Anda di halaman 1dari 29

ASUHAN KEPERAWATAN HIV/AIDS PADA IBU

HAMIL

OLEH
KELOMPOK 2
B12-A

1. Ni Luh Suryaningsih (193223091)


2. Putu Eka Ambarawati (193223104)
3. I Wayan Eddy Wirawinata (193223070)
4. Putu Ayu Dharmaning (193223102)
5. I Gst Ayu Md Indriya Sari (193223061)
6. Md Tantri Indraswari (193223077)
7. Ni Nyoman Sriasih (193223096)
8. I Made Arimbawa (193223067)
9. Ni Made Yuniari Artini (193223095)

PROGRAM ALIH JENJANG


STIKES WIRA MEDIKA BALI
2020

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas anugrah-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Asuhan
Keperawatan HIV AIDS pada Ibu Hamil ”. Makalah ini disusun untuk memenuhi
tugas Keperawatan HIV.
Dalam penulisannya penulis tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, oleh
karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah
berpartisipasi dalam kelancaran pembuatan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari sempurna.
Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat dan
membangun demi menyempurnakan makalah ini. Akhirnya, semoga makalah ini
bermanfaat bagi penulis dan pembaca pada umumnya.

Denpasar, April, 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ………………………………………………………….. i
KATA PENGANTAR ………………………………………………………… ii
DAFTAR ISI ………………………………………………………………….. iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............…………………………………………….. 1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................... 3
1.3 Tujuan ..........………….………………….………………...….…. 3
1.4 Mamfaat............................................................................................... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Definisi HIV AIDS............................................................................. 4
2.2 Klasifikasi HIV AIDS......................................................................... 5
2.3 Etiologi................................................................................................ 6
2.4 Patofisiologi...................................................................................... 7
2.5 Fatway................................................................................................ 8
2.6 Manifestasi Klinis ........................................................................ 9
2.7 Pemeriksaan Penunjang...................................................................... 11
2.8 Penatalaksanaan.............................................................................. 12
2.9 Pencegahan........................................................................................ 13
2.10 Komplikasi......................................................................................... 14
2.11 Konsep Asuhan Keperawatan............................................................ 16

BAB III PENUTUP


3.1 Simpulan .......……….......…………………………….....……........ 25
3.2 Saran ........................................................................................... 25
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latarbelakang

Kehamilan merupakan peristiwa alami yang terjadi pada wanita namun


kehamilan dapat mempengaruhi kondisi kesehatan ibu dan janin terutama
pada kehamilan trimester pertama . wanita hamil trimester pertama pada
umumnya mengalami mua, muntah, nafsu makan berkurang dan kelebihan.
Menurunnya kondisi wanita hamil cenderung memperberat kondisi kliniks
wanita dengan penyakit infeksi antara lain infeksi HIV – AIDS .

HIV berarti virus yang dapat merusak sistem kekebalan tubuh manusia.
Ini adalah retrovirus, yang berarti virus yang mengunakan sel tubuhnya
sendiri untuk memproduksi kembali dirinya. Asal dari HIV tidak jelas,
penemuan kasus awal adalah dari sampel darah yang dikumpulkan tahun
1959 dari seorang laki–laki dari Kinshasa di Republik Demokrat Congo.
Tidak diketahui bagaimana ia terinfeksi.
Acquired Immuno Deficiency Syndrome (AIDS) adalah sekumpulan
gejala, infeksi dan kondisi yang diakibatkan infeksi HIV pada tubuh. Muncul
akibat rusaknya sistem kekebalan tubuh manusia sehingga infeksi dan
penyakit mudah menyerang tubuh dan dapat menyebabkan kematian. Infeksi
oportunistik adalah infeksi yang muncul akibat lemahnya system pertahanan
tubuh yang telah terinfeksi HIV atau oleh sebab lain.
Menurut Pusdatin Kemenkes, (2016).Pada tahun 2015 diperkirakan
terdapat 36,7 juta(34 juta-39,8 juta)orang hidup dengan HIV,meningkat
sebanyak3,4 juta dibandingkan tahun 2010.Sebanyak 2,1 juta diantaranya
merupakan kasus baru HIV.Namun dalam laporan yang sama terjadi
penurunan kematian,WHO mencatat sejak AIDS ditemukan hingga tahun
2015 terdapat 34 juta orang meninggal dan di tahun 2015 tercatat sebesar 1,1
Juta orang yang meninggal terkait dengan AIDS,menurun dibandingkan
tahun 2010 yang sebesar 1,5 Juta kematian.

1
Di Indonesia,HIV AIDS pertama kali ditemukan di provinsi bali pada
tahun 1987,hingga saat ini HIVAIDS sudah menyebar di 407 dari 507
kabupaten/kota di Indonesia. Menurut laporan Kemenkes RI (2013),kejadian
tertinggi HIV terjadi pada kelompok usia 25-49 tahun dengan persentase
73,4%.Perilaku seksual berisiko pada heteroseksual menjadi faktor risiko
tertinggi yaitu 45,6 % untuk HIV dan 78,4% untuk AIDS.Perbandingan
penderita laki-laki dan perempuan adalah 1:1 untuk HIV dan 2:1 untuk AIDS.
Jumlah penderita HIV AIDS perempuan semakin bertambah seiring
dengan meningkatnya penularan pada perilaku seksual yang tidak aman pada
laki-laki yang menularkan HIV kepada pasangan seksualnya,selain itu
penularan HIV dari ibu yang terinfeksi HIV.pada Triwulan III tahun 2013
yang menunjukan faktor risiko penularan HIV dari Ibu ke anak sebesar 4,3
%,meningkat 0,2 % .Penularan HIV dari Ibu ke anak tersebut dapat terjadi
pada saat kehamilan,persalinan,dan menyusui.Kementrian Kesehatan telah
mengupayakan pencegahan penularan HIV/AIDS dari Ibu ke anak sesuai
rekomendasi WHO(2009) dengan menerbitkan Pedoman Penularan HIV dari
Ibu ke Anak tahun 2012.PPIA merupakan salah satu upaya untuk
mengendalikan penularan HIV/AIDS,menurunkan kasus HIV serendah
mungkin,mengurangi stigma dan diskriminasi,serta menurunkan kematian
akibat AIDS (Getting to Zero).Prevalensi HIV pada Ibu hamil diproyeksikan
akan meningkat dari 0,38 % pada 2012 menjadi 0,49 % pada taun
2016.jumlah ibu hamil dengan HIV positif yang membutuhkan layanan PPIA
akan meningkat dari 13.189 orang tahun 2012 menjadi 16.191 orang tahun
2013.
HIV dapat menular melalui kontak darah, namun disini kami akan
mencoba membahas bagaiamana HIV AIDS yang dialami ibu hamil dan
bagaimana melakukan sebuah proses keperawatan pada ibu hamil dengan
HIV AIDS

