Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

RENDAHNYA KESADARAN MASYARAKAT


UNTUK VAKSINASI COVID – 19
DI PROVINSI BENGKULU

Dosen Pengampu :
Pahlanasion, SKM., M.Kes

Kelompok 2
Disusun oleh :
1. M. Umarul Fattah bi Abdillah
2. Shela Ramadania
3. Siwi Astuti
4. Welly Kurnia Wati
5. Cristina Timi Sella
6. Irma Lundu Surayama Tampubolon
7. Elizabeth Maria

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BENGKULU
PROGRAM STUDI PROMOSI KESEHATAN
JURUSAN PROMOSI KESEHATAN
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas Berkat dan Rahmat-Nya,
penulis dapat menyelesaikan makalah mata kuliah ”Administrasi Dan Kebijakan Kesehatan”
yang memiliki judul ” Rendahnya Kesadaran Masyarakat Untuk Vaksinasi Covid – 19 di
Kota Bengkulu“ dengan baik.
Penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada semua individu dan pihak yang
telah memberikan bantuan, fasilitas, masukan, dan dukungan dalam penulisan makalah ini,
sehingga penulis berhasil menyelesaikannya sesuai dengan waktunya. Semoga Allah SWT
membalas kebaikan mereka dengan berlipat ganda.
Penulis sadar bahwa masih ada kekurangan dalam penyusunan makalah ini, terutama
karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami. Oleh karena itu, penulis sangat
mengharapkan kritik dan saran konstruktif dari pembaca untuk membantu meningkatkan
kualitas makalah ini.

