Anda di halaman 1dari 18

PENERAPAN PRINSIP DAN IMPLEMENTASI CARA MELAKUKAN

DESINFEKSI

MAKALAH

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Manajemen Pasien Safety

Dosen Pembimbing: Ns. A. Zakaria, M.Imun

Disusun oleh:

KELOMPOK 4

1. N.Aldi Saputra (AOA0190906)


2. Riska Sri Puji Lestari (AOA0190912)
3. Seprianus Andri (AOA0190915)
4. Tiberias Tuyu (AOA0190917)
5. Ulfa Aliya Istiqomah (AOA0190918)

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN

FAKULTAS KESEHATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KENDEDES MALANG

2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
senantiasa rahmat serta hidayah-Nya sehingga dapat menyelesaikan tugas
makalah dengan judul “MAKALAH PENERAPAN PRINSIP DAN
IMPLEMENTASI CARA MELAKUKAN DESINFEKSI”.

Dalam menyelesaikan makalah ini kami telah berusaha untuk mencapai


hasil yang maksimum, tetapi dengan keterbatasan wawasan, pengetahuan, dan
kemampuan yang kami miliki, kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh
dari kata sempurna.

Selanjutnya, kami mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang


telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini. Apabila banyak kesalahan dan
kekurangan dalam penulisan dan keterbatasan materi, penulis mohon maaf yang
sebesar-besarnya. Semoga makalah ini berguna bagi yang membacanya.

Malang, 27 November 2020

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................... ii

DAFTAR ISI ....................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .............................................................................................. 4

B. Tujuan ........................................................................................................... 5

C. Rumusan masalah ......................................................................................... 5

BAB II PEMBAHASAN

2.1 DISINFEKSI TINGKAT TINGGI (DTT) .................................................... 6

A. Pemeliharaan Teknik Steril/ Disinfeksi Tingkat Tinggi ............................. 7

B. DTT dengan Cara Merebus ........................................................................ 7

C. Disinfeksi Tingkat Tinggi Sarung Tangan dengan Menggunakan Uap Air 8

D. DTT Kimiawi .............................................................................................. 10

E. Langkah-langkah kunci pada disinfeksi tingkat tinggi secara kimia .......... 10

F. DTT kateter secara kimiawi ....................................................................... 11

G. Pencucian dan Pembilasan (Proses Peralatan Bekas Pakai) ........................ 11

CUCI DAN BILAS ............................................................................................. 15

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ................................................................................................... 17

B. Saran ............................................................................................................ 17

DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada dasarnya ada persamaan jenis bahan kimia yang digunakan sebagai
antiseptik dan desinfektan. Tetapi tidak semua bahan desinfektan adalah bahan
antiseptik karena adanya batasan dalam penggunaan antiseptik. Antiseptik
tersebut harus memiliki sifat tidak merusak jaringan tubuh atau tidak bersifat
keras. Terkadang penambahan bahan desinfektan juga dijadikan sebagai salah satu
cara dalam proses sterilisasi, yaitu proses pembebasan kuman. Tetapi pada
kenyataannya tidak semua bahan desinfektan dapat berfungsi sebagai bahan dalam
proses sterilisasi.

Perkembangan ilmu mikrobiologi telah memberikan sumbangan yang


besaar bagi dunia kesehatan, dengan ditemukannya berbagai macam alat berkat
penemuan beberapa ilmuan besar. Bahwa terbukti untuk mencegah atau
mengendalikan infeksi tenaga kesehatan dapat menggunakan konsep steril
ataupun bersih, untuk membantu proses penyembuhan pasiennya dan lebih
spesifik lagi untuk mengendalikan dan mencegah terjadinya infeksi.

Lingkup bidang keperawatan memberikan asuhan keperawatan baik pada


pasien yang beresiko terinfeksi atau telah terinfeksi. Pengetahuan mengenai
bagaiman terjadinya infeksi sangat penting dikuasai untuk membatasi dan
mencegah terjadi penyebaran infeksi dengan cara mempelajari ilmu
bakteriologi, imunologi, virologi dan parasitologi yang terkandung pada ilmu
mikrobiologi.

Selain itu, diperlukan juga cara untuk mengurangi atau bahkan mengatasi
infeksi tersebut secara keseluruhan. Secara lebih spesifik diperlukan pula
pengetahuan mendasar akan kondisi seperti apa yang bisa dijadikan lokasi atau
tempat untuk melakukan asuhan keperawatan.