2
1.2 Rumusan Masalah

Adapun permasalahan yang akan dibahas dalam makalah ini adalah


1. Bagaimana definisi penyakit HIV /AIDS?
2. Bagimana klasifikasi dari HIV /AIDS?
3. Bagimana etiologi dari HIV /AIDS?
4. Bagaiman patofisiologi/pathway dari HIV /AIDS?
5. Bagaimana manifestasi klinis dari HIV /AIDS?
6. Bagaimana pemeriksaan penunjang dari HIV /AIDS?
7. Bagaimana penatalaksanaan dari HIV /AIDS?
8. Bagaimana komplikasi dari HIV /AIDS?
9. Bagaimana asuhan keperawatan HIV /AIDS pada ibu hamil?

1.3 Tujuan

1. Mengetahui dan memahami definisi dari HIV/ AIDS


2. Mengetahui dan memahami klasifikasi dari HIV/ AIDS
3. Mengetahui dan memahami etiologi dari HIV/ AIDS
4. Mengetahui dan memahami patofisiologi/pathway dari HIV/ AIDS
5. Mengetahui dan memahami manifestasi klinis dari HIV/ AIDS
6. Mengetahui dan memahami pemeriksaan penunjang dari HIV/ AIDS.
7. Mengetahui dan memahami penatalaksanaan dari HIV/ AIDS
8. Mengetahui dan memahami komplikasi dari HIV/ AIDS.
9. Memberikan asuhan keperawatan pada ibu hamil dengan penyakit HIV/
AIDS
1.4 Manfaat
Diharapkan dengan disusunnya makalah yang berjudul Laporan
Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan pada HIV/ AIDS ini, bisa menjadi
sumber refrensi dalam pengembangan penerapan asuhan keperawatan di
klinik.

3
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Definisi

Human Immunodeficiency Virus (HIV) Merupakan virus yang merusak


sistem kekebalan tubuh manusia yang tidak dapat hidup di luar tubuh
manusia. Kerusakan sistem kekebalan tubuh ini akan menimbulkan
kerentanan terhadap infeksi penyakit.
Acquired Immuno Deficiency Syndrome (AIDS) adalah sekumpulan
gejala, infeksi dan kondisi yang diakibatkan infeksi HIV pada tubuh. Muncul
akibat rusaknya sistem kekebalan tubuh manusia sehingga infeksi dan
penyakit mudah menyerang tubuh dan dapat menyebabkan kematian. Infeksi
oportunistik adalah infeksi yang muncul akibat lemahnya system pertahanan
tubuh yang telah terinfeksi HIV atau oleh sebab lain.
AIDS adalah sindroma yang menunjukkan defisiensi imun seluler pada
seseorang tanpa adanya penyebab yang diketahui untuk dapat menerangkan
tejadinya defisiensi, tersebut seperti keganasan, obat-obat supresi imun,
penyakit infeksi yang sudah dikenal dan sebagainya.
HIV pertama kali ditemukan pada tahun 1983 sebagai retrovirus dan
disebut HIV-1. Pada tahun 1986 di Afrika ditemukan lagi retrovirus baru
yang diberi nama HIV-2. HIV-2 dianggap sebagai virus kurang pathogen
dibandingkaan dengan HIV-1. Maka untuk memudahkan keduanya disebut
HIV.
Pada orang yang sistem kekebalan tubuhnya masih baik infeksi ini
mungkin tidak berbahaya, namun pada orang yang kekebalan tubuhnya lemah
(HIV/AIDS) bisa menyebabkan kematian.
HIV ( Human immunodeficiency Virus ) adalah virus pada manusia
yang menyerang system kekebalan tubuh manusia yang dalam jangka waktu
yang relatif lama dapat menyebabkan AIDS, sedangkan AIDS sendiri adalah
suatu sindroma penyakit yang muncul secara kompleks dalam waktu relatif

4
lama karena penurunan sistem kekebalan tubuh yang disebabkan oleh infeksi
HIV.
HIV adalah suatu infeksi virus yang menyebabkan terjadinya AIDS.
HIV melumpuhkan sistem kekebalan tubuh, terutama sel-sel darah putih yang
membantu dalam menghalau penyakit (Dr. Hutapea Ronald, 2011).
AIDS adalah sindrom dengan gejala penyakit oportunistik atau kanker
tertentu akibat menurunnya system kekabalan tubuh oleh infeksi virus HIV
(Brunner,2001).
AIDS adalah tranmisi human imuno defisiensi virus, suatu retrovirus
yang terjadi terutama melalui pertukaran cairan tubuh (Friedland, 1987).

