Anda di halaman 1dari 71

Kata Pengantar

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT. Yang dengan izinnya maka
makalah ini dapat diselesaikan. Makalah ini merupakan makalah mengenai kasus
kedua yaitu tentang kelenjar adrenal.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada bapak dr.Ni Luh Eka atas segala
pengarahan, bimbingan, dan kasih sayang yang telah dicurahkan selama proses
tutorial. Terima kasih juga kepada kelompok tutorial A-4 atas kerjasamanya mulai dari
proses pembahasan hingga pembuatan makalah ini.
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah sebagai laporan dan kesimpulan dari
diskusi yang telah kami lakukan dalam pembahasan kasus keempat ini serta untuk
menambah pengetahuan penulis pada khususnya dan pembaca pada umumnya.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih sangat jauh dari kesempurnaan,
maka dari itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari
pembaca agar kami dapat lebih baik lagi untuk ke depannya.
Terimakasih atas segala perhatiannya dan semoga makalah ini dapat
bermanfaat.

Jakarta, Juli 2011

Penulis

LEMBAR PENGESAHAN
MAKALAH KASUS

Adrenal

Diajukan untuk memenuhi tugas tutorial di


Fakultas Kedokteran
UPN Veteran Jakarta

Pada tanggal : ........................................


Telah ditandatangani dan disetujui
Di Jakarta

Pembimbing Tutorial

dr.Ni Luh Eka

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................1
LEMBAR PENGESAHAN.................................................................................................2
DAFTAR ISI......................................................................................................................3
BAB I KASUS
A. KASUS...............................................................................................................4
B. LEARNING PROGRESS....................................................................................7
BAB II PEMBAHASAN
A.
B.
C.
D.
E.

KELENJAR ADRENAL........................................................................................10
HORMON ADRENAL...................................................................16
TES FUNGSI HORMON ADRENAL.................................................................40
GANGGUAN KELENJAR ADRENAL.................................................................45
SINDROM CUSHING..........................................................................................56

DAFTARPUSTAKA...................................................................................................55

Kasus
Part 1
Ny Chumaeroh berumur 53 tahun, dirawat di ruang rawat inap penyakit dalam rumah
sakit Gatot Soebroto dengan keluhan sakit kepala dan mual-muntah.
RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG :
3 hari SMRS penderita merasakan bahwa pusing kumat-kumatan dan mual terus
menerus. Makan sedikit-sedikit karena setiap kali makan langsung muntah tapi tidak
ada darah. Selain itu penderita juga merasa nyeri ulu hati, badan lemah dan sulit tidur.
RIWAYAT PENYAKIT DAHULU :
Sejak 5 tahun yang lalu penderita mengeluhkan nyeri lutut terutama pagi hari dan untuk
mengatasinya 2 tahun terakhir penderita minum jamu pegal linu sebanyak 4-5 bungkus.
Jamu tersebut dihentikan total sejak 1 minggu sebelum MRS. Dalam 1 tahun terakhir
penderita tampak bertambah gemuk (BB tidak pernah ditimbang), muka seperti
bengkak, kemerahan dan banyak jerawat, leher bagian belakang tampak lebih besar,
sering sulit tidur, kulit mudah luka bila digaruk, BAB dan BAK normal. Riwayat tekanan
darah sejak 1 tahun lalu tapi tidak pernah minum obat dan control, penyakit DM
disangkal dan riwayat minum alcohol dan sedang dalam pengobatan disangkal serta
sudah menopause.
Part 2 :
Pemeriksaan fisik :
Keadaan umum : tampak lemah, kesadaran compos mentis
Tanda vital
36,5oC

: TD 140/80 mmHg, Nadi 88x/menit,Frekuensi nafas 20x/menit,suhu

Status gizi

: BB : 60 kg,TB : 155 cm

Kepala dan Leher : konjungtiva pucat (-),sclera ikterik (-),edema wajah (fullmoon
face), muka kemerahan (facial plethora),akne (+),pembesaran pada
leher dan bagian belakang (buffalo hump), sianosis (-), dan
pembesaran KGB (-)
Thorax :
-

Paru-paru
4

Inspeksi : bentuk dada normal, pergerakan dada simetris


Palpasi : tidak ada pelebaran ICS,fremitus vocal sinistra = dekstra
Perkusi : sonor di seluruh lapang paru
Auskultasi : vesikular, wheezing (-), ronkhi (-)
-

Jantung
Inspeksi : Iktus kordis tidak teraba
Palpasi : iktus kordis tidak teraba
Perkusi : batas jantung kanan : parasternal line ICS III dekstra
batas jantung kiri
: midklavikula line ICS V sinistra
Auskultasi : S1/S2 tunggal regular, tidak ada gallop dan murmur

Abdomen :
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi

: striae warna keunguan dengan kulit tampak menipis


: supel, hepar/lien tidak teraba, nyeri tekan (-)
: timpani di seluruh lapang abdomen
: bising usus ( ), meteorismus

Ekstremitas :
Edema pada kedua kaki (-), sendi lutut tidak ada pembengkakan, tidak ada
kemerahan, tidak nyeri tekan, nyeri gerak (+),genu sinistra
Kulit :
Seluruh badan hiperpigmentasi (-)
Pemeriksaan Penunjang :
Darah lengkap :
Hb 13,1 gr/dL
Leukosit 9.600/mm3
Trombosit 307.000/ mm3
LED 28 mm/jam
Kadar natrium serum 137 mEq/L (N: 135-245 mEq/L), kalium serum 3,8 mEq/L (N : 3,7
5,2 mEq/L)
Kadar gula darah puasa 142 mg/dL (N : 70-110 mg/dL)
Kadar gula darah 2jpp 176 mg/dL

(N : <140 mg/dL)

Fungsi hati :
SGOT 41 U/L
SGPT 35 U/L

(N: 7-56 U/L)


(N:5-40 U/L)

Fungsi ginjal :
5

BUN 38 mg/dL

(N: 15-50 mg/dL)

Serum kreatinin 1,0 mg/dL (N: 0,6-1,2 mg/dL)


Kadar lipid :
Kolesterol total 223 mg/dL (N: <200mg/dL)
Trigliserida 155 mg/dL

(N: <!50 mg/dL)

Urinalisa :
Kortisol pagi 0,9 ug/dL
Sore 1,1 ug/dL

(N: 4,2-38,4 ug/dL)


(N: 1,7 16,6 ug/dL)

pH : 5,5, keton (-),protein (-), glukosa (-),bilirubin (-), nitrit (-),dara samar (-),urobilinogen
(-)
Penderita telah melakukan pemeriksaan CT scan double kontras kepala tidak
ditemukan tumor di hipofisis

Page 3
Akhirnya dr SpPD mendiagnosis Ny Chumaeroh menderita Sindrom Cushing
iatrogenic + insufiensi adrenal sekunder + suspect Osteoartritis genu sinistra +
hipertensi. Kemudian oleh dokter diberikan dexamethason inj, ranitidine inj, meloxicam
kapsul. Segera timbul perbaikan nyata, dilanjutkan dengan metilprednisolon 1x4 mg.
Setelah pasien pulang disarankan tetap control dan dosis kortikosteroid dikurangi
hingga dosis metilprednisolon setengah tablet (2mg) satu minggu tiga kali.

LEARNING PROGRESS
Page 1 :
Problem :
1. Mengapa Ny Chumaeroh mengeluhkan :
a. Sakit kepala
b. Mual, muntah tidak ada darah
c. Nyeri ulu hati
d. Badannya lemah
e. Sulit tidur
f. Nyeri lutut di pagi hari
2. Apa hubungannya minum jamu dengan keluhan-keluhan Ny Chumaeroh?
3. Apa saja komposisi jamu tersebut?
4. Apa saja pengaruh minum jamu terhadap keluhan-keluhan Ny Chumaeroh:
a. Kegemukan
b. Muka seperti bengkak
c. Kemerahan dan berjerawat
d. Pada leher bagian belakang tampak lebih besar
e. Sering sulit tidur
f. Mudah luka apabila digaruk
5. Apa yang menyebabkan riwayat tekanan darah ?
6. Mengapa penyakit DM, riwayat minum alcohol dan pengobatan perlu
ditanyakan?
7. Apakah hubungan menopause dengan keluhan-keluhan ?
Hipotesis :
1.
2.
3.
4.