Penulis

Bengkulu 11 November 2023


BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Vaksin merupakan agen biologis yang memiliki respons imun terhadap antigen
spesifik yang berasal dari pathogen penyakit menular. Vaksin sudah banyak digunakan
untuk mencegah berbagai macam penyakit. Hal ini tidak menutup kemungkinan
vaksin dapat digunakan untuk mencegah penyebaran Covid-19, penyakit yang
sekarang sedang melanda dunia (KEMENKES RI). Vaksin Covid-19 menjadi harapan
dan senjata terakhir dalam melindungi masyarakat agar terhindar dari penularan,
kesakitan dan kematian sehingga tetap produktif secara sosial dan ekonomi.
Kekebalan kelompok (herd immunity) dapat terbentuk apabila cakupan vaksinasi
tinggi dan merata di seluruh wilayah. Secara ekonomi vaksin lebih efektif
dibandingkan tindakan secara kuratif (Kominfo, 2021).
Indonesia memulai melakukan program vaksinasi Covid-19 pertama kali pada
13 Januari 2021 (Arumsari et al., 2021). Vaksinasi Coronavirus Diasease 19 (Covid-
19) bertujuan untuk mengurangai transmisi/penularan Covid-19, menurunkan angka
kesakitan dan kematian akibat Covid-19, mencapai kekebalan kelompok di
masyarakat (Herd Immunity) dan melindungi masyarakat dari penularan Coronavirus
Diasease 2019 (Covid-19) (Ainayya, 2021).
Kementerian Kesehatan bersama beberapa organisasi (ITAGI, UNICEF dan
WHO) melakukan survei daring pada 19-30 September 2020 untuk mengetahui
penerimaan publik terhadap vaksin COVID-19. Survei tersebut melibatkan lebih dari
115.000 responsden dari 34 provinsi di Indonesia. Berdasarkan survei tersebut,
diketahui bahwa 658 responsden bahwa bersedia menerima vaksin Covid-19 jika
disediakan pemerintah, sedangkan 8% di antaranya menolak. 274 sisanya menyatakan
ragu dengan rencana Pemerintah untuk mendistribusikan vaksin Covid-19 (Noer
febriyanti, 2021). Hasil survey daring di Bulan September tahun 2020 didapatkan
hasil sebagian besar responden 65% menerima vaksin, 27 % ragu-ragu dan 8 %
menolak. Dari hasil survei tersebut juga diketahui bahwa alasan masyarakat menolak
vaksin, sebagian besar adalah karena masih meragukan keamanannya (30%) dan tidak
yakin bahwa vaksinasi akan efektif (22%). Sementara, sebagian kecil lainnya
menyatakan tidak percaya vaksin (13%), takut pada efek samping (12%), alasan
agama (8%), dan alasan lainnya (15%) (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia,
2020).
Berdasarkan data responden yang dilakukan Kementerian Kesehatan bersama
Indonesian Technical Advisory Group on Immunization (ITAGI) yang dirilis pada
Oktober 2020, menununjukan bahwa masih ada sekitar 7,6% masyarakat yang
menolak untuk divaksinasi dan 26,6% masyarakat belum memutuskan dan masih
kebingungan (Sukmasih, 2020). Kurangnya tingkat pengetahuan serta pemahaman
masyarakat terkait manfaat dan risiko dari vaksinasi, menjadi salah satu penyebab
ketidakpercayaan masyarakat terhadap vaksin Covid-19. Banyaknya isu, rumor dan
informasi yang secara liar beredar melalui media sosial juga menyebabkan
kepercayaan masyarakat terhadap vaksin Covid-19 semakin rendah (Adit &
Halimatusa‟diyah, 2021)
Pelaksanaan vaksinasi Covid-19 tertera dalam Perpres No. 99 Tahun 2020
tentang Pengadaan Vaksin dan Pelaksanaan Vaksinasi Dalam Rangka Penanggulangan
Pandemi Covid-19. Berdasarkan data kemenkes RI pada tahun 2020 jumlah
masyarakat yang akan mendapatkan vaksinasi adalah 208.2 juta orang dengan total
kebutuhan vaksin 426.8 juta dosis, yang seluruhnya ditanggung dengan pendanaan
pemerintah. Pelayanan vaksinasi Covid-19 dilaksanakan di fasilitas pelayanan
kesehatan baik pemerintah maupun swasta, berupa: Puskesmas, puskesmas pembantu
(Pustu), Klinik, Rumah sakit, Klinik kantor kesehatan pelabuhan, bandara ataupun
stasiun. Pada periode pertama vaksinasi Covid-19 dilakukan untuk tenaga kesehatan
dan tenaga penunjang di fasyankes tersebar di 34 provinsi sebanyak 1,4 juta tenaga
kesehatan, petugas publik sebanyak 17,4 juta jiwa dan lansia di usia 60 tahun ke atas
sebanyak 21,5 juta jiwa. Sedangkan pada periode kedua, vaksinasi dilakukan pada
masyarakat rentan atau masyarakat di daerah dengan resiko penularan tinggi sebanyak
63,9 juta jiwa dan masyarakat lainnya berdasarakan dengan pendekatan kluster sesuai
dengan ketersediaan vaksin sebanyak 77,4 juta jiwa. Sampai pada April 2022, capaian
vaksinasi Covid-19 telah mencapai 198 juta dosis I (95%), dan 162 juta (78%) pada
dosis II.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang tertulis di atas, saya informasi berikut
tentang masalah yang akan digunakan sebagai bahan pembahasan dalam makalah ini.
1. Pengaruh Vaksinasi Dalam Mengatasi Penyebarluasan Pandemi Covid –
19 Di Indonesia
2. Berapa persentase ”Vaksinasi Covid-19” yang telah di laksanakan di
Kota Bengkulu
3. Apa penyebab masyarakat untuk tidak mempercayai ”Vaksinasi Covid-
19” di Indonesia.
4. Upaya Yang Di Lakukan Pemerintah Dalam Penyebarluasan Vaksin
Covid-19

