Anda di halaman 1dari 46

1

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEPATUHAN


TENAGA KESEHATAN DALAM MENERAPKAN PROTOKOL
COVID-19 DI RSUD KH. MUHAMMAD THOHIR
KABUPATEN PESISIR BARAT
TAHUN 2020

PROPOSAL

OLEH :
ALBERTO ARISSANDY
NPM : 190101034P

PROGRAM STUDI SARJANA ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KESEHATAN UNIVERSITAS AISYAH PRINGSEWU
TAHUN 2020
2

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEPATUHAN


TENAGA KESEHATAN DALAM MENERAPKAN PROTOKOL
COVID-19 DI RSUD KH. MUHAMMAD THOHIR
KABUPATEN PESISIR BARAT
TAHUN 2020

PROPOSAL

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menempuh Gelar Sarjana


Ilmu Keperawatan di Universitas Aisyah Pringsewu Lampung

OLEH :
ALBERTO ARISSANDY
NPM : 190101034P

PROGRAM STUDI SARJANA ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KESEHATAN UNIVERSITAS AISYAH PRINGSEWU
TAHUN 2020
1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dunia menghadapi tantangan yang tidak biasa dan belum pernah terjadi

sebelumnya dengan munculnya Coronavirus Disease 2019 (COVID-19).

COVID-19 telah dinyatakan oleh World health Organization (WHO) menjadi

global pandemic serta telah dinyatakan sebagai jenis penyakit yang

menimbulkan kerugian ekonomi yang cukup besar yang dapat menyebabkan

kedaruratan kesehatan masyarakat bahkan dapat menyebabkan kematian

(Kemenkes RI, 2020).

COVID-19 telah menjadi fokus utama permasalah kesehatan berbagai

negara di seluruh dunia. COVID-19 menunjukan peningkatan jumlah kasus

yang berlangsung cukup cepat dan menyebar ke berbagai negara dalam waktu

singkat. Sejak pertama kali dilaporkan WHO China Country Office pada 31

Desember 2019 sampai periode Oktober 2020, lebih dari 37,6 juta orang di

seluruh dunia telah terjangkit Covid 19 dan lebih dari 1,08 juta meninggal.

Angka kejadian di Indonesia juga menunjukan jumlah yang tinggi mencapai

angka lebih dari 337 ribu kejadian dengan angka kematian mencapai 11.935,

sedangkan di Provinsi Lampung mencapai angka 1.147 dengan angka

kematian mencapai 41 kematian (WHO, 2020).

Covid-19 memilik proses penularan yang sangat cepat dengan virus

penyebab yang ditransmisikan melalui droplet (percikan air liur) yang

dihasilkan saat orang yang terinfeksi batuk, bersin, atau mengembuskan nafas.
2

Droplet ini terlalu berat dan tidak bisa bertahan di udara, sehingga dengan

cepat jatuh dan menempel pada lantai atau permukaan lainnya. Penyebaran

COVID-19 dapat terjadi saat menghirup udara yang mengandung virus ketika

terlalu dekat dengan orang yang sudah terinfeksi COVID-19. Penularan juga

dapat terjadi apabila menyentuh permukaan benda yang terkontaminasi lalu

menyentuh mata, hidung, atau mulut. Pemutusan mata rantai penularan dapat

dilakukan dengan menerapkan prinsip-prinsip pencegahan dan pengendalian

COVID-19 seperti menggunakan masker, sering mencuci tangan pakai sabun

atau menggunakan hand sanitizer, menjaga jarak satu sama lain. (physical

distancing), menggunakan pelindung mata/wajah, serta menerapkan Perilaku

Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dan pola hidup baru (Kemenkes RI, 2020).

Situasi COVID-19 di tingkat global maupun nasional masih dalam risiko

sangat tinggi. Selama pengembangan vaksin masih dalam proses, dunia

dihadapkan pada kenyataan untuk mempersiapkan diri hidup berdampingan

dengan COVID-19. Protokol tatalaksana COVID-19 harus melibatkan

berbagai multidisiplin ilmu terutama tenaga kesehatan garda terdepan serat

sebagai langkah penting dalam upaya mencapai keberhasilan pengobatan dan

pemutusan mata rantai penularan (Kemenkes RI, 2020).

Petugas kesehatan wajib mematuhi protokol kesehatan dalam menangani

pasien seperti menerapkan 5 momen kebersihan tangan, mengenakan masker

medis dan sarung tangan medis ketika membawa pasien, menggunakan

masker N95 apabila melakukan transfer dengan pasien yang diperlukan

tindakan medis yang menyebabkan aerosol menyebar (nebulisasi, bagging,


3

intubasi, ventilator mekanis), menggunakan baju cover anti air (jika tidak anti

air, gunakan apron didalamnya), menggunakan google/face shield. Tenaga

kesehatan dalam melakukan penanganan pada pasien juga wajib menerapkan

kewaspadaan kontak, droplet dan airborne jika merujuk pasien dalam

pengawasan dan/atau kasus konfirmasi/probable COVID19 serta mengganti

APD setiap menangani pasien yang berbeda dan dibuang di RS tujuan

(Kemenkes RI, 2020).

Petugas kesehatan sering mengabaikan Standar operasional prosedur

(SOP) dalam melaksanakan presodur tindakan medis. Pelaksanaan prosedur

medis oleh petugas kesehatan dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor salah

satunya adalah dukungan keluarga. Dukungan keluarga yang mencakup

ungkapan empati, kepedulian, perhatian dukungan emosional yang diterima

oleh tenaga kesehatan akan membuat suasana hati menjadi lebih bahagia,

sehingga proses kerja dan kondisi pekerjaan yang dilakukan akan baik dan

tidak terjadi kesalahan dalam melakukan pekerjaan atau tindakan medis,

dalam setiap pekerjaan yang dilakukan akan tepat dan kualitas pekerjaannya

akan baik (Sarafino dalam Fismasari, 2013).

Survey pendahuluan yang telah dilakukan peneliti pada Bulan

September 2020 diketahui bahwa RSUD KH. Muhammad Thohir Kabupaten

Pesisir Barat telah melakukan penanganan terhadap pasien yang terkonfirmasi

Covid-19. Hasil survey dan wawancara yang dilakukan dengan perawat di

RSUD KH. Muhammad Thohir juga diketahui bahwa terdapat perawat yang

tidak menerapkan protocol kesehatan penanganan pada pasien Covid-19.


4

Berdasarkan latar belakang diatas, serta pentingnya manfaat penelitian

tentang faktor yang dapat mempengaruhi kepatuhan tenaga kesehatan dalam

menerapkan protocol Covid-19, maka peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian dengan judul “Hubungan dukungan keluarga dengan kepatuhan

tenaga kesehatan dalam menerapkan protokol Covid-19 di RSUD KH.

