Anda di halaman 1dari 30

MAKALAH

PROGRAM VAKSINASI COVID-19 DI INDONESIA

Dosen Pengampu: Yuyun Priwahyuni, SKM, M. Kes

DISUSUN OLEH:

FITRI ANDRIYANI
19012018

PEMINATAN EPIDEMIOLOGI
PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
PROGRAM SARJANA
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes)
HANG TUAH PEKANBARU
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT. Atas segala ridho dan karunia-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan Makalah Vaksin dan Imunisasi dengan
judul “ Program Vaksinasi Covid-19 Di Indonesia”.

Makalah ini disusun guna melengkapi dan memenuhi persyaratan tugas


mata kuliah Vaksin dan Imunisasi. Penulis mengucapkan terimakasih yang
sebesar-besarnya, khususnya kepada yang terhormat:

1. Bapak H. Ahmad Hanafi, MPH selaku Ketua STIKes Hang Tuah


Pekanbaru.
2. Bapak Ahmad Satria Efendi, SKM, M. Kes selaku Ketua Program Studi S-
I Ilmu Kesehatan Masyarakat STIKes Hang Tuah Pekanbaru.
3. Ibu Yuyun Priwahyuni, SKM, M. Kes selaku Dosen Pengampu mata
kuliah Vaksin dan Imunisasi yang telah banyak memberikan bimbingan,
masukan, pengarahan, petunjuk, motivasi, kritik dan saran kepada penulis
dalam menyelesaikan makalah.
4. Seluruh dosen dan staff Program Studi S-I Ilmu Kesehatan Masyarakat
STIKes Hang Tuah Pekanbaru yang telah memberikan bimbingan dan
motivasi kepada penulis selama menjalani pendidikan.
5. Seluruh teman-teman seperjuangan Program Studi S-I Ilmu Kesehatan
Masyarakat khususnya Peminatan Epidemiologi.
6. Serta semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan
makalah ini yang tidak bisa penulis sebut satu-persatu.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan Makalah ini masih terdapat
banyak kekurangan, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran
yang bersifat membangun. Akhir kata penulis berharap semoga Makalah ini dapat
memberikan manfaat bagi para pembaca, mahasiswa ilmu kesehatan masyarakat
dan terutama bagi penulis.

Pekanbaru, April 2021

Penulis
DAFTAR ISI

COVER
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
D. Manfaat Penulisan
BAB II TINJAUAN TEORI
A. Penyakit Coronavirus Disease (Covid-19)
B. Program Vaksinasi Coronavirus Disease (Covid 19)
BAB III PERMASALAHAN DAN PEMBAHASAN
A. Respon Masyarakat Terhadap Program Vaksinasi Covid-19 di Indonesia
B. Proporsi Keterterimaan Vaksin Covid-19 di Masyarakat
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Coronavirus (Covid-19) adalah keluarga besar virus yang
menyebabkan penyakit mulai dari gejala ringan sampai berat. Ada
setidaknya dua jenis coronavirus yang diketahui menyebabkan penyakit
yang dapat menimbulkan gejala berat seperti Middle East Respiratory
Syndrome (MERS) dan Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS).
Coronavirus Disease 2019 (Covid-19) adalah penyakit jenis baru yang
belum pernah diidentifikasi sebelumnya pada manusia. Virus penyebab
Covid-19 ini dinamakan Sars-CoV-2. Virus corona adalah zoonosis
(ditularkan antara hewan dan manusia). Penelitian menyebutkan bahwa
SARS ditransmisikan dari kucing luwak (civet cats) ke manusia dan
MERS dari unta ke manusia. Adapun, hewan yang menjadi sumber
penularan Covid-19 ini sampai saat ini masih belum diketahui (Kemenkes
RI, 2020).
Tanda dan gejala umum infeksi Covid-19 antara lain gejala
gangguan pernapasan akut seperti demam, batuk dan sesak napas. Masa
inkubasi rata-rata 5-6 hari dengan masa inkubasi terpanjang 14 hari. Pada
kasus Covid-19 yang berat dapat menyebabkan pneumonia, sindrom
pernapasan akut, gagal ginjal, dan bahkan kematian. Tanda-tanda dan
gejala klinis yang dilaporkan pada sebagian besar kasus adalah demam,
dengan beberapa kasus mengalami kesulitan bernapas, dan hasil rontgen
menunjukkan infiltrat pneumonia luas di kedua paru (Kemenkes RI,
2020).
Vaksin adalah sejenis produk biologis yang mengandung unsur
antigen berupa virus atau mikroorganisme yang sudah mati atau sudah
dilemahkan dan juga berupa toksin mikroorganisme yang telah diolah
menjadi toksid atau protein rekombinan yang ditambahkan dengan zat
lainnya. Vaksin berguna untuk membentuk kekebalan spesifik secara aktif
terhadap penyakit tertentu. Vaksin merupakan produk yang rentan,
masing-masing mempunyai karakteristik tertentu maka diperlukan
pengelolaan secara khusus sampai digunakan (WHO, 2015). Presiden Joko
Widodo dalam pidatonya di sidang umum PBB pada 23 September 2020
menyatakan bahwa vaksin ini bakal menjadi pengubah permainan (game
changer) dalam upaya memerangi pandemic Covid-19 (CNNIndonesia,
2020).
Dalam rangka memutus penularan Covid-19 pemerintah Indonesia
juga akan melakukan vaksinasi kepada penduduk Indonesia. Menurut
Fundrika (2021), Pemerintah Indonesia disebut telah membuat peta jalan
untuk vaksinasi Covid-19 di Indonesia. Menteri Kesehatan Budi Gunadi
Sadikin, menyebutkan bahwa rencana vaksinasi di Indonesia akan
dilakukan dua periode. Hal tersebut sudah dikonsultasikan kepada
Indonesian Technical Advisory Group on Immunization(ITAGI) yang
bertugas memberikan nasehat/advice kepada Menteri Kesehatan. Periode
pertama akan dimulai pada Januari sampai dengan April 2021. Pada
periode pertama target yang akan mendapatkan vaksinasi adalah tenaga
kesehatan dengan jumlah 1,3 juta orang, petugas public 17,4 juta yaitu
petugas yang sulit menjaga jarak secara efektif dan penduduk lanjut usia di
atas 60 tahun sebanyak 21,5 juta. Periode kedua adalah periode April
2021-Maret 2022 dengan jumlah penerima vaksin adalah 63,9 juta
masyarakat dengan risiko penularan tinggi yang dikategorikan menurut
kategori tempat tinggal atau kelas ekonomi dan social. Selanjutya diikuti
sebanyak 77,4 juta masyarakat umum dengan pendekatan kluster sesuai
ketersediaan vaksin (Nareza, 2021).
Menurut Aco (2020) berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan
Nomor H.K.01.07/Menkes/9860/2020 tentang Penetapan jenis vaksin
untuk pelaksanaan vaksinasi Corona Virus Disease (Covid-19) diketahui
bahwa telah ditetapkan enam jenis vaksin untuk proses vaksinasi di
Indonesia. Adapun jenisnya adalah vaksin yang produksi oleh PT. Bio
Farma (persero), Astra Zeneca, China National Pharmaceutical Group
Corporation (Sinopharm), Moderna, Pfizer-BioNTech, dan Sinovac
Biotech Ltd. Pemerintah telah mendatangkan vaksin Covid-19 sebanyak 3
juta dari produsen Sinovac (China) dalam 2 tahap, yaitu sebanyak 1,2 juta
dosis sebagai tahap pertama pada 6 Desember 2020 dan tahap kedua
adalah sebesar 1,8 juta dosis pada 31 Desember 2020 (Nareza, 2021).
Dengan fakta di atas, melakukan vaksinasi covid 19 memang
menjadi jalan paling rasional untuk memutus mata rantai penyebaran.
Namun, bagaimana respon masyarakat atas usaha pemerintah yang
membeli vaksin meski masih dalam tahap uji klinis? Akhir Oktober
2020, Kemenkes RI merilis hasil survey, bersama Indonesian
Technical Advisory Group on Immunization (ITAGI) tentang respon
masyarakat atas rencana melaksanakan vaksinasi covid 19. Hasilnya,
64,8%masyarakat bersedia divaksinasi, 7,6% menolak dan 26,% masih
ragu (ITAGI, 2020).
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari vaksin covid-19?
2. Apa saja jenis-jenis vaksin covid-19 dan vaksin manakah yang
digunakan di Indonesia?
3. Berapa persen efikasi dan efektivitas vaksin covid-19?
4. Siapa saja yang sudah menerima vaksin covid-19 saat ini?
5. Bagaimana respon masyarakat terhadap vaksin covid-19?
6. Apakah program vaksin covid-19 berjalan dengan lancar?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui definisi dari vaksin covid-19.
2. Untuk mengetahui jenis-jenis vaksin covid-19 dan vaksin manakah
yang digunakan di Indonesia.
3. Untuk mengetahui berapa persen efikasi dan efektivitas vaksin covid-
19.
4. Untuk mengetahui siapa saja yang sudah menerima vaksin covid-19
saat ini.
5. Untuk mengetahui respon masyarakat terhadap vaksin covid-19.
6. Untuk mengetahui apakah program vaksin covid-19 berjalan dengan
lancar.
D. Manfaat Penulisan
Sebagai sumber pengetahuan mengenai program vaksin covid-19
serta respon masyarakat terhadap vaksin covid-19 bagi mahasiswa dan
pembaca, sumber referensi dalam pembuatan makalah selanjutnya
mengenai program vaksin covid 19, dan sebagai dokumentasi bagi institusi
terkait.
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Penyakit Coronavirus Disease (Covid-19)


