.
Intervensi Rasional
Berikan pasien suatu kemungkinan untuk Memberitahukan bisa membantu mengurangi
mengeplorasikan perhatian tentang kecemasan dan mengidentifikasi ketakutan
kemungkinan hilangnya penglihatan. spesifik.
Eksplorasi pemahaman tentang katarak, Informasi mengurangi ketidakpastian dan
kejadian pra dan pasca operasi, koreksi membantu pasien meningkatkan kontrol dan
beberapa kesalahpahaman, dan jawab merasa kemasan berkurang.
pertanyaan dengan sabar.

Kurang pengetahuan tentang kondisi, pembedahan, perawatan pra dan pascaoperasi,


perawatan diri di rumah berhubungan dengan kurang terpapar akan informasi
Tujuan : Pengetahuan pasien akan meningkat.
Kriteria Hasil :
 Pasien mampu menjelaskan katarak dan gejala-gejala dasar.
 Pasien mampu menjelaskan perawatan pra dan pascaoperasi serta perawatan diri dirumah.
Intervensi Rasional
Jelaskan tentang mata dan peran lensa bagi Meningkatkan pemahaman dan kerja sama pasien.
penglihatan.
Jelaskan pada pasien dan keluarga tentang Pasien dan anggota keluarga harus dipersiapkan
pelaksanaan operasi. untuk prosedur ini dengan memberikan informasi
mengenai yang mungkin akan dialami sebelum
dan setelah pembedahan laser. Kebanyakan orang
takut terhadap laser, dan ansietas ini dapat
mengakibatkan agitasi, gerakan, atau sinkop
selama prosedur dilaksanakan. Pasien harus diberi
informasi bahwa akan diberi tetes anestesi
sebelum tindakan, bahwa merekaakan didudukkan
dengan nyaman dengan kepala diposisikan pada
penyangga kepala, dan ahli bedah akan
menstabilisasi mata. Mereka harus diberi tahu
akan terasa kesemutan, kilatan cahaya, dan suara
berdenting logam setiap kali pemberian. Pasien
diberi informasi untuk segera memberi tahu ahli
bedah bila mereka merasa akan pingsan.
Jelaskan kepada pasien aktivitas yang boleh Kegiatan-kegiatan yang bisa meningkatkan TIO
dilakukan pasca operasi. dapat dihindari. Pascaoperasi pasien kemungkinan
akan mengalami penglihatan yang kabur sekitar 1
jam dan sedikit rasa tak nyaman. Maka, harus
direncanakan bagaimana transportasi ke rumah.
Pasien mungkin merasakan nyeri tumpul pada
mata. Nyeri kepala pascaoperasi dapat dikurangi
dengan acetaminophen. Biasanya tak ada
pantangan diet maupun aktivitas.
Demonstrasikan teknik membersihkan mata, Tekhnik yang baik mengurangi resiko penyebaran
yaitu dari kantus dalam ke luar menggunakan bakteri di mata.
kapas bersih.
Anjurkan pasien untuk segera lapor dokter Memerlukan penanganan yang segera.
bila ada keluhan-keluhan.

2. INTRAOPERATIF (DI KAMAR OPERASI)


a) Pengkajian
Pengkajian intraoperatif ekstraksi katarak secara ringkas dilakukan pada hal-
hal yang berhubungan dengan pembedahan. Pengkajian ringkas tersebut adalah
sebagai berikut :
 Validasi identitas dan prosedur jenis pembedahan yang akan dilakukan.
 Kelengkapan pembedahan, meliputi adanya lensa intraokulus, dan sarana
pembedahan seperti benang, cairan intravena, dan obat antibiotik profilaksis
sesuai dengan kebijakan institusi.
b) Diagnosis Keperawatan
Diagnosis intraoperatif ekstraksi katarak yang lazim adalah sebagai berikut :
1. Resiko cedera berhubungan dengan trauma prosedur pembedahan.
2. Resiko infeksi berhubungan dengan adanya port de entrée luka pembedahan.
c) Intervensi Keperawatan
Tujuan utama asuhan keperawatan pada jenis pembedahan ekstraksi katarak
adalah menurunkan resiko cedera, pencegahan kontaminasi introperatif, dan
optimalisasi hasil pembedahan. Kriteria yang diharapkan meliputi : pada saat masuk
ruang pemulihan kondisi TTV dalam batas normal, tidak terdapat adanya cidera
sekunder dari trauma prosedur bedah, dan luka pascabedah tertutup kasa.
Rencana yang disusun dan akan dilaksanakan baik pada risiko cedera maupun
risiko infeksi adalah sebagai berikut :
Intervensi Rasional
Kaji ulang identitas pasien. Perawat ruang operasi memeriksa kembali
identitas dan kardeks pasien. Lihat kembali
lembar persetujuan tindakan, riwayat
kesehatan, hasil pemeriksaan fisik, dan
berbagai hasil pemeriksaan diagnostik.
Pastikan bahwa alat protese dan barang
berharga telah dilepas dan periksa kembali
rencana perawatan praoperatif yang berkaitan
dengan rencana perawatan intraoperatif.
Siapkan sarana scrub Sarana scrub, meliputi cairan antiseptik cuci
tangan pada tempatnya, gaun (terdiri dari gaun
kedap air dan baju bedah steril), duk penutup,
dan duk berlubang dalam kondisi lengkap dan
siap pakai.
Siapkan instrumensasi bedah ekstraksi katarak Manajemen instrumen dilakukan perawat
instrumen sebelum pembedahan. Perawat
instrumen bertanggung jawab terhadap
kelengkapan instrumen bedah ekstraksi katarak
dan sebagai antisipasi diperlukan instrumen
cadangan dalam suatu tromol steril yang akan
memudahkan pengambilan apabila diperlukan
tambahan alat instrumen.