2.2 Klasifikasi

CDC adalah menerapkan system klasifikasi pasien yang mengalami


infeksi HIV berdasarkan keadaan klinik yang di jumpai sebagai berikut.
1) Grup 1/ infeksi akut
Penyakit serokonveksi sampai AIDS berlangsung beberapa tahun
kemudian infeksi akut dari awal virus menginfeksi sampai kiara kira 6
minggu.
Penyakit seokonveksi ada 3 yaitu:
a. Penyakit mirip infeksi mononukleus.
Gejala demam, malaise, alergi, mialgia, atralgia, limfadenopati dan
nyeri tenggorokan kadang di jumpai juga enselopati akut reversible di
sertai disorientasi, lupa ingatan, kesadaran menurun dan perubahan
kepribadian.
b. Meningitis.
c. Mielopati
2) Grup 2/ infeksi asimtomatik
Tanpa di sertai gejala
3) Grup 3/ infeksi lymphadenopathy peprsisten generalisata
Meliputi: infeksi kronis
Adanya pembesaran kelenjar getah bening
4) Grup 4/ penyakit lain

5
a. Sub grup a: penyakit constitutional
b. Sub grup b: penyakit neurologic
c. Sub grup c: penyakit infeksi lain contoh: herpes
d. Sub grup d: kanker sukender
e. Sub grup e kondisi lainnya, misalnnya pneumonitis interstitial
limfosit (purwaningsih,wahyu. 2010).

2.3 Etiologi

Penyebab infeksi adalah golongan virus retro yang disebut human


immunodeficiency virus (HIV). HIV pertama kali ditemukan pada tahun 1983
sebagai retrovirus dan disebut HIV-1. Pada tahun 1986 di Afrika ditemukan
lagi retrovirus baru yang diberi nama HIV-2. HIV-2 dianggap sebagai virus
kurang pathogen dibandingkaan dengan HIV-1. Maka untuk memudahkan
keduanya disebut HIV.
Transmisi infeksi HIV dan AIDS terdiri dari lima fase yaitu :
1. Periode jendela. Lamanya 4 minggu sampai 6 bulan setelah
infeksi. Tidak ada gejala.
2. Fase infeksi HIV primer akut. Lamanya 1-2 minggu dengan
gejala flu likes illness.
3. Infeksi asimtomatik. Lamanya 1-15 tahun atau lebih dengan
gejala tidak ada.
4. Supresi imun simtomatik. Diatas 3 tahun dengan gejala
demam, keringat malam hari, BB menurun, diare, neuropati, lemah,
ruam kulit, limadenopati, perlambatan kognitif, lesi mulut.
5. AIDS. Lamanya bervariasi antara 1-5 tahun dari kondisi
AIDS pertama kali ditegakkan. Didapatkan infeksi oportunis berat
dan tumor pada berbagai system tubuh, dan manifestasi neurologist
(NANDA Nic-Noc. 2015).
Cara penularan HIV:
1. Melakukan penetrasi seks yang tidak aman dengan seseorang yang
telah terinfeksi. Kondom adalah satu–satunya cara dimana
penularan HIV dapat dicegah.

6
2. Melalui darah yang terinfeksi yang diterima selama transfusi darah
dimana darah tersebut belum dideteksi virusnya atau pengunaan
jarum suntik yang tidak steril.
3. Dengan mengunakan bersama jarum untuk menyuntik obat bius
dengan seseorang yang telah terinfeksi.
4. Wanita hamil dapat juga menularkan virus ke bayi mereka selama
masa kehamilan atau persalinan dan juga melalui menyusui.
Penularan secara perinatal:
1. Ibu hamil yang terinfeksi HIV dapat menularkan HIV pada bayi
yang dikandungnya.
2. Penularan dari ibu terjadi terutama pada saat proses melahirkan,
karena pada saat itu terjadi kontak secara lansung antara darah ibu
dengan bayi sehingga virus dari ibu dapat menular pada bayi.
3. Bayi juga dapat tertular virus HIV dari ibu sewaktu berada dalam
kandungan atau juga melalui ASI
4. Ibu dengan HIV dianjurkan untuk PASI
Kelompok resiko tinggi:
1. Lelaki homoseksual atau biseks.
2. Orang yang ketagian obat intravena
3. Partner seks dari penderita AIDS
4. Penerima darah atau produk darah (transfusi).
5. Bayi dari ibu/bapak terinfeksi (purwaningsih,wahyu.2010).

2.4 Patofisilogi

HIV masuk kedalam darah dan mendekati sel T–helper dengan


melekatkan dirinya pada protein CD4. Sekali ia berada di dalam, materi viral
(jumlah virus dalam tubuh penderita) turunan yang disebut RNA (ribonucleic
acid) berubah menjadi viral DNA (deoxyribonucleic acid) dengan suatu
enzim yang disebut reverse transcriptase. Viral DNA tersebut menjadi bagian
dari DNA manusia, yang mana, daripada menghasilkan lebih banyak sel
jenisnya, benda tersebut mulai menghasilkan virus–virus HI. Enzim lainnya,

7
protease, mengatur viral kimia untuk membentuk virus–virus yang baru.
Virus–virus baru tersebut keluar dari sel tubuh dan bergerak bebas dalam
aliran darah, dan berhasil menulari lebih banyak sel. Ini adalah sebuah proses
yang sedikit demi sedikit dimana akhirnya merusak sistem kekebalan tubuh
dan meninggalkan tubuh menjadi mudah diserang oleh infeksi dan penyakit–
penyakit yang lain. Dibutuhkan waktu untuk menularkan virus tersebut dari
orang ke orang.
Respons tubuh secara alamiah terhadap suatu infeksi adalah untuk
melawan sel–sel yang terinfeksi dan menggantikan sel–sel yang telah hilang.
Respons tersebut mendorong virus untuk menghasilkan kembali dirinya.
Jumlah normal dari sel–sel CD4+T pada seseorang yang sehat adalah 800–
1200 sel/ml kubik darah. Ketika seorang pengidap HIV yang sel–sel CD4+
T–nya terhitung dibawah 200, dia menjadi semakin mudah diserang oleh
infeksi–infeksi oportunistik. Infeksi–infeksi oportunistik adalah infeksi–
infeksi yang timbul ketika system kekebalan tubuh tertekan. Pada seseorang
dengn system kekebalan yang sehat. Infeksi infeksi tersebut tidak biasanya
mengancam hidup mereka tetapi bagi seorang pengindap HIV hal tersebut
dapat teradi fatal (purwaningsih, wahyu.2010)
2.5 Fatway