C. Tujuan Masalah
Dari beberapa masalah yang telah di rumuskan terdapat tujuan dari masalah
itu sendiri
1. Mengetahui Pengaruh Vaksinasi Dalam Mengatasi Penyebarluasan
Pandemi Covid – 19 Di Indonesia
2. Mengetahui Berapa persentase ”Vaksinasi Covid-19” yang telah di
laksanakan di Kota Bengkulu
3. Mengetahui Apa penyebab masyarakat untuk tidak mempercayai
”Vaksinasi Covid-19” di Indonesia.
4. Mengetahui Upaya Yang Di Lakukan Pemerintah Dalam Penyebarluasan
Vaksin Covid-19
BAB II
PEMBAHASAN

A. VAKSINASI COVID-19
1. PENGERTIAN VAKSINASI COVID-19
Vaksinasi merupakan kegiatan pemberian vaksin yang secara khusus diberikan
dengan tujuan untuk meningkatkan kekebalan tubuh seseorang secara aktif
terhadap suatu penyakit, sehingga jika suatu saat terpapar dengan penyakit tersebut
tidak akan sakit atau hanya mengalami sakit ringan dan tidak menjadi sumber
penularan (KEMENKES RI, n.d.). Target capaian vaksinasi Covid-19 nasional
adalah 208,265 juta dosis. Capaian vaksinasi Covid-19 di Provinsi Bengkulu
adalah 1,553 juta dosis dan di Kota Bengkulu adalah 286 ribu dosis.
2. TUJUAN VAKSINASI COVID-19
Berdasarkan Permenkes Nomor 84 tahun 2020, adapun tujuan pelaksanaan
vaksinasi Covid-19 sebagai berikut: a. Untuk mengurangi transmisi/penularan
Covid-19 di masyarakat b. Untuk menurunkan angka kesakitan dan angka
kematian akibat Covid-19 c. Untuk melindungi masyarakat dari Covid-19 agar
tetap bisa produktif secara ekonomi dan sosial d. Untuk mencapai herd immunity
di masyarakat.
3. PENTAHAPAN KELOMPOK PRIORITAS PENERIMA VAKSIN
Vaksinasi COVID-19 dilaksanakan dalam 4 tahapan mempertimbangkan
ketersediaan, waktu kedatangan dan profil keamanan vaksin. Kelompok prioritas
penerima vaksin adalah penduduk yang berdomisili di Indonesia yang berusia ≥ 18
tahun. Kelompok penduduk berusia di bawah 18 tahun dapat diberikan vaksinasi
apabila telah tersedia data keamanan vaksin yang memadai dan persetujuan
penggunaan pada masa darurat (emergency use authorization) atau penerbitan
nomor izin edar (NIE) dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (Kementerian
Kesehatan RI, 2021). Tahapan pelaksanaan vaksinasi COVID 19 dilaksanakan
sebagai berikut:
a) Tahap 1 dengan waktu pelaksanaan Januari-April 2021
Sasaran vaksinasi COVID-19 tahap 1 adalah tenaga kesehatan, asisten
tenaga kesehatan, tenaga penunjang serta mahasiswa yang sedang menjalani
pendidikan profesi kedokteran yang bekerja pada Fasilitas Pelayanan Kesehatan
b) Tahap 2 dengan waktu pelaksanaan Januari-April 2021
Sasaran vaksinasi COVID-19 tahap 2 adalah:
1) Petugas pelayanan publik yaitu Tentara Nasional Indonesia/Kepolisian
Negara Republik Indonesia, aparat hukum, dan petugas pelayanan publik
lainnya yang meliputi petugas di bandara/pelabuhan/stasiun/terminal,
perbankan, perusahaan listrik negara, dan perusahaan daerah air minum,
serta petugas lain yang terlibat secara langsung memberikan pelayanan
kepada masyarakat.
2) Kelompok usia lanjut (≥ 60 tahun).
c) Tahap 3 dengan waktu pelaksanaan April 2021-Maret 2022
Sasaran vaksinasi COVID-19 tahap 3 adalah masyarakat rentan dari aspek
geospasial, sosial, dan ekonomi.
d) Tahap 4 dengan waktu pelaksanaan April 2021-Maret 2022
Sasaran vaksinasi tahap 4 adalah masyarakat dan pelaku perekonomian lainnya
dengan pendekatan kluster sesuai dengan ketersediaan vaksin.
4. JENIS-JENIS VAKSIN COVID-19
Menteri Kesehatan, Terawan Agus Putranto mengatakan bahwa Badan
Pengawas Obat dan Makanan(BPOM) Indonesia sudah memberikan izin
