Anda di halaman 1dari 49

HUBUNGAN PERSEPSI PASIEN TENTANG

PANDEMI COVID 19 DENGAN MINAT KUNJUNGAN


PASEN KE POLI GIGI RSUD CILILIN
KABUPATEN BANDUNG BARAT

PROPOSAL SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan


Pendidikan Diploma IV Terapis Gigi

Disusun oleh :
FITRI SOLEHATI
NIM. P2.0625119015

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN TASIKMALAYA JURUSAN
KEPERAWATAN GIGI
TASIKMALAYA
2020
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas
rahmat dan karunia-Nya, penulisa dapat menyelesaikan proposal skripsi ini yang
berjudul “Hubungan Persepsi Pasen Tentang Pandemi Covid 19 Dengan
Minat Kunjungan Pasen Ke Poli Gigi RSUD Cililin”. Proposal skripsi ini
ditulis untuk memenuhi sala satu syarat untuk menyelesaikan Pendidikan Program
Diploma IV(D-IV) Jurusan Keeperawatan Gigi Politeknik Kesehatan
Tasikmalaya.

Terwujudnya proposal skripsi ini tiada lain berkat arahan dan bimbingan
semua pihak maka penulis sampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan
selulus tulusnya kepada semua pihak yang telah membantu, terutama kepada yang
terhormat :

1. Hj. Betty Supriati, S.Kp.,M.Kes., sebagai Direktur Polikteknik Kesehatan


Tasikmalaya.

2. Rudy Triyanto, S.Si.T.,M.DSc., sebagai Ketua Jurusan Keperawatan Gigi


Politeknik Keehatan Tasikmalaya

3. drg Hadiyat Miko,M.Kes., sebagai Ketua Program Study DIV Jurusan


Keperawatan Gigi Polikteknik Kesehatan Tasikmalaya.

4. drg Anie Kristiani, sebagai Pembimbing I yang berkenan memberi arahan,


bimbingan, kritik, dan saran selama penyusunan proposal skripsi ini.

5. Lina Rismayani,S.ST.,M.Kes. sebagai pembimbing ke II yang berkenan


memberi arahan, bimbingan, kritik, dan saran selama penyusunan proposal skripsi
ini.

6. drg Cahyo Nugroho, MDSc sebagai dosen pembimbing akademik tahun ajaran
2019-2020 yang telah memberikan araha dan bimbingannya selama penyusunan
proposal skipsi ini.
7. Seluruh dosen dan staf tata usaha Jurusan Keperawatan Gigi Politeknik
Kesehatan Tasikmalaya yang telah memberi dorongan moril, membekali ilmu
selama pendidikan sehingga mempermudah penulis dalam penyususan proposal
skipsi ini.

8.Petugas perpustakaan Jurusan Keperawatan Gigi Politeknik Kesehatan


Tasikmalaya yang telah memberikan dorongan moril dan menyediakan waktu
untuk m embantu penulis mencari buku-buku sumber dalam penyusunan proposal
skripsi ini.

9. Terimakasih kepada kedua orang tua yang tiada hentinya dalam sujud
panangnya slalu menyisipkan doa untuk anak anaknya

10. Terimakasih kepada suami yang telah memberikan ijin, dukungan moril dan
materi serta semangat untuk penyusunan proposal skripsi ini.

11. Rekan-rekan seperjuangan mahasiswa /i DIV Keperawatan Gigi 2019 dari


berbagai penjuru khususnya buat teman asram a Teh Ikeu dan Teh Ari yang
memberikan motivasi dalam penyusunan proposal skripsi ini.

Semoga amal baik semua dibalas dengan pahala yang berlipat ganda dari
Allah SWT. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan proposal skripsi ini
masih ada dalam keterbatasan kemampuan, pengetahuan maupun sumber yang
didapat.Penulis harapkan kritik dan saran yang bersipat membangun demi
kebaikan dimasa yang akan datang.Penulis berharap emoga proposal skripsi ini
dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca umumnya.

Tasikmalaya, 28 Maret 2020

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Corona virus adalah keluarga besar virus yang menyebabkan penyakit


mulai dari gejala ringan sampai berat. Ada dua jenis corona virus yang diketahui
menyebabkan penyakit yang dapat menimbulkan gejala berat seperti Middle East
Respiratory Syndrom (MERS) dan Severe Acute Respiratory Syndrom (SARS).
Coronavirus Disease 2019 (COVID 19) adalah penyakit jenis baru yang belum
pernah diidentifikasi sebelumnya pada manusia. Virus penyebab Covid 19 ini
dinamakan Sars-CoV-2. Virus corona dalah zoonosis yaitu ditularkan antara
hewan dan manusia (Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit).

Adapun tanda dan gejala umum infeksi COVID 19 antara lain gangguan
pernapasan akut seperti demam, batuk dan sesak napas. Masa inkubasi rata-rata 5-
6 hari dengan masa inkubasi terpanjang hingga 14 hari. Pada kasus Covid 19 yang
akut menyebabkan pnemonia, sindrom pernapasan akut,gagal ginjal bahkan
kematian. Tanda- tanda dan gejala klinis yang dilaporkan pada sebagian besar
kasus adalah demam, kesulitan bernapas, dan hasil rongent menunjukan infiltrat
pnemonia luas dikedua paru. (Safrizal, 2020)

Setelah WHO menetapkan Covid 19 sebagai Publik Health Emergency of


International Concent atau Kedaruratan Kesehatan Masyarakat yang Meresahkan
Dunia (KKMD). Sampai dengan tanggal 10 Maret 2020 dilaporkan total kasus
konfirmasi 113.702 dengan 4012 kematian (CF R 3,5 %). Dengan dimulai dari
laporan WHO China Cuntry dengan adanya kasus pnemonia yang tidak diketahui
etiologinya di Wuhan yaitu 80.924 kasus dengan kematian 3.140( Dirjen
Pencegahan dan Pengendalian Penyakit). Penambahan penyebaran kasus
berlangsung cepat dan sudah menyebar ke beberapa negara termasuk di Indonesia.

Dari data yang didapat dari Dirjen Pencegahan Dan Pengendalian Penyakit
pada tanggal 25 Maret 2020 sudah dilaporkan 790 kasus Covid 19 dari 24
propinsi, dan tentunya angka kasus yang positif dengan angka kematian yang
terus meningkat. Perkembangan terakhir terdapat 3000 lebih kasus yang positif
dengan kematian yang terus meningkat yaitu diatas 300 orang selama 3 minggu
terahir. Tentunya penyebaran ini sangatlah cepat dan meluas,sehingga diperlukan
pencegahan dan penanganan yang lebih serius.

Dampak dari pandemi Covid 19 ini sangat berpengaruh pada kehidupan


manus ia dan bersifat global. Adanya anjuran dari pemerintah untuk
melakukan penekanan penyebaran Covid 19 salah satunya dengan melakukan
sosial distancing atau pembatasan sosial bersekala besar, meliburkan anak-anak
sekolah, belajar dirumah dan bekerja dirumah (work from home). Dengan
meningkatnya kasus pandemi ini menuntut manusia untuk bisa beradaptasi
dengan kebiasaan baru untuk mencegah penularan dan menekan angka kasus
positif meningkat. Dampak dari pandemi covid 19 ini sangat perpengaruh dari
segi sosial dan ekonomi kehidupan masyarakat. Adanya himbauan dari
pemerintah untuk melakukan social distancing dan pembatasan pisik secara besar
besaran terus digalakan, guna menekan penyebaran penyakit corona ini.

Begitu pula dengan bidang kesehatan,khususnya kesehatan gigi dan


adanya pandemi ini tentunya berdampak sangat serius dan perlu perhatian yang
lebih karena penyebaran virus Corona ini menyebar lewat droplet atau cairan
partikel kecil sehingga akan beresiko tinggi bagi pasen juga bagi petugas medis.
Pasien yang datang ke poli gigi beresiko membawa atau menularkan virus covid
19 melalui cairan rongga mulut. Oleh karena itu perlu penatalaksanaan yang tepat
dalam menangani pasen dalam menghadapi pandemi covid 19 ini baik dari segi
alat pelindung diri bagi petugas dan edukasi buat pasen.

Di beberapa daerah di Kabupaten Bandung Barat dengan adanya pandemi


covid 19 ini untuk sebagian Puskesmas diliburkan sementara, adapun yang buka
itu hanya yang bersipat emergency seperti unit UGD dan Ponek. Lain halnya
dengan Rumah Sakit yang menjadi rujukan dari Puskesmas yang memang harus
siap sedia melayani disaat yang lain libur kita tetap melayani.
Rumah Sakit Cililin merupakan rumah sakit umum daerah yang pertama
sejak pemekaran Kabupaten Bandung Barat pada tahun 2007, terletak disebelah
utara alun-alun tepatnya di jln Cinta Karya Desa Cililin,Kecamatan Cililin
Kabupaten Bandung Barat. Untuk mendukung keberhasilan dan program
pemerintah di bidang kesehatan, Rumah Sakit Cililin membuat konsep
pembangunan berkelanjutan dalam membantu program pemerintah dalam
memberikan hak masyarakat untuk mendapatkan pelayanan kesehatan,
memberikan asuhan keperawatan melalui kerjasama yang berkolaborasi dengan
klien. Meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat yang optimal dengan cara
meningkatkan sasaran dan prasarana kesehatan.(Profil RSUD Cililin 2020).

Posisi Rumah Sakit Cililin yang berada di tengah wilayah Kabuparen


Bandung Barat memang tepat untuk dijadikan Rumah Sakit rujukan. Meskipun
Rumah Sakit Umum Daerah Cililin ini masih berstatus Rumah Sakit tipe D,
namun pada tanggal 25 Maret dengan situasi yang sangat mendesak pasen yang
positif mengidap penyakit covid 19 yang membahayakan dirawat di ruang isolasi.
Data terahir menunjukan pada tanggal 29 maret 2020 ada pasen rujukan dari
Puskesmas, jumlah pasen yang positif corona ini berjumlah 3 orang yang masih
dalam satu keluarga. Tentunya ini menjadi pro dan kontra antara petugas medis
dan masyarakat tentang adanya pasen yang dirawat di ruang isolasi di RSUD
Cililin. Bukan hal yang mudah tentunya bagi petugas dan staf yang lain
mengingat penyakit ini sangat membahayakan dan penyebarannya yang sangat
cepat. Untuk menyikapi hal ini RSUD Cililin menyiapkan Satgas khusus yang
menangani pasen covid 19 yang bekerja sungguh- sungguh, menyiapkan segala
sesuatunya baik berupa alat perlindungan diri,sarana dan prasarana.