Hubungan seksual
dengan pasangan Transfusi darah Tertusuk jarum Ibu hamil
yang berganti-ganti, yang terinfeksi bekas penderita HIV menderita HIV
dengan yang HIV
terinfeksi HIV
Virus masuk dalam tubuh lewat luka
Sperma terinfeksi
berdarah
masuk kedalam
tubuh pasangan
Virus Masuk Dalam Peredaran Darah Dan Invasi Sel Target
lewat membran Hospes
mukosa vagina, anus
yang lecet atau luka T helper / Makrofag
CD4+ Sel B

Terjadi perubahan pada struktural sel diatas akibat transkripsi RNA virus + DNA sel
sehingga terbentuknya provirus

Sel penjamu (T helper, limfosit B, makrofag) mengalami kelumpuhan

8
Menurunnya sistem kekebalan tubuh Infeksi Oportunistik

Sistem GIT Sistem neurologi


Integumen Sistem Reproduksi Sistem respirasi

Herpes zoster + Kriptococus


Virus HIV + kuman Candidiasis Mucobakterium TB
Herper simpleks
salmonela,
clostridium,
candida PCP (Pneumonia Meningitis
Dermatitis Serebroika Ulkus Genital Pneumocystis) Kriptococus

Menginvasi Ruam, Difus, Bersisik, Perubahan Status


mukosa Folikulitas, kulit kering, Demam, Batuk Non Mental, Kejang,
saluran cerna mengelupas eksema Produktif, Nafas Pendek Kaku Kuduk,
Kelemahan, Mual,
kehilangan nafsu
makan, Vomitus,
Peningkatan peristaltik MK : Demam, Panas,
Psoriasis
- Hipertermi Pusing
- Bersihan Jalan
Nafas
- Pola Nafas
Diare MK : Resiko Tidak Efektif
kerusakan MK :
- Resiko tinggi cedera
Integritas
Terapi trimetoprim - Ggn. Nutrisi < Keb.
Kulit Tubuh
Mk : sulfame
- Risiko tinggi
- Perubahan kekurangan volume
Eliminasi (Bab) cairan
- Gangg Nutrisi < - Intoleransi Aktivitas
Keb. Tubuh
Ruam, Pruritus,
- Resiko
Kekurangan Papula, Makula Merah
Volume Cairan Muda MK : Nyeri

2.6 Manifestasi Klinis

Gejala dan tanda HIV/AIDS menurut WHO:


a. Stadium Klinis I :
1. Asimtomatik (tanpa gejala)
2. Limfadenopati Generalisata (pembesaran kelenjar getah bening/limfe
seluruh tubuh)
3. Skala Penampilan 1 : asimtomatik, aktivitas normal.
b. Stadium Klinis II :
1. Berat badan berkurang > 10%
2. Diare berkepanjangan > 1 bulan

9
3. Jamur pada mulut
4. TB Paru
5. Infeksi bakterial berat
6. Skala Penampilan 3 : > 1 bulan)
7. Kanker kulit (Sarcoma Kaposi)
8. Radang Otak (Toksoplasmosis, Ensefalopati HIV)
9. Skala Penampilan 4 : terbaring di tempat tidur > 50% dalam masa 1
bulan terakhir.
Transmisi infeksi HIV dan AIDS terdiri dari lima fase yaitu :
1. Periode jendela. Lamanya 4 minggu sampai 6 bulan setelah infeksi.
Tidak ada gejala.
2. Fase infeksi HIV primer akut. Lamanya 1-2 minggu dengan gejala flu
likes illness.
3. Infeksi asimtomatik. Lamanya 1-15 atau lebih tahun dengan gejala
tidak ada.
4. Supresi imun simtomatik. Diatas 3 tahun dengan gejala demam,
keringat malam hari, B menurun, diare, neuropati, lemah, rash,
limfadenopati, lesi mulut.AIDS. Lamanya bervariasi antara 1-5 tahun
dari kondisi AIDS pertama kali ditegakkan. Didapatkan infeksi
oportunis berat dan tumor pada berbagai system tubuh, dan manifestasi
neurologist
HIV memasuki tubuh jika serum HIV menjafi positif dalam 10 minggu
suatu pemaparan yang menunjukkan gejala awal yang tidak spesifik yaitu:
1. Respon tipe influenza
2. Demam
3. Malaise
4. Mialgia
5. Diare
6. Nyeri tenggorokan
7. Ruam dapat menetap 2-3 minggu
8. Berat badan menurun
9. Fatique.

10
10. Anoreksia.
11. Mungkin menderita kandidiasis otot faring atau vagina

Pada masa perinatal:


1. Keletihan
2. Anoreksi.
3. Diare kronik selama 1 bulan.
Kematian ibu hamil dengan HIV positif kebanyakan di sebabkan
oleh penyakit oportunistik yang menyertai terutama pneumonitis
carinif pneumonia.
2.7 Pemeriksaan Penunjang

1) Pemeriksaan laboratorium darah.


a. Trombositopeni
b. Anemia.
c. HDL>
d. Jumlah limfosit total
2) EIA atau EUSA dan tes western blot: postif, tetapi invalid.
a. EIA atau EUSA: mendeteksi antibody terhadap antigen HIV.
b. Test western blot mendeteksi adanya anti body terhadapbeberapa
prot spesifik HIV.
3) Kultur HIV: dengan sel mononuclear darah perifer dan bila tersedia
plasma dapat mengukur beban virus.
4) Test reaksi polimer dengan leukosit darah perifer: mendeteksi DNA
viral pada adanya kuntitas kecil sel mononuclear perifer terinfeksi.
5) Antigen P24 serum atau plasma: peningkatan nilai kuantitatif dapat
menjadi indikasi dari kemajuan infeksi.
6) Penentuan immunoglobulin G, M, A serum kualitatif: data dasar
immunoglobulin.
7) IFA: memastikan seropesivitas.
8) RIPA: mendeteksi protein HIV.

