Anda di halaman 1dari 31

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN HARGA DIRI RENDAH

BAB II
PEMBAHASAN

A.    PENGERTIAN HARGA DIRI RENDAH

Harga diri adalah penilaian tentang pencapaian diri dengan menganalisa seberapa jauh
perilaku sesuai dengan ideal diri. ( Keliat B.A , 2002 ). Harga diri rendah adalah evaluasi diri
dan perasaan tentang diri atau kemampuan diri yang negatif, dapat secara langsung atau tidak
langsung di ekspresikan. Harga diri rendah adalah menolak dirinya sebagai sesuatu yang
berharga dan tidak dapat bertanggungjawab pada kehidupannya sendiri.(Stuart dan Sundeen,
2005). Harga diri rendah adalah penilaian negative seseorang terhadap diri dan kemampuan
yang diekspresikan secara langsung dan tidak langsung (Bawlis,2002). Dari pengertian diatas
dapat disimpulakan bahwa harga diri rendah adalah sebagai perasaan negative terhadap diri
sendiri dalam kepercayaan diri yang gagal mencapai keinginan.

B.     FAKTOR PREDISPOSISI DAN PRESIPITASI


1.      Faktor Predisposisi
a.       Faktor yang mempengaruhi harga diri.
Harga diri adalah sifat yang diwariskan secara genetik. Pengaruh lingkungan sangat
penting dalam pengembangan harga diri. Faktor-faktor predisposisi dari pengalaman masa
anak-anak merupakan faktor kontribusi pada gangguan atau masalah konsep diri. Anak
sangat peka terhadap perlakuan dan respon orang tua. Penolakan orang tua menyebabkan
anak memilki ketidakpastian tentang dirinya dan hubungan dengan manusia lain. Anak
merasa tidak dicintai dan menjadi gagal mencintai dirinya dan orang lain.
Saat ia tumbuh lebih dewasa, anak tidak didorong untuk menjadi mandiri, berpikir
untuk dirinya sendiri, dan bertanggung jawab atas kebutuhan sendiri. Kontrol berlebihan dan
rasa memiliki yang berlebihan yang dilakukan oleh orang tua dapat menciptakan rasa tidak
penting dan kurangnya harga diri pada anak. Orangtua membuat anak-anak menjadi tidak
masuk akal, mengkritik keras, dan hukuman.
Tindakan orang tua yang berlebihan tersebut dapat menyebabkan frustasi awal, kalah,
dan rasa yang merusak dari ketidak mampuan dan rendah diri. Faktor lain dalam menciptakan
perasaan seperti itu mungkin putus asa, rendah diri, atau peniruan yang sangat jelas terlihat
dari saudara atau orangtua. Kegagalan dapat menghancurkan harga diri, dalam hal ini dia
gagal dalam dirinya sendiri, tidak menghasilkan rasa tidak berdaya, kegagalan yang
mendalam sebagai bukti pribadi yang tidak kompeten.
Ideal diri tidak realistik merupakan salah satu penyebab rendahnya harga diri.Individu
yang tidak mengerti maksud dan tujuan dalam hidup gagal untuk menerima tanggung jawab
diri sendiri dan gagal untuk mengembangkan potensi yang dimilki. Dia menolak dirinya
bebas berekspresi, termasuk kebenaran untuk kesalahan dan kegagalan, menjadi tidak
sabaran, keras, dan menuntut diri. Dia mengatur standar yang tidak dapat ditemukan.
Kesadaran dan pengamatan diri berpaling kepada penghinaan diri dan kekalahan diri. Hasil
ini lebih lanjut dalam hilangnya kepercayaan diri.