Dengan adanya pandemi covid 19 ini tidak serta merta menghentikan


tugas medis dalam melakukan pelayanan kesehatan, terlebih untuk pasen yang
sudah terlanjur melakukan perawatan gigi sebelumnya. Tindakan kontrol pasca
operasi kecil odontektomy yang membutuhkan kontrol ulang untuk melakukan
buka jaitan. begitupun perawatan endodontik yang memerlukan kontrol ulang
untuk mengganti obat di giginya, perawatan orto fixs, pemasangan GTSL yang
belum beres dan lain sebagainya yang memerlukan kunjungan ulang ke rumah
sakit sampai perawatannya selesai. Sehingga untuk kasus perawatan yang bukan
bersipat darurat maka akan tunda sementara, adapun perawatan yang masih
dilakukan yaitu yang tidak menggunakan bor. Pada kasus kegawat daruratan gigi
juga yang memerlukan tindakan segera seperti incisi abses mandibula serta fraktur
gigi atau patah rahang akibat kecelakaan itu yang akan diprioritaskan karena akan
megancam jiwa.

Dalam melakukan tindakan di poli gigi tentunya harus sesuai dengan


standar operasional prosedur, penekanan infeksi silang, serta pemakaian APD
yang lengkap sangat diperlukan dalam menghadapi pandemi covid 19 ini. Bagi
pasen yang akan memasuki area rumah sakit akan discreening oleh petugas
dengan mengukur suhu dan menanyakan riwayat penyakit serta pertanyaan terkait
covid 19. Pengukuran suhu tubuh dan penyemprotan oleh desinfektan juga
berlaku untu setiap karyawan yang memasuki Rumah Sakit.

Berdasarkan catatan data rekam medis Rumah Sakit Ciilin (2020)


kunjungan pasen tiga bulan terahir ini menunjukan penurunan pada jumlah
kunjungan pasen yaitu pada bulan Januari 2020 jumlah pasen yaitu 2.224 orang,
pada bulan Februari 6.201 bulan Maret 5771. Untuk poli gigi sendiri jumlah
kunjungan pasen mulai berkurang pada bulan Januari 2 020 yaitu 142 pasen,
bulan Februari 122 pasen dan Maret jumlahnya 96 pasen. Dari data tersebut
terlihat pasen tiga bulan terakhir mengalami penurunan terlebih sejak pandemi
melanda pada awal Maret 2020.

Persepsi tentang penyakit merupakan pendekatan yang di pergunakan


secara luas dalam spikologi kesehatan, salah satunya digunakan untuk
menjelaskan perilaku dan cara mengatasi penyakit (weinman dan petrie 1997;
anonim,2014). Persepsi atau pemahaman tentang kesehatan dipengaruhi oleh
bagaimana penderita percaya terhadap kemampuan menjalani pengobatan,
kehidupan, psikososial pendidikan yang dimiliki serta dukungan keluarga
(Pricahyo 2012)
Menurut Mahmud 1989 (dalam Hasbir,2015:160) faktor –faktor yang
mempengaruhi minat kunjung seseorang yaitu kondisi fisik, keadaan jasmani,
keadaan psikis yang baik, serta keadaan lingkungan sosial, alam sekitar yang
mendukung. Bila dikaitkan dengan minat kunjung pasen pada salah satu fasilitas
kesehatan, kualitas mutu layanan juga memiliki peran yang cukup dominan dalam
menarik minat kunjung pasen.

Berdasarkan paparan diatas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian


dengan judul : “Hubungan Persepsi Pasen tentang Pandemi covid 19 dengan
Minat Kunjungan ke Poli gigi RSUD Cililin Kabupaten Bandung Barat”

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang tersebut, maka peneliti


merumuskan masalah “Apakah Ada Hubungan Persepsi Pasen Tentang
Pandemi Covid 19 dengan Minat Kunjung Ulang Pasen Rawat Jalan Poli Gigi
RSUD Cililin”.

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Diketahui hubungan persepsi pasen tentang pandemi covid 19 dengan minat


kunjungan ulang pasen rawat jalan poli gigi RSUD Cililin.

1.3.2 Tujuan Khusus

1.3.2.1 Diketahui gambaran persepsi pasen tentang pandemi covid 19


meliputi pengertian covid 19,gejala penyakit,cara penularan dan
penanggulangan pandemi covid 19.

1.3.2.2 Diketahui gambaran minat pasen untuk melakukan kunjungan ke


Poli Gigi RSUD Cililin.
1.3.2.3 Diketahui pengaruh dari pandemi covid 19 terhadap minat
kunjungan ke poli gigi RSUD Cililin.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini :

1.4.1 Bagi Pihak Pasien

Dapat mengedukasi pasen tentang penanggulangan penyebaran covid 19


dan pemahaman tentang tindakan apa saja yang bisa dikerjakan di Poli
Gigi RSUD Cililin.

1.4.2 Bagi Rumah Sakit Dan Petugas Kesehatan Gigi dan Mulut.

Memotivasi Rumah Sakit menyediakan sarana dan prasarana yang


menunjang dalam menghadapi pandemi covid 19 sehingga pasen tetap
tertangani.

1.4.3 Bagi Institusi Pendidikan Jurusan Keperawatan Gigi

Menambah kepustakaan Jurusan Keperawatan Gigi Politeknik Kesehatan


Tasikmalaya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Rumah Sakit

2.1.1 Pengertian Rumah Sakit

Rumah Sakit menurut PERMENKES No 4 Tahun 2018 adalah institusi


pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan
perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat
jalan, dan gawat darurat. Dengan kata lain Rumah Sakit merupakan suatu
tempat dimana diadakannya perawatan paripurna dalam melayani kesehatan
masyarakat.

Rumah Sakit adalah suatu institusi pelayanan kesehtan yang kompleks


padat pakar dan padat modal. Kompleksitas ini muncul karena pelayanan
rumah sakit menyangkut berbagai fungsi pelayanan, pendidikan dan
penelitian serta mencakup berbagai tingkatan maupun jenis disiplin, agar
rumah sakit mampu melaksanakan fungsi yang profesional baik di bidang
teknis medis maupun administrasi kesehatan. Untuk menjaga dan
meningkatkan mutu, rumah sakit harus mempunyai satu ukuran yang
menjamin peningkatan mutu disemua tingkatan (Rustiyanto,2010).
World Health Organization (WHO), memberikan batasan tentang
pengertian Rumah Sakit adalah, bagian menyeluruh atau integral dari
organisasi sosial dan medis, berfungsi memberikan pelayanan kesehatan yang
lengkap pada masyarakat, baik kuratif, maupun rehabilitatif, dimana
pelayanan keluarnya menjangkau keluarga dan lingkungan, dan rumah sakit
juga merupakan pusat latihan tenaga kesehatan serta untuk penelitian bio-
sosial.

Rumah sakit sebagai organ yang semula didirikan berdasarkan tujuan


sosial, kemanusiaan atau keagamaan itu dalam sejarah pertumbuhannya telah
mengalami perkembangan, sehingga rumah sakit berfungsi untuk
mempertemukan 2 (dua) tugas yang prinsipal yang membedakan dengan
orang lain yang memproduksi jasa. Rumah sakit merupakan organ yang
mempertemukan tugas yang didasari oleh dalil-dalil etik medik medik karena
merupakan tempat bekerjanya para profesional dalam melakukan tugasnya.
Disamping itu dari segi hukum sebagai dasar bagi wadah Rumah Sakit
sebagai organ yang bergerak dalam hubungan-hubungan hukum dalam
masyarakat yang diikat oleh norma hukum dan norma etik masyarakat yang
kedua norma tersebut berbeda, baik dalam pembentukannya, maupun dalam
pelaksanaan akibatnya bila dilanggar. (Hermein, 2002)

2.1.2 Dasar Hukum Rumah Sakit

Konsep negara hukum berakar dari paham kedaulatan hukum yang pada
hakikatnya berprinsip bahwa kekuasaan tertinggi di dalam suatu negara
adalah berdasarkan atas hukum. Negara hukum merupakan substansi dasar
dari kontrak sosial setiap negara hukum. (Hamidi Jazim at.al, Hukum
Lembaga Kepresidenan Indone sia, Alumni, Malang, 2002, hlm 9)

Dalam kontrak tersebut tercantum kewajiban-kewajiban terhadap hukum


(negara) untuk memelihara, mematuhi dan mengembangkannya dalam
konteks pembangunan hukum.