1. Definisi Covid-19
Coronavirus Disease 2019 (Covid-19) merupakan penyakit
menular yang disebabkan oleh jenis coronavirus yang baru ditemukan.
Virus baru dan penyakit yang disebabkannya ini tidak dikenal sebelum
mulainya wabah di Wuhan, Tiongkok, bulan Desember 2019. Covid-19
merupakan nama penyakit yang disebabkan oleh virus corona. Nama ini
diberikan oleh WHO (World Health Organzation) sebagi nama resmi
penyakit ini. Covid sendiri merupakan singkatan dari Corona Virus
Disease-2019. Covid-19 yaitu penyakit yang disebabkan oleh virus corona
yang menyerang saluran pernafasan sehingga menyebabkan demam tinggi,
batuk, flu, sesak nafas serta nyeri tenggorokan (WHO. 2020).
Menurut situs WHO, virus Covid-19 adalah keluarga besar virus
yang dapat menyebabkan penyakit pada hewan atau manusia. Pada
manusia corona diketahui menyebabkan infeksi pernafasan mulai dari flu
biasa hingga penyakit yang lebih parah seperti Middle East Respiratory
Syndrome (MERS), dan Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS).
Virus ini mampu mengakibatkan orang kehilangan nyawa sehingga WHO
telah menjadikan status virus corona ini menjadi pandemi dan meminta
Presiden Joko Widodo menetapkan status darurat nasional corona.
2. Etiologi Covid-19
Infeksi virus Corona atau Covid-19 disebabkan oleh coronavirus,
yaitu kelompok virus yang menginfeksi sistem pernapasan. Pada sebagian
besar kasus, coronavirus hanya menyebabkan infeksi pernapasan ringan
sampai sedang, seperti flu. Akan tetapi, virus ini juga bisa menyebabkan
infeksi pernapasan berat, seperti pneumonia, Middle-East Respiratory
Syndrome (MERS) dan Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS).
Khusus untuk Covid-19, masa inkubasi belum diketahui secara
pasti. Namun, rata-rata gejala yang timbul setelah 2-14 hari setelah virus
pertama masuk ke dalam tubuh. Di samping itu, metode transmisi Covid-
19 juga belum diketahui dengan pasti. Awalnya, virus corona jenis Covid-
19 diduga bersumber dari hewan. Covid-19 merupakan virus yang beredar
pada beberapa hewan, termasuk unta, kucing, dan kelelawar. 
3. Epidemiologi Covid-19
Dugaan kasus pertama dilaporkan pada tanggal 31 Desember 2019.
Gejala awal mulai bermunculan tiga pekan sebelumnya pada tanggal 8
Desember 2019. Pasar ditutup tanggal 1 Januari 2020 dan orang-orang
yang mengalami gejala serupa dikarantina. Kurang lebih 700 orang yang
terlibat kontak dengan terduga pengidap, termasuk +400 pekerja rumah
sakit, menjalani karantina. Seiring berkembangnya pengujian PCR khusus
untuk mendeteksi infeksi, 41 orang di Wuhan diketahui mengidap virus
korona SARS-CoV-2, dua orang di antaranya suami-istri, salah satunya
belum pernah ke pasar, dan tiga orang merupakan anggota satu keluarga
yang bekerja di toko ikan. Korban jiwa mulai berjatuhan pada 9
Januari dan 16 Januari 2020.
COVID-19 pertama dilaporkan di Indonesia pada tanggal 2 Maret
2020 sejumlah dua kasus. Data 31 Maret 2020 menunjukkan kasus yang
terkonfirmasi berjumlah 1.528 kasus dan 136 kasus kematian.10 Tingkat
mortalitas COVID-19 di Indonesia sebesar 8,9%, angka ini merupakan
yang tertinggi di Asia Tenggara. Total kasus Covid-19 di Indonesia pada
tanggal 21 Oktober 2020 yaitu sebanyak 369 ribu kasus dengan total
penderita yang meninggal sebanyak 12.737 jiwa dan total penderita yang
sembuh sebanyak 294 ribu jiwa. Untuk jumlah kasus Covid-19 di Dunia
pada tanggal 21 Oktober 2020 yaitu sebanyak 40,6 juta kasus dengan total
penderita yang meninggal sebanyak 1,12 juta jiwa dan total penderita yang
sembuh sebanyak 27,8 juta jiwa.
4. Gejala Penyakit Covid-19
Menurut Widiyani (2020), Ciri-ciri virus Corona pada gejala awal
mirip flu sehingga kerap diremehkan pasien. Namun, berbeda dengan flu
biasa, infeksi virus Corona atau COVID-19 berjalan cepat, apalagi pada
pasien dengan masalah kesehatan sebelumnya. Gejala ringan kasus infeksi
virus Corona atau COVID-19:
a. Batuk
b. Letih
c. Sesak napas dan ngilu di seluruh tubuh
d. Secara umum merasa tidak enak badan
Gejala berat kasus infeksi virus Corona atau COVID-19:
a. Kesulitan bernapas
b. Infeksi pneumonia
c. Sakit di bagian perut
d. Nafsu makan turun
Ciri-ciri virus Corona atau COVID-19 dan gejalanya kebanyakan
muncul 2-10 hari setelah kontak dengan virus. Tapi pada beberapa kasus,
ciri-ciri awal Coronavirus dan gejalanya baru muncul sekitar 24 hari.
Untuk membedakan ciri-ciri awal Corona dan flu biasa, ada beberapa hal
yang harus diperhatikan, yaitu:
a. Dalam 14 hari sempat bepergian ke negara yang dianggap sumber
virus Corona
b. Sempat kontak dengan pasien yang mengalami infeksi Corona
5. Pencegahan dan Penanggulangan Covid-19
Menurut Asy’ari (2020), Seiring mewabahnya virus Corona atau
Covid-19 ke berbagai negara, Pemerintah Republik Indonesia menerbitkan
protokol kesehatan. Protokol tersebut akan dilaksanakan di seluruh
Indonesia oleh pemerintah dengan dipandu secara terpusat oleh
Kementerian Kesehatan. Adapun salah satu protokolnya yaitu jika merasa
tidak sehat dengan kriteria demam lebih dari 38 oC, batuk, flu, nyeri