b.      Faktor yang mempengaruhi penampilan peran
Peran yang sesuai dengan jenis kelamin sejak dulu sudah diterima oleh masyarakat,
misalnya wanita dianggap kurang mampu, kurang mandiri , kurang objektif, dan kurang
rasional dibandingkan pria. Pria dianggap kurang sensitive, kurang hangat, kurang ekpresif
dibanding wanita. Sesuai dengan standar tersebut, jika wanita atau pria berperan tidak seperti
lazimnya maka akan menimbulkan konflik didalam diri mapun hubungan sosial. Misalnya
wanita yang secara tradisional harus tinggal dirumah saja, jika ia mulai keluar rumah untuk
mulai sekolah atau bekerja akan menimbulkan masalah. Konflik peran dan peran yang tidak
sesuai muncul dari faktor biologis dan harapan masyarakat terhadap wanita atau pria.
c.       Faktor yang mempengaruhi identitas diri
Intervensi orangtua terus-menerus dapat mengganggu pilihan remaja. Orang tua yang
selalu curiga pada anak menyebakan kurang percaya diri pada anak. Anak akan ragu apakah
yang dia pilih tepat, jika tidak sesuai dengan keinginan orang tua maka timbul rasa bersalah.
Ini juga dapat merendahkan pendapat anak dan mengarah pada keraguan, impulsif, dan
bertindak keluar dalam upaya untuk mencapai beberapa identitas. Teman sebayanya
merupkan faktor lain yang mempengaruhi identitas. Remaja ingin diterima, dibutuhkan,
diingikan, dan dimilki oleh kelompoknya.
2.      Faktor Presipitasi
a.       Trauma
Masalah khusus tentang konsep diri disebabakan oleh setiap situasi dimana individu
tidak mampu menyesuaikan. Situasi dapat mempengaruhi konsep diri dan komponennya.
Situasi dan stressor yang dapat mempengaruhi gambaran diri dan hilangnya bagian badan,
tindakan operasi, proses patologi penyakit, perubahan struktur dan fungsi tubuh, proses
tumbuh kembang, dan prosedur tindakan dan pengobatan.
b.      Ketegangan peran
Ketegangan peran adalah stres yang berhubungan dengan frustasi yang dialami
individu dalam peran.
-          Transisi perkembangan
Transisi perkembangan adalah perubahan normatif berhubungan dengan
pertumbuhan. Setiap perkembangan dapat menimbulkan ancaman pada identitas. Setiap tahap
perkembangan harus dilakukan inidividu dengan menyelesaikan tugas perkembangan yang
berbeda-beda. Hal ini dapat merupakan stressor bagi konsep diri.
-          Transisi situasi
Transisi situasi terjadi sepanjang daur kehidupan. Transisi situasi merupakan
bertambah atau berkurangnya orang yang penting dalam kehidupan individu melalui
kelahiran atau kematian orang yang berarti, misalnya status sendiri menjadi berdua atau
menjadi orang tua.
-          Transisi sehat sakit
Transisi sehat sakit berkembang berubah dari tahap sehat ke tahap sakit. Beberapa
stressor pada tubuh dapat menyebabakan gangguan gambaran diri dan berakibat perubahan
konsep diri. Perubahan tubuh dapat mempengaruhi semua komponen konsep diri yaitu
gambaran diri, peran ,dan harga diri. Masalah konsep diri dapat dicetuskan oleh faktor
psikologis, sossiologis, atau fisiologis, namun yang lebih penting adalah persepsi klien
terhadap ancaman perilaku.

