Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH KEPERAWATAN KESEHATAN REPRODUKSI

(INFEKSI TRAKTUS GENITALIS)

DOSEN PENGAMPU :
Ns. Dian Roza Adilla, M.Kep

KELOMPOK 11 KELAS B :
AZIZAH ANAYA PUTRI (22031071)
DIVA SHABRINA SALSABILA (22031048)
NURUL KHOLIFAH (22031076)

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS HANGTUAH PEKANBARU
TA. 2024/2025
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan begitu
banyak nikmat hingga memudahkan jalan bagi kami dalam menyelesaikan tugas
makalah “Makalah Keperawatan Kesehatan Reproduksi”. Selesai nya makalah ini,
tidak terlepas dari bantuan dan dukungan berbagai pihak yang sangat membantu
kami baik berupa moril maupun materil. Ucapan terima kasih kami ucapkan kepada:
Ns. Dian Roza Adilla, M.Kep. selaku dosen mata kuliah kesehatan reproduksi di
Universitas Hang Tuah Pekanbaru.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan makalah
ini. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritikan dan saran yang membangun agar
makalah ini dapat menjadi makalah yang baik dan bermanfaat nantinya. Akhir kata
kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak, semoga mendapat balasan
yang setimpal dari Allah SWT,Aamiin.

Pekanbaru, 6 Maret 2024


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................. i

DAFTAR ISI ................................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................. 1

1.1 Latar Belakang ......................................................................................................... 1


1.2 Rumusan Masalah .................................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN .............................................................................................. 3

2.1 Definisi Infeksi Traktus Genitalis............................................................................. 3


2.2 Etiologi Infeksi Traktus Genitalis............................................................................. 4
2.3 Klasifikasi Infeksi Traktus Genitalis........................................................................ 7
2.4 Manifestasi Klinis Infeksi Traktus Genitalis............................................................. 8
2.5 Pencegahan Infeksi Traktus Genitalis....................................................................... 9
2.6 Penatalaksanaan Infeksi Traktus Genitalis................................................................ 10
2.7 Asuhan Keperawatan pada pasien Infeksi Traktus Genitalis......................................... 11

BAB III PENUTUP ...................................................................................................... 12

3.1 Kesimpulan .............................................................................................................. 12

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................... 13


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Masalah kesehatan pada ibu pasca persalinan menimbulkan dampak yang
dapatmeluas ke berbagai aspek kehidupan dan menjadi salah satu parameter
kemajuan bangsa dalam pelayanan kesehatan. Persalinan merupakan suatu proses
pengeluaranhasil konsepsi yang dapat hidup dari dalam uterus melalui vagina ke
dunia luar(Wiknjosastro, 2007). Dalam persalinan sering terjadi perlukaan pada
perineum baikitu karena robekan spontan maupun episiotomi. Di Indonesia
laserasi perineumdialami oleh 75% ibu melahirkan pervaginam. Pada tahun 2013
menemukan bahwadari total 1951 kelahiran spontan pervaginam, 57% ibu
mendapat jahitan perineum(28% karena episiotomi dan 29% karena robekan
spontan) (Depkes RI, 2013).

Infeksi post partum terjadi di traktus genetalia setelah kelahiran yang


diakibatkanoleh bakteri, hal ini akan meningkatkan resiko infeksi post partum
yang salah satunyadisebabkan oleh penyembuhan luka laserasi perineum yang
tidak optimal dan dapatmenyebabkan syok septic.Berdasarkan laporan Dinas
Kesehatan Provinsi Jawa Timur(2012) angka kejadian infeksi karena ruptur
perineum di Jawa Timur masih tinggi,trauma perineum atau ruptur perineum
dialami 70% wanita yang melahirkan pervagina sedikit banyak mengalami
trauma perineal. Kebanyakan morbiditasmaternal setelah trauma perineal tetap
tidak terlapor ke professional kesehatan.jumlahkematian maternal pada tahun
2012, menunjukan bahwa tercatat sebesar 116/100.000kelahiran hidup
(Cuningham, 2010).