11
9) Pemeriksaan parental juga dapat menunjukkan adanya goorhoe,
kandidiasis, hepatitis B, tuberkolosis, sitomegalovirus, dan
toksoplasmosis (purwaningsih,wahyu.2010).

2.8 Penatalaksanaan

Belum ada penyembuhan untuk AIDS jadi yang dilakukan adalah


pencegahan seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Tapi, apabila terinfeksi
Human Immunodeficiency Virus (HIV) maka terapinya yaitu :

1. Pengendalian infeksi oportunistik Menghilangkan, mengendalikan dan


pemulihan infeksi opurtuniti, nosokomial atau sepsis, tindakan ini harus
di pertahankan bagi pasien di lingkungan perawatan yang kritis.
2. Terapi AZT (Azidotimidin) Obat ini menghambat replikasi antiviral HIV
denngan menghambat enzim pembalik transcriptase.
3. Terapi antiviral baru Untuk meningkatkan aktivitas system immune
dengan menghambat replikasi virus atau memutuskan rantai reproduksi
virus padan proses nya.obat- obat ini adalah : didanosina, ribavirin,
diedoxycytidine, recombinant CD4 dapat larut.
4. Vaksin dan rekonstruksi virus, vaksin yang digunakan adalah interveron.
Menghindari infeksi lain, karena infeksi dapat mengaktifkan sel T dan
mempercepat replikasi HIV.
5. Rehabilitasi
Bertujuan untuk memberi dukungan mantal-psikologis, membantu
mengubah perilaku risiko tinggi menjadi perilaku kurang berisiko atau
tidak berisiko, mengingatkan cara hidup sehat dan mempertahankan
kondisi tubuh sehat.
6. Pendidikan
Untuk menghindari alkohol dan obat terlarang, makan makanan yang
sehat, hindari stres, gizi yang kurang, obat-obatan yang mengganggu
fungsi imunne. Edukasi ini juga bertujuan untuk mendidik keluarga

12
pasien bagaimana menghadapi kenyataan ketika anak mengidap AIDS
dan kemungkinan isolasi dari masyarakat.

2.9 Pencegahan
Pencegahan penularan HIV dari ibu ke bayi dapat dicegah melalui tiga
cara, dan bisa dilakukan mulai saat masa kehamilan, saat persalinan, dan
setelah persalinan. Cara tersebut yaitu:

1. Penggunaan obat Antiretroviral selama kehamilan, saat persalinan dan


untuk bayi yang baru dilahirkan.Pemberian antiretroviral bertujuan agar
viral load menjadi lebih rendah sehingga jumlah virus yang ada dalam
darah dan cairan tubuh kurang efektif untuk menularkan HIV. Resiko
penularan akan sangat rendah (1-2%) apabila terapi ARV ini dipakai.
Namun jika ibu tidak memakai ARV sebelum dia mulai sakit melahirkan,
ada dua cara yang dapat mengurangi separuh penularan ini. AZT dan
3TC dipakai selama waktu persalinan, dan untuk ibu dan bayi selama
satu minggu setelah lahir. Satu tablet nevirapine pada waktu mulai sakit
melahirkan, kemudian satu tablet lagi diberi pada bayi 2–3 hari setelah
lahir. Menggabungkan nevirapine dan AZT selama persalinan
mengurangi penularan menjadi hanya 2 persen. Namun, resistansi
terhadap nevirapine dapat muncul pada hingga 20 persen perempuan
yang memakai satu tablet waktu hamil. Hal ini mengurangi keberhasilan
ART yang dipakai kemudian oleh ibu. Resistansi ini juga dapat
disebarkan pada bayi waktu menyusui. Walaupun begitu, terapi jangka
pendek ini lebih terjangkau di negara berkembang.
2. Penanganan obstetrik selama persalinan.Persalinan sebaiknya dipilih
dengan menggunakan metode Sectio caesaria karena metode ini terbukti
mengurangi resiko penularan HIV dari ibu ke bayi sampai 80%. Apabila
pembedahan ini disertai dengan penggunaan terapi antiretroviral, maka
resiko dapat diturunkan sampai 87%. Walaupun demikian, pembedahan

13
ini juga mempunyai resiko karena kondisi imunitas ibu yang rendah yang
bisa memperlambat penyembuhan luka. Oleh karena itu, persalinan per
vagina atau sectio caesaria harus dipertimbangkan sesuai kondisi gizi,
keuangan, dan faktor lain.
3. Penatalaksanaan selama menyusui. Pemberian susu formula sebagai
pengganti ASI sangat dianjurkan untuk bayi dengan ibu yang positif
HIV. Karena sesuai dengan hasil penelitian, didapatkan bahwa ± 14 %
bayi terinfeksi HIV malalui pemberian ASI

