Anda di halaman 1dari 53

PROPOSAL PENELITIAN

HIBAH PENELITIAN INTERNAL


AKADEMI KEPERAWATAN BETHESDA SERUKAM

PENGARUH FAKTOR PREDISPOSING TERHADAP


KEIKUTSERTAAN VAKSINASI COVID-19 LANSIA
DI DESA SUKA BANGUN WILAYAH KERJA
PUSKESMAS SUNGAI BETUNG
TAHUN 2022

Peneliti :

NAMA DOSEN : Juliming Kenedy, M.Kes


NIDN : 1122077401

AKADEMI KEPERAWATAN BETHESDA SERUKAM


BENGKAYANG KALIMANTAN BARAT, TAHUN 2021
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Virus Corona atau yang dikenal dengan COVID-19 menjadi
permasalahan penting di dunia karena sudah menjadi pandemi global
yang memerlukan pemahaman oleh masyarakat umum, termasuk upaya
mengatasi masalah kesehatan yang diakibatkan oleh virus baru tersebut.
Pada 31 Desember 2019, WHO China National Representative Office
melaporkan kasus pneumonia dengan etiologi yang tidak diketahui di
Wuhan, Provinsi Hubei, China. Pada 7 Januari 2020, China
mengidentifikasi pneumonia yang tidak diketahui penyebabnya sebagai
jenis baru virus korona (penyakit Coronavirus, Covid-19). Pada 30
Januari 2020, WHO menyatakan sebagai Kedaruratan Kesehatan
Masyarakat yang Meresahkan Dunia (KKMMD) atau Public Health
Emergency of International Concern (PHEIC).1
Covid-19 saat ini menjadi masalah yang serius di seluruh dunia,
dan jumlah kasusnya meningkat setiap hari, menyerang semua orang,
dianggap sebagai pandemi global. Pandemi global Covid-19 pertama kali
diumumkan pada 11 Maret 2020, menandakan bahwa virus tersebut telah
menginfeksi banyak orang di berbagai negara.2 Pada 15 November 2021,
total 253.163.330 kasus yang dikonfirmasi telah dilaporkan, termasuk
5.098.174 kematian (CFR 2,0%), di mana 204 negara telah terjangkit dan
151 negara dengan transmisi komunitas.3
Indonesia adalah salah satu negara yang terkonfirmasi Covid-19.
Pada 2 Maret 2020, Presiden Joko Widodo untuk pertama kalinya
mengumumkan bahwa ada dua warga Indonesia terjangkit virus Covid-
19 dan ini adalah yang menjadi kasus positif Covid-19 pertama di
Indonesia.3 Berawal dari kasus tersebut, jumlah kasus masyarakat
Indonesia yang terinfeksi virus corona semakin bertambah setiap harinya.
Indonesia merupakan negara dengan tingkat kasus konfirmasi tertinggi di
Asia Tenggara.4 Sedangkan di Provinsi Kalimantan Barat menyusul pada
pertengahan bulan April 2020.5
Diketahui bahwa masih banyak masyarakat yang meremehkan
virus corona dan tidak menerapkan protokol kesehatan sesuai aturan yang
dibuat oleh pemerintah, sehingga risiko penularan Covid-19 masih
mengancam. Oleh sebab itu, tidak hanya perlu dilakukan intervensi
dalam pelaksanaan prosedur kesehatan, tetapi juga perlu segera dilakukan
tindakan intervensi lain yang efektif untuk memutus penyebaran
penyakit, yaitu melalui upaya vaksinasi. Vaksin tidak hanya melindungi
mereka yang melakukan vaksinasi namun juga melindungi masyarakat
luas dengan mengurangi penyebaran penyakit dalam populasi.
Pengembangan vaksin yang aman dan efektif sangat penting dilakukan
karena diharapkan dapat menghentikan penyebaran dan mencegah
penyebaran penyakit.1
Pemerintah sudah berupaya dengan maksimal untuk mengatasi
tantangan-tantangan selama masa pandemi Covid-19. Diketahui bahwa
Presiden Republik Indonesia (RI) membentuk tim nasional untuk
mempercepat pengembangan vaksin Covid-19. Keputusan Presiden No.
18/2020 yang dikeluarkan pada 3 September 2020 mengatur
pembentukan tim pengembangan vaksin Covid-19 di bawah pengawasan
Menteri Perekonomian. Selain itu, Departemen Riset dan Teknologi
bertanggung jawab untuk melaporkan kepada Presiden tentang pekerjaan
sehari-hari tim. Pada 6 Oktober 2020, Presiden menandatangani dan
mengeluarkan Peraturan Presiden (Perpres) tentang pengadaan vaksin
dan implementasi rencana vaksin dalam menanggapi pandemi Covid-19.
Perpres menetapkan bahwa pemerintah akan mempersiapkan pengadaan
dan distribusi vaksin serta pelaksanaan vaksin.1
Vaksin Covid-19 merupakan salah satu terobosan pemerintah untuk
melawan dan menangani Covid-19 yang ada di dunia khususnya Negara
Indonesia. Tujuan dari vaksinasi Covid-19 adalah untuk mengurangi
penyebaran Covid-19, menurunkan angka kesakitan dan kematian yang
disebabkan oleh Covid-19, mencapai kekebalan dan melindungi
masyarakat dari penularan Covid-19.1
Tidak bisa dimungkiri masih banyak kelompok masyarakat yang
menolak vaksinasi Covid-19 yang diberikan pemerintah, masih
banyaknya masyarakat yang memiliki keraguan akan vaksin Covid-19.
Masih banyak dari masyarakat khususnya kelompok lansia yang merasa
ketakutan karena banyaknya berita-berita yang disebarluaskan mengenai
efek samping setelah melakukan vaksinasi Covid-19 dan dengan
berbagai alasan lainnya. Dengan adanya hal seperti ini, dapat
menyebabkan hambatan dalam berlangsungnya vaksinasi Covid-19 yang
dijalankan.
Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan pemegang program
imunisasi dan program lansia Puskesmas Sungai Betung bahwa angka
sasaran imunisasi vaksin Covid-19 lansia wilayah kerja Puskesmas
Sungai Betung sebanyak 565 orang usia 60-69 tahun, dan 183 orang usia
di atas 70 tahun, total sasaran 748 orang. Angka capaian imunisasi vaksin
Covid-19 lansia di wilayah kerja Puskesmas Sungai Betung masih
rendah, vaksin 1 sebanyak 186 orang dan vaksin 2 sebanyak 85 lansia.
Desa Suka Bangun merupakan desa dengan angka keikutsertaan
vaksinasi Covid-19 yang rendah. Pro dan kontra di masyarakat terhadap
vaksin Covid-19, maraknya penyebaran berbagai informasi yang keliru
menimbulkan keraguan dan penolakan masyarakat terutama kelompok
lansia untuk berpartisipasi dalam program vaksinasi Covid-19 termasuk
kelompok lansia. Hal tersebut di atas menjadi dasar kajian untuk
mengetahui pengaruh faktor predisposing terhadap keikutsertaan
vaksinasi Covid-19 lansia di Desa Suka Bangun wilayah kerja Puskesmas
Sungai Betung tahun 2022.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka rumusan masalah
dalam penelitian ini adalah: Bagaimana Pengaruh Faktor Predisposing
Terhadap Keikutsertaan Vaksinasi Covid-19 Lansia di Desa Suka
Bangun Wilayah Kerja Puskesmas Sungai Betung Tahun 2022?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui pengaruh faktor predisposing terhadap
keikutsertaan vaksinasi Covid-19 lansia di Desa Suka Bangun
wilayah kerja Puskesmas Sungai Betung tahun 2022.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui pengaruh pengetahuan lansia tentang
pengertian, manfaat, penularan, screening, cara kerja vaksin,
tempat pelayanan, kelompok prioritas, dan kecukupan vaksinasi
Covid-19 terhadap keikutsertaan vaksinasi Covid-19.
b. Untuk mengetahui pengaruh sikap lansia tentang vaksinasi
mencehag Covid-19, partisipasi, upaya pemerintah, mengajak vaksin,
merasa bersalah bila tidak vaksin, risiko tertular dan menularkan,
kelompok berisiko, protokol kesehatan setelah vaksin, perbedaan
antara lansia divaksin dengan yang tidak, dan informasi yang keliru
terhadap keikutsertaan vaksinasi Covid-19.
c. Untuk mengetahui pengaruh jenis kelamin lansia laki-laki dan
perempuan terhadap keikutsertaan vaksinasi Covid-19.
d. Untuk mengetahui pengaruh usia lansia, usia lanjut dan usia
lanjut berisiko terhadap keikutsertaan vaksinasi Covid-19.
e. Untuk mengetahui pengaruh pendidikan lansia dasar ke bawah
dan menengah ke atas terhadap keikutsertaan vaksinasi Covid-
19.
f. Untuk mengetahui pengaruh pekerjaan, bekerja dan tidak bekerja
terhadap keikutsertaan vaksinasi Covid-19 lansia di Desa Suka
Bangun wilayah kerja Puskesmas Sungai Betung tahun 2022.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dan bahan
kajian hasil dalam program peningkatan mutu pelayanan terutama
tentang pengurangan angka kejadian Covid-19 di Masyarakat
khususnya kelompok lansia dengan menambah informasi mengenai
pemahaman pada masyarakat tentang pentingnya vaksin Covid-19
dalam upaya menurunkan angka kesakitan dan kematian serta
mencapai kekebalan dan melindungi masyarakat khususnya lansia
dari penularan Covid-19.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Masyarakat Kelompok Lansia
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi
serta pengetahuan yang dapat menambah wawasan kelompok
lansia tentang pemahaman terhadap vaksin Covid-19.
Meluruskan berbagai penyebaran informasi yang keliru yang
menimbulkan keraguan dan penolakan masyarakat terutama
kelompok lansia untuk berpartisipasi dalam program vaksinasi
Covid-19, sehingga dengan meningkatnya pemahaman
diharapkan meningkatkan partisipasi lansia dalam program
vaksinasi Covid-19.
b. Bagi Peneliti
Penelitian ini dapat menjadi rujukan dan acuan data bagi peneliti
selanjutnya dalam permasalahan yang serupa ataupun penelitian
lain yang berhubungan dengan pengaruh faktor predisposing
terhadap keikutsertaan vaksinasi Covid-19 lansia serta
menghasilkan informasi yang berguna bagi ilmu pengetahuan.
E. Skema Penelitian

Memilih Masalah

Studi Pendahuluan: Studi Literatur:


Mendapatkan informasi Diperoleh dari berbagai
untuk dijadikan landasan literatur dan penelitian
penelitian sejenis sebelumnya

Merumuskan Masalah

Memilih Pendekatan

Memilih Variabel Memilih Sumber Data

Menentukan dan Menyusun


Instrumen

Mengumpulkan Data

Analisa Data Hipotesis

Menarik Kesimpulan

Membuat Laporan

Bagan 1.1
Skema Penelitian
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

F. Konsep Dasar
1. Coronavirus Disease 2019 (COVID-19)
a. Definisi
Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) merupakan penyakit
menular yang disebabkan oleh Coronavirus jenis baru. Penyakit
ini diawali dengan munculnya kasus pneumonia yang tidak
diketahui etiologinya di Wuhan, China pada akhir Desember
2019.6 Berdasarkan hasil penyelidikan epidemiologi, kasus
tersebut diduga berhubungan dengan Pasar Seafood di Wuhan.
Pada tanggal 7 Januari 2020, Pemerintah China kemudian
mengumumkan bahwa penyebab kasus tersebut adalah
Coronavirus jenis baru yang kemudian diberi nama SARS-CoV-2
(Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2). Virus ini
berasal dari famili yang sama dengan virus penyebab SARS dan
MERS. Meskipun berasal dari famili yang sama, namun SARS-
CoV-2 lebih menular dibandingkan dengan SARS-CoV dan
MERS-CoV.7 Proses penularan yang cepat membuat WHO
menetapkan COVID-19 sebagai KKMMD/PHEIC pada tanggal
30 Januari 2020. Angka kematian kasar bervariasi tergantung
negara dan tergantung pada populasi yang terpengaruh,
perkembangan wabahnya di suatu negara, dan ketersediaan
pemeriksaan laboratorium.
Thailand merupakan negara pertama di luar China yang
melaporkan adanya kasus COVID-19. Setelah Thailand, negara
berikutnya yang melaporkan kasus pertama COVID-19 adalah
Jepang dan Korea Selatan yang kemudian berkembang ke negara-
negara lain.
Indonesia melaporkan kasus pertama COVID-19 pada
tanggal 2 Maret 2020 dan jumlahnya terus bertambah hingga
sekarang. Sampai dengan tanggal 30 Juni 2020 Kementerian
Kesehatan melaporkan 56.385 kasus konfirmasi COVID-19
dengan 2.875 kasus meninggal (CFR 5,1%) yang tersebar di 34
provinsi. Sebanyak 51,5% kasus terjadi pada laki-laki. Kasus
paling banyak terjadi pada rentang usia 45-54 tahun dan paling
sedikit terjadi pada usia 0-5 tahun. Angka kematian tertinggi
ditemukan pada pasien dengan usia 55-64 tahun.1
b. Etiologi
Penyebab COVID-19 adalah virus yang tergolong dalam
family coronavirus. Corona virus merupakan virus RNA strain
tunggal positif, berkapsul dan tidak bersegmen. Terdapat 4
struktur protein utama pada Coronavirus yaitu: protein N
(nukleokapsid), glikoprotein M (membran), glikoprotein spike S
(spike), protein E (selubung). Corona virus tergolong ordo
Nidovirales, keluarga Coronaviridae. Corona virus ini dapat
menyebabkan penyakit pada hewan atau manusia. Terdapat 4
genus yaitu alphacoronavirus, betacoronavirus,
gammacoronavirus, dan deltacoronavirus. Sebelum adanya
COVID-19, ada 6 jenis corona virus yang dapat menginfeksi
manusia, yaitu HCoV-229E (alphacoronavirus), HCoV-OC43
(betacoronavirus), HCoVNL63 (alphacoronavirus) HCoV-HKU1
(betacoronavirus), SARS-CoV (betacoronavirus), dan MERS-CoV
(betacoronavirus). Corona virus yang menjadi etiologi COVID-
19 termasuk dalam genus betacoronavirus, umumnya berbentuk
bundar dengan beberapa pleomorfik, dan berdiameter 60-140 nm.
Hasil analisis filogenetik menunjukkan bahwa virus ini masuk
dalam subgenus yang sama dengan coronavirus yang
menyebabkan wabah SARS pada 2002-2004 silam, yaitu
Sarbecovirus. Atas dasar ini, International Committee on
Taxonomy of Viruses (ICTV) memberikan nama penyebab
COVID-19 sebagai SARS-CoV-2. Belum dipastikan berapa lama
virus penyebab COVID-19 bertahan di atas permukaan, tetapi
perilaku virus ini menyerupai jenis-jenis coronavirus lainnya.
Lamanya coronavirus bertahan mungkin dipengaruhi kondisi-
kondisi yang berbeda (seperti jenis permukaan, suhu atau
kelembapan lingkungan). Penelitian 8 menunjukkan bahwa SARS-
CoV-2 dapat bertahan selama 72 jam pada permukaan plastik dan
stainless steel, kurang dari 4 jam pada tembaga dan kurang dari
24 jam pada kardus. Seperti virus corona lain, SARS-COV-2
sensitif terhadap sinar ultraviolet dan panas. Efektif dapat
dinonaktifkan dengan pelarut lemak (lipid solvents) seperti eter,
etanol 75%, ethanol, disinfektan yang mengandung klorin, asam
peroksiasetat, dan khloroform (kecuali khlorheksidin).1
c. Penularan
Corona virus merupakan zoonosis (ditularkan antara hewan
dan manusia). Penelitian menyebutkan bahwa SARS
ditransmisikan dari kucing luwak (civet cats) ke manusia dan
MERS dari unta ke manusia. Adapun, hewan yang menjadi
sumber penularan COVID-19 ini masih belum diketahui. Masa
inkubasi COVID-19 rata-rata 5-6 hari, dengan range antara 1 dan
14 hari namun dapat mencapai 14 hari. Risiko penularan tertinggi
diperoleh di hari-hari pertama penyakit disebabkan oleh
konsentrasi virus pada sekret yang tinggi. Orang yang terinfeksi
dapat langsung dapat menularkan sampai dengan 48 jam sebelum
onset gejala (presimptomatik) dan sampai dengan 14 hari setelah
onset gejala. Sebuah studi9 melaporkan bahwa 12,6%
menunjukkan penularan presimptomatik. Penting untuk
mengetahui periode presimptomatik karena memungkinkan virus
menyebar melalui droplet atau kontak dengan benda yang
terkontaminasi. Sebagai tambahan, bahwa terdapat kasus
konfirmasi yang tidak bergejala (asimptomatik), meskipun risiko
penularan sangat rendah akan tetapi masih ada kemungkinan kecil
untuk terjadi penularan.
Berdasarkan studi epidemiologi dan virologi saat ini
membuktikan bahwa COVID-19 utamanya ditularkan dari orang
yang bergejala (simptomatik) ke orang lain yang berada jarak
dekat melalui droplet. Droplet merupakan partikel berisi air
dengan diameter > 5-10 µm. Penularan droplet terjadi ketika
seseorang berada pada jarak dekat (dalam 1 meter) dengan
seseorang yang memiliki gejala pernapasan (misalnya, batuk atau
bersin) sehingga droplet berisiko mengenai mukosa (mulut dan
hidung) atau konjungtiva (mata). Penularan juga dapat terjadi
melalui benda dan permukaan yang terkontaminasi droplet di
sekitar orang yang terinfeksi. Oleh karena itu, penularan virus
COVID-19 dapat terjadi melalui kontak langsung dengan orang
yang terinfeksi dan kontak tidak langsung dengan permukaan atau
benda yang digunakan pada orang yang terinfeksi (misalnya,
stetoskop atau termometer). Dalam konteks COVID-19, transmisi
melalui udara dapat dimungkinkan dalam keadaan khusus dimana
prosedur atau perawatan suportif yang menghasilkan aerosol
seperti intubasi endotrakeal, bronkoskopi, suction terbuka,
pemberian pengobatan nebulisasi, ventilasi manual sebelum
intubasi, mengubah pasien ke posisi tengkurap, memutus koneksi
ventilator, ventilasi tekanan positif noninvasif, trakeostomi, dan
resusitasi kardiopulmoner. Masih diperlukan penelitian lebih
lanjut mengenai transmisi melalui udara.1
d. Manifestasi Klinis
Gejala-gejala yang dialami biasanya bersifat ringan dan
muncul secara bertahap. Beberapa orang yang terinfeksi tidak
menunjukkan gejala apapun dan tetap merasa sehat. Gejala
COVID-19 yang paling umum adalah demam, rasa lelah, dan
batuk kering. Beberapa pasien mungkin mengalami rasa nyeri dan
sakit, hidung tersumbat, pilek, nyeri kepala, konjungtivitis, sakit
tenggorokan, diare, hilang penciuman dan pembauan atau ruam
kulit. Menurut data dari negara-negara yang terkena dampak awal
pandemi, 40% kasus akan mengalami penyakit ringan, 40% akan
mengalami penyakit sedang termasuk pneumonia, 15% kasus
akan mengalami penyakit parah, dan 5% kasus akan mengalami
kondisi kritis. Pasien dengan gejala ringan dilaporkan sembuh
setelah 1 minggu. Pada kasus berat akan mengalami Acute
Respiratory Distress Syndrome (ARDS), sepsis dan syok septik,
gagal multiorgan, termasuk gagal ginjal atau gagal jantung akut
hingga berakibat kematian. Orang lanjut usia (lansia) dan orang
dengan kondisi medis yang sudah ada sebelumnya seperti tekanan
darah tinggi, gangguan jantung dan paru, diabetes dan kanker
berisiko lebih besar mengalami keparahan.1
e. Diagnosis
WHO merekomendasikan pemeriksaan molekuler untuk
seluruh pasien yang terduga terinfeksi COVID-19. Metode yang
dianjurkan adalah metode deteksi molekuler/NAAT (Nucleic Acid
Amplification Test) seperti pemeriksaan RTPCR.1
f. Tatalaksana
Hingga saat ini, belum ada vaksin dan obat yang spesifik
untuk mencegah atau mengobati COVID-19. Pengobatan
ditujukan sebagai terapi simptomatis dan suportif. Ada beberapa
kandidat vaksin dan obat tertentu yang masih diteliti melalui uji
klinis.1
2. Lansia
a. Definisi Lansia
Perubahan-perubahan dalam proses “aging” atau penuaan
merupakan masa ketika seorang individu berusaha untuk tetap
menjalani hidup dengan bahagia melalui berbagai perubahan
dalam hidup. Bukan berarti hal ini dikatakan sebagai “perubahan
drastis” atau “kemunduran”. Secara definisi, seorang individu
yang telah melewati usia 45 tahun atau 60 tahun disebut lansia.
Akan tetapi, pelabelan ini dirasa kurang tepat. Hal itu cenderung
pada asumsi bahwa lansia itu lemah, penuh ketergantungan,
minim penghasilan, penyakitan, tidak produktif, dan masih
banyak lagi.10
Menurut World Health Organization (WHO) lansia adalah
seseorang yang telah memasuki usia 60 tahun ke atas. Lansia
merupakan kelompok umur pada manusia yang telah memasuki
tahapan akhir dari fase kehidupannya. Kelompok yang
dikategorikan lansia ini akan terjadi proses yang disebut Aging
Process atau proses penuaan.
Lansia adalah keadaan yang ditandai oleh kegagalan
seseorang untuk mempertahankan keseimbangan terhadap konsisi
stress fisiologis. Kegagalan ini berkaitan dengan berkaitan dengan
penurunan daya kemampuan untuk hidup serta peningkatan
kepekaan secara individual.11
Berdasarkan beberapa definisi di atas dapat disimpulkan
bahwa lansia adalah proses penurunan fungsi organ tubuh secara
alamiah, tubuh akan mengalami penuaan yang ditandai dengan
terjadinya perubahan bentuk fisik dan penurunan fungsi.
b. Batasan-Batasan Lansia
Di Indonesia lanjut usia adalah usia 60 tahun keatas, hal ini
dipertegas dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang
kesejahteraan lanjut usia pada Bab 1 Pasal 1 Ayat 2. 12 Beberapa
pendapat para ahli tentang batasan usia adalah sebagai berikut :
1) Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), ada empat
tahapan yaitu:
a) Usia pertengahan (middle age) usia 45-59 tahun
b) Lanjut usia (elderly) usia 60-74 tahun
c) Lanjut usia tua (old) usia 75-90 tahun
d) Usia sangat tua (very old) usia > 90 tahun
2) Menurut Kementerian Kesehatan RI (2015) lanjut usia
dikelompokan menjadi usia lanjut(60-69 tahun) dan usia
lanjut dengan risiko tinggi (lebih dari 70 tahun atau lebih
dengan masalah kesehatan).
c. Klasifikasi Lansia
Klasifikasi lansia menurut Nugroho (2012)12 :
1) Young old (usia 60-69 tahun)
2) Middle age old (usia 70-79 tahun)
3) Old-old (usia 80-89 tahun)
4) Very old-old (usia 90 tahun ke atas)