Gangguan sistem pencernaan


Sindrom Cushing
Gangguan ginjal
Gangguan Sendi

More Info :
1. Anamnesis : apakah pasien sering haus ?
2. Pemeriksaan fisik :
a. Vital sign
b. Status gizi
c. Pemeriksaan kepala : konjungtiva, sclera,kulit muka
d. Pemeriksaan leher : bagian posterior
e. Thorax : paru-paru dan jantung
f. Abdomen
g. Ekstremitas
7

h. Kulit
Page 2 :
1. Mengapa :
a. tampak lemah
b. TD 140/80 mmHg
c. Edema pada wajah, muka kemerahan (facial plethora),acne,pembesaran
pada leher bagian belakang
d. Pada abdomen : striae warna ungu serta bising usus meningkat

2. Mengapa diperiksa :
a. Natrium
b. Kalium
c. Kadar gula puasa
d. Kadar gula darah 2 jpp
e. Lipid
f. Kortisol pada pagi hari dan sore hari?
g. CT scan double kontras ?
3. Mengapa pH turun menjadi 5,5 ?
IDK :
1. Kelenjar adrenal :
a. Definisi
b. Anatomi
c. Histologi
d. Embriologi
e. Fisiologi
2. Hormon adrenal :
a. Sintesis
b. Metabolisme
c. Transportasi
d. Mekanisme kerja
e. Fungsi/efek hormone
f. Ekskresi
g. Regulasi
3. Tes fungsi hormon adrenal
4. Gangguan kelenjar adrenal :
a. Definisi
b. Epidemiologi
c. Faktor resiko
d. Gejala klinis
e. Komplikasi
f. Patofisiologi
8

g. Patogenesis
h. Diagnosis
i. Pemeriksaan
j. Tatalaksana
k. Prognosis
5. Sindrom Cushing
6. Tappering off kortikosteroid

A. KELENJAR ADRENAL
1. ANATOMI KELENJAR ADRENAL
Kelenjar adrenal terletak di retroperitoneum di puncak ginjal, satu di setiap sisi.
Dikelilingi oleh kapsul adipose dan fascia renal. Setiap kelenjar adrenal dipisahkan
menjadi
dua struktur beda, adrenal korteks dan medulla. Korteks terutama
menghasilkan kortisol, aldosteron, dan androgen. Medula menghasilkan epinefrin dan
norepinefrin. Kelenjar yang kanan terletak di belakang lobus kanan hepar dan tepat di
sebelah posterolateral IVC . Adrenal kiri anterior dibatasi oleh kantung minor dan
lambung.
Limfatik pembuluh vena kelenjar suprarenalis suprarenalis biasanya menyertai,
dan berakhir pada kelenjar aorta lateral, kadang-kadang beberapa dari mereka
menusuk krura dari diafragma dan berakhir pada kelenjar mediastinum posterior.
Vaskularisasi :
Arteri suprarenal superior dicabangkan oleh arteri inferior frenikus
Arteri Suprarenal media dicabangkan oleh aorta abdominalis
Arteri suprarenal oleh arteri renalis
Vena kelenjar adrenal:
Vena suprarenal kanan mengalir ke vena kava inferior melalui vena suprarenal kiri
mengalir vena ginjal atau sebelah kiri vena inferior frenikus

Gambar 1.1

10

Gambar 1.2 Sumber


Sobotta

11

Gambar 1.3 pembuluh limfe . Pembuluh limfe akan berkumpul di nodus


limfe lumbar
Sumber : Greys anatomy

12

Gambar 1.4 Nerves celiac plexus mempersarafi


kelenjar adrenal. Sumber : greys anatomy

13

Gambar : 1.5 Nerves splanchnici thoracici (T11


dan T12) .
Sumber : greys anatomy

14

2. HISTOLOGI :
Di dalam kapsul setiap kelenjar adrenal terdapat korteks adrenal, terbentuk dari
sel mesodermal embrio, yang sepenuhnya mengelilingi medula adrenal dalam
embriologis berasal dari sel pial neural. Kedua daerah ini sangat baik vascularized
dengan fenestrated kapiler sinusoidal. Sel kortikal terstruktur sebagai tiga lapisan: zona
dekat glomerulosa kapsul, zona fasciculata (lapisan tebal), dan zona reticularis.

Gambar 1.6 Histologi


Junquiera
FISIOLOGI KELENJAR ADRENAL

Jumlahnya sepasang

Masing2 beratnya 4 gram


15

Letaknya di kutub superior kedua ginjal

Terdiri dari 2 bagian :


medula dan korteks

20 %

80 %

A. Medula Adrenal
Mengeluarkan/ mensekresi katekolamin. Terdiri dari neuron-neuron simpatis
pascaganglion yang mengalami modifikasi. Neuron-neuron yg ada di medula
adrenal tdk memiliki serat-serat akson yg berakhir ke organ efektor. Badan
sel ganglion di dlm medula adrenal mengeluarkan zat perantara mereka
langsung ke dlm darah setelah mendapat rangsangan dari serat
paraganglion.

Dari katekolamin total medula adrenal yg dihasilkan, 80 % berbetuk epinefrin


dan 20 % norepinefrin.

Efek epinefrin dan norepinefrin :


- memperkuat saraf simpatis
- efek metabolik ( glukoneo dan glikogenolisis)

di hati.
16

- mempengaruhi susunan saraf pusat untuk mendorong keadaan


terjaga dan peningkatan kewaspadaan SSP.
- menyebabkan pengeluaran keringat
- bekerja pd otot polos mata untuk membesarkan pupil dan
mendatarkan lensa.
B. Korteks
Mensekresi kortikosteroid. Kortikosteroid disintesis dari kolestrol steroid,
dan semuanya mempunyai rumus kimia yg sama. Steroid adrenal dibedakan
menjadi 3 kategori :
1. mineralokortikoid aldosteron
* mempengaruhi elektrolit mineral CES

terutama natrium &

kalium.
2. glukokortikoid kortisol
* berperan dlm peningkatan kadar glukosa darah.
3. hormon sex/ androgen dehidroepiandrosteron ( DHEA )
* menimbulkan efek maskulinisasi/ feminisasi.

17

REFERENSI :
Sherwood dan guyton

18

B. HORMON ADRENAL
1. Kelenjar Adrenal
Secara anatomis kelanjar adrenal dibedakan atas:
a. Adrenal korteks yang tersusun atas:
1) Zona glomerolusa
2) Zona fasikulata
3) Zona retikularis
b. Adrenal medulla yang menghasilkan:
1) Epinefrin
2) Nor-epinefrin
Adrenal Medulla
Nor-epinefrin (20%) yang ada dalam sirkulasi darah menyebabkan konstriksi
seluruh pembuluh darah tubuh. Hal ini menyebabkan peningkatan aktivitas
jantung, penghambatan saluran gastrointestinal, dan pelebaran pupil mata.
Epinefrin (80%) menimbulkan efek yang kurang lebih sama dengan norepinefrin. Perbedaan yang bisa dicatat adalah:
Epinefrin mempunyai efek metabolik 5 10 kali lebih besar daripada norepinefrin. Akibatnya, perangsangan terhadap jantung juga menjadi lebih
besar.
Efek epinefrin dalam mengkontriksikan pembuluh darah dalam otot lebih
lemah dibanding nor-epinefrin.
Adrenal Korteks
1. Zona Glomerolusa
-

Zona ini secara eksklusif memproduksi mineralokortikoid, terutama


aldosteron.

2. Zona Fasikulata

Zona ini mensintesis glukokortikoid, terutama kortisol.

3. Zona Retikularis

Zona ini menghasilkan hormon seks adrenal (androgen dan estrogen)


yang identik dengan yang dihasilkan gonad. Namun androgen dan
19

estrogen adrenal ini tidak cukup kuat untuk menimbulkan efek


maskulinitas dan feminitas.

Hormon Glukokortikoid
Glukokortikoid merupakan steroid 21-karbon yang kerjanya banyak dan salat
satu diantaranya yang paling penting adalah glukoneogenesis.
Kortisol merupakan glukokortikoid yang dominan pada manusia.
Hormon steroid adrenal disintesis dari kolesterol yang terutama berasal dari
plasma.
Semua hormon steroid mamalia dibentuk dari kolesterol lewat pregnenolon
melalui serangkaian reaksi yang terjadi di dalam mitokondria atau di dalam
retikulum endoplasma sel adrenal.

Sintesis
Sintesis kortisol memerlukan tiga enzim hidroksilase yang bekerja secara
berurutan pada posisi C17, C 21 dan C11.
Harper pg.551 pict.48-3

Regulasi
Regulasi kortisol dipengaruhi oleh hormon ACTH yang disekresi oleh hipofisis.
ACTH ini merangsang sekresi kortisol.
Sekresi ACTH sendiri diatur oleh
Factor/Hormone) dari hipotalamus.