1.2 Rumusan masalah

A. Definisi infeksi traktus genetalis


B. Etiologi infeksi traktus genetalis
C. Klasifikasi infeksi traktus genetalis
D. Manifestasi klinis infeksi traktus genetalis
E. Pencegahan infeksi traktus genetalis
F. Penatalaksanaan infeksi traktus genetalis
G. Asuhan keperawatan pasien dengan infeksi traktus genetalis
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Definisi Infeksi Traktus Genitalis


Infeksi traktus genitalis adalah kondisi di mana organ reproduksi atau traktus
genital, termasuk vagina, penis, atau area sekitarnya, terinfeksi oleh
mikroorganisme patogen seperti bakteri, virus, atau jamur. Infeksi ini dapat
menyebabkan berbagai gejala seperti gatal, nyeri, keluarnya cairan yang tidak
normal, atau perubahan pada kulit atau lendir di daerah genital. Infeksi traktus
genitalis dapat disebabkan oleh berbagai faktor termasuk hubungan seksual
yang tidak aman, kontak dengan mikroorganisme patogen, atau penularan dari
ibu ke bayi selama kelahiran.

Infeksi traktus genitalia dapat berasal dari berbagai mikroorganisme, termasuk


bakteri, virus, jamur, dan parasit. Berikut adalah beberapa jenis infeksi traktus
genitalia yang umum terjadi:

1. Infeksi Bakteri:
- Gonore (Neisseria gonorrhoeae): Infeksi bakteri yang menyebar melalui
kontak seksual dan dapat menyebabkan gejala seperti keluarnya cairan dari
uretra atau vagina, nyeri saat buang air kecil, dan peradangan pada area
genital.
- Klamidia (Chlamydia trachomatis): Infeksi bakteri yang sering tanpa gejala
pada awalnya, tetapi jika dibiarkan tanpa pengobatan dapat menyebabkan
komplikasi seperti infeksi saluran reproduksi atas pada wanita dan epididimitis
pada pria.
- Sifilis (Treponema pallidum): Infeksi bakteri yang menyebar melalui
kontak seksual dan dapat menyebabkan luka terbuka pada genital, bercak-
bercak kulit, dan jika tidak diobati dapat berkembang menjadi penyakit yang
lebih serius.

2. Infeksi Virus:
- Herpes genitalis (Virus Herpes Simpleks): Infeksi virus yang menimbulkan
luka terbuka atau lecet pada genital, disertai rasa gatal atau terbakar.
- Human Papillomavirus (HPV): Virus yang dapat menyebabkan kutil
kelamin (papilloma) atau berkontribusi pada perkembangan kanker serviks,
vulva, vagina, penis, anus, dan orofaring.

3. Infeksi Jamur:
- Kandidiasis (Candida albicans): Infeksi jamur yang menyebabkan iritasi,
gatal, dan keputihan putih kekuningan pada vagina atau kulit sekitar penis.

4. Infeksi Parasit:
- Trikomoniasis (Trichomonas vaginalis): Infeksi parasit yang menyebar
melalui kontak seksual dan dapat menyebabkan gejala seperti keluarnya cairan
vagina yang berbusa, berwarna hijau atau kuning, dan bau tidak sedap.

Infeksi traktus genitalia dapat memengaruhi baik pria maupun wanita, dengan
gejala yang bervariasi tergantung pada jenis infeksi, tingkat keparahan, dan
faktor-faktor individu lainnya. Penting untuk mendapatkan diagnosis dan
pengobatan yang tepat dari profesional kesehatan jika mengalami gejala
infeksi traktus genitalia.

Jenis jenis Infeksi Traktus Genitalis menurut referensi dari buku BOBAK:

1. Infeksi Vagina
Tiga infeksi vagina yang paling sering ialah bakterial vaginosis, kandidiasis,
dan trikomoniasis. Infeksi vagina bisa menular melalui hubungan seksual.

Infeksi harus dibedakan dari sekret vagina, leukorea, rabas berwarna


keputihan. Rabas ini terdiri dari lendir dan sel epitel vagina yang timbul akibat
hiperplasia mukosa vagina, seperti yang terjadi pada saat ibu hamil, ovulasi,
dan sebelum menstruasi. Jika warnanya kecoklatan, rabas ini bisa
menimbulkan ketidaknyamanan.