Menurut Krabe, negara sebagai pencipta dan penegak hukum di dalam


segala kegiatannya harus tunduk pada hukum yang berlaku. Dalam arti ini
hukum membawahi negara. Berdasarkan pengertian hukum itu bersumber
dari kesadaran hukum rakyat, maka hukum mempunyai wibawa yang tidak
berkaitan dengan seseorang. (Ranawijaya Usep, Hukum Tata Negara
Indonesia, PS HTN FH UI dan Sinar Bakti, Jakarta, 1983, hlm 153)

Konsep negara hukum menurut Aristoteles adalah negara yang berdiri


diatas hukum yang menjamin keadilan kepada warga negaranya. Keadilan
menurutnya merupakan syarat bagi tercapainya kebahagiaan hidup untuk
warga bagi suatu negara. Bagi Aristoteles, yang memerintah dalam negara
bukanlah manusia sebenarnya, melainkan pikiran yang adil, sedangkan
penguasa sebenarnya hanya pemegang hukum dan keseimbangan saja.
(Kusnardi, pengantar Hukum Tata Negara Indonesia, PS HTN FH UI dan
Sinar Bakti, Jakarta, 1983, hlm 153)

Menurut Utrech, prinsip-prinsip begara hukum berkembang seiring dengan


perkembangan masyarakat dan negara. Utrech membedakan dua macam
negara hukum, yaitu negara hukum formil atau negara hukum klasik dan
negara hukum dalam arti materiil atau negara hukum yang bersifat modern.
Perbedaan kedua model negara hukum tersebut terletak pada tugas negara.
Dalam arti formil, tugas negara adalah melaksanakan peraturan perundang-
undangan untuk melaksanakan ketertiban atau lebih dikenal dengan negara
penjaga malam (nachtwackerstaats). Sementara dalam artian materiil tugas
negara tidak hanya sebatas menjaga ketertiban saja, melainkan juga kehadiran
negara adalah untuk mencapai kesejahteraan rakyat untuk mebcapai keadilan
(welfarestate). (Utrech, Pengantar Hukum Administrasi Negara Indonesia,
Sinar Harapan, Jakarta, 1989, hlm 9)

Fungsi negara dalam arti materiil menjadikan yang utama bagi sebuah
negara adalah bertindak sebagai pelayan bagi masyarakat (public service),
dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat tersebut. (Cipto B.
Hestu, Hukum Tata Negara Indonesia, Universitas Atmajaya, Yogyakarta,
2009, hlm 20)

Untuk menghindari penyimpangan dan penyalahgunaan wewenang maka


tetap diberlakukan prinsip-prinsip dasar dalam pelaksanaan negara hukum
modern, adapun unsur-unsur terpenting dalam negara hukum kesejaheraan
antara lain:

a. Jaminan terhadap hak-hak asasi manusia;

b. Pemisahan atau pembagian kekuasaan;

c. Legalitas pemerintahan;
d. Peradilan Administrasi yang bebas dan tidak memihak; dan

e. Terwujudnya kesejahteraan umum warga negara.

Sejalan dengan amanat pasal 28 H ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara


Republik Indonesia Tahun 1945 telah ditegaskan bahwa: “setiap orang berhak
memperoleh pelayanan kesehatan”, kemudian dalam pasal 34 ayat (3)
dinyatakan: negara bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas pelayanan
kesehatan dan fasilitas pelayanan umum yang layak.”

Pasal 1 angka 7 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang kesehatan


masyarakat menyatakan bahwa:

Fasilitas pelayanan kesehatan adalah suatu alat dan/ atau tempat yang di
gunakan untuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, baik promotif,
preventif, kuratif maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh Pemerintah,
pemrintah daerah, dan/ atau masyarakat.

Pasal 1 angka 9 Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 Tentang Praktik


Kedokteran menyatakan bahwa: “Sarana pelayanan kesehatan adalah tempat
penyelenggaraan upaya pelayanan kesehatan yang dapat digunakan untuk
praktik kedokteran atau kedokteran gigi.”

Rumah Sakit sebagai salah satu fasilitas pelayan kesehatan merupakan


bagian dari sumber daya kesehatan yang sangat diperlukan dalam mendukung
upaya penyelenggaraan kesehatan.

Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 Tentang Rumah


Sakit menyatakan bahwa: “Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan
perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat
jalan, dan gawat darurat.

Menurut pasal 1 angka 2 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014 tenaga-


tenaga kesehatan menyatakan bahwa: “Sarana kesehatan adalah tempat yang
digunakan untuk menyelenggarakan upaya kesehatan.” Sedangkan pasal 1
angka 1 Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1045 Tahun
2006 Tentang Pedoman Organisasi Rumah Sakit di Lingkungan Departemen
Kesehatan menyatakan bahwa:

Rumah sakit adalah suatu fasilitas pelayanan kesehatan perorangan yang


menyediakan rawat inap dan rawat jalan yang memberikan pelayanan
kesehatan jangka pendek dan jangka panjang yang terdiri dari observasi,
diagnostik, terapeutik, dan rehabilitatif untuk orang-orang yang menderita
sakit, cidera dan melahirkan.

Dalam keputusan Menteri Kesehatan RI No. 129 Tahun 2008 tentang


Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit disebutkan bahwa setiap rumah
sakit wajib memiliki standar pelayanan minimal. Standar pelayanan minimal
adalah ketentuan tentang jenis dan mutu pelayanan dasar yang merupakan
urusan wajib daerah yang berhak diperoleh setiap warga secara minimal.
Selain itu juga merupakan spesifikasi teknis tentang tolak ukur pelayanan
minimum yang diberikan oleh Badan Layanan Umum. Standar Pelayanan
minimal ini dapat dijadikan acuan bagi pengelola rumah sakit dan unsur
terkait dalam melaksanakan perencanaan, pembiayaan dan pelaksanaan setiap
jenis pelayanan.

2.1.3 Asas dan Tujuan Rumah Sakit


Dalam pasal 2 Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah
Sakit disebutkan bahwa: “Rumah Sakit diselenggarakan berdasarkan
Pancasila dan didasarkan kepada nilai kemanusiaan, etika dan profesional,
manfaat, keadilan, persamaan hak dan anti diskriminasi, pemerataan,
perlindungan dan keselamatan pasien, serta mempunyai fungsi sosial”.

Tujuan penyelenggaraan rumah sakit tidak lepas dari ketentuan bahwa


masyarakat berhak atas kesehatan sebagaimana dirumuskan dalam berbagai
ketentuan undang-undang, salah satunya dalam Undang-Undang Nomor 36
Tahun 2009 tentang Kesehatan. Sementara itu pemerintah memiliki tanggung
jawab untuk mewujudkan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya,
diantaranya dengan menyediakan fasilitas kesehatan sesuai kebutuhan, dan
salah satu fasilitas pelayanan kesehatan adalah Rumah Sakit. (Endang
Wahyati Yustina, Mengenal Hukum Rumah Sakit, Keni Media, Banfung,
2012, hlm. 15)

Adapun tujuan penyelenggaraan rumah sakit adalah seperti dirumuskan


dalam pasal 3 Undang-Undang Kesehatan, disebutkan bahwa :”Pembangunan
kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemuan dan kemampuan
hidup sehat, bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat
yang setinggi-tingginya, sebagai investasi pembangunan sumber daya
manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis”. Sedangkan dalam Pasal
3 Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 Tentang Rumah sakit,
penyelenggaraan rumah sakit bertujuan untuk:

a. Mempermudah akses masyarakat untuk mendapatkan pelayanan kesehatan;

b.Memberikan perlindungan terhadap keselamatan pasien, masyarakat,


lingkungan rumah sakit, dan sumber daya manusia di rumah sakit;

c. Meningkatkan mutu dan mempertahankan standar pelayanan rumah sakit;

d. Memberikan kepastian hukum kepada pasien, masyarakat, sumber daya


manusia rumah sakit dan Rumah Sakit.

2.1.4 Tugas dan Fungsi Rumah Sakit


Menurut pasal 4 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009
Tentang Rumah Sakit, rumah sakit mempunyai tugas memberikan pelayanan
kesehatan perorangan secara parpurna. Pelayanan kesehatan paripurna adalah
pelayanan kesehatan yang meliputi promotif, preventif, kuratif, dan
rehabilitatif.

Berdasarkan pasal 5 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun


2009 Tentang Rumah Sakit, rumah sakit mempunyai fungsi:
a. Penyelenggaraan pealayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan sesuai
dengan standar pelayanan Rumah Sakit;

b. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui pelayanan


lesehatan yang paripurna tingkat kedua dan ketiga sesuai dengan kebutuhan
medis;

c. Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia dalam


rangka peningkatan kemampuan dalam memberikan pelayanan kesehatan;
dan

d. Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan persiapam teknologi


bidang kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan dengan
memprhatikan etika ilmu pengetahuan bidang kesehatan.

Menurut Milton Roemer dalam buku Doctors in hospital, rumah sakit


setidaknya memiliki fungsi, yaitu:

a. Harus ada pelayanan rawat inap dengan fasilitas diagnostik dan terapeutik.
Berbagai jenis spesialisasi, baik bedah maupun non bedah harus tersedia.
Pelayanan rawat inap ini juga meliputi pelayanan keperawatan gigi, farmasi,
laboratorium, radiologi, dan berbagai pelayanan diagnostik serta terapeutik
lainnya;

b. Rumah Sakit harus memiliki pelayanan rawat jalan;

c. Rumah sakit juga mempunyai tugas untuk melakukan pendidikan dan


pelatihan

d. Rumah sakit perlu melakukan penelitian di bidang kesehatan dan


kedokteran karena untuk penelitian ini; dan

e. Rumah sakit juga mempunyai tanggung jawab untuk program, pencegahan


penyakit dan penyuluhan kesehatan bagi populasi di sekitarnya.
Fungsi Rumah Sakit menurut Friedman dan Roemar yang dikutip oleh
Rakich, yaitu:

a. Mendiagnosa dan memberikan pengobatan;

b. Memberikan pelayanan pasien rawat jalan;

c. Memberikan pendidikan kepada warga negara yang bekerja di Rumah


Sakit;

d. Tempat penelitian dibidang kedokteran; dan

e. Mengadakan pelayanan pencegahan dan meningkatkan derajat kesehatan


masyarakat sekitarnya.

Fungsi Rumah Sakit menurut Lumenta adalah:

a. Memberikan asuhan pelayanan kepada pasien yang meliputi pelayanan


kesehatan kuratif dan rehabilitatif;

b. Memberikan pelayanan kesehatan masyarakat meliputi pelayanan promotif


dan preventif;

c. Merupakan tempat pendidikan tenaga kerja; dan

d. Merupakan tempat penelitian.