penggunaan darurat pada 10 jenis vaksin COVID-19 (KEMENKES RI, n.d.), di
antaranya ialah :
a) Sinovac
COVID-19 Vaccine (Vero Cell) Inactivated, CoronaVac adalah sebuah vaksin
inaktivasi terhadap COVID-19 yang menstimulasi sistem kekebalan tubuh
tanpa risiko menyebabkan penyakit. Vaksin ini mengandung ajuvan
(aluminium hidroksida), untuk memperkuat respons sistem kekebalan. Dosis
yang diberikan sebanyak 2 kali dengan jumlah dosis sebanyak 0,5 ml dan jeda
pemberian antar dosis 28 hari. Efek samping dari vaksin Sinovac antara lain :
nyeri, iritasi, pembengkakan, nyeri otot, dan demam.
b) Astrazeneca
Pengujian yang dilakukan oleh AstraZeneca dan Oxford University
menunjukkan bahwa efisiensi rata-rata produksi vaksin virus corona adalah
70%. Dosis yang diberikan sebanyak 2 kali dengan jumlah dosis sebanyak 0,5
ml dan jeda pemberian antar dosis 12 minggu. Efek samping dari vaksin
Sinovac antara lain : nyeri, kemerahan, gatal, pembengkakan, kelelahan, nyeri
kepala, meriang dan mual.
c) Moderna
Efikasi menurut uji-uji klinis pada peserta yang menerima dosis lengkap
vaksin ini (dua dosis) dan memiliki status awal SARS-CoV-2 negatif adalah
sekitar 94% dengan median masa pengamatan sembilan minggu. Semua data
yang dikaji mendukung kesimpulan bahwa manfaat yang diketahui dan
potensial dari vaksin mRNA-1273 lebih besar dibandingkan risiko diketahui
dan potensialnya. Dosis yang diberikan sebanyak 2 kali dengan jumlah dosis
sebanyak 0,5 ml dan jeda pemberian antar dosis 28 hari. Efek samping dari
vaksin ini antara lain : nyeri di temat suntikan, kelelahan, nyeri kepala,
meriang dan mual
d) Sinopharm
Sinopharm adalah sebuah vaksin inaktivasi terhadap COVID-19 yang
menstimulasi sistem kekebalan tubuh tanpa risiko menyebabkan penyakit.
Setelah vaksin inaktivasi ini bersentuhan dengan sistem kekebalan tubuh,
produksi antibodi terstimulasi, sehingga tubuh siap memberikan respons
terhadap infeksi dengan SARS-CoV-2 hidup. Dosis yang diberikan sebanyak 2
kali dengan jumlah dosis sebanyak 0,5 ml dan jeda pemberian antar dosis 21
hari. Efek samping dari vaksin ini antara lain : sakit kepala, nyeri otot,
kelelahan, batuk dan diare
e) Pfizer
Pfizer adalah sebuah vaksin berbasis RNA duta (messenger RNA/mRNA)
untuk COVID-19. mRNA menginstruksikan sel untuk memproduksi protein S-
antigen (bagian dari protein paku (spike)) yang unik untuk SARS-CoV-2 untuk
menstimulasi respons kekebalan. Dalam uji-uji klinis, efikasi pada peserta
dengan atau tanpa bukti infeksi SARS-CoV-2 sebelumnya dan yang menerima
dosis lengkap vaksin ini (dua dosis) diperkirakan 95% dengan median masa
pengamatan dua bulan. Dosis yang diberikan sebanyak 2 kali dengan jumlah
dosis sebanyak 0,3 ml dan jeda pemberian antar dosis 21-28 hari. Efek
samping dari vaksin ini antara lain: kelelahan, nyeri otot, nyeri sendi, demam.
f) Vaksin Novavax
Dosis yang diberikan sebanyak 2 kali dengan jumlah dosis sebanyak 0,5 ml
dan jeda pemberian antar dosis 21 hari.
g) Vaksin Sputnik-V
Dosis yang diberikan sebanyak 2 kali dengan jumlah dosis sebanyak 0,5 ml
dan jeda pemberian antar dosis 3 minggu. Efek samping dari vaksin ini antara
lain: flu yang ditandai dengan demam, menggigil, nyeri sendi, nyeri otot,
badan lemas, ketidaknyamanan, sakit kepala, hipertermia, atau reaksi lokal
pada lokasi injeksi.
h) Vaksin Janssen
Dosis yang diberikan yaitu dosis tunggal dengan jumlah dosis sebanyak 0,5
ml. Efek samping dari vaksin ini antara lain: flu yang ditandai dengan demam,
