Anda di halaman 1dari 38

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA POST COVIDBERHUBUNGAN DENGAN

KETIDAKPATUHAN MENERAPKAN CUCI TANGAN DI DESA POLOWIJEN DI RT


05 RW 05
KECAMATAN BELIMBING

PROPOSAL TUGAS AKHIR

Diajukan sebagai salah satu syarat mendapatkan gelar


Ahli Madya Keperawatan (A.Md.Kep.)
Pada STIKes Kendedes Malang

Disusun oleh:

Dorkas Dorti

AOA0190892

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KENDEDES MALANG


PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN
TAHUN 2022

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Situasi penyebaran Covid-19 secara global di Dunia mendapati angka
600.555.262 yang didapatkan memalui hasil survey dengan grafik penyebaran
Covid-19 hingga tanggal 1 September 2022, angka tersebut juga termasuk angka
kematian sebesar 6.472.914 (WHO, 2022). Indonesia memegang urutan ke-23
untuk kasus penularan positif COVID-19 (NN, 2020). Kementerian kesehatan
Indonesia juga memberikan pernyataan mengenai penyebaran COVID-19 di
masyarakat, dengan laporan 5.214 kasus positif COVID-19 hingga Kamis 25
agustus 2022. Hal ini membuat jumlah orang yang terinfeksi virus corona di
Indonesia menjadi 6.334.357 pasien. Dari jumlah itu, jumlah pasien COVID-19
menjadi 47.778, turun 585 pasien dibandingkan hari sebelumnya (IDN Times,
2022). Jumlah kematian akibat virus Corona di Indonesia menurut IDN Times
(2022) juga meningkat menjadi 157.457 orang. Provinsi dengan kematian
COVID-19 adalah Jawa Barat 5 kasus, DKI Jakarta 4 kasus, Sumatera Selatan 2
kasus, Kalimantan Selatan 2 kasus, Jawa Tengah 1 kasus, Bali 1 kasus, Riau 1
kasus, Kalimantan Tengah 1 kasus, Sulawesi Utara 1 kasus, dan kasus gelisah 1.
Jumlah kasus yang dikonfirmasi meningkat, menjadi salah satu alasannya dalam
meningkatan kebersihan dan kebiasaan kesehatan yang buruk (PHBS) pada
masyarakat. Sedangkan berdasarkan Barmeter Jatim penularan Covid-19 di Jawa
Timur mendapatkan angka 598.107 dan angka kematian akibat Covid-19
menduduki angka 31.729 (Baremeterjatim, 2022).
PHBS adalah penanaman pola pikir yang ditanamkan pada masyarakat
mengenai kesehatan yang dapat dilakukan dan dimulai terhadap diri sendiri.
Dalam melaksanakan upaya tersebut harus ada komitmen untuk saling
mendukung dari pihak keluarga sehingga dapat tercapai derajat kesehatan dan
kesejahteraan masyarakat yang setinggi-tingginya. Kurangnya perhatian
masyarakat mengenai PHBS terlihat dari perilaku masyarakat yang memiliki
riwayat bepergian selama Covid-19 keluar kota (70,4%), masyarakat yang tidak
menggunakan masker saat berkumpul (53,1%), masyarakat yang berjabat tangan
saat bertemu dengan orang lain ( 21,45%), Orang yang mencuci tangan sebelum
mengemudi (38,8%), Orang yang tidak menyediakan tisu/sanitizer/masker/sabun
untuk keluarganya di rumah (33,7%), Orang yang tidak meletakkan pakaian
bekas dan Pakaian Luar dalam air panas/sabun (40,8%), Orang yang tidak
mencuci rambut ketika tiba di rumah (31,65%), orang yang tidak memiliki jarak
minimal 1,5 meter dari orang lain saat bekerja, berbelanja, belajar, beribadah
(49%), ada juga yang tidak mencuci tangan ketika memasuki suatu kawasan.
Untuk membantu kemudahan bagi masyarakat dalam memulai hidup sehat
baiknya diterapkan pola hidup sehat dengan menggunakan mencuci tangan.
Mencuci tangan merupakan suatu upaya dalam menerapkan pola hidup
sehat bagi masyarakat ditengan penyebaran virus Covid-19. mencuci tangan
tersebut merupakan sebuah perilaku atau pola hidup yang mampu mencegah
penyebaran virus. Upaya mencuci tangan dinilai cukup efektif dalam upaya
menghindari penyebaran covid, dimana dengan mencuci tangan kita dapat
meminimalisir penyebaran virus kepada orang lain. Penularan virus Covid-19 ini
sendiri sangat mudah terjadi dengan adanya kontak yang terlalu dekat atau
droplet dan melalui penyebaran lewat udara, terutama dengan bersentuhan
langsung dengan orang lain seperti berjabat tangan. Untuk itu perlu dilakukan
asuhan keperawatan di masyarakat melalui dukungan dan pencegahan dengan
tujuan utama mengurangi atau mencegah penyebaran virus corona di masyarakat
dengan menerapkan pola hidup sehat dengan mencuci tangan.
Ketidakpatuhan mencuci tangan ini juga dapat ditemui pada warga di Desa
Polowijen RW.05, RT.05 di Kecamatan Belimbing, Kota Malang dengan
banyaknya warga yang belum melakukan mencuci tangan di wilayahnya dengan
kurangnya kesadaran warga dalam pentingya menggunakan masker, menjaga
jarak, bahkan masih banyak ditemui warga yang berkerumun dengan
mengabaikan protokol kesehatan. Bentuk dari kurangnya perhatian masyarakat
terhadap pentingnya mencegah penularan Covid-19 ini dikarenakan kurannya
pengetahuan mengenai mencuci tangan pada warga di Desa Polowijen RW.05,
RT.05 di Kecamatan Belimbing, Kota Malang.
Asuhan keperawatan adalah pelayanan kesehatan bagi klien, individu,
keluarga, kelompok dan masyarakat yang memberikan pelayanan kesehatan yang
komprehensif (biologis - psikologis - sosial - spiritual) untuk meningkatkan
kesehatan melalui dukungan dan pencegahan, tanpa perawatan medis dan
rehabilitasi melalui partisipasi. masyarakat sebagai mitra dalam pemecahan
masalah (Elfrida, 2020; Stanhope & Lanchaster, 2016). Asuhan Keperawatan di
masyarakat secara keseluruhan dilakukan melalui keperawatan yang meliputi
pengkajian, diagnosis, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi untuk
meningkatkan kualitas hidup, hingga mampu mandiri dalam kesehatan (Mubarak
& Cahyatin, 2011). Oleh karena itu penting dilakukannya pelayanan kesehatan
dengan Asuhan Keperawatan terhadap masyarakat guna melindungi diri dari
penyebaran Covid-19.
Oleh karena itu peneliti tertarik untuk mengelola Asuhan Keperawatan
Keluarga Post COVID Dengan KetidakpatuhanMenerapkan Cuci Tangan Di Desa
Polowijen RT 05 RW 05 Kecamatan Blimbing.

1.2. Batasan Masalah


Dengan permasalahan yang telah dipaparkan di atas, maka batasan masalah
dalam keluarga adalah “Bagaimana Asuhan Keperawatan Keluarga Post COVID
Dengan Ketidakpatuhan Menerapkan Cuci Tangan Di Desa Polowijen RT 05 RW
05 Kecamatan Blimbing”.

1.3. Tujuan Penulis


2.2.2. Tujuan Umum
Tujuan umum pada penelitian ini adalah untuk mengetahui Asuhan
Keperawatan Keluarga Post COVID Dengan Ketidakpatuhan Menerapkan
Cuci Tangan Di Desa Polowijen RT 05 RW 05 Kecamatan Belimbing.
2.2.2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus dalam penelitian ini antara lain, yaitu:
1) Melakukan pengkajian pada keluarga Post COVID dengan
ketidakpatuhan tentang mematuhi mencuci tangan di wilayah RT 05
RW 05 Kecamatan Belimbing.
2) Merumuskan diagnosis keperawatan pada keluarga post COVID
dengan ketidakpatuhan tentang mematuhi mencuci tangan di wilayah
RT 05 RW 05 Kecamatan Blimbing.
3) Menyusun perencanaan keperawatan pada keluarga dengan
ketidakpatuhan tentang mematuhi mencuci tangan di wilayah RT 05
RW 05 Kecamatan Blimbing.
4) Melakukan intervensi keperawatan pada keluarga post COVID dengan
ketidakpatuhan tentang mematuhi mencuci tangan di wilayah RT 05
RW 05 Kecamatan Blimbing.
5) Melakukan evaluasi pada keluarga post COVID dengan ketidakpatuhan
tentang mematuhi mencuci tangan di wilayah RT 05 RW 05
Kecamatan Blimbing.

1.4. Manfaat
2.2.2. Manfaat Teoritis
Diharapkan penelitian ini mampu memberikan kontribusi dalam
penambahan pengetahuan dan wawasan pada klien keluarga ketidakpatuhan
tentang mematuhi mencuci tangan.