G. Konsep Variabel Yang Diteliti


1. Vaksin Covid-19
a. Definisi Vaksin Covid-19
Vaksin merupakan produk biologi yang mengandung
antigen yang jika diberikan kepada manusia akan secara aktif
mengembangkan kekebalan khusus terhadap penyakit tertentu
(Covid-19 Komite Penanganan, 2020). Berbagai negara termasuk
Indonesia, sedang mengembangkan vaksin yang sangat cocok
untuk pencegahan infeksi SARS-CoV-2 pada berbagai platform,
yaitu vaksin virus yang dilemahkan, vaksin hidup dilemahkan,
vaksin vektor virus, vaksin asam nukleat, seperti virus. Vaksin
(vaksin mirip virus) dan vaksin subunit protein. Tujuan dengan
dibuatnya vaksin ialah untuk mengurangi penyebaran Covid-19,
menurunkan angka kesakitan dan kematian akibat Covid-19,
mencapai imunitas kelompok dan melindungi masyarakat dari
Covid-19, sehingga dapat menjaga produktivitas sosial dan
ekonomi.1 Menurut Menteri Kesehatan, vaksin Covid-19
memiliki tiga manfaat, termasuk di dalamnya adalah menambah
kekebalan setiap orang yang divaksinasi secara langsung, jika
jumlah penduduk yang divaksinasi banyak, maka sistem
kekebalan penduduk akan memberikan perlindungan bagi mereka
yang belum divaksinasi atau belum menjadi populasi sasaran
vaksin.
b. Jenis-Jenis Vaksin Vovid-19
Menteri Kesehatan, Terawan Agus Putranto mengatakan
bahwa pemerintah sudah menetapkan ada 6 jenis vaksin Covid-19
yang akan digunakan di Indonesia.1 di antaranya ialah :
1) Vaksin Merah Putih
Vaksin merah putih tersebut merupakan hasil kerjasama
BUMN PT Bio Farma (Persero) dengan Lembaga Eijkman.
Pemerintah berharap vaksin merah putih selesai pada akhir
2021. Bio Farma juga bekerja sama dengan perusahaan vaksin
China Sinovac Biotech.
2) AstraZeneca
AstraZeneca Pengujian yang dilakukan oleh
AstraZeneca dan Oxford University menunjukkan bahwa
efisiensi rata-rata produksi vaksin virus corona adalah 70%.
Saat ini, uji coba masih berlanjut pada 20.000 relawan.
Vaksin AstraZeneca dianggap mudah untuk dikeluarkan
karena tidak perlu disimpan pada suhu yang sangat dingin.
3) China National Pharmaceutical Group Corporation
(Sinopharm)
Perusahaan Grup Farmasi Nasional China. Meskipun
tahap pengujian terakhir belum selesai, di Cina, sekitar 1 juta
orang telah divaksinasi berdasarkan izin penggunaan darurat.
Sebelum Sinopharm terbukti benar-benar sukses, itu hanya
digunakan untuk pejabat China, pekerja keliling dan pelajar.
Pada September 2020, Uni Emirat Arab adalah negara
pertama di luar China yang menyetujui penggunaan vaksin
tersebut.
4) Moderna
Moderna mengklaim tingkat efektif produksi vaksinnya
adalah 94,5%. Di penghujung November, Moderna mengaku
telah mengajukan permohonan penggunaan darurat vaksin
Covid-19 ke badan regulasi di Amerika Serikat dan Eropa.
Moderna yakin bahwa vaksinnya memenuhi persyaratan
penggunaan darurat yang ditetapkan oleh Food and Drug
Administration (FDA) AS.
5) Pfizer Inc and BioNTech
Vaksin Pfizer dan BioNTech telah menyarankan BPOM
di Amerika Serikat dan Eropa untuk segera menggunakan
vaksin virus korona mereka. Dalam uji coba terakhir pada 18
November 2020, mereka mengklaim bahwa 95% vaksin
tersebut efektif melawan virus corona dan tidak ada bahaya
keamanan.
6) Sinovac Biotech Ltd
Saat ini, CoronaVac sedang memasuki uji coba fase 3.
Sinovac sedang menguji vaksinnya di Brasil, Indonesia dan
Bangladesh. Seperti yang ditunjukkan pada hasil awal pada
monyet yang dipublikasikan di jurnal Science, antibodi yang
dihasilkan oleh vaksin tersebut dapat menetralkan 10 strain
Sars-coV-2.
2. Kajian Tentang Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku
Menurut teori Lawrance Green dan kawan-kawan.14
menyatakan bahwa perilaku manusia dipengaruhi oleh dua faktor
pokok, yaitu faktor perilaku (behaviorcauses) dan faktor diluar
perilaku (non behaviour causes). Selanjutnya perilaku itu sendiri
ditentukan atau terbentuk dari 3 faktor yaitu:
a. Faktor predisposisi (predisposing factors), yang mencakup
pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai dan
sebagainya.
1) Pengetahuan apabila penerimaan perilaku baru atau adopsi
perilaku melalui proses yang didasari oleh pengetahuan,
kesadaran dan sikap yang positif, maka perilaku tersebut akan
bersifat langgeng (long lasting) daripada perilaku yang tidak
didasari oleh pengetahuan. Pengetahuan atau kognitif
merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk
tindakan seseorang dalam hal ini pengetahuan yang tercakup
dalam domain kognitif mempunyai tingkatan.14 Untuk lebih
jelasnya, bahasan tentang pengetahuan akan dibahas pada bab
berikutnya.
2) Sikap Menurut Zimbardo dan Ebbesen, sikap adalah suatu
predisposisi (keadaan mudah terpengaruh) terhadap
seseorang, ide atau obyek yang berisi komponen-komponen
cognitive, affective dan behavior.15
Terdapat tiga komponen sikap, sehubungan dengan faktor-
faktor lingkungan kerja, sebagai berikut:
a) Afeksi (affect) yang merupakan komponen emosional atau
perasaan.
b) Kognisi adalah keyakinan evaluatif seseorang.
Keyakinankeyakinan evaluatif, dimanifestasi dalam
bentuk impresi atau kesan baik atau buruk yang dimiliki
seseorang terhadap objek atau orang tertentu.
c) Perilaku, yaitu sebuah sikap berhubungan dengan
kecenderungan seseorang untuk bertindak terhadap
seseorang atau hal tertentu dengan cara tertentu.16
Seperti halnya pengetahuan, sikap terdiri dari berbagai
tingkatan, yaitu: menerima (receiving), menerima diartikan
bahwa subjek mau dan memperhatikan stimulus yang
diberikan. Merespon (responding), memberikan jawaban
apabila ditanya, mengerjakan, dan menyelesaikan tugas yang
diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. Menghargai
(valuing), mengajak orang lain untuk mengerjakan atau
mendiskusikan suatu masalah adalah suatu indikasi sikap
tingkat tiga. Bertanggung jawab (responsible), bertanggung
jawab atas segala suatu yang telah dipilihnya dengan segala
risiko merupakan sikap yang memiliki tingkatan paling tinggi
menurut.14
b. Faktor pemungkin (enabling factors), yang mencakup lingkungan
fisik, tersedia atau tidak tersedianya fasilitas atau sarana misalnya
ketersedianya alat pendukung, pelatihan dan sebagainya.
c. Faktor penguat (reinforcement factors), faktor-faktor ini meliputi
undang-undang, peraturan-peraturan, pengawasan dan
sebagainya.
Sedangkan faktor yang dapat mempengaruhi perilaku menurut
Sunaryo (2004) dalam Hariyanti (2015)17 dibagi menjadi 2 yaitu:
a. Faktor Genetik atau Faktor Endogen
Faktor genetik atau faktor keturunan merupakan konsep
dasar atau modal untuk kelanjutan perkembangan perilaku
makhluk hidup itu. Faktor genetik berasal dari dalam individu
(endogen), antara lain:
1) Jenis Ras
Semua ras di dunia memiliki perilaku yang spesifik, saling
berbeda dengan yang lainnya, ketiga kelompok terbesar yaitu
ras kulit putih (Kaukasia), ras kulit hitam (Negroid) dan ras
kulit kuning (Mongoloid).
2) Jenis Kelamin
Perbedaan perilaku pria dan wanita dapat dilihat dari cara
berpakaian dan melakukan pekerjaan sehari-hari, pria
berperilaku berdasarkan pertimbangan rasional. Sedangkan
wanita berperilaku berdasarkan emosional.
3) Sifat Fisik
Perilaku individu akan berbeda-beda karena sifat fisiknya.
4) Sifat Kepribadian
Perilaku individu merupakan manifestasi dari kepribadian
yang dimilikinya sebagai pengaduan antara faktor genetik dan
lingkungan. Perilaku manusia tidak ada yang sama karena
adanya perbedaan kepribadian yang dimiliki individu.
5) Bakat Pembawaan
Bakat menurut Notoatmodjo (2012) dikutip dari William B.
Micheel (1960)14 adalah kemampuan individu untuk
melakukan sesuatu lebih sedikit sekali bergantung pada
latihan mengenai hal tersebut.
6) Intelegensi
Intelegensi sangat berpengaruh terhadap perilaku individu,
oleh karena itu kita kenal ada individu yang intelegensi tinggi
yaitu individu yang dalam pengambilan keputusan dapat
bertindak tepat, cepat dan mudah. Sedangkan individu yang
memiliki intelegensi rendah dalam pengambilan keputusan
akan bertindak lambat.
b. Faktor Eksogen atau Faktor Dari Luar
Individu Faktor yang berasal dari luar individu antara lain: a.
Faktor Lingkungan Lingkungan disini menyangkut segala sesuatu
yang ada disekitar individu. Lingkungan sangat berpengaruh
terhadap individu karena lingkungan merupakan lahan untuk
perkembangan perilaku. Menurut Notoatmodjo (2012)14, perilaku
itu dibentuk melalui suatu proses dalam interkasi manusia dengan
lingkungan.
1) Usia Menurut
Usia adalah faktor terpenting juga dalam menentukan sikap
individu, sehingga dalam keadaan diatas responden akan
cenderung mempunyai perilaku yang positif dibandingkan
umur yang dibawahnya. Menurut Hurlock (2008)18 masa
dewasa dibagi menjadi 3 periode yaitu masa dewasa awal (18-
40 tahun), masa dewasa madya (41-60 tahun) dan masa
dewasa akhir (>61 tahun). Menurut Santrock (2003)19 dalam
Apritasari (2018), orang dewasa muda termasuk masa transisi,
baik secara fisik, transisi secara intelektual, serta transisi
peran sosial.Perkembangan sosial masa dewasa awal adalah
puncaak dari perkembangan sosial masa dewasa.
2) Pendidikan
Kegiatan pendidikan formal maupun informal berfokus pada
proses belajar dengan tujuan agar terjadi perubahan perilaku,
yaitu dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak mengerti
menjadi
mengerti dan tidak dapat menjadi dapat. Menurut
Notoatmodjo (2003)20, pendidikan mempengaruhi perilaku
manusia, beliau juga mengatakan bahwa apabila penerimaan
perilaku baru didasari oleh pengetahuan, kesadaran, sikap
positif maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng. Dengan
demikian semakin tinggi tingkat pengetahuan seseorang maka
semakin tepat dalam menentukan perilaku serta semakin cepat
pula untuk mencapai tujuan meningkatkan derajat kesehatan.
3) Pekerjaan
Bekerja adalah salah satu jalan yang dapat digunakan manusia
dalam menemukan makna hidupnya. Dalam berkarya manusia
menemukan sesuatu serta mendapatkan penghargaan dan
pencapaian pemenuhan diri menurut Azwar (2003).21
Sedangkan menurut Nursalam (2001)22 pekerjaan umumnya
merupakan kegiatan yang menyita waktu dan kadang
cenderung menyebabkan seseorang lupa akan kepentingan
kesehatan diri.
4) Agama
Agama sebagai suatu keyakinan hidup yang masuk dalam
konstruksi kepribadian seseorang sangat berpengaruh dalam
cara berpikir, bersikap, bereaksi dan berperilaku individu.
5) Sosial Ekonomi
Lingkungan yang berpengaruh terhadap perilaku seseorang
adalah lingkungan sosial, lingkungan sosial dapat menyangkut
sosial. Menurut Nasirotun (2013)23 status sosial ekonomi
adalah
posisi dan kedudukan seseorang di masyarakat berhubungan
dengan pendidikan, jumlah pendapatan dan kekayaan serta
fasilitas yang dimiliki. Menurut Sukirno (2006) 24 pendapatan
merupakan hasil yang diperoleh penduduk atas kerjanya
dalam satu periode tertentu, baik harian, mingguan, bulanan
atau tahunan. Pendapatan merupakan dasar dari kemiskinan.
Pendapatan setiap individu diperoleh dari hasil kerjanya.
Sehingga rendah tingginya pendapatan digunakan sebagai
pedoman kerja. Mereka yang memiliki pekerjaan dengan gaji
yang rendah cenderung tidak maksimal dalam berproduksi.
Sedangkan masyarakat yang memiliki gaji tinggi memiliki
motivasi khusus untuk bekerja dan produktivitas kerja mereka
lebih baik dan maksimal.
6) Kebudayaan
Kebudayaan diartikan sebagai kesenian, adat-istiadat atau
peradaban manusia, dimana hasil kebudayaan manusia akan
mempengaruhi perilaku manusia itu sendiri.
c. Faktor-Faktor Lain
Faktor ini dapat disebutkan antara lain sebagai berikut:
susunan saraf pusat, persepsi dan emosi. Green (1980)
berpendapat lain tentang faktor-faktor yang mempengaruhi
perilaku, antara lain:
1) Faktor lain mencakup pengetahuan dan sikap seseorang
terhadap kesehatan tradisi dan kepercayaan seseorang
terhadap hal-hal yang terkait dengan kesehatan, sistem nilai
yang dianut
seseorang tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi dan
sebagainya.
2) Faktor pemungkin (enabling factors) Faktor ini mencakup
ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas kesehatan bagi
masyarakat, termasuk juga fasilitas pelayanan kesehatan. Hal
ini sesuai dengan teori Azwar (1995)21, bahwa berbagai
bentuk media massa seperti: radio, televisi, majalah dan
penyuluhan mempunyai pengaruh besar dalam pembentukan
opini dan kepercayaan seseorang. Sehingga semakin banyak
menerima informasi dari berbagai sumber maka akan
meningkatkan pengetahuan seseorang sehingga berperilaku ke
arah yang baik.
3) Faktor penguat (reinforcing factors)
Faktor ini meliputi sikap dan perilaku tokoh masyarakat,
tokoh agama termasuk juga disini undang-undang, peraturan-
peraturan baik dari pusat atau pemerintah daerah yang terkait
dengan kesehatan menurut Novita (2011).25

