Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Kesehatan merupakan salah satu kebutuhan manusia yang penting.


Terwujudnya keadaan sehat adalah kehendak semua pihak untuk
mewujudkan keadaan sehat. Bentuk nyata perilaku proaktif memelihara dan
meningkatkan keadaan sehat mencegah resiko terjadnya penyakit, melindungi
diri dari ancaman penyakit serta berupaya aktif dalam memelihara kesehatan.
(Depkes,RI.2005). Saat hamil emosi seorang ibu biasanya berubah – ubah
mulai dari rasa senang sampai rasa cemas berlebihan perubahan lain yang
perlu untuk diketahui yaitu menurunnya system kekebalan tubuh yang dapat
meningkatkan resiko janin terhadap berbagai penyakit infeksi . infeksi bisa
ditularkan ibu kepada janinnya melalui penularan vertical atau vertical
transmission . infeksi yang ditularkan secara vertical yaitu infeksi kongenital.
Infeksi ini dapat bergerak melalui plasenta untuk menginfeksi janin
contohnya TORCH. (Abidin , 2014).

Infeksi TORCH merupakan akronim dari kelompok infeksi


Toksoplasma, Rubella, Sitomegalovirus (CMV) dan Herpes Simplex Virus
(HSV). Walaupun berbeda dalam taksonomi tetapi kelompok mikroba ini
memberikan gejala klinis yang mirip, gejala yang ada sukar dibedakan
dengan dari penyakit lain, bahkan ada kalanya gejala tidak muncul. Infeksi
TORCH dapat menyebabkan abortus pada ibu hamil, pertumbuhan janin
terhambat, cacat bawaan serta membawa permasalahan infertilitas pada
pasangan suami istri yang menginginkan keturunan (Mulyo, 1998).

Pada masa kehamilan sekitar 40% wanita hamil mengalami infeksi


TORCH dan bayi yang di lahirkan akan terinfeksi. Sebanyak 17% janin lahir
terinfeksi pada trimester pertama,dapat menyebaban keguguran dan berbagai
masalah kongenital yang berat,24% pada trimester kedua dan 27% pada
trimester ketiga dapat menyebabkan kelahiran prematur maupun kelahiran
sehat (kelihatan tanpa kelainan fisik) (haksohusodo,2005).

B. RUMUSAN SALAH
1. Apa yang dimaksud dengan TORCH?
2. Apa yang menyebabkan TORCH?
3. Bagaimana patofisiologi TORCH?
4. Apasaja klasifikasi TORCH?
5. Bagaimana penatalaksanaan TORCH?
BAB II

KONSEP MEDIS

A. DEFINISI

TORCH adalah singkatan dari toxoplasma gondii (Toxo). Rubella,


Cytomegalovirus (CMV), Herves Simplex Virus (HSV) yang terdiri dari
HSV1 dan HSV2 serta kemungkinan oleh virus lain (Other Virus) yang
dampak klinisnya lebih terbatas misalnya measles, Varicella, echovirus,
mumps, virus varicella, virus vaccine, virus pollo dan virus caxsasche-B
(Juanda, 2006)

B. Etiologi

1) Toxoplasma adalah parasite golongan protozoa (hewan bersel satu)


bernama Toxoplasma gondii (Sukarni dan Sudarti, 2014).

2) Rubella merupakan penyakit infeksi ringan pada anak dan dewasa, tetapi
apabila terjadi pada ibu yang sedang mengandung virus ini dapat
menembus dinding plasenta dan langsung menyerang janin. Rubella atau
dikenal juga dengan nama campak jerman adalah penyakit menular yang
disebabkan oleh virus rubella ( Rukiyah dan yulianti, 2010).

3) Cytomegalovirus, atau biasanya disebut CMV merupakan penyebab utama


infeksi virus bawaan pada janin dan neonatal dan merupakan penyebab
infeksi yang paling umum dan perlambatan mental. Sumber virus infeksi
termasuk air liur, urin, semen, ASI, darah dan selresi vagina/cervical .
Infeksi CMV yang paling utama tidak mempunyai gejala dan sebagian
besar wanita yang paling utama tidak mempunyai gejala dan sebagian
besar wanita yang menunjuk infeksi CMV pada masa kehamilan
dibuktikan dengan test viral yang positif mengalami infeksi kronis atau
berulang (Bobak dan Jensen,2011)