menggigil, nyeri sendi, nyeri otot, badan lemas, ketidaknyamanan, sakit
kepala, hipertermia, atau reaksi lokal pada lokasi injeksi.
i) Vaksin Convidencia
Dosis yang diberikan yaitu dosis tunggal dengan jumlah dosis sebanyak 0,5
ml. Efek samping dari vaksin ini antara lain: adalah nyeri, kemerahan, dan
pembengkakan, serta KIPI sistemik yang umum terjadi adalah sakit kepala,
rasa lelah, nyeri otot, mengantuk, mual, muntah, demam dan diare.
j) Vaksin Zifivax Dosis yang diberikan sebanyak 3 kali dengan jumlah dosis
sebanyak 0,5 ml dan jeda pemberian antar dosis 1 bulan. Efek samping dari
vaksin ini antara lain: nyeri pada tempat suntikan, sakit kepala, kelelahan,
demam, nyeri otot (myalgia), batuk, mual (nausea), diare dengan tingkat
keparahan grade 1 dan 2.
5. FAKTOR PENTING DALAM VAKSINASI
Menurut (Yuningsih, 2020) menyebutkan bahwa ada beberapa faktor yang
harus diperhatikan dalam vaksinasi massal yang akan datang, yaitu:
a) Pertama, dari semua perspektif kehidupan.
Perlu adanya sosialisasi tentang pentingnya vaksinasi secara besar-
besaran, vaksinasi merupakan cara paling efektif untuk mencegah penyakit
dan bahaya pandemi Covid-19. Upaya sosialisasi melibatkan seluruh
pemangku kepentingan, termasuk MUI, mengenai isu vaksin halal dalam
keadaan darurat yang membahayakan nyawa manusia. Oleh karena itu, MUI
dapat memobilisasi umat beragama di daerahnya untuk berpartisipasi dalam
kegiatan sosialisasi masyarakat setempat. Sosialisasi juga melibatkan seluruh
elemen masyarakat, pengelola lokal, sekolah, dll. Sosialisasi juga melibatkan
semua media massa dan media sosial, karena banyak media yang salah dalam
memberitakan bahwa vaksin dan obat Covid-19 itu sama meski berbeda.
Tujuan vaksin adalah untuk mencegah penyakit, sedangkan tujuan pengobatan
adalah untuk menyembuhkan setelah terinfeksi.
b) Kedua, Pendekatan kelompok anti-vaksin.
Sebagaimana kegiatan imunisasi beberapa penyakit menular
sebelumnya yang telah membawa banyak pro dan kontra terhadap kehalal dan
menimbulkan banyak kelompok anti vaksinasi, vaksinasi Covid-19
mengharuskan pemangku kepentingan untuk mengadopsi strategi promosi
kesehatan seperti advokasi, dukungan sosial, dan pemberdayaan masyarakat.
c) Ketiga, Vaksinasi skala besar didukung oleh sumber daya yang kuat (seperti
kepastian regulasi);
Koordinasi antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah; sumber
pendanaan meliputi kebijakan yang menghapus vaksinasi skala besar atau
mengharuskan orang untuk membayar vaksin; melatih staf medis; swadaya
Proses produksi Sarana dan prasarana yang telah mendukung manajemen
rantai pasok vaksin terbaik sejak awal akan dialokasikan untuk vaksin yang
disuntikkan ke masyarakat.
d) Keempat, Mengawasi pelaksanaan vaksinasi skala besar di semua wilayah
Seperti pemantauan ketersediaan vaksin, kualitas vaksin, penggunaan
anggaran, dan risiko kesehatan akibat pemberian vaksin. Ini karena efektivitas
vaksin bervariasi dari orang ke orang. Kemungkinan vaksin palsu dan vaksin
rusak akibat proses penyimpanan dan pada saat pendistribusian vaksin juga
harus dipantau.
B. PENGARUH VAKSINASI DALAM MENGATASI PENYEBARLUASAN
PANDEMI COVID – 19 DI INDONESIA
Pemerintah Indonesia telah melakukan berbagai upaya untuk mengatasi
pandemi COVID-19, termasuk rencana penyediaan vaksin COVID-19. Sebagai
bagian dari upaya tersebut, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) dan Komite
Penasihat Ahli Imunisasi Nasional (ITAGI), dengan dukungan UNICEF dan WHO,