4
Bahan kimia tertentu merupakan zat aktif dalam proses desinfeksi dan
sangat menentukan efektivitas dan fungsi serta target mikroorganime yang akan
dimatikan. Dalam proses desinfeksi sebenarnya dikenal dua cara, cara fisik
(pemanasan) dan cara kimia (penambahan bahan kimia). Dalam tulisan ini hanya
difokuskan kepada cara kimia, khususnya jenis-jenis bahan kimia yang digunakan
serta aplikasinya.

B. Tujuan

Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk lebih mengetahui tentang
desinfektan serta langkah cuci dan bilas.

C. Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang di atas perlu dilakukan perumusan masalah, yang di


identifikasikan masalah-masalah tersebut diantaranya:

1. Apa pengertian dari Disinfeksi Tingkat Tinggi ?

2. Bagaimana langkah Cuci dan Bilas ?

5
BAB II

PEMBAHASAN

DISINFEKSI TINGKAT TINGGI (DTT)

1.1 Pengertian Desinfektan


Desinfektan adalah bahan kimia yang digunakan untuk
mencegahterjadinya infeksi atau pencemaran jasad renik seperti bakteri dan virus,
jugauntuk membunuh atau menurunkan jumlah mikroorganisme atau kuman
penyakitlainnya. Disinfektan digunakan untuk membunuh mikroorganisme pada
benda mati.

Desinfeksi adalah membunuh mikroorganisme penyebab penyakit


denganbahan kimia atau secara fisik, hal ini dapat mengurangi kemungkinan
terjadiinfeksi dengan jalam membunuh mikroorganisme patogen. Desinfeksi
dilakukanapabila sterilisasi sudah tidak mungkin dikerjakan, meliputi :
penghancuran danpemusnahan mikroorganisme patogen yang ada tanpa tindakan
khusus untukmencegah kembalinya mikroorganisme tersebut.

1.2 10 Kriteria Suatu Desinfektan Dikatakan Ideal, Yaitu :

1.Bekerja dengan cepat untuk menginaktivasi mikroorganisme pada suhu kamar

2.Aktivitasnya tidak dipengaruhi oleh bahan organik, pH, temperatur dan


kelembaban

3.Tidak toksik pada hewan dan manusia

4.Tidak bersifat korosif

5.Tidak berwarna dan meninggalkan noda

6.Tidak berbau/ baunya disenangi

7.Bersifat biodegradable/ mudah diurai

8.Larutan stabil

9.Mudah digunakan dan ekonomis


6
10.Aktivitas berspektrum luas

A. Pemeliharaan Teknik Steril/ Disinfeksi Tingkat Tinggi

Dimanapun prosedur dilakukan, daerah steril harus dibuat dan dipelihara untuk
menurunkan risiko kontaminasi di area tindakan. Peralatan atau benda-benda yang
disinfeksi tingkat tinggi bisa ditempatkan di area steril. Prinsip menjaga daerah
yang harus digunakan untuk prosedur pada area tindakan dengan kondisi
disinfeksi tingkat tinggi (AVSC, 1999). Pelihara kondisi steril dengan
memisahkan benda-benda steril atau mungkin gunakan baju, sarung tangan steril
dan sediakan atau pertahankan lingkungan yang steril.

Sediakan dan jaga daerah steril/ disinfeksi tingkat tinggi:

1. Gunakan kain steril

2. Berhati-hati jika membuka bungkusan atau memindahkan benda-benda ke


daerah yang steril/ disinfeksi tingkat tinggi

3. Hanya benda-benda steril/ disinfeksi tingkat tinggi atau petugas dengan atribut
yang sesuai yang diperkenankan untuk memasuki daerah steril/ disinfeksi tingkat
tinggi

4. Anggap benda apapun yang basah, terpotong atau robek sebagai benda
terkontaminasi

5. Termpatkan daerah steril/ disinfeksi tingkat tinggi dari pintu atau jendela

6. Cegah orang-orang yang tidak memakai sarung tangan disinfeksi tingkat tinggi
atau steril untuk menyentuh peralatan yang ada di daerah steril.