Muhammad Thohir Kabupaten Pesisir Barat Tahun 2020”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah penelitian ini

adalah “Apakah ada hubungan dukungan keluarga dengan kepatuhan tenaga

kesehatan dalam menerapkan protokol Covid-19 di RSUD KH. Muhammad

Thohir Kabupaten Pesisir Barat Tahun 2020”.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan dukungan keluarga dengan kepatuhan

tenaga kesehatan dalam menerapkan protokol Covid-19 di RSUD KH.

Muhammad Thohir Kabupaten Pesisir Barat Tahun 2020.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui distribusi frekuensi karakteristik responden

berdasarkan usia, jenis kelamin dan pendidikan di RSUD KH.

Muhammad Thohir Kabupaten Pesisir Barat Tahun 2020.


5

b. Untuk mengetahui distribusi frekuensi responden berdasarkan

dukungan keluarga di RSUD KH. Muhammad Thohir Kabupaten

Pesisir Barat Tahun 2020.

c. Untuk mengetahui distribusi frekuensi responden berdasarkan

kepatuhan tenaga kesehatan dalam menerapkan protokol Covid-19 di

RSUD KH. Muhammad Thohir Kabupaten Pesisir Barat Tahun 2020

d. Untuk mengetahui hubungan dukungan keluarga dengan kepatuhan

tenaga kesehatan dalam menerapkan protokol Covid-19 di RSUD KH.

Muhammad Thohir Kabupaten Pesisir Barat Tahun 2020.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini dapat menjadi acuan serta referensi dalam

mengembangkan penelitian tentang manfaat dukungan keluarga terhadap

kepatuhan tenaga kesehatan dalam menerapkan protokol kesehatan

terutama protokol Covid-19 sebagai langkah penting dalam memutuskan

rantai penularan Covid-19.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Responden

Penelitian ini dapat menjadi tambahan pengetahuan bagi

responden tentang faktor-faktor yang dapat mempengaruhi motivasi

tenaga kesehatan dalam menerapkan protokol kesehatan terutama

protokol Covid-19.
6

b. Bagi RSUD KH. Muhammad Thohir

Penelitian ini dapat menjadi masukan bagi RSUD KH.

Muhammad Thohir tentang pentingnya dukungan keluarga dalam

mempengaruhi kepatuhan tenaga kesehatan dalam menerapkan

protokol Covid-19.

c. Bagi Universitas Aisyah Pringsewu

Penelitian ini dapat menjadi referensi serta tambahan bahan

bacaan bagi mahasiswa Universitas Aisyah Pringsewu terutama

Fakultas kesehatan tentang manfaat dukungan keluarga dalam

mempengaruhi perilaku serta kepatuhan tenaga kesehatan.

d. Bagi Peneliti Selanjutnya

Penelitian ini dapat menjadi referensi bagi peneliti selanjutnya

dalam mengembangkan penelitian tentang upaya yang dapat

meningkatkan kepatuhan tenaga kesehatan dalam menerapkan protokol

Covid-19 sebagai langkah penting dalam memutus rantai penularan

Covid-19.

E. Ruang Lingkup

Penulis dalam penelitian ini membatasi ruang lingkup penelitian yaitu:

jenis penelitian ini adalah survey analitik dengan pendekatan Cross Sectional.

Subjek penelitian adalah Tenaga kesehatan di RSUD KH. Muhammad Thohir

Kabupaten Pesisir Barat. Objek penelitian adalah dukungan keluarga dan

kepatuhan tenaga kesehatan. Penelitian ini akan dilaksanakan di RSUD KH.

Muhammad Thohir Kabupaten Pesisir Barat pada Februari 2021.


7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori

1. Kepatuhan

a. Pengertian

Kepatuhan adalah sejauh mana perilaku sesuai dengan ketentuan

yang diberikan oleh petugas kesehatan. Kepatuhan pasien sangat

diperlukan untuk mencapai keberhasilan sebuah terapi pada pasien

yang mengikuti ketentuanketentuan kesehatan professional (Niven,

2012).

Kepatuhan (adherence) secara umum didefinisikan sebagai

tingkatan perilaku seseorang yang mendapatkan pengobatan,

mengikuti diet, dan atau melaksanakan gaya hidup sesuai dengan

rekomendasi pemberi pelayanan kesehatan (WHO, 2015).

b. Faktor-faktor yang mempengaruhi Kepatuhan

Beberapa faktor yang mempengaruhi tingkat kepatuhan menurut

Niven (2012) adalah:

1) Pendidikan

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk

mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta

didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya.. Tingginya

pendidikan seseorang dapat meningkatkan kepatuhan dalam


8

menajalanakan program pengobatan, sepanjang bahwa pendidikan

tersebut merupakan pendidikan yang aktif.

2) Akomodasi

Suatu usaha harus dilakukan untuk memahami ciri

kepribadian klien yang dapat mempengaruhi kepatuhan adalah

jarak dan waktu

3) Modifikasi faktor lingkungan dan sosial

Hal ini berarti membangun dukungan sosial dari keluarga dan

teman-teman, kelompok-kelompok pendukung dapat dibentuk

untuk membantu kepatuhan

4) Meningkatkan interaksi profesional kesehatan dengan klien

Meningkatkan interaksi profesional kesehatan dengan klien

adalah suatu hal penting untuk memberikan umpan balik pada

klien setelah memperoleh infomasi tentang diagnosis.

5) Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah

orang melakukan pengindraan terhadap suatu obyek tertentu, dari

pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku yang didasari

oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang

tidak didasari oleh pengetahuan.

Kepatuhan atau perilaku kesehatan seseorang dapat dipengaruhi

atau ditentukan oleh faktor-faktor baik dari dalam maupun dari luar

subyek. Menurut Lawrence Green (1980) dalam Notoatmodjo (2014),


9

perilaku kesehatan terbagi menjadi tiga teori penyebab masalah

kesehatan yang meliputi :

1) Faktor predisposisi (Predisposing factors)

Faktor Predisposisi merupakan faktor yang mempermudah

atau mempredisposisi terjadinya perilaku seseorang, antara lain

pengetahuan, sikap, keyakinan, kepercayaan, nilai-nilai, tradisi.

Seseorang dengan pengetahuan yang cukup tentang perilaku

perilaku kesehatan maka secara langsung akan bersikap positif dan

menuruti aturan pengobatan, disertai munculnya keyakinan untuk

sembuh, tetapi terkadang masih ada yang percaya dengan

pengobatan alternatif bukan medis yang dipengaruhi oleh

kebiasaan masyarakat yang sudah membudaya.

2) Faktor pemungkin (Enabling factors)

Faktor pemungkin merupakan faktor yang memungkinkan

atau menfasilitasi perilaku atau tindakan artinya bahwa faktor

pemungkin adalah sarana dan prasarana atau fasilitas untuk

terjadinya perilaku kesehatan. dimana lingkungan yang jauh atau

jarak dari pelayanan kesehatan yang memberikan kontribusi

rendahnya perilaku kesehatan.