CRF/CRH

(Corticotropin

Releasing

ACTH ini mengaktifkan sel adrenokortikal untuk memproduksi steroid melalui


peningkatan siklik adenosin monofosfat (cAMP).
Faktor utama yang mengontrol ACTH dan CRH adalah :
a. Kadar kortisol dalam plasma
20

Kortisol mempunyai efek umpan balik negative terhadap (1) hipotalamus untuk
menurunkan pembentukan CRF dan (2) kelenjar hipofisis anterior untuk menurunkan
pembentukan ACTH. Kedua umpan balik ini membantu mengatur konsentrasi kortisol
dalam plasma. Jadi, bila konsentrasi kortisol menjadi sangat tinggi, maka umpan balik
ini secara otomatis akan mengurangi jumlah ACTH sehingga kembali ke keadaan
normal
b. Stress
Stress baik fisik, emosional menyebabkan terjadinya sekresi CRH dan arginin
vasopressin dan aktivasi dari system saraf simpatis. Hal ini akan meningkatkan sekresi
ACTH.

Transportasi
Kortisol beredar dalam plasma dalam bentuk terikat protein dan bentuk bebas.
Kortisol bebas merupakan bentuk hormon yang aktif dan tidak terikat dengan
protein dan mereka dapat secara lagsung bereaksi ke organ target. Normalnya
5%
Kortisol terikat protein
Plasma mempunyai dua macam pengikat kortisol. Yang pertama mempunyai
afinitas yang tinggi yaitu kortisol binding globulin (CBG) dan yang lainya
mempunyai afinitas yang rendah, kadar protein yang tinggi yaitu albumin.
Protein pengikat yang utama di dalam plasma adalah -globulin yang dinamakan
transkortin atau globulin pengikat-kortikosteroid (CBG; corticosteroidbinding globulin). CBG diproduksi di hati.
CBG mengikat sebagian besar hormon tersebut kalau kadar kortisol plasma
berada dalam kisaran normal; kortisol dalam jumlah yang lebih kecil terikat ke
albumin.

Metabolisme
Sekresi kortisol tiap harinya berkisar antara 40-80 mol, yang disekresi dengan
irama circardian.

21

Kadar kortisol dalam plasma ditentukan oleh sekresinya, inaktivasinya dan


eksresinya. Hati adalah organ utama untuk penginaktivan steroid.
Enzim utama yang meregulasi metabolism kortisol adalah 11-hydroxysteroid
dehydrogenase (11-HSD).
Ada dua isoforms : 11-HSD 1 diekspresikan terutama di hati dan bertindak
sebagai reductase, mengkonversi inactive kortison ke dalam bentuk
glukokortikoid yang aktif yaitu kortisol. 11-HSD 2 diekspresikan di sejumlah
jaringan dan mengkonversi kortisol dalam bentuk yang tidak aktif, kortison.

Mekanisme kerja
1) hormon masuk ke dalam sel melalui membran sel;
2) hormon berikatan dengan reseptor protein di dalam sitoplasma;
3) kompleks hormon-reseptor kemudian berinteraksi dengna urutan DNA
pengatur spesifik, yang disebut elemen respons glukokortikoid, untuk
membangkitkan atau menekan transkripsi gen;
4) glukokortikoid akan meningkatkan atau menurunkan transkripsi banyak gen
untuk mempengaruhi sintesis mRNA untuk protein yang memperantarai berbagai
pengaruh fisiologis.
Harper pg.511 pict.44-1

Ekskresi
Kortisol dalam jumlah kecil di ekskresikan melalui urin.
Nilai normalnya 20-90 g/24jam
Konversi dan Ekskresi
Kortisol mengalami banyak modifikasi sebelum diekskresikan dalam urin, kurang
dari 1% dari sekresi kortisol terdapat dalam urin tanpa mengalami perubahan
Konversi dalam hepar

22

4
reduktase

3 hidroksisteroid
dehidrogenase

11 hidroksisteroid
dehidrogenase

3 hidroksisteroid
dehidrogenase

Tetrahidrokortison & tetrahidrokortisol diubah menjadi asam kortoat


Kortison & kortisol juga di metabolisme menjadi kortol dan kortolon
Kortisol
6-hidroksikortisol, yang larut dalam air dan disekresi lewat urin tanpa
mengalami perubahan
Konjugasi dalam hepar
>95% kortisol dan kortison mengalami konjugasi metabolisme dalam hepar dan
kemudian masuk kembali ke dalam sirkulasi untuk diekskresikan dalam urin.
Konjugasi terutama dengan asam glukoronat pada posisi 3-hidroksil dan dalam
jumlah yang sedikit oleh sulfat pada gugusan 21-hidroksil.
23

Fungsi hormon
Efek kortisol terhadap metabolisme karbohidrat
- Untuk merangsang proses glukoneogenesis oleh hati dan meningkatkan jumlah
penyimpanan glikogen dalam sel sel hati dengan cara meningkatkan enzim terkait
dan pengangkutan asam amino dari jaringan ekstrahepatik, terutama dari otot.
- Penurunan pemakaian glukosa oleh sel dengan menekan proses oksidasi
NADH untuk membentuk NAD+
- Kortisol menurunkan kecepatan pemakaian glukosa oleh sel sel tubuh.
- Peningkatan kadar glukosa darah dan Diabetes Adrenal dengan menurunkan
sensitivitas jaringan terhadap insulin.

Efek kortisol terhadap metabolisme protein


-Kortisol mempunyai kemampuan untuk mengurangi penyimpanan protein di
seluruh sel tubuh kecuali protein dalam hati
-Hal diatas dikarenakan oleh berkurangnya sintesis protein dan meningkatnya
katabolisme protein yang sudah ada di dalam sel.
- Kortisol menyebabkan peningkatan protein hati dan protein plasma.
Efek kortisol terhadap metabolisme lemak
- Kortisol meningkatkan lipolisis simpanan lemak di jaringan adiposa, sehingga
terjadi pembebasan asam asam lemak ke dalam darah.
- Asam-asam lemak yang dimobilisasi ini dapat digunakan sebagai bahan bakar
metabolik alternatif bagi jaringan yang dapat memanfaatkan sumber energi ini sebagai
pengganti glukosa.
Efek permisif
Kortisol sangat penting karena sifat permisifnya. Sebagai contoh, kortisol harus
ada dalam jumlah yang adekuat agar katekolamin dapat memicu vasokontriksi.
Seseorang yang tidak memiliki kortisol, jika tidak diobati, dapat mengalami syok
sirkulasi pada situasi-situasi stres yang memerlukan vasokontriksi luas yang segera.
Jaringan Ikat
24

Dalam jumlah berlebihan


menghambat fungsi fibroblas
kehilangan jaringan
kolagen dan jaringan ikat
penipisan kulit, mudah mengelupas, pembentukan striae,
kesulitan penyembuhan luka
Tulang
Dalam jumlah berlebihan
menghambat pembentukan tulang dengan menurunkan
proliferasi sel dan sintesis RNA, protein, kolagen dan hialuronat.
Secara langsung menstimulasi sel-sel yang meresorbsi tulang , menyebabkan osteolisis
dan meningkatkan ekskresi hidroksiprolin di urin.
Memperkuat efek PTH dan 1,25-dihidroksikolekalsiferol (1,25 [OH] 2D3) pada tulang
resorpsi akhir tulang
Metabolisme Kalsium
Glukokortikoid menghambat absorpsi kalsium dari usus sehingga menurunkan kadar
kalsium serum
dan terjadi peningkatan sekunder sekresi PTH yang menstimulasi
resorpsi tulang.
Meningkatkan ekskresi kalsium di urin
Penurunan reasorpsi fosfor di tubulus mengakibatkan fosfaturia dan penurunan kadar
fosfor dalam serum.
Penurunan pembentukan tulang dan peningkatan resorpsi menyebabkan osteopenia.
Pertumbuhan dan Perkembangan
Mempercepat perkembangan sejumlah sistem dan organ-organ pada fetus dan
jaringan-jaringannya yang berdiferensiasi.
Dalam jumlah yang berlebihan akan menghambat pertumbuhan pada anak-anak.
Fungsi Kardiovaskular
Meningkatkan curah jantung dan tonus vaskular di perifer;
mungkin dengan
meningkatkan efek vasokonstriktor-vasokonstriktor lain misalnya: katekolamin.
Mengatur ekspresi reseptor adrenergik.
Kelebihan glukokortikoid dapat menyebabkan hipertensi.
Fungsi Ginjal

25

Steroid mempengaruhi keseimbangan cairan dan elektrolit dengan bekerja melalui


reseptor-reseptor mineralokortikoid (retensi Na-air, hipokalimea dan hipertensi)
Fungsi Susunan Saraf Pusat
Berlebihan

Mula mula euforia, kemudian mencakup iritabilitas, labilitas, emosi dan


depresi

Banyak pasien yang mengalami kegagalan fungsi kognitif; ingatan dan


konsentrasi

Peningkatan nafsu makan, penurunan libido, insomnia, penurunan tidur


fase REM dan peningkatan tidur stadium II

Defisiensi

Pasien dengan penyakit Addison bersifat apatis dan depresi, cenderung


mudah terangsang, negativistik dan reklusif.