4) Herpes simplex atau herpes genetalia adalah penyakit yang menyerang alat
genetalia yang disebabkan oleh virus herpes simplex tipe II (HSV II). Para
calon ibu haruslah berhati-hati dengan virus ini. Bila ia mendapatkan
infeksi herpes sebelum usia kehamilannya 20 minggu, resiko terjadinya
keguguran tiga kali lipat dan dapat menyebabkan kelainan konginetal
(Abidin, 2014).
C. Patofisiologi

Menurut juanda (2006) penularan TORCH dapat terjadi dari inang


antara yang satu ke lainnya, maupun ke inang etama atau sebaliknya. Kutipan
soulsby (1982), penularan dapat terjadi secara konginetal lewat plasenta, dari
ibu ke jaringannya sewaktu dalam kandungan, atau dapat juga ditularkan
setelah lahir.

Penularan TORCH dapat terjadi dengan dua cara pertama secara aktif
dan yang kedua secara pasif (bawaan). Penularan secara aktif terjadi apabila
menelan oosista dan sista, sedangkan penularan secara pasif terjadi melalui
plasenta ibu ke anak. Penularan secara aktif disebabkan oleh :

1. Makan daging setengah matang yang berasal dari hewan yang terinfeksi,
misalnya daging sapi, domba, kerbau, kelinci, ayam dan lain-lain.
Kemungkinan terbesar penularan TORCH ke manusia adalah melalui
jalur ini, yaitu melalui masakan sate yang setengah matang atau masakan
lain yang dagingnya dimasak tidak sempurna termasuk otak, hati dan
lain-lain.

2. Makan makanan yang tercemar oosista dari feses (kotoran) kucing yang
menderita TORCH. Feses kucing yang mengandung oosista akan
mencemari tanah (lingkungan) dan dapat menjadi sumber penularan baik
pada manusia maupun hewan. Tingginya resiko infeksi TORCH melalui
tanah yang tercemar, disebabkan karena oosista bisa bertahan di tanah
sampai beberapa bulan.

3. Transfusi darah (trofozoid), transplantasi organ atau cangkok jaringan


(trozoid, sista), kecelakaan di laboratorium yang menyebabkan TORCH
masuk ke dalam tubuh atau tanpa sengaja masuk melalui luka.

4. Hubungan seksual antara pria dan wanita juga bisa menyebabkan


menularnya TORCH. Misalnya seorang pria terkena salah satu penyakit
TORCH kemudian melakukan hubungan seksual dengan seorang wanita
(padahal sang wanita sebelumnya belum terjangkit) maka ada
kemungkinan wanita tersebut nantinya akan terkena penyakit TORCH.

5. Ibu hamil yang kebetulan terkena salah satu penyakit TORCH ketika
mengandung maka ada kemungkinan juga anak yang dikandungnya
terkena penyakit TORCH melalui plasenta.

6. Air Susu Ibu (ASI) juga bisa sebagai penyebab menularnya penyakit
TORCH. Hal ini bisa terjadi seandainya sang ibu yang menyusui
kebetulan terjangkit salah satu penyakit TORCH maka ketika menyusui
penyakit tersebut bisa menular kepada sang bayi yang sedang disusuinya

7. Keringat yang menempel pada baju atau pun yang masih menempel di
kulit juga bisa menjadi penyebab menularnya penyakit TORCH. Hal ini
bisa terjadi apabila seorang yang kebetulan kulitnya menmpel atau pun
lewat baju yang baru saja dipakai si penderita penyakit TORCH.

8. Faktor lain yang dapat mengakibatkan terjadinya penularan pada


manusia, antara lain adalah kebiasaan makan sayuran mentah dan buah -
buahan segar yang dicuci kurang bersih, makan tanpa mencuci tangan
terlebih dahulu, mengkonsumsi makanan dan minuman yang disajikan
tanpa ditutup, sehingga kemungkinan terkontaminasi oosista lebih besar.

9. Air liur juga bisa sebagai penyebab menularnya penyakit TORCH. Cara
penularannya juga hampir sama dengan penularan pada hubungan
seksual.

