Disusun Oleh
2019/2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur terhadap Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan hidayahnya sehingga kita
dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Kontribusi Agama Dalam Pencegahan
Perilaku Seksual Pranikah.
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas ibu Dra. Sri Susanti, MA
pada matakuliah akhlak dan muamalah. Selain itu, makalah ini bertujuan untuk menambah
wawasan tentang berjudul Kontribusi Agama Dalam Pencegahan Perilaku Seksual Pranikah.
Kami mengucapkan terima kasih kepada ibu Dra. Sri Susanti, MA selaku dosen mata kuliah
akhlak dan muamalah. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membagi sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna baik segi
bahasa, penyusunan maupun penulisannya. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik
dan saran yang membangun bagi semua pembaca, guna menjadi acuan agar penulis ias menulis
makalah yang lebih baik lagi di masa mendatang.
i
DAFTAR ISI
HALAMAN COVER........................................................................................................i
KATA PENGANTAR.....................................................................................................ii
DAFTAR ISI...................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................3
3.1 Kesimpilan.....................................................................................................11
3.2 Saran..............................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................12
ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Perilaku seksual yang tidak sehat dikalangan remaja khususnya remaja yang
belum menikah cenderung meningkat. Kebanyakan usia remaja yang melakukan
hubungan seksual sebelum menikah terjadi antara usia 14-23 tahun dan usia terbanyak
adalah antara 17-18 tahun .
Pada usia ini remaja mengalami masa masa pubertas sehingga memiliki tingkat
rasa ingin tahu yang tinggi namun kurang disertai pertimbangan rasional . Akan akibat
dari perbuatan yang dilakukan . Remaja yang labil dan tidak memiliki pondasi ajaran
agam yang kuat dapat tidak terkendali dan melakukan seks bebas yang dilarang oleh
agamanya. Pada mas ini peran peran pendidikan agama yang sudah diajarkan sejak masa
kecil menjadi kendali perilaku remaja . Penjelasan seksualitas dari sudut pandang
agama ,ketaatan remaja dalam menjalankan ibadah menurut agama yang dianutnya
berpengaruh besar terhadap pengendalian perilaku termasuk dakam hal perilaku seksual.
Sehingga faktor faktor yang besar mempengaruhi perilaku seksual pranikah pada remaja
paling tinggi selain pendidikan di sekolah juga pemahaman tingkat agama (religius ).
Praktik pendidikan agama di Indonesia saat ini hanya mengutamakan aspek kognitif dan
mengabaikan aspek afektif dan konatif -volitif yaitu kemauan untuk mengamalkan,
sehingga terjadi kesenjangan antara pengetahuan tentang agama yang dimiliki dengan
pengalaman ajaran agama yang telah diterima (Bukhori ,dalam lobus 2007) . Hal ini
dibuktikan dengan adanya kasus seks pranikah dikalangan remaja yang berpendidikan.
Pendidikan agama tidak hanya dapat diperoleh di lingkungan sekolah ,namun dapat pula
melalui lingkungan keluarga . Menurut Thoules (dalam Marshal ,2008 ) menyatakan
pendidikan agama yang berasal dari keluarga dan sekolah termasuk salah satu faktor yang
dapat mempengaruhi religiusitas seseorang .
1
Hubungan negatif yang sangat signifikan antara religiusitas dengan perilaku
seksual remaja ,dimana semakin tinggi religiusitas maka perilaku seksual semakin rendah
dan sebaliknya . Faktor lain yang mempengaruhi perilaku seks pranikah remaja adalah
faktor lingkungan seperti VCD dan film porno.
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Seks Pranikah
Seks dalam bahasa Latin adalah sexus, yaitu merujuk pada alat kelamin. Seks
hanya memiliki pengertian mengenai jenis kelamin, anatomi dan fisiologisnya,
sedangkan menurut Budiarjo seksual merupakan sesuatu yang berhubungan dengan seks
dan reproduksi juga 83 berhubungan dengan kenikmatan yang berkaitan dengan tindakan
reproduksi. (Luthfie, 2002).
Perilaku seksual dapat didefinisikan sebagai bentuk perilaku yang didorong oleh
hasrat seksual baik dengan lawan jenis maupun sejenis. Menurut Simkin, perilaku seksual
adalah segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual baik dengan lawan jenis
maupun dengan sesama jenis. Bentuk tingkah laku ini beraneka ragam mulai dari
perasaan tertarik hingga tingkah laku berkencan, bercumbu dan bersenggama. (Amrillah,
2006 : 10).