2.2.2. Manfaat Praktis


1) Bagi Peneliti.
Diharapkan penelitian ini dapat meningkatkan pengalaman, wawasan,
dan pengetahuan Mahasiswa dalam memberikan asuhan keperawatan
keluarga ketidakpatuhan tentang mematuhi mencuci tangan.
2) Bagi Institusi Pendidikan.
Diharapkan penelitian ini mampu menambah pengetahuan bagi
pembaca yaitu khususnya mahasiswa STIKes Kendedes Malang dalam
meningkatkan mutu pendidikan terutama di bidang kesehatan
(keperawatan)
3) Bagi Profesi Keperawatan
Hasil dari penelitian diharapkan mampu menjadi masukan profesi
keperawatan dalam memberikan pelayanan profesi kesehatan terkait
pencegahan penularan Covid-19 dengan mematuhi mencuci tangan
agar masyarakat paham dan mengerti bagaimana cara pencegahan
penularan Covid-19
4) Bagi Instansi Pelayanan Kesehatan.
Diharapkan dapat memberikan masukan kepada puskesmas batu dalam
memberikan asuhan keperawatan pada keluarga ketidakpatuhan tentang
mematuhi mencuci tangan.
5) Bagi keluarga
Diharapkan dari hasil penelitian ini keluarga dapat mengerti bagaimana
pencegahan penularan Covid-19 dengan mematuhi mencuci tangan.
6) Bagi Peneliti Selanjutnya
Dapat menjadi referensi peneliti selanjutnya dan agar bisa
dikembangkan untuk meningkatkan perkembangan informasi untuk
peneliti selanjutnya.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1. Keluarga
2.1.1. Definisi
Balion (1978) mendefinisikan keluarga sebagai dua orang atau lebih
yang tinggal dalam satu rumah karena hubungan darah, perkawinan, atau
adopsi. Mereka beralih dari satu orang ke orang lain dan memiliki tanggung
jawab mereka sendiri. Sedangkan menurut departemen kesehatan (1988)
meyebutkan bahwa keluarga merupakan inti dalam masyarakat memiliki
kepala keluarga berserta anggotanya yang tinggal dalam satu rumah dengan
ketergantungan satu sama lain.
Dapat disimpulkan bahwa keluarga merupakan suatu unit terkecil
dalam masyarakat yang terdiri dsri kepala keluarga serta anggota keluarga
yang tinggal dalam satu rumah.

2.1.2. Tipe Keluarga


Terdapat banyak jenis keluarga yang dibagi menjadi dua kelompok
utama yaitu keluarga tradisional dan keluarga non-tradisional. Jenis-jenis
keluarga tradisional dan keluarga non-tradisional adalah sebagai berikut:

2.1.2.1. Keluarga Tradisional


1) Nuclear family (keluarga inti)
Keluarga inti merupakan keluarga dengan suami, istri dan anak-anak
yang tinggal dalam satu rumah dimana suami adalah pencari nafkah
dan istri adalah ibu rumah tangga. Tipe keluarga seperti ini adalah
keluarga yang ideal.
2) Keluarga pasangan suami istri bekerja
Keluarga dimana suami dan istri bekerja di luar rumah. Tipe keluarga
ini ditentukan dalam pengambilan keputusan dan pembagian kerja
bersama dan juga terkait dengan perempuan sebagai kepala keluarga.
3) Commuter Falimy
Keluarga dimana keadaan suami dan istri secara sukarela berpisah
karena pekerjaan. Mereka terpisah secara geografis dan terkadang
bertemu di rumah yang sama.
4) Reconstituted Nuclear
Keluarga dengan keluarga inti dari perkawinan suami/istri, tinggal
serumah dengan anak-anaknya, baik anak hasil perkawinan baru
maupun anak yang telah dilahirkan.
5) Dyadic Nuclear (keluarga tanpa anak)
Sebuah keluarga dimana suami dan istri sudah tua, tetapi tidak
memiliki anak. Keluarga tanpa anak dapat disebabkan oleh pasangan
yang tidak dapat atau tidak memiliki anak karena kesibukan pekerjaan.
Biasanya keluarga ini akan mengadopsi anak.
6) Single Parent (keluarga dengan orangtua tunggal)
Bentuk keluarga yang hanya memiliki satu kepala keluarga, ayah atau
ibu.
7) Extended Family (keluarga besar)
Ini adalah tipe keluarga di mana suami dan istri membuat pengaturan di
rumah dan berbelanja dengan orang tua, kerabat atau kerabat lainnya.

2.1.2.2. Keluarga Non-tradisional


1) Commune Family
Keluarga dengan banyak anggota tidak memiliki hubungan
kekeluargaan dengan anak-anaknya, tinggal bersama dalam satu rumah
dan berbagi tempat yang sama.
2) Unmaried Parent and Child
Sebuah keluarga yang terdiri dari seorang ibu dan seorang anak dari
hubungan yang belum menikah dan anaknya melalui adopsi.
3) Cohibing Couple
Keluarga dengan pasangan yang tidak hidup bersama tanpa ikatan
perkawinan
4) Institutional
Keluarga anak-anak atau orang dewasa yang tinggal bersama di panti
asuhan.

2.1.3. Fungsi Keluarga


Berikut kelima fungsi keluarga beserta pengertiannya:
1) Fungsi Afektif
Fungsi ini merupakan aktivitas internal keluarga dan berguna untuk
memuaskan perasaan spiritual dan sosial. Pemenuhan keinginan akan
membawa sukacita dan kebahagiaan di antara anggota keluarga. Unsur-
unsur keinginan yang harus dipenuhi adalah: 1) saling peduli, 2) saling
menghormati, 3) persahabatan dan pengakuan hubungan keluarga
dimulai saat pasangan suami istri sepakat untuk memulai hidup baru.
2) Fungsi Sosialisasi
Merupakan proses evolusi dan perubahan dalam keluarga yang
berhubungan dengan interaksi sosial dan tanggung jawab sosial.
3) Fungsi Reproduksi
Fungsi ini merupakan peran keluarga dalam kelangsungan keturunan
dan peningkatan sumber daya manusia.
4) Fungsi Ekonomi
Fungsi ini merupkan tanggung jawab keluarga dalam hal sumber daya
untuk memenuhi semua kebutuhan anggota keluarga akan sandang,
pangan dan papan.
5) Fungsi Perawatan Kesehatan
Fungsi ini adalah peran keluarga untuk menjaga kesehatan, artinya
menjaga kesehatan dan perawatan anggota keluarga.
Terluka.

2.1.4. Struktur Keluarga


Berikut merupakan struktur keluarga menurut Friedman (dalam
Nadirawati, 2018) yang mana struktur keluarga terdiri dari beberapa hal
sebagai berikut:
1) Pola Komunikasi
Komunikasi dalam keluarga merupakan perubahan simbol penciptaan
dan pengertian dalam keluarga.
2) Struktur Kekuatan
Struktur kekuasaan keluarga adalah kemampuan
(kemampuan/aktualitas) seseorang untuk mengontrol atau
mempengaruhi perilaku anggota keluarga. Struktur keluarga memiliki
berbagai macam seperti yang disebutkan di bawah ini:
a. Legimate power/authority (hak untuk mengontrol) seperti orang
tua terhadap anak.
b. Referent power (seseorang yang ditiru) dalam hal ini orang tua
adalah sesorang yang dapat ditiru oleh anak.
c. Resource or expert power (pendapat, ahli, dan lain).
d. Reward power (pengaruh kekuatan karena adanya harapan yang
akan diterima).
e. Coercive power (pengaruh yang dipaksa sesuai dengan
keinginannya).
f. Informational power (pengaruh yang dilalui melalui pesuasi).
g. Affective power (pengaruh yang diberikan melalui manipulasi
cinta kasih, misalnya hubungan seksual).
Sedangkan sifat struktural di dalam keluarga sebagai berikut:
a. Struktur egilasi (demokrasi), yaitu dimana masing-masing anggota
keluarga memiliki hak yang sama dalam menyampaikan pendapat.
b. Struktur yang hangat, menerima, dan toleransi.
c. Struktur yang terbuka dan anggota yang terbuka (honesty dan
authenticity), struktur keluarga ini mendorong kejujuran dan
kebenaran.
d. Struktur yang kaku, yaitu suka melawan dan bergantun pada
peraturan.
e. Struktur yang bebas (permissiveness), pada struktur ini tidak
adanya peraturan yang memaksa.
f. Struktur yang kasar (abuse); penyiksaan, kejam dan kasar.
g. Suasana emosi yang dingin; isolasi dan sukar berteman.
h. Disorganisasi keluarga; disfungsi individu, stres emosional.
3) Struktur peran
Peran sering kali mencakup posisi dan posisi untuk menentukan situasi
atau tempat sementara dalam suatu hubungan, seperti berikut:
a. Peran formal dalam keluarga
Peran keluarga merupakan peran penting dalam keluarga, seperti
ayah, ibu dan anak, dan setiap orang dalam keluarga memiliki
perannya masing-masing.Ayah sebagai pemimpin keluarga
memiliki peran sebagai pencari nafkah, pendidik, pelindung,
pemberi rasa aman bagi seluruh anggota keluarga, dan sebagai
anggota masyarakat atau kelompok sosial tertentu. Ibu berperan
sebagai pengurus rumah tangga, pengasuh dan pendidik anak,
pelidung keluarga, sebagai pencari nafkah tambahan keluarga,
serta sebagai anggota masyarakat atau kelompok sosial tertentu.
Sedangkan anak berperan sebagai pelaku psikosoal sesuai dengan
perkembangan fisik, mental, sosial dan spiritual.
b. Peran informal keluarga
Peran informal atau tertutup seringkali implisit dan tidak terlihat
dan dimainkan untuk memenuhi kebutuhan atau menjaga
keseimbangan keluarga.
4) Struktur Keluarga
Sistem nilai dalam keluarga berkontribusi pada kualitas hidup. Nilai-
nilai keluarga akan menciptakan pola dan perilaku untuk memecahkan
masalah dari keluarga. Nilai-nilai keluarga ini akan menentukan
bagaimana keluarga menghadapi kesehatan dan stresor lainnya.