3) Faktor penguat (Reinforcing factors)

Faktor penguat adalah faktor-faktor yang mendorong atau

memperkuat terjadinya perilaku antara lain :


10

a. Dukungan Petugas Kesehatan

Dukungan Petugas sangat membantu, dimana dengan

adanya dukungan petugas dari petugas sangatlah besar artinya

bagi seseorang, sebab petugas adalah yang merawat dan sering

berinteraksi, sehingga pemahaman terhadap kondisi fisik

maupun psikis lebih baik, dengan sering berinteraksi akan

sangat mempengaruhi rasa percaya dan menerima kehadiran

petugas bagi dirinya, serta motivasi atau dukungan yang

diberikan petugas sangat besar artinya terhadap ketaatan pesien

untuk selalu mengontrol tekanan darahmya secara rutin.

b. Dukungan keluarga

Dukungan keluarga sangatlah penting karena keluarga

merupakan unit terkecil dalam masyarakat dan sebagai

penerima asuhan keperawatan.

2. Dukungan Keluarga

a. Pengertian

Dukungan keluarga menurut Friedman (2013) adalah sikap,

tindakan penerimaan keluarga terhadap anggota keluarganya, berupa

dukungan informasional, dukungan penilaian, dukungan instrumental

dan dukungan emosional. Jadi dukungan sosial keluarga adalah suatu

bentuk hubungan interpersonal yang meliputi sikap, tindakan dan

penerimaan terhadap anggota keluarga, sehingga anggota keluarga

merasa ada yang memperhatikan.


11

b. Tipe Dukungan Keluarga

Tipe dukungan keluarga menurut Friedman (2013) terdapat

empat tipe yaitu:

1) Dukungan Emosional

Keluarga sebagai tempat yang aman dan damai untuk

bersistirahat dan juga menenangkan pikiran. Setiap orang pasti

membutuhkan bantuan dari keluarga. Individu yang menghadapi

persoalan atau masalah akan merasa terbantu kalau ada keluarga

yang mau mendengarkan dan memperhatikan masalah yang sedang

dihadapi.

2) Dukungan Penilaian

Keluarga bertindak sebagai penengah dalam pemecahan

masalah dan juga sebagai fasilitator dalam pemecahan masalah

yang sedang dihadapi. Dukungan dan perhatian dari keluarga

merupakan bentuk penghargaan positif yang diberikan kepada

individu.

3) Dukungan instrumental

Keluarga merupakan sebuah sumber pertolongan dalam hal

pengawasan, kebutuhan individu. Keluarga mencarikan solusi yang

dapat membantu individu dalam melakukan kegiatan.

4) Dukungan informasional

Keluarga berfungsi sebagai penyebar dan pemberi informasi.

Disini diharapkan bantuan informasi yang disediakan keluarga


12

dapat digunakan oleh individu dalam mengatasi persoalan-

persoalan yang sedang dihadapi.

c. Sumber Dukungan Keluarga

Sumber dukungan keluarga adalah sumber dukungan sosial

keluarga yang dapat berupa dukungan sosial keluarga secara internal

seperti dukungan dari keluarga atau keluarga serta dukungan dari

saudara kandung atau dukungan sosial keluarga secara eksternal

seperti paman dan bibi (Friedman, 2013).

Menurut Akhmadi (2009), dukungan sosial keluarga mengacu

kepada dukungan sosial yang dipandang oleh keluarga sebagai sesuatu

yang dapat diakses atau diadakan untuk keluarga yaitu dukungan sosial

bisa atau tidak digunakan, tetapi anggota keluarga memandang bahwa

orang yang bersifat mendukung selalu siap memberikan pertolongan

dan bantuan jika diperlukan.

d. Macam-macam Dukungan Keluarga

Menurut Musbikin (2012) macam-macam dukungan keluarga

adalah :

1) Dukungan psikologi

Mencakup ungkapan empati, kepedulian dan perhatian orang

yang bersangkutan. Misalnya menemani keluarga yang sakit saat

periksa kesehatan.
13

2) Dukungana social

Dukungan yang bersifat nyata dan dalam bentuk materi

semisal kesiapan finansial, keluarga menyisihkan dana khusus

untuk keperluan pemeriksaan.

3) Dukungan informasi

Keluarga harus memberikan perhatian kepada masalah

keluarga misalnya berdiskusi mengenai perkembangan yang

terjadi.

4) Dukungan lingkungan

Perlakuan ini dapat menimbulkan rasa senang dalam diri

keluarga dan tenaga kesehatan. Keluarga akan mengambil peran

besar dalam turut menjaga kesehatan kejiwaan keluarganya agar

tetap stabil, tenang dan bahagia

e. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pelaksanaan Dukungan

Keluarga

Menyangkut struktur kekuasaan keluarga, ada faktor-faktor yang

mempengaruhi pelaksanaan peran keluarga menurut Friedman (2013)

meliputi:

1) Kelas sosial

Fungsi dari peran keluarga tentu dipengaruhi kepentingan dan

kebutuhan yang ada dalam keluarga.


14

2) Bentuk keluarga

Keluarga dengan orang tua tunggal jelas berbeda dengan

orang yang masih lengkap, demikian juga antara keluarga inti

dengan keluarga besar yang beragam dalam pengambilan

keputusan dan kepentingan akan rawan konflik peran.

3) Latar belakang keluarga

a) Kesadaran dan kebiasaan keluarg

b) Kesadaran merupakan titik temu atau equilibrium dari berbagai

pertimbangan dan perbandingan yang menghasilkan keyakinan

c) Sumber daya atau pendapatan keluarga merupakan penerimaan

seseorang sebagai imbalan atas semua yang telah dilakukan

dengan tenaga atau pikiran seseorang terhadap orang lai atau

organisasi lain

4) Siklus keluarga yang merupakan fungsi keluarga yang sedang

dialami juga merupakan hal yang dapat mempengaruhi peran

karena perbedaan kebutuhan dan kepentingan.

3. Covid 19

a. Pengertian

Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) adalah penyakit menular

yang disebabkan oleh Severe Acute Respiratory Syndrome

Coronavirus 2 (SARS-CoV-2). SARS-CoV-2 merupakan coronavirus

jenis baru yang belum pernah diidentifikasi sebelumnya pada manusia.

Ada setidaknya dua jenis coronavirus yang diketahui menyebabkan


15

penyakit yang dapat menimbulkan gejala berat seperti Middle East

Respiratory Syndrome (MERS) dan Severe Acute Respiratory

Syndrome (SARS) (Kemenkes RI, 2020).