Perubahan fisiologis vagina selama masa hamil bisa memudahkan timbulnya


vaginitis (inflamasi va- gina). Rabas vagina bertambah dan vagina menjadi
kurang asam selama masa hamil. Keadaan ini men- ciptakan lingkungan yang
mempermudah pertum- buhan mikroba.

Penyebab paling sering keluhan di vagina selama masa hamil ialah bakterial
vaginosis, yang disebut juga vaginosis tidak-spesifik. Produk samping
metabolis- me bakteri mempengaruhi pH vagina, sehingga mengubah flora
vagina. Mikroorganisme yang utama ialah Gardnerella vaginalis. Rabas vagina
yang homogen berbau amis bila bercampur dengan kalium hidroksida 10%.
"Clue cells" terlihat pada pemerik- saan mikroskopik rabas vagina.

Efek infeksi bakterial pada ibu biasanya ialah timbulnya penyakit ringan.
Tanda dan gejala bisa meliputi pengeluaran rabas seperti susu dan timbulnya
rasa gatal, terbakar, dan nyeri di vagina dan sekitar introitus. Komplikasi
obstetri meliputi infeks cairan ketuban, ketuban pecah dini, kelahiran dan
persalinan prematur, dan endometritis nifas. Bakterial vaginosis bisa juga
merupakan faktor risiko PID.

Pengobatan bakterial vaginosis paling efektif dilakukan dengan metronidazole


oral. Akan tetapi kaverikan pada trimester kedua dan ketiga. Preparat
diberonidazol dan klindamisin topikal juga tela methasil digunakan untuk
mengobati keadaan in walaupun pasangan seksual biasanya juga dia tetapi ada
perdebatan tentang efektivitas yang sesungguhnya.

2. Kandidiasis Vulvovaginalis

Kandidiasis vulvovaginalis atau kandida vaginitis terjadi di seluruh dunia.


Kebanyakan orang berang- gapan bahwa penyakit ini meningkat, antara lain
disebabkan oleh penggunaan agens antimikrobia secara luas. Jumlah wanita
sehat tanpa gejala yang mengidap kandidiasis juga meningkat.

Kebanyakan organisme-seperti jamur yang di- isolasi dari vagina ialah


Candida albicans, suatu jamur yang biasanya ditemukan di usus. Disuria dan
dispareunia adalah keluhan yang sering muncul. Pada pemeriksaan dengan
spekulum' biasanya ditemukan bercak tebal dan putih, seperti keju, yang
melekat pada mukosa vagina yang pucat, kering, dan kadang-kadang sianosis.

Efek vaginal kandidiasis pada ibu biasanya tidak mengancam kesehatan, tetapi
ibu yang terkena bisa merasa sangat tidak nyaman akibat nyeri, rasa gatal, dan
rabas vagina. Kehamilan merupakan predisposisi wanita, bukan saja untuk
mengalami peningkatan angka infeksi, tetapi juga peningkatan kekambuhan
dan kegagalan pengobatan. Kekambuhan vaginitis kandida pada masa
antepartum memicu perlunya skrining terhadap diabetes gestasional dan
infeksi HIV jika dianggap perlu. Tujuan pengobatan ialah menghilangkan
gejala dan obat anti jamur topikal misalnya klotrimazol.
3. Trikomoniasis
Trichomonas vaginalis adalah protozoa yang tumbuh subur di lingkungan
yang bersifat basa. Kontak seksual berperan dalam transmisi T. vaginalis,
triko- moniasis terjadi pada sekitar 30% wanita yang aktif secara seksual
(Rein, Muller, 1990):

Pada individu yang tidak mengalami gejala, infeksi bisa diidentifikasi saat
pemeriksaan rutin dilakukan atau denganPapanicolaousmear.T.vaginalis.
memiliki afinitas terhadap membran mukosa dan 75% wanita terinfeksi
melaporkan rabas vagina yang banyak, berbusa, dan bisa berbau, biasanya
berwarna abu-abu dan kuning kehijauan, dan mengalir dari va- gina ketika
spekulum dipasang.