tenggorokan maka beristirahatlah yang cukup di rumah dan minumlah
air yang cukup. Gunakan masker, apabila tidak memiliki masker,
hendaknya mengikuti etika ketika batuk dan bersin yang benar dengan
cara menutup hidung dan mulut dengan tisu, lengan atas bagian dalam.
Bila merasa tidak nyaman dan masih berkelanjutan dan disertai
sesak nafas maka segerakan diri untuk memeriksakan kesehatan di fasilitas
pelayanan kesehatan. Dan usahakan untuk tidak menaiki kendaraan
massal. Sebagaimana protokol diatas maka dapat diambil kesimpulan
mengenai penanggulangan dan pencegahan Covid-19 secara umum yang
benar adalah sebagai berikut:
a. Rajin mencuci tangan
b. Kurangi berinteraksi dengan orang lain
c. Gaya hidup sehat (makan, tidur, olahraga) untuk imunitas tubuh
d. Jaga jarak aman (1 meter) dengan orang yang batuk/bersin
e. Hindari kerumunan
f. Hindari menyentuh mata, hidung dan mulut
g. Hindari bepergian ke daerah terjangkit atau bila sedang sakit
h. Etika batuk dan bersin, hindari meludah di tempat umum
i. Olah daging mentah dengan hati-hati
j. Hindari memakan daging hewan yang sakit/ mati karena sakit
k. Bila ada gejala, segera berobat dan gunakan masker bila sedang
sakit
l. Serta selalu berdoa kepada Tuhan yang Maha Melindungi
Infeksi virus Corona atau COVID-19 belum bisa diobati, tetapi ada
beberapa langkah yang dapat dilakukan dokter untuk meredakan gejalanya
dan mencegah penyebaran virus, yaitu:
a. Merujuk penderita COVID-19 yang berat untuk menjalani
perawatan dan karatina di rumah sakit rujukan
b. Memberikan obat pereda demam dan nyeri yang aman dan sesuai
kondisi penderita
c. Menganjurkan penderita COVID-19 untuk melakukan isolasi
mandiri dan istirahat yang cukup
d. Menganjurkan penderita COVID-19 untuk banyak minum air putih
untuk menjaga kadar cairan tubuh
B. Program Vaksin Coronavirus Disease (Covid-19)
1. Program Vaksin Covid-19 di Indonesia
Seperti negara-negara lain di seluruh dunia, wabah Covid-19 yang
diumumkan pertama kali pada bulan Maret 2020 dan menjadi
berkepanjangan berdampak signifkan pada sektor kesehatan dan
perekonomian Indonesia.. Indonesia telah berupaya secara maksimal
mengatasi tantangan-tantangan yang ada.
a. Presiden Republik Indonesia (RI) telah membentuk tim nasional
percepatan pengembangan vaksin Covid-19. Keputusan Presiden
Nomor 18/2020 yang dikeluarkan pada tanggal 3 September 2020
menetapkan pembentukan tim pengembangan vaksin Covid-19 di
bawah pengawasan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian.
Lebih jauh, Kementerian Riset dan Teknologi bertanggungjawab
untuk melaporkan tugas harian tim kepada Presiden.
b. Pada tanggal 6 Oktober 2020, Presiden menandatangani dan
mengeluarkan Peraturan Presiden (Perpres) tentang pengadaan
vaksin dan pelaksanaan program vaksinasi untuk menanggulangi
pandemi Covid-19. Perpres tersebut menetapkan bahwa pemerintah
akan mempersiapkan pengadaan dan distribusi vaksin serta
pelaksanaan vaksinasi. Perpres tersebut menetapkan PT. Bio
Farma, perusahaan farmasi milik negara, untuk menyediakan
vaksin melalui kerja sama dengan berbagai institusi internasional.
Perpres ini juga menetapkan Kementerian Kesehatan (Kemenkes)
mengatur jalannya distribusi vaksin dan program vaksinasi
nasional.
c. Kementerian Kesehatan (Kemenkes) dan UNICEF telah
menandatangani Nota Kesepahaman (MoU) guna memastikan
vaksin tersedia dengan harga terjangkau. Penandatanganan tersebut
merupakan bagian dari komitmen Indonesia terhadap COVAX,
Akselerator Akses ke Peralatan Covid-19 (ACT-Accelerator) di
bawah kepemimpinan Gavi dan WHO yang bertujuan untuk
menjamin kelancaran pengadaan dan meratanya distribusi vaksin
Covid-19 ke semua negara. Pemerintah Indonesia memperkirakan
akan menerima 30 juta dosis vaksin pada akhir tahun 2020 melalui
perjanjian bilateral dengan berbagai produsen vaksin dan tambahan
50 juta dosis pada awal tahun 2021. Saat vaksin yang aman
tersedia, Pemerintah Indonesia berencana segera melaksanakan
vaksinasi sebagaimana diamanatkan Perpres yang dikeluarkan pada
awal bulan Oktober.
d. Komite Penasihat Ahli Imunisasi Nasional ( Indonesian Technical
Advisory Group on Immunization/ITAGI) telah melakukan
evaluasi situasi terkait vaksinasi Covid-19 dan memberikan
sejumlah rekomendasi mengenai akses vaksin bagi kelompok-
kelompok prioritas. Kemenkes, didukung ITAGI dan mitra
pembangunan, telah menyusun standar operasional prosedur dan
peta jalan vaksinasi Covid-19. Instrumen-instrumen tersebut telah
disebarluaskan ke seluruh provinsi dan persiapan pentinglainnya,
termasuk instrumen untuk menilai kesiapan pengenalan vaksin
(VIRAT), sedang dilakukan. Semua proses berjalan serentak dan
sesuai rekomendasi ITAGI, Kemenkes dengan dukungan dari
UNICEF dan WHO, telah melaksanakan survey daring di
Indonesia untuk memahami pandangan, persepsi, dan kekhawatiran
public terkait vaksinasi Covid-19.
2. Jenis-Jenis Vaksin Covid-19
a. Vaksin Sinovac
Pada saat ini perlombaan untuk memproduksi vaksin
diawali oleh China dengan Sinovac dan Sinopharm. Perusahaan
biofarmasi yang berkedudukan di Beijing China tersebut