C.    MANIFESTASI KLINIK


Menurut L. J Carpenito dan Keliat , perilaku yang berhubungan dengan harga diri
rendah antara lain :
Data Subjektif:
1. Mengkritik diri sendiri atau orang lain

2. Perasaan tidak mampu

3. Pandangan hidup yang pesimis

4. Perasaan lemah dan takut

5. Penolakan terhadap kemampuan diri sendiri

6. Pengurangan diri/mengejek diri sendiri

7. Hidup yang berpolarisasi


8. Ketidakmampuan menentukan tujuan

9. Mengungkapkan kegagalan pribadi

10. Merasionalisasi penolakan

Data Objektif:
a. Produktivitas menurun

b. Perilaku destruktiv pada diri sendiri dan orang lain

c. Penyalahgunaan zat

d. Menarik diri dari hubungan social

e. Ekspresi wajah malu dan rasa bersalah

f. Menunjukkan tanda depresi (sukar tidur dan sukar makan)

g. Tampak mudah tersinggung /mudah marah

 
D.    PSIKOPATOLOGI
Menurut Stuart (2005), berbagai faktor menunjang terjadinya perubahan dalam
konsep diri seseorang yaitu Faktor predisposisi yang merupakan faktor pendukung harga diri
rendah meliputi penolakan orang tua, harapan orang tua yang tidak relistis, kegagalan yang
berulang kali, kurang mempunyai tanggungjawab personal, ketergantungan pada orang lain
dan ideal diri yang tidak realistis. Faktor yang mempengaruhi performa peran adalah peran
gender, tuuntutan peran kerja, dan harapan peran budaya. Faktor yang mempengaruhi
identitas pribadi meliputi ketidakpercayaan orang tua, tekanan dari kelompok sebaya, dan
perubahan struktur sosial. Sedangkan faktor presipitasi munculnya harga diri rendah meliputi
trauma seperti penganiayaan seksual dan psikologis atau menyaksika kejadian yang
megancam kehidupan dan ketegangan peran beruhubungan dengan peran atau posisi yang
diharapkan dimana individu mengalami frustrasi.
Pada mulanya klien merasa dirinya tidak berharga lagi sehingga merasa tidak aman
dalam berhubungan dengan orang lain. Biasanya klien berasal dari lingkungan yang penuh
permasalahan, ketegangan, kecemasan dimana tidak mungkin mengembangkan kehangatan
emosional dalam hubungan yang positif dengan orang lain yang menimbulkan rasa aman.
Klien semakin tidak dapat melibatkan diri dalam situasi yang baru. Ia berusaha mendapatkan
rasa aman tetapi hidup itu sendiri begitu menyakitkan dan menyulitkan sehingga rasa aman
itu tidak tercapai. Hal ini menyebabkan ia mengembangkan rasionalisasi dan mengaburkan
realitas daripada mencari penyebab kesulitan serta menyesuaikan diri dengan kenyataan.
Semakin klien menjauhi kenyataan semakin kesulitan yang timbul dalam mengembangkan
hubungan dengan orang lain.
Tanda dan gejala yang muncul pada gangguan konsep diri harga diri rendah yaitu
mengkritik diri sendiri, termasuk hilangnya percaya diri dan harga diri, merasa gagal
mencapai keinginan,gangguan dalam berhubungan, penurunan produktivitas, destruktif yang
diarahkan pada orang lain, rasa bersalah, ketegangan peran yang dirasakan, pandangan hidup
yang pesimis, adanya keluhan fisik, perasaan tidak mampu, mudah tersinggung, menarik diri
secara realitas,penyalahgunaan zat dan menarik diri secara sosial.(Stuart & Sundeen, 1998,
hal. 230).melihat tanda dan gejala diatas apabila tidak ditanggulangi secara intensif akan
menimbulkan distress spiritual, perubahan proses pikir (curiga), perubahan interaksi sosial
(menarik diri) dan resiko terjadi amuk.

E.     PENATALAKSANAAN
Menurut hawari (2001), terapi pada gangguan jiwa skizofrenia dewasa ini sudah
dikembangkan sehingga penderita tidak mengalami diskriminasi bahkan metodenya lebih
manusiawi daripada masa sebelumnya. Terapi yang dimaksud meliputi :
a.             Psikofarmaka
Adapun obat psikofarmaka yang ideal yaitu yang memenuhi syarat sebagai berikut :
a. Dosis rendah dengan efektifitas terapi dalam waktu yang cukup singkat.

b. Tidak ada efek samping kalaupun ada relative kecil.

c. Dapat menghilangkan dalam waktu yang relative singkat, baik untuk gejala positif
maupun gejala negative skizofrenia.

d. Tidak menyebabkan kantuk

e. Memperbaiki pola tidur

f. Tidak menyebabkan lemas otot.

Berbagai jenis obat psikofarmaka yang beredar dipasaran yang hanya diperoleh
dengan resep dokter, dapat dibagi dalan 2 golongan yaitu golongan generasi pertama (typical)
dan golongan kedua (atypical). Obat yang termasuk golongan generasi pertama misalnya
chlorpromazine HCL, Thoridazine HCL, dan Haloperidol. Obat yang termasuk generasi
kedua misalnya : Risperidone, Olozapine, Quentiapine, Glanzapine, Zotatine, dan
aripiprazole.
b.      Psikoterapi
Therapy kerja baik sekali untuk mendorong penderita bergaul lagi dengan orang lain,
penderita lain, perawat dan dokter. Maksudnya supaya ia tidak mengasingkan diri lagi karena
bila ia menarik diri ia dapat membentuk kebiasaan yang kurang baik. Dianjurkan untuk
mengadakan permainan atau latihan bersama. (Maramis,2005)
c.      Therapy Kejang Listrik ( Electro Convulsive Therapy)
ECT adalah pengobatan untuk menimbulkan kejang granmall secara artificial dengan
melewatkan aliran listrik melalui elektrode yang dipasang satu atau dua temples. Therapi
kejang listrik diberikan pada skizofrenia yang tidak mempan denga terapi neuroleptika oral
atau injeksi, dosis terapi kejang listrik 4-5 joule/detik. (Maramis, 2005)
d.      Therapy Modalitas
Therapi modalitas/perilaku merupakan rencana pengobatan untuk skizofrrenia yang
ditujukan pada kemampuan dan kekurangan klien. Teknik perilaku menggunakan latihan
keterampilan sosial untuk meningkatkan kemampuan sosial. Kemampuan memenuhi diri
sendiri dan latihan praktis dalam komunikasi interpersonal. Therapi kelompok bagi
skizofrenia biasanya memusatkan pada rencana dan masalah dalam hubungan kehidupan
yang nyata.
TINJAUAN KASUS