Penyakit virus corona (COVID-19) adalah penyakit menular

yang disebabkan oleh virus corona yang baru-baru ini ditemukan

(WHO, 2020).

b. Epidemiologi

Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) merupakan penyakit

menular yang disebabkan oleh Coronavirus jenis baru. Penyakit ini

diawali dengan munculnya kasus pneumonia yang tidak diketahui

etiologinya di Wuhan, China pada akhir Desember 2019 (Li et al,

2020). Berdasarkan hasil penyelidikan epidemiologi, kasus tersebut

diduga berhubungan dengan Pasar Seafood di Wuhan. Pada tanggal 7

Januari 2020. Pemerintah China kemudian mengumumkan bahwa

penyebab kasus tersebut adalah Coronavirus jenis baru yang kemudian

diberi nama SARS-CoV-2 (Severe Acute Respiratory Syndrome

Coronavirus 2). Virus ini berasal dari famili yang sama dengan virus

penyebab SARS dan MERS. Meskipun berasal dari famili yang sama,

namun SARS-CoV-2 lebih menular dibandingkan dengan SARS-CoV

dan MERS-CoV (CDC China, 2020).

Proses penularan yang cepat membuat WHO menetapkan

COVID-19 sebagai KKMMD/PHEIC pada tanggal 30 Januari 2020.

Angka kematian kasar bervariasi tergantung negara dan tergantung


16

pada populasi yang terpengaruh, perkembangan wabahnya di suatu

negara, dan ketersediaan pemeriksaan laboratorium (Kemenkes RI,

2020).

c. Etiologi

Penyebab COVID-19 adalah virus yang tergolong dalam family

coronavirus. Coronavirus merupakan virus RNA strain tunggal

positif, berkapsul dan tidak bersegmen. Terdapat 4 struktur protein

utama pada Coronavirus yaitu: protein N (nukleokapsid), glikoprotein

M (membran), glikoprotein spike S (spike), protein E (selubung).

Coronavirus tergolong ordo Nidovirales, keluarga Coronaviridae.

Coronavirus ini dapat menyebabkan penyakit pada hewan atau

manusia. Terdapat 4 genus yaitu alphacoronavirus, betacoronavirus,

gammacoronavirus, dan deltacoronavirus. Sebelum adanya COVID-

19, ada 6 jenis coronavirus yang dapat menginfeksi manusia, yaitu

HCoV-229E (alphacoronavirus), HCoV-OC43 (betacoronavirus),

HCoVNL63 (alphacoronavirus) HCoV-HKU1 (betacoronavirus),

SARS-CoV (betacoronavirus), dan MERS-CoV (betacoronavirus)

(Kemenkes RI, 2020).

Coronavirus yang menjadi etiologi COVID-19 termasuk dalam

genus betacoronavirus, umumnya berbentuk bundar dengan beberapa

pleomorfik, dan berdiameter 60-140 nm. Hasil analisis filogenetik

menunjukkan bahwa virus ini masuk dalam subgenus yang sama

dengan coronavirus yang menyebabkan wabah SARS pada 2002-2004


17

silam, yaitu Sarbecovirus. Atas dasar ini, International Committee on

Taxonomy of Viruses (ICTV) memberikan nama penyebab COVID-19

sebagai SARS-CoV-2 (Kemenkes RI, 2020).

Belum dipastikan berapa lama virus penyebab COVID-19

bertahan di atas permukaan, tetapi perilaku virus ini menyerupai jenis-

jenis coronavirus lainnya. Lamanya coronavirus bertahan mungkin

dipengaruhi kondisi-kondisi yang berbeda (seperti jenis permukaan,

suhu atau kelembapan lingkungan). Penelitian (Doremalen et al, 2020)

menunjukkan bahwa SARS-CoV-2 dapat bertahan selama 72 jam pada

permukaan plastik dan stainless steel, kurang dari 4 jam pada tembaga

dan kurang dari 24 jam pada kardus. Seperti virus corona lain, SARS-

COV-2 sensitif terhadap sinar ultraviolet dan panas. Efektif dapat

dinonaktifkan dengan pelarut lemak (lipid solvents) seperti eter, etanol

75%, ethanol, disinfektan yang mengandung klorin, asam

peroksiasetat, dan khloroform (kecuali khlorheksidin) (Kemenkes RI,

2020).

d. Penularan

Coronavirus merupakan zoonosis (ditularkan antara hewan dan

manusia). Penelitian menyebutkan bahwa SARS ditransmisikan dari

kucing luwak (civet cats) ke manusia dan MERS dari unta ke manusia.

Adapun, hewan yang menjadi sumber penularan COVID-19 ini masih

belum diketahui.
18

Masa inkubasi COVID-19 rata-rata 5-6 hari, dengan range antara

1 dan 14 hari namun dapat mencapai 14 hari. Risiko penularan

tertinggi diperoleh di hari-hari pertama penyakit disebabkan oleh

konsentrasi virus pada sekret yang tinggi. Orang yang terinfeksi dapat

langsung dapat menularkan sampai dengan 48 jam sebelum onset

gejala (presimptomatik) dan sampai dengan 14 hari setelah onset

gejala. Sebuah studi Du Z et. al, (2020) melaporkan bahwa 12,6%

menunjukkan penularan presimptomatik. Penting untuk mengetahui

periode presimptomatik karena memungkinkan virus menyebar

melalui droplet atau kontak dengan benda yang terkontaminasi.

Sebagai tambahan, bahwa terdapat kasus konfirmasi yang tidak

bergejala (asimptomatik), meskipun risiko penularan sangat rendah

akan tetapi masih ada kemungkinan kecil untuk terjadi penularan

(Kemenkes RI, 2020).

Berdasarkan studi epidemiologi dan virologi saat ini

membuktikan bahwa COVID-19 utamanya ditularkan dari orang yang

bergejala (simptomatik) ke orang lain yang berada jarak dekat melalui

droplet. Droplet merupakan partikel berisi air dengan diameter >5-10

μm. Penularan droplet terjadi ketika seseorang berada pada jarak dekat

(dalam 1 meter) dengan seseorang yang memiliki gejala pernapasan

(misalnya, batuk atau bersin) sehingga droplet berisiko mengenai

mukosa (mulut dan hidung) atau konjungtiva (mata). Penularan juga

dapat terjadi melalui benda dan permukaan yang terkontaminasi


19

droplet di sekitar orang yang terinfeksi. Oleh karena itu, penularan

virus COVID-19 dapat terjadi melalui kontak langsung dengan orang

yang terinfeksi dan kontak tidak langsung dengan permukaan atau

benda yang digunakan pada orang yang terinfeksi (misalnya, stetoskop

atau termometer) (Kemenkes RI, 2020).

Dalam konteks COVID-19, transmisi melalui udara dapat

dimungkinkan dalam keadaan khusus dimana prosedur atau perawatan

suportif yang menghasilkan aerosol seperti intubasi endotrakeal,

bronkoskopi, suction terbuka, pemberian pengobatan nebulisasi,

ventilasi manual sebelum intubasi, mengubah pasien ke posisi

tengkurap, memutus koneksi ventilator, ventilasi tekanan positif non-

invasif, trakeostomi, dan resusitasi kardiopulmoner. Masih diperlukan

penelitian lebih lanjut mengenai transmisi melalui udara (Kemenkes

RI, 2020).

e. Manifestasi Klinis

Gejala-gejala yang dialami biasanya bersifat ringan dan muncul

secara bertahap. Beberapa orang yang terinfeksi tidak menunjukkan

gejala apapun dan tetap merasa sehat. Gejala COVID-19 yang paling

umum adalah demam, rasa lelah, dan batuk kering. Beberapa pasien

mungkin mengalami rasa nyeri dan sakit, hidung tersumbat, pilek,

nyeri kepala, konjungtivitis, sakit tenggorokan, diare, hilang

penciuman dan pembauan atau ruam kulit (Kemenkes RI, 2020).