mendukung pemanfaatan CoronaVac yaitu vaksin yang tidak aktif.
Vaksin tersebut bekerja dengan menggunakan virus yang sudah
dimatikan guna merangsang system kekebalan tubuh terhadap virus
tanpa risiko memberikan respon terhadap penyakit yang serius.
CoronaVac adalah metode vaksin yang lebih tradisional seperti
digunakan pada banyak vaksin diantaranya adalah vaksin rabies.
Hal tersebut diungkapkan oleh Associate Professor Luo Dahai dari
Nanyang Technological University kepada BBC.
Disebutkan salah satu keunggulan utama dari vaksin
Sinovac adalah dapat disimpan di lemari es standar dengan suhu 2-
8 derajat Celsius. Hal ini tentu lebih menguntungkan bagi negara –
negara berkembang karena dapat menyimpan vaksin dalam jumlah
yang besar pada suhu tersebut. Bagi Indonesia hal ini juga
memudahkan mengingat kondisi infrastruktur tiap-tiap provinsi
tidak sama (Yvette Tan, 2021).
Vaksin Sinovac telah menjalani uji coba fase tiga di
berbagai Negara. Data sementara dari uji coba tahap akhir di Turki
dan Indonesia menunjukkan bahwa vaksin tersebut efektif masing-
masing sebesar 91,25% dan 63,50% . Para peneliti di Brasil pada
awalnya mengatakan dalam uji klinis mereka efektifitas vaksin
Sinovac adalah 78%, akan tetapi setelah dilakukan penambahan
data penelitian maka angka tersebut direvisi menjadi 50,40% dan
dideklarasikan pada bulan Januari 2021. Vaksin Sinovac telah
disetujui untuk penggunaan darurat pada kelompok berisiko tinggi
di China sejak Juli 2020, dan pada September 2020 Sinovac telah
diberikan kepada 1.000 orang sukarelawan denga hasil kurang dari
5% merasakan tidak nyaman atau kelelahan ringan (Yvette Tan,
2021). Selain Indonesia beberapa negara di kawasan Asia telah
menandatangai kesepakatan untuk memberli vaksin Sinovac yaitu
Singapura, Malaysia, Filipina.
Adapun Indonesia sejak 13 Januari 2021 sudah dimulai
vaksinasi nasional yang dipelopori oleh presiden Joko Widodo
sebagai orang pertama penerima vaksin di Istana Merdeka.
Vaksinasi tersebut merupakan titik awal pelaksanaan vaksinasi
massal secara gratis guna menangani masalah pandemic Covid-19
di Indonesia. Presiden menerima suntikan vaksin yang diproduksi
oleh CoronaVac buatan Sinovac Life Science Co.Ltd. yang bekerja
sama dengan PT. Bio Farma (Persero) dan telah melalui uji klinis
melibatkan 1.620 relawan di Bandung (Presiden Republik
Indonesia, 2021).
b. Vaksin Sinopharm
Sinopharm, adalah sebuah perusahaan milik China juga
mengembangkan vaksin Covid-19, yang serupa dengan Sinovac,
yaitu merupakan vaksin yang tidak aktif dengan cara kerja yang
serupa dengan Sinovac. Pada 30 Desember Sinopharm telah
mengumumkan bahwa uji coba fase ke tiga vaksin menunjukkan
nilai efektifitas sebesar 79%. Di China sekitar satu juta orang sudah
disuntik menggunakan Vaksin Sinopharm, di bawah izin
pengggunaan darurat. Akan tetapi Uni Emirat Arab mengatakan
menurut hasil uji coba pada penelitian fase ke tiga menunjukkan
angka efektifitas sebesar 86%. Turki, Brasil , Chili, Uni Emirat dan
Bahrain telah menyetujui penggunaan vaksin Sinopharm (Yvette
Tan, 2021).
c. Vaksin Moderna
Vaksin Moderna memiliki nama dagang adalah mRNA-
1273, yang dibuat oleh ModernaTX, Inc, dengan tipe vaksin adalah
mRNA. Food Drug and Adminintration (FDA) telah mengizinkan
penggunaan darurat Vaksin Covid-19 Moderna untuk mencegah
Covid 19 pada individu berusia 18 tahun ke atas di bawah otorisasi
penggunaan darurat (Emergency Use Authorization). Kandungan
yang terdapat dalam vaksin Moderna adalah: ribonucleic acid
(mRNA), lipids (SM-102, polyethylene glycol [PEG] 2000
dimyristoyl glycerol [DMG], cholesterol, and 1,2-distearoyl-sn-
glycero-3-phosphocholine [DSPC]), tromethamine, trome- thamine
hydrochloride, acetic acid, sodium acetate, dan sucrose (CDC,
2020).
Di dalam uji klinis, kira-kira sebanyak 15.400 individu
berusia 18 tahun ke atas telah menerima setidaknya 1 kali dosis
Moderna Uji klinis untuk vaksin Moderna mencakup orang-orang
dari kategori ras dan etnis berikut 79,40% putih, 20% Hispanik/
Latino, 9,7% Afrika Amerika, 4,70% Asia, <3% ras /etnis lainnya.
Adapun dari rincian usia dan jenis kelamin adalah 52,60% laki –
laki, 47,40% perempuan, 25,30% berusia ≥ 65 tahun. Sebagian
besar orang yang berpartisipasi dalam uji coba (82%) dianggap
memiliki risiko pajanan akibat pekerjaan dengan 25,4% diantarnya
adalah petugas kesehatan. Di antara orang-orang yang
berpartisipasi dalam uji klinis sebanyak 22,30 % memiliki
setidaknya satu kondisi berisiko tinggi yang meliputi penyakitparu-
paru, penyakit jantung, obesitas, diabetes, penyakit hati, atau
infeksi HIV. Sebanyak empat persen (4%) peserta memiliki dua
atau lebih kondisi berisiko tinggi (CDC, 2020).
Berdasarkan bukti uji klinis, vaksin Moderna 94,10%
dinyatakan efektif mencegah penyakit Covid-19 yang dikonfirmasi
di laboratorium pada orang yang menerima dua dosis yang tidak
memiliki bukti terinfeksi sebelumnya. Vaksin menunjukkan
efektifitas tinggi dalam uji klinis (kemanjuran) di antara orang-
orang dari berbagai kategori usia, jenis kelamin, ras, serta etnis dan