Trikomoniasis tampaknya menimbulkan sedikit dek maternal selain


ketidaknyamanan. Akan tetapi infeksi perinatal oleh T. vaginalis merupakan
bentuk transmisi penyakit tanpa hubungan seksual (non-vene rail) yang paling
sering muncul. Efek pada janin dan neonatus ialah demam dan iritabilitas.
Pengobatan terpilih, pemberian metronidazol harus diberikan kepada wanita
hamil pada trimester kedua dan ketiga. Pasangan juga harus diobati.

4. Streptokokus Grup B
Infeksi bakteri streptokokus grup B (SGB) telah dikenal sebagai penyebab
utama infeksi perinatal yang mengancam jiwa di Amerika Serikat (ACOG,
1992b). Angka transmisi infeksi ini dari ibu ke janin pada waktu janin lahir
berkisar antara 50% dan 75% (Hill, 1990). Ibu dengan persalinan prematur
atau ketuban pecah dini memiliki risiko yang lebih tinggi untuk mengidap
infeksi, begitu juga dengan janinnya. Efek pada ibu ialah keguguran, kematian
janin, kelahiran prematur, demam, septikemia, dan infeksi puerperal.

Pengobatan infeksi SGB dilakukan dengan peni- silin, ampisilin, sefalotin,


atau eritromisin. Pemberian antibiotik intrapartum kemoprofilaksis pada ibu
karier GBS menurunkan frekuensi, penyakit SGB (ACOG, 1992b)
Etiologi Infeksi Traktus Genitalis
Etiologi infeksi pada traktus genitalis adalah penyebab-penyebab yang dapat
menyebabkan infeksi di daerah genital. Infeksi ini bisa disebabkan oleh
berbagai mikroorganisme seperti virus, bakteri, jamur, dan parasit. Contoh
penyebab umumnya meliputi:

1. Virus: Contohnya virus herpes simpleks (HSV), human papillomavirus


(HPV), dan human immunodeficiency virus (HIV).

2. Bakteri: Beberapa bakteri yang sering menyebabkan infeksi pada traktus


genitalis adalah Neisseria gonorrhoeae (gonore), Chlamydia trachomatis,
Treponema pallidum (sifilis), dan Haemophilus ducreyi (chancroid).

3. Jamur: Infeksi jamur pada traktus genitalis disebabkan oleh Candida


albicans dan dapat menyebabkan infeksi seperti kandidiasis vaginal.

4. Parasit: Salah satu contoh parasit yang dapat menyebabkan infeksi pada
traktus genitalis adalah Trichomonas vaginalis, yang menyebabkan
trikomoniasis.

Faktor-faktor risiko yang dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya infeksi


traktus genitalis termasuk perilaku seksual yang tidak aman, memiliki banyak
pasangan seksual, sistem kekebalan tubuh yang lemah, penggunaan antibiotik
yang berlebihan, dan kurangnya kebersihan pribadi.

B. Klasifikasi Infeksi Traktus Genitalis


Infeksi pada traktus genitalis dapat diklasifikasikan berdasarkan penyebabnya,
jenis kelamin pasien, gejala klinis, dan lokasi infeksi. Secara umum, infeksi
traktus genitalis dapat dibagi menjadi infeksi bakteri, virus, jamur, atau
parasit. Infeksi ini bisa menyerang organ seperti vagina, serviks, uretra, uterus,
atau testis.
1. Infeksi Bakteri: Contohnya infeksi bakteri seperti gonore (Neisseria
gonorrhoeae) atau klamidia (Chlamydia trachomatis).
2. Infeksi Virus: Misalnya, herpes genitalis (virus herpes simpleks), HPV
(human papillomavirus) yang dapat menyebabkan kutil kelamin atau kanker
serviks, dan HIV (human immunodeficiency virus).

3. Infeksi Jamur: Biasanya disebabkan oleh Candida albicans, yang dapat


menyebabkan infeksi jamur pada area genital.

4. Infeksi Parasit: Salah satunya adalah trikomoniasis, disebabkan oleh parasit


Trichomonas vaginalis.