H. Penelitian Yang Relevan


Hasil penelitian yang relevan yang dilakukan oleh Zisi Lioni
Argista (2021) tentang Persepsi Masyarakat Terhadap Vaksin Covid-19
di Sumatera Selatan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 440
responden terdapat 277 responden (63%) memiliki persepsi yang positif
terhadap vaksin Covid-19 dan 163 responden (37%) memiliki persepsi
yang negatif terhadap vaksin Covid-19. Variabel yang berhubungan
dengan persepsi masyarakat terhadap vaksin Covid-19 adalah variabel
pengetahuan (P = 0,000), kesediaan untuk divaksin (P = 0,000), status
pendidikan (P = 0,038) dan status pernikahan (P = 0,023). Adapun
variabel yang tidak berhubungan adalah umur (P = 0,099), Jenis Kelamin
(P = 0,411), pekerjaan (P = 0,593), riwayat penyakit tidak menular (P =
0,437), riwayat penyakit Covid-19 (P = 0,716), budaya (P = 0,731),
keamanan vaksin (P = 0,111) dan status ekonomi (P = 0,183). Kemudian
variabel yang dominan dalam mempengaruhi persepsi masyarakat
terhadap vaksin Covid-19 adalah variabel pengetahuan dengan (P value
0,005; PR = 1,592 ; 95 % CI = (0,971 – 2,610).26
Hasil penelitian yang relevan lainnya yang dilakukan oleh Riami
(2020), Faktor Predisposing Perilaku Pencegahan Covid-19 di
Kecamatan Kembayan, Kabupaten Sanggau, Tahun 2020. Hasil
penelitian menunjukkan tidak adanya hubungan pengetahuan dengan
perilaku pencegahan Covid-19 (P = 0.351), ada hubungan yang
signifikan antara sikap dengan perilaku pencegahan Covid-19 (P =
0,040), ada hubungan yang signifikan antara persepsi dengan perilaku
pencegahan Covid-19.27
Hasil penelitian yang relevan lainnya yang dilakukan oleh Marsa,
Muhammad Fregi (2021) tentang Faktor Yang Mempengaruhi
Pemahaman Vaksin COVID-19 Berdasarkan Pengetahuan, Sikap,
Penerimaan Pada Warga Kelurahan Pejuang Kota Bekasi Periode April
2021, menunjukkan bahwa diperoleh data responden sebagian besar
memiliki pengetahuan baik (52,94%) dan sebagian besar responden
bersikap positif (59,82%). Niat penerimaan vaksin responden sebagian
besar menjawab ya (75,70%) dan terdapat hubungan bermakna dengan
data karakteristik responden yaitu jenis kelamin (P value = 0,037),
riwayat pendidikan responden (P value = 0,029), responden dan keluarga
terkena infeksi COVID-19 (P value = 0,016), riwayat penyakit
degenerative (P value = 0,047), serta pengetahuan (P value = 0,015).
Kemudian yang mempengaruhi niat penerimaan vaksin responden yaitu
riwayat penyakit kronik degenerative responden (P value = 0,004),
pengetahuan responden (P value = 0,010) serta Sikap perilaku
(P = 0.033).28
I. Kerangka Teori
Lawrence Green mencoba menganalisis perilaku dari tingkat
kesehatan. Kesehatan seseorang dipengaruhi oleh 2 faktor pokok, yakni
faktor perilaku (behavior causes) dan faktor di luar perilaku (non-
behaviour causes). Selanjutnya perilaku itu ditentukan atau terbentuk
dari 3 faktor, dijabarkan dalam bagan di bawah ini :

Predisposing factors:
Pengetahuan, sikap, kelamin, usia,
pendidikan, pekerjaan, agama,
kepercayaan, keyakinan, ras, sifat
fisik, sifat kepribadian, bakat,
pembawaan
Non Perilaku

Enabling factors:
Ketersediaan, informasi,
Perilaku
kenyamanan, sarana pra sarana, Kesejahteraan
fasilitas Kesehatan

Reinforcing factors: Non Kesehatan


Sikap dan perilaku tokoh
masyarakat, tokoh agama, sikap
dan perilaku para petugas
kesehatan, pengawasan, kebijakan

Bagan 2.1
Kerangka Teori
L.W. Green dalam Notoatmodjo (2012)
BAB III
METODE PENELITIAN

J. Alir Penelitian

Identifikasi Masalah

Pengajuan Judul
Ke LPPM

Disetujui Tidak Disetujui

Penyusunan Proposal

Populasi Lansia

Stratified Random Sampling


Systematik Random Sampling

Sampel lansia di Desa Suka Bangun


yang memenuhi kriteria inklusi

Pengumpulan Data

Tabulasi Data

Penyajian Data
Hasil Penelitian

Bagan 3.1
Alir Penelitian
K. Kerangka Konsep Penelitian
Pendekatan penelitian ini adalah kuantitatif dengan menggunakan
rancangan Cross Sectional. Penelitian yang bertujuan untuk mengetahui
adanya pengaruh antara dua atau lebih variabel (Notoatmodjo, 2012).
Penelitian dengan desain Cross Sectional, peneliti hanya melakukan
observasi dan pengukuran variabel pada satu saat tertentu saja.