diantara orang-orang dengan kondisi medis yang mendasarinya.
d. Vaksin Pfizer-BioNTech
Nama vaksin Covid 19 dari Pfizer BionTech adalah
BNT162b2, diproduksi oleh Pfizer Inc., and BioNTech, dan
termasuk golongan vaksin tipe mRNA. Adapun kandungan vaksin
Pfizer Inc., and BioNTech adalah mRNA, lipids ((4-
hydroxybutyl)azanediyl)bis(hexane-6,1-diyl)bis(2-hexyldecanoate),
2 [(polyethylene glycol)-2000]-N,N-ditetradecylacetamide, 1,2-
Distearoyl-sn-glycero-3- phosphocholine, and cholesterol),
potassium chloride, monobasic potassium phosphate, sodium
chloride, dibasic sodium phosphate dihydrate, and sucrose. Di
dalam uji klinis, yang melibatkan sekitar 20.000 relawan berusia 16
tahun ke atas setidaknya telah menerima satu dosis vaksin Pzifer-
BioNTech. Di dalam uji klinis yang sedang berlangsung, vaksin
Pzifer-BioNTech Covid 19 telah terbukti mampu mencegah Covid
19 setelah diberikan dua dosis dengan jarak pemberian antara dosis
pertama dan ke dua adalah tiga minggu, namun durasi waktu
pelindungan setelah diberikan vaksin kepada seseorang belum
diketahui jangka waktu perlindungannya. Uji klinis fase 2 dan fase
3 untuk vaksin Pzifer-BioNTech, mencakup orang-orang dengan
ras putih 81,90%, Hispanik 26,20%, Afrika/Amerika 9,80%, Asia
4,40%, < 3% ras lain. Berdasarkan bukti dari uji klinis, vaksin
Pzifer-BioNTech 95% efektif mencegah penyakit Covid-19, yang
dikonfirmasi di laboratorium pada orang tanpa bukti infeksi
sebelumnya (CDC,2021).
e. Vaksin Novavax
Vaksin Novavax atau NVX-CoV2372 adalah vaksin untuk
mencegah infeksi virus SARS-CoV-2 penyebab Covid-19. Vaksin
ini telah menjalani uji klinis fase 3 di Inggris dan fase 2b di Afrika
Selatan. Vaksin Novavax mengandung protein subunit yang dibuat
khusus untuk menyerupai protein alami pada virus Corona. Setelah
disuntikkan ke dalam tubuh, protein tersebut akan memicu tubuh
untuk menghasilkan antibodi untuk melawan virus Corona. Selain
itu, vaksin ini juga mengandung matrix-M yang ditambahkan untuk
meningkatkan respon sistem kekebalan tubuh dan kadar antibodi.
Menurut hasil uji klinis fase 3 yang dilakukan di Inggris, vaksin
Novavax memiliki nilai efikasi, yaitu efek perlindungan
terhadap Covid-19, sebesar 89,3%.
f. Vaksin AstraZeneca
AstraZeneca merupakan peusahaan farmasi dari Ingrris
yang telah melakukan pengembangan vaksin Covid -19 bersama
Oxford University, dan pemerintah Indonesia telah melakukan
kerjasama dalam rangka penyediaan vaksin yang disebut dengan
nama AZD1222. Vaksin AstraZeneca dibuat dari versi lemah virus
flu biasa yang berasal dari simpanse yang telah dimodifikasi
supaya tidak tumbuh pada manusia dan hingga saat ini uji coba
masih terus berlangsung dengan melibatkan sebanyak sekitar
20.000 suka relawan. Dikutip dari BBC, disebutkan bahwa vaksin
AstraZeneca memiliki keefektifan secara rata-rata adalah 70%.
Keunggulan lain dari vaksin tersebut adalah mudah untuk
didistribusikan dikarenakan tidak memerlukan penyimpanan pada
temperature ruang yang sangat dingin (Femina, 2020).
3. Efek Samping Penggunaan Vaksin Covid-19
a. Vaksin Sinovac
Ahli mengatakan efek samping vaksin Sinovac tidak
membahayakan nyawa atau menimbulkan kecacatan. Menurut
Sekretaris Eksekutif  Indonesian Technical Advisory Group on
Immunization (ITAGI), Dr dr Julitasari Sundoro, MSc-PH dalam
diskusi Tolak dan Tangkal Hoaks, “Misalnya efek samping lokal.
Jadi nyeri pada tempat suntikan. Kita kan namanya dimasukin
jarum, dimasukkin vaksin, berarti ada reaksi local. Ada juga reaksi
sistemik, misalnya pegal-pegal kemudian demam ringan. Tapi itu
sangat kecil karena vaksin yang tiba ini adalah vaksin yang
inactivated, vaksin yang mati. Jadi efek sampingnya itu jauh lebih
kecil dari vaksin-vaksin lain yang live attenuated atau vaksin-
vaksin hidup”. Efek samping vaksin sinovas yang umum dari hasil
uji klinis tersebut adalah demam, nyeri ringan dan sedikit
kelelahan.
b. Vaksin Sinopharm
Berdasarkan analisis data uji klinis tahap 2, efek samping
vaksin Sinopharm masuk dalam kategori ringan-sedang, tidak
berbahaya, dan bisa pulih dengan cepat. Efek samping yang dapat
terjadi setelah disuntik vaksin Sinopharm adalah: nyeri dan
kemerahan pada area yang disuntik, demam ringan, sakit kepala
dan rasa lelah.
c. Vaksin Moderna
Adapun efek samping dari vaksin Covid-19 Moderna
meliputi reaksi di tempat suntikan yaitu berupa perasaan nyeri,
nyeri tekan, dan pembengkakan getah bening di lengan yang sama
dari suntikan, bengkak (keras), dan kemerahan. Secara umum ada
perasaan kelelahan, sakit kepala, nyeri otot, nyeri sendi, mual dan
menggigil, mual dan muntah (Moderna, 2021).
d. Vaksin Pfizer-BioNTech
Efek samping yang dilaporkan akibat pemakaian vaksin
Pzifer-BioNTech adalah; nyeri di tempat bekas suntikan, merasa
kelelahan, sakit kepala, nyei otot, menggigil, demam, nyeri sendi,
pembengkakan di tempat suntikan, kemerahan di tempat suntikan,
mual, kurang enak badan, pembengkakan kelenjar getah bening
(limfadenopati). Kemungkinan kecil apabila jika Vaksin Pzifer-
BioNTech dapat menyebabkan alergi berat. Reaksi alergi berat