3. POSTOPERATIF
a) Pengkajian Data Dasar
 Kaji terhadap nyeri dan mual.
 Dapatkan tanda-tanda vital.
 Periksa status tameng/pelindung mata. Disini seharusnya tidak ada drainase
pada tameng.
 Kaji tingkat kesadaran.
b) Diagnosa Keperawatan
1. Resiko tinggi terhadap cidera berhubungan dengan kehilangan
penglihatan perifer sementara dan kedalaman persepsi sekunder
terhadap pembedahan mata.
2. Nyeri berhubungan dengan pembedahan mata.
3. Resiko tinggi terhadap kerusakan penatalaksanaan pemeliharaan
dirumah berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang perawatan
diri saat pulang, ketidakadekuatkan sistem pendukung.
c) Intervensi Keperawatan
Resiko tinggi terhadap cidera berhubungan dengan kehilangan penglihatan perifer
sementara dan kedalaman persepsi sekunder terhadap pembedahan mata.
Hasil Pasien : Mendemonstrasikan tidak ada cidera.
Kriteria Evaluasi : Tidak ada memar pada kaki, menyangkal jatuh, tidak ada manifestasi
peningkatan tekanan intraokular atau perdarahan.
Intervensi Rasional
Pertahankan posisi tempat tidur rendah, pagar Beberapa kehilangan kejadian tentang
tempat tidur tinggi, dan bel pemanggil keseimbangan dapat terjadi bila mata ditutup,
disamping tempat tidur. Orientasikan ulang khusunya pada lansia.
pasien terhadap susunan struktur ruangan.
Instruksikan pasien untuk memberi tanda
untuk bantuan bila turun dari tempat tidur
sampai mampu ambulasi tanpa bantuan.
Instruksikan pasien untuk memutar kepala Kehilangan penglihatan perifer bila mata ditutp
dengan lengkap pada sisi yang di operasi bila dengan tameng atau pelindung.
berjalan untuk menjamin jalan bebas.
Pertahankan tameng/pelindung mata terpasang
sesuai arah untuk mencegah cidera kecelakaan
pada mata.
Mulai tindakan-tindakan untuk mencegah Peningkatan TIO meningkatkan nyeri dan
peningkatan TIO : resiko terhadap kerusakan jahitan yang
digunakan pada pembedahan mata.
 Pertahankan kepala tempat tidur tinggi
kira-kira 45 derajat untuk 24 jam
pertama.
 Ingatkan pasien untuk meghindari
batuk, bersin, membungkuk dengan
kepala lebih rendah dari panggul, dan
mengejan.
 Berikan entiemetik sesuai resep untuk
keluhan-keluhan mual.
 Berikan pelunak feses yang diresepkan
bila riwayat konstipasi. Biarkan
penggunaan kamar regular daripada
pispot karena menggunakan kamar
mandi mengakibatkan peningkatan TIO
sedikit.

Nyeri berhubungan dengan pembedahan mata.