Klasifikasi infeksi juga dapat memperhatikan gejala klinis seperti adanya


nyeri, keluarnya cairan abnormal, perubahan pada kulit atau lendir, serta tes
laboratorium seperti tes swab atau tes darah untuk diagnosis yang lebih tepat.
Selain itu, faktor risiko seperti perilaku seksual, riwayat infeksi sebelumnya,
dan kondisi kesehatan lainnya juga bisa memengaruhi klasifikasi dan
pengelolaan infeksi traktus genitalis.

C. Manifestasi Klinis Infeksi Traktus Genitalis


Manifestasi klinis dari infeksi traktus genitalis bervariasi tergantung pada jenis
infeksinya dan organ yang terlibat. Namun, beberapa gejala umum yang dapat
terjadi meliputi:

1. Nyeri atau ketidaknyamanan: Nyeri pada area genital, perineum, atau perut
bagian bawah dapat terjadi, terutama saat buang air kecil atau berhubungan
seksual.

2. Keluarnya cairan abnormal: Infeksi bakteri seperti gonore atau klamidia


dapat menyebabkan keluarnya cairan dari vagina atau uretra yang berbeda dari
yang normal, bisa berwarna, berbau, atau berisi nanah.

3. Ruam atau luka: Infeksi virus seperti herpes genitalis dapat menyebabkan
munculnya ruam, luka, atau lecet pada area genital atau sekitarnya.

4. Perubahan pada kulit atau lendir: Infeksi jamur seperti infeksi jamur
Candida albicans dapat menyebabkan kulit menjadi kemerahan, terasa gatal,
dan dapat terjadi perubahan pada lendir vagina atau penis.
5. Pembengkakan: Infeksi bakteri atau virus dapat menyebabkan
pembengkakan pada kelenjar getah bening di pangkal paha atau area genital.

6. Rasa panas atau terbakar: Terutama saat buang air kecil, infeksi seperti
klamidia atau trikomoniasis dapat menyebabkan sensasi panas atau terbakar.

7. Sakit pinggang atau sakit saat berhubungan seksual: Infeksi pada organ
dalam seperti uterus atau saluran tuba dapat menyebabkan nyeri pada
pinggang atau sakit saat berhubungan seksual.

Manifestasi klinis ini dapat bervariasi antara individu dan tergantung pada
jenis infeksi, tingkat keparahan, dan faktor-faktor lain seperti kekebalan tubuh
dan kondisi kesehatan yang mendasari.

D. Pencegahan Infeksi Traktus Genitalis


Pencegahan infeksi traktus genitalis melibatkan langkah-langkah yang dapat
mengurangi risiko terkena infeksi atau mencegah penularannya kepada orang
lain. Berikut adalah beberapa langkah pencegahan yang penting:

1. Penggunaan kondom: Penggunaan kondom saat berhubungan seksual dapat


mengurangi risiko penularan infeksi seksual menular (IST), termasuk infeksi
traktus genitalis seperti gonore, klamidia, dan HIV.

2. Pengujian dan perawatan: Melakukan pengujian rutin untuk IST, terutama


jika Anda aktif secara seksual, dapat membantu mendeteksi infeksi secara dini
dan menghindari komplikasi. Jika terdiagnosis dengan infeksi, penting untuk
mengikuti perawatan yang direkomendasikan oleh profesional kesehatan.

3. Praktik seks yang aman: Mengurangi jumlah pasangan seksual dan


membatasi kontak seksual dengan pasangan yang sudah diuji untuk IST dapat
membantu mengurangi risiko infeksi. Hindari juga berbagi mainan seksual dan
bersihkan mainan seksual dengan benar sebelum dan setelah penggunaan.

4. Imunisasi: Vaksinasi terhadap virus HPV dapat membantu melindungi


terhadap kanker serviks dan beberapa jenis kutil kelamin. Konsultasikan
dengan profesional kesehatan Anda untuk mengetahui apakah vaksinasi HPV
sesuai untuk Anda.

5. Praktik kebersihan yang baik: Menjaga kebersihan area genital, termasuk


mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum dan setelah berhubungan
seksual, dapat membantu mencegah infeksi.