biasanya akan terjadi beberapa menit hingga satu jam setelah
mendapatkan dosis Vaksin Pfizer-BioNTech Covid-19. Biasanya
penyuntik vaksin akan meminta sipenerima vaksin untuk
menunggu sejenak agar dapat memantau apakah akan muncul
alergi berat pada si penerima vaksin. Adapun jenis kelamin laki-
laki sebanyak 50,60%, perempuan 49,40% dan sebanyak 21,40%
berusia 65 tahun dan lebih tua. Adapun relawan yang memiliki
kondisi obesitas adalah 35,10%, diabetes 8,40% dan penyakit paru-
paru sebesar 7,80% (CDC, 2021).
e. Vaksin Novavax
Efek samping ringan yang mungkin muncul setelah
vaksinasi, di antaranya: kemerahan, bengkak, atau nyeri pada
tempat suntikan, demam, meriang, kelelahan, nyeri otot, mual, sakit
kepala, muntah
f. Vaksin AstraZeneca
Beberapa efek samping yang dapat terjadi setelah menerima
vaksin AstraZeneca adalah: Nyeri, hangat, gatal, atau memar di
area suntikan, sakit kepala, Tidak enak badan, Tubuh terasa lelah,
Nyeri otot dan sendi, Muntah, Demam, Diare, Menggigil dan
Gejala flu.
4. Jenis Vaksin Yang Digunakan di Indonesia
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menetapkan tujuh vaksin
Covid-19 yang akan dipergunakan untuk pelaksanaan vaksinasi di Tanah
Air. Jenis vaksin Covid-19 yang dapat digunakan di Indonesia,
sebagaimana diberitakan Kompas.com, Kamis (31/12/2020) yakni yang
diproduksi PT Bio Farma, AstraZeneca, Sinopharm, Moderna, Novavax
Inc, Pfizer Inc dan BioNTech, dan Sinovac.
Juru Bicara Vaksin Covid-19 Kementerian Kesehatan Siti Nadia
Tarmidzi memastikan masyarakat tidak bisa memilih vaksinnya karena
ketersediaannya terbatas. Akan tetapi nantinya setiap orang akan mendapat
vaksin yang sama. Misalnya, seseorang mendapatkan vaksin Sinovac yang
harus diberikan dalam 2 dosis. Jadi keduanya pasti dari Sinovac, bukan
Pfizer atau lainnya.
5. Penerima Program Vaksin Covid-19 di Indonesia
Indonesia menargetkan sebanyak 181.554.465 penduduk berumur
di atas 18 tahun bisa mendapatkan vaksin virus corona Covid-19.  Dari
jumlah tersebut, sebanyak 1.486.840 orang tenaga kesehatan menjadi
prioritas pertama yang akan mendapatkan suntikan vaksin Covid-19.
Dalam prosesnya, sejumlah kelompok prioritas penerima vaksin
Corona telah ditentukan oleh pemerintah. Misalnya, pada tahap awal
(Januari-April 2021) penyuntikan vaksin Corona akan diberikan pada
kelompok, seperti tenaga kesehatan, pejabat publik, dan sejumlah tokoh
agama di daerah. Namun, tak semua orang dari kelompok tersebut dapat
disuntik vaksin Corona. Pasalnya, salah satu syarat penerima vaksin
Corona adalah tubuh harus dalam kondisi sehat.
Berikut beberapa syarat yang harus dipenuhi:
a. Tidak memiliki penyakit yang terdapat dalam format
screening/penapisan Penyakit tersebut antara lain:
1) Pernah menderita Covid-19
2) Mengalami gejala infeksi saluran pernapasan atas (ISPA)
seperti batuk, pilek, atau sesak napas dalam tujuh hari terakhir
3) Sedang mendapatkan terapi aktif jangka panjang terhadap
penyakit kelainan darah
4) Jantung (gagal jantung atau penyakit jantung koroner)
5) Autoimun sistemik (SLE atau Lupus, Sjogren, vaskulitis, dan
autoimun lainnya)
6) Penyakit ginjal kronis atau sedang menjalani hemodialysis atau
dialysis peritoneal atau transplantasi ginjal atau sindroma
nefrotik dengan kortikosteroid
7) Reumatik autoimun atau rhematoid arthritis
8) Penyakit saluran pencernaan kronis
9) Penyakit hipertiroid atau hipotiroid karena autoimun
10) Penyakit kanker, kelainan darah, imunokompromais/defisiensi
imun, dan penerima produk darah/transfusi.
b. Tidak sedang hamil atau menyusui.
c. Tidak ada anggota keluarga serumah yang kontak erat, suspek,
konfirmasi, atau sedang dalam perawatan karena penyakit Covid-
19
d. Apabila berdasarkan pengukuran suhu tubuh calon penerima vaksin
sedang demam (suhu sama atau di atas 37,5 celcius), vaksinasi
ditunda sampai pasien sembuh dan terbukti bukan menderita
Covid-19 dan dilakukan screening ulang pada saat kunjungan
berikutnya.
e. Apabila berdasarkan pengukuran tekanan darah didapatkan hasil di
atas atau sama dengan 140/90 maka vaksinasi tidak diberikan.
f. Penderita Diabetes melitus (DM) tipe 2 terkontrol dan HbA1C di
bawah 58 mmol/mol atau 7,5 persen dapat diberikan vaksinasi.
g. Untuk penderita HIV, bila angka CD4 < 200 atau tidak diketahui
maka vaksinasi tidak diberikan. 8. Jika memiliki penyakit paru
(asma, PPOK, TBC), vaksinasi ditunda sampai kondisi pasien
terkontrol baik. Untuk pasien TBC dalam pengobatan dapat
diberikan vaksinasi, minimal setelah dua minggu mendapat obat
anti tuberkulosis.
h. Untuk penyakit lain yang tidak disebutkan dalam format penapisan
ini dapat berkonsultasi kepada dokter ahli yang merawat
Disarankan, saat mendatangi tempat layanan vaksinasi dapat
membawa surat keterangan atau catatan medis dari dokter yang
menangani selama ini. Hal yang perlu digarisbawahi, adanya
vaksin tak boleh membuat lengah karena tubuh memerlukan waktu
untuk membentuk antibodi (kekebalan), sehingga penerima vaksin
tidak boleh meninggalkan protokol kesehatan, sampai pandemi
dinyatakan berakhir.
BAB III