Saat mendefinisikan perilaku seksual merupakan perilaku yang dihayati oleh
segala bentuk manifestasi naluri seksual manusia dalam kehidupannya. Sementara itu
menurut Djubaidah dan Ellyawati mendefinisikan perilaku seksual sebagai hubungan
khusus antara pria dan wanita yang sifatnya erotis. Perilaku seksual yang dicetuskan
individu merupakan implikasi suatu proses mental terhadap situasi dan kondisi konkrit
jasmani yang mengarah pada pola pemenuhan kepuasan psikis. (Amrillah, 2006:10). 84
Menurut Chaplin, tujuan seksual sendiri adalah untuk kesenangan atau kepuasan
seksual atau juga pengendoran ketegangan seksual. Kartono juga menjelaskan bahwa
seks adalah mekanisme bagi manusia untuk melanjutkan keturunan. Seks bukan hanya
perkembangan dan fungsi primer saja, tetapi juga termasuk gaya dan cara berperilaku
kaum pria dan wanita dalam hubungan interpersonal atau sosial. (Amrillah, 2006 : 9)
Kartini Kartono (1999:97) mendefinisikan bahwa seks bebas tidak beda dengan
pelacuran (prostitusi) karena aktivitas seksual yang mereka lakukan tidak lagi
mengindahkan nilai-nilai dan norma-norma dalam masyarakat.
4
Beberapa faktor lain yang mempengaruhi perilaku seksual pada remaja adalah
perubahan hormonal, penundaan usia perkawinan, penyebaran informasi melalui media
massa, tabu-larangan, norma-norma di masyarakat, serta pergaulan yang makin bebas antara
laki-laki dan perempuan (Sarwono, 2003)
Menurut para ahli, faktor-faktor yang mempengaruhi remaja untuk berperilaku seksual
pranikah yaitu:
a. Faktor fisik
Sarwono (2000) menyatakan bahwa mulai berfungsinya hormon-hormon seksual dapat
meningkatkandorongan seksual yang harus disalurkan sehingga keinginan remaja untuk
berperilaku seksual semakin kuat.
b. Pengaruh orangtua
PKBI (2000) mengemukakan bahwa kurangnya komunikasi secara terbuka antara
orangtua dengan remajadalam masalah seputar seksual dapat mengakibatkan munculnya
perilaku seksual menyimpang. Markum(1997) menambahkan, bahwa pendidikan seks
pasif (tanpa komunikasi dua arah) bisa mempengaruhi sikapserta perilaku seseorang,
karena dalam pendidikan seks anak tidak cukup hanya melihat dan mendengarsekali
atau dua kali, tapi harus dilakukan secara bertahap dan berkelanjutan. Orangtua wajib
meluruskan informasi yang tidak benar disertai penjelasan risiko perilaku seks yang
salah.
c. Pengaruh alat kontrasepsi
Menurut Sarwono (1981) dengan banyak beredarnya alat kontrasepsi secara bebas di
pasaran serta mudahdiperoleh oleh siapa saja tanpa adanya batasan yang tegas,
seringkali disalahgunakan oleh para remaja terutama untuk melakukan hubungan
seksual dengan pasangannya.
d. Pergaulan bebas
Sarwono (2000) mengatakan bahwa para remaja mempunyai banyak kebebasan dalam
bergaul denganteman sebaya terutama pergaulan dengan lawan jenis. Pergaulan yang
semakin bebas tanpa adanya suatu pengendalian pada diri remaja dapat menimbulkan
perilaku seksual pranikah
e. Pengaruh media
5
Penyebaran informasi tentang masalah seksual melalui media cetak atau elektronik yang
menyuguhkangambar porno, film porno, dan semua hal yang berbau pornografi, dapat
menyebabkan perilaku seksual pranikah pada remaja semakin meningkat (Sarwono,
2000).