D. Manifestasi klinis

1. Toxoplasma

Menurut Zulkoni (2011), gejala klinik yang mucul pada penderita


sifatnya individual artinya berbeda-beda tiap orang, gejala serius yang
mucul pada bayi yang dilahirkan abortus dan premature atau lahir dini,
biasanya terjadi infeksi mata, pembesaran hati dan limpa, kuning pada
mata dan kulit selanjutnya diikuti kematin. Sedangkan menurut
soedarto (2012), sbagian kecil penderita Toxoplasma menunjukkan
gejala-gejala penyakit mirip “flu”, diseertai adanya pembesaran kelenjar
limfe atau mengeluh sakit otot dan nyeri berlangsung slama satu bulan
atau lebih. Toxoplasma yang berat dapat menyebabkan kerusakan pada
jaringan otak, mata, atau organ-organ lainnya pada saat masih berupa
janin yang dikandungnya.

2. Rubella

Menurut Prasetyo (2005), gejala klinik infeksivirus rubella berupa


ruam makulapapular, demam ringan, konjungtivitis, radang
tenggorokan, dan dapat disertai batu pilek. Ruam bermula dari muka
dan menyebar secara sentripental ke dada dan perut, dalam satu atau
dua hari menyebar ke ekstremitas.

3. CMV (Cytomegalovirus)
Infeksi cytomegalovirus (CMV) pada ibu hamil yang mendapat
infeksi CMV biasanya tidak menampakkan gejala apapun dan diagnose
baru dicurigai bila terdapat kelainan pada pemeriksaan ultrasonografi
(USG) janin. Kalaupun ada gejala klinisnya, yang umumnya timbul
adalah demam, rasa lemas, pembesaran kelenjar getah bening, dan
pembesaran hati serta limfa (Tatjana dkk, 2013).

4. Herpes simplex

Umumnya infeksi HSV-1 dan HSV-2 tidak menimbulkan gejala


dan jika ada gejala yang timbul kadarnya ringan. Gejala yang khas
adalah munculnya beberapa gelembung (blister) pada atau disekitar
daerah kelamin, anus, atau mulut. Infeksi herpes pada bayi mungkin
hanya timnul sebagai infeksi kulit, yaitu berupa gelembung kecil yang
berisi cairan. Gelembung ini dapat pecah, cairannya mongering lalu
membentuk krusta (keporeng), dan akhirnya penyembuh dapat kali
meninggalkan bekas (Robert, 2011).

E. Pemeriksaan penunjang
1. Toxoplasma
Menurut Abidin (2014), bila seorang wanita hamil sudah
dipastikan terifeksi akut T.gondi, poemberian antibiotika spiramisin
sebagai upaya pencegahan penularan infeksi kejanin dapat
dimulai.namun bila infeksi pada janin sudah terjadi (dipastikan melalului
pemeriksaan cairan amnion), dokter bisa memberikan prematin dan
sulvadiansin kepada ibu hamil sesudah trimester pertama atau diatas
umur kehamilan 18 minggu menurut para ahli. Asam folat perlu
diberikan bersama-sama obat-obatan tersebut untuk mencegah penekanan
sumsum tulang yang merupakan efek samping primetamin.primetamin
dan sulvadiazin juga diberikan untuk pengobatan kongenital
toxoplamosis.pengobatan biasanya berlangsung selama 1 tahun.
Agar tidak tertular toxsoplasma salah satunya yaitu makanan harus
suhu yang aman,jangan mencicipi sebelum masakan matang, Kupas atau
cuci bersi sayur dan buah sebelum dimakan, piring, pisau, talenan harus
dicuci hingga bersi, Masak daging hingga matang dan ajarkan anak untuk
selalu mencuci tangan.
2. Rubella

Progran vaksinasi atau imunisasi meupakan salah satu upaya


pencegahan rubella dengann 2 dosis vaksin MMR. Imunisasi ini paling
efektif diberikan pada umur 12 bulan tapi dapat ditunda sampai 15 bulan
paska melahirkan. wanita usia subur yang mendapatkan vaksin rubella
harus di berikan nasehat agar menghindari kehamilan selama 3 bulan
sesudah imunisasi. Dengan program imunisasi yang baik angka kejadian
sindrom rubella kongenital ternyata menurun. Namun program
imunisasi ini tidak mengurangi presentasi wanita usia subur yang rentan
terhadap rubella (novel,2011)