Nama Pengkaji : Kelompok 3 Tgl MRS: 25-3-2021

Tgl Pengkajian : 25-3-2021 No RM : 83749

A.    IDENTITAS

Pasien

Nama : Tn A

Umur : 28 tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia

Agama : Islam

Pendidikan : SMA

Pekerjaan :-

Alamat : Gombong , Kebumen

Penanggung jawab

Nama : Tn T

Umur : 53 Tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Pekerjaan : Wiraswata

Hub. dg klien : Paman Klien

Alamat : Gombong, Kebumen

B.     ALASAN MASUK


Klien suka marah-marah, mudah tersinggung dan sering melamun sendiri.
C.    FAKTOR PREDISPOSISI
a.      Gangguan jiwa dimasa lalu
Klien mengatakan pernah mengalami gangguan jiwa sebelumnya karena mengamuk
di rumahnya dan menjalani pengobatan di RS Banyumas dan keluar dari RS Banyumas klien
melakukan rawat jalan dan setelah beberapa bulan klien mengatakan putus obat dank lien
mengamuk lagi di rumah dan keluarga membawa klien ke rumah sakit jiwa Magelang.
b.    Pengobatan sebelumnya
Pengobatan yang dilakukan klien sebelumnya adalah belum berhasil karena masih ada
gejala yang timbul.
c.     Tumbuh Kembang
-       Lahir sampai preskul
Klien mengatakan tidak mengingatnya karena sudah lama
-       Usia sekolah
Klien mengatakan dulu waktu sekolah klien memang pendiam, tidak suka bergaul
dengan temannya. Tetapi klien mengatakan keluarga klien terutama ibunya sering
memotivasi klien untuk bergaul dengan temannya
-       Praremaja sampai remaja
Klien mengatakan saat remaja klien sudah memiliki pacar dan tidak pendiam lagi.
d.      Anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa
Klien mengatakan ada anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa yaitu adiknya .
e.       Factor Presipitasi
Klien mengatakan dirinya korban PHK

D.    FISIK
a.      Tanda vital
TD: 100/60 mmHg, N: 86 x/mnt, RR: 22 x/mnt
b.      Ukur
TB: 170 cm, BB: 64 kg
c.       Keluhan Fisik
Klien mengatakn tidak ada keluhan fisik yang dirasakan sekarang.

E.     PSIKOSOSIAL
a.      Genogram
b.      Konsep diri
-          Citra Tubuh / Gambaran Diri
Klien mengatakan tidak memiliki pandangan buruk terhadap tubuhnya,klien
mengatakan merasa bersyukur diberikan tubuh yang sehat dan tidak cacad.
-          Identitas
Klien mengatakan dirinya adalah seorang laki-laki yang bernama Tn. A,belum
mempunyai istri dan belum juga mendapatkan kerja
-          Peran
Klien mengatakan dirinya dirumah sebagai kakak dari tiga adiknya,selama dirawat di
wisma sadewa klien merasa tidak berguna karena tidak bisa membiayai adiknya sekolah dan
merasa kurang beruntung dan merasa kesepian.
-          Ideal diri
Klien mengatakan ingin menjadi lebih baik dari sekarang dan ingin menjadi yang
berguna bagi semua orang dan mendapatkan kerja lagi
-          Harga diri
Klien merasa tidak berguna, karena tidak bisa membiayai sekolah adiknya dan
membanggakan orang tuanya klien mengatakan merasa kurang beruntung dan malu dengan
keadaannya sekarang yang tidak bekerja,sehingga klien menyendiri dan tidak mau bergaul
dengan temannya.