Mengalami penurunan selera makan tapi peningkatan sensitivitas


pengecapan dan mekanisme penciuman.

Peranan terhadap inflamasi


Pemberian kortisol dalam jumlah besar biasanya dapat menghambat proses inflamasi
atau malah dapat membalikkan sebagian besar efeknya segera ketika proses inflamasi
mulai terjadi.
Kortisol mempunyai efek berikut ini dalam mencegah proses inflamasi:
- Kortisol menybabkan stabilisasi membran lisosom
- Kortisol menurunkan permeabilitas kapiler
- Kortisol menurunkan migrasi sel darah putih ke dalam daerah inflamasi dan
fagositosis sel
yang rusak
- Kortisol menekan sistem imun sehingga menekan produksi limfosit
- Kortisol menurunkan demam terutama karena kortisol mengurangi pelepasan
interleukin-1
dari sel darah putih
26

Efek terhadap alergi


Kortisol menghambat reaksi inflamasi akibat alergi
Efek terhadap sel darah dan imunitas pada penyakit infeksi
- Kortisol mengurangi jumlah eosinofil dan limfisit di dalam darah
- Kortisol menyebabkan atrofi jaringan limfoid kurangi keluanya sel sel T
dan antibodi dari jaringan limfoid tingkat kekebalan terhadap benda asing berkurang
kadang menyebabkan infeksi fulminan dan kematian
Efek Terhadap Hormon Lainnya
Fungsi Tiroid

Dalam jumlah berlebihan dapat menyebabkan respons TSH terhadap


TRH subnormal, TBG menurun, T4 bebas normal, T3 total dan bebas
rendah. Karena glukokortikoid menurunkan konversi T4 menjadi T3 dan
meningkatkan konversi menjadi T3 reverse.

Fungsi Gonad

Pria: Glukokortikoid hambat sekresi gonadotropin

Wanita: Glukokortikoid menekan respons LH terhadap GnRH sehingga


mengakibatkan amenore

Efek-Efek Lainnya
Ulkus Peptikum

Dapat meningkatkan resiko

Efek-efek oftalmologis

Tekanan intraokuler bervariasi sesuai kadar glukokortikoid yang beredar


dan paralel dengan variasi sirkadian kadar kortisol plasma.

Kadar berlebihan mengakibatkan peningkatan tekanan intraokuler pada


pasien glaukoma sudut terbuka

Terapi glukokortikoid dapat menyebabkan timbulnya resiko terkena


katarak

27

Mineralokortikoid
Mineralokortikoid yang utama adalah aldosteron. Aldosteron diproduksi di zona
glomerulosa terutama dikontrol oleh sistem rennin-angiotensin. Aldoteron juga
dipengaruhi oleh ACTH, keseimbangan & konsentrasi Ca.
Sintesis
Se-sel adrenal pada zona glomerulosa mensintesis dan mensekresikan
aldosteron mineralkortikoid. Sel-sel pada zona glomerulosa tidak mempunyai aktivitas
dari 17-hidroksilase. Untuk itu, pregnenolon dapat dikonversikan hanya untuk
progesterone. Sel-sel dari zona glomerulosa juga kekurangan aktivitas dari 11hidroksilase, jadi 11-deoksikortikosteron tidak dapat dikonversikan menjadi
kortikosteron. Namun, di zona ini terdapat aktivitas dari sintesis aldosteron, dan enzim
ini mengkonversikan 11-deoksikortikosteron menjadi kortikosteron, kortikosteron
menjadi 18-hidroksikortikosteron, dan 18-hidrokortikosteron menjadi aldosteron,
prinsipnya mineralokortikoid diproduksi oleh kelenjar adrenal.

Gambar 2.1 Biosintesis


Hormon

Sintesis dan Pelepasan


28

Sintesis aldosteron dan pelepasannya di adrenal zona glomerolusa predominan


diregulasi oleh angiotensin II dan ekstraseluler K + dan dikontrol oleh ACTH. Aldosteron
merupakan bagian dari rennin-angiotensin-aldosteron sistem, yang bertanggung jawab
terhadap sirkulasi homeostasis yang berespon terhadap kehilangannya garam dan
cairan. Komponen dari sistem ini berespon cepat untuk mereduksi pada volume
intravaskular dan ginjal perfusi. Angiotensin II merupakan stimolator utama dari
produksi aldosteron ketika volume intravaskular direduksi.
Angiotensin II dan K+ menstimulasi pelepasan aldosteron dengan peningkatan
konsentrasi intraseluler Ca2+, keduanya menghasilkan hasil yang sama dengan
mekanisme yang berbeda. Angiotensin II berikatan dengan protein G. Dua tipe dari
reseptor AT1 dan AT2, dapat diidentifikasi yang berinteraksi dengan varian heterotrimerik
protein G, termasuk Gq/11, Gp, G12 dan G13. Reseptor AT1 sudah ditunjukkan untuk yang
paling mediet kerja fisiologis dari angiotensin II, khususnya fungsi vaskular.
Bagaimanapun, reseptor AT2 diekspresikan dibeberapa jaringan, termasuk kelenjar
adrenal, dan mungkin berkontribusi untuk induksi angiostensin pelepasan aldosteron.
Perbedaan protein G pasangan isoform untuk sinyal kaskade berbeda, menghasilkan
aktivasi dari fosfolipase C, yang mana dihasilkan pelepasan diasilgliserol dan inositol
1,4,5-trifosfotase dari fosfatidilinositol-4,5-bifosfat. Diasilgliserol menstimulasi protein
kinase C, dimana inositol 1,4,5-trifosfat menaikkan kadar inraseluler kalsium (Ca 2+),
dengan menstimulasi pelepasan dari Ca 2+ dari penyimpanan internal. Angiotensin II juga
mediasi influx dari eksternal Ca 2+ dibawa dihidropiridin-insensitif channel Ca2+pada
membrane plasma. K+, di sisi lain, mediasi influx dari ekstraseluler Ca 2+ melalui voltagegate L- dan T-tipe jalur Ca2+.
Stimulus fisiologis untuk pelepasan aldosteron adalah menurunkan volume darah
intravaskular efektif. Penurunan pada volume disebabkan penurunan tekanan perfusi
ginjal, yang mana dirasakan oleh apparatus juxtaglomelular (baroreseptor) dan trigertriger pelepasan rennin dari sel-sel macula densa pada tubulus distal. Pelepasan rennin
juga diregulasi oleh konsentrasi NaCl pada macula densa, konsentrasi plasma elektrolit,
kadar angiotensin II, dan nada simpatetik. Katalis rennin dikonversi dari
angiotensinogen, protein derivate hati, menjadi angiotensin I. sirkulasi angiotensin I
dikonversi menjadi angiotensin II oleh sel-sel endothelial, utamanya di paru-paru.
Peningkatan sirkulasi angiotensin II diproduksi langsung dari vasokonstriksi arteriolar,
tapi hal ini juga terjadi karena pengikatan ke reseptor angiotensin II pada sel-sel
adrenokortikal pada zona glomerulosa, menstimulasi fosfolipase C. yang menghasilkan
peningkatan intraselular Ca2+, menyebabkan stimulasi dari sintesis dan pelepasan
aldoste ron.Potassium juga stimulasi fisiologis utama untuk produksi aldosteron.