Variabel Bebas Variabel Terikat

Pengetahuan

Sikap

Kelamin
Ya
Usia
Keikutsertaan
Pendidikan Vaksin
Covid-19
Pekerjaan
Tidak

Agama, Kepercayaan,
Keyakinan

Ras

Sifat Fisik,
Sifat Kepribadian

Bakat, Pembawaan

Keterangan :

: Diteliti

: Tidak diteliti

Bagan 3.2
Kerangka Konsep
L. Hipotesis
1. Ada pengaruh pengetahuan terhadap keikutsertaan vaksinasi Covid-
19 lansia di Desa Suka Bangun wilayah kerja Puskesmas Sungai
Betung tahun 2022.
2. Ada pengaruh sikap terhadap keikutsertaan vaksinasi Covid-19
lansia di Desa Suka Bangun wilayah kerja Puskesmas Sungai Betung
tahun 2022.
3. Ada pengaruh jenis kelamin terhadap keikutsertaan vaksinasi Covid-
19 lansia di Desa Suka Bangun wilayah kerja Puskesmas Sungai
Betung tahun 2022.
4. Ada pengaruh usia terhadap keikutsertaan vaksinasi Covid-19 lansia
di Desa Suka Bangun wilayah kerja Puskesmas Sungai Betung tahun
2022.
5. Ada pengaruh pendidikan terhadap keikutsertaan vaksinasi Covid-19
lansia di Desa Suka Bangun wilayah kerja Puskesmas Sungai Betung
tahun 2022.
6. Ada pengaruh pekerjaan terhadap keikutsertaan vaksinasi Covid-19
lansia di Desa Suka Bangun wilayah kerja Puskesmas Sungai Betung
tahun 2022.

M. Definisi Operasional
Tabel 3.1
Definisi Operasional
N Definisi Cara Alat Skala
Variabel Hasil Ukur
o Operasional Ukur Ukur Ukur
Variabel Terikat
1 Keikutsertaan Jawaban Angket, Panduan/ 1. Ya Ordinal
Vaksin Covid- responden tentang Wawancar lembar Sudah
19 keikutsertaan/ a dan Angket, vaksin
kesediaan vaksin Observasi Wawancar minimal 1
Covid-19 bila ada a kali atau
program dan bila Observasi bersedia
tidak ada kontra mengikuti
indikasi, hasil vaksinasi
observasi peneliti bila ada
terhadap status program
vaksinasi dan bila
responden pada tidak ada
buku register kontra
vaksin Covid-19. indikasi
Score = 1
2. Tidak
Belum
sama sekali
vaksin dan
tidak
bersedia
divaksin
Score = 0
Guttman,
Scale
(Ridwan,
2007).
Variabel Bebas
2 Pengetahuan Jawaban responden Angket, Kuesioner 1. Baik, bila Ordinal
tentang pengertian, Wawancar Persentase
manfaat, penularan, a jawaban
screening, cara benar
kerja vaksin, ≥ 75%
tempat pelayanan, Score = 1
kelompok prioritas, 2. Kurang,
dan kecukupan bila
vaksinasi Covid- Persentase
19. jawaban
benar
< 75%
Score = 0
Guttman,
Scale
(Ridwan,
2007).
3 Sikap Jawaban Angket, Kuesioner 1. Positif, bila Ordinal
responden Wawancara pernyataan
mengenai mendukung
tanggapan tentang ≥ 75%
vaksinasi Score = 1
mencehag Covid- 2. Negatif,
19, partisipasi, bila
upaya pemerintah, pernyataan
mengajak vaksin, mendukung
merasa bersalah < 75%
bila tidak vaksin, Score = 0
risiko tertular dan Guttman,
menularkan, Scale
kelompok (Ridwan,
berisiko, protokol 2007).
kesehatan setelah
vaksin, perbedaan
antara lansia
divaksin dengan
yang tidak, dan
informasi yang
keliru.
4 Kelamin Jawaban Angket Kuesioner 1. Laki-laki Nominal
responden tentang Score = 1
status gender 2. Perempuan
berdasarkan organ Score = 0
reproduksi yang Guttman,
dimiliki. Scale
(Ridwan,
2007).
5 Usia Jawaban Angket Kuesioner 1. Usia Lanjut Ordinal
responden tentang (60-69th)
lama hidup yang Score = 1
dihitung semenjak 2. Usia lanjut
tanggal kelahiran Berisiko
sampai ulang (≥ 70 tahun)
tahun terakir. Kemenkes
RI (2015)
Score = 0
Guttman,
Scale (Ridwan,
2007).
6 Pendidikan Jawaban Angket Kuesioner 1. Menengah Ordin
responden tentang ke atas al
ijazah pendidikan Score = 1
formal tertinggi 2. Dasar ke
yang dimiliki. bawah
Score = 0
Guttman,
Scale
(Ridwan,
2007).
7 Pekerjaan Jawaban Angket Kuesioner 1. Bekerja
responden tentang Score = 1
kegiatan yang 2. Tidak
dilakukan untuk Bekerja
menghasilkan Score = 0
uang. Guttman,
Scale
(Ridwan,
2007).

N. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif
kuantitatif dengan desain Cross Sectional, karena pengumpulan data
antara variabel dependen yaitu keikutsertaan vaksin Covid-19 dan
variabel independen yaitu pengetahuan, sikap, kelamin, umur,
pendidikan, dan pekerjaan melakukan desain penghimpunan data
dilaksanakan pada satu waktu secara bersamaan.

O. Tempat, Waktu dan Lokasi Penelitian


Penelitian ini dilakukan pada lansia di Desa Suka Bangun wilayah
kerja Puskesmas Sungai Betung, Kecamatan Sungai Betung, Kabupaten
Bengkayang, tahun 2022, dilakukan antara bulan Januari sampai dengan
Mei 2021.

P. Instrumen Penelitian
Instrumen pada penelitian ini menggunakan kuesioner, dan
panduan observasi.

Q. Populasi dan Sampel Penelitian


1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh sasaran lansia di Desa
Sukan Bangun wilayah kerja Puskesmas Sungai Betung tahun 2022
yang berjumlah 134 orang.
2. Sampel
Besar sampel dalam penelitian ini diperoleh dengan menggunakan
rumus :
n
4 PQ n 1=
Rumus : n= n
L
2
1+
N

Keterangan :
n = Jumlah sampel awal
L = Derajat ketepatan yang dipergunakan lazimnya 5%
p = Sifat suatu keadaan dalam persen, jika tidak diketahui
dianggap 50%
Q = 100% - p
n1 = Jumlah sampel sebenarnya
N = Jumlah populasi
Maka sampel yang diperoleh dapat dihitung sebagai berikut :

4 ( 50 % )( 100 %−50 % ) 4 ( 0,5 )( 1−0,5 )


n= 2 = =
(5 %) ( 0,05 )2
4 ( 0,5 )( 0,5 )
0,0025
1
= = 400
0,0025

400
n 1= 400
400 = = 100,50 = 101 responden
1+ 1+ 2,98
134

R. Tehnik Pengambilan Sampel


Sampling adalah proses menyeleksi porsi dari populasi untuk dapat
mewakili populasi (Nursalam, 2008). Dalam penelitian ini pemilihan
sampel unit kerja dengan cara statified random sampling yaitu teknik
pengambilan sampel ini melakukan penentuan sampel penelitian dengan
menetapkan pengelompokan anggota populasi dalam kelompok-
kelompok tingkatan tertentu dan systematik random sampling yaitu cara
pengambilan sample di mana sample pertama akan ditentukan secara
acak, setelahnya sample yang diambil belakangan akan didasarkan pada
satu interval tertentu.
1. Tehnik Pengambilan
a. Stratified Random Sampling

Tabel 3.2
Tehnik Pengambilan Sampel
Dusun RT
Interval
Nama Populasi Sampel Populasi Sampel Sampel
RT (k)
Dusun Dusun Dusun RT RT
21 x 36
= 15,7 =
RT 1 = 21 48 21/16 = 1,3
48 x 101 16
= 17 x 36
Dusun A = 48 134 = 12,7 = 36
RT 2 = 17 48 17/13 = 1,3
36,1 = 36 13
10 x 36
RT 3 = 10 = 7,5 = 7 10/7 = 1,4
48
19 x 35
= 14,5 =
RT 1 = 19 46 19/15 = 1,2
46 x 101 15
= 16 x 35
Dusun B = 46 134 = 12,1 = 35
RT 2 = 16 46 16/12 = 1,3
34,6 = 35 12
11 x 35
RT 3 = 11 = 8,36 = 8 11/8 = 1,3
46
18 x 30
= 13,5 =
40 x 101 RT 1 = 18 40 11/8 = 1,3
=
Dusun C = 40 134 13
30
22 x 30
= 16,5 =
30,1 = 30 RT 2 = 22 40 11/8 = 1,2
17
134 101 8 RT 134 101 101

b. Systematik Random Sampling


N
Rumus = k =
n
Keterangan :
k = Interval
N = Populasi
n = Sampel
2. Kriteria Inklusi dan Eksklusi
a. Kriteria Inklusi
Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subjek penelitian dari
suatu populasi target yang terjangkau yang akan diteliti
(Nursalam, 2008).
1) Lansia dengan usia ≥ 60 tahun
2) Lansia sebagai penduduk tetap di wilayah kerja Puskesmas
Sungai Betung
b. Kriteria Eksklusi
Kriteria eksklusi adalah menghilangkan/ mengeluarkan subjek
yang memenuhi kriteria inklusi dari studi (Nursalam, 2008).
1) Tidak bersedia menjadi responden
2) Tidak lolos screening Covid-19
3) Sedang sakit, sedang menjalani masa karantina atau isolasi
4) Lansia dengan gangguan psikis/mental, tidak kooperatif
5) Sedang tidak berada di wilayah administratif Desa Suka
Bangun saat dilakukan pengumpulan data