melakukan survei daring untuk memahami pandangan, persepsi, dan perhatian
masyarakat terkait vaksinasi COVID-19.
Vaksinasi adalah salah satu kunci penting dalam penanganan pandemi
Covid-19. Pengalaman di sejumlah negara, semakin tinggi rasio penduduk yang
divaksinasi maka tingkat fatalitas dapat dikurangi. Pemerintah pun menggencarkan
program vaksinasi untuk mencapai target minimal 70% dari total populasi guna
menciptakan kekebalan kelompok (herd immunity).
Berdasarkan data Kementerian Kesehatan (Kemenkes), baru 44,6 juta
penduduk yang telah divaksinasi. Jumlah itu setara dengan 16,5% dari total penduduk
Indonesia yang sebanyak 270,2 juta jiwa pada 2020. Sementara yang sudah
mendapatkan vaksinasi kedua sebanyak 17,9 juta penduduk atau 6,6% dari populasi.
Persoalannya, cakupan vaksinasi belum merata antar-provinsi. Tercatat hanya Bali
dan Jakarta yang cakupan vaksinasinya sudah di atas 50%. Di bali, total dosis pertama
yang diberikan mencapai 5,4 juta orang atau 69,74% dari total populasi Bali.
Sedangkan untuk dosis kedua sudah diberikan kepada 791,2 ribu orang (18,33%).
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah penduduk ibu kota
mencapai 10,6 juta jiwa. Jika diasumsikan setiap orang mendapatkan dua dosis, maka
rasio stok vaksin per penduduk di Ibu Kota mencapai 42,12%. Bio Farma
mendistribusikan 3,43 juta dosis vaksin corona ke Bali. Dengan penduduk Bali
sebanyak 4,32 juta jiwa dan setiap orang mendapat dua dosis vaksin, maka rasionya
sebesar 39,76%.
Dengan adanya vaksinasi Covid – 19 di harapkan presentasi angka
penularan covid – 19 di Indonesia dapat menurun dan dapat mengembalikan kondisi
yang baik.
C. PERSENTASE ”VAKSINASI COVID-19” YANG TELAH DI LAKSANAKAN
DI KOTA BENGKULU
Di Kota Bengkulu persentase penduduk yang telah mendapatkan vaksin dosis
pertama yaitu 45,70% dan 28,32% untuk dosis kedua (Dinas Kesehatan Provinsi,
2021). Cakupan vaksinasi dosis 1 di provinsi Bengkulu pada April 2022, telah
mencapai 91,83 persen. Angka ini setara dengan 1,43 juta peserta vaksin dari target
yang ditetapkan sebanyak 1,55 juta orang. Sementara untuk vaksinasi dosis 2 hingga
kemarin telah tercapai 71,89 persen dari target. Berdasarkan kelompok sasaran,
rincian vaksinasi untuk menangkal virus Covid-19 di provinsi Bengkulu yakni
kelompok SDM kesehatan dengan target 15,47 ribu peserta. Pada dosis 1, berhasil
dilakukan vaksinasi sebanyak 15,47 ribu jiwa (119,25% target) dan untuk vaksinasi
dosis 2 telah tercapai 115,1% atau 17,81 ribu jiwa. Vaksinasi ke petugas publik
dengan target 164,19 ribu jiwa. Vaksinasi dosis 1 dilaporkan telah mencapai 115,89
ribu jiwa (70,58% target) dan dosis 2 dengan capaian 64,09% atau berhasil
tersalurkan sebanyak 105,22 ribu jiwa.
Kemudian vaksinasi ke lansia menarget sebanyak 133,45 ribu jiwa. Untuk
dosis 1, telah diberikan kepada 96,25 ribu jiwa (72,13% target). Sedangkan untuk
vaksinasi dosis 2 baru tercapai 55,33% atau 73,84 ribu jiwa. Vaksinasi ke masyarakat
umum yang rentan ditargetkan sebanyak 1,03 juta jiwa. Pada dosis 1, vaksinasi
dilaporkan telah diberikan sebanyak 828,97 ribu jiwa (80,68% target). Sedangkan
untuk vaksinasi dosis 2 baru tercapai 60,67% atau 622,45 ribu jiwa. Sasaran lainnya,
untuk kelompok remaja mulai dari usia 12-17 tahun. Di wilayah ini target yang
ditetapkan sebanyak 206,64 ribu jiwa. Untuk vaksinasi dosis 1 telah diberikan kepada
191,69 ribu jiwa (92,77% target). Adapun dosis 2 baru tercapai 77,13% atau
tersalurkan kepada 159,39 ribu jiwa.