4.1.5 Hak dan Kewajiban Rumah Sakit

Berdasarkan pasal 29 Undang-Undang Nomor 44 tahun 2009 tentang


Rumah Sakit, Rumah Sakit memiliki kewajiban diantaranya:

a. Memberikan informasi yang benar tentang pelayanan Rumah Sakit kepada


madyarakat;

b. Memberikan pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, antidiskriminasi dan


efektif dengan mengutamakan kepentingan pasien sesuai dengan standar
pelayanan Rumah Sakit;
c. Memberikan pelayanan gawat darurat kepada pasien sesuai dengan standar
pelayanannya;

d. Berperan aktif dalam memberikan pelayanan kesehatan pada bencana, sesuai


dengan kemampuan pelayanannya;

e. Menyediakan sarana dan pelayanan bagi masyarakat tidak mampu atau


miskin;

f. Melaksanakan dungsi sosial antara lain dengan memberikan fasilitas


pelayanan pasien tidak mampu/ miskin, pelayanan gawat darurat tanpa uang
muka, ambulan gratis, pelayanan korban bencana dan kejadian luar biasa, atau
bakti sosial bagi misi kemanusiaan;

g. Membuat, melaksanakan dan menjaga standar mutu pelayanan kesehatan di


Rumah Sakit sebagai acuan dalam melayani pasien;

h. Menyelenggarakan rekam medis;

i. Menyediakan sarana dan prasarana umum yang layak antara lain sarana
ibadah, parkir ruang tunggu, sarana untuk orang cacat, wanita menyusui, anak-
anak dan lanjut usia;

j. Melaksanakan sistem rujukan;

Menolak keinginan pasien yang bertentangan dengan standar profesi dan etika
serta peraturan perundang-undangan;

k. Menolask keinginan pasien yang bertentangan dengan standar profesi dan


etika serta peraturan perundang-undangan

i. Memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai hak dan
kewajiban pasien;

m. Menghormati dan melindungi hak-hak pasien;

n. Melaksanakan etika rumah sakit;


o. Memiliki sistem pencegahan kecelakaan dan penanggulangan bencana;

p. Melaksanakan program pemerintah di bidang kesehatan baik secara regional


maupun internasional;

q. Membuat daftar harga medis yang melakukan praktik kedokteran gigi dan
tenaha kesehatan lainnya;

r. Menyusun dan melaksanakan peraturan internal Rumah Sakit (hospital by


laws);

s. Melindungi dan memberikan bantuan hukum bagi semua petugas Rumah


Sakit dalam melaksanakan tugas; dan

t. Memberlakukan seluruh lingkungan Rumah Sakit sebagai kawasan tanpa


rokok.

Sedangkan hak Rumah Sakit diatur dalam pasal 30 Undang-Undang


Rumah Sakit, yaitu:

a. Menentukan jumlah, jenis, dan kualifikasi sumber daya manusia sesuai


dengan klasifikasi Rumah Sakit;

b. Menerima imbalan jasa pelayanan serta menentukan remunerasi, insentif dan


penghargaan sesuai dengan kententuan peraturan perundang-undangan;

c. Melakukan kerja sama dengan pihak lain dalam rangka mengembangkan


pelayanan;

d. Menerima bantuan dari pihak lain sesuai dengan ketentuan peraturab


perundang-undangan;

e. Menggugat pihak yang mengakibatkan kerugian;

f. Mendapatkan perkindungan hukum dalam melaksanakan pelayanan


kesehatan;
h. Mempromosikan layanan kesehatan yang ada di Rumah Sakit sesuai dengan
ketentuan peraturab perundang-undangan; dan

i. Mendapatkan insentif pajak bagi Rumah Sakit Publik dan Rumah Sakit yang
ditetapkan sebagai Rumah Sakit pendidikan.

4.1.6 Jenis-jenis Rumah Sakit


Berdasarkan pasal 18 Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2009 tentang
Rumah Sakit, rumah sakit dapat dibagi berdasarkan jenis pelayanan dan
pengelolaannya.

a. Berdasarkan jenis pelayanan yang diberikan, rumah sakit dikategorikan


dalam rumah sakit umum dan rumah sakit khusus.

1) Rumah sakit umum, memberikan pelayanan kesehatan pada semua


bidang dan jenis penyakit; dan

2) Rumah sakit khusus, memberikan pelayanan utama pada satu bidang


atau satu jenis penyakit tertentu berdasarkan disiplin ilmu, golongan umur,
organ, jenis penyakit, atau kekhususan lainnya.

b. Berdasarkan pengelolaannya rumah sakit dapat dibagi menjadi rumah


sakit publik dan rumah sakit privat

1) Rumah sakit publik sebagaimana dimaksud dapat dikelola oleh


pemerintah, pemerintah daerah, dan badan hukum yang bersifat nirlaba. Rumah
Sakit publik yang dikelola pemerintah dan pemerintah daerah daerah
diselenggarakan berdasarkan pengelolaan Badan Layanan Umun dan Badan
Layanan Umum Daerah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undanga. Rumah Sakit publik yang dikelola pemerintah dan pemerintah daerah
sebagaimana dimaksud tidak dapat dialihkan menjadi Rumah Sakit privat.
4.1.7 Klasifikasi Rumah Sakit
Dalam rangka penyelenggaraan kesehatan secara berjenjang dan fungsi
rujukan, rumah sakit umum dan rumah sakit khusus diklasifikasikan
berdasarkan fasilitas dan kemampuan pelayanan rumah sakit. Menurut
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang rumah
sakit yang selanjutnya diatur melalui pelaturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 340 Tahun 2010 tentang Kalsifikasi Rumah Sakit, rumah
sakit umum diklasifikasikan sebagai berikut:

a. Rumah Sakit umum kelas A

Rumah Sakit umum Kelas A adalah rumah sakit umum yang mempunyai
fasilitas dan kemampuan pelayanan medik palik sedikit 4 (empat) spesialis
dasar, 5 (lima) spesialis medik, 12 (dua belas) spesialis lain dan 13 (tiga
belas) subspesialis.

b. Rumah Sakit umum kelas B

Rumah Sakit umum Kelas B adalah rumah sakit umum yang empunyai
fasilitas dan kemampuan pelayanan medik paling sedikit 4 (empat) spesialis
dasar, 4 (empat) spesialis panjang medik, 8 (delapan) spesialis lain dan 2
(dua) subspesialis dasar.

c. Rumah Sakit umum kelas C

Rumah Sakit umum Kelas C adalah rumah sakit umum yang mempunyai
fasilitas dan kemampuan pelayanan medik paling sedikit 4 (empat) spesialis
dasar dan 4 (empat) spesialis panjang medik.

d. Rumah Sakit umum kelas D

Rumah sakit umum kelas D adalah rumah sakit umum yang mempunyai
fasilitas dan kemampuan pelayanan medik paling sedikit 2 (dua) spesialis
dasar.
Klasifikasi rumah sakit khusus menurut Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 2010 Tentang Klasifikasi Rumah Sakit,
rumah sakit khusus terdiri dari rumah sakit kelas A, kelas B, kelas C. Untuk
fasilitas dan pelayanannya sama dengan rumah sakit umum tetapi yang
membedakan adalah pelayanan yang paling diutamakan dalam rumah sakit.

Jenis rumah sakit khusus antara lain rumah sakit khusus ibu, anak, jantung,
kanker, orthopedi, paru, jiwa, kusta mata, ketergantungan obat, stroke,
penyakit infeksi, bersalin, gigi dan mulut, rehabilitasi medik, telinga hidung
tenggorokan, bedah, ginjal, kulit, dan kelamin.

Rumah sakit secara garis besar dibagi dua, yaitu rumah sakit swasta dan
rumah sakit pemerintah. Rumah sakit swasta dalah rumah sakit yang didirikan
pihak swasta atau non pemerintah, yaitu beberapa orang (persoon) sepakat
untuk mendirikan badan hukum (rechtpersoon) dan badan hukum ini
melakukan kegiatan dalam bidang pendirian dalam menjalankan rumah sakit.
Rumah sakit pemerintah memiliki arti yaitu rumah sakit yang didirikan oleh
pemrintah yang peraturannya adalah diatur dalam perundang-undangan.
(Kusuma Endang, Transaksi Terapeutik Dalam Pelayanan Medid di Rumah
Sakit, Citra Adititya Bakti, Bandung, 2009, hlm, 53)

Adapun bentuk badan hukum rumah sakit yang didirikan oleh pihak
swasta lazimnya digunakan oleh yayasan (stichiting). (Iskandar Dalmy,
Hukum Rumah Sakit dan tenaga Kesehatan , Sinar Grafika, Jakarta, 1998,
hlm 7

2.2 Pelayanan Poli Gigi

Poli gigi merupakan salah satu pelayanan kesehatan dalam pelayanan


rawat jalan rumah sakit. Rawat jalan adalah pelayanan yang diberikan kepada
pasen yang masuk rumah sakit untuk keperluan observasi, diagnosis,
pengobatan, rehabilitasi medis, dan pelayanan kesehatan lainnya tanpa tinggal
di rawat inap. Instalasi rawat jalan bukanlah suatu unit yang dapat bekerja
sendiri, melainkan mempunyai kaitan dengan unit lainnya, agar dapat
memberikan pelayanan kepada pasien dengan baik. Begitu pula dengan poli
gigi yang mempunyai kaitan dan kerjasama dengan istansi lain di rumah sakit
diantaranya unit rekam medis, farmasi, radiologi, laboraturium, keuangan dan
pemeliharaan sarana rumah sakit lainnya. Untuk dapat memberikan pelayanan
yang maksimal maka semua unit terkait harus berkoordinasi dengan baik.

2.3 Pandemi Coronavirus 19 (covid 19)

Pandemi adalah adalah epidemi yang terjadi diseluruh dunia atau pada
daerah yang sangat luas, yang melintasi perbatasan beberapa negara, dan
biasanya mempengaruhi banyak orang. Epidemi adalah penyakit menular
yang berjangkit dengan cepat di daerah yang luas dan menimbulkan banyak
korban. Berikut adalah karakteristik patogenik dan klinis menurut
KEMENDAGRI dalam buku pedoman umum menghadapi pandemi COVID 19

2.3.1. Karakteristik Patogenik


Coronavirus merupakan keluarga besar virus yang menyebabkan penyakit
pada manusia dan hewan. Pada manusia biasanya menyebabkan penyakit
infeksi saluran pernapasan, mulai flu biasa hingga penyakit yang serius seperti
Midle East Respiratory Syndrome (MERS) dan Syndrom Pernapasan Akut
Berat/Severe Acute Respiratory Syndrom (SARS). Penyakit ini terutama
menyebar diantara orang orang melalui tetesan pernapasan dari batuk dan
bersin. Virus ini dapat tetap bertahan hingga tiga hari dengan plastik dan
stainless stel SARS CoV2 dapat bertahan hingga tiga hari atau dalam aerosol
selama tiga jam.