20

Menurut data dari negara-negara yang terkena dampak awal

pandemi, 40% kasus akan mengalami penyakit ringan, 40% akan

mengalami penyakit sedang termasuk pneumonia, 15% kasus akan

mengalami penyakit parah, dan 5% kasus akan mengalami kondisi

kritis. Pasien dengan gejala ringan dilaporkan sembuh setelah 1

minggu. Pada kasus berat akan mengalami Acute Respiratory Distress

Syndrome (ARDS), sepsis dan syok septik, gagal multi-organ,

termasuk gagal ginjal atau gagal jantung akut hingga berakibat

kematian. Orang lanjut usia (lansia) dan orang dengan kondisi medis

yang sudah ada sebelumnya seperti tekanan darah tinggi, gangguan

jantung dan paru, diabetes dan kanker berisiko lebih besar mengalami

keparahan (Kemenkes RI, 2020).

f. Diagnosis

WHO merekomendasikan pemeriksaan molekuler untuk seluruh

pasien yang terduga terinfeksi COVID-19. Metode yang dianjurkan

adalah metode deteksi molekuler/NAAT (Nucleic Acid Amplification

Test) seperti pemeriksaan RT-PCR (Kemenkes RI, 2020).

g. Tata Laksana

Hingga saat ini, belum ada vaksin dan obat yang spesifik untuk

mencegah atau mengobati COVID-19. Pengobatan ditujukan sebagai

terapi simptomatis dan suportif. Ada beberapa kandidat vaksin dan


21

obat tertentu yang masih diteliti melalui uji klinis (Kemenkes RI,

2020).

h. Pencegahan

COVID-19 merupakan penyakit yang tingkat penularannya

cukup tinggi, sehingga perlu dilakukan upaya perlindungan

kesehatanmasyarakat yang dilakukan secara komprehensif.

Perlindungankesehatan masyarakat bertujuan mencegah terjadinya

penularandalam skala luas yang dapat menimbulkan beban besar

terhadapfasyankes. Tingkat penularan COVID-19 di masyarakat

dipengaruhioleh adanya pergerakan orang, interaksi antar manusia

danberkumpulnya banyak orang, untuk itu perlindungan

kesehatanmasyarakat harus dilakukan oleh semua unsur yang ada

dimasyarakat baik pemerintah, dunia usaha, aparat penegak

hukumserta komponen masyarakat lainnya. Adapun

perlindungankesehatan masyarakat dilakukan dengan upaya

pencegahan sebagai berikut :

1) Kegiatan promosi kesehatan (promote) dilakukan

melaluisosialisasi, edukasi, dan penggunaan berbagai

mediainformasi untuk memberikan pengertian dan pemahamanbagi

semua orang, serta keteladanan dari pimpinan, tokohmasyarakat,

dan melalui media mainstream.

2) Kegiatan perlindungan (protect) antara lain dilakukan melalui

penyediaan sarana cuci tangan pakai sabun yang mudah diakses


22

dan memenuhi standar atau penyediaan handsanitizer, upaya

penapisan kesehatan orang yang akan COVID-19 merupakan

penyakit yang tingkat penularannya cukuptinggi, sehingga perlu

dilakukan upaya perlindungan kesehatanmasyarakat yang

dilakukan secara komprehensif. Perlindungankesehatan masyarakat

bertujuan mencegah terjadinya penularandalam skala luas yang

dapat menimbulkan beban besar terhadapfasyankes. Tingkat

penularan COVID-19 di masyarakat dipengaruhi oleh adanya

pergerakan orang, interaksi antar manusia danberkumpulnya

banyak orang, untuk itu perlindungan kesehatanmasyarakat harus

dilakukan oleh semua unsur yang ada dimasyarakat baik

pemerintah, dunia usaha, aparat penegak hukumserta komponen

masyarakat lainnya. Adapun perlindungankesehatan masyarakat

dilakukan melalui (Kemenkes RI, 2020).

i. Protokol Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Covid-19 di

Fasilitas Kesehatan Penerapan Kewaspadaan Isolasi

Kewaspadaan isolasi terdiri dari kewaspadaan standar dan

kewaspadaan transmisi.

1) Kewaspadaan Standar

Kewaspadaan standar terdiri dari :

a. Kebersihan Tangan/Hand Hygiene

(1) Kebersihan tangan dilakukan pada kondisi dibawah ini

sesuai 5 moment WHO :


23

(a) Sebelum menyentuh pasien

(b) Sebelum melakukan tindakan aseptik

(c) Setelah kontak atau terpapar dengan cairan tubuh

(d) Setelah menyentuh pasien

(e) Setelah menyentuh lingkungan sekitar pasien

(2) Selain itu, kebersihan tangan juga dilakukan pada saat:

(a) Sebelum menyentuh pasien

(b) Sebelum melakukan tindakan aseptik

(c) Setelah kontak atau terpapar dengan cairan tubuh

(d) Setelah menyentuh pasien

(e) Setelah menyentuh lingkungan sekitar pasien

(f) Melepas sarung tangan steril

(3) Kebersihan tangan dilakukan sebagai berikut:

(a) Kebersihan tangan dengan sabun dan air mengalir

apabila terlihat kotor atau terkontaminasi oleh darah

atau cairan tubuh lainnya atau setelah menggunakan

toilet

(b) Penggunaan handrub berbasis alkohol dipilih untuk

antiseptik tangan rutin pada semua situas

(4) Cara melakukan Kebersihan tangan:

(a) Kebersihan tangan dengan alkohol handrub selama 20-

30 detik bila tangan tidak tampak kotor


24

Gambar 6. 1.
Kebersihan Tangan dengan Handrub

(b) Kebersihan tangan dengan mencuci tangan di air

mengalir pakai sabun selama 40-60 detik bila tangan

tampak kotor

Gambar 6. 2.
Kebersihan Tangan dengan Sabun dan Air
25

b. Alat Pelindung Diri (APD)

APD dipakai untuk melindungi petugas atau pasien dari

paparan darah, cairan tubuh sekresi maupun ekskresi yang

terdiri dari sarung tangan, masker bedah atau masker N95,

gaun, apron, pelindung mata (goggles), faceshield (pelindung

wajah), pelindung/penutup kepala dan pelindung kaki.