Batasan Karakteristik : Mengungkapkan nyeri ringan dan sensasi gatal pada mata yang
dioperasi, mengerutkan dahi, merintih.
Hasil Pasien (kolaboratif) : Mendemonstrasikan berkurangnya ketidaknyamanan mata.
Kriteria Evaluasi : Menyangkal ketidaknyamanan mata, tidak ada merintih, ekspresi wajah
rileks.
Intervensi Rasional
Berikan analgesik resep sesuai pesanan dan Analgesik memblok rasa nyeri.
mengevaluasi keefektifan. Beri tahu dokter Ketidaknyamanan mata berat menandakan
bila nyeri mata menetap atau memburuk perkembangan komplikasi dan perlunya
setelah pemberian obat. perhatian medis segera.
Berikan antiinflamasi dan agen antiinfeksi Untuk menurunkan bengkak dan mencegah
oftalmik yang diresepkan. infeksi.
Berikan kompres dingin sesuai pesanan dengan Dingin membantu menurunkan bengkak.
menggunakan teknik aseptik. Ikuti Kerusakan jaringan mempredisposisikan
kewaspadaan umum (teknik mencuci tangan pasien pada invasi bakteri.
yang baik sebelum dan setelah perawatan luka,
menggunakan sarung tangan bila berhubungan
dengan darah atau cairan tubuh bila terjadi).
Ajarkan pasien bagaimana memberikan
kompres dengan menggunakan teknik aseptik
dalam persiapan untuk pulang. Tekankan
pentingnya mencuci tangan sebelum perawatan
mata di rumah. Jelaskan tujuan kompres.

Resiko tinggi terhadap kerusakan penatalaksanaan pemeliharaan dirumah berhubungan


dengan kurang pengetahuan tentang perawatan diri saat pulang, ketidakadekuatkan
sistem pendukung.
Batasan Karakteristik : Mengungkapkan kurang pemahaman, dapat melaporkan kesulitan
dalam pemberian sendiri tetes mata, meminta informasi, melaporkan ketidaktersediaan orang
terdekat untuk membantu kebutuhan perawatan di rumah.
Hasil Pasien (kolaboratif) : Mendemonstrasikan keinginan untuk memenuhi tindakan-tindakan
perawatan diri untuk melindungi mata yang dioperasi pada saat pulang.
Kriterian Evaluasi : Mengungkapkan pemahaman tentang instruksi pulang, melakukan
perawatan mata dengan tepat, mengungkapkan kepuasan dengan pengaturan yang dibuat untuk
bantuan perawatan di rumah.
Intervensi Rasional
Berikan instruksi tertulis untuk perawatan mata Instruksi verbal dapat dengan mudah
dan perjanjian evaluasi. dilupakan.
Instruksikan pasien dalam perawatan mata di Penyuluhan pulang dan praktik dengan
rumah : prosedur-prosedur perawatan diri penting
Keamanan Mata : untuk menjamin keamanan aktivitas-aktivitas
perawatan di rumah dan meningkatan
 Gunakan tameng/pelindung mata dan kepatuhan.
hindari tidur pada sisi yang sakit untuk
sedikitnya waktu bulan atau sesuai
ketentuan untuk mencegah
penggosokan mata, gunakan kacamata
selama terjaga bila tameng atau
pelindung mata tidak digunakan.
 Gunakan kacamata pelindung matahari
yang diresepkan dangan laju UV tinggi
bila terpajan pada sinar matahari lama
karena beberapa fotosensitivitas terjadi
setelah pembedahan mata. Makin
banyak sinar matahari dihambat dengan
kacamata pelindung matahari dnegan
laju UV tinggi.
 Hindari aktivitas keras yang
menyebabkan kejutan tubuh (olahraga
kontak, berlari), membungkuk,
mengangkat berat, dan mengejan
selama enam bulan atau sesuai pesanan
karena aktivitas-aktivitas ini dapat
merusak jahitan atau implantasi.

Obat-Obatan dan Tindakan :


 Jelaskan tujuan tetes mata yang
diresepkan, meliputi nama, dosis,
jadwal, tujuan, dan efek samping yang
dilaporkan.
 Ajarkan dan biarkan pasien
mempraktikkan :
a. Bagaimana
menggunakan
tameng/pelindun
g mata.
b. Bagaimana
menyiapkan dan
memberikan
kompres dingin
untuk mata,
dengan
menggunakan
teknik aseptik.
c. Bagaimana
pemberian sendiri
tetes mata.