6
c. Dampak sosial
Dampak sosial yang timbul akibat perilaku seksual yang dilakukan sebelum saatnya
antara lain dikucilkan, putus sekolah pada remaja perempuan yang hamil, dan
perubahan peran menjadi ibu. Belum lagi tekanan dari masyarakat yang mencela dan
menolak keadaan tersebut (Sarwono, 2003).
d. Dampak fisik
Dampak fisik lainnya sendiri menurut Sarwono (2003) adalah berkembangnya
penyakit menular seksual di kalangan remaja, dengan frekuensi penderita penyakit
menular seksual (PMS) yang tertinggi antara usia 15-24 tahun. Infeksi penyakit
menular seksual dapat menyebabkan kemandulan dan rasa sakit kronis serta
meningkatkan risiko terkena PMS dan HIV/AIDS.
7
ditingkatkan. Untuk itu ingin diketahui seberapa jauh pengetahuan guru, khususnya guru
bimbingan dan konseling. Diharapkan guru Bimbingan dan Konseling nantinya dapat
berperan sebagai nara sumber di sekolah (tempat kerja) dan memberikan informasi yang
benar mengenai hal-hal tersebut. Serta diadakan konseling seksualitas remaja.
Ada beberapa solusi, di antaranya, pertama, membuat regulasi yang dapat
melindungi anak-anak dari tontonan yang tidak mendidik. Perlu dibuat aturan perfilman
yang memihak kepada pembinaan moral bangsa. Oleh karena itu Rancangan Undang-
Undang Anti Pornografi dan Pornoaksi (RUU APP) harus segera disahkan. Kedua,
orangtua sebagai penanggung jawab utama terhadap kemuliaan perilaku anak, harus
menciptakan lingkungan keluarga yang harmonis dalam keluarganya. Kondisi rumah
tangga harus dibenahi sedemikian rupa supaya anak betah dan kerasan di rumah.
Berikut petunjuk-petunjuk praktis yang diberikan Stanley Coopersmith (peneliti
pendidikan anak), kepada orangtua dalam mendidik dan membina anak. Pertama,
kembangkan komunikasi dengan anak yang bersifat suportif. Komunikasi ini ditandai
lima kualitas; openness, empathy, supportiveness, positivenes, dan equality. Kedua,
tunjukkanlah penghargaan secara terbuka. Hindari kritik. Jika terpaksa, kritik itu harus
disampaikan tanpa mempermalukan anak dan harus ditunjang dengan argumentasi yang
masuk akal.
Ketiga, latihlah anak-anak untuk mengekspresikan dirinya. Orangtua harus
membiasakan diri bernegosiasi dengan anak-anaknya tentang ekspektasi perilaku dari
kedua belah pihak. Keempat, ketahuilah bahwa walaupun saran-saran di sini berkenaan
dengan pengembangan harga diri, semuanya mempunyai kaitan erat dengan
pengembangan intelektual. Proses belajar biasa efektif dalam lingkungan yang
mengembangkan harga diri. Intinya, hanya apabila harga diri anak-anak dihargai, potensi
intelektual dan kemandirian mereka dapat dikembangkan.
Selain petunjuk yang diberikan Stanley di atas, keteladanan orangtua juga merupakan
faktor penting dalam menyelamatkan moral anak. Orangtua yang gagal memberikan
teladan yang baik kepada anaknya, umumnya akan menjumpai anaknya dalam
kemerosotan moral dalam berperilaku.
8
2.6. Solusi Jika Pendidikan Agama Tidak Diajarkan dengan Keterkaitannya Terhadap
Seks Pranikah Pada Remaja
Ada bebrapa solusi untuk mencegah seks pranikah pada remaja jika tidak
diajarkannya agama :
1. Memperkuat Pendidikan Agama
Jika pendidikan agama tidak diajarkan maka harus diajarkan. Kuatnya pendidikan
agama dapat menjadikan seseorang taat kepada Tuhan Yang Maha Esa, sehingga akan
menjauhkan seseorang untuk melakukan perbuatan zina seperti seks pranikah.
2. Pendidikan Seks (Sex Education)
Seks education/pendidikan seks sangat diperlukan. Pendidikan seks ini sebaiknya di
ajarkan pada anak sejak usia dini sehingga dengan pengetahuan yang didapatkan dari
pendidikan seks tersebut dapat mencegah anak melakukan seks pranikah pada saat
usia remaja. Pendidikan seks ini tidak hanya di ajarkan di sekolah namun dapat juga
oleh orang tua di rumah. Pendidikan seks adalah membimbing serta mengasuh
seseorang agar mengerti tentang arti, fungsi dan tujuan seks, sehingga ia dapat
menyalurkan secara baik, benar dan legal. Pendidikan kesehatan reproduksi
dikalangan remaja bukan hanya memberikan pengetahuan tentang organ reproduksi,
tetapi bahaya akibat seks bebas. Dengan demikian, anak-anak remaja ini bias
terhindar dari percobaan melakukan seks pranikah.