B. DTT dengan Cara Merebus

1. Gunakan panci dengan penutup yang rapat

2. Ganti air setiap kali mendesinfeksi peralatan

3. Rendam peralatan di dalam air sehingga semuanya terendam air

7
4. Mulai panaskan air

5. Mulai hitung waktu saat air mendidih

6. Jangan tambahkan benda apapun ke dalam air mendidih setelah penghitungan


waktu dimulai

7. Rebus selama 20 menit

8. Catat lama waktu perebusan peralatan di dalam buku khusus

9. Biarkan peralatan kering dengan cara diangin-anginkan sebelum digunakan

C. Disinfeksi Tingkat Tinggi Sarung Tangan dengan Menggunakan Uap


Air

Setelah sarung tangan didekontaminasi dan dicuci, maka sarung tangan ini siap
untuk DTT menggunakan uap panas (jangan ditaburi dengan bubuk talk)

1. Gunakan panci perebus dengan tiga susun nampan kukus

2. Gulung bagian atas sarung tangan sehingga setelah DTT selesai sarung tangan
dapat dipakaikan tanpa membuat terkontaminasi baru

3. Letakkan sarung tangan pada nampan pengukus yang berlubang di bawahnya.


Agar mudah dikeluarkan dari bagian atas nampan pengukus, letakkan 5-15 pasang
sarung tangan dengan bagian jarinya mengarah ke tengah nampan. Agar proses
DTT berjalan efektif, harap perhatikan jumlah maksimal sarung tangan dalam satu
nampan (tergantung dari diameter nampan)

4. Ulangi proses tersebut hingga semua nampan pengukus terisi sarung tangan.
Susun tiga nampan pengukus di atas panci perebus yang berisi air. Letakkan
sebuah panci perebus kosong di sebelah kompor

5. Letakkan penutup di atas nampan pengukus paling atas dan panaskan air hingga
mendidih. Jika air mendidih perlahan, hanya sedikit uap air yang dihasilkan dan
suhunya mungkin tidak cukup tinggi untuk membunuh mikroorganisme. Jika air

8
mendidih terlalu cepat, air akan menguap dengan cepat dan ini merupakan
pemborosan bahan bakar

6. Jika uap mulai keluar dari celah-celah di antara panci pengukus, mulailah
perhitungan waktu. Catat pengukusan sarung tangan dalam buku khusus

7. Kukus sarung tangan selama 20 menit, buka tutup panci dan letakkan dalam
posisi terbalik

8. Angkat nampan pengukus paling atas yang berisi sarung tangan dan goyangkan
perlahan-lahan agar air yang tersisa pada sarung tangan dapat menetes keluar

9. Letakkan nampan pengukus di atas panci perebus yang kosong di sebelah


kompor

10.Ulangi langkah tersebut hingga semua nampan pengukus yang berisi sarung
tangan tersusun di atas panci perebus yang kosong. Letakkan penutup di atasnya
agar sarung tangan menjadi dingin dan kering tanpa terkontaminasi (tuang air
perebus ke dalam wadah DTT)

"Ingat:Jangan menempatkan nampan pengukus berlubang yang berisi sarung


tangan di atas meja atau tempat lain karena sarung tangan dapat terkontaminasi
oleh cemaran dari luar melalui lubang bawah nampan”

11. Biarkan sarung tangan kering dengan diangin-anginkan sampai kering di


dalam nampan selama 4-6 jam. Jika diperlukan segera, biarkan sarung tangan
menjadi dingin selama 5-10 menit dan kemudian gunakan dalam waktu 30 menit
pada saat masih basah atau lembab (setelah 30 menit bagian jari sarung tangan
akan menjadi lengket dan membuat sarung tangan sulit dipakai atau digunakan)

12. Jika sarung tangan tidak akan dipakai segera, setelah kering gunakan penjepit
atas pinset disinfeksi tingkat tinggi untuk memindahkan sarung tangan. Letakkan
sarung tangan tersebut dalam wadah disinfeksi tingkat tinggi lalu tutup rapat
(sarung tangan bisa disimpan di dalam panci pengukus yang berpenutup rapat).
Sarung tangan tersebut bisa disimpan sampai satu minggu.