3. CMP (cytomegalovirus)

Menurut abidin (2014), obat yang dapat diberikan untuk infeksi


CMV kongenital adalah hyperimmune globulin yang diberikan secara
intra vena kepada ibu hamil dan juga secara intraamniotik (kedalam
cairan ketuban) kepada janin. Utuk kelainan pada bayi atau anak,
pengobatan atau bantuan yang diberikan akan disesuaikan dengan
kelainan yang terjadi misalnya terapi fisik (fisioterapi), alat bantu
dengar, kaca mata dan lain-lain.menjaga kebersihan diri adalah cara
terbaik dalam mencega infeksi CMV, misalnya :

a) Sering mencuci tangan dengan menggunakan sabun setelah


bersentuhan dengan popok atau kotoran anaknya.
b) Saat mencium anak kecil sebaiknya menghindari terkena air
mata, air liur, lebih aman mencium dahinya saja khususnya untuk
ibu hamil
c) Jangan makan dan minum dari piring dan gelas yang sama
dengan orang lain.
d) Hati-hati dengan bahan sekali pakai cuci tangan yang bersi jika
sudah terkontaminasi cairan tubuh.
4. Herpes simplex

Menurur Rukiyah dan yulianti (2011), apabila ibu hamil


terinfeksi virus ini, agar bayi tidak terinfeksi sebaiknya dilakukan oprasi
sesar, pencegahan lainnya dengan cara menjaga kesehatan terutama
kontak dengan bahan infeksius, menggunakan kondom dalam aktifitas
seksual, dan penggunaan sarung tangan dalam mengangani lesi
infeksius. Untuk mencegah transmisi dari ibu kejanin :

a) Pengobatan suprei pada serangan satu dalam kehamilan.


b) Rutin pemberian antivirus pada kehamilan dengan riwayat
infeksi HSV
c) Pemberian serologi (darah) pada yang beresiko terkena infeksi
HSV, pakaian bekas pakai ibu yang terinfeksi virus ini harus
dicuci secara Desinfeksi Tingkat Tinggi (DTT) dengan direndam
air mendidih agar virus mati.
F. Komplikasi
1. Toxoplasma
Menurut maryunani dan puspita (2013), infeksi toxoplasma akan
beresiko pada ibu hamil dan janin yang dikandungnya, yaitu :
a) Resiko pada ibu
Resiko yang terjadi pada kehamilan dari infeksi toksoplasma
ini adalah : abortus berulang, kelahiran prematur, kematian
janin, dan kecacatan pada bayi.
b) Resiko pada bayi
Resiko yang terjadi pada bayi dari ibu yang terinfeksi
toxoplasma adalah :
(1) Kelainan pada saraf mata dan infeksi mata yang berat.
(2) Kelaina sistemik seperti pucat, kuning, demam, pembesaran
hati dan limpa atau perdarahan, encephalus (tidak memiliki
tulang tengkorak).
(3) Hydrocephalus (pembesaran kepala)
(4) Pertumbuhan janin terhambat .
(5) Keterlambatan perkembangan psikomotor dalam bentuk
retardasi mental dan gangguan bicara.
(6) Kelainan kongenital.
(7) Kematian
2. Rubella
Menurut emeritus (2012), seorang wanita hamil ketular virus.
Rubella akan masuk ke janin, ini akan menyebabkan cacat bawaan
pada janin. Resiko terjadi gangguan pertumbuhan akibat infeksi pada
trimester pertama bervariasi antara 10-54%. Resiko terbesar terjadi
pada minggu pertama kehamilan kutipan Hanswer et al, 1985. Data
ini diambil dari studi prospektif yang diadakan pada masa sebelum
diagnosa rubella dapat ditegakkan lewat pemeriksaan laboratorium.
Penelitian yang baru menunjukkan bahwa resiko terjadinya
kerusakan organ pada janin kenyataannnya lebih besar aripada yang
disadari. Ketulisan adalah salah satu manifestasi klinis yang dapat
terjadi pada bayi baru lahir. Tuli akibat rubella bisa terjadi unilateral
(satu sisi) atau bilateral (dua sisi) dan mungkin ketulian ini akan
berkembang hingga remaja atau dewasa sedangkan kelainan lain
yang muncul berupa kelainan jantung, kelainan mata, dan kelainan
saraf.
3. CMV (cytomegalovirus)
Menurut abidin (2014), pada wanita hamil yang menderita CMV
(sytomegalovirus) akan mengakibatkan dampak yang bervariasi pada
janin yang dikandungnya, antara lain :
a) Pembesaran hati
b) Trombositopenia
c) Hepatitis dan jamdice (warna kuning pada kulit)
d) Mikrosefali
e) Perkapuran pada otak
f) IUGR
g) Ganngguan pendegaran
h) Retardasi mental
i) Kejang-kejang
4. Herpes simplex
Menurut novel (2011), kebanyakan orang yang terinfeksi HSV
tidak mengetahui dirinya terinfeksi karena tidak menimbulkan gejala
namun, herpes simplex pada kulit dapat menimbulkan adanya
benjolan-benjolan seperti jerawat pada kulit.
Menurut Nugraheny (2009), bayi yang tertular herpes saat
dilahirkan disebut herpes neonatal. Herpes neonatal dapat
menginfeksi kulit bayi, mata atau mulut dan bisa merasa sangat
kesakitan dan bahkan sampai meninggal.
BAB IV
KONSEP KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Identitas klien:
a. Keluhan utama
b. Riwayat kesehat:
 Suhu tubuh meningkat
 Malaise
 Sakit tenggorokan
 Mual dan muntah
 Nyeri otot
c. Riwayat kesehatan dahulu
 Klien sering berkontak langsung dengan binatang
 Klien sering mengomsumsi daging stenga matang
 Klien pernah mendapatkan trasfusi darah
d. Pemeriksaan fisik
 Mata : nyeri
 Perut : diare mual dan muntah
 Integument : suka berkeringat malam,suhu tubuh
meningkat, timbulnya rash pada kulit
 Muskuloskletal : nyeri dan kelemahan
 Hepar : hepatomegali dan icterus
B. Diagnosa
Diagnosa merupakan keputusan klinik tentang respon individu,
keluarga dan masyarakat tentang masalah kesehatan aktual atau
potensial, dimana berdasarkan pendidikan dan pengalamannya,
perawat secara akontabilitas dapat mengidentifikasi dan
memberikan intervensi secara pasti untuk menjaga, menurunkan,
membatasi, mencegah dan merubah status kesehatan klien
(Carpenito, 2000; Gordon, 1976&NANDA)