S. Tehnik Pengumpulan Data


1. Instrumen Pengumpulan Data
Pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini sebagai
berikut :
a. Kuesioner
Kuesioner adalah suatu pedoman yang digunakan oleh peneliti
untuk mengumpulkan data, dimana peneliti mendapatkan
keterangan dari salah satu responden. Kuesioner yaitu daftar
pertanyaan-pertanyaan tertulis yang akan ditanyakan kepada
responden. Kuesioner dibuat berdasarkan pola penelitian yang
telah ditentukan oleh peneliti berdasarkan penelitian sebelumnya
dan ditambah dengan literatur yang lain.
b. Wawancara
Wawancara adalah kegiatan tanya-jawab secara lisan untuk
memperoleh informasi. Metode wawancara tatap muka ini
dipilih bila responden tidak dimungkinkan untuk mengisi
kuesioner.
c. Panduan/ lembar observasi
Panduan/ lembar observasi (chek list) yaitu pengumpulan data
dengan menggunakan lembaran observasi (chek list) item yang
akan diamati. Agar observasi terarah dan dapat memperoleh
data yang benar-benar diperlukan, maka sebaiknya di dalam
melakukan observasi juga mempergunakan daftar pertanyaan
yang disiapkan terlebih dahulu (Notoatmodjo, 2010).
d. Dokumentasi
Merupakan kegiatan pengambilan data yang akan
didokumentasikan peneliti sesuai dengan kebutuhan penelitian.
e. Komputer
Untuk memudahkan pengumpulan data dan analisis secara
deskriptif kuantitatif.
2. Prosedur Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini proses pengumpulan data dilakukan
dengan cara membagikan angket atau wawancara kepada setiap
responden dan setiap responden akan dilakukan observasi oleh
peneliti. Adapun langkah-langlah pengumpulan data sebagai berikut:

Permohonan ijin penelitian dari Pengumpulan data


direktur Akper Bethesda (menjelaskan maksud,
Serukam ke kepala Puskesmas tujuan, manfaat dan proses
Sungai Betung pengisian kuesioner)

Responden mengisi Menandatangani informed


kuesioner consent

Data dikumpulkan Analisis Penyajiam


untuk dianalisa data data

Bagan 3.3
Proses Pengumpulan Data

T. Uji Coba Kuesioner


Sebelum kuesioner diberikan kepada responden yang diteliti,
terlebih dahulu kuesioner diujucobakan kepada 15 orang responden yang
bukan termasuk dalam populasi atau sampel, tetapi yang memiliki
karakteristik sama dengan populasi atau sampel yang akan diteliti,
dengan tujuan untuk mengetahui validitas dan reliabilitas setiap
pertanyaan yang ada dalam kuesioner.
1. Validitas
Validitas berasal dari kata validity yang mempunyai arti sejauh mana
ketepatan suatu alat ukur dalam mengukur suatu data, keputusan uji
sebagai berikut :
a. Bila r hitung lebih besar dari r tabel berarti Ho ditolak atau
variabel yang diujicobakan valid.
b. Bila r hitung lebih kecil dari r tabel berarti Ho gagal ditolak atau
variabel yang diujicobakan tidak valid.
2. Reliabilitas
Reliabilitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan sejauh
mana hasil pengukuran tetap konsisten bila dilakukan pengukuran
dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama dan dengan alat ukur
yang sama. Untuk mengetahui reliabilitas dengan cara
membandingkan nilai r dengan hasil r tabel. Dalam uji ini, nilai r
adalah nilai “alpha” (terletak diakhir output). Uji reliabilitas
memiliki ketentuan bila r alpha > r tabel, maka pertanyaan
kuesioner tersebut reliable (Hastono, 2007).
Uji coba kuesioner dilakukan kepada 15 lansia di wilayah kerja
Puskesmas Sungai Betung, Desa Suka Maju, Kecamatan Sungai
Betung yang memiliki karakteristik sama.

U. Pengolahan dan Analisa Data


Data yang telah dikumpulkan kemudian diolah secara manual dan
dengan menggunakan program Statistical Product and Service Solutions
(SPSS). Langkah pengolahan data sebagai berikut :
1. Editing
Melakukan pemeriksaan terhadap data yang dikumpulkan,
memeriksa kelengkapan dan kesalahan dalam pengisisan, serta
melengkapi yang belum lengkap.

2. Coding
Setelah dilakukan editing, selanjutnya data diberi kode numerik
tertentu pada tiap-tiap data untuk mempermudah pelaksanaan
pengelolahan data. Pemberian kode numerik pada setiap hasil ukur
adalah sebagai berikut :
1) Keikutsertaan/kesediaan mengikuti vaksin Covid-19
Sudah vaksin minimal 1x, atau bersedia mengikuti vaksin bila
ada progran dan bila tidak ada kontra indikasi =1
Belum vaksin dan tidak bersedia divaksin =0
2) Pengetahuan
Jawaban benar =1
Jawaban salah =0
3) Sikap
Positif =1
Negatif =0
4) Kelamin
Laki-laki =1
Perempuan =0
5) Usia
Usial lanjut (60-69 tahun) =1
Usia lanjut berisiko (≥ 70 tahun) =0
6) Pendidikan
Dasar ke bawah =1
Menengah ke atas =0
3. Entry
Memasukkan data ke dalam database komputer dengan bantuan
aplikasi Statistical Product and Service Solutions (SPSS) sesuai
dengan variabel yang diteliti untuk mempermudah proses analisis
hasil penelitian, kemudian data yang telah terkumpul dari hasil
pengisian kuesioner data dimasukkan (di-entry) kedalam komputer
berdasarkan entry data yang telah dibuat sebelumnya.

4. Tabulating
Merupakan langkah memasukan data hasil penelitian kedalam tabel
sesuai kriteria.
5. Cleaning
Setelah dilakukan entry data, maka langkah selanjutnya adalah
cleaning data. Hal ini dimaksudkan karena pada saat entry data
peneliti mungkin melakukan kesalahan dalam pengentrian data yang
disebabkan faktor kelelahan atau kesalahan melihat dan membaca
data koding sehingga perlu dilakukan cleaning data atau perbaikan
sebelum dilakukan analisis data.
6. Analysis
Menganalisisdata yang telah ditabulasi secara bertahap dalam
menganalisis data. Analisis univariat mencakup distribusi
frekuensiresponden, analisis bivariat menghubungkan variabel bebas
dengan variabel terikat.

V. Analisis Data
Analisis data yang dilakukan dengan menggunakan Statistical
Product and Service Solutions (SPSS). Adapun model analisis data yang
dilakukan adalah sebagai berikut :
1. Analisis Univariat
Analisis univariat (deskriptif) ini untuk menjelaskan/
mendeskripsikan karakteristik masing-masing variabel yang diteliti,
sehubungan dengan keikutsertaan/kesediaan vaksin Covid-19 bila
ada program dan bila tidak ada kontra indikasi, dan melalui distribusi
frekuensi. Variabel yang diteliti tersebut adalah pengetahuan, sikap,
kelamin, usia, pendidikan, dan pekerjaan. Analisis univariat dengan
mendeskripsikan variabel dengan cara membuat tabel distribusi
frekuensi dan persentase, memakai rumus :

x
F= X 100 %
N

Keterangan :

F = Frekuensi
x = Jumlah yang didapat
N = Jumlah sampel
Setelah dihitung nilai setiap item pada tabel frekuensi dan persentase
jawaban responden, kemudian menentukan kategori menurut
pedoman interpretasi sebagai berikut:
0% = Tidak seorangpun dari responden
1% - 25% = Sangat sedikit dari responden
26% - 49% = Sebagian kecil / hampir setengah dari responden
50% = Setengah dari responden
51% - 75% = Sebagian besar dari responden
76% - 99% = Hampir seluruh dari responden
100% = Seluruh responden (Arikunto, 2011).

2. Analisis Bivariat
Analisis bivariat adalah analisis yang dilakukan untuk
mengetahui kemaknaan dan besarnya hubungan dari masing-masing
variabel bebas terhadap variabel terikat dengan menggunakan uji
statistik Chi Square adapun rumus Chi Square ( x 2 ¿ sebagai berikut :

Keterangan :
X2 = Chi Square
Oi (Observed) = Nilai observasi

Ei (Exspected) = Nilai ekspektasi (harapan)


k = Jumlah kolom
b = Jumlah baris
Apabila p value ≤ α (0,05), artinya ada hubungan yang bermaksa,
apabila p value > α (0,05), artinya tidak ada hubungan yang
bermakna antar variabel.
Dalam bidang kesehatan untuk mengetahui derajad hubungan
dikenal ukuran Odds Ratio (OR). Odds Ratio (OR) membandingklan
Odds pada kelompok terekspose dengan kelompok tidak terekspose.
Ukuran Odds Ratio (OR) biasanya digunakan untuk desain Case
Control dan potong lintang (Cross Sectional). Rumus Odds Ratio
(OR) sebagai berikut :

ad
¿=
bc

Interpretasi dari Odds Ratio (OR) adalah sebagai berikut :


OR = 1, artinya tidak ada fell atau asosiasi atau tidak ada hubungan
OR < 1, artinya menurunkan risk (sebagai proteksi atau pelindung)
OR > 1, artinya meningkatkan risk (sebagai faktor risiko)