(1) Penggunaan Alat Pelindung Diri memerlukan 4 unsur yang

harus dipatuhi:

(a) Tetapkan indikasi penggunaan APD

mempertimbangkan risiko terpapar dan dinamika

transmisi:

 Transmisi penularan COVID-19 ini adalah droplet

dan kontak: Gaun, sarung tangan, masker bedah,

penutup kepala, pelindung mata (goggles), sepatu

pelindung

 Transmisi airborne bisa terjadi pada tindakan yang

memicu terjadinya aerosol: Gaun, sarung tangan,

masker N95, penutup kepala, goggles, face shield,

sepatu pelindung

(b) Cara “memakai” dengan benar

(c) Cara “melepas” dengan benar

(d) Cara mengumpulkan (disposal) yang tepat setelah

dipakai
26

(2) Hal – hal yang harus dilakukan pada penggunaan APD:

(a) Melepaskan semua aksesoris di tangan seperti cincin,

gelang dan jam tangan

(b) Menggunakan baju kerja/ scrub suit sebelum memakai

APD

(c) Melakukan kebersihan tangan sebelum dan setelah

memakai APD

(d) Menggunakan sarung tangan saat melakukan perawatan

kepada pasien

(e) Melepaskan sarung tangan setelah selesai melakukan

perawatan di dekat pasien dan lakukan kebersihan

tangan

(f) Memakai APD di anteroom atau ruang khusus. APD

dilepas di area kotor segera setelah meninggalkan ruang

perawatan

(g) Menggunakan masker N95 pada saat melakukan

tindakan yang menimbulkan aerosol

(h) Mengganti googles atau faceshield pada saat sudah

kabur/kotor

(i) Mandi setelah melepaskan APD dan mengganti dengan

baju bersih
27

(3) Hal-hal yang tidak boleh dilakukan pada penggunaan APD

(a) Menyentuh mata, hidung dan mulut saat menggunakan

APD

(b) Menyentuh bagian depan masker

(c) Mengalungkan masker di leher

(d) Menggantung APD di ruangan kemudian mengunakan

kembali

(e) Menggunakan APD keluar dari area perawatan

(f) Membuang APD dilantai

(g) Menggunakan sarung tangan berlapis saat bertugas

apabila tidak dibutuhkan

(h) Menggunakan sarung tangan terus menerus tanpa

indikasi

(i) Menggunakan sarung tangan saat menulis, memegang

rekam medik pasien, memegang handle pintu,

memegang HP

(j) Melakukan kebersihan tangan saat masih menggunakan

sarung

c. Kebersihan Pernafasan

(1) Perhatikan etika batuk atau bersin

(2) Gunakan masker kain /masker bedah apabila mengalami

ganguan system pernafasan.


28

(3) Apabila tidak ada masker, maka tutup mulut dan hidung

menggunakan tissue / menggunakan lengan atas bagian

dalam saat batuk atau bersn. Tissue segera buang ke tempat

sampah tertutup

(4) Lakukan kebersihan tangan setelah kontak dengan sekret

pernafasan

(5) Pisahkan penderita dengan infeksi pernafasan idealnya >

1meter di ruang tunggu Fasyankes

d) Kebersihan Lingkungan

(1) Lakukan prosedur pembersihan dan desinfeksi seara rutin

sekitar lingkungan dengan cara mengelap seluruh

permukaan lingkungan ruangan dan pengepelan lantai

ruangan dengan menggunakan cairan detergen kemudian

bersihkan dengan air bersih selanjutnya menggunakan

klorin 0.05 %. Cairan pembersih harus diganti setelah

digunakan di area perawatan pasien COVID-19.

(2) Aplikasi desinfektan ke permukaan lingkungan secara rutin

di dalam ruangan dengan penyemprotan atau fogging tidak

direkomendasikan.

e) Penanganan Linen

(1) Semua linen di ruang perawatan COVID-19 dianggap

infeksius yang dibagi menjadi dua yaitu linen kotor tidak


29

ternoda darah atau cairan tubuh dan linen ternoda darah

atau cairan tubuh.

(2) Pisahkan linen kotor ternoda darah dan cairan tubuh dengan

linen kotor tanpa noda darah dan cairan tubuh, masukan

kewadah infeksius yang tertutup dan diberi label. Semua

linen harus dikemas (dimasukan dalam plastik infeksius)

didalam ruang perawatan pasien

(3) Ganti linen setiap satu atau dua hari atau jika kotor dan

sesuai dengan kebijakan rumah sakit

(4) Linen harus ditangani dan diproses khusus untuk mencegah

kontak langsung dengan kulit dan membaran mukosa

petugas, mengkontaminasi pakaian petugas dan lingkungan

(5) Gunakan APD yang sesuai dengan risiko saat menangani

linen infeksius

(6) Tempatkan linen bersih pada lemari tertutup, dan tidak

bercampur dengan peralatan lainnya.

f) Tatalaksana Limbah

(1) Limbah pasien COVID-19 dianggap sebagai limbah

infeksius dan penatalaksanaan sama seperti limbah

infeksius lainya

(2) Segera buang limbah yang dihasilkan, ke tempat

pembuangan limbah sesuai kebijakan dan SOP


30

(3) Pertahankan tempat limbah tidak lebih mencapai 3/4 penuh

sudah dibuang

(4) Pertahankan kebersihan kontainer sampah senantiasa bersih

Pengelolaan limbah medis dapat mengacu pada Pedoman

Pengelolaan Limbah Rumah Sakit Rujukan, Rumah Sakit

Darurat dan Puskesmas yang Menangani COVID-19 yang

dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat,

g) Desinfeksi Peralatan Perawatan Pasien Berdasarkan Jenisnya

(1) Peralatan kritikal

(2) Peralatan semi kritikal

(3) Peralatan non kritikal

h) Praktik Menyuntik yang Aman

(1) Menggunakan jarum suntik sekali pakai

(2) Segera buang jarum suntik yang sudah dipakai ke tempat

benda tajam tahan tusuk dan tahan air

(3) Obat suntikan kalau sudah dilarutkan harus segera

diberikan

2) Kewaspadaan Transmisi

Kewaspadaan transmisi dapat dibagi menjadi tiga yaitu:

droplet,kontak, dan airborne. Penerapan kewaspadaan berdasarkan

transmisi antara lain :


31

a. Melakukan triase dengan melakukan penyaringan dipintu

masuk ruang penerimaan pasien baru.

b. Pemisahan antara pasien dengan gangguan sistem pernapasan

dan tidak dengan gangguan sistem pernapasan

(1) Pasien dengan gangguan sistem pernapasan dimasukkan

dalam ruangan khusus dan pastikan agar alur gerak pasien

dan staf tetap satu arah. Petugas kesehatan yang melakukan

pemeriksaan menggunakan APD standar (gaun, masker

bedah, pelindung mata/wajah dengan kacamata atau

faceshield, dan sarung tangan).