MASALAH DAN PEMBAHASAN

A. Respon Masyarakat Terhadap Program Vaksinasi Covid-19 di


Indonesia
Berdasarkan data Survei Penerimaan Vaksin Covid-19 di
Indonesia, Keraguan muncul dari responden yang takut jarum suntik dan
yang pernah mengalami efek samping setelah diimunisasi. Beberapa
responden mempertanyakan proses uji klinis vaksin dan keamanannya.
Keandalan penyedia vaksin dinilai penting dan banyak yang menyatakan
bersedia menerima vaksin jika Indonesia yang memproduksinya.
Responden juga berharap pemimpin politik menjadi teladan, misalnya,
dengan menjadi yang pertama divaksin sebelum vaksinasi massal
dilakukan. Banyak responden yang tidak percaya bahwa Covid-19 (SARS-
CoV-2) nyata ataupun kemungkinannya untuk menular dan mengancam
kesehatan masyarakat. Beberapa responden menyatakan bahwa pandemi
adalah produk propaganda, konspirasi, hoaks, dan/atau upaya sengaja
untuk menebar ketakutan melalui media untuk dapat keuntungan
(Kementerian Kesehatan RI, ITAGI, WHO, UNICEF, 2020)
Persepsi masyarakat terhadap kesehatan dan pencegahan penyakit
juga merupakan faktor penting; ada banyak responden yang menganggap
mendalami spiritualitas adalah cara menjaga kesehatan dan menghadapi
penyakit. Faktor kontekstual umum lain seperti agama, persepsi terhadap
perusahaan farmasi, dan kondisi sosial, budaya, dan ekonomi juga
memengaruhi penerimaan vaksin. Beberapa responden berpendapat bahwa
anjuran memakai masker, mencuci tangan, dan menerapkan pembatasan
sosial (3M) sudah cukup. Responden yang giat mengikuti anjuran 3M
tersebut merasa sudah merasakan manfaatnya dan mempertanyakan rasio
risiko terhadap manfaat penggunaan vaksin (Kementerian Kesehatan RI,
ITAGI, WHO, UNICEF, 2020).
B. Proporsi Keterterimaan Vaksin Covid-19 di Masyarakat Dalam
Beberapa Variabel
Sekitar 74% responden mengaku sedikit banyak tahu rencana
Pemerintah untuk melaksanakan vaksinas Covid-19 secara nasional.
Persentasenya bervariasi antar provinsi. Sekitar 61% responden di Aceh
menjawab tahu rencana Pemerintah terkait distribusi vaksin Covid-19;
sedangkan di beberapa provinsi di Sumatera, Sulawesi, dan Kepulauan
Nusa Tenggara ada 65–70% responden yang mengetahui informasi
tersebut. Jumlah responden di provinsi Jawa, Maluku, Kalimantan, Papua,
dan sejumlah provinsi lain yang mengetahui informasi tersebut lebih
tinggi, yaitu sekitar 70%. Survei ini tidak mengungkap faktor-faktor
adanya variasi dan penelitian lanjutan diperlukan untuk mengetahui faktor-
faktor tersebut.
Responden berpenghasilan rendah tingkat pengetahuannya terkait
vaksin paling rendah. Tingkat pengetahuan tentang informasi tersebut
cenderung naik sesuai dengan tingkatan status ekonomi responden.
Mungkin lebih disebabkan oleh tingginya akses ke informasi yang dimiliki
responden dengan status ekonomi tinggi. Meskipun demikian, ada sedikit
perbedaan antara pengetahuan responden laki-laki dan perempuan
mengenai adanya vaksin Covid-19 dan rencana pendistribusiannya oleh
Pemerintah.
Sekitar 65% responden menyatakan bersedia menerima vaksin
Covid-19 jika disediakan Pemerintah, sedangkan delapan persen di
antaranya menolak. 27% sisanya menyatakan ragu dengan rencana
Pemerintah untuk mendistribusikan vaksin Covid-19. Kelompok ini
penting untuk mendorong keberhasilan program vaksinasi. Situasi ini
perlu dipahami dengan hati-hati; masyarakat mungkin mempunyai tingkat
kepercayaan yang berbedabeda terhadap vaksin Covid-19 karena
keterbatasan informasi mengenai jenis vaksin, kapan vaksin akan tersedia
dan profil keamanannya, lebih lanjut karena survei ini didukung ITAGI,
UNICEF, WHO, dan Kementerian Kesehatan.
Berdasarkan survei, tingkat penerimaan vaksin paling tinggi
tampak di provinsi-provinsi di Pulau Papua, Jawa, dan Kalimantan.
Tingkat penerimaan di beberapa provinsi di Sumatera, Sulawesi, dan
Maluku lebih rendah. Provinsi Papua Barat paling tinggi tingkat
penerimaannya (74%) dibandingkan dengan seluruh provinsi lainnya,
sedangkan Provinsi Aceh paling rendah (46%).
Tingkat penerimaan vaksin tertinggi (69%) berasal dari responden
yang tergolong kelas menengah dan yang terendah (58%) berasal dari
responden yang tergolong miskin. Secara umum, makin tinggi status
ekonomi responden, makin tinggi tingkat penerimaannya. Namun,
penolakan tertinggi ditunjukkan responden yang tergolong ekonomi
tertinggi (12%) dan yang terendah ditunjukkan responden kelas menengah
(7%). Satu pertiga responden yang tegolong miskin belum memutuskan
menerima atau menolak vaksin dan tingkat keraguan cenderung menurun
seiring meningkatnya status ekonomi.
Tingkat penerimaan tertinggi (75%) berasal dari responden Katolik
dan Kristen sedangkan yang terendah (44%) berasal dari responden yang
menolak memberitahukan kepercayaannya diikuti dengan penganut
Konghucu, animisme, dan kepercayaan lainnya (56%). Sekitar 63%
responden Muslim bersedia menerima vaksin dan sekitar 29% di antaranya
belum memutuskan untuk menerima atau menolak vaksin.
Tingkat penerimaan vaksin Covid-19 antara responden laki-laki
dan perempuan hampir sama. 10% responden laki-laki menyatakan
menolak divaksin dan kurang dari lima persen responden perempuan
menyatakan demikian. Lebih jauh, responden perempuan tampak lebih
ragu daripada responden laki-laki.
Tingkat penerimaan vaksin lebih tinggi ditunjukkan oleh pemilik
asuransi, terutama yang mempunyai asuransi BPJS dan asuransi swasta.
Hampir 12% responden tanpa asuransi kesehatan dan enam persen
responden dengan dua asuransi menyatakan menolak vaksin; seperempat
hingga satu pertiga responden yang memiliki asuransi menyatakan masih
ragu.
Sekitar 30% responden menyatakan bahwa mereka atau orang-
orang terdekatnya seperti anggota keluarga, teman, atau tetangga telah
tertular COVID-19 dan kelompok responden ini lebih bersedia menerima
vaksin. Responden mengungkapkan kekhawatiran terhadap keamanan dan
keefektifan vaksin, menyatakan ketidakpercayaan terhadap vaksin, dan
mempersoalkan kehalalan vaksin. Alasan penolakan vaksin Covid-19
paling umum adalah terkait dengan keamanan vaksin (30%); keraguan
terhadap efektifitas vaksin (22%); ketidakpercayaan terhadap vaksin
(13%); kekhawatiran adanya efek samping seperti demam dan nyeri
(12%); dan alasan keagamaan (8%).
BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
1. Sekitar 74% responden telah mengetahui tentang potensi vaksin Covid-
19 yang sedang dikembangkan walaupun informasi yang didapat
bervariasi berdasarkan wilayah dan status ekonomi responden.
2. Responden yang tergolong miskin paling sedikit mendapat informasi
mengenai vaksin sementara responden kelas atas sebaliknya.
3. Sekitar dua pertiga responden kemungkinan besar bersedia divaksin dan
responden yang masih ragu mempertanyakan faktor-faktor terkait
vaksin.
4. Penerimaan bervariasi antarwilayah; terendah di Aceh dan tertinggi di
Papua Barat.
5. Penerimaan tertinggi berasal dari responden kelas menengah dan paling
rendah dari responden yang tergolong miskin.
6. Responden Muslim penerimaannya lebih rendah dari responden Hindu,
Kristen, dan Katolik.
7. Responden tanpa asuransi kesehatan tingkat penerimaannya paling
rendah.
8. Ada kekhawatiran cukup besar terkait keamanan dan efektifitas vaksin;
ketidakpercayaan terhadap vaksin; dan persoalan kehalalan vaksin.
B. Saran
Diharapkan pemerintah lebih giat lagi dalam mengatasi
kekhawatiran masyarakat, dengan cara seperti menyediakan informasi
tentang keamanan dan keefektifan vaksin COVID-19 untuk publik lewat
berbagai media. Dan untuk masyarakat sendiri, cari tahulah terlebih dahulu
mengenai kebenaran vaksin covid-19, jangan mudah terpengaruh hoax
yang beredar, dukunglah program vaksinasi covid-19 dengan cara
menerima menjadi pasien vaksinasi covid-19.
DAFTAR PUSTAKA