c.       Hubungan Sosial


-          Orang yang berarti

Orang yang berarti dalam hidup klien adalah ibunya. Jika ada masalah ibunya sebagai
tepat mencurahkan perasaanya . dan saat dirawat di rumah sakit jiwa klien mengatakan
merasa sendiri dan ingin diam saja tanpa mau berbagi masalah dengan orang lain.
-          Peran serta kegiatan kelompok
Klien mengatakan tidak ada niat untuk berhubungan dengan orang lain dank lien
mengatakan lebih baik sendiri .Selama klien dirawat di Wisma Sadewa klien lebih bnayak
menyendiri , jarang berkomunikasi dengant eman-teman. Saat ada kegiatan klien mau bekerja
dengan motivasi. Saat di interaksi kontak mata klien kurang serta jawaban yang disampaikan
klien simple dan pendek.
-          Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain
Klien mengatakan tidak ada keinginan dalam berhubungan dengan orang lain dank
klien mengatakan ingin sendiri saja.
d.      Spiritual
-          Nilai dan keyakinan
Klien mengatakan dia seorang muslim
-          Kegiatan ibadah
Klien mengatakan jarang Sholat

F.     STATUS MENTAL


a.      Penampilan
Klien tampak rapid an berpakaian sesuai dengan pakaian teman-temanya yang ada di
bangsal,baju di kancingkan, rambut disisir.
b.      Pembicaraan
Klien kooperatif saat berkomunikasi , pembicaraan klien sesuai dengan topic yang
dibicarakan dan tidak ada inisisatif untuk bertanya kepada perawat.
c.       Aktivitas motorik
Klien tampak lesu, sering menyediri dan melamun , klien melakukan kegiatan jika di
motivasi perawat.
d.      Alam perasaan
Klien mengatakan sedih , karena merasa tidak berguna bagi keluarganya dan kurang
bersemangat.
e.       Afek klien
Afek klien yaitu afek datar, dimana saat diajak ngobrol klien tidak menunjukkan
perubahan raut muka atau ekspresi wajah.
f.       Interaksi secara wawancara
Selama interaksi klien kooperatif, kurang konsentrasi dan kontak mata kurang sering
berpaling pandangan, sering menunduk ketika diajak ngobrol jawaban klien simple dan
singkat
g.      Persepsi; Halusinasi
Klien mengatakan dulu sempat klien mendengar bisikan-bisikan tapi saat klien
dibawa ke Rsj Magelang, klien mengatakan bisikan itu sudah hilang.
h.      Isi pikir
Klien tidak mengalami fobia, pikiran magic atau depersonalisasi (perasaan asing
terhdap diri sendiri, orang lain dan lingkungan), klien tidak mengalami waham baik waham
curiga,waham agama, waham kebesaran, maupun waham somatic.
i.        Proses pikir
Klien tidak mengalami waham.
j.        Tingkat kesadaran
Tingkat kesadaran klien adalah bingung, klien tidak disorientasi waktu, tempat maupun
orang.
k.      Memori
Klien tidak mengalami gangguan daya ingat jangka panjang, pendek, maupun saat ini,
karena klien mampu menjawab tentang pertanyaan hari ini , tanggal dan tahun dan klien
mengingat kegiatan yang dilakukan kemarin yaitu seperti senam,dan lain-lain.
l.      Tingkat konsentrasi dan berhitung
Klien tidak mampu berkosentarasi secara penuh, karena klien terihat binggung dan
sering berpaling muka saat diajak berbicara, klien dapat berhitung dengan pertanyaan yang
sederhana seperti 2+3= 5 dan klien mampu menjawabnya.
m.    Daya tilik diri
Klien menyadari dirinya sedang mengalami suatu masalah / sakit(pasien)

G.    KEBUTUHAN PERSIAPAN PULANG


a.      Makan, mandi, dan berpakaian
Klien dapat menyiapkan makanan, mandi dan berpakaian secara mandiri
b.      BAB dan BAK
Klien mampu BAB dan BAK pada tempatnya serta dapat membersihkan toilet dan
membersihkan diri saat BAB dan BAK
c.       Istirahat dan Tidur
Klien mengatakna susah tidur dimalam hari dan sering terbangun
d.      Penggunaan Obat
Klien minum obat secara teratur dengan bantuan perawat