2.1.5. Tugas Keluarga


Untuk mencapai tujuan pengasuhan keluarga, keluarga memiliki
tanggung jawab untuk menjaga kesehatan anggotanya dan saling peduli.
Menurut Friedman 1998 dalam Setiadi 2007 diuraikan 5 kegiatan sehat
yang harus dilakukan keluarga yaitu:
1) Waspadai masalah kesehatan semua anggota keluarga. Kesehatan
merupakan kebutuhan keluarga yang tidak boleh diabaikan karena
tanpa kesehatan semuanya akan sia-sia dan karena kesehatan semua
energi dan uang sumber daya rumah tangga telah habis. Orang tua
harus mewaspadai kondisi kesehatan dan perubahan yang dialami
keluarga. Salah satu bentuk waspada ini adalah dengan menekankan
dan menerapkan mencuci tangan kepada anggota keluarga.
2) Membuat keputusan yang tepat untuk keluarga. Tugas ini merupakan
usaha keluarga untuk mencari pertolongan yang tepat sesuai dengan
keadaan keluarga, dengan menentukan anggota keluarga mana yang
memiliki kekuasaan untuk memutuskan tindakan keluarga.
3) Memberikan perawatan kepada anggota keluarganya yang sakit dan
yang tidak dapat membantu dirinya karena cacat atau usia yang terlalu
muda. Perawatan ini dapat dilakukan di rumah apabila keluarga
memiliki kemampuan melakukan tindakan untuk pertolongan pertama
atau kepelayanan kesehatan untuk tindakan lanjutan agar masalah yang
lebih parah tidak terjadi. Dalam kasus penyebaran Covid-19, memang
tidak memungkinkan bagi keluarga melakukan tugas ini tanpa adanya
bantuan tenaga medis, namun keluarga mampu membantu dan
menolong anggota keluarga jika terlihat gejala-gejala awal atau
anggota keluarga laon sedang jatuh sakit.
4) Memelihara lingkungan rumah yang sesuai untuk kesehatan dan
perkembangan pribadi anggota keluarga. Keluarga dapat
mempertahankan kebiasaan hidup sehat salah saunya contohnya
dengan mempertahankan kebiasaan mencuci tangan yang diterapkan
dalam keluarga.
5) Manajemen hubungan antara keluarga rumah sakit yang menunjukkan
nilai fasilitas medis yang ada. Keluarga dapat menjalin kerjasama atau
memiliki tenaga medis yang dapat dipercaya agar dapat datang atau
menolong kapan saja saat dibutuhkan oleh keluarga.

2.2. Konsep Ketidakpatuhan


2.21. Definisi Ketidakpatuhan
Ketidakpatuhan adalah perilaku individu dan atau pemberi asuhan
yang tidak sesuai dengan rencana promosi kesehatan atau terapeutik yang
ditetapkan oleh individu (dan atau keluarga dan atau komunitas) serta
professional pelayanan kesehatan. Perilaku pemberi asuhan atau individu
yang tidak mematuhi ketetapan, rencana promosi kesehatn atau terapeutik
secara keseluruhan atau sebagian dapat menyebabkan hasil akhir yang tidak
efektif secara klinis atau sebagian tidak efektif (Purba, Sitorus, & Alfiyanti,
2016).
2.2.2. Faktor Ketidakpatuhan
Ketidakpatuhan terhadap sesuatu sangat mempengaruhi pola hidup
manusia. Adapun faktor yang mempengaruhi ketidakpatuhan menjalankan
terapi diabetes melitus diantaranya (Risnasari, 2014):
1. Pendidikan
Pendidikan sangat mempengaruhi adanya ketidakpatuhan. Jika
seseorang tidak mendapat didikan/pembelajaran, mengetahui antara
yang baik dan benar, pemahaman dari orang lain yang diturunkan dari
satu orang ke orang lainnya, mengakibatkan orang tersebut tidak patuh
akan peraturan larangan maupun perintah dari orang lain.
2. Pengetahuan
Jika seseorang tidak mengetahui sebab akibat dari suatu masalah orang
tersebut akan merasa dirinya paling benar tanpa memikir apa yang akan
terjadi selanjutnya. Informasi sangat penting bagi seseorang, karena
dengan informasi kita dapat mengetahui apa yang belum kita ketahui.
3. Kurangnya motivasi/ dukungan dari orang terdekat
Dorongan dan dukungan dari orang terdekat dapat memberikan
dampak positif bagi orang lain. Seseorang yang tidak patuh akan suatu
hal biasanya jika diberi informasi, motivasi atau bahkan dukungan dari
orang terdekat orang tersebut kan luluh dan menjadi patuh akan suatu
hal tersebut.
4. Ekonomi yang tercukupi
Dengan tercukupinya ekonomi kesejahteraan seseorang dalam
perawatan yang lebih intensive akan lebih meningkat. Hal ini bisa
dilihat dari hambatan seseorang dalam ekonomi yang kurang karena
jika seseorang kekurangan ekonomi proses penyembuhan juga akan
terhambat.
5. Kejenuhan dalam pengobatan
Mengkonsumsi obat yang terus menerus akan mengakibatkan
kebosanan/kejenuhan seseorang sehingga orang tersebut menjadi tidak
patuh.
6. Rendahnya keinginan untuk sembuh
Ketika seseorang mengetahui bahwa dirinya terdiagnosis suatu
penyakit yang kronis, orang tersebut akan berfikiran negatif terhadap
dirinya yang menjadikan seseorang hilang akan keinginan untuk
sembuh.
7. Harga diri rendah karena gangguan citra tubuh
Hilang dan rusaknya 1 organ tubuh saja bisa membuat seseorang tidak
percaya diri. Seseorang dengan gangguan citra tubuh biasanya sering
menjadi sorotan bagi orang lain karena adanya perbedaan yang
menonjol dalam diri orang tersebut.
8. Adanya komplikasi dengan penyakit lainnya
Seseorang ketika didiagnosa penyakit yang banyak akan merasakan
dirinya didunia sudah tidak berdaya dan tidak mempunyai arti lagi bagi
orang lain sehingga orang tersebut membiarkan dirinya terjangkit suatu
penyakit dan tidak mau berobat atau bahkan tidak patuh dalam
prosedur perawatan medis. Evaluasi (evaluation).
2.2.2. Jenis-jenis Ketidakpatuhan
Jenis-jenis Ketidakpatuhan
1) Ketidakpatuhan yang disengaja, meliputi :
a) Keterbatasan sarana dan prasarana
b) Sikap apatis pasien
c) Ketidakpercayaan pasien atas instruksi yang diberikan oleh petugas
kesehatan Poltekkes Kemenkes Yogyakarta
2) Ketidakpatuhan yang tidak disengaja, meliputi :
a) Pasien lupa akan instruksi yang diberikan oleh petugas kesehatan.
b) Ketidakpatuhan pasien atas apa yang dianjurkan oleh petugas
kesehatan.
c) Kesalahpahaman pasien atas instruksi yang telah diberikan
(Arkhamiyah, 2011).
2.3. Konsep Dasar COVID-19
2.3.6. Definisi COVID-19
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO, 2020), corona virus
adalah keluarga besar virus yang dapat menyebabkan penyakit pada hewan
atau manusia. Pada manusia, virus corona diketahui menyebabkan penyakit
pernapasan mulai dari flu biasa hingga penyakit yang lebih parah seperti
Sindrom Pernafasan Timur Tengah (MERS) dan sindrom pernafasan akut
parah (SARS).
2.3.6. Klasifikasi COVID-19.
Ada beberapa klasifikasi COVID-19 diantaranya adalah:
1) Tanpa gejala
Kategori ini adalah catatan pasien mengenai hasil laboratorium yang
mengkonfirmasi pasien telah positif terinfeksi virus Covid-19, namun
tidak memiliki keluhan fisik.
2) Kasus ringan (uncomplicated ilness)
Kategori ini menunjukkan gejala pada pasien muncul tetapi tidak
terlalu jelas.
3) Kasus sedang.
Kelompok kategori ini mencakup pasien positif COVID-19 yang
memiliki gejala pneumonia ringan tetapi tidak mengalami sesak napas.
4) Kasus berat.
Kelompok ini untuk pasien yang dinyatakan positif COVID-19 dan
menderita pneumonia dengan sesak napas parah. Nyeri hebat ini terjadi
bila frekuensi pernafasan lebih dari 30x/menit, saturasi oksigen kurang
dari 93% dan rasio Pa02/FIO2 kurang dari 300.
5) Kasus kritis.
Pasien yang dikategorikan dalam kasus kritis ini adalah mereka yang
yang memiliki keluhan sebagai berikut:
a. Pneumonia disertai dengan gagal nafas.
b. Acute Respiratory Distress Syndrom (ARDS) atau sindrom
gangguan pernafasan akut.
c. Syok sepsi.
d. Multiple organ failure (penurunan fungsi berbagai organ) pada
pasien penyakit akut.
2.3.6. Varian Covid-19.
Varian COVID-19 selalu muncul dengan varian baru sebagai berikut:
1) Varian Alpha.
Nama ilmiah untuk varian ini adalah B. 17. Studi awal menunjukkan
bahwa itu berasal dari Inggris oleh Kent (2020).
2) Varian Beta
Varian ini terjadi pada Oktober 2020 di Afrika Selatan, varian ini
dianggap sangat mengkhawatirkan dengan sebutan B.1.351.
3) Varian Gamma.
Varian asal Brazil ini disebut varian P.1 yang mengusung E484K..
4) Varian Delta.
Perubahan ini memiliki dua perubahan virus yang menyebabkan wabah
cepat pada COVID-19, dan varian ini berasal dari India, varian
B.1.617.2. Variabel ini mirip dengan variabel gamma.
5) Varian Epsilon.
Perbedaan ini, ditemukan di satu negara Amerika Selatan,
menyumbang 52 persen dari kasus COVID-19 di negara itu. Perbedaan
ini dapat memperburuk penyakit.
6) Varian Zeta.
Varian ini sama dengan varian gamma yang ditemukan di Brasil, dan
varian ini ditemukan di Inggris. Varian ini bukan kelainan yang perlu
dikhawatirkan.
7) Varian Eta.
Varian ini adalah varian B.1.525 yang tersedia di Inggris. Perubahan ini
diketahui sebagai perubahan gen protein virus corona.
8) Varian Theta.
Varian ini merupakan varian P.3 yang ditemukan di Filipina pada 13
Maret 2021. Varian ini lebih umum dibandingkan varian aslinya.
9) Varian Lota.
Varian ini ditemukan pada November 2020, varian B.1.526 yang
ditemukan di New York, Amerika Serikat.
10) Varian Kappa.
Varian B.1,617 Varian ini merupakan varian kedua yang ditemukan di
India yang memiliki banyak mutasi.
11) Varian MU.
Varian ini merupakan perubahan baru yang diamati pada 6 September
2021 di negara Afrika Selatan itu. Perubahan ini dikatakan memiliki
banyak perubahan yang akan membuat jarang ada kekebalan yang
didapat banyak orang.
12) Varian Omicron.
Varian baru Omicron bernomor B.1.1.529, dengan kasus pertama
ditemukan di Afrika Selatan pada November 2021. Varian ini
ditemukan di Indonesia pada Kamis (16/12/2021) yang diumumkan
Menteri Kesehatan yaitu, pertama kali didiagnosis di Indonesia Jakarta.
2.3.6. Etiologi
Menurut dokter atau ahli virologi Richard Sotigo, virus corona
penyebab Covid-19 adalah jenis penyakit yang terutama menyerang sistem
pernapasan. Tetapi penyakit COVID-19 memiliki kasus penyakit dan
kematian yang lebih serius karena perubahan genetik dan epidemi.
Para ilmuwan yang meneliti penyebaran Covid-19 pada tahun 2020
telah melihat banyak eksperimen yang menunjukkan bahwa penyakit itu
ada di permukaan selama berjam-jam, dan sebaliknya, penelitian di dunia
telah mengkonfirmasi bahwa pernapasan adalah cara utama untuk
menyebarkan penyakit. Ini berarti seseorang dapat menyebarkan virus
melalui bersin, batuk.Meskipun para peneliti berpikir bahwa virus
menyebar melalui kontak langsung, mereka tidak dapat mengesampingkan
penyebaran penyakit melalui udara.
2.3.6. Manifestasi klinis.
Diagnosis COVID-19 tergantung riwayat perjalanan, riwayat medis,
dan riwayat kontak dengan pasien dengan COVID-19, gejala dan dukungan
diagnostik. Masa inkubasi penyakit ini dari 3 hingga 14 hari. Pasien
COVID-19 sering mengalami gejala demam, batuk kering, sesak napas,
mialgia, kelelahan, diare, konjungtivitis, kehilangan penciuman, penurunan
berat badan, sakit kepala, dan batuk darah; Beberapa gejala seperti batuk,
bersin dan sakit tenggorokan juga bisa terlihat. Keparahan pasien dan
keparahan gejala lebih serius jika ada kondisi berikut: di atas 65 tahun ada
penyakit seperti diabetes dan penyakit jantung.
Selain gejala di atas, beberapa pasien memiliki gejala lain pada kulit.
Gejala kulit yang terjadi, seperti ruam makulopapular, urtikaria, purpura,
vesikular, jari covid, racemosa levisu, hingga androgenetic alopecia. Ruam
makulopapular adalah manifestasi paling umum dari COVID-19 pada
kulit.Ruam muncul sebagai akibat dari mikrovaskulitis difus karena
peningkatan aktivitas. Ruam biasanya ditemukan pada tubuh, anggota
badan dan selaput lendir.
2.3.6. Patofisiologi.
Patofisiologi COVID-19 (coronavirus 2019) diawali dengan interaksi
agen infeksi dengan otak manusia. Setelah memasuki sel, pengkodean
genom terjadi dan memfasilitasi ekspresi gen yang membantu adaptasi
SARS-CoV-2 di inang. Rekombinasi, pertukaran gen, penyisipan atau
penghapusan gen dapat menyebabkan perubahan genom yang menyebabkan
penyakit di masa depan.
2.1.5. Pathway
2.3.6. Penatalaksanaan COVID-19