2.10 Kompikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada pasien dengan HIV/AIDS adalah
sebagai berikut:

1. Oral Lesi
Karena kandidia, herpes simplek, sarcoma Kaposi, HPV oral, gingivitis,
peridonitis Human Immunodeficiency Virus (HIV), leukoplakia
oral,nutrisi,dehidrasi,penurunan berat badan, keletihan dan cacat.
2. Neurologik
a. kompleks dimensia AIDS karena serangan langsung Human
Immunodeficiency Virus (HIV) pada sel saraf, berefek perubahan
kepribadian, kerusakan kemampuan motorik, kelemahan, disfasia, dan
isolasi social.
b. Enselophaty akut, karena reaksi terapeutik, hipoksia, hipoglikemia,
ketidakseimbangan elektrolit, meningitis / ensefalitis. Dengan efek :
sakit kepala, malaise, demam, paralise, total / parsial.
c. Infark serebral kornea sifilis meningovaskuler,hipotensi sistemik, dan
maranik endokarditis.
d. Neuropati karena imflamasi demielinasi oleh serangan Human
Immunodeficienci Virus (HIV)
3. Gastrointestinal
a. Diare karena bakteri dan virus, pertumbuhan cepat flora normal,
limpoma, dan sarcoma kaposi. Dengan efek, penurunan berat badan,
anoreksia, demam, malabsorbsi, dan dehidrasi.

14
b. Hepatitis karena bakteri dan virus, limpoma,sarcoma Kaposi, obat
illegal, alkoholik. Dengan anoreksia, mual muntah, nyeri abdomen,
ikterik,demam atritis.
c. Penyakit Anorektal karena abses dan fistula, ulkus dan inflamasi
perianal yang sebagai akibat infeksi, dengan efek inflamasi sulit dan
sakit, nyeri rectal, gatal-gatal dan siare.
4. Respirasi
Infeksi karena Pneumocystic Carinii, cytomegalovirus, virus influenza,
pneumococcus, dan strongyloides dengan efek nafas pendek, batuk,
nyeri, hipoksia, keletihan,gagal nafas.
5. Dermatologik
Lesi kulit stafilokokus : virus herpes simpleks dan zoster, dermatitis
karena xerosis, reaksi otot, lesi scabies/tuma, dan dekobitus dengan efek
nyeri,gatal,rasa terbakar,infeksi skunder dan sepsis.
6. Sensorik
a. Pandangan : Sarkoma Kaposi pada konjungtiva berefek kebutaan
b. Pendengaran : otitis eksternal akut dan otitis media, kehilangan
pendengaran dengan efek nyeri

15
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1) Data yang dapat dikumpulkan pada klien yaitu data sebelum dan selama
kehamilan
1. Identitas pasien
2. Riwayat Kesehatan
 Masa lalu
 Sekarang
 Menstruasi
 Reproduksi
3. Keluhan Utama
Pasien mengeluh BAB encer, lemas, mual muntah, nafsu makan
menurun,takut pada kondisi bayi yang dikandungnya.

2) Pemeriksaan Fisik (Objektif) dan Keluhan (Sujektif)


a. Aktivitas / Istirahat
Kaji respon klien, apakah mengalami kesulitan bergerak,reflek
pergerakan. pada ibu hamil kebutuhan akan kalsium meningkat,periksa
apabila ada resiko osteoporosis. Hal itu dapat memburuk dengan bumil
HIV/AIDS.
Gejala : Mudah lelah,intoleran activity,progresi malaise,perubahan pola
tidur.
Tanda : Kelemahan otot, menurunnya massa otot, respon fisiologi
aktifitas ( Perubahan TD, frekuensi Jantun dan pernafasan ).
b. Sirkulasi

16
Pemeriksaan darah meliputi pemeriksaan virus HIV/AIDS. Penurunan
sel T limfosit; jumlah sel T4 helper; jumlah sel T8 dengan
perbandingan 2:1 dengan sel T4; peningkatan nilai kuantitatif P24
(protein pembungkus HIV); peningkatan kadar IgG, Ig M dan Ig A;
reaksi rantai polymerase untuk mendeteksi DNA virus dalam jumlah
sedikit pada infeksi sel perifer monoseluler; serta tes PHS (pembungkus
hepatitis B dan antibodi,sifilis, CMV mungkin positif).
Gejala : Penyembuhan yang lambat (anemia), perdarahan lama pada
cedera.
Tanda : Perubahan TD postural, menurunnya volume nadi perifer, pucat
/ sianosis, perpanjangan pengisian kapiler.

c. Integritas dan Ego


Kondisi ibu hamil dengan HIV / AIDS takut akan penularan pada bayi
yang dikandungnya.
Gejala : Stress berhubungan dengan kehilangan mengkuatirkan
penampilan, mengingkari doagnosa, putus asa, dan sebagainya.
Tanda : Mengingkari,cemas,depresi,takut,menarik diri, marah.
d. Eliminasi
Keadaan sisitem pencernaan pada bumil akan mengalami gangguan.
Kebanyakan gangguan tersebut adalah diare yang lama. Hal itu
disebabkan oleh penurunan sistem imun yang berada di tubuh sehingga
bakteri yang ada di saluran pencernaan akan mengalami gangguan. Hal
itu dapat menyebabkan infeksi saluran pencernaan.
Kaji tingkat urin klien apakah ada kondisi patologis seperti perubahan
warna urin, jumlah dan bau. Hal itu dapat mengidentifikasikan bahwa
ada gangguan pada sistem perkemihan. Biasanya saat imunitas menurun
resiko infeksi pada uretra klien.
Gejala : Diare intermitten, terus – menerus, sering dengan atau tanpa
kram abdominal, nyeri panggul, rasa terbakar saat miksi