H.    MEKANISME KOPING


Mekanisme koping klien inefektif, selalu mengganggap diri tidak berguna, tidak
berguna bagi keluarga dan orang lain.
I.       ASPEK MEDIS
Diagnosa Medis: F.20.3 (skizofrenia tidak terperinci)
Terapi Medis :
-          Haloperidol (2x5mg) 5mg/12 jam (oral)à antipsikotik turunan
Indikasi: Management of manifestasi psikosis akut dan kronis, termasuk skizofrenia dan
manik negara
Kontra indikasi: Pada keadaan koma dan dalam kehadiran depresi SSP karena alkohol atau
obat depresan lainnya
Efek samping: Insomnia, reaksi depresif, dan beracun negara confusional adalah efek yang
lebih umum ditemui. Mengantuk, kelesuan, pingsan dan katalepsia, kebingungan,
kegelisahan, agitasi, gelisah, euforia, vertigo, kejang grand mal, dan eksaserbasi gejala
psikotik

-          Chlorpromazine 100 mg/12 jam(oral)


Indikasi : Skizofrenia dengan gejala agitasi, ansietas, tegang, bingung, insomnia,
waham,halusinasi; Gangguan kepribadian, Psikosis involusional, Psikosis pada anak
Kontra indikasi: koma, keracunan alcohol, hipersensitif (alergik)
Efek samping: lesu, ngantuk, hipotensi, mulut kering, amenore pada wanita.

-          Triheksipenidile 2mg/12 jam(oral)


Indikasi : Parkinson. Ggn ekstrapiramidal yg disebabkan obat SSP.
Kontra indikasi: --
Efek samping: Mulut kering, penglihatan kabur, pusing, semas, konstipasi, retensi urin,
takikardi, dilatasi pupil, TIO meningkat, sakit kepala.

 
ANALISIS DATA

Tgl Data Fokus Etiologi Diagnosa


25/3/2021-   Ds : Gangguan
Jam - Klien mengatakan selama dirawat di wisma konsep diri ;
10.00 sadewa klien merasa tidak berguna karena Harga Diri
tidak bisa membiayai adiknya sekolah dan Rendah
merasa kurang beruntung.
-       Klien mengatakan malu dengan keadaannya
sekarang yang tidak bekerja
-   Do :
-       Klien tampak sedih , klien tampak
menunduk ketika diajak berbincang –bincang ,
dan jawaban klien saat diajak
Berbincang-bincang singkat dan tidak ada
inisiatif untuk bertanya.
25/3/2021-       Ds : Isolasi sosial ;
Jam -       saat dirawat di rumah sakit jiwa klien Menarik Diri.
10.05 mengatakan merasa sendiri dan ingin diam
saja tanpa mau berbagi masalah dengan orang
lain.
-       Klien mengatakan tidak ada niat untuk
berhubungan dengan orang lain dank lien
mengatakan lebih baik sendiri
-       Do :
-       Klien terlihat menyendiri dan jarang
berkomunikasi dengan teman-temanya
sebangsal , dank lien hanya mau bekerja jika
dimotivasi perawat
 

DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.      Gangguan Konsep Diri; Harga diri rendah
2.      Isolasi social; Menarik diri
INTERVENSI KEPERAWATAN

Hari/
Tgl Diagnosa Ttd/Inisial
Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi Keperawatan
Keperawatan Perawat
Jam

1 Setelah dilakukan intervensi 3 x 24 jam, maka Nyeri Observasi


akut Menurun, dengan keriteria hasil :
25 1
Feb Kriteria hasil 1 2 3 4 5
2021 2
1. X √
08.00 3

4
X √
Terapeutik

1
X √
2
Keterangan
Edukasi
1 = meningkat √ = ekspektasi
2 = cukup meningkat X = kondisi saat ini 1
3 = sedang 2
4 = cukup menurun
Kolaborasi
5 = menurun
1

2 Setelah dilakukan intervensi 3 x 24 jam, maka Tindakan observasi


Gangguan mobilitas fisik Meningkat, dengan
25 keriteria hasil : 1
Feb
2021 2
Kriteria hasil 1 2 3 4 5