W. Etika Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti mendapatkan rekomendasi dari
institusi tempat penelitian. Penelitian menggunakan etika sebagai berikut
(Loiselle et al., (2004) dalam Palestin (2007) :
1. Menghormati harkat dan martabat manusia (respect for human
dignity)
Peneliti mempertimbangkan hak-hak subyek untuk mendapatkan
informasi yang terbuka berkaitan dengan jalannya penelitian serta
memiliki kebebasan menentukan pilihan dan bebas dari paksaan
untuk berpartisipasi dalam kegiatan penelitian (autonomy). Beberapa
tindakan yang terkait dengan prinsip menghormati harkat dan
martabat manusia, adalah: peneliti mempersiapkan formulir
persetujuan subyek (informed consent).
2. Menghormati privasi dan kerahasiaan subyek penelitian (respect for
privacy and confidentiality)
Pada dasarnya penelitian akan memberikan akibat terbukanya
informasi individu termasuk informasi yang bersifat pribadi,
sehingga peneliti memperhatikan hak-hak dasar individu tersebut.
3. Keadilan dan inklusivitas (respect for justice and inclusiveness)
Penelitian dilakukan secara jujur, hati-hati, profesional,
berperikemanusiaan, dan memperhatikan faktor-faktor ketepatan,
keseksamaan, kecermatan, intimitas, psikologis serta perasaan
religius subyek penelitian. Menekankan kebijakan penelitian,
membagikan keuntungan dan beban secara merata atau menurut
kebutuhan, kemampuan, kontribusi dan pilihan bebas masyarakat.
Peneliti mempertimbangkan aspek keadilan gender dan hak subyek
untuk mendapatkan perlakuan yang sama baik sebelum, selama,
maupun sesudah berpartisipasi dalam penelitian.
4. Memperhitungkan manfaat dan kerugian yang ditimbulkan
(balancing harms and benefits)
Peneliti melaksanakan penelitian sesuai dengan prosedur penelitian
guna mendapatkan hasil yang bermanfaat semaksimal mungkin bagi
subyek penelitian dan dapat digeneralisasikan di tingkat populasi
(beneficence). Peneliti meminimalisasi dampak yang merugikan bagi
subyek (nonmaleficence).
BAB IV
LUARAN DAN TARGET CAPAIAN

Tabel 4.1
Luaran dan Target Capaian

No Luaran Capaian
1. Publikasi dalam Jurnal Nasional Ber-ISSN 2022
Terakreditasi dan terindek SINTA 4-
5
BAB V
BIAYA DAN JADWAL PENELITIAN

A. Biaya
Tabel 5.1
Biaya Yang Dikeluarkan
No JenisPengeluaran Biaya yang Persentase
diusulkan (Rp) (%)
1 Honor peneliti Rp. 1.200.000 24%
2 Bahan penunjang dan habis pakai Rp. 1.200.000 24%
3 Perjalanan Rp. 1.510.000 30,20%
4 Lain-lain; Publikasi dan seminar Rp. 1.090.000 21,80%
Jumlah Rp. 5.000.000 100%

B. Jadwal Penelitian
Tabel 5.2
Jadwal Kegiatan Penelitian
No Nama Kegiatan Bulan/Tahun
11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1. Persiapan Penelitian
Pengajuan Judul Penelitian
Studi Pendahuluan
Pembuatan Proposal
Penelitian
Proses Penilaian oleh
Reviewer
Pengumpulan/Submit
Proposal Penelitian ke LPPM
Seminar Proposal Penelitian
Revisi Proposal Penelitian
Ethical Clereance
Pengumpulan Proposal ke
LPPM
Penandatanagan Kontrak
Penelitian
PengurusanSuratIjinPenelitian
Pengurusan Surat Tugas
2. Pelaksanaan Penelitian
Pengambilan Data
Analisis dan Pembahasan
Review Hasil
3. Pelaporan Penelitian
Penyusunan Laporan
Seminar Hasil
Pengunggahan Laporan
4 Publikasi Penelitian
Penerbitan Artikel
Penerbitan Buku ber ISBN
DAFTAR PUSTAKA

1. Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Kementerian


Kesehatan RI (Ditjen P2P Kemenkes RI), 2020.

2. World Health Organization, 2020. Situasi Terkini Perkembangan Coronavirus


Disease (COVID-19) 11 Maret 2020. Diakses 16 Desember 2021.
https://infeksiemerging.kemkes.go.id/situasi-infeksi-emerging/situasi-terkini-
perkembangan-coronavirus-disease-covid-19-11-maret-2020.

3. Kemkes.go.id. Situasi Terkini Perkembangan Coronavirus Disease (COVID-


19) 5 November 2021. Diakses 16 Desember 2021.
https://covid19.kemkes.go.id/situasi-infeksi-emerging/situasi-terkini-
perkembangan-coronavirus-disease-covid-19-5-november-2021.

4. Ihsanuddin, 2020. BREAKING NEWS: Jokowi Umumkan Dua Orang di


Indonesia Positif Corona. Diakses 16 Desember 2021.
https://nasional.kompas.com/read/2020/03/02/11265921/breaking-news-
jokowi-umumkan-dua-orang-di-indonesia-positif-corona?page=all.

5. Dinkes Kalbar, 2020. Covid-19 di Kalimantan Barat sebagai Kejadian Luar


Biasa (KLB). Diakses 16 Desember 2021. https://dinkes.kalbarprov.go.id.

6. Li Q, et al. Early transmission dynamics in wuhan, china, of novel


coronavirus–infected pneumonia. N. Engl. J. Med. DOI:
10.1056/NEJMoa2001316. Diakses 16 Desember 2021.
https://www.nejm.org/doi/full/10.1056/nejmoa2001316.

7. CDC 2020, Coronavirus Disease 2019 (COVID-19): Information for Health


Departments on Reporting A Person Under Investigation (PUI), or
Presumptive Positive and Laboratory-Confirmed Cases Of COVID-19, US
Department of Health and Human Services. Diakses 16 Desember 2021.
https://www.cdc. gov/coronavirus/2019-ncov/php/reporting-pui.html.

8. Doremalen N, et al. (2020). Aerosol and Surface Stability of SARS-CoV-2 as


Compared with SARS-CoV-1. N Engl J Med. 2020 Apr 16;382(16):1564-
1567. doi: 10.1056/NEJMc2004973. Diakses 16 Desember 2021.
https://www.medrxiv.org/content/10.1101/2020.03.09.20033217v2?
__cf_chl_managed_tk__=sEF2XnDmqZb.Kf6RsBh8IzU8gsC06IXYeqSlBrPTs
X8-1641199893-0-gaNycGzNCK.

9. Du Z et. al, 2020. Risk for Transportation of Coronavirus Disease from


Wuhan to Other Cities in China. Diakses pada tanggal 16 Desember 2021.
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC7181905/.
10. Amalia, A., 2013. Kesepian dan isolasi yang dialami lanjut usia ;ditinjau dari
persfektif sosiologis. Jakarta: Jurnal Informasi Pusat Penelitian dan
Pengembangan Kesejahteraan Sosial Kementerian Sosial RI Vol. 18, No. 02.

11. Effendi, F & Makhfudli. 2009. Keperawatan Kesehatan Komunitas: Teori dan
Praktek Dalam Keperawatan. Jakarta: Salemba medika.

12. Nugroho, 2012. Keperawatan gerontik & geriatrik, edisi 3. Jakarta : EGC

13. Peraturan Presiden Nomor 82 Tahun 2020 Tentang Komite Penanganan


COVID-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional.

14. Notoatmodjo, S., 2012. Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

15. Linggasari, 2008. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku. FKMUI.

16. Winardi, J. 2004. Motivasi dan Pemotivasian dalam Manajemen. Jakarta: Raja
Grafindo perkasa.

17. Sunaryo. 2004. Psikologi Untuk Pendidikan. Jakarta: EGC.

18. Hurlock, 2008. Psikologi Perkembangan. Jakarta : Erlangga Press

19. Santrock, J.W. 2003. Adolescent- Perkembangan Remaja. Jakarta: Erlangga

20. Notoatmodjo, Soekidjo, 2003. Pengembangan Sumber Daya Manusia,


Jakarta: PT. Rineka Cipta.

21. Azwar, Saifuddin. 2003. Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

22. Nursalam, 2001. Manajemen Keperawatan. Aplikasi dalam praktik


keperawatan Professional, edisi 1, Jakarta : Salemba Medika.

23. Nasirotun, S., 2013. Pengaruh Kondisi Sosial Ekonomi Dan Pendidikan
Orang Tua Terhadap Motivasi Melanjutkan Pendidikan Ke Perguruan Tinggi
Pada Siswa. Jurnal Pendidikan Ekonomi IKIP Veteran Semarang, 1(2), pp.15-
24.

24. Sadono, Sukirno. 2006. Ekonomi Pembangunan: Proses, Masalah, dan Dasar
Kebijakan. Jakarta: Prenada Media Group.Green, Lawrence, 1980. Health
Education: A Diagnosis Approach, The John Hopkins University, Mayfield
Publishing Co.Azwar (1995).

25. Novita, Regina. 2011. Keperawatan Maternitas. Jakarta: Ghalia Indonesia.

26. ARGISTA, ZISI LIONI and Sitorus, Rico Januar, 2021. PERSEPSI
MASYARAKAT TERHADAP VAKSIN COVID-19 DI SUMATERA SELATAN.
Undergraduate thesis, Sriwijaya University.
https://repository.unsri.ac.id/51508/1/RAMA_13201_10011181722093.pdf.

27. Riami, Rima, 2021. Faktor Predisposing Perilaku Pencegahan Penularan


Covid-19 pada Masyarakat di Kecamatan Kembayan Kabupaten Sanggau.
Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Pontianak. Diakses 16 Desember 2021.
https://pdfcoffee.com/faktor-predisposing-perilaku-pencegahan-covid-19-di-
kecamatan-kembayan-file-pdf-free.html.

28. Marsa, Muhammad Fregi, 2021. Faktor Yang Mempengaruhi Pemahaman


Vaksin COVID-19 Berdasarkan Pengetahuan, Sikap, Penerimaan Pada Warga
Kelurahan Pejuang Kota Bekasi Periode April 2021. Diakses 16 Desember
2021.
https://perpus.poltekkesjkt2.ac.id/respoy/index.php?
p=show_detail&id=5911&keywords.
Lampiran 5
Lembar Permohonan Menjadi Responden

PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Kepada Yth. Bapak/Ibu Lansia


di
Tempat.

Dengan hormat,
Saya yang bertanda tangan di bawah ini adalah Dosen Akademi Keperawatan
Bethesda Serukam :

Nama : Juliming Kenedy, M.Kes.