Penatalaksanaan COVID-19 (coronavirus 2019) bergantung pada tingkat


keparahannya, yaitu asimtomatik, ringan, sedang, berat, atau berat. Pada pasien
dengan gejala ringan, isolasi dapat dilakukan di rumah. Untuk pasien yang sakit
parah atau berisiko lebih buruk, pengobatan dapat dilakukan di rumah sakit.

Berikut penatalaksanaan Covid-19 sesuai gejalanya:

1) Pasien Tanpa Gejala


Berdasarkan aturan saat ini, pasien COVID-19 tanpa gejala diisolasi, baik di
rumah atau di fasilitas umum yang dikelola pemerintah, selama 10 hari sejak
diagnosis dikonfirmasi.Pasien tanpa gejala tidak memiliki anjuran untuk
meminum obat tertentu, namun dianjurkan untuk mengkonsumsi vitamin
untuk menambah imun.
2) Pasien Derajat Ringan
Isolasi mandiri dapat dilakukan di rumah atau di fasilitas karantina
pemerintah, yaitu 10 hari ditambah 3 hari tanpa demam dan gejala
pernapasan. Perawatan selama dan setelah isolasi dilakukan oleh tenaga
kesehatan di FKTP. Tidak ada rekomendasi untuk atau menentang
penggunaan vitamin pada pasien dengan COVID-19. Untuk vitamin, pasien
dengan gejala ringan diberikan jumlah yang sama dengan pasien tanpa gejala.
3) Pasien Derajat Berat atau Kritis
Pasien COVID-19 yang sakit parah atau parah harus dirawat di rumah sakit di
unit yang terpisah dari unit perawatan intensif (ICU) atau unit perawatan
intensif (HCU) rumah sakit rujukan. Pengendalian infeksi dan perawatan
suportif adalah prinsip dasar dalam pengelolaan pasien COVID-19 dalam
situasi kritis.

2.3.6. Komplikasi

Komplikasi dari COVID-19 adalah sebagai berikut:


1) Pneumonia
2) Acute Respirotory Distress Syndrome (ARDS).
3) Gangguan hati.
4) Gagal ginjal akut.
5) Gangguan neurologis.
6) Gangguan jantung.

2.3. Pencegahan Penularan COVID-19

2.3.6. Definsi Pencegahan.

Pencegahan merupakan tindakan dalam mengurangi dampak penularan


dari penyebaran suatu virus. Pencegahan dilakukan dengan berbagai cara guna
meminimalisir penularan untuk menjaga kesehatan makhluk hidup. Salah satu
bentuk dari pencegahan dalam penularan Covid-19 adalah dengan melakukan
protokol kesehatan mencuci tangan.

2.3.6. Cara Penularan COVID-19.

Seperti yang telah disinggung pada beberapa pengertian dan penjelasan


sebelumnya, dimana penularan virus Covid-19 dapat disebarkan melalui udara,
sentuhan fisik secara langsung maupun tidak langsung, permukan yang
terkontaminasi, ventilasi yang buruk, tempat ramai.

2.3.6. Pencegahan Penularan COVID-19.

Pencegahan penularan Covid-19 memang beragam, namun hal termudah


yang dapat dilaksanakan adalah dengan melaksanakan mencuci tangan. mencuci
tangan ini merupakan tindakan-tindakan yang dapat dilakukan oleh masyarakat
guna mengurangi penularan maupun tertular Covid-19. Berikut adalah tindakan
mencuci tangan yang dapat dilakukan:

1) Memakai masker saat bepergian


2) Menjaga jarak
3) Mencuci tangan sesesering mungkin
4) Menjauhi kerumunan
5) Mengurangi mobilitas
6) Menghindari makan bersama

2.3 Konsep Mencuci Tangan

2.3.1 Definisi Mencuci Tangan

Mencuci tangan adalah salah satu tindakan sanitasi dengan


membersihkan tangan dan jari jemari dengan menggunakan air ataupun
cairan lainnya oleh manusia dengan tujuan untuk menjadi bersih, sebagai
bagian dari ritual keagamaan, ataupun tujuan-tujuan lainnya.13 Mencuci
tangan adalah proses membuang kotoran dan debu secara mekanik dari
kulit kedua belah tangan dengan memakai sabun dan air.14 Mencuci tangan
merupakan teknik dasar yang paling penting dalam pencegahan dan
pengontrolan infeksi.15 WHO merekomendasikan cuci tangan sebagai
tindakan penting dalam pencegahan kejadian infeksi.
Cuci tangan harus dilakukan dengan baik dan benar sebelum dan
sesudah melakukan tindakan perawatan walaupun memakai sarung tangan
atau alat pelindung lain. Hal ini dilakukan untuk menghilangkan atau
mengurangi mikroorganisme yang ada di tangan sehinggan penyebaran
penyakit dapat di kurangi dan dilingkungan terjaga dari infeksi.Tangan
harus dicuci sebelum dan sesudah memakai sarung tangan. Cuci tangan
tidak dapat di gantikan oleh pemakaian sarung tangan.
2.3.1 Definisi Mencuci Tangan

WHO dan Schaffer mengungkapkan indikasi dari cuci tangan yaitu:


1) Sebelum melakukan prosedur invasive misalnya : menyuntik,
pemasangan kateter, dan pemasangan alat bantu pernafasan
2) Sebelum melakukan asuhan keperawatan langsung 3) Sebelum dan
sesudah merawat setiap jenis luka
3) Setelah tindakan tertentu tangan diduga tercemar dengan
mikroorganisme khususnya pada tindakan yang memungkinkan kontak
dengan darah, selaput lendir, cairan tubuh, sekresi atau ekreksi .
4) Setiap kontak dengan pasien – pasien di unit resiko tinggi .
5) Setelah melakukan asuhan keperawatan langsung maupun tidak
langsung pada pasien yang tidak infeksius.
6) Setelah kontak dengan benda – benda di samping pasien
7) Setelah sarung tangan di lepas
8) Setelah memegang peralatan
9) Sebelum dan sesudah mengambil specimen
2.3.3 Five Moment
Menurut WHO terdapat five Moment cuci tangan oleh petugas
kesehatan. Five moment cuci tangan tersebut meliputi :
1) Sebelum kontak dengan pasien
Indikasi ini bertujuan memutus kejadian kontak terakhir dengan
lingkungan petugas kesehatan serta kontak selanjutnya dengan pasien.
Tindakan ini dilakukan dengan tujuan mencegah transmisi kuman dari
tangan perawat atau tenaga kesehatan lain ke pasien.
2) Sebelum prosedur aseptic
Tindakan ini dilakukan bertujuan untuk memutuskan kejadian kontak
dengan semua permukaan lingkungan petugas rumah sakit serta zona
pasien dan segala prosedur bersih/ aseptic termaksuk kontak langsung
atau tidak langsung dengan mukus membran, kulit yang tidak utuh atau
invasive. Tindakan ini bertujuan untuk mencegah tranmisi kuman ke
pasien dan dari satu bagian tubuh kebagian tubuh lain pada pasien yang
sama .
3) Setelah terkena cairan tubuh pasien
Cuci tangan dilakukan segera setelah selesai melakukan tindakan
keperawatan ataupun selesai tindakan yang mengenai risiko terkena
cairan tubuh ataupun setelah selesai melepai sarung tangan.Indikasi ini
bertujuan memutus kejadian kontak dengan darah pasien.Tindakan cuci
setelah kontak dengan cairan tubuh pasien bertujuan unutk
melingdungi petugas kesehatan dari infeksi dengan kuman pasien dan
untuk melindungi lingkungan disekitar petugas kesehatan dari potensi
penyebaran kuman.
4) Setelah kontak dengan pasien
Indikasi tindakan ini bertujuan untuk melindungi petugas kesehatan
dari potensialnya terkena infeksi oleh kuman dari pasien dan untuk
melindungi lingkungan sekitar petugas kesehatan dari kontaminasi
kuman dan potensial penyebaran.
5) Setelah kontak di lingkungan pasien
Setelah menyentuh benda benda di lingkungan sekitar pasien untuk
sementara dan khusus disediakan untuk pasien.Tindakan ini dilakukan
untuk memutus kejadian terakhir denganbenda di sekitar pasien dan
kontak selanjutnya dengan lingkungan di sekitar petugas kesehatan.
Tindakan cuci tangan setelah kontak dengan lingkungan pasien
dilakukan untuk melindunetugas kesehatan, melawan kolonial kuman
pasien yang mungkin terdapat pada permukaan / benda di lingkungan
6 langkah cuci tangan yang benar yaitu :
1. Basahi tangan, gosok sabun pada telapak tangan kemudian usap dan
gosok kedua telapak tangan secara lembut dengan arah memutar 
2. Usap dan gosok juga kedua punggung tangan secara bergantian
3. Gosok sela-sela jari tangan hingga bersih
4. Bersihkan ujung jari secara bergantian dengan posisi saling mengunci
5. Gosok dan putar kedua ibu jari secara bergantian
6. Letakkan ujung jari ke telapak tangan kemudian gosok perlahan. Bilas
dengan air bersih dan keringkan

2.3. Konsep Asuhan Keperawatan pada Keluarga dengan Ketidakpatuhantentang


mencuci tangan.

Sistem perawatan keluarga merupakan teknik yang menggunakan konsep


keperawatan pada sebuah keluarga yang memiliki lima tingkat intervensi dan urutan,
seperti penilaian, diagnosis, perencanaan, implementasi dan evaluasi. Keperawatan yang
dilakukan terhadap keluarga dapat dilakukan dengan salah satunya memodifikasi
lingkungan yang dapat mempengaruhi penyakit, serta memberikan tindakan dan
menggunakan fasilitas kesehatan unrtuk perawatn dan pengobatan.

2.3.6. Pengkajian.

Pengkajian adalah proses pengumpulan informasi untuk menentukan


masalah, kebutuhan pasien, dan kesehatan pasien. Menurut Stuart (2007),
pengkajian merupakan fase pertama dan komponen utama dari proses keperawatan
yang bertujuan untuk menentukan kesehatan pasien. Tahap pengkajian melibatkan
pengumpulan informasi dan merumuskan kebutuhan atau masalah pelanggan.

Pengkajian merupakan tahapan terpenting dalam proses perawatan,


mengingat pengkajian sebagai awal bagi keluarga untuk mengidentifikasi data-
data yang ada pada keluarga. Oleh karena itu, perawat keluarga harus memahami
semua sumber, metode, alat dan metode pengkajian yang digunakan. Berikut
pengkajian yang dapat digunakan:

1) Wawancara, tentang hal-hal yang perlu diketahui, baik fisik, mental, budaya,
ekonomi atau lingkungan
2) Observasi, mengamati sesuatu tidak perlu ditanyakan karena dianggap cukup
dengan observasi saja.
3) Data sekunder, penelitian yang berkaitan dengan peningkatan kesehatan,
meliputi kartu keluarga dan rekam medis lainnya.
4) Pemeriksaan fisik, yang dilakukan pada seseorang dengan masalah kesehatan
yang berhubungan dengan tubuh. Untuk pemeriksaan fisik meliputi beberapa
hal, yaitu:
a) Kondisi Umum, gangguan pada beberapa hal seperti kesadaran,
sistem saraf, pengelihatan, ingatan, reflek tonus. Ganguan pada
beberapa hal ini biasanya disertai dengan berat badan yang juga
menurun atau meningkat secara drastic
b) Pengindraan, pada pasien yang teridentifikasi positif Covid-19 akan
mengalami ganguan pada indrea pengelihatan, penciuman dan pada
pernafasan.
c) Pemeriksaan pada beberapa sistem, seperti sistem kardiovaskuler,
sistem pencernaan, sistem urinaria, sistem musculoskeletal, sistem
integument, dan sistem persafan yang meliputi; Nervus I Olfaktori
(penciuman), Nervus II Optic (penglihatan), Nervus III Okulomotor
(gerak ekstraokuler mata, kontriksi dilatasi pupil), Nervus IV
Trokhlear (gerak bola mata ke atas ke bawah), Nervus V Trigemenal
(sensori kulit wajah, penggerak otot rahang). Nervus VI Abdusen
(gerak bola mata menyamping), Nervus VII Fasial (ekspresi fasial
dan pengecapan), Nervus VIII Oditori (pendengaran), Nervus IX
Glosovaringeal (ganggguan pengecapan, kemampuan menelan, gerak
lidah), Nervus X Vagus (sensasi faring, gerakan pita suara), Nervus
XI Asesori (gerakan kepala dan bahu), Nervus XII Hipoglosal (posisi
lidah).
5) Harapan Keluarga, Perlu diketahui apa harapan keluarga terhadap perawat
(dokter membantu memecahkan masalah kesehatan yang muncul).

2.3.6. Diagnosa Keperawatan.

Diagnosa keperawatan merupakan langkah penting dalam pemberian


asuhan pasien oleh perawat. Diagnosa keperawatan merupakan langkah penting
dalam pemberian asuhan pasien oleh perawat. Pada tahun 1982, sebuah organisasi
profesional, Asosiasi Diagnostik Keperawatan Amerika Utara (NANDA) dibentuk
dengan misi untuk mengembangkan penggunaan metode diagnostik secara publik
dan untuk meningkatkan dan meningkatkan instruksi keperawatan bagi perawat.

Aspinal (1976) mendefinisikan siagnosa keperawatan adalah suatu proses


penilaian klinis melalui perubahan tubuh atau anatomi pasien; jika proses ini
terjadi dengan baik dan rasional, maka akan menghasilkan pengetahuan tentang
kemungkinan munculnya gejala. Sedangkan Carpenito (1987) mendeskripsikanya
sebagai deskripsi respons manusia (status kesehatan atau perubahan
aktual/potensial dalam pola reaksi) terhadap individu atau kelompok pengamat
yang memverifikasi pasien mana yang diidentifikasi secara hukum dan perawat
dapat menyarankan intervensi untuk ditangani. Minimalkan, hilangkan, cegah
kesehatan atau perubahan.

Tujuan diagnosa keperawatan untuk mengidentifikasi:

1) Masalah dimana adanya respon klien terhadap status kesehatan atau


penyakit.
2) Factor yang menunjang atau menyebabkan suatu masalah.
3) Kemampuan klien untuk mencegah atau menyelesaikan masalah.
4) Menkomunikasikan masalah klien pada tim kesehatan
5) Mendemonstrasikan masalah utama untuk perkembangan intervensi
keperawatan.