29

Gambar 2.2
Mekanisme Hormon

Metabolisme
Total pengeluaran dari aldosteron lebih sedikit dari glukokortikoid. Kadar plasma
aldosteron rata-rata 0,006-0,01 g/dL (kontras dengan kada kortisol 13,5 g/dL).
Sekresinya dapat dinaikkan 2-6 kali dari deplesi sodium atau dengan menurunkannya
dalam volume darah efektif, seperti yang terjadi dengan ascites. Ikatan aldosteron ke
plasma protein yang minimal, menghasilkan waktuparuh dalam plasma kira-kira 15-20
menit. Aldosteron dimetaboisme di hati menjadi derivate tetrahidroglukorinid dan
diekskresi di urin. Fraksi dari aldosteron dimetabolisme menjadi aldosteron 18glukoronid, yang akan dihidrolisis kembali menjadi aldosteron bebas jika dalam kondisi
pH yang rendah; sehingga hal ini disebut konjugasi asam labil. Kira-kira 5% dari
aldosteron diekskresikan menjadi konjugasi asam labil; yang ada pada urin 1% dan
lebih dari 40 diekskresi sebagai tetraglukoronid.

Efek Khusus Hormon


Ikatan aldosteron dengan mineralokortikoid reseptor pada sel-sel utama dari
tubulus distal dan duktus pengumpul pada nefron, memproduksi peningkatan
reabsorpsi ekskresi dari sodium dan potassium. Aldosteron juga menyebar melewati
membrane plasma dan berikatan ke reseptor sitosolik. Reseptor hormone kompleks
ditranslokasikan ke nucleus, dimana interaksi dengan bagian promoter dari target gen,
mengaktivasi atau menekan aktivitas dari transkripsi. Aldosteron
meningkatkan
pemasukan sodium pada membrane apikal dari sel-sel di distal nefron pada amilorid
sensitif jalur epitel Na. Na+/K+- adenosine trifosfatase (ATP-ase), berlokasi di membrane
basolateral, mengatur konsentrasi sodium intraseluler dengan mereabsorpsi sodium ke
30

ekstraseluler dan kompartemen darah. Peningkatan pada reabsorpsi Na + menyebabkan


peningkatan reabsorpsi air, menciptakan gradient elektrokimia yang difasilitasi transfer
dari intraseluler K+ dari sel-sel tubular kedalam urin. Ketika kebanyakan filtrasi Na +
direabsorpsi di tubulus proksimal, hanya sedikitdari sodium yang dapat dijangkau
tubulus distal. Faktanya, hanya 2% dari filtrasi sodium dibawah regulasi dari aldosteron.
Spesifik efek dari aldosteron adalah untuk meningkatkan sintesis dari channel
Na pada apikal membran, meningkatkan sintesis dan aktivitas dari Na +/K+ - ATP-ase
pada membrane basolateral (yang menarik sitosolik Na + ke interstitium untuk pertukaran
dengan K+), dan meningkatkan ekspresi dari H +-ATP-ase pada membrane apical dan
Cl-/HCO3 penukar pada membrane basolateral dari sel-sel interkalad. Sel-sel ini ekspres
karbonik anhidrase dan berkontribusi untuk asifikasi dari urin dan alkalisasi dari
plasma..
+

Kerja mineralokortikoid pada lebih sedikit tipe-tipe sel daripada glukokortikoid.


Jaringan aldosteron sensitif termasuk epitel dengan resistensi tinggi elektrikal, seperti
bagian distal dari nefron, permukaan epitel dari distal kolon, dan salivar dan duktus
kelenjar keringat. Sel-sel lain yang mengekspresikan minerealkortikoid reseptor sudah
diidentifikasi, sepeti keratinosit epidermal, saraf-saraf dari sistem pusat saraf, miosit
kardiak, dan endothelial serta sel-sel otot halus dari vaskulata (pembuluh besar). Unutk
itu, efek tambahan dari aldosteron termasuk peningkatan reabsorpsi sodium pda
salivary dan kelenjar keringat., peningkatan ekskresi dari K + dari kolon dan efek
inotropik dari jantung. Lokasi efek dari aldosteron tidak ada hubungnannya denga
hemodinamik efek dan mempunyai implikasi pada pembentukkan dari fibrosis
miokardial pada hipertrofi ventricular. Di otak, efek aldosteron regulasi neural dari
tekanan darah, garam appetite, regulasi volum, dan keluaran simpatetik.
Walaupun derivate aldosteron hanya ada pada zona glomerulosa dari kelenjar
adrenal, sekarang terlihat aldosteron mungkin disintesis di jaringan lain, termasuk
jantung, sehingga mempunyai efek parakrin. Fisiologi penting dari produksi lokal
aldosteron belum jelas, tetapi beberapa studi mengatakan kemungkinan berkontribusi
pada perbaikan jaringan setelah miokardial infark. Bagian ekstra adrenal; dari produksi
aldosteron, pelepasa, dan kerjanya mungkin menajdi daerah pencegahan dari
manipulasi farmakologi dalam waktu dekat.
Peran dari aldosteron pada regulasi dari tekanan darah adalah penting. Dengan
mengatur transportasi sodium melintasi epitel, dari reabsorpsi jaringan Na 2+ seperti
nefron distal dan kolon, aldosteron adalah faktor utama menentukan total-tubuh kadar
Na2+ dan sehingga jangka panjang dari tekanan darah regulasi.
Katekolamin
Struktur kimia dan Biosintesis
31

Katekolamin adalah molekul yang mempunyai katekol nucleus yang tersusun


dari benzene dengan dua gugus hidroksil ditambah dengan satu rantai amin
Pada mamalia, epinefrin disintesis di medula adrenal, sedangkan norepinefrin
tidak hanya di medulla melainkan di system saraf pusat. Dopamine merupakan
prekursor dari epinefrin yang ditemukan di medulla adrenal dan pada saraf
noredrenergik. Dopamine juga menunjukan konsentrasi yang tinggi pada otak, terutama
pada saraf-saraf pada simpatik ganglia dan di dalam badan carotid, dimana dopamine
digunakan sebagai neurotransmitter. Dopamine juga ditemukan terutama di mast sel
dan sel-sel enterokromaftin. Pada manusia, adrenal mengandung 15-20% norepinefrin.
Produksi utama dari medula adrenal adalah katekolamin epinefrin dan norepinefrin.
Produk tambahannya termasuk kromogranin, ATP, peptide opioid endogen, dan
adrenomedulin. Katekolamin disintesis dari asam amino tirosin. Tirosin ditransport
dengan aktif di dalam sel, dimana terdapat reaksi 4 enzim sitosolik untuk dikonversikan
menjadi epinefrin.
a. Hidroksilasi dari tirosin menjadi L-dihidrifenilalanil (L-Dopa) oleh enzim tirosin
hidroksilase. Enzim ini ditemukan disitosol dari sel-sel produksi katekolamin dan
menjadi control utama untuk sintesis katekolamin. Aktivitas dari enzim ini
dihambat oleh noradrenalin, menyebabkan control feedback dari sintesis
katekolamin.
b. Dekarboksilasi dari L-Dopa menjadi dopamine oleh enzim dopa dekarboksilase
pada reaksi yang termasuk pirodoksal fosfat sebagai kofaktor. Akhir dari produksi
dikemas dalam vesikel sekretori.
c. Hidroksilase dari dopamine menjadi norepinefrin oleh enzim dopamine hidroksilase, enzim terikat membrane ditemukan di pembuluh sinaptik yang
digunakan sebagai kofaktor vitamin C reaksi ini terjadi didalam sekresi vesikel.
d. Metilasi dari norepinefrin menjadi epinefrin oleh enzim feniletanolamin Nmetiltransferase. Aktivitas dari enzim medulla adrenal adalah dimodulasi oleh
produksi steroid adrenal, menyebabkan peningkatan dari aliran arteri dari korteks
ke medulla.
Penyimpanan
Katekolamin disimpan dalam granula-granula yang pada elektrolit dengan
diameter sekitar 1m yang mengandung katekolamin & lipid, ATP dengan rasio
molar 4:1, beberapa neuropeptida, Ca, Mg, & protein-protein yang larut air
kromogranin-kromogranin.
Sekresi
Sekresi dari katekolamin dapat meningkatkan aktivitas fisik, angina pektoris,
infark miokardium, perdarahan, anestesia dengan eter, pembedahan
hipoglikemia berat, anoksia, asfiksia dan stimulasi stress lainnya. Angka sekresi
32

dari epinefrin meningkat lebih tinggi daripada norepinefrin saat hipoglikemia dan
stimulus lainnya.
Sekresi dari medula diperantarai oleh pelepasan asetil kolin dari serat-serat
termina preganglionik. Akibat depolarisasi membran aksonal akan menyebabkan
aliran masuk ion Ca.
Transport
Pada waktu dilepaskan, amin-amin berikatan dengan albumin atau protein yang
afinitasnya rendah