C. Intervensi

Tindakan yang dirancang untuk membantu klien dalam


beralih dari tingkat kesehatan saat ini ke tingkat yang
diinginkan dalam hasil yang diharapkan. (Gordon,1994)
D. Implementasi
Adalah inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan
yang spesifik (lyer,1996)
E. Evaluasi
Adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses
keperawatan yang menandakan seberapa jauh diagnosa
keperawatan, rencana tindakan, dan pelaksanaannya sudah
berhasil dicapai. Sebagai sesuatu yang direncanakan, dan
perbandingan yang sistematik pada stakesehatan klien
(Giffith, 1986)
BAB V
PEMBAHASAN KASUS
Kasus ;
Seorang perempuan bernama Ny E usia 28 tahun, dengan usia
kehamilan 20 minggu datang keklinik perawatan klien mengeluh
sakit kepala hidung tersumbat, nyeri pada kulit. Setelah dilakukan
pemeriksaan suhu tubuh 38,5°; ekstremitas atas dan bawah terlihat
bintik merah iritasi, TD 125/90 mmhg, nadi 90 kali per menit, RR 20
kali per menit, mata tampak merah, terdapat peradangan pada
tangan,saat dipegang kulit terasa hangat. Klien menceritakan bahwa
dirumah memelihara banyak kucing dan dia sering makan sayuran
mentah.
A. Pengkajian

Nama ibu : Ny. “E”

Umur : 28 tahun
Agama : Hindu

Pekerjaan : IRT

Alamat : Jl. Melati,23


B. Analisa data
DS
a. Mengeluh sakit kepala
b. Mengeluh hidung tersumbat
c. Mengeluh nyeri pada kuli
d. Klien menceritakan bahwa dirumah memelihara banyak kucing
e. Klien sering makan sayuran mentah.