Model diagnostik keperawatan terdiri dari tiga faktor utama yang


diidentifikasi oleh Gordon (1976) untuk mendokumentasikan diagnosis. Huruf-
huruf tersebut mewakili masalah kesehatan (P), penyebab (E) dan wilayah tanda
dan gejala (S). Berikut pengertian dari “pes”:

a) Problem (P/masalah)
Merupakan gambaran keadaan klien dimana tindakan keperawatan
dapat diberikan. Masalah adalah kesenjangan atau penyimpangan dari
keadaan normal yang seharusnya tidak terjadi. Tujuannya adalah untuk
menjelaskan status kesehatan klien atau masalah kesehatan klien secara jells
dan sesingkat mungkin. Diagnosa keperawatan disusun dengan menggunakan
standart yang telah di sepakati (NANDA, Doengoes, Carpenito, Cordon, Dll)
supaya:
1) Perawat dapat berkomunikasi dengan istilah yang di mengerti secara
umum
2) memfasilitasi dan mengakses diagnose keperawatan
3) sebagai metode untuk mengidentifikasi perbedaan masalah
keperawatan dengan masalah medis
4) Meningkatkan kerjasama perawat dalam mendefinisikan diagnosis
dari data pengkajian dan intervensi keperawatan, sehingga dapat
meningkatkan mutu asuhan keperawatan.
b) Etiologi (E/penyebab)
Etiologi/faktor penyebab adalah faktor klinik dan personal yang
dapat merubah status kesehatan atau mempengaruhi perkembangan
masalah. Biasa di sebut Related to dari pernyataan diagnosa keperawatan.
Keadaan ini menunjukkan penyebab keadaan atau masalah kesehatan yang
memberikan 10 arah terhadap terapi keperawatan. Penyebabnya meliputi:
perilaku, lingkungan, interaksi antara perilaku dan lingkungan.
Unsur-unsur dalam identifikasi etiologi meliputi unsure PSMM:
1) Patofisiologi penyakit: adalah semua proses penyakit, akut atau kronis
yang dapat menyebabkan/ mendukung masalah.
2) Situsional: personal dan lingkungan( kurang pengetahuan, isolasi
social, dll)
3) Medikasi (berhubungan dengan program pengobatan/perawatan) :
keterbatasan institusi atau rumah sakit, sehingga tidak mampu
memberikan perawatan.
4) Maturasional: Adolesent: ketergantungan dalam kelompok;Young
adult : menikah, hamil, menjadi orang tu; Dewasa: tekanan karier,
tanda-tanda pubertas.
c) Symtom (Tanda dan gejala)
Merupakan data subyektif dan obyektif yang di temukan sebagai
komponen pendukung terhadap diagnosa keperawatan actual dan resiko.
Sign & symptom (S/tanda dan gejala) adalah ciri, tanda atau gejala, yang
merupakan informasi yang di perlukan untuk merumuskan diagnosis
keperawatan.

Prioritas Masalah
KRITERIA BOBOT SKOR
Sifat Masalah 1 Aktual =3
Resiko =2
Potensial = 1
Kemungkinan masalah untuk 2 Mudah = 2
dipecahkan Sebagaian = 1
Tidak dapat = 0
Potensi masalah untuk dicegah 1 Tinggi = 3
Cukup = 2
Rendah = 1
Menonjolnya masalah 1 Segera diatasi = 2
Tidak segera diatasi = 1
Tidak dirasakan adanya masalah = 0

Skoring:
a) Tentukan skor untuk tiap kriteria.
b) Skor dibagi dengan angka tertinggi dan kalikan dengan nilai bobot.
SKOR
ANGKA TERTINGGI X NILAI BOBOT

c) Jumlahkan skor untuk semua kriteria, skor tertinggi 5 sama dengan


seluruh bobot.
Contoh diagnose asuhan keperawatan mematuhi mencuci tangan
dengan SDKI, SLKI, SIKI dalam panduan asuhan keperawatan:
1) Defisit pengetahuan berhubungan dengan ketidaktahuan menemukan sumber informasi.
2) Pemeliharaan kesehatan tidak efektif berhubungan dengan ketidakmampuan membuat
penilaian yang tepat.
3) Ketidakpatuhan berhubungan dengan keetidakadekuatan pemahaman
4) Resiko infeksi berhubungan dengan peningkatan paparan organisme pathogen lingkungan.

2.5.3 Intervensi Keperawatan.

Menurut Nuesalam (2008) dalam bukunya proses dan dokumentasi keperawatan konsep
dan praktik, perencanaan meliputi pengembangan strategi desain untuk mencegah, mengurangi
atau mengoreksi masalah -masalah yang diidentifikasikan pada diagnosis keperawatan tahap ini
dimulai setelah menentukan diagnosis keperwatan dan menyimpulkan rencana dokumentasi.

Diagnosa KRITERIA HASIL PERENCANAAN & RASIONAL


Keperawatan
1.Defisit Setelah dilakukan tindakan keperawatan Edukasi Kesehatan
pengetahuan 3x24 jam diharapkan tingkat pengetahuan I. 12383
berhubungan membaik dengan kriteria hasil: Obervasi:
dengan
ketidaktahuan 1 2 3 4 5 1. Identifikasikesiapan dan
menemukan Perilaku √ X kemampuan menerima
sumber sesuai anjuran. 2. Idenifikasi faktor faktor
informasi Kemampuan √ X yang dapat meningkatkan
menjelaskan dan menurunkan motivasi
pengetahuan perilaku-perilaku hidup
suatu topic bersih dan sehat.
Persepsi yang √ X
keliru Terapeutik:
terhadap suatu
masalah 1. Sediakan materi dan media
Perilaku √ X pendidikan kesehatan.
(mencuci 2. Jadwalkan pendidikan
tangan, kesehatan sesuai
memakai kesepakatan.
masker, 3. Berikan kesempatan untuk
menjaga jarak) bertanya.

Keterangan: Edukasi:

1: Meningkat 1 Jelaskan faktor resiko yang


2: Cukup meningkat dapat mempergaruhi
3: Sedang kesehatan.
4: Cukup menurun 2 Ajarkan perilaku hidup
5: Menurun beersih dan sehat
√: sesudah dilakukan tindakan 3 Ajarkan strategi yang
X: Sebelum dilakukan tindakan dapat digunakan untuk
meningkatkan perilaku
hidup bersih dan sehat.

2. Setelah dilakukan tindakan keperawatan


Pemelihara 3x24 jam diharapkan pemeliharaan Edukasi Kesehatan
an kesehatan meningkat, dengan kriteria I. 12383
kesehatan hasil; Obervasi:
tidak efektif
1. Identifikasikesiapan dan
berhubunga
1 2 3 4 5 kemampuan menerima
n dengan 2. Idenifikasi faktor faktor
Menunjukan √ X
ketidakma perilaku yang dapat meningkatkan
mpuan adaptif dan menurunkan motivasi
membuat Menunjukan √ X perilaku-perilaku hidup
penilaian pemahaman bersih dan sehat.
yang tepat perilaku sehat
Memiliki √ X Terapeutik:
sistem
pendukung 1. Sediakan materi dan media
pendidikan kesehatan.
Keterangan: 2. Jadwalkan pendidikan
kesehatan sesuai
1: Meningkat kesepakatan.
2: Cukup meningkat 3. Berikan kesempatan untuk
3: Sedang bertanya.
4: Cukup menurun
5: Menurun Edukasi:
√: sesudah dilakukan tindakan
X: Sebelum dilakukan tindakan 1. Jelaskan faktor resiko yang
dapat mempergaruhi
kesehatan.
2. Ajarkan perilaku hidup
beersih dan sehat
3. Ajarkan strategi yang
dapat digunakan untuk
meningkatkan perilaku
hidup bersih dan sehat.

Setelah dilakukan tindakan 3x24 jam I.09311


3.Ketidakpa diharapkan tingkat kepatuhan meningkat Promosi Kesadaran Diri
tuhan dengan kriteria hasil:
Observasi:
berhubunga
1 2 3 4 5
n dengan 1. Identifikasi respons yang
Verbalisasi √ X
keetidakade ditunjukan berbagai situasi
mengikuti
kuatan anjuran
Terapeutik
pemahaman Perilaku √ X
menjalankan
1. Diskusikan tentang pikiran,
anjuran
perilaku atau respons
Tanda dan √ X
terhadap kondisi
gejala penyakit
2. Diskusikan dampak penyakit
pada konsep diri
Keterangan: 3. Motivasi dalam
meningkatkan kemampua
1: Meningkat belajar
2: Cukup meningkat
3: Sedang Edukasi.
4: Cukup menurun 1. 1,Anjurkkan
5: Menurun mengidentifikasi situasi
√: sesudah dilakukan tindakan yang memicu kecemasan.
4.Resiko X: Sebelum dilakukan tindakan 2. 2.Ajarkan cara membuat
infeksi prioritas hidup
berhubunga Setelah dilakukan tindakan x24 jam
n dengan diharapkan tingkat resiko infeksi menurun
peningkatan dengan kriteria hasil: Pencegahan Infeksi.
paparan I.14539
organisme 1 2 3 4 5
Kebersihan √ X Observasi:
pathogen
tangan 1. Monitor tanda dan gejala
lingkungan. Kebersihan √ X infeksi lokal dan sistemik.
badan
Terapeutik:
Keterangan: 1. Cuci tangan sebelum dan
1: Meningkat sesudah kontak dengan
2: Cukup meningkat pasien dan lingkungan.
3: Sedang 2. Memakai masker yang
4: Cukup menurun benar.
5: Menurun 3. Menjaga jarak.
√: sesudah dilakukan tindakan
X: Sebelum dilakukan tindakan Edukasi:
1. Jelaskan tanda dan gejala
infeksi.
2. Ajarkan cara mencuci tangan
yang benar.
Ajarkan memakai masker yang benar.

1.

2.5.4 Implementai Keperawatan.

Implementasi merupakan tahap ke empat dalam tahap proses keperawatan dalam


melaksanakan tindakan perwatan sesuai dengan rencana (Hidayat, 2013)

Implementasi merupakan tahap keempat dari proses dokumentasi keperawatan yang


dimulai setelah perawat menyusun rencana keperawatan. Dengan rencana keperwatan yang
diberikan dibuat berdasarkan diagnose yang tepat. Intervensi diharapkan dapat mencapai tujuan
yang diharapkan dapat mencapai tujuan yang diharapkan untuk meningkatkan status kesehatan.