3. Menghindari perilaku yang merangsang seksual
Perilaku yang dapat dihindari ,seperti beerpakaian yang baik dan sopan terutama
untuk perempuan. Menjaga perilaku yang dapat merangsang seksual terutama ketika
bergaul dengan lawan jenis. Perilaku lainnya seperti menjaga cara komunikasi dan
membina komunikasi yang baik dengan teman teman serta masyarakat hal tersebut
untuk memberikan batas diri terhadap kegiatan yang berdampak negatif ,seperti seks
bebas .
4. Menanamkan nilai ketimuran
Kalangan remaja dan mahasiswa kita kebanyakan sudah tak mengindahkan lagi akan
pentingnya nilai nilai ketimuran . Tentu saja nilai ketimuran ini selalu berkaitan
dengan nilai keislaman yang juga mmenbentuk akar budaya ketinuran . Nilai yang
bersumberkan pada ajaran spiritualitas agama ini perlu dipegang . Termasuk
meningkatkan derajat keimanan dan moralitas pemeluknya. Dengan dipegangnya
nilai nilai ini, harapannya mereka khususnya kalangan muda akan berpikir seribu kali
untuk terjun ke seks bebas.
5. Menegakkan Aturan Hukum
9
Maksud dari menegakkan aturan hukum yakni, menjaga tempat tempat yang sering
digunakan para remaja untuk berpacaran . Dimana pada tempat tempat tersebut tidak
hanya terdapat aturan namun ada ada juga penegak hukum yang menjaganya .
6. Jujur Pada Diri Sendiri
Tiap tiap individu hendaknya menyadari ingin yang terbaik untuk dirinya masing
masing ,sehingga seks pranikah dapat dihindari . Dengan jujur pada diri sendiri dapat
disadari bahwa seks pranikah merupakan perbuatan yang salah .
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
10
Seks pranikah adalah sebuah bentuk hubungan badan yang dilakukan oleh
sepasang individu tanpa ada ikatan resmi baik hokum maupun agama. Seks pranikah
dikalangan remaja sangatlah berbahaya dan di larang oleh agama karena dapat
menimbulkan dampak baik sosial, psikis bagi remaja. Menurut agama islam seks
pranikah disebut pula tindakan zina yang berarti segala persetubuhan yang tidak
disahkan dengan nikah atau yang tidak sah nikahnya dan agama islam melarang hamba-
hambanya berbuat zina. Banyaknya remaja yang memilih untuk melakukan seks
pranikah yang menandakan kurangnya remaja ataupun masyarakat luas untuk
mengamalkan ajaran agama mereka. Oleh sebab itu, tidak cukup kita hanya
mempelajari dan mengikuti pembelajaran agama apabila kita sebagai umat beragama
tidak dapat mengamalkan ajaran agama tersebut. Selain itu, rasa untuk mengontrol diri
juga harus dimiliki baik remaja ataupun masyarakat, untuk menghindari hal-hal negatif
yang ada disekitar kita. Mempelajari tentang pendidikan seks (sex education) dan jujur
pada diri sendiri untuk mengingatkan bahwa seks pranikah itu salah.
3.2. Saran
1. Perlu adanya sosialisasi mengenai bahayanya seks pranikah terutama di wilayah
terplosok yang masih kerap melakukan seks pranikah
2. Menekankan pengamalan atau penerapan ajaran agama dibandingkan dengan
mempelajari tanpa menerapkan ajaran tersebut dan menyebabkan generasi mudah
terjerumus ke hal yang negative
3. Menyadari bahwa makalah masih jauh dari kata sempurna, kritik dan saran dari
pembaca sangatlah kami butuhkan. Kedepannya kami akan menjelaskan makalah
tentang makalah di atas dengan sumber-sumber yang lebih banyak yang tentunya
dapat di pertanggungjawabkan.
DAFTAR PUSTAKA
https://id.scribd.com/doc/101528978/SAP-Perilaku-Seksual-Pranikah
https://core.ac.uk/download/pdf/16508756.pdf
11
12