9
D. DTT Kimiawi

Bahan kimia yang dianjurkan untuk DTT adalah klorin dan glutaraldehid
(Cidex®). Alkohol, iodine dan indofor tidak digolongkan sebagai disinfektan
tingkat tinggi. Alkohol tidak membunuh virus dan spesies pseudomonas bisa
tumbuh dalam larutan iodine. Larutan-larutan tersebut hanya boleh digunakan
sebagai disinfektan jika disinfektan yang dianjurkan tidak tersedia. Lysol®,
Karbol® dan Densol® (asam karbolik 5% atau fenol 1-2%) digolongkan sebagai
disinfektan tingkat rendah dan tidak dapat digunakan untuk dekontaminasi atau
proses DTT. Tablet formalin hanya efektif dalam suhi tinggi dan dalam bentuk
gas jenuh, Penggunaan tablet formalin sangat tidak dianjurkan. Meletakkan tablet
bersama sarung tangan, bahan-bahan atau perlengkapan dalam botol kaca yang
tertutup tidak akan bekerja secara efektif. Formaldehid (formalin) merupakan
bahan karsinogenik sehingga tidak boleh lagi digunakan sebagai disinfektan.

Larutan disinfektan tingkat tinggi yang selalu tersedia dan tidak mahal
adalah klorin. Karena larutan klorin bersifat korosif dan proses DTT memerlukan
perendaman selama 20 menit makan peralatan yang sudah didisinfeksi tingkat
tinggi secara kimiawi harus segera dibilas dengan air matang. Lihat gambar rumus
yang digunakan dalam membuat larutan.

E. Langkah-langkah kunci pada disinfeksi tingkat tinggi secara kimia


termasuk:

1. Letakkan peralatan dalam keadaan kering (sudah didekontaminasi dan cuci


bilas) ke dalam wadah dan tuangkan desinfektan

“Ingat: Jika peralatan basah sebelum direndam dalam larutan kimia maka akan
terjadi pengenceran larutan tersebut sehingga dapat mengurangi daya kerja atau
efektifitasnya”

2. Pastikan peralatan terendam seluruhnya dalam larutan kimia

3. Rendam peralatan terendam seluruhnya dalam larutan kimia

10
4. Rendam peralatan selama 20 menit

5. Catat lama waktu peralatan direndam dalam larutan kimia di buku khusus

6. Bilas peralatan dengan air matang dan angin-anginkan sampai kering di wadah
disinfeksi tingkat tinggi yang berpenutup

7. Setelah kering, peralatan dapat segera digunakan atau disimpan dalam wadah
disinfeksi tingkat tinggi berpenutup rapat.

F. DTT kateter secara kimiawi:

1. Persiapkan larutan klorin 0,5%

2. Pakai sarung tangan lateks atau sarung tangan rumah tangga pada kedua tangan

3. Letakkan kateter yang sudah dicuci dan dikeringkan dalam larutan klorin.
Gunakan tabung suntik steril atau DTT untuk membilas bagian dalam kateter
dengan menggunakan larutan klorin. Ulangi pembilasan tiga kali. Pastikan kateter
terendam dalam larutan

4. Biarkan kateter terendam selama 20 menit

5. Gunakan tabung suntik steril atau DTT untuk membilas kateter dengan air DTT

6. Kateter dikeringkan dengan cara diangin-anginkan dan setelah ini dapat segera
digunakan atau disimpan dalam wadah DTT yang bersih

G. Pencucian dan Pembilasan (Proses Peralatan Bekas Pakai)

Pencucian adalah cara paling efektif untuk menghilangkan sebagian besar


mikroorganisme pada peralatan/ perlengkapan yang kotor atau yang sudah
digunakan. Baik sterilisasi maupun disinfeksi tingkat tinggi menjadi kurang
efektif tanpa proses pencucian sebelumnya. Jika benda-benda yang terkontaminasi
tidak dapat dicuci segera setelah didekontaminasi, bilas peralatan dengan air untuk
mencegah korosi dan menghilangkan bahan-bahan organik, lalu cuci dengan
seksama secepat mungkin.

11
Seperti yang diperlihatkan pada tabel, sebagian besar (hingga 80%)
mikroorganisme yang terdapat dalam darah dan bahan-bahan organik lainnya bisa
dihilangkan melalui proses pencucian. Pencucian juga dapat menurunkan jumlah
endospora bakteri yang menyebabkan tetanus dan gangren, pencucian ini penting
karena residu bahan-bahan organik bisa menjadi tempat kolonisasi
mikroorganisme (termasuk endospora) dan melindungi mikroorganisme dari
proses sterilisasi atau disinfeksi kimiawi. Sebagian contoh virus hepatitis B bisa
tetap hidup pada darah yang hanya 10-8 ml (yang tidak bisa dilihat dengan mata
biasa) dan bisa menyebabkan infeksi jika terpercik ke mata.