Corona virus jenis baru yang ditemukan pada manusia sejak kejadian luar
biasa muncul di Wuhan China, pada Desember 2019, kemudian diberi nama
Severe Acute Respiratory Syndrom Coronavirus(SARS-COV2) dan
menyebabkan penyakit Coronavirus Disease-2019 (COVID-19). COVID 19
termasuk dalam 140 nm. Virus ini secara genetik sangat berbeda dari virus
SARS –CoV dan MERS-CoV. Penelitian saat ini menunjukan bahwa homologi
antara COVID-19 dan memiliki karakteristik DNA coronavirus pada kelelawar
SARS yaitu dengan kemiripan lebih dari 85%. Ketika dikutur pada vitro,
COVID-19 dapat ditemukan dalam sel epitel pernapasan manusia setelah 96
jam. Sementara itu untuk mengisolasi dan mengkultur vero E6 dan Huh-7 garis
sel dibutuhkan waktu sekitar 6 hari.

Paru-paru adalah organ yang paling terpengaruh oleh COVID-19 karena


virus mengakses sel inang melalui enjim ACE2 yang paling melimpah di sel
alveolar tipe II paru-paru. Virus ini mengguanakan glikoprotein permukaan
khusus, yang disebut “spike”, untuk terhubung ke ACE2 dan memasuki sel
inang. Kepadatan ACE2 disetiap jaringan berkolerasi dengan dengan tingkat
keparahan penyakit dijaringan itu dan beberapa ahli berpendapat bahwa
penurunan aktifitas ACE2 mungkin bersipat protektif. Dan seiring
perkembangan penyakit alveolar, kegagalan pernapasan mungkin terjadi dan
kematian mungkin terjadi.

2.3.2.Karakteristik epidemiologi
2.3.2.1. Orang Dalam Pemantauan (ODP)

Seseorang yang mengalami gejala demam(>38) atau memiliki riwayat


demam atau ISPA (inpeksi saluran pernapasan atas) tanpa pnemonia. Selain itu
orang yang memiliki riwayat perjalanan ke negara yang terjangkit pada 14 hari
terahkir sebelum timbul gejala juga dikategorikan sebagai dalam pemantauan.

2.3.2.2 Pasen dalam Pengawasan

Seseorang yang mengalami memiliki riwayat perjalanan ke negara yang


terjangkit pada 14 hari terakhir sebelum timbul gejala-gejala COVID-19 DAN
seseorang yang mengalami gejala-gejala antara lain demam (>38 C) batuk,
pilek, dan radang tenggorokan, pnemonia ringan hingga beratberdasarkan
gejala kninis dan atau gambaran radiologis serta pasen dengan gangguan sistem
kekebalan tubuh (imunocompromised) karena gejala dan tanda menjadi tidak
jelas.

Ataupun seseorang dengan demam >38 C atau ada riwayat demam atau
ISPA ringan sampai berat dan pada 14 hari terakhir sebelum timbul gejala
memiliki salah satu paparan sebagai berikut : riwayat kontak dengan kasus
kontak dengan kasus konfirmasi COVID 19, bekerja atau mengunjungi fasilitas
kesehatan yang berhubungan dengan pasien konfirmasi COVID-19 , memiliki
riwayat perjalanan ke negara terjangkit atau jona merah, atau memiliki sejarah
kontak dengan orang yang memiliki riwayat perjalanan pada 14 hari terakhir ke
jona merah.

2.3.3 Mekanisme Penularan


COVID-19 paling utama ditranmisikan oleh tetesan aerosol penderita dan
melalui kontak langsung. Aerosol kemungkinan ditransmisiksn ketika orang
memiliki kontak langsung dengan penderita dalam jangka waktu yang terlalu
lama. Konsentrasi aerosol di ruangan yang relatif tertutup akan semakin tinggi
sehingga penularan akan semakin mudah.

2.3.4. Karakteristik Klinis


Berdasarkan penelitian epidemiologi saat ini, masa inkubasi COVID-19
berkisar 1 hingga 14 hari, dan umumnya akan terjadi pada 3 hingga 7 hari.
Demam, kelelahan dan batuk kering dianggap sebagai manifestasi klinis utama.
Gejala seperti hidung tersumbat, pilek, paryngalgia, mialgia, dan diare relatif
jarang terjadi pada kasus yang parah, dispnea dan / hipoksemia biasanya terjadi
setelah satu minggu setelah onset penyakit dan yang lebih buruk dapat dengan
cepat berkembang menjadi syndrom gangguan pernapasan akut, syok septik,
asidosis metabolik sulit untuk dikoreksi dan disfungsi pendarahan dan batuk
serta kegagalan banyak organ dan lainnya. Pasen dengan penyakit parah atau
kritis mungkin akan mengalami demam sedang hingga rendah atau tidak ada
demam sama sekali. Kasus ringan hanya hadir dengan sedikit demam,
kelelahan ringan, dan sebagainya tanpa manipestasi pnemonia.
2.3.5 Panduan Pelayanan Kesehatan Gigi Dan Mulut Pada Masa Pandemi
Covid 19
Sesuai surat edaran tentang kewaspadaan terhadap covid 19, baik dari
WHO, Persatuan Dokter Gigi Indonesia dan Dewan Pengurus Pusat Persatauan
Terapis Gigi Dan Mulut Indonesia, berikut panduan tentang protokol kesehatan
dan implementasi pelayanan asuhan keperawatan gigi. Rekayasa pelayanan
kesehatan gigi dan mulut di masa pandemi Covid 19 meliputi

- Alur penerimaan pasen

- Penatalaksanaan lingkungan pelayanan kesehatan gigi dan mulut

- Standar APD

- Penatalaksanaan alat-alat kesehatan gigi dan mulut

2.3.5.1 Prosedur Alur Penerimaan Penerimaan Pasien

- lakukan pengkajian asuhan kesehatan umum dan kesehatan gigi dan


mulut
- edukasi tetap menggunakan masker
- Menjaga jarak aman antar pasen kurang lebih 1 (satu) meter pada saat
menunggu
- pasen yang berusia lebih 65 tahun atau mempunyai penyakit penyerta
diberikan ruang tunggu terpisah
- jelaskan pada pasen dan keluarga tentang identifikasi awal atas gejala-
gejala.

2.3.5.2 Prosedur Untuk Pasien

- Setiap pasien masuk diperiksa suhu tubuh, tunda perawatan apabila


suhu diatas 37,5 atau gejala ISPA/flu, batuk, sesak napas atau vital
sign tidak normal
- Pasen mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir atau handrub
antiseptik
- Pasen duduk di dental unit dan berkumur providone iodion 1%
selama 15-60 detik atau hidrogen proksida 0,5% - 1% selama 60
detik
- Pasen memakai slaber sekali pakai tampa jepit
- Selesai perawatan pasien menunggu diluar
- Penunggu pasien tidak boleh masuk ke ruangan

2.3.5.3 Terapis Gigi dan mulut

- Terapis gigi dan mulut membersihkan dental unite, pegangan lampu,


kursi dan pegangan tangan dengan tissu desinfektan.
- Membersihkan cupidor dengan menyikat menggunakan air sabun dan
sodium hipoklorit
- Menggunakan suction high power saat tindakan
- Terapis gigi dan mulut sirkular memberikan kassa, kapas, tumpatan
sementara, anastetikum, cotton pelet dan lain-lain bila diminta.
- Terapis gigi dan mulut asisten menerima tumpatan sementara,
anastetikum, spuite, dan lain-lain dari terapis gigi dan mulut sirkular

2.3.6 Rekayasa Lingkungan Pelayanan Kesehatan Gigi dan mulut


- Ruangan tindakan bertekanan negatif memiliki standar ventilisasi yang
baik (perputaran udara 6-12 ACH atau 60 L perpasen dan tekanannya
lebih rendah dari ruangan atau koridor )
- Penggunaan heva filter level 13 atau lebih
- Efek aerosol membutuhkan kurang lebih 1 jam sehingga efek aerosol
hilang dan dibutuhkan jeda untuk ventilisasi per pasen
- Pintu ruangan tetap tertutup saat tindakan.
- Jika menggunakan Ac tidak dipasang dalam circulating mode
- Mekanik vetilasi atau natural ventilasi
- Jarak lebih dari dua meter antara satu dental unite yang satu dan yang
lainnya
- Dekontaminasi ruang pelayanan.
- Hindari mencemari permukaan lingkungan yang tidak berhubungan
langsung dengan perawatan pasien seperti pegangan pintu atau saklar
lampu listrik rutin di disenfeksi.
4.3.7 Penatalaksanaan Alat kesehatan Gigi

Dalam menghadapi pandemi Covid 19 tentunya sterilisasi alat,bahan yang


dipakai dalam pelayanan kesehatan gigi dan mulut harus diperhatikan.
Management penggunaan dental unit seperti mengurangi penggunaan water
syringe, membatasi penggunaan scaler atau highspeed motor bur karena
menimbulkan aerosol ke udara (Yanti Rahayu cit Ge Zy, 2020). Begitu pula
dengan alat-alat yang rutin dibersihkan dan disterilisasikan yang terpusat di
CSSD masing- masing rumah sakit.

(Central Sterile Supply Departement) yaitu instalasi yang melayani


pelayanan sterilisasi dengan fasilitas untuk menerima,membersihkan,
mengemas, mendesinfeksi, menyimpan dan mendistribusikan alat- alat baik
yang dapat berulang kali dan alat yang sekali pakai sesuai dengan standar
prosedur yang berlaku.