- CNNIndonesia. (2020). Survei: Hanya 64,8 Persen Masyarakat RI Mau


Divaksin Corona. Cnnindonesia.Com.
https://www.cnnindonesia.com/nasional/20201031162756-20-
564421/survei-hanya-648-persen-masyarakat-ri-mau-divaksin-corona
- Fundrika, B.A. (2020). Bahan Vaksin Covid-19 Oxford Diisukan
Terbuat dari Janin, Fakta atau Hoax ?https://www.suara.com/health,
diakses 7 Maret 2021.
- Fundrika, B.A. (2021). Vaksinasi Covid-19 di Indonesia Akan Dibagi
Dua Gelombang, Begini Urutannya.Suara.com.https://www.suara.com/,
diakses 7 Maret 2021
- Aco, H.(2020). Virus Corona. Ini rincian harga vaksin
Covid-19 di Indonesia.
Tribunnews.com.https://www.tribunnews.com/nasional/2020/12/13/ini-
rincian-harga-vaksin-covid-19-di-indonesia?page=2, diakses 7 Maret 2021
- Nareza, M. (2021).Jangan Termakan Isu, Ini Fakta Penting Vaksin
COVID-19. https://www.alodokter.com/, diakses 7 Maret 2021
- Yvette Tan. (2021). Covid: What do we know about China's coronavirus
vaccines? https://www.bbc.com/news/world-asia-china, diakses 7 Maret
2021
- Presiden Republik Indonesia. (2021). Presiden Jokowi Menerima Vaksin
Covid-19 Perdana. https: //www.presidenri.go.id/siaran-pers, diakses 7
Maret 2021
- Centre for Desease Control and Prevention (CDC). (2021). Information
about the Moderna COVID-19 Vaccine. General information.
https://www.cdc.gov/coronavirus, diakses 7 Maret 2021
- Centre for Desease Control and Prevention (CDC). (2021). Information
about the Pfizer- BioNTech COVID-19 Vaccine. General information.
https:// www.cdc.gov/coronavirus , diakses 7 Maret 2021
- Kemenkes RI., ITAGI., WHO., UNICEF. (2020). Survei Penerimaan
Vaksin Covid-19 di Indonesia

Anda mungkin juga menyukai