Jika perlengkapan untuk proses sterilisasi tidak tersedia, pencucian secara


seksama merupakan proses fisik satu-satunya untuk menghilangkan sejumlah
endospora bakteri.

Dekontaminasi – Pencucian (hanya air)

Pencucian (deterjen dan bilas)

DTT1 - Sterilisasi1

1. Efektifias (menghilangkan atau menonaktifkan mikroorganisme

2. Membunuh virus AIDS dan Hepatitis

Hingga 50%, Hingga 80%, 95%, 100%

Waktu yang diperlukan agar proses berjalan efektif

1. Rendam selama 10 menit

2. Cuci hingga bersih

3. Cuci hingga terlihat bersih

a. Rebus, kukus atau secara kimia: 20 menit

b. Kukus: 20-30 menit 106kPa 1210 C

c. Panas kering 60 menit pada suhu 1700 C

12
4. Perlu didahului oleh dekontaminasi dan pencucian

Perlengkapan/ bahan-bahan untuk mencuci peralatan termasuk:

1. Sarung tangan karet yang tebal atau sarung tangan rumah tangga dari lateks

2. Sikat (bole menggunakan sikat gigi)

3. Tabung suntik (minimal ukuran 10 ml: untuk kateter, termasuk kateter


penghisap lendir)

4. Wadah plastik atau baja anti-karat (stainless steel)

5. Air bersih

6. Sabun atau deterjen

Tahap-tahap pencucian dan pembilasan:

1. Pakai sarung tangan karet yang tebal pada kedua tangan

2. Ambil peralatan bekas pakai yang sudah didekontaminasi (hati-hati bila


memegang peralatan yang tajam, seperti gunting dan jarum jahit)

3. Agar tidak merusak benda-benda yang terbuat dari plastik atau karet, jangan
dicuci secara bersamaan dengan peralatan dari logam

4. Cuci setiap benda tajam secara terpisah dan hati-hati:

a. Gunakan sikat dengan air dan sabun untuk menghilangkan sisa darah dan
kotoran

b. Buka engsel gunting dan klem

c. Sikat dengan seksama terutama di bagian sambungan dan sudut peralatan

d. Pastikan tidak ada sisa darah dan kotoran yang tertinggal pada peralatan

e. Cuci setiap benda sedikitnya tiga kali (atau lebih jika perlu) dengan air dan
sabun atau deterjen

13
f. Bilas benda-benda tersebut dengan air bersih

5. Ulangi prosedur tersebut pada benda-benda lain

6. Jika peralatan didisinfeksi tingkat tinggi secara kimiawi (misalkan dalam


larutan klorin 0,5%) tempatkan peralatan dalam wadah yang bersih dan biarkan
kering sebelum memulai proses DTT

Alasan: Jika peralatan masih basah mungkin akan mengencerkan larutan kimia
dan membuat larutan menjadi kurang efektif

7. Peralatan yang akan didisinfeksi tingkat tinggi dengan dikukus atau direbus,
atau disterilisasi di dalam otoklaf atau oven panas kering, tidak perlu dikeringkan
dulu sebelum proses DTT atau sterilisasi dimulai

8. Selagi masih memakai sarung tangan, cuci sarung tangan dengan air dan sabun
dan kemudian bilas dengan seksama menggunakan air bersih

9. Gantungkan sarung tangan dan biarkan kering dengan cara diangin-anginkan.

Bola karet seperti itu harus dibuang setelah digunakan, kecuali jika
dirancang untuk dipakai ulang. Secara ideal kateter penghisap DeLee harus
dibuang setelah satu kali digunakan; jika hal ini tidak memungkinkan, kateter
harus dibersihkan dan didisinfeksi tingkat tinggi dengan seksama. Kateter urin
sangat sulit dibersihkan dan didisinfeksi tingkat tinggi. Penggunaan kateter
dengan kondisi tersebut di atas pada lebih dari satu ibu dapat meningkatkan risiko
infeksi jika tidak diproses dengan benar.