17
Tanda : Feces encer dengan atau tanpa mucus atau darah, diare pekat
dan sering, nyeri tekan abdominal, lesi atau abses
rectal,perianal,perubahan jumlah, warna,dan karakteristik urine.
e. Makanan / Cairan
Gejala : Anoreksia, mual muntah, disfagia
Tanda : Turgor kulit buruk, lesi rongga mulut, kesehatan gigi dan gusi
yang buruk, edema.
f. Hygiene
Gejala : Tidak dapat menyelesaikan aktifitas sehari-hari
Tanda : Penampilan tidak rapi, kurang perawatan diri.
g. Neurosensori
Tingkat kesadaran bumil dengan HIV/AIDS terkadang mengalami
penurunan karena proses penyakit. Hal itu dapat disebabkan oleh
gangguan imunitas pada bumil.
Gejala : Pusing, sakit kepala, perubahan status mental, kerusakan status
indera, kelemahan otot, tremor, perubahan penglihatan.
Tanda : Perubahan status mental, ide paranoid, ansietas, refleks tidak
normal, tremor, kejang, hemiparesis, kejang.
h. Nyeri / Kenyamanan
Gejala : Nyeri umum / local, rasa terbakar, sakit kepala,nyeri dada
pleuritis.
Tanda : Bengkak sendi, nyeri kelenjar,nyeri tekan,penurunan rentan
gerak, pincang.
i. Pernafasan
Kaji pernafasan bumil, apabila ibu telah terinfeksi sistem pernafasan
maka sepanjang jalur pernafasan akan mengalami gangguan. Misal RR
meningkat, kebersihan jalan nafas.
Gejala : ISPA sering atau menetap, napas pendek progresif, batuk,
sesak pada dada.
Tanda : Takipnea, distress pernapasan, perubahan bunyi napas, adanya
sputum.
j. Keamanan

18
Gejala : Riwayat jatuh, terbakar, pingsan,luka, transfuse darah, penyakit
defisiensi imun, demam berulang, berkeringat malam.
Tanda : Perubahan integritas kulit,luka perianal / abses, timbulnya
nodul, pelebaran kelenjar limfe, menurunya kekuatan umum, tekanan
umum.
k. Seksualitas
Gejala : Riwayat berprilaku seks beresiko tinggi, menurunnya libido,
penggunaan pil pencegah kehamilan.
Tanda : Kehamilan, herpes genetalia

l. Interaksi Sosial
Bagi keluarga pasien cenderung untuk menjauh sehingga akan
menambah tekanan psikologis pasien.
Gejala : Masalah yang ditimbulkan oleh diagnosis, isolasi, kesepian,
adanya trauma AIDS
Tanda : Perubahan interaksi
m. Penyuluhan / Pembelajaran
Kurangnya pemahaman tentang pengobatan, perawatan serta prognosis
tentang HIV.
Gejala : Kegagalan dalam perawatan, prilaku seks beresiko tinggi,
penyalahgunaan obat-obatan IV, merokok, alkoholik.

B. Diagnosa Keperawatan
1) Risiko Hipovolemia ( D.0034)
2) Defisit Nutrisi berhubungan dengan ketidak mampuan mengabsorsi
nutrien,AIDS (D.0019)
3) Ansietas berhubungan dengan transmisi dan penularan interpersonal ( pada
bayi ) (D.0080)
4) Defisit pengetahuan tentang manajemen penyakit berhubungan dengan
Kurang terpapar informasi tentang penyakit Kronis(D.0111)

19
C. Rencana Keperawatan (Intervensi)
Diagnosa Tujuan kriteria Intevensi
hasil
Risiko hipovolemi Setelah diberikan Manajemen Hipovolemi:
asuhan Observasi :
Faktor risiko
keperawatan
a. Periksa tanda dan gejala
 Kehilangan selama ....x.....
cairan secara diharapkan status hipovolemi( Frekuensi nadi
aktif cairan membaik meningkat,nadi traba
(L.03028) lemah,tekanan darah
 Gangguan
absorbsi cairan Kriteria hasil menurun,turgor kulit
menurun,membran mukosa
 Status  Kekuatan nadi
meningkat kering,volume urin menurun)
hipermetabolik

 Kekurangan  Turgor kulit b. Monitor intake dan Autput


intake cairan meningkat cairan

Kondisi terkait  Output urine Terapeutik


 AIDS meningkat
 Muntah c. Hitung kebutuhan cairan
 Otopnea
 Diare menurun d. Berikan asupan cairan oral
 Dispnea
e. Berikan posisi modified
menurun
trendelenburg
 Frekuensi nadi
membaik Edukasi

 Tekanan darah f. Anjurkan memperbanyak


membaik asupan cairan oral
 Membran g. Anjurkan menghidari
mukosa
perubahan posisi mendadak
membaik
Kolaborasi
h. Kolaborasi dengan tim medis
dalam pemberian terapi
cairan.

Diagnosa keperawatan Tujuan kriteria Intervensi

20
hasil
Defisit Nutrisi Setelah diberikan Manajemen Nutrisi
(D.0019) asuhan a. Identifikasi status
keperawatan
Penyebab: nutrisi,alergi dan
selama ....x.....
 Ketidak diharapkan Status intoleransi
mampuan nutrisi makanan,makanan yang
membaik(L.03030
mengabsorsi disukai,kebutuhan kalori
)
nutrie. dan jenis nutrien.
Kriteria hasil
 Ketidakmampua
 Porsi makan b. Monitor asupan makanan
n menelan makan
yang
 Ketidakmampua c. Monitor berat badan.
dihabiskan
n mencerna Cukup d. Fasilitasi menentukan
makanan meningkat
pedoman diet.
 Peningkatan  Sariawan
berkurang e. Sajikan makanan secara
kebutuhan
 Diare menarik dan suhu yang
metabolisme
berkurang disesuaikan.
Tanda dan gejala
mayor  Berat badan f. Berikan makanan tinggi
membaik
 Berat badan kalori dan tinggi protein.
 Frekuensi
menurun
makan g. Ajarkan diet yang
minimal 10% membaik diprogramkan
dibawah rentang
 Membran
h. Kolaborasi pemberian
ideal
 mukosa medikasi sebelum
Tanda gejala minor membaik
makan.
 Cepat kenyang
setelah makan i. Kolaborasi dengan ahli
 Kram/nyeri gizi mengenai kebutuhan
abdomen kalori dan nutrien.
 Nafsu makan
menurun
 Bising usus
hiperaktif