D. PENYEBAB MASYARAKAT UNTUK TIDAK MEMPERCAYAI ”VAKSINASI


COVID-19”
Kondisi pandemi Covid-19 mulai memperlihatkan titik terang dengan
tersedianya vaksin di beberapa negara, termasuk Indonesia. Namun, hal ini justru
menimbulkan polemik baru karena ada saja masyarakat yang enggan divaksin.
Adanya program vaksinasi Covid-19 gratis dari pemerintah, tidak lantas membuat
masyarakat antusias. Beberapa masyarakat justru tidak mau divaksin covid dengan
berbagai alasan.
1) Ketidakpercayaan terhadap virus
Sejak awal kemunculan virus SARS-Cov-2 penyebab Covid-19, banyak
masyarakat yang tidak memercayai keberadaannya. Beberapa kelompok
masyarakat menganggap bahwa virus korona hanyalah propaganda, konspirasi,
hoaks, hingga upaya mencari keuntungan dengan menebar ketakutan.
Ketidakpercayaan masyarakat terhadap virus, otomatis membuat masyarakat juga
tidak percaya terhadap vaksin. Itu sebabnya, tak sedikit orang yang justru
menolak vaksin Covid-19.
2) Kurangnya informasi terkait vaksinasi
Penyebab lain yang membuat masyarakat enggan divaksin adalah kurangnya
informasi terkait vaksin Covid-19. Keterbatasan informasi mengenai jenis vaksin,
ketersediaan vaksin, sasaran vaksin, keamanan vaksin, efektivitas
vaksin, persyaratan vaksin Covid-19, hingga efek samping yang mungkin
ditimbulkan setelah vaksin membuat masyarakat ragu menjalani vaksinasi.
Kurangnya informasi masyarakat juga berkaitan dengan kondisi sosial, budaya,
dan ekonomi masyarakat.
3) Keyakinan dan nilai yang di anut
Survei Penerimaan Vaksin Covid-19 di Indonesia menunjukkan keyakinan agama
turut memengaruhi penolakan terhadap Covid-19. Hal ini berkaitan dengan
kepercayaan dan nilai yang dianut, termasuk persepsi terhadap vaksinasi hingga
perihal kehalalan vaksin Covid-19.
4) Pengaruh Lingkungan
Orang-orang terdekat dan media sosial turut memengaruhi seseorang dalam
melakukan vaksinasi. Jika orang di sekitar Anda atau paparan konten media sosial
lebih banyak menampilkan hal buruk tentang vaksin, kemungkinan besar Anda
juga tidak mau divaksin covid.