Implementasi meliputi klien, perawat dan staf lainya yang akan melaksanakan rencana
keperawatan. Komponen lain dari proses keperwatan, seperti pengkajian dan peremcanaan
berlanjut selama komponen ini. Didalam konep-konsep asuhan keperawatan ini klien melakukan
intervensi atau perencanaan yang sudah disusun kepada klien keluarga.

2.5.5 Evaluasi Keperawatan.

Evaluasi adlah tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan yang


menandakan seberapa jauh diagnosis keperawatan, rencana tindakan dan pelaksanaan sudah
berhasil dicapai. Melalui evaluasi memungkinkan perawat untuk memonitori “kealfaan” yang
terjadi selama tahap pengkajian, analisa, perencanaan dan pelaksanaan tindakan (Nursalam, 2008).

BAB III
METODE PENELITIAN

1.1 Rancangan Penelitian.


Desain penelitian yang digunakan adalah studi kasus. Studi kasus adalah
dimana peneliti melakukan eksplorasi secara mendalam terhadap program, kejadian,
proses, aktivitas, terhadap satu atau lebih orang (Sugiyono, 2016).. Studi kasus ini
merupakan penelitian yang mengeksplorasi Asuhan Keperawatan Keluarga Post
COVID Dengan Ketidakpatuhan Menerapkan Cuci Tangan Di Desa Polowijen RT 05
RW 05 Kecamatan Blimbing”.

1.2 Batasan Istilah.


Batasan istilah merupakan pernyataan yang menjelaskan istilah-istilah kunci
fokus studi kasus. Beberapa istilah antara lain:
1. Asuhan keperawatan keluarga merupakan suatu rangkaian kegiatan dalam praktek
keperawatan yang diberikan pada klien sebagai anggota keluarga pada tatanan
komunitas dengan menggunakan proses keperawatan berpedoman pada standar
keperwatan dalam lingkup wewenang serta tanggung jawab keperawatan..
2. Definsi mencuci tangan adalah salah satu tindakan sanitasi dengan membersihkan
tangan dan jari jemari dengan menggunakan air ataupun cairan lainnya oleh
manusia dengan tujuan untuk menjadi bersih, sebagai bagian dari ritual
keagamaan, ataupun tujuan-tujuan lainnya
3. Definisi ketidakpatuhan adalah perilaku individu dan atau pemberi asuhan yang
tidak sesuai dengan rencana promosi kesehatan atau terapeutik yang ditetapkan
oleh individu (dan atau keluarga dan atau komunitas) serta professional pelayanan
kesehatan).
1.3 Partisipan
Subyek yang digunakan sebagai partisipan dalam studi kasus ini adalah 2
keluarga yang masuk dalam tipe keluarga inti yang memiliki masalah keperawatan dan
diagnosa medis yang sama. Partisipan yang diteliti dalam studi kasus ini keluarga post
covid dengan ketidakpatuhan menerapkan cuci tangan.
1. Insklusi.
a. Keluarga dengan ketidakpatuhanmenerapkan mencuci tangan.
b. Keluarga yang setuju untuk dijadikan partisipan.
2. Ekslusi.
a. Keluarga yang sudah patuh mencuci tangan.
1.4 Lokasi dan Waktu Peneliian.
1. Lokasi
Studi kasus ini dilakukan pada keluarga dan klien post covid dengan
ketidakpatuhan menerapkan mencuci tangan DI RT 05 RW 05 Di Kecamatan
Blimbing.
2. Waktu.
Studi kasus ini dilaksanakan pada bulan Januari sampai Maret tahun 2023.
Lama penelitian ini selama 2 sampai 3 minggu dengan kunjungan 5 kali.

1.5 Pengumpulan Data.


Pada sub bab ini dijelaskan terkait metode pengumpulan data yang digunakan.
1) Wawancara
Wawancara dilakukan untuk memperoleh hasil anamneses tentang identitas
klien, keluhan utama yang dirasakan klien, riwayat penyakit sekarang, penyakit
dahulu dan riwayat penyakit keluarga, pola aktivitas sehari-hari yang dilakukan
klien sebelum sakit dan pada saat sakit.Sumber data dapat diperoleh dari ungkapan
secara langsung yang disampaikan oleh klien maupun keluarga klien.
2) Observasi
Observasi dilakukan secara fisik disini yang perlu peneliti diperhatikan
adalah tingkat pengetahuan klien.
3) Studi dokumentasi dan angket.
Studi dokumentasi dan angket ini dari hasil pemeriksaan diagnostic dan
data lain yang relavan.

1.6 Uji Keabsahan Data.


Uji Keabsahan data dimaksudkan untuk menguji kualitas data/ informasi yang
diperoleh dalam penelitian sehingga menghasilkan data dengan validasi tinggi.
Uji keabsahan data dilakukan dengan;
1. Memperpanjang waktu pengamatan atau tindakan.
2. Sumber informasi tambahan menggunakan triangulasi dari tiga sumber data utama
yaitu klien, perawat, keluarga, dan perawat yang berkaitan dengan masalah yang
diteliti.
3. Keabsahan data perlu dijamin akan kebenarannya, peneliti telah melakukan dengan
konfirmasi informasi yang telah ditemukan dengan cara melakukan verifikasi
tingkat kepercayaan (credibility) dengan tujuan untuk menilai kebenaran dari
temuan data yang telah dibuat oleh peneliti berdasarkan informasi dari partisipan.
4. Partisipan diberi kesempatan untuk membaca berulang kali dan dimohon
memberikan penilaian apakah isi temuan data tersebut sesuai dengan pengalaman
diri sendiri. (Prawoto, 2015)

1.7 Analisa Data.


Analisa data dilakukan dengan cara mengemukakan data fakta, selanjutnya
membandingkan dengan teori yang ada dan selanjutnya dituangkan dalam opini
pembahasan.Teknik analisis yang digunakan dengan cara menarasikan jawaban-
jawaban yang diperoleh dari hasil interpretasi wawancara mendalam yang dilakukan
untuk menjawab rumusan masalah. Teknik analisis yang digunakan cara observasi
oleh peneliti dan studi dokumentasi yang menghasilkan data selanjutnya
diinterpretasikan oleh peneliti dibandingkan teori yang ada sebagai bahan untuk
memberikan rekomendasi dalam intervensi tersebut.
Urutan dalam analisis adalah:
1. Pengumpulan data.
Data yang dikumpulkan dari hasil WOD (wawancara, observasi, dokementasi).
Hasil di tulis dalam catatan lapangan, kemudian disalin dalam bentuk proposal.
2. Mereduksi data.
Dari hasil wawancara yang terkumpul dalam bentuk catatan lapangan dijadikan
dalam bentuk proposal dan dikelompokkan menjadi data subjektif dan objektif, di
analisis berdasarkan pemeriksaan diagnoctic kemudian dibandingkan nilai normal.
3. Penyajian data.
Penyajian data dapat dilakukan dengan table, gambar, bagan, maupun teks naratif,
kerahasiaan di jamin dengan tidak mengumbarkan identitas dari klien.
4. Kesimpulan.
Data yang disajikan, kemudian data dibahas dan dibandingkan dengan hasil-hasil
penelitian terdahulu dan secara teoritis dengan perilaku kesehatan. Penarikan
kesimpulan dilakukan dengan metode indikasi.Data yang dikumpulkan terkait
dengan data pengkajian, diagnosis, perencanaan, tindakan dan evaluasi.
1.8 Alur Penelitian.

Permohonan surat ijin penelitian

Populasi Seluruh Klien keluarga post covid dengan ketidakpatuhan menerapkan


mencuci tangan.

Peneliti Menentukan Sample dengan 2 Partisipan Keluarga Berdasarkan Insklusi Yang


Ditentukan Peneliti

Menjelaskan Maksud dan Tujuan Peneliti

Informed Consent Memastikan Legalitas Persetujuan Dengan Surat Persetujuan Dengan Surat
Persetujuan Bersedia Menjadi Responden

Uji Keabsahan Data Mengunakan Triangulasi Sumber,Teknik Dan Waktu

Analisa Data

Hasil dan Pembahasan

Penarikan Kesimpulan

Penyajian Data

1.9 Etika Penelitian.


1) Informed Consent (persetujuan menjadi responden)
Informed consent adalah lembar berisi informasi kepada calon subjek
penelitian dan/ atau keluarganya sebelum mereka memutuskan kesediaan atau
ketidaksediaan menjadi subjek penelitian.
2) Anonimity (tanpa nama)
Masalah ini merupakan masalah etika dengan memberikan jaminan dalam
penggunaan subjek penelitian dengan cara tidak memberikan atau mencamtumkan
nama responden pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian yang akan
disajikan. Peneliti hanya menggunakan inisial.
3) Confidentiality (kerahasiaan)
Peneliti wajib menjaga kerahasiaan informasi atau dara dari subjek
penelitian. Penulis menjamin kerahasiaan dari hasil laporan kasus baik informasi
maupun masalah lainya seperti data responden yang disimpan dengan baik dan
tidak mengumbar data tersebut tanpa ada persetujuan dari responden