2.4. Persepsi Tentang Penyakit

2.4.1 Definisi Persepsi


Persepsi menurut Parcek (1984) dalam Azizatul (2013) adalah proses
menerima, menyeleksi, mengorganisir, mengartikan, menguji dan memberikan
reaksi kepada rangsang panca indra. Kotler (2009) juga menyebutkan bahwa
persepsi adalah proses dimana kita memilih, mengatur dan menerjemahkan
masukan informasi untuk menciptakan gambaran. Intinya persepsi tidak hanya
bergantung pada rangsangan fisik tetapi ada juga hubungan rangsangan
terhadap bidang yang mengelilinginya dan kondisi dalam setiap individu.
Menurut Prasetijo (2005), persepsi adalah sebuah proses dimana sensasi rasa
yang diterima seseorang terhadap sesuatu hal melalui mekanisme sistematis
secara terpilah dan terpilih sehingga menghasilkan suatu penilaian atau
interpretasi.

Persepsi merupakan suatu proses pengindraan yaitu proses diterimanya


stimulus oleh individu melalui alat indra. Kemudian stimulus yang masuk
diteruskan ke dalam otak manusia dan informasi yang diterima otak
selanjutnya dianalisa, diinterpretasi dan kemudian dievaluasi sehingga
seseorang memperoleh makna. (Walgito,2003)

Persepsi adalah proses yang digunakan individu mengelola dan


menafsirkan kesan indra mereka dalam rangka memberikan makna pada
lingkungan mereka. Meski demikian apa yang dipersepsikan seseorang dapat
berbeda dari kenyataan yang objektif (Robbins,2006). Persepsi terhadap
penyakit menurut Chisot (2010) yaitu interpretasi yang dilakukan seseorang
berkaitan dengan penyakit yang diderita. Menurut Ibrahim persepsi tentang
penyakit adalah ketika seseorang dihadapkan pada suatu penyakit maka orang
tersebuta akan menanggapi dan memahami penyakit yang dideritanya sesuai
dengan pemikirannya sendiri.(Ibrahim, 2016)

2.4.2. Aspek Pada Persepsi


Illness perception adalah keyakinan yang dimiliki pasen yang berasal dari
semua pemahaman dasar yang dimiliki pasen tentang penyakit yang
dideritanya. Lima komponen yang mendasari gambaran kognitif terhadap
penyakit adalah sebagai berikut:

2.4.2.1. Identitas

Identitas adalah label yang diberikan untuk suatu penyakit atau diagnosisi
medik dan pengalaman symtom. Komponen penting dari skor indentitas yaitu
subjek biasanya mengiterpretasikan simptom yang berhubungan dengan
penyakit berbeda dengan interpretasi medis. Hal ini biasanya berhubungan
dengan bagaimana staf medis melakukan treatment kepada pasen.

2.4.2.3 Sebab

Sebab adalah pendapat individu tentang etiologi penyakit yang dialami.


Dalam hal ini, setiap pasen mungkin merepresentasi penyakit mereka dengan
reflek yang bervariasi dalam casual model yang berbeda. Terdapat empat
macam sebab secara umum yaitu
- Psychological Attribution, faktor penyebab karena spikologis yang
disebabkan oleh perilaku subjek.
- Immunity/other ilness, faktor penyebab karena perubahan biologis
atau penyakit lain.
- Risk faktor, faktor penyebab karena resiko dalam diri subjek
seperti genetik.
- Accident/Change, faktor penyebab karena kurang beruntung atau
kecelakaan.
2.4.2.4.4 Waktu
Waktu adalah persepsi mengenai berapa lama penyakit yang dideritanya
akan berakhir, baik itu akut atau kronis. Persepsi subjek mengenai rentang
dan siklus waktu penting karena berhubungan dengan pengobatan yang
diambil subjek.
2.4.2.5. Konsekuensi
Konsekuensi merupakan persepsi pasen mengenai efek yang mungkin
dirasakan dalam kehidupan mereka akibat dari penyakit yang dideritanya.
Konsekuensi tersebut dapat berupa emosional atau kombinasi dari berbagai
faktor.
2.4.2.6. Kontrol Perawatan
Kontrol perawatan adalah bagaimana pasen mempresentasikan
penyakitnya dengan percaya bahwa penyakit akan bertambah parah atau
membaik dan hal itu dapat dikontrol dari diri sendiri atau orang lain yang
lebih memahami penyakit. Kontrol perawatan terdiri dari dua macam yaitu
kontrol personal dan kontrol treatment.
Kontrol personal yaitu suatu kemampuan untuk menyusun, membimbing,
mengatur dan mengarahkan bentuk perilaku yang dapat membawa individu
ke arah konsekuensi positif. Kontrol treatment adalah faktor –faktor yang
mempengaruhi kontrol dan kepatuhan seperti pengetahuan, tingkat ekonomi,
sikap, usia, dukungan keluarga, jarak, nilai, dan kenyakinan dan tingkat
keparahan.
2.4.3. Faktor- Faktor Berperan pada Persepsi
Stimulus merupakan salah satu faktor yang berperan dalam persepsi, ada
beberapa faktor yang dapat dikemukakan yaitu 56,60
2.4.3.1 Objek yang Dipersepsi
Objek menimbulkan stimulus yang mengenai alat indra atau reseptor.
Stimulus dapat datang dari luar individu yang memersepsi, tetapi juga dapat
datang dari dalam individu yang bersangkutan yang langsung mengenai saraf
yang penerima bekerja sebagai reseptor. Namun sebagian besar stimulus
datang dari luar individu.
2.4.3.2 Alat indra,Syaraf dan pusat susunan saraf
Reseptor atau alat indra merupakan alat untuk menerima stimulus.
Disamping itu juga harus ada syaraf sensorik sebagai alat untuk meneruskan
stimulus yang diterima reseptor ke pusat susunan syaraf yaitu otak sebagai
pusat kesadaran.
2.4.3.3 Perhatian
Usaha untuk menyadari atau mengadakan persepsi diperlukan adanya
perhatian, yaitu merupakan langkah pertama sebagai suatu persiapan dalam
dari seluruh aktifitas individu yang ditunjukan kepada sesuatu atau sekumpulan
objek.
2.4.3.4 Perhatian yang selektif
Dalam kehidupan manusia setiap saat akan menerima banyak sekali
rangsang, tetapi tidak semua rangsang tersebut akan ditanggapi. Oleh karena
itu individu akan memusatkan perhatian pada rangsang-rangsang tertentu saja.
2.4.3.5 Nilai- nilai dan kebutuhan individu
Seseorang memiliki keinginan dan dan cita rasa yang berbeda-beda sesuai
dengan latar belakangnya.
2.4.3.6 Pengalaman terdahulu
Pengalaman terdahulu sangat mempengaruhi bagaimana seseorang
mempersepsikan kehidupannya.

2.4.4 Alat Ukur Persepsi Penyakit


Persepsi penyakit dapat diukur menggunakan beberapa alat ukur, antara
lain :

a. The Illness Perception Questionnaire (IPQ) adalah metode baru untuk


menilai representasi kognitif penyakit. IPQ adalah ukuran yang diturunkan
secara teoritis yang terdiri dari lima skala yang memberikan informasi tentang
lima komponen yang ditemukan untuk mendasari representasi kognitif
penyakit. Weinman membedakan 5 domain dari representasi persepsi penyakit
yakni indentitas, garis waktu, konsekwensi, kontrol dan penyebab. Penilaian
dari IPQ ini menggunakan skala Likert degan skor 1-5 dimana skor 1
menunjukan tidak setuju dan skor 5 menunjukan sangat setuju (Weinman
dalam ....).

b. The Illness Perception Questionnaire-Revised (IPQ-R) merupakan revisi


dari IPQ asli yang dikembangkan oleh Moss-Morris (2002). Versi IPQ-R berisi
7 domain kognitif dan emosional antara lain garis waktu akut/kronis, garis
waktu siklis, konsekuaensi, konrol pribadi, kontrol pengobatan, koherensi
penyakit, representasi emosional. Penyebabnya dikategorikan sebagai berikut :
1) atribusi psikologis (stess atau kehawatiran, sikap mental, masalah dalam
keluarga, kerja paksa, keadaan emosional, kepribadian). 2) faktor resiko
(hereditas, diet, perawatan medis yang buruk dimasa lalu, perilaku sehari- hari,
penuaan, rokok, dan alkohol), 3) kekebalan / imunitas ( kuman, virus, polusi,
kekebalan yang berubah), 4) kecelakaan atau kesempatan (kebetulan atau nasib
buruk,cedera, dan kecelakaan) (Moss-Morris et al., 2002)

c. B-IPQ (Brief Illness Perception Questionnaire) merupakan intrumen


yang digunakan untuk menilai persepsi penyakit pada pasien yang
menggambarkan proses bagaimana pasen menanggapi ancaman (rasa sakit)
kesehatan yang dirasakan oleh pasen. BIPQ digunakan untuk mengevaluasi
dimensi persepsi penyakit yang terdiri dari 8 item pertanyaan dengan 11 poin
skala (rentang 0-10). Setiap item pertanyaan menggambarkan dimensi dari
CSM, yaitu cognitif representation sebanyak lima item pertanyaan dan
emosional representation sebanyak tiga item pertanyaan. Item pertanyaan
menyangkut tentang concequences (kepercayaan pasen mengenai seberapa
kuat pengaruh penyakit terhadap kehidupan sehari-hari), timeline (kepercayaan
pasien mengenai rentang waktu kronis penyakit), personal kontrol
(kepercayaan pasen mengenai kemampuan diri dalam mengontrol penyakit),
treatment control ( kepercayaan pasien mengenai pengendalian penyakit
dengan obat-obatan), identity (menyangkut tentang pengalaman menngenai
gejala yang timbul sebagai akibat dari perkembangan penyakit), concerns
(mengenai perasaan khawatir/ kecemasan pasen mengenai penyakitnya),
emotional response (respon emosional pasen terkait penyakit), dan
comprehensibility (gambaran pemahaman pasien mengenai penyakitnya.
(Antari et al.,2016)
BAB III
KERANGKA KONSEP HIPOTESIS DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1 Kerangka Konsep

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan persepsi pasen


tentang pandemi COVID 19 dengan minat kunjungan ulang di RSUD Cililin.
Variabel yang akan diteliti yaitu variabel dependen dan variabel indevenden.
Variabel dependen yaitu minat kunjungan ulang pasen rawat jalan poli gigi RSUD
Cililin dan variabel independen yaitu persepsi pasien tentang pandemi COVID 19.
Berikut kerangka konsep penelitian ini

Persepsi Tentang Pandemi Minat Kunjungan Ulang


COVID 19

3.2 Hipotesis

Hipotesis penelitian merupakan jawaban sementara, patikan duga, atau


dalil dari suatu penelitian yang bersifat sementara yang nantinya akan dibuktikan
dengan suatu penelitian (Setiadi,2007). Hipotesis yang digunakan dalam
penelitian ini adalah hipotesis alternatif (Ha) yaitu adanya hubungan antara
persepsi pandemi COVID 19 dengan minat kunjungan ulang.