6. Edukasi: Edukasi diri sendiri dan pasangan tentang risiko infeksi traktus
genitalis, gejala, dan pencegahan dapat membantu mengurangi risiko
penularan dan meningkatkan kesadaran akan pentingnya perawatan kesehatan
seksual.

E. Penatalaksanaan Infeksi Traktus Genitalis


Penatalaksanaan infeksi traktus genitalis bergantung pada jenis infeksinya,
tingkat keparahan, dan faktor-faktor lain seperti riwayat medis pasien. Berikut
adalah beberapa pendekatan umum dalam penanganan infeksi traktus
genitalis:

1. Diagnosis yang tepat: Penting untuk mendapatkan diagnosis yang akurat


melalui pemeriksaan fisik, tes laboratorium, dan tes diagnostik lainnya. Hal ini
membantu menentukan jenis infeksi dan menyusun rencana perawatan yang
tepat.

2. Pengobatan antibiotik atau antiviral: Infeksi bakteri seperti gonore atau


klamidia seringkali dapat diobati dengan antibiotik tertentu. Infeksi virus
seperti herpes genitalis mungkin memerlukan pengobatan antiviral. Penting
untuk mengikuti petunjuk pengobatan yang diberikan oleh profesional
kesehatan dan menyelesaikan seluruh kursus pengobatan, bahkan jika
gejalanya sudah membaik.

3. Pengobatan simptomatik: Untuk meredakan gejala seperti nyeri, gatal, atau


peradangan, bisa digunakan obat-obatan seperti analgesik, antipruritik, atau
antiinflamasi sesuai dengan rekomendasi dokter.
4. Edukasi dan konseling: Memberikan informasi kepada pasien tentang
infeksi, cara penularannya, pengobatan, dan pencegahan dapat membantu
pasien memahami kondisinya dan mengambil langkah-langkah yang tepat
untuk mengelola infeksi dan mencegah penularannya.

5. Pengobatan pasangan: Jika infeksi seksual menular seperti gonore atau


klamidia didiagnosis pada satu pasangan, penting bagi pasangan seksual yang
lain untuk melakukan pengujian dan, jika perlu, menerima pengobatan yang
sesuai.

6. Tindak lanjut: Setelah pengobatan, seringkali diperlukan tindak lanjut untuk


memastikan bahwa infeksi telah sembuh dan untuk memantau kemajuan
pasien. Tes lanjutan atau pemeriksaan medis mungkin diperlukan dalam
beberapa kasus.

7. Pencegahan kambuh: Untuk infeksi kronis atau berulang seperti herpes


genitalis, pencegahan kambuh melalui pengobatan antiviral profilaksis atau
perubahan gaya hidup dapat direkomendasikan.

Pengelolaan infeksi traktus genitalis seringkali memerlukan pendekatan yang


holistik dan terkoordinasi antara pasien dan profesional kesehatan.

F. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Infeksi Traktus Genitalis


A. PENGKAJIAN
1. Identitas Klien
Nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, agama, status merital,
tanggal masuk RS, tanggal pengkajian, diagnosa medis, No. RM dan alamat.

2. Riwayat kesehatan
a. Keluhan Utama
Keluhan utama yang dirasakan antara lain nyeri, demam, gatal, panas,
keletihan

b. Riwayat kesehatan dahulu


Kemungkinan klien pernah menderita infeksi pada saluran kemih atau
pencernaan.

c. Riwayat kesehatan sekarang


Biasanya klien mengeluh badan lemah, demam, nadi cepat, nafas sesak,
badan menggigil, gelisah, nyeri pada daerah luka operasi.

d. Riwayat Kesehatan Keluarga


Kemungkinan salah satu anggota keluarga ada yang menderita infeksi
serupa.