DAFTAR PUSTAKA
Andriansyah, Y., & Rahmantari, D. N. (2013). Penyuluhan Dan Praktik Phbs ( Perilaku
Hidup Bersih. Inovasi Dan Kewirausahaan, 2(1), 45–50.
Diana, F. M., Susanti, F., & Irfan, A. (2014). Pelaksanaan program perilaku hodup bersih
dan sehat (PHBS) di SD Negeri 001 Tanjung Balai Karimun. Jurnal Kesehatan
Masyarakat, 8(1), 46–51.
Hidayat, A, A. 2013. Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis Data. Jakarta :
Salemba Medika
Mubarak, & Chayatin. (2011). Teori dan aplikasi ilmu kesehatan masyarakat. Jakarta:
EGC. NN. (2020). Update data virus Corona. Retrieved August 13, 2020, from
https://jogja.tribunnews.com/2020/04/15 /update-data-virus-corona-rabu-15-apriljakarta-
terbanyak-di-yogyakarta-urutanke-10-jatim-nomor-3 Coronavirus disease-2019:
Knowledge, attitude, and practices of health care workers at Makerere University
Teaching Hospitals, Uganda. Frontiers in Public Health, 8(April), 1–9.
Nursalam, 2008. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan :
Jakarta: Salemba Medika
Purba, C. I., Sitorus, R., & Alfiyanti, Y. (2016). Pengalaman Ketidakpatuhan Pasien
Terhadap Pelaksanaan Diabetes Melitus : Studi Fenomenologi. Jurnal Keperawatan
Indonesia, Vol. 12 No. 2 hal 84-90
Purnamasari, I., & Raharyani, A. E. (2020). Tingkat pengetahuan dan perilaku masyarakat
kabupaten Wonosobo tentang COVID-19. Jurnal Ilmiah Kesehatan, 10(1), 33–42.
EDUCATIONS - PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT JURNAL PENGABDIAN
KEPADA MASYARAKAT VOLUME 12 NOMOR 01 MARET 2021 66 E-DIMAS
Rosidin, U.,
Rahayuwati, L., & Herawati, E. (2020). Perilaku dan peran tokoh masyarakat dalam
pencegahan dan penanggulangan pandemi COVID-1
Risnasari, Norma. (2014). Hubungan tingkat kepatuhan diet pasien diabetes mellitus
dengan munculnya komplikasi di Puskesmas Pesantren II Kota Kediri. Efektor, 25 (01):
15-19.
Stanhope, M., and Lancaster, J. 2016. Public Health Nursing Population Centered
Health Care in The Community (9th ed.). Missouri: Elsevier
World Health Organization. (2020). Coronavirus disease (COVID-19). Retrieved from
https://www.who.int/emergencies/diseas es/novel-coronavirus-2019
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
CUCI TANGAN

Pokok Bahasan Pendidikan kesehatan tentang cuci tangan


Sasaran : Ibu-Ibu Posyandu Giri Seto Gamping kidul Rw 16
Metode : Ceramah, Diskusi dan Demonstrasi
Media : Laptop dan Alat cuci tangan
Waktu : 45 menit.
Tempat : Posyandu Giri Seto Gamping kidul Rw 16
Hari dan tanggal : Kamis, 16 juni 2016

A. TIU ( Tujuan Intruksional Umum )


Setelah mengikuti penyuluhan ini diharapkan sasaran mampu mengetahui
dan memahami cara mencuci tangan dengan baik.
B. TIK ( Tujuan Intruksional Khusus )
Setelah mengikuti penyuluhan ini diharapkan ibu-ibu mampu mengetahui:
1. Apa yang dimasksud dengan mencuci tangan
2. Tujuan mencuci tangan
3. waktu mencuci tangan
4. Langkah mencuci tangan
5. Apa yang dimaksud dengan diare
6. Penyebab diare
7. Penularan diare
8. Pencegahan diare pada balita
9. Tanda gejala
10. Klasifikasi diare
11. Penanganan diare pada balita
C. SASARAN
Ibu-ibu di Posyandu Giri Seto Gamping kidul Rw 16
D. MATERI
1. Definisi mencuci tangan
Mencuci tangan adalah teknik dasar untuk melakukan pengontrolan
dan pencegahan infeksi bakteri. Mencuci tangan adalah proses
pembuangan kotoran dan debu secara mekanis dari kulit kedua belah
tangan dengan memakai sabun atau pembersih lainnya dan dibilas dengan
air bersih (Ardhiyanti,dkk, 2014).
2. Tujuan mencuci tangan
a. menghilangkan kotoran dan debu
b. mengurangi jumlah mikroorganisme yang menempel pada telapak
tangan
c. untuk mencegah transmisi mikroorganisme
3. waktu mencuci tangan
a. Sebelum dan setelah makan
b. Setelah ganti pembalut.
c. Sebelum dan setelah menyiapkan makanan, khususnya sebelum dan
setelah memegang bahan mentah, seperti produk ternak dan ikan.
d. Setelah memegang hewan atau kotoran hewan
e. Setelah mengusap hidung, atau bersin di tangan.
f. Setelah menangani sampah
g. Sesudah buang air besar dan buang air kecil.
4. Langkah mencuci tangan
a. Basuh tangan dengan air
b. Tuangkan sabun secukupnya
c. Ratakan dengan kedua telapak tangan
d. Gosok punggung dan sela jari tangan kiri dengan tangan kanan dan
sebaliknya
e. Gosok kedua telapak dan sela - sela jari
f. Jari-jari dalam dari kedua tangan saling mengunci
g. Gosok ibu jari kiri berputar dalam genggaman tangan kanan dan
lakukan sebaliknya
h. Gosokkan dengan memutar ujung jari-jari tangan kanan di telapak
tangan kiri dan sebaliknya
i. Bilas kedua tangan dengan air mengalir dan keringkan
mencuci tangan dengan sabun dan air dengan menuangkan 1-3 ml
sabun dan menggosok-gosokannya selama 45 – 60 detik kemudian
keringkan menggunakan handuk, untuk penggunaan antiseptik hanya
memerlukan waktu 20-30 detik.

E. METODE
1. Ceramah
2. Diskusi
3. Demonstrasi
F. MEDIA
1. Leptop
2. Sabun
G. KEGIATAN PENYULUHAN

No Waktu Kegiatan penyuluhan Kegiatan Audience


1 5 Menit Pembukaan
1.Menjawab salam
1. Penyuluh memulai penyuluhan
dengan mengucapkan salam. 2.Memperhatikan
2. Memperkenalkan diri.
3.Menjelaskan tujuan penyuluhan. 3.Memperhatikan

4.Menyebutkan materi yang akan


4.Memperhatikan
diberikan.
2 25 Menit Pelaksanaan
1. Memperhatikan
1. Menjelaskan apa yang
dimaksud dengan mencuci
2. Memperhatikan
tangan
2. Menjelaskan tujuan mencuci
3. Bertanya dan
tangan
mendengarkan
3. Menjelaskan waktu mencuci
jawaban
tangan
4. ikut berpartisipasi
4. Menjelaskan langkah mencuci
dalam demonstrasi
tangan
mencuci tangan
8.

3 10 Menit Evaluasi :
1. Menjelaskan
1. Meminta audience menjelaskan
pengertian cuci
tujuan mencuci tangan
tangan
2. Meminta audience menjelaskan
2. menjelaskan
waktu mencuci tangan
langkah mencuci
3. Meminta audience menjelaskan
tangan
langkah mencuci tangan
3. Menyebutkan
4.
waktu mencuci
tangan
4. Menjelaskan
tujuan mencuci
tangan

4 5 Menit Terminasi
1. Memperhatikan
1. Mengucapkan terima kasih atas
perhatian yang diberikan
2. Membalas salam
2. Mengucapkan salam penutup
Lembar Observasi 6 Langkah Mencuci Tangan

Respo menggosok menggosok kedua telapak letakkan bagian gosok dan putar ibu letakkan kelima jari
nden tangan dengan telapak tangan mengatup belakang jari ke jari tangan kanan tangan kiri di atas
mempertemuka tangan ke dan jari terjalin telapak tangan dan sebaliknya telapak tangan
n telapak punggung dengan jari kanan putar maju
tangan dengan
tangan terkunci dan mundur, dan
telapak tangan
lakukan sebaliknya

Dilakukan Dilakukan Dilakukan Dilakukan Dilakukan Dilakukan


Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
N.
Apakah cuci tangan itu? 
Kapan kita harus mencuci  tangan? 
Cuci tangan adalah membersihkan
tangan dengan menggunakan
sabun dan air bersih yang mengalir  atau
disiramkan.

Disusun Oleh: Tujuannya? 


Bagaimanakah cara mencuci  tangan yang
Tindakan ini bertujuan untuk:
Dorkas Dorti benar dan sehat?
1. Supaya tangan bersih.
AOA0190892 Langkah # langkah dalam melakukan cuci
2. Membebaskan tangan dari
tangan yang benar dan sehat adalah:
kuman dan mikroorganisme.
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
KENDEDES MALANG
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN
3. Menghindari masuknya kuman kedalam
TAHUN 2022 a. $asahi kedua telapak anda dengan air mengalir
tubuh.
% lalu tuangkan sabun ke
4. ntuk mencegah infeksi silang.
telapak tangan% usap dan gosok 
e. &osok dan putar ibu jari secara
 bergantian.

 b. &osok masing'masing punggung tangan


secara bergantian.

f. &osokkan ujung kuku pada telapak


tangan secara

 bergantian.

c. (ari'jemari saling masuk dan


membersihkan sela'sela jari.

+eringkan tangan dengan tissue atau


handuk bersih.
d. &osokkan ujung jari )buku'buku*

dengan mengatupkan jari tangan kanan terus


gosokkan ke telapak tangan kiri. Penyakit apasajakah
dicegah dengan cuci yang dapat
$ergantian. tangan? 

$eberapa kuman penyebab


 penyakit dapat ditularkan melalui
kontak langsung% berikut penyakit yang

dapat dicegah dengan cuci tangan:

Anda mungkin juga menyukai