1. X √ 3

08.00 Terapeutik

X √ 1

X √ 3

Edukasi
Keterangan 1
1 = menurun √ = ekspektasi
2
2 = cukup menurun X = kondisi saat ini
3 = sedang
4 = cukup meningkat
5 = meningkat
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN

Tgl No Dx Perncanaan
DX Keperawatan Tujuan Kreteria evaluasi Intervensi
    Gangguan TUM : klien  1.Klien  1.Bina hubungan
konsep diri ; memiliki menunjukan saling percaya
harga diri konsep diri ekspresi wajah dengan
rendah yang positif. bersahabat menggunakan
  ,menunjukan rasa prinsip
TUK : senang, dan komunikasi
kontak mata, mau terapiutik ;
1.klien dapat
berjabat - Sapa klien
membina
tangan ,mau dengan ramah baik
hubungan
menyebutkan verbal maupun
saling
nama , mau non verbal.
percaya
menjawab - Perkenalkan diri
dengan
salam ,klien mau dengan sopan.
perawat
duduk - Tanyakan nama
berdampingan, lengkap dan nama
dengan perawat , pangilan yang
mau disukai klien.
mengutarakan - jelaskan tujuan
masalah yang pertemuan
dihadapi. - Jujur dan
menepati janji.
- Tunjukan sikap
empati dan
menerima klien
apa adanya.
-Beri perhatian
dan perhatikan
kebutuhan dasar
klien.
      2.Klien dapat 2.Klien 2.1 Diskusikan
mengidentifi menyebutkan : dengan klien
kasi aspek tentang :
- Aspek positif
positif dan -Aspek positif
dan kemampuan
kemampuan yang dimiliki
klien yang
yang klien, keluarga dan
dimiliki klien.
dimiliki. lingkungan.
- Kemampuan
- Apek Positif
yang dimiliki klien
keluarga
2.2 Bersama klien
- Aspek positif buat daftar
lingkungan klien. tentang:
-Aspek positif
klien ,keluarga,
lingkungan.
- Kemampuan
yang dimiliki
klien.
2.3 Beri Pujian
yang realistis
,hindarkan
member penilaian
negative.
      3.Klien dapat 3. klien mampu 2.4 Diskusikan
menilai menyebutkan denan klien
kemampuan kemampuan yang kemampuan yang
yang dimiliki dapat dapat
untuk dilaksanakan. dilaksanakan.
dilaksanakan. 2.5 Diskusikan
kemampuan yang
dapat dilanjutkan.
      4.klien dapat 4.Klien mampu 4.1Rencanakan
merencanaka rencana kegiatan bersama klien
n kegiatan harian. aktivitas yang
sesuai dengan dapat dilakukan
kemampuan setiap hari sesuai
yang kemampuan klien:
dimiliki. - kegiatan mandiri
-kegiatan dengan
bantuan
4.2.Tingkatkan
kegiatan sesuai
kondisi klien.
4.3. Beri contoh
pelaksanaan
kegiatan yang
dapat klien
lakukan.
      5. Klien 5.Klien dapat 5.1. Anjurkan
dapat melakukan klien
melakukan kegiatan sesuai melaksanakan
kegiatan jadwal yang kegiatan yang
sesuai dibuat. telah
rencana yang direncanakan.
dibuat. 5.2. Pantau
kegiatan yang
dilaksanakan
klien.
5.3. Beri pujian
atas usaha usaha
yang dilakukan
klien .
5.4. Diskusikan
kemungkinan
pelaksanaan
kegiatan setelah
pulang.
      6.Klien dapat 6.Klien mampu 6.1. Beri
memanfaatka memanfaatkan pendidikan
n system system kesehatan pada
pendukung pendukung yang keluarga tentang
yang ada. ada di keluarga. cara merawat klien
dengan harga diri
rendah.
6.2. Bantu
keluarga
memberikan
dukungan selama
klien di rawat.
6.3. Bantu
keluarga
menyiapkan
lingkungan di
rumah.