3.3 Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif non eksperimental yang


mempunyai rancangan deskriptif kolerasi, yaitu peneliti mencoba mencari
hubungan antar variabel (Setiadi, 2007). Penelitian ini akan menggunakan
pendekatan cross sectional dengan melakukan pengukuran secara bersamaaan
pada variabel persepsi tentang pandemi COVID 19 dengan minat kunjungan ulang
rawat jalan poli gigi RSUD Cililin.
3.4 Populasi dan Sampel Penelitian

3.4.1 Populasi penelitian


Populasi merupakan semua subjek yang memenuhi kriteria yang telah
ditentukan oleh peneliti (Nursalam 2014). Populasi dalam penelitian ini adalah
seluruh pasen rawat jalan poli gigi RSUD Cililin pada bulan Februari sampai
dengan Juni 2020 yang berjumlah .....

3.4.2 Sampel penelitian


Sampel adalah bagian dari populasi terjangkau yang selanjutnya
digunakan untuk subjek penelitian melalui teknik pengambilan sampel
(Nursalam 2014). Sampel penelitian ini adalah pasen rawat jalan yang baru
berkunjung ke poli gigi RSUD Cililin.

a. Teknik sampling

Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah non


probabiliti sampling dengan cara consecutive sampling. Consecutive sampling
adalah pemilihan sampel dengan menetapkan subjek yang memenuhi kriteria
penelitian dimasukan dalam penelitian sampai kurun waktu tertentu, sehingga
jumlah pasen yang diperlukan terpenuhi (Nursalam, 2014). Pengambilan
sampel berdasarkan pasen baru berkunjung ke poli gigi RSUD Cililin mulai
bulan Februari hingga Juni 2020 dan memenuhi ktriteria penelitian.

b. Besar sampling

Penentuan besar sampel penelitian dengan mengguankan rumus


Slovin.Rumus Slovin :

n =n

1+N(d)2

Keterangan :
N = Besar sampel

N = Besar populasi

D = Taraf kesalahan (0,05)

Besar sampel penelitian ini adalah :

n =.........

n =..............

c. Kriteria sampel

Penentuan kriteria sampel sangat membantu peneliti untuk mengurangi


bias hasil penelitian. Menurut Nursalam (2013). Jenis kriteria sampel dapat
dibedakan menjadi dua bagian antara lain :

1). Kriteria Inklusi

Kriteria inklusi merupakan ciri-ciri dari subjek penelitian secara umum


yang diambil dari suatu populasi target yang terjangkau dan akan diteliti oleh
peneliti (Nursalam, 2006). Pada penelitian ini sampel yang digunakan adalah
pasen baru rawat jalan poli gigi yang memenuhi kriteria sebagai berikut :

1. Pasien berusia > 18 tahun

2. Mampu berkomunikasi dengan baik

3. Pasien dengan suhu tubuh normal

4. Tidak memiliki riwayat kontak dengan pasen positif COVID 19 atau dari
daerah jona merah

5. Tidak bepergian dari luar JABODETABEK

2) Kriteria Eklusi
Kriteria eklusi adalah batasan subjek penelitian mewakili sampel yang
tidak memenuhi syarat sampel penelitian. Dalam penelitian ini tidak ada
kriteria ekslusi.

3.4.3 Tempat Penelitian

Tempat penelitian dalam penelitian ini adalah di rawat jalan poli gigi
RSUD Cililin Kabupaten Bandung Barat.

3.4.4 Definisi Operasional (DO) dan Skala Pengukuran


DO adalah uraian mengenai apa yang akan diukur oleh variabel yang
akan diteliti (Notoatmodjo, 2012). DO pada penelitian yang dilakukan ini
menjelaskan dua variabel yakni variabel persepsi tentang pandemi COVID 19
dan variabel minat kunjungan pasen. Definisi operasional dari variabel dalam
penelitian ini dijelaskan pada tabel 2 sebagai berikut:

Tabel 2 Variabel Penelitian,Definisi Operasional dan Skala Pengukuran

No Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Item Hasil Skala Ukur


Penelitian Ukur
1 Variabel Persepsi pasen tentang Kuesioner Brief Total skor 0-80 Ordinal
Independen pandemi COVID 19 illness perception Data tidak
(Persepsi yaitu pandangan pasen questionaire (B- terdistribusi
tentang dalam IPQ) terdiri dari 9 normal, maka:
penyakit) menggambarkan pertanyaan. 1. Positif ≥
pendapat mereka Pertanyaan nomor median (39)
tentang penyakit 1 sampai 8 dalam 2. Negatif <
COVID 19. Terdiri bentuk interval median (39)
dari 9 sub variabel dengan rentang
(time line, nilai 0-10 dan
Consequnces, pertanyaan nomor
Personal control, 9 tidak dilakukan
Treatment control, skoring hanya
Illness coherence, diurutkan
Concern, emotional berdasarkan
representation, jawaban dari
identity, cause) responden.
2 Variabel Pernyataan pasen akan Kuesioner 1. Berminat Ordina l
Dependen kembali menggunakan 2. Tidak
(Minat jasa dan berobat ke Berminat
kunjungan poli gigi meskipun
ulang) dalam kondisi
pandemi COVID 19

3.5 Teknik Pengumpulan Data

3.5.1 Sumber Data


a. Data Primer

Data primer adalah data yang berasal dari responden penelitian secara
langsung melalui pemberian lembar kuesioner atau angket
(Notoatmodjo,2002). Data primer dalam peneliian ini adalah data yang
diperoleh langsung dari hasil dari hasil penilaian persepsi penyakit dengan
menggunakan kuesioner B- IPQ secara online melalui Geogle form.

Geogle form adalah aplikasi Geogle yang tersedia di Geogle Drive yang
berguna membantu untuk merencanakan acara, pengiriman survai, memberikan
siswa kuis atau mengumpulkan informasi lainnya dengan mudah dan efisien
(Rizal, Muhammad 2014). Pada penelitian ini Geogle form yang dimaksud
adalah sebuah Form atau soal pertanyaan yang akan diberikan pada pasien
dalam bentuk visual memanfaatkan handpone atau komputer dengan jaringan
internet yang tersambung. Dalam penelitian ini soal berbentuk pilihan ganda
(Multiple Choise).

b. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang didapat oleh peneliti berdasarkan sumber
lain (Notoatmodjo,2010). Data sekunder dalam penelitian ini adalah data yang
didapat dari Dinas Kesehatan dan Rumah Sakit Umum Daerah Cililin
mengenai jumlah kunjungan pasien.

3.5.2 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data diperlukan guna untuk mengumpulkan data atau


informasi dari responden terkait variabel yang kan diteliti dan data karakteristik
umum. Teknik pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan kuesioner
BIPQ, dan kuesuiner karakteristik demografi responden peneliti melakukan
pengumpulan data sebagai berikut:

1. Peneliti melakukan surat permohonan izin untuk melakukan penelitian


kepada intitusi bidang akademik Fakultas Keperawatan Gigi Poltekkes
Tasikmalaya, Dinas Kesehatan, dan Kepala Rumah Sakit Cililin.

2. Peneliti menentukan responden penelitian yang sesuai dengan kriteria


berdasarkan data dari RSUD Cililin.

3. Responden yang sesuai dengan kriteria peneliti akan diberikan penjelasan


terkait dengan mekanisme penelitian ;

4. Apabila pasien bersedia menjadi responden dalam penelitian, maka pasien


diberi lembar informed consent sebagai persetujuan;

5. Peneliti memberikan kuesioner BIPQ cerara online melalui aplikasi


whatsapp atau geolge form kepada responden untuk kemudian diisi dengan
waktu sekitar 15-30 menit. Jika responden ada yang mengalami kesulitan
dalam mengisi kuesioner, maka peneliti memberikan arahan secara online
melalui vidio call ataupun pesan whatsapp.