E. UPAYA YANG DI LAKUKAN PEMERINTAH DALAM PENYEBARLUASAN


VAKSIN COVID-19
Penyebaran informasi secara masif ke masyarakat tentang vaksinasi covid-19
melalui berbagai perangkat pemerintahan yang ada, Penggunaan media sosial, media
massa, media elektronik, dan berbagai kanal advertising di manfaatkan secara masif.
Pelaksanaan vaksinasi massal dengan mengggandeng pejabat daerah, artis ataupun
orang terkenal juga salah satu trik untuk menggaet masyarakat ikut vaksinasi.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia sebagai leading sektor dari


pelaksana Vaksinasi Covid-19, memiliki Biro komunikasi dan pelayanan masyarakat
yang berfungsi sebagai humas pemerintah untuk mengkomunikasikan program
vaksinasi covid-19. Biro komunikasi telah menetapkan strategi komunikasi publik
dalam upaya memberikan informasi kepada masyarakat sekaligus mengedukasi
masyarakat tentang vaksin covid-19. Strategi komunikasi publik yang digunakan
adalah dengan menggunakan metode SOSTAC yang di populerkan oleh PR Smith.
Kunci dari komunikasi publik ialah adanya pemahaman maksimal dari publik yang
menjadi target sasaran, khususnya terkait dengan substansi pesan yang disampaikan
dalam komunikasi publik. Selain pemahaman pesan, hal lain yang juga penting terkait
komunikasi publik ialah kemampuan untuk membendung hoax. Komunikasi publik
yang efektif akan mampu mengimbangi beredarnya informasi palsu, disinformasi, dan
isu yang salah terkait suatu hal.

BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan : Tingginya tingkat penularan dan kematian dari COVID-19 mendorong adanya strategi
yang kuat dalam penanganannya. Belum ditemukan terapi yang efektif dalam situasi ini akan
memperparah dampak yang diberikan oleh penyebaran COVID-19. Dipastikan bahwa vaksin menjadi
salah satu strategi untuk keluar dari pandemi ini. Produksi vaksin COVID-19 memiliki peluang yang
sangat besar dalam pengembangannya dan tengah gencar dilakukan di seluruh dunia. Walaupun
adanya kemungkinan bahwa pandemi akan berakhir terlebih dahulu sebelum vaksin berhasil
dipasarkan tetapi pengembangan vaksin sangat potensial untuk mencegah terjadinya kejadian yang
sama ataupun gelombang kedua pandemi. Namun dalam pengembangan produksi vaksin COVID-19
juga ditemukan berbagai tantangan mulai dari pemilihan antigen, platform, ketepatan hewan uji yang
digunakan, kelengkapan fasilitas laboratorium, HCT, rute administrasi, stabilitas penyimpanan,
imunitas mukosa, pencegahan immunopathology, kemanjuran vaksin, durasi potensial dan keamanan
vaksin.

Saran : DIisaran yang dapat diberikan dari hasil studi literatur ini adalah sebagai berikut: Studi
literatur selanjutnya disarankan untuk mengkaji efektivitas dan efek samping vaksin covid-19 yang
telah dipasarkan . Dikarenakan studi literatur ini hanya mencakup potensi dan tantangan vaksin
covid-19 selama produksi. Sehingga diharapkan informasi yang disuguhkan pada studi literatur
terbaru dan lengkap.

Anda mungkin juga menyukai