Transport dan Metabolisme


Waktu paruh dari sirkulasi katekolamin pendek dan rata-rata 10-17 menit.
Kebanyakan pelepasan katekolamin (50-60%) pengikatan sirkulasi ke albumin
dengan afinitas rendah. Kadar eliminasi tergantung bagian dari pelepasan.
Katekolamin dari neural atau glandular didegradasi oleh katekol-Ometiltranferase (COMT) pada sel-sel targetnya. Sirkulasi dari katekolamin dapat
diambil oleh bagian ekstraneural dan didegradasi oleh COMT atau monoamine
oksidase, terutama di hati, memeproduksi, metabolit metanefrin dan
normetanefrin. Aksi penggabungan monoamine oksidase dan COMT pada
produksi norepinefrin dan epinefrin metabolit asam fenilmandelit, yang mana
diekskresi di urin; dimetabolisme dopamine pada jalur asam homovanilik. Karena
metabolitnya dalah air soluble dan kadar tinggi dari urin ekskresi, merekan
memegang peranan penting pada deteksi klinik dari tumor yang memproduksi
katekolamin berlebihan. Sirkulasi katekolamin dapat juga langsung difiltrasi di
urin.
Efek Seluler Organ Target
Efek sistemik dari katekolami dimediasi oleh pengikatan ke sel membrane
protein G. protein G mempunyai efek yang berbeda tergantung subtipe dari
protein G. hal ini penting karena efek fisiologi tergantung dari spesifik reseptor
yang mana katekolamin terikat. Katekolamin dilepaskan dari medula adrenal
efeknya hampr eksklusif pada jaringan perifer dan tidak pada otak. Katekolamin
tidak dapat menembus sawar otak dengan mudah.
Efek Fisiologis katekolamin
Sistem Kardiovaskular
Katekolamin meningkatkan kecapatan dan frekuensi kontraksi serta
meningkatkan iritabilitas miokardium dengan cara mengaktifkan reseptor pada
miokardium
33

Efek pada Otot Polos Ekstraseluler


Efek tersebut mencakup relaksasi & kontraksi miometrium uterus, relaksasi otot
polos & vesika urinaria, kontraksi otot polos di vesika urinaria dan spingterspingters intestinal & relaksasi otot polos trakea & dilatasi pupil
Efek Metabolik
Katekolamin meningkatkan konsumsi oksigen & produksi panas, emngatur
mobilisasi glukosa (glikogenplisis) dan lemak (lipolisis) melalui reseptor
Regulasi Sekresi Hormon
Norepinefrin & dopamin penting untuk mengatur sekresi hipotalamus anterior.
Dopamin menghambat prolaktin.
Efek dominan dari norepinefrin atau epinefrin adalaha menginhibisi sekresi
insulin yang terjadi melalui reseptor
Meingkatkan pelepasan T4, kalsitonin, paratiroid, gastrin melalui mekanisme
perantara reseptor
Referensi
Lange, Fisiologi endokrin
Endokrinologi, Greenspan

34

Hormon Androgen
-

Sintesis

Gambar 2.4
Biosintesis
Hormon

o Disebut dengan STEROIDOGENESIS


o Sintesis androgen terjadi di zona fasikulata dan retikularis
o Mekanisme
1.Produk awal merupakan kolesterol
Kolesterol pada adrenal sebagian besar didapat dari
lipoprotein plasma, dan sebagian berasal dari sintesis
asetat.
Kolam kecil dalam adrenal tersedia untuk sintesis cepat
steroid saat adrenal distimulasi
Ketika terjadi stimulasi, terjadi peningkatan hidrolisis ester
kolestrol yang tersimpan untuk membebaskan kolesterol,
meningkatkan uptake kolesterol dari lipoprotein plasma, dan
sintesis kolesterol dalam adrenal.
Respon terhadap stimulus steroidogenik dimediasi oleh
StAR (Steroidogenic acute regulatory protein). Enzim ini
35

berguna dalam memperbanyak transport kolesterol dari


membran luar mitokondria ke membran dalam.
2.Kolesterol akan diubah menjadi pregnenolone atau progesteron
Perubahan menjadi pregnenolon dan progesteron
membutuhkan enzim 17alpha-hidroksilasi
Terjadi di dalam mitokondria, dan situs utama aksi ACTH
pada adrenal.
Perubahan dari kolesterol ke pregnolon melibatkan 2 kali
hidroksilasi llau pemotongan dantai samping kolesterol.
3.Selanjutnya, pembentukan androgen sebagian besar melalui
perubahan dari pregnenolon menjadi 17alphahidroksipregnenolon. 17 alpha-hidroksipregnenolon akan diubah
menjadi DHEA dan bentuk konjugasi sulfat DHEA, yaitu DHEA
sulfat
Perubahan 17alpha-hidroksipregonolon menjadi DHEA
dilakukan melalui penghilangan rantai samping dua-karbon
pada posisi C17 oleh enzim CYP17
DHEA akan diubah menjadi DHEA sulfat oleh enzim adrenal
sulfokinase reversibel
4.Dari DHEA, dapat diciptakan hormon androgen lainnya, yaitu
ANDROSTENEDION dengan dimediasi CYP17
Androstenedion secara kualitatif lebih penting dibanding
DHEA dan DHEA sulfat yang disekresi dalam jumlah lebih
banyak karena androstenedion secara perifer siap diubah
menjadi testosteron.

Regulasi
o Produksi androgen dipengaruhi oleh hormon ACTH, yang diregulasi oleh
hipotalamus dan sistem saraf pusat melalui neurotransmiter, CRH
(Corticotropin Releasing Hormone), dan arginin vasopressin (AVP)
o ACTH memegang peranan penting terhadap regulasi Androgen :
DHEA dan androstenedion memperlihatkan periodisitas sirkadian
bersamaan dengan pemberian ACTH dan kortisol.
Konsentrasi DHEA plasma dan androstenedion meningkat secara
cepat dengan pemberian ACTH dan ditekan oleh pemberian
glukokortikoid

36

Transport

o Androgen, yaitu androstenedion beserta DHEA dan DHEA sulfat,


bersirkulasi secara lemah karena sangat bergantung dengan albumin
Metabolisme
o Androgen adrenal akan diubah menjadi androstenedion lalu menjadi
androgen atau estrogen poten dalam jaringan perifer
Dihidrotestosteron (Androgen) dan 17beta-estradiol (Estrogen)
merupakan turunan dari DHEA.
o Metabolisme androgen dilakukan dengan cara : (1) degradasi, (2)
inaktivasi, (3) konversi perifer androgen lemah menjadi derivat lebih poten
yakni testosteron dan dihidrotestosteron
o Di dalam adrenal, DHEA siap diubah menjadi DHEA sulfat.
o Dalam hati dan ginjal, DHEA dapat diubah menjadi DHEA sulfat atau
menjadi delta4-androstenedion.
DHEA sulfat dapat diekskresi tanpa metabolisme lebih lanjut, tetapi
sebagian DHEA sulfat dan DHEA dimetabolisme menjadi
androstenediol dan sulfat.
o Androstenedion diubah menjadi testosteron atau dengan reduksi menjadi
etiokolanolon atau androsteron.
Etiokolanolon dan androsteron dapat di reduksi lebih lanjut menjadi
etiokolanediol dan androstanediol.

37

o Testosteron akan diubah menjadi dihidrotestosteron dalam jaringan


androgen-sensitif dengan cara reduksi 5beta, setelah itu dimetabolisme
oleh reduksi 3alpha menjadi androstanediol.
o Metabolit androgen diatas akan dikonjugasikan sebagai glukoronida atau
sulfat dan diekskresi dalam urin
Efek Androgen
o Sebagai hormon prekursor untuk produksi hormon steroid seks. Hal ini
dapat dilihat dari jumlah total androgen dalam tubuh, dimana 50% nya
berada di dalam prostat pria dewasa.
o Efek biologis dari hormon androgen berada dalam kadar minimal, karena
fungsi mereka sebagai prekursor untuk perubahan perifer menjadi hormon
androgenik aktif yakni testosteron dan dihidrotestosteron
o DHEA sulfat yang disekresi oleh adrenal menjalani konversi terbatas
menjadi DHEA. DHEA yang dihasilkan dari konversi perifer tadi dan DHEA
yang disekresi oleh korteks adrenal dapat diubah dalam jaringan perifer
menjadi androstenedion (prekursor androgen aktif)
o Efek terhadap pria
Pada pria dengan fungsi gonad normal, konversi androstenedion
menjadi testosteron
Sekresi androgen berlebih dari adrenal tidak memiliki efek klinis
terhadap pria dewasa, tetapi terhadap anak laki-laki dapat
menyebabkan pembesaran penis dan perkembangan awal
karakteristik seks sekunder
o Efek terhadap wanita
Hormon androgen yang berlebihan dapat menyebabkan keluarnya
akne, hirsutisme, dan virilisasi
Pemeriksaan
o Lab
Dilakukan dengan assay plasma spesifik
Pengukuran dilakukan dengan melihat level basal hormon
androgen
Assay dapat digunakan untuk melihat level plasma total dari DHEA,
DHEA sulfat, androstenedion, testosteron, dan dihidrotestosteron
Pengukuran kadar testosteron bebas pada plasma (testosteron
yang tidak berikatan dengan SHBG(protein pengikat hormon seks))
dapat dilakukan dengan assay dan merupakan cara langsung
dalam mengukur kadar testosteron sirkulasi yang aktif dibanding
total level plasma