21
 Membran
mukosa pucat
 Sariawan
 Serum albumin
turun
 Diare
Kondisi terkait
AIDS

Diagnosa Tujuan kriteria Intervensi


hasil
Ansietas (D.0080) Setelah diberikan Reduksi Ansietas
Penyebab : asuhan a. Monitor tingkat
keperawatan
 Krisis situasional selama ....x.....
kecemasan pasien
 Ancaman terhadap diharapkan b. Identifikasi kemampuan
konsep diri Tingkat ansietas mengambil keputusan.
menurun (L09093)
 Ancaman terhadap c. Dorong pasien untuk
Keriteria hasil: mengungkapkan
kematian
Tanda dan gejala  Perasaan perasaan, ketakutan,
kebingungan
mayor persepsi
dan khawatir
 Merasa bingung akibat kondisi d. Bantu pasien mengenal
yang dihadapi situasi yang
 Merasa khawatir
menurun menimbulkan
dengan akibat
 Perilaku kecemasan
gelisah
kondisi yang e. Diskusikan perencanaan
menurun
dihadapi realistis tentang
 perasaan
peristiwa yang akan
 Tampak gelisah tegang
menurun datang
dan tegang
 Konsentrasi f. Jelaskan
 Sulit tidur
membaik prosedur,termasuk
Tanda gejala minor
sensasi yang mungkin
 Mengeluh pusing  Pola tidur
membai k. dialami
 Anoreksia

22
 Palpitasi g. Informasikan secara
 Merasa tidak faktual mengenai
berdaya diagnosa,pengobatan,da
 Frekuensi napas n prognosis
meningkat h. Anjurkan keluarga untuk
 Frekuensi nadi tetap bersama pasien
meningkat i. Latih penggunaan
 Tremor mekanisme pertahanan
 Muka tampak diri yang tepat
pucat j. Ajarkan pasien dalam
 Suara bergetar menggunakan teknik
relaksasi
k. Kolaborasi dengan tim
medis dalam pemberian
terapi

Diagnosa Tujuan kriteria Intervensi


hasil
Defisit pengetahuan Setelah diberikan Edukasi kesehatan
(D.0111) asuhan  Identifikasi kesiapan dan
keperawatan
Penyebab kemampuan meneriam
selama ....x.....
 Keterbatasan diharapkan tingkat informasi
kognitif pengetahuan  Identifikasi faktor-faktor
membaik
 Kekeliruan yang dapat meningkatkan
(L.12111)
mengikuti dan menurunkan motivasi
Kriteria hasil
anjuran perilaku hidup bersih dan
 Perilaku sesuai
 Kurang terpapai sehat
anjuran
informasi meningkat  Sediakan materi dan
Tanda gejala Mayor media pendidikan
 Perilaku sesuai
 Menanyakan pengetahuan kesehatan
masalah yang meningkat  Jadwalkan pendidikan
dihadapi  Pertanyaan kesehatan sesuai
 Menunjukan tentang kesepakatan beri

23
perilaku tidak masalah yang kesempatan untuk
sesuai anjuran dihadapi bertanya
menurun
 Menunjukan  Jelaskan faktor risiko yang
persepsi yang
persepsi yang keliru terhadap dapat mempengaruhi
keliru terhadap mamsalah kesehatan
menurun
masalah  Ajarkanperilaku hidup
Tanda gejala minor bersih dan sehat
 Menunjukan  Ajarkan strategu yang
perilaku dapat digunakan untuk
berlebihan meningkatkan perilaku
hidu bersih dan sehat.

E. Implementasi
Didasarkan pada diagnosa yang muncul baik secara aktual, resiko, atau
potensial. Kemudian dilakukan tindakan keperawatan yang sesuai.

F. Evaluasi
a. Dapat tidur/beristirahat adekuat
b. Membran mukosa pasien lembab, turgor kulit baik, tanda-tanda vital stabil,
haluaran urine adekuat
c. Menunjukkan nilai laboratorium dalam batas normal
d. Menunjukkan perbaikan energi yang adekuat.

24
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
HIV adalah suatu infeksi virus yang menyebabkan terjadinya AIDS. HIV
melumpuhkan sistem kekebalan tubuh, terutama sel-sel darah putih yang
membantu dalam menghalau penyakit (Dr. Hutapea Ronald, 2011).

 AIDS adalah sindrom dengan gejala penyakit oportunistik atau kanker


tertentu akibat menurunnya system kekabalan tubuh oleh infeksi virus HIV
(Brunner,2001).
 AIDS adalah tranmisi human imuno defisiensi virus, suatu retrovirus yang
terjadi terutama melalui pertukaran cairan tubuh (Friedland, 1987).
3.2 Saran
Semoga Makalah ini dapat berguna bagi penyusun dan pembaca. Kritik
dan saran sangat diharapkan untuk pengerjaan berikutnya yang lebih baik.

25
DAFTAR PUSTAKA

Nursalam dan dwi,Ninuk. 2008. Asuhan keperawatan pada pasien


terinfeksi HIV/AIDS. Jakarta. Salemba medika.

PPNI (2016),Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia,Edisi 1 . Jakarta:


DPP PPNI

PPNI (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia:Definisi dan


tindakan Keperawatan, Edisi 1 .Jakarta: DPP PPNI.

PPNI (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia:Definisi dan


kriteria Hasil Keperawatan, Edisi 1 .Jakarta: DPP PPNI.

Yasmine Flores, Swabina.2007. Anak dan HIV/AIDS. Jakarta.

https://id.scribd.com/doc/310439392/Asuhan-Keperawatan-Pada-
Ibu-Hamil-Dengan-Gangguan-Hiv

26

Anda mungkin juga menyukai