NIDN : 1122077401

akan mengadakan penelitian dengan judul: “Pengaruh Faktor Predisposing


Terhadap Keikutsertaan Vaksinasi Covid-19 Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas
Sungai Betung Tahun 2022”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
mengetahui pengaruh faktor predisposing terhadap keikutsertaan vaksinasi Covid-
19 lansia di Desa Suka Bangun wilayah kerja Puskesmas Sungai Betung tahun
2022.

Penelitian ini tidak akan menimbulkan akibat yang merugikan bagi siapapun.
Kerahasiaan seluruh informasi yang didapatkan akan dijaga dan hanya digunakan
untuk kepentingan penelitian. Tidak ada paksaan dalam keikutsertaan menjadi
responden penelitian. Untuk itu saya mohon kesediaan Bapak/Ibu sebagai
responden dalam penelitian ini, jika Bapak/Ibu bersedia menjadi responden saya
mohon Bapak/Ibu menandatangani lembar persetujuan dan menjawab pertanyaan
pada lembar yang telah disediakan. Atas perhatian dan partisipasi Bapak/Ibu, saya
ucapkan terima kasih.

Peneliti,

(Juliming Kenedy, M.Kes.)


Lampiran 6
Lembar Persetujuan Menjadi Responden

PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN


(INFORMED CONSENT)

Setelah mendapat penjelasan dan saya memehami bahwa penelitian yang


berjudul: “Pengaruh Faktor Predisposing Terhadap Keikutsertaan Vaksinasi
Covid-19 Lansia di Desa Suka Bangun Wilayah Kerja Puskesmas Sungai Betung
Tahun 2022” ini tidak merugikan saya dan telah dijelaskan secara jelas tentang
tujuan penelitian, manfaat penelitian, cara pengisian kuesioner dan kerahasiaan
data. Oleh karena itu, saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama :
Usia :
Alamat :

Menyatakan bersedia secara sukarela dan tidak ada unsur paksaan dari siapapun,
saya bersedia berperan serta dalam penelitian yang akan dilakukan oleh Dosen
Akademi Keperawatan Bethesda Serukam Tahun 2022. Demikian lembar
persetujuan ini saya isi dengan sebenar-benarnya agar dapat digunakan
sebagaimana mestinya.

Sungai Betung,
Mengetahui Responden,
Peneliti,

(Juliming Kenedy, M.Kes.) (.................................)


CHECKLIST SKRINING COVID - 19

Nama Lansia : ....................................


Umur : ....................................
Jenis Kelamin : ....................................
Tanggal Pemeriksaan : ....................................
Jam Pemeriksaan : ....................................

No Pertanyaan Jawaban
Apakah ada gejala demam/riwayat demam dan batuk dalam 10
1 Ya Tidak
hari ini?
Apakah mengalami gejala di bawah dalam 10 hari ini? (minimal 3;
mohon di contreng gejala yang dirasakan):
☐ demam/riwayat demam ☐lelah/lemas ☐sakit kepala
2
☐sakit otot ☐ pilek/hidung tersumbat ☐sakit tenggorokan
☐batuk ☐sesak nafas ☐ mual/muntah/makan berkurang
☐gangguan kesadaran ☐diare
Apakah ada bertemu dengan pasien/kelompok orang yang
3
mengalami sakit Covid-19?
Apakah ada gejala tidak bisa merasakan makanan atau mencium
4
bau makanan dalam 10 hari ini?

Notes:
1. Seluruh wilayah Indonesia mulai Juni dan Juli 2021 dalam situs Kemenkes
dinyatakan termasuk transmisi komunitas
(https://infeksiemerging.kemkes.go.id/).
2. Jika pasien jawab Ya untuk minimal salah satu pertanyaan 1 – 4 , hubungi
satgas Covid-19 Puskesmas Sungai Betung segera untuk evaluasi kriteria
sesuai pedoman WHO dan Kemenkes.

Saya menyatakan bahwa saya memberikan informasi dan keluhan masalah


kesehatan dengan jujur, lengkap dan sebenar-benarnya, tidak ada yang kami
tutup-tutupi atau kami sembunyikan, TERUTAMA HAL – HAL YANG
TERKAIT DENGAN COVID - 19.

Peneliti, Yang menyatakan,

(..........................) (..........................)

KUESIONER
(ANGKET DAN WAWANCARA)

PENGARUH FAKTOR PREDISPOSING TERHADAP


KEIKUTSERTAAN VAKSINASI COVID-19 LANSIA
DI DESA SUKA BANGUN WILAYAH KERJA
PUSKESMAS SUNGAI BETUNG
TAHUN 2022

No. Responden :
Hari/ Tanggal :

IDENTITAS RESPONDEN
Nama :
Kelamin :
Umur :
Pendidikan :
Pekerjaan :

PERTANYAAN/ PERNYATAAN :
A. Pertanyaan Pengetahuan
1. Vaksinasi adalah:
a. Pemberian vaksin (antigen dari kuman yang telah dilemahkan) yang
dapat merangsang pembentukan kekebalan (antibodi) tubuh
b. Pemberian vaksin (obat/vitamin) yang dapat merangsang
pembentukan kekebalan (antibodi) tubuh
c. Pemberian vaksin (chip) yang dapat merangsang pembentukan
kekebalan (antibodi) tubuh
2. Manfaat bapak/ibu mengikuti vaksinasi Covid-19:
a. Merangsang sistem kekebalan tubuh dan mengurangi risiko tertular
b. Mengobati dan menyembuhkan penyakit Covid-19
c. Mudah mendapat bantuan pemerintah
3. Bila anda sudah divaksin, pilih pernyataan yang benar di bawah ini:
a. Pasti tidak tertular Covid-19
b. Masih mungkin tertular dengan risiko angka kesakitan dan kematian
yang rendah
c. Antara di vaksin dan tidak divaksin sama saja
4. Sebelum dilakuan vaksinasi Covid-19, petugas kesehatan melakukan
pemeriksaan kesehatan anda (screening), dan memastikan anda layak
dan aman dilakukan vaksinasi Covid-19:
a. Ya
b. Tidak
c. Tidak tahu
5. Penyakit Covid-19 sangat menular dan mematikan:
a. Ya
b. Tidak
c. Tidak tahu
6. Bagaimana cara kerja vaksin Covid-19 di dalam tubuh:
a. Meningkatkan daya kekebalan tubuh terhadap virus Covid-19
b. Membunuh kuman penyakit virus Covid-19
c. Tidak tahu
7. Apakah yang disuntikkan saat vaksin Covid-19:
a. Kuman yang dilemahkan
b. Obat/Vitamin
c. Tidak tahu
8. Dimana anda bisa mendapatkan vaksin Covid-19:
a. Fasilitas Pelayanan Kesehatan/ RS/ Puskesmas
b. Di rumah
c. Tidak tahu
9. Siapa yang menjadi prioritas dalam mendapatkan vaksinasi Covid- 19:
a. Remaja
b. Dewasa
c. Lansia
10. Saat ini pemerintah sudah menyediakan cukup vaksin untuk lansia:
a. Ya
b. Tidak cukup
c. Tidak tahu

B. Pernyataan Sikap
N Jawaban
Pernyataan
o Setuju Tidak
1 Dengan mengikuti vaksinasi Covid-19 akan mencegah saya
terkena penyakit Covid-19
2 Bila ada program vaksinasi saya siap berpartisipasi
3 Upaya pemerintah dalam melakukan vaksinasi Covid-19
sebagai upaya menangani pandemi Covid-19 adalah upaya
yang tepat
4 Saya akan mengajak saudara/ keluarga/ kenalan untuk
melakukan vaksinasi Covid-19
5 Saya merasa bersalah bila saya tidak mengikuti program
vaksinasinasi Covid-19
6 Apabila saya tidak divaksinasi Covid-19, saya berisiko tertular
Covid-19 dan berisiko menularkan ke orang lain
7 Lansia termasuk kelompok yang berisiko tertular Covid-19
dan seharusnya divaksin
8 Setelah divaksin, protokol kesehatan lainnya seperti
menggunakan masker, menjaga jarak dan mencuci tangan
tetap dilaksanakan
9 Antara lansia yang divaksin dengan yang tidak divaksin sama
saja
10 Banyak informasi yang keliru dan menyesatkan tentang
pentingnya vaksin Covid-19
WAWANCARA DAN OBSERVASI
PENGARUH FAKTOR PREDISPOSING TERHADAP
KEIKUTSERTAAN VAKSINASI COVID-19 LANSIA
DI DESA SUKA BANGUN WILAYAH KERJA
PUSKESMAS SUNGAI BETUNG
TAHUN 2022

No. Responden :
Hari/ Tanggal :

IDENTITAS RESPONDEN
Nama :
Kelamin :
Umur :
Pendidikan :
Pekerjaan :

WAWANCARA :
1. Apakah anda sudah di vaksin Covid-19:
a. Sudah
b. Belum
Catatan:
Bila sudah lanjutkan observasi status vaksinasi Covid-19 pada register
Bila belum, lanjutkan ke pertanyaan ke-2
2. Bila ada program vaksinasi Covid-19 dan bila tidak ada kontra indikasi
menurut tenaga kesehatan, apakah anda sebenarnya mau/berniat di vaksin:
a. Ya
b. Tidak
Alasan apabila Anda tidak akan/ tidak bersedia mengikuti/ memperoleh
vaksin Covid-19 :
No. Pertanyaan Ya Tidak
1 Pernah terinfeksi Covid-19
2 Memiliki penyakit komorbid
3 Kurang sehat (bukan komorbid)
4 Sudah berusia/ sudah tua
5 Jauh/ sulit menjangkau fasilitas pelayanan kesehatan
6 Penyakit Covid-19 tidak terlalu serius, sehingga saya
merasa tidak perlu divaksinansi
7 Takut disuntik/ takut jarum
8 Tidak yakin akan kehalalan vaksin Covid-19
9 Khawatir/ tidak yakin akan efek samping vaksin Covid-19
1 Isu didalam vaksin tertanam chip
0
OBSERVASI STATUS VAKSINASI COVID-19 :
(Beri tanda centang √ pada kotak sesuai status vaksi responden)
1. Vaksin Dosis 1 (Pertama)
Sudah :
Belum :
2. Vaksin Dosis 2 (Kedua)
Sudah :
Belum :
3. Vaksin Dosis 3 (Ketiga) Booster
Sudah :
Belum :
*) Bila sudah mengikuti vaksin minimal 1 kali atau
bersedia mengikuti vaksinasi bila ada program dan
= Score 1
bila tidak ada kontra indikasi

Bila belum sama sekali vaksin dan tidak bersedia


= Score 0
divaksin

Anda mungkin juga menyukai