 
EVALUASI KEPERAWATAN

Tgl/ Dx Kep Implementasi Evaluasi Ttd


jam
25/0 HDR 1.     Mengidentifikasi S:  
3/21 SP1 kemampuan dan aspek positif
- Klien mengatakan
yang dimiliki klien.
mengatakan bisa
2.      Memantau pasien menilai
menyapu, mengepel
kemampuan pasien yang
lantai dan membantu
masih dapat digunakan .
kegiatan harian di
3.      Membantu pasien memilih
ruangan lainnya.
kegiatan yang akan dilatih
sesuai dengan kemampuan
-Klien mengatakan lebih
pasien.
senang dan memilih
4.      Melatih pasien sesuai
menyapu.
kemampuan yang dipilih
5.      Memberikan pujian yang O :
wajar terhadap keberhasilan
-Klien
pasien.
mendemonstrasikan
6.      Menganjurkan pasien untuk
menyapu lantai dengan
memasukan ke dalam jadwal
bantuan , dengan
harian. motivasi, dengan wajah
senang dan tanpa paksan
-klien memasukan ke
dalam jadwal harian. 

A : Klien menyapu lantai


kurang optimal. Tujuan
belum tercapai

P:

    Ulangi intervensi SP 1


          Bimbing klien untuk
melakukan kegiatan
sesuai jadwal
07.00à menyapu ruang
tidur
08.00àmenyapu ruang
makan
13.00à menyapu ruang
makan
26/3 HDR 1.      Mengidentifikasi S :  
/13 kemampuan dan aspek positif
SP1 -Klien mengatakan sudah
yang dimiliki klien.
bisa menyapu dengan
2.      Memantau pasien menilai
benar dan bersih
kemampuan pasien yang
O:
masih dapat digunakan .
-Klien
3.      Membantu pasien memilih
mendemonstrasikan
kegiatan yang akan dilatih
menyapu ruang tidur dan
sesuai dengan kemampuan
ruang mkan dengan
pasien.
benar, senang dan wajah
4.      Melatih pasien sesuai
tanpa paksaan perawat.
kemampuan yang dipilih
- Klien memasukan ke
5.      Memberikan pujian yang
dalam jadwal harian
wajar terhadap keberhasilan
A : Tujuan tercapai, klien
pasien.
sudah mampu menyapu
6.      Menganjurkan pasien untuk
dengan optimal
memasukan ke dalam jadwal
P:
harian.
          Pertahankan SP1
          Lanjutkan intervensi
SP2
          Bimbing klien untuk
melakukan kegiatan
sesuai jadwal
07.00à menyapu ruang
tidur
08.00àmenyapu ruang
makan
08.30à mengepel ruang
makan
13.00à menyapu ruang
makan
13.30à mengepel ruang
makan

 
 

 
BAB IV

PENUTUP

A.    KESIMPULAN

1. Harga diri rendah adalah menolak dirinya sebagai sesuatu yang berharga dan tidak dapat bertanggungjawab pada kehidupannya sendiri.
2.         Masalah keperawatan yang muncul pada kasus ini adalah :
-             Gangguan konsep diri ; harga diri rendah

B.     SARAN
Diharapkan bagi perawat agar meningkatkan keterampilan dalam memberikan praktik asuhan keperawatannya, serta pengetahuannya
pada pasien dengan Harga Diri Rendah, sehingga dapat memberikan asuhan keperawatan yang maksimal dan dapat menjadi edukator bagi klien
maupun keluarganya.
Bagi Mahasiswa
Diharapkan bagi mahasiswa dengan adanya makalah ini dapat membantu dalam dalam pembuatan asuhan keperawatan.
Bagi Dunia Keperawatan
Diharapkan asuhan keperawatan ini dapat terus ditingkatkan kekurangannya sehingga dapat menambah pengetahuan yang lebih baik bagi
dunia keperawatan, serta dapat diaplikasikan untuk mengembangkan kompetensi dalam keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi. 2008. Konsep Dasar Keperawatan. EGC. Jakarta


Anonim. 2013. http://www.wordpress.hargadirirendah.com (2 April 2013)
Carpenito, L. 2008. Diagnosa Keperawatan Aplikasi pada Praktik Klinis (terjemahan). EGC. Jakarta
Dalami,W. 2009. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Jiwa. Tiras Info Medika: Jakarta.
FKUI dan WHO. 2006. Modul Praktik Keperawatan Profesional Jiwa. (MPKP Jiwa). FKUI&WHO
Mubarak, W. 2008. Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia Teori dan Aplikasi Dalam Praktik. EGC. Jakarta\

Anda mungkin juga menyukai