(2) Pasien bukan dengan gangguan pernapasan boleh langsung

masuk ke ruang tunggu pasien poliklinik umum, pasien dan

petugas cukup menggunakan masker bedah.

c. Memberi penanda khusus untuk mengatur jarak minimal 1

meter di lokasi-lokasi antrian pasien/pengunjung.

d. Membuat penghalang fisik (barrier) antara petugas dan

pengunjung. Pembatas terbuat dari kaca atau mika dan dapat

dipasang pada: loket pendaftaran, apotek, penerimaan

spesimen, kasir, dan lain-lain.

e. Mengatur penempatan posisi meja konsultasi, tempat tidur

periksa dan kursi pasien dengan tenaga kesehatan, dan lain -

lain yang mencegah aliran udara dari pasien ke

pemeriksa/petugas.
32

f. Menempatkan kasus suspek atau terkonfirmasi positif di ruang

Isolasi :

(1) Pasien COVID-19 dengan menggunakan ruangan tersendiri

jika memungkinkan atau melakukan kohorting dengan

memberi jarak tempat tidur minimal 1 meter - 1.8 meter

dengan ventilasi yang baik. Apabila menggunakan ventilasi

natural, ventilasi yang adekuat sebesar 60L/s per pasien.

(2) Ruangan tidak harus tekanan negatif kecuali pasien dengan

penyakit penyerta yang lain/ komorbid dan kondisi

menurun dengan pemasangan alat dan tindakan yang

berisiko menghasilkan aerosol dan menimbulkan airborne,

maka wajib ditempatkan di ruang isolasi dengan tekanan

negatif.

g. Petugas kesehatan yang memberikan perawatan untuk pasien

sebaiknya ditetapkan untuk mengurangi transmisi

B. Penelitian Terkait

1. Zulita Fismasari, Triana Noor Edwina DS. (2013). Hubungan Antara

Efikasi Diri Dan Dukungan Keluarga Dengan Kinerja Pada Perawat.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada hubungan antara dukungan

keluarga dengan kinerja dengan nilai koefisien korelasi sebesar 0.467 dan

nilai p-value 0,012.

2. Adnyaswari, N. A. & Adnyani, I. G. A. D. (2017). Pengaruh dukungan

sosial dan burnout terhadap kinerja perawat rawat inap RSUP Sanglah.
33

Hasil penelitian menunjukan bahwa dukungan sosial berpengaruh positif

terhadap kinerja perawat RSUP Sanglah Denpasar.

3. Paath, C. J. G., Masi, G. M. & Onibala, F. (2020). Dukungan Keluarga

Dengan Kepatuhan Hemodialisa Pada Pasien Gagal Ginjal Kronis.

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa ada hubungan yang bermakna

antara dukungan keluarga dengan kepatuhan hemodialisa pada pasien

GGK dengan nilai p-value 0,000.

4. Saraswati, N. L. G. I., Antari, N. Y. L. S. & Suwartini, N. L G. S. (2019).

Hubungan dukungan keluarga dengan kepatuhan pembatasan cairan

pada pasien Chronic Kidney Disease Yang Menjalani Hemodialisa. Hasil

penelitian menunjukan bahwa ada hubungan yang bermkana antara

dukungan keluarga dengan kepatuhan pembatasan cairan dengan p-value

0,012.
34

C. Kerangka Teori

Kerangka teori merupakan gambaran dari dimana suatu program riset

berasal atau di kaitkan. (Notoatmodjo, 2014). Kerangka Teori dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut :

Gambar 2.1
Kerangka Teori

Faktor-faktor yang Mempengaruhi


Kepatuhan

1. Faktor predisposisi (Predisposing


factors
a. Pengetahuan
b. Sikap
Kepatuhan penerapan
c. Keyakinan
protokol Covid-19
d. Kepercayaan
e. Nilai-nilai
f. Tradisi.
2. Faktor pemungkin (Enabling factors
a. Sarana
b. Prasarana atau fasilitas
3. Faktor penguat (Reinforcing factors
a. Dukungan Petugas Kesehatan
b. Dukungan keluarga

Sumber : Notoatmodjo (2014); Kemenkes RI (2020).

D. Kerangka Konsep

Kerangka konsep merupakan suatu abstrak yang terbentuk oleh

generelasasi dari hal-hal khusus (Notoatmodjo, 2014) Kerangka Konsep

dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Gambar 2.2
Kerangka Konsep
Kepatuhan penerapan
Dukungan Keluarga
protokol Covid-19
35

i. Hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara, patokan duga, atau dalil sementara,

yang kebenarannya akan dibuktikan dalam penelitian tersebut (Notoatmodjo,

2014). Berdasarkan kerangka konsep di atas dirumuskan hipotesis sebagai

berikut:

Ha :

Ada hubungan dukungan keluarga dengan kepatuhan tenaga kesehatan dalam

menerapkan protokol Covid-19 di RSUD KH. Muhammad Thohir Kabupaten

Pesisir Barat Tahun 2020.


36

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian dalam penelitan ini adalah penelitian kuantitatif. Jenis

penelitian ini merupakan jenis penelitian untuk mendapatkan hubungan yang

akurat dari sebuah karakteristik masalah yang mengklasifikasikan suatu data

dan pengambilan data yang berhubungan dengan angka-angka baik diperoleh

dari hasil pengukuran maupun dari nilai suatu data yang diperoleh

(Notoatmodjo, 2014). Penelitian ini bertujuan menganalisa hubungan

dukungan keluarga dengan kepatuhan tenaga kesehatan dalam menerapkan

protokol Covid-19 di RSUD KH. Muhammad Thohir Kabupaten Pesisir Barat

Tahun 2020

B. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Desember 2020 di RSUD

KH. Muhammad Thohir Kabupaten Pesisir Barat Lampung.

C. Rancangan Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey

analitik. Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian cross sectional

dimana data yang menyangkut variabel bebas dan terikat akan dikumpulkan

dalam waku yang bersamaan (Notoatmodjo, 2014). Rancangan penelitian ini

bertujuan untuk menganalisa hubungan dukungan keluarga dengan kepatuhan

36
37

tenaga kesehatan dalam menerapkan protokol Covid-19 di RSUD KH.

Muhammad Thohir Kabupaten Pesisir Barat Tahun 2020.

D. Subyek Penelitian

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti

tersebut (Notoatmodjo, 2012). Populasi dalam penelitian ini adalah tenaga

kesehatan di IGD RSUD KH. Muhammad Thohir Kabupaten Pesisir Barat

Lampung sebanyak 34 responden.

2. Sampel

a. Besar Sampel

Sampel adalah sebagian atau keseluruhan objek yang akan diteliti

dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo, 2014). Sampel

dalam penelitian sebanyak 34 sampel.

b. Teknik Sampling

Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah

total sampling. Total sampling adalah teknik pengambilan sampel

dimana jumlah sampel sama dengan populasi.

c. Kriteria sampel :

1) Kriteria Inklusi

a) Bersedia menjadi responden

b) Tenaga kesehatan di IGD RSUD KH. Muhammad Thohir

Kabupaten Pesisir Barat


38

2) Kriteria Eksklusi

a) Tidak bersedia menjadi responden

E. Variabel Penelitian

1. Variabel Independen

Variabel Independen merupakan variabel yang menjadi sebab

perubahan atau timbulnya variabel dependen. Variabel ini juga dikenal

dengan nama variabel bebas artinya bebas dalam mempengaruhi variabel

lain (Notoatmodjo, 2014). Variabel independen dalam penelitian ini adalah

dukungan keluarga.