DO:

a. S : 38,5 °

b. N : 90 x / menit

c. TD : 125/95 mmHg
d. RR : 20 x / menit

e. Mata tampak merah

f. Terdapat peradangan pada tangan

g. Dipegang kulit terasa hangat

h. Pada ekstremitas atas dan bawah terlihat bintik merah

C. Diagnosa

 Resiko infeksi berhubungan dengan penurunan

hemoglobin(11,1,00004)

 Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan adanya bintik

merah atau iritasi pada kulit( 11,2,00046)

(Nanda International Diagnosa Keperawatan Definisi &

Klasifikasi 2015-2017 Edisi 10)

D. Intervensi

Infeksi :

Intervensi

- Anjurkan pasien mengenai teknik mencuci tangan dengan tepat

- Gunakan sabun antimikroba untuk mencuci tangan yang sesuai

- Berikan imunisasi yang sesuai

- Anjurkan pasien untuk meminum antibiotik seperti yang

diresepkan

- Ajarkan pasien dan keluarga mengenal tanda dan gejala infeksi

dan kapan harus meelaporkannya pada penyedia perawatan

kesehatan
- Ajarkan pasien dan anggota keluarga mengenal bagaimana

menghindari infeksi

Integritas kulit :

Intervensi

- Cukur rambut didaerah yang terkena, sesuai kebutuhan

- Ukur luas luas luka, yang sesuai

- Bersikan dengan normal saline atau pembersi yang tidak

beracun dengan tepat

- Oleskan salap yang sesuai dengan kulit/lesi

- Berikan balutan yang sesuai dengan jenis luka

- Perkuat balutan (luka), sesuai dengan kebutuhan

- Pertahankan teknik balutan steril, ketika melakukan

perawatan luka,dengan tepat

- Gantin balutan sesuai dengan eksudat dan drainase

- Periksa luka setiapkali perubahan balutan

- Anjurkan pasien atau anggota keluarga pada prosedur

perawatan luka

- Anjurkan pasien dan keluarga untuk mengenal tanda dan

grjala infeksi. . (Nursing Interventions Classification,

Edisi 6)
BAB VI

PENUTUP

A. KESIMPULAN
TORCH adalah singkatan dari Toxoplasma gondii
(Toxo), Rubella, Cyto Megalo Virus (CMV), Herpes Simplex Virus
(HSV) yang terdiri dari HSV1 dan HSV2 serta kemungkinan oleh
virus lain yang dampak klinisnya lebih terbatas (Misalnya Measles,
Varicella, Echovirus, Mumps, virus Vaccinia, virus Polio, dan virus
Coxsackie-B).
Penyakit ini sangat berbahaya bagi ibu hamil karena dapat
mengakibatkan keguguran, cacat pada bayi, juga pada wanita belum
hamil bisa akan sulit mendapatkan kehamilan.
B. SARAN
Untuk selalu waspada terhadap penyakit TORCH dengan cara
mengetahui media dan cara penyebaran penyakit ini kita dapat
menghindari kemungkinan tertular. Hidup bersih dan makan makanan
yang dimasak dengan matang.
DAFTAR PUSTAKA

Abidi,A.N 2014. Menghindari dan mengatasi TORCH Jakarta


PT.gramedia

Bobak,I,M Jensen M D 2011. perawatan maternitas dan ginekologi


Bandung YIA-PKP

Ementus 2012. Patologi Rubella dan Kongenital Rubella London Kind’s


College

Haksohusodo, S. 2006. Infeksi TORCH Patogenesis infeksi Maternal-


Kongenital dan pengobatannya yogyakarta Medika

Juanda,A. 2017. TORCH akibat dan solusinya Solo Wanga Jakarta Lestari

Maryuni, A, Puspita, E. 2013. Asuhan kegawatdaruratan Maternal


da Neonatal, Jakarta.Trans into Media

Novel, S, S. 2011. Ensiklopedia penyakit menular dan infeksi Yogyakarta;


sendangadi Mlati Sleman

Nugraheny, A.A. 2005. Asuhan kebidanan patologi. Yogyakarta Pustaka


rihama

NANDA International , Diagnosa Keperawatan; defenisi & klasifikasi


2015-2017 Edisi 10

Nursing Intervesional Clasifikation (NIC) 2013 Edisi 6

Robert, H. 2017 . Herpoes Simplex dan Managene Infeksi. Jakarta ; GAIA

Rukiyah, A. Y, Yulianti, L. 2010. Asuhan kebidanan patologi IV.


Jakarta; Trans Info media

Sukarni, I, Sudarti. 2014. Patologi, Kehamilan, Persalinan, Nifas, dan


Neonatus risiko tinggi. Yogyakarta : Nuha medika

Prawiroharjo, S.2009. Ilmu kebidana jakarta: PT Bima Pustaka

Zulkono, A. 2011. Parasitologi. Yogyakarta:Nuha Medika

Anda mungkin juga menyukai