Untuk mencuci kateter (termasuk selang atau pipa plastik penghisap lendir), ikuti
tahap-tahap berikut:

1. Pakai sarung tangan karet yang tebal atau sarung tangan rumah tangga dari
lateks pada kedua tangan

2. Lepaskan penutup wadah penampung lendir (untuk kateter penghisap lendir

3. Gunakan tabung suntik besar untuk mencuci bagian dalam kateter sedikitnya
tiga kali (atau lebih jika perlu) dengan air dan sabun atau deterjen

14
4. Bilas kateter menggunakan tabung suntik dan air bersih

5. Letakkan kateter dalam wadah yang bersih dan biarkan kering sebelum
dilakukan DTT.

CUCI DAN BILAS

Mencuci kedua tangan merupakan prosedur awal yang dilakukan bidan


atau petugas kesehatan dalam memberikan tindakan. Tindakan ini yang bertujuan
untuk membersihkan tangan dari segala kotoran, mencegah terjadi infeksi silang
melalui tangan dan persiapan bedah atau tindakan pembedahan agar
miroorganisme yang dapat mengakibatkan infeksi tidak berpindah ke pasien,
pengunjung, dan tenaga kesehatan. Sebaiknya waktu pencucian tangan dilakukan :

1. Sebelum dan sesudah kontak dengan pasien

2. Awal dan akhir dari perawatan persalinan bagi yang berada dalam ruangan
maternity, juga bagi perawatn pasien pre dan post operasi

3. Sebelum menyediakan makanan dan menyuapi pasien

4. Setelah menyentuh alat yang terkontaminasi

5. Sebelum menyiapkan obat bagi pasien

6. Sebelum memegang alat steril bagi pasien, yaitu pasien telah menggunakan
urinal sebelum dan sesudah makan

Adapun Teknik mencuci dengan desinfeksi

Alat dan bahan:

1. Air bersih

2. Larutan desinfektan lisol/savlon

3. Handuk/lap kering

Prosedur kerja:

15
1. Lepaskan segala yang melekat pada daerah tangan,seperti cincin atau jam
tangan,

2. Basahi jari tangan,lengan hingga siku dengan air,kemudian dengan larutan


desinfektan (lisol atau savlon) dan sikat bila perlu.

3. Bilas dengan air bersih yang mengalir dan keringkan dengan handuk atau lap
kering.

16
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Mencuci kedua tangan merupakan prosedur awal yang dilakukan bidan


atau petugas kesehatan dalam memberikan tindakan. Tindakan ini yang bertujuan
untuk membersihkan tangan dari segala kotoran, mencegah terjadi infeksi silang
melalui tangan dan persiapan bedah atau tindakan pembedahan agar
miroorganisme yang dapat mengakibatkan infeksi tidak berpindah ke pasien,
pengunjung, dan tenaga kesehatan.

Selain itu metode sterilisasi merupakan Metode praktis yang dirancang


untuk membersihkan dari mikroorganisme atau sengaja untuk menghambat
pertumbuhannya, yang nyata dari kepentingan dasar di banyak keadaan.

B. Saran

Dalam setiap tindakan yang dilakukan oleh petugas kesehatan diharapkan


melakukan prosedur kebersihan dimulai dari mencuci tangan 7 langkah, sterilisasi
dan deinfektan tingkat tinggi alat-alat kesehatan. Agar kebersihan terjaga sehingga
tidak terkontaminasi oleh mikroorganisme yang merugikan.

17
DAFTAR PUSTAKA

Scoville’s : The Art of Compounding, Glenn L. Jenkins et.all., 1957, New York :
MC-Graw Hill Book Companies.

Pharmaceutical Technology, Eugene L. Parrott, 1974, Minneapolis : Burgess


Publishing Company.

Teori dan Praktek Farmasi Industri (terjemahan), Leon Lachmann et.all., 1998,
jakarta : UI-Press.

Remington’s Pharmaceutical Sciences 18 th Edition, A.R. Gennaro, 1990,


Pennsylvania : Mack Publishing Company.

Parenteral Manual Technology, Michael J. groves, 1988, USA : Interpharm Press


Inc.

Validation of Pharmaceutical Processes (electronic version), James Agalloco,


2008, USA : Informa Healthcare Inc.

18

Anda mungkin juga menyukai