3. Pemeriksaan Fisik
a. Tanda-tanda Vital
Peningkatan suhu tubuh, suhu 38 C – 38,9 C, menggigil berulang.
Pernafasan cepat/dangkal (berat/proses sistemik), takikardi dengan berat
bervariasi
b. Aktivitas/istirahat
Malaise, letargi
Kelelahan dan/atau keletihan yang terus menerus
c. Eliminasi
Diare mungkin ada atau konstipasi, urine keruh.
d. Integritas ego
Ansietas
e. Makanan/cairan
Anorexia, mual/muntah, haus, membran mukosa kering, distensi abdomen,
kekakuan, nyeri lepas.
f. Keamanan
Adakah pemeriksaan vagina intrapartum yang sering, tehnik aseptic, infeksi
sebelumnya, termasuk HIV
g. Seksualitas
Ada tidaknya perubahan pola seksualitas
h. Pengkajian psikososial
 Hubungan dengan bayi baru lahir
 Respon klien dan keluarga terhadap komplikasi
 Hubungan dengan pasangan
 Klien dengan status ekonomi rendah dengan stressos bersamaan
i. Pemeriksaan Organ Genital dan Abdomen
 Kondisi perineum dan uterus
Retensi produk konsepsi, eksplorasi uterus, atau perdarahan
postpartum. Tepi insisi kemerahan, edema, keras, nyeri tekan,
drainase purulen, cairan sanguinosa. Karakteristik lokhia, lokhia
mungkin bau busuk, tidak berbau (bila infeksi oleh streptokokus beta
hemolitik).
 Abdomen
Nyeri lokal, disuria, ketidaknyaman abdomen. Afterpain berat/lama,
nyeri abdomen bawah atau uterus serta nyeri tekan. Nyeri/kekauan
abdomen unilateral/bilateral (salpingitis/ooferitis, parametritis)

4. Pemeriksaan Diagnostik
a. Jumlah leukosit normal atau tinggi
b. Jumlah LED dan eritrosit meningkat pada adanya infeksi
c. Haemoglobin turun adanya anemia
d. Kultur (aerob/anaerob) dari sediaan intrauterin atau intra servikal atau
drainase luka atau pewarnaan gram lokhia serviks dan juterus
mengidentifikasi organisme penyebab.
e. Urinalisa dan kultur
f. USG
g. Pemeriksaan biomanual menentukan sifat dan lokasi nyeri pelfis, massa atau
pembentukan abses, atau adanya vena-vena dengan trombosis

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis (infeksi traktus
genitalia)
2. Hipertermia berhubungan dengan penyakit infeksi
3. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi
4. Ketidakefektifan pola seksual berhubungan dengan kurang pengetahuan yang
berhubungan dengan seksual

C. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN


No Diagnosa NOC NIC Rasional
. Keperawata
n
1. Domain 12. Tingkat nyeri (2102) Manajemen nyeri 1. Pengajaran
Kenyamanan Indikator Aw Akh 1400 tentang
Kelas 1. al ir 1. Ajarkan prinsip
Kenyamanan 210201 2 4 prinsip- manajemen
fisik Nyeri prinsip nyeri kepada
(00132) yang manajemen pasien
Nyeri akut dilaporkan nyeri penting untuk
berhubungan 210204 2 4 2. Dorong menyamakan
dengan agen Panjangny pasien untuk persepsi
cedera a episode memonitor klien-perawat
biologis nyeri nyeri dan dan ketepatan
(infeksi 210217 2 4 menangani pemilihan
traktus Mengeran nyerinya tindakan
genitalia) g dan dengan tepat pengurangan
menangis 3. Ajarkan nyeri.
210206 2 4 teknik non 2. Dorongan
Ekspresi farmakologi akan
nyeri 4. Ajarkan meningkatkan
wajah metode kemampuan
210222 2 4 farmakologi klien
Agitasi untuk menangani
210223 2 4 menurunkan nyerinya
Iritabilitas nyeri sendiri.
210224 2 4 5. Evaluasi 3. Teknik non
Mengerin keefektifan farmakologi
yit dari tindakan mencegah
210209 2 4 pengontrol ketergantunga
Keteganga nyeri yang n terhadap
n otot dipakai metode
selama farmakologi.
Keterangan: pengkajian 4. Metode
1: Berat nyeri farmakologi
dilakukan digunakan
2: Cukup berat 6. Mulai dan untuk
3: Sedang modifikasi mendukung
4: Ringan tindakan metode non
5: Tidak ada pengontrol farmakologi
nyeri dalam
berdasarkan pengurangan
Kontrol nyeri (1605) respon pasien nyeri.
Indikator Awa Akhi 7. Dukung 5. Untuk
l r istirahat/tidur menentukan
160502 2 4 yang adekuat tindakan
Mengenali untuk kontrol nyeri
kapan terjadi membantu yang tepat
160501 2 4 penurunan untuk klien.
Menggambarka nyeri. 6. Monitor
n faktor 8. Libatkan tindakan
penyebab keluarga kontrol nyeri
160504 2 4 dalam klien.
Menggunakan modalitas 7. Istirahat/tidur
tindakan penurun membuat
pengurangan nyeri, jika klien rileks
nyeri tanpa memungkinka dan
analgesik n memberikan
160505 2 4 waktu untuk
Menggunakan proses
analgesik yang penyembuhan
direkomendasik .
an 8. Pengertian
160511 2 4 keluarga
Melaporkan terhadap nyeri
nyeri yang yang diderita
terkontrol klien
Keterangan: diharapkan
1: Tidak pernah dapat
menunjukkan memberikan
2: Jarang menunjukkan dukungan
3: Kadang-kadang terhadap
menunjukkan klien.
4: Sering menunjukkan
5: Secara konsisten
menunjukkan
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan

Infeksi traktus genitalius yang disebabkan oleh bakteri (bakteri vaginalis) pada
wanita bisa terjadi dengan prevalensi yang bervariasi pada kelompok wanita
remaja, hamil, pekerja seks komersial dan penderita HIV. Menurut beberapa
penelitian prevalensi infeksi traktus genitalis banyak ditemukan pada
kelompok wanita pekerja seks komersial. Infeksi ini terjadi sebagai akibat
pertukaran lactobacillus Spp penghasil H 2 O2 (Hidrogen Peroksida) yang
merupakan flora normal vagina dengan bakteri anaerob dalam konsentrasi
tinggi. Faktor –faktor pendukung terjadinya infeksi traktus genitalius bakteri
pada wanita antara lain; asupan gizi yang kurang, kurangnya menjaga
kebersihan genitalia, perilaku seks bebas, dan kurangnya perawatan luka
episiotomy pada ibu post partum.

Masalah keperawatan yang sering ditemukan pada wanita yang mengalami


infeksi traktus genitalis antara lain ; hipertermia, nyeri, kurangnya
pengetahuan, dan ketidakefektifan pola seksual.
DAFTAR PUSTAKA
American Colege of Obstetrics and Gynecology: Anti- microbial therapy for obstetric
patients, ACOG Tech Bul, vol 117, 1988.
American Colege of Obstetrics and Gynecology: Human immunodeficiency virus infection,
ACOG Tech Bul, ool 169, 1992a.
American Colege of Obstetrics and Gynecology: Group B streptococcal infections ni
pregnancy. ACOG Tech Bul, vol 170, 1992b.
American Colege of Obstetrics and Gynecology: Rubella and pregnancy, ACOG Tech Bul,
vol 171, 1992c.
American Colege of Obstetrics and Gynecology: Hepatitis ni pregnancy, ACOG Tech Bul,
vol 174, 1992d.
American Colege of Obstetrics and Gynecology: Perinatal viral and parasitic infections,
ACOG Tech Bul, vol 177, 1993.
Aral SO, Holmes KIC: Epidemiology of sexual behavior a n d sexualy transmited diseases.
nI Holmes IQ', editor: Sexualy transmited diseases, ed 2, New York, 1990, McGrawHill.
Bendell A, Efantis-Potter J: Acquired immune deficiency syndrome ni pregnancy. nI
Mandevile LK, Troiano NH, editors: High-risk intrapartum nursing, Philadelphia, 1992,BJ
Lippincott.
Berkley SF et al: The relationship of tampon characteristics to menstrual toxic shock
syndrome, JAMA 258:908, 1987. Bourcier KM, Seidler A:J Chlamydia and condylomata
acuminata: na update for the nurse practitioner, JOGNN 16:17, 1987.

Anda mungkin juga menyukai