6. Peneliti melakukan pengecekan kembali pada kuesioner yang telah diberikan


pada responden. Jika masih terdapat pertanyaan yang belum terjawab, peneliti
meminta responden untuk mengisinya kembali.
7. Peneliti melakukan analisa data

3.5.3 Alat Pengumpulan Data

Alat pengumpulan data atau instrumen yang digunakan dalam penelitian


ini antara lain:

a. Kuesioner demografi, kuesioner ini berisi data karakteristik responden


seperti usia, jenis kelamin, pekerjaan, tingkat pendidikan, status pernikahan,
serta pasien yang telah lolos uji dari screening depan

b. Kuesioner B-IPQ untuk mengukur persepsi penyakit B-IPQ terdiri dari 8


pertanyaan dengna skala likert 11 poin (rentang 0-10) dan satu pertanyaan
deskriptif yang dapat diselesaikan dalam waktu 5 menit. Setiap pertanyaan
menggambarkan dimensi CSM, yaitu representasi kognitif sebanyak 5
pertanyaan dan emosi refresentasi sebanyak tiga pertanyaan. Nilai minimal
adalah 0 dan nilai maksimal adalah 80. Kuesioner ini telah dialih bahasakan
oleh Antari et al .(2016). Pada pertanyaan jenis unfavourable yang terdapat
pada pertanyaan nomor 3 skor jawaban “ sangat terkontrol”=0 dan “tidak
terkontrol”=10; pada pertanyaan nomer 4 skor jawaban”sangat membantu”=0
dan sama sekali tidak membantu”= 10

Tabel 3 Kisi-kisi Kuesioner B-IPQ

Variabel Sub Variabel Nomor Jenis Pertanyaan


Pertanyaan
Persepsi terhadap 1. Pengaruh 1 Unfavorable
penyakit 2. Waktu 2 Unfavorable
3. Kontrol Penyakit 3 Favorable
4. Pengendalian 4 Favorable
penyakit
5. Pengalaman 5 Unfavorable
6. Perhatian 6 Unfavorable
7. Pemahaman 7 Favorable
8. Emosi 8 Unfavorable
9. Penyebab 9 Essay
Jumlah pertanyaan 9

3.5.4 Etika Penelitian


Dalam melaksanakan penelitian khususnya jika yang menjalani subjek
penelitian adalah manusia, maka peneliti harus memahami hak dasar manusia.
Manusia memiliki kebebasan dalam menentukan dirinya, sehingga penelitian
yang akan dilaksanakan benar-benar menjunjung tinggi kebebasan manusia

( Hidayat,2012). Etika yang harus diperhatikan antara lain :

a. Informed Concent (lembar persetujuan)

Informed Concent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dengan


responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan. Informed
Concent tersebut diberikan sebelum penelitian dilakukan dengan memberikan
lembar persetujuan untuk menjadi responden.

Juka subjek bersedia, maka mereka harus menandatangani lembar


persetujuan. Jika responden tidak bersedia, maka penelitian harus menghormati
hak itu. Beberapa informasi yang ada yang harus ada dalam Informed Concent
antara lain : partisipasi responden, maksud dan tujuan penelitian, jenis data
yang dibutuhkan, komitmen, prosedur, pelaksanaan, potensi ,asalah yang kan
terjadi, manfaat kerahasiaan, informasi yang sudah dihubungi.

b. Confidentially (Kerahasiaan)

Semua informasi yang telah diberikan oleh responden dijamin


kerahasiannya oleh peneliti, hanya sekelompok data tertentu yang berhubungan
dengan penelitian inidilaporkan pada hasil riset.

c. Anonimity (Tanpa Nama)


Selama untuk menjaga kerahasiannya identitas nama responden tidak
dicantumkan pada lembar pengumpulan data. Lembar terebut hanya diberikan
kode tertentu.(Hidayat,2012).

DAFTAR PUSTAKA

Azizatul,H. (2013). Hubungan Persepsi Pasen Tentang Kualitas Pelayanan


Dengan Minat Kunjungan Ulang Di Klinik Umum RS Bineka Bakti
Husada Kota Tanggerang Selatan Tahun 2013.Kripsi, Jakarta :
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatulloh (diakses 7 Mei 2020)

Eka, Ratih. (2017). Pengaruh Kepuasan Pasien Terhadap Minat Kunjungan Ulang
Poli Bedah Di RSUD Kota Madiun. Skripsi, Madiun: Stikes Bakti Husada
Madiun.repostrory.stikes.bhm.ac.id (diakses 25 Mei 2020)

Endang, Wahyuni. (2012). Mengenal Agus, P.(2020). Study Eksploratif Dampak


Pandemi COVID 19 Terhadap Proses Pembelajaran Online di Sekolah
Dasar. Jurnal Volume 2 Nomor 1.https ://www.researchgate.net. (diakses
pada 8 Mei 2020)

Dahlan,M.S.(2011) Statistik Untuk Kedokteran Dan Kesehatan


Deskriftif,Bivariat, dan Multivariat, Dilengkapi Dengan Aplikasi SPSS
.Edisi 5. Jakarta : Salemba MedikaHukum Rumah Sakit. Bandung : Keni
Media.

Faisal, Fahrudin A.(2016). Hubungan Antara Persepsi Tentang Penyakit Dengan


Kepatuhan Minum Obat Hipoglikemik OHO Di Puskesmas Spondol Kota
Semarang. Skripsi, Semarang: Universitas Dipenogoro Program Ilmu
Keperawatan.eprints.undip.ac.id (diakses 25 Mei 2020)

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.(2020). Pedoman Pencegahan Dan


Pengendalian Corona Virus Diseases. Jakarta.Covid19.kemkes.go.id
(diakses 1 Oktober 2020)

Hermein, Hadiati. (2002). Hukum Untuk Perumasakitan. Bandung : Citra Aditya


Bakti.

Hidajati.(2009). Hubungan Persepsi Kualitas Layanan Rawat Inap Kelas III RS


Polpus Sukanto Dengan Minat Memanfaatkan Ulang pada Pasen Dinas
Tahun 2009.Tesis. Depok : Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Indonesia.

Hidayat, A.A. (2007). Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisa Data.
Salemba Medika.

Nur, S.,P. (2020). Kesiapsiagaan Indonesia Menghadapi Potensi Penyebaran


Corona Virus Di sease. Jurnal, Jakarta : Puslit BKD. https//berks.dpr.go.id
(diakses 13 Mei 2020)

Nursalam. (2013). Metod elogi Penelitian Ilmu Keperawatan Pendekatan Praktis


Edisi 3, Jakarta : Salemba Medika.

Notoatmojo, S. (2012). Metodelogi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rireka Cipta.

Permenkes. Nomor 4 Tahun 2018. Jakarta. ( diakses 7 Mei 2020)

Robbins, Stepen.(2006). Perilaku Organisasi Edisi Kesepuluh. Jakarta : PT Indeks


Kelompok Gramedia.

Safrizal, Z., dkk., (2020). Pedoman Umum Menghadapi Pandemi Covid 19.
Jakarta : Kemendagri. https:www.kemendagri.go.id (diakses 11 Mei 2020)

Setiadi. (2007). Konsep Dan Penulisan Riset Keperawatan Pertama. Yogyakarta :


Graha Ilmu.
Yanti Rahayu (2020). Rekayasa Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi Dan Mulut di
Masa Pandemi.Jakarta Webinar Kesehatan Gigi Dan mulut

Yuliana, (2020). Corona Virus Disease Covid 19. Jurnal, Lampung : Fakultas
Kedokteran Lampung, Volume 2 Nomor 1 Februari 2020 P.187-192.
Welness.journalpress.id (diakses 25 Mei 2020)

Weinman,J.,Petrie, K.J.,Moss-Morris, R., & Home, R.(1996).The Illness


Perception Questionare: A New Method For Assesing The Cognitive
Representation Of Illness.Psychology And Health.11(3) : 431-445.
http ://www.tandfonline.com/doi/abs/10.1080/08870449608400270
(diakses 25 Mei 2020)
LAMPIRAN

LEMBAR PERSETUJUAN

(INFORMED CONSENT)

Setelah mendapatkan penjelasan serta mengetahui manfaat penelitian


dengan judul “ Hubungan Persepsi Pasien tentang Pandemi COVID 19 Dengan
Minat Kunjungan Pasen Poli Gigi RSUD Cililin Kabupaten Bandung Barat”. Saya
menyatakan setuju diikutsertakan dalam penelitian ini secara sukarela. Saya
percaya apa yang saya buat dijamin kerahasiannya.

Bandung Barat, 2020

Responden

(..................................)
KUESIONER

HUBUNGAN PERSEPSI PASEN PADA PANDEMI COVID 19


TERHADAP MINAT KUNJUNGAN POLI GIGI RSUD CILILIN 2020

IDENTITAS RESPONDEN

Nama :

Umur :

Jenis Kelamin :

Alamat :

Pendidikan terakhir : Tidak sekolah SD

SLTP SLTA

Diploma Lain-lain

Pekerjaan : Tidak bekerja Wiraswasta

Petani Ibu Rumah Tangga

PNS/TNI/POLRI Lain-lain

1. Menurut pendapat anda bagaimana pengaruh pandemi COVID 1

9 terhadap aktifas sehari-hari


a. Tidak terpengaruh d. Sangat berpengaruh

b. Sedikit berpengaruh

c. Cukup berpengaruh

2. Menurut pendapat anda berapa lama pandemi COVID 19 ini akan terjadi

a. Selama beberapa bulan

b. Selama beberapa tahun

c. Ragu-ragu

d. Selamanya

3. Menurut pendapat anda seberapa besar anda dapat pengendalikan atau


mengontrol diri terhadap penyebaran pandemi COVID 19

a. Tidak terkontrol

b.Cukup terkontrol

c.Terkontrol

d. Terkontrol dengan baik

4. Menurut pendapat anda bagaimana penilaian atau manfaat dari perawatan dan
pengobatan untuk pasien yang positif terjangkit COVID 19 akan membantu pada
penyembuhan pasien

a. Sedikit membantu

b. Ragu-Ragu

c. Membantu

d. Sangat membantu

5.Menurut pendapat anda seberapa berat gejala yang timbul dari pandemi Corona
Virus yang akan mengganggu kegiatan sehari-hari

a. tidak mengganggu

b. Sedikit menganggu

c. Mengganggu
d.Sangat mengganggu

6. Seberapa besar anda menghawatirkan pandemi COVID 19 yang terjadi akhir-


akhir ini

a. Sama sekali tidak khawatir

b. Sedikit khawatir

c. khawatir

d. Sangat khawatir

7. Menurut pendapat anda, seberapa baik anda memahami penyakit Corona Virus
yang sedang terjadi sekarang

a. Sangat Paham

b. Paham

c. Sedikit paham

d. Tidak paham sama sekali

8. Menurut pendapat anda, seberapa besar tingkat emosi/kekesalan anda pada


situasi pandemi Corona Virus 19

a. Tidak membuat emosi/kesal

b. Sedikit membuat emosi/kesal

c. Emosi/ kesal

d. Sangat membuat kesal/emosi

9. Mohon dituliskan minimal tiga (3) penyebab penyakit Corona Virus 19

1).

2).

3).

10. Pada situasi pandemi/wabah penyakit Corona Virus 19 apakah anda berminat
untuk melakukan kunjungan ulang ke Poli Gigi RSUD cililin

a. YA
b. TIDAK

Anda mungkin juga menyukai