Reseptor Adrenergik
38

Terdapat 3 kelas reseptor, yaitu reseptor alpha, beta, dan dopamine

Reseptor Alpha
o Macam reseptor alpha : alpha 1A, 1B, 1C, 2A, 2B, 2C
Alpha 1
Merupakan reseptor postsinaptik (organ target) yang
biasanya memediasi vasokonstriksi, kontraksi otot halus,
dan dilatasi pupil

39

Norepinefrin memiliki afinitas lebih kuat dibanding epinefrin

pada reseptor ini


Ketika agonis menempel pada reseptor, subunit alpha dari
protein G dilepas dan mengaktifkan fosfolipase C
Enzim akan mengkatalis perubahan fosfatidilinositol fosfat
menjadi IP3 dan diasilgliserol
o IP3 melepaskan kalsium dari penyimpanan
intraselular untuk menstimulasi respon fisiologis
o Diasil gliserol mengaktifkan kinase C, yang
memfosforilasi protein sehingga menginisiasi atau
mempertahankan efek yang distimulai oleh pelepasan
IP3 dan ion kalsium
o Antagonist : prazosin dan phenoxybenzamine
Alpha 2
Merupakan reseptor dalam sistem saraf simpatis perifer.
Lokasi reseptor ini berada pada ujung saraf simpatis
presinaptik
Norepinefrin dan epinefrin mengaktifkan reseptor alpha 2,
menyebabkan inhibisi terhadap pelepasan hormon tersebut
Reseptor alpha 2 ditemukan pada juga pada platelet,
postsinaptik pada jaringan adiposa, otot halus, dan sistem
saraf pusat
Agonis yang berikatan dengan reseptor melepaskan subunit
Gi alpha, yang memiliki fungsi menginhibisi enzim adenilil
siklase dan menurunkan pembentukan cAMP
Antagonis : Yohimbine
Agonis : Phentolamine

40

Reseptor beta

o Merupakan reseptor glikoprotein permukaan-sel postsinaptik (organ


target)
o Agonis berikatan dengan reseptor ini mengaktifkan adenilil siklase melalui
subunit Gs Alpha untuk meningkatkan produksi cAMP sehingga terjadi
pengaktifan protein Kinase A. Protein Kinase A akan memfosforilasi
berbagai protein, termasuk enzim, kanal ion, dan reseptor
o Macam reseptor beta : beta 1, beta 2, beta 3, beta 4
Beta 1
Terletak banyak di hati dan ginjal
Distimulasi oleh norepinefrin, epinefrin, dan dopamin yang
menghasilkan kenaikan heart rate dan cardiac output
T3 menyebabkan kenaikan jumlah reseptor ini di jantung,
sehingga dapat terjadi kontraksi jantung terpaksa dan
takiarithmia yang merupakan karakteristik hipertiroidisme
Beta 2
Ditemukan di bronchi, uterus, hati, otot rangka, arteriol pada
jantung, paru-paru, dan otot rangkat
Stimulasi reseptor menyebabkan glikogenolisis dan relaksasi
otot polos, mengakibatkan dilatasi bronkial, vasodilatas, dan
relaksasi uterin
Epinefrin lebih poten dibanding norepinefrin dalam
mengaktifkan reseptor ini

41

Polimorfisme reseptor ini dihubungkan dengan perbedaan


sensitifitas terhadap alubterol dalam asthma dan obesitas
pada perempuan

Beta 3
Diekspresikan pada jaringan adiposa, kolon, SPP, dan
jantung
Aktivasi reseptor meningkatkan penggunaan energi, lipolisis,
dan motilitas usus
Stimulasi reseptor menyebabkan penurunan kontraksi
ventrikular dengan meningkatkan NO
Beta 4
Ditemukan pada jaringan yang memiliki reseptor beta
Merupakan penanda status konformasional reseptor beta
Reseptor dopamine
o Ditemukan pada SPP, terminal saraf adrenergik presinaptik, pituitari,
jantung, ginjal, dan situs laon
o Terdapat 5 subtipe, yaitu D1 sampai D5
Reseptor D1 lebih kuat afinitasnya terhadap dopamin dibanding
haloperidol
Reseptor D2 lebih kuat afinitasnya terhadap haloperidol dibanding
dopamin
o Efek reseptor D1 dimediasi oleh sistem adenilil siklase dan ditemukan
postsinaptik dalam otak
o Efek reseptor D2 menginhibisi pembentukan cAMP, pembukaan kanal
potassium, dan penurunan influx kalsium

42

C. TES FUNGSI HORMON


TES FUNGSI HORMON ADRENAL
Evaluasi Laboratorium
Kortisol dan androgen2 adrenal diukur dengan assay spesifik plasma berhasil
menyederhanakan cara evaluasi disfungsi adrenal.
Beberapa assay urin, terutama yang berupa pengukuran kadar kortisol bebas
dalam urin 24 jam, juga dapat membantu. Sebagai tambahan, kadar ACTH dalam
plasma juga dapat ditentukan.
Metode pengukuran steroid plasma biasanya mengukur kadar hormon total
sehingga angka yang dihasilkan dipengaruhi oleh perubahan2 pada protein terikat pada
plasma.
1. ACTH Plasma
A. Metode Pengukuran
Pengukuran ACTH plasma sangat berguna berguna untuk mendiagnosa
adanya disfungsi hipofisis-adrenal. Batas normal ACTH plasma, menggunakan
immunoradiometric assay sensitif, adalah 10-50 pg/mL (2,2-11,1 pmol/L)
B. Interpretasi
- Pada Insufisiensi adrenal yang disebabkan oleh penyakit primer di adrenal,
kadar ACTH plasma meningkat,biasanya lebih dari 250 pg/mL, sebaliknya pada
defisiensi ACTH hipofisis dan hipoadrenalisme sekunder, kadar ACTH plasma
kurang dari 50 pg/mL.
- Pada sindrom Cushing yang disebabkan oleh tumor2 adrenal primer yang
mensekresikan glukokortikoid, kadar ACTH plasma kurang dari 1pg/mL (2,2
pmol/L) adalah diagnostik.
- Pada pasien penyakit cushing (hipersekresi ACTH hipofisis), ACTH plasma
normal atau meningkat sedang (20-200pg/mL)
- Kadar ACTH juga meningkat nyata pada pasien dengan hiperplasia adrenal
kongenital bentuk umum dan berguna dalam diagnosis dan penanganan
kelainan2.

2. -Lipotropin Plasma dan -Endorfin


43

-Lipoprotein (-LPH) disekresikan dalam jumlah yang ekuimolar dengan


ACTH dan diukur dengan radioimmunoassay. Karena stabilitasnya yang lebih
besar dan memudahkan pengukuran, px ini mempunyai beberapa keunggulan
dibanding pengukuran ACTH. Perubahan dalam kadar B-LPH pada keadaan
penyakit sama dengan ACTH yang telah dijelaskan tadi.

3. Kortisol Plasma
A. Metode Pengukuran
Metode pengukuran kortisol plasma yang paling sering dipakai adalah
radioimmunoassay. Metode yang lainnya ialah high performance liquid
chromatography, competitive protein-binding assay, dan flourimetric assay.
Semua metode ini mengukur kortisol total (baik terikat mauoun bebas) dalam
plasma.
B. Interpretasi
Manfaat dari px tunggal kadar kortisol plasma untuk diagnosis terbatas
karena adanya sekresi alamiah kortisol yang berlangsung episodik dan terjadi
pengikatan selama adanya stress.
1. Nilai2 Normal
Kadar kortisol plasma tergantung metode yang
digunakan.
Dengan radioimmunoassay dan competitive
protein-binding assay, kadar jam
8 pagi berkisar dari 3
20 g/dL (0,08-0,55 mol/L). Nilai yang diperoleh
pada siang hari lebih rendah dan pada jam 4 sore sekitar dari nilainya di
pagi hari. Pada jam 10 malam sampai jam 2
pagi, kadar kortisol kurang dari 3
g/dL (0,08 mol/L).
2. Kadar selama stress
Sekresi kortisol meningkat pada pasien2 yang mengalami pasienpasien penyakit akut, selama pembedahan, dan setelah trauma. Konsentrasi
plasma dapat mencapai 40-60 /dL (1,1-1,7 mol/L)
3. Keadaan tinggi estrogen
Konsentrasi plasma total juga meningkat dengan meningkatnya kapasitas
CBG, yang paling sering terjadi pada keadaan estrogen tinggi pada
sirkulasi,misal pada kehamilan dan pemberian estrogen atau kontraseptif oral.
Pada keadaan ini kortisol dapat mencapi 2/ 3 x lebih tinggi dari normal.