2. Variabel dependen

Variabel dependen merupakan variabel yang dipengaruhi atau

menjadi akibat karena variabel bebas. Variabel ini tergantung dari

variabel terhadap perubahan (Notoatmodjo, 2014). Variabel dependen

dalam penelitian ini adalah kepatuhan penerapkan protokol Covid-19.

F. Defenisi operasional

Defenisi operasional adalah batasan pada variabel-variabel yang diamati

atau yang diteliti untuk mengarahkan kepada pengukur atau pengamataan

terhadap variabel-variabel yang bersangkutan serta pengembangan instrumen

atau alat ukur (Notoatmodjo, 2014). Definisi operasional dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut :


39

Tabel 3.1
Definisi Operasional

No Variabel Defenisi Cara Alat ukur Hasil ukur Skala


operasional ukur ukur
Variabel Independen
1 Dukungan Hubungan Mengisi Kuisioner 0 : Dukungan Ordinal
keluarga interpersonal yang Kuisioner keluarga
meliputi sikap, Kurang baik
tindakan atau 1 : Dukungan
penerimaan keluarga
terhadap anggota Baik
keluarga, sehingga
anggota keluarga
merasa mendapat
dukungan

Variabel Dependen
2 Kepatuhan Perilaku tenaga Mengisi Kuisioner 0 : Tidak Patuh Ordinal
penerapan kesehatan dalam Kuisioner 1 : Patuh
protokol menerapkan
Covid-19 protocol kesehatan
pencegahan
penularan Covid-19
meliputi
Penggunaan APD,
menjaga kebersihan
Tangan, kebersihan
pernafasan,
kebersihan
Lingkungan,
penanganan Linen,
tatalaksana limbah,
desinfeksi peralatan
perawatan pasien,
praktik menyuntik
yang aman

G. Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan data

Primer. Data primer adalah data yang langsung memberikan data kepada

pengumpul data (Sugiyono, 2017). Dalam menyusun penelitian ini, data

primer didapatkan dengan menggunakan kuesioner.


40

H. Instrumen Penelitian

1. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

kuisioner yang digunakan untuk mengetahui dukungan keluarga dan

Kepatuhan penerapan protokol Covid-19 pada responden.

2. Uji Validitas

Validitas adalah suatu indeks yang menunjukan alat ukur benar-

benar mengukur apa yang di ukur (Notoatmojo, 2014). Instrumen yang

digunakan dalam penelitian adalah kuisioner yang akan dilakukan uji

validitas setelah dilakukan seminar proposal.

3. Uji Reliabilitas

Reliabilitas adalah uji untuk mengetahui ketepatan intrument

pengukuran dengan kontsitensi. Data yang tidak reliable, tidak dapat

diproses lebih lanjut karena akan menghasilkan kesimpulan yang bias

pengujian reabilitas (Notoatmodjo, 2014).

I. Pengolahan Data

Data yang diperoleh diolah dengan cara komputerisasi yaitu koreksi

pengolahan data yang meliputi kegiatan:

1. Editing

Memeriksa dan memastikan kelengkapan lembar observasi yang

telah terisi dengan lengkap dan jelas meliputi dukungan keluarga

responden dan Kepatuhan penerapan protokol Covid-19 pada responden

sehingga dapat dibaca dengan relevan.


41

2. Coding

Coding merupakan kegiatan mengubah data berbentuk huruf menjadi

data berbentuk angka atau bilangan. Coding dilakukan dilakukan pada

penelitian ini untuk mempermudah peneliti dalam melakukan pengolahan

data. Coding pada variable dukungan keluarga kode 0 : bila dukungan

keluarga tidak baik dank ode 1 bila dukungankeluarga baik sedangkan

pada variabel Kepatuhan penerapan protokol Covid-19 kode 0 : bila tidak

patuh dan kode 1 : bila patuh.

3. Processing

Memasukan tiap-tiap variabel penelitian meliputi dukungan keluarga

dan Kepatuhan penerapan protokol Covid-19 yang sudah diberikan kode

kedalam program komputer untuk dilakukan pengolahan data.

4. Tabulasi

Tabulasi merupakan kegiatan menggambarkan jawaban responden

dengan cara tertentu. Tabulasi juga dapat digunakan untuk menciptakan

statistik deskriptif variable-variable yang diteliti atau yang variable yang

akan di tabulasi silang.

5. Cleanning (pembersih data)

Mengecek kembali data yang sudah dimasukan kedalam program

komputer yaitu untuk melihat ada kesalahan atau tidak dari hasil data yang

sudah dimasukan, kemudian dilakukan pembetulan atau koreksi.


42

J. Analisa Data

Menurut Notoatmodjo (2014) analisis data merupakan proses

pengolahan data dengan menggunakan tekhnik-tekhnik tertentu sesuai dengan

jenis dan rancangan penelitian yang digunakan, baik secara univariabel,

bivariabel.

1. Analisis Univariat

Variabel analisis ini digunakan untuk memperoleh distribusi

frekuensi yang dilakukan terhadap variabel independent dan variabel

dependent. Analisa univaria dalam penelitian ini dilakukan untuk

mengetahui distribusi frekuensi responden berdasarkan dukungan keluarga

dan Kepatuhan penerapan protokol Covid-19

2. Analisis Bivariat

Setelah data dianalisis secara univariat kemudian dilanjutkan

dengan analisis bivariat dari hasil penelitian terkumpul selanjutnya

dilakukan analisis data dengan software, analisis data dapat dilakukan

dengan cara kuantitatif. Untuk mengetahui hubungan dukungan keluarga

dengan kepatuhan tenaga kesehatan dalam menerapkan protokol Covid-19

di RSUD KH. Muhammad Thohir Kabupaten Pesisir Barat Tahun 2020.


1

LEMBAR BIMBINGAN PROPOSAL SKRIPSI

Nama Mahasiswa : Alberto Arissandy


NPM : 190101034P
Pembimbing Skripsi :
Judul Skripsi : Ihwan Amiruddin, S. Kep., Ns., M. Kep.
Hubungan dukungan keluarga dengan kepatuhan
tenaga kesehatan dalam menerapkan protokol Covid-
19 di RSUD KH. Muhammad Thohir Kabupaten
Pesisir Barat Tahun 2020

No Hari/Tanggal Catatan Pembimbing Paraf


1

Pringsewu,.....................................2020

Pembimbing
2

(Ihwan Amiruddin, S.Kep., Ns., M. Kep.)

Anda mungkin juga menyukai