Komplikasi :
 Instruksikan pasien untuk menginspkesi
mata setiap hari di depan cermin untuk
tanda-tanda infeksi (atau reaksi imun
tandur bila transplantasi kornea
dilakukan). Hubungi dokter bila
peningkatan kemerahan, bengkak,
iritasi, nyeri atau drainase atau
penurunan penglihatan menetap lebih
dari 24 jam karena temuan-temuan ini
menandakan infeksi atau reaksi imun
tandur kornea dan perlunya perhatian
medis segera.
Hubungi pelayanan sosial atau departemen Departemen ini bertanggung jawab untuk
perencanaan pulang bila pasien tidak dapat kontinuitas perencanaan perawatan untuk
melakukan keterampilan perawatan sendiri dan pasien yang memerlukan bantuan perawatan
tidak terdapat orang terdekat untuk membantu di rumah selama periode pemulihan. Bantuan
pasien. dapat meliputi penempatan sementara pada
fasilitas perawatan tambahan atau kunjungan
rumah oleh perawat.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Katarak merupakan keadaan di mana terjadi kekeruhan pada serabut atau bahan
lensa di dalam kapsul lensa yang menghalangi sinar masuk ke dalam mata. Katarak
disebabkan oleh faktor usia, penyakit (seperti diabetes), cidera mata, obat-obatan, radiasi
dan bisa juga secara kongenitalis, yaitu ditemukan pada bayi ketika lahir. Katarak yang
disebabkan oleh usia disebut katarak senile, katarak ini mempunyai 4 stadium yaitu
insipien, imatur, intumessen, matur dan hipermatur.
Pada penderita katarak penglihatan akan suatu objek benda atau cahaya menjadi
kabur atau buram, bayangan benda terlihat seakan seperti bayangan semu atau seperti
asap, mata juga akan kesulitan melihat ketika malam hari dan terasa sensitif bila terkena
cahaya.
Untuk mengobati katarak dapat dengan terapi pencegahan seperti mengurangi
terpaparnya mata terhadap sinar ultraviolet, menggunakan pelindung mata dari hal yang
berpotensi menyebabkan kerusakan mata, mengobati penyakit-penyakit sistemik yang
menjadi faktor resiko mempercepat terjadinya katarak. Tindakan operasi dapat dilakukan
jika kekeruhan lensa menyebabkan penurunan tajam pengelihatan sedemikian rupa
sehingga mengganggu pekerjaan sehari-hari. Operasi katarak dapat dipertimbangkan
untuk dilakukan jika katarak terjadi berbarengan dengan penyakit mata lainnya, seperti
uveitis.

B. SARAN
Meskipun katarak banyak ditemukan pada pasien usia lanjut dan dapat
disembuhkan dengan operasi namun pencegahan sejak awal saat masih muda menjadi
langkah yang sangat penting untu dilakukan, seperti menghindari paparan asap rokok,
melindungi mata dari sinar UV, melakukan pemeriksaan mata secara teratur,
mengkonsumsi makanan sehat seperti vitamin A, vitamin E, beta karoten dan membatasi
makanan yang banyak mengandung gula. Jika telah mengalami penyakit Diabetes
Mellitus, yang harus diperhatikan adalah diet, olah raga, memonitor gula darah, tekanan
darah, kolesterol dan memakai obat-obatan diabet secara teratur, selain itu juga
memeriksakan matanya secara rutin.
Demikian makalah yang telah penulis buat. Penulis sadar akan banyaknya
kesalahan dan kekurangan sehingga makalah ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu
penulis mangharapkan kritik dan saran agar bisa menjadikan motivasi agar penulisan
makalah kedepan bisa menjadi lebih baik. Akhir kata semoga makalah ini bisa
bermanfaat bagi para pembaca.
DAFTAR PUSTAKA

Librianty, Nurfanida. 2015. Menjadi Dokter Pertama Panduan Mandiri Melacak Penyakit.
Jakarta : Lintas Kata
Nurarif, Amin Huda. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis &
Nanda (North American Nursing Diagnosis Association) Nic-Noc, Panduan Penyusunan
Asuhan Keperawatan Profesional. Yogyakarta : MediaAction
Syaifuddin. 2011. Anatomi Fisiologi Edisi 4. Jakarta : EGC
Muttaqin, Arif dan Kumala Sari. 2009. Asuhan Keperawatan Periopertif Konsep, Proses dan
Komplikasi. Jakarta : Salemba Medika
James, Bruce. Chris, Chew. dkk. 2003. Lecture Notes Oftalmologi Edisi Kesembilan.
Jakarta : Erlangga
Baughman, Diane C dan JoAnn C. Hackley. 2000. Keperawatan Medikal Bedah Buku Saku
dari Brunner & Suddarth. Jakarta : EGC
Ilyas, Sidarta. 2000. Ilmu Penyakit Mata. Jakarta : Balai Penerbit FKUI
Engram, Barbara. 1998. Rencana Asuhan Keperawatan Medikal-Bedah Vol 2. Jakarta : EGC
Hollwich, Fritz. 1993. Oftalmologi Edisi Kedua. Jakarta : Binarupa Aksara
Youngsen, Robert. 1985. Segala Sesuatu Mengenai Mata. Jakarta : Arcan
Aldodokter. 2015. Pengertian Katarak pada Manula. http://www.alodokter.com/katarak-
pada-manula/. Diakses pada 05 Maret 2016 (12.00)
Insurance, Lippo. Katarak. 2016. https://www.lippoinsurance.com/katarak/. Diakses pada 03
Maret 2016 (20.00)
________. 2012. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/26260/4/Chapter
%20II.pdf. Diakses pada 03 Maret 2016 (19.45)

Anda mungkin juga menyukai