44

4. Kondisi-kondisi lain2
Kadar menigkat pada anxietas berat, depresi endogen, kelaparan,
anoreksia, nervosa, alkoholisme, dan gagal ginjal kronis.

4. Kortikosteroid dalam Urin


A. Kortisol Bebas :
1. Metode2 pengukuran, Assay untuk ekskresi kortisol yang terikat dalam urin
merupakan metode yang sangat baik untuk diagnosis Sindrom Cushing.
Normalnya, kurang dari 1% kortisol yang diekskresikan tanpa banyak perubahan.
Kortisol bebas urin diukur dari urin 24 jam dengan radioimmunoassay atau highperformance liquid chromatography.
2. Nilai Normal
Kisaran normal dari assay ini ialah 25-95 g/g kreatinin (8-30 mol
kreatinin), dan peningkatan konsentrasi dijumpai pada 90% pasien dengan
Sindroma Cushing spontan

B. 17-Hidroksikortikosteroid
1. Metode Pengukuran
17-Hidroksikortikosteroid diukur dengan reaksi kolorimetrik Porter Silber,
yang mendeteksi kortisol dan metabolit-metabolit kortison.
2. Nilai Normal
Nilai Normal adalah 3-15 mg/24 jam (8,3-41,4 mol/24 jam) atau 3-7 mg/g
(0,9-2,2 mmol/mol) kreatinin urin.

5. Uji Supresi dengan Deksametason


A. Uji dengan dosis rendah
Deksametason, suatu glukokortikoid poten, normal akan mensupresi
pelepasan ACTH hipofisis dengan akibat penurunan kortikosteroid dalam urin
dan plasma, jadi akan mengakibatkan inhibisi umpan balik terhadap aksis
hipotalamus-hipofisis-adrenal.
Pada sindrom Cushing, mekanisme ini sudah abnormal, dan sekresi
steroid gagal disupresi melalui cara yang normal.

45

Uji dengan dosis rendah


1. Uji Supresi dengan deksametason 1 mg semalaman
Uji ini dengan skiring yang sesuai dgn sindrom cushing. Deksametson
1mg per oral diberikan sbg dosis tunggal pada jam 11 malam, dan pada pagi
harinya diambi contoh plasma untuk ditentukan kadar kortisolnya.
Sindrom cushing disingkirkan bila kadar kortisol plasma kurang dari 5
g/dL (0,137 mol/L). Pada kadarny lebih dari 10 /dL (0,276 mol/L) tanpa ada
tanda2 positif palsu sudah dapat dipastikan karena sindrom cushing.
2. Uji dosis rendah 2 hari
Uji ini dilakukan dgn memberikan deksometason 0,5mg setiap 6 jam
selama 2 hari. Urin 24 jam diambil sebelum dan pada hari kedua pemberian
deksametason.
Sebagai respon dari prosedur ini pasien dgn sindrom cushing mensupresi
17-hidrokortikosteroid urin menjadi kurang dari 4 mg/24 jam (10,1 /24 jam) atau
kurang dari 1mg/g (0,3 mmol/mol) kreatinin urin pada hari kedua pemberian
deksametason.

B. Uji dosis tinggi


Uji deksametason dosis tinggi membedakan penyakit Cushing
(hipersekresi ACTH ektopik) dari sindrom ACTH ektopik dan tiumor Adrenal,
karena aksis hipotalamus-hipofisis pada penyakit Cushing dapat ditekan dengan
dosis suprafisiologis glukokortikoid, sementara sekresi kortisol bersifat otonom
pada pasien-pasien dengan tumor-tumor adrenal atau sindroma ACTH ektopik
sehingga tidak dapat tersupresi.
1. Uji supresi dengan deksametason dosis tinggi semalaman
Setelah spesimen dasar untuk pemeriksaan kortisol pagi hari diambil,
diberikan deksametason dosis tunggal 8mg per oral yang diberikan pada jam 11
malam, dan kortisol plasma diukur pada jam 8 pagi hari berikutnya. Pada
penyakit cushing, kadar kortisol plasma akan berkurang sampai kurang 50% nilai
dasar pada 95% pasien
2. Uji dosis tingi selama 2 hari
Uji ini dilakukan dengan memberikan deksametason 2mg peroral setiap 6 jam
selama 2 hari. Pengumpulan contoh urin 24 jam sebelum dan pada hari ke-2
pemberian deksametason. Pasien2 penyakit cushing mengalami penurunan
ekskresi 17-hidrokortikosteroid dalam urin sampai kurang dari 50% nilai dasar.
46

REFERENSI : GREENSPAN ENDOKRINOLOGI

47

D. GANGGUAN KELENJAR ADRENAL

Hipersekresi adrenomedula

Feokromositoma

1. Definisi :tumor yg berasal dari sel2 kromafin yg ada di medula adrenal &dpt
menghasilkan &melepaskan katekolamin&hormon pepetida lainnya
2. Epidemiologi

Menyerang antara usia 30-50 thn dgn perbandingan yg sama pd pria &wanita

Biasanya memenuhi hukum 10

10% feokromositoma berkaitan dengan satu dari beberapa sindrom familial


.Sindrom ini mencakup sindrom MEN 2a & 2b,neurofibromatosis tipe 1,penyakit
von Hipple Lindau ,Sindrom Sturge-Weber
48

10% feokromositoma terletak di luar adrenal ada di organ zukerkandl & korpus
karotis (paraganglioma)
10 % feokromositoma adrenal bersifat bilateral tapi bias 50% pada kasus yang
berkaitan dengan sindrom familial
10% feokromositoma adrenal secara biologis bersifat ganas apabila tumor
terletak di luar adrenal

3. Etiologi
Pada kebanyakan kasus ,yang paling berperan adalah factor genetic &lingkungan .25%
dari feokromositoma karena factor genetic ,Yaitu akibat mutasi gen
VHL,RET,NFI,SDHB&SDHD. Pada penderita penyakit sindrom endokrin multipletipe 2a
& 2b (MEN IIA&MEN IIB),yang menyebabkan peka terhadap tumor dari berbagai
kelenjar endokrin. Penderita penyakit von HIPPLE-Lindau pembuluh darah tumbuh
secara abnormal &membentuk tumor jinak (hemangioma). Penderita penyakit von
Rechling hausenneurofibromatosis,pertumbuhan tumor berdaging pada saraf.
4. Faktor resiko

Salah satu dari berikut dpt menimbulkan krisis hipertensi :

-induksi anestesi
-opiat
-antagonis dopamin
-dekongestan seperti pseudoeferin
-x ray kontras media
-partus
Obat yang mengurangi katekolamin,termasuk antidepresan trisiklik &kokain
5. Patofisiologi

Mutasi gen tumor medula adrenal/tumor rantai simpatis melepaskan


katekolamin dlm jml besar scr terus menerus/dgn jangka waktupeningkatan
kerja sistem saraf simpatik

6.Gejala klinis

Takikardi karena sekresi epinefrin yang berlebih &bekerja di reseptor beta1


dijantung sehingga menyebabkan denyut jantung meningkat
49

Sakit kepala akibat dentuman jantung yang kuat tersebut akan menyebar ke
bagian dada &kepala,menyebabkan sakit kepala/sensasi memukul di kepala

BB menurun ,lemas,lelah &mudah mengantuk kareba pelepasan katekolamin


secara terus menerusterjadi peningkatan aktifitas metabolicBB menurun
&darah menjadi kental aliran darah ke otak jadi lambatlemas&mengantuk

Hipertensipelepasan katekolamin berlebih vasokontriksi pembuluh darah


&meningkatkan denyut jantung

Berkeringat banyak akibat dari metabolism yang meningkat

Nyeri abdomen &dada

Gangguan visual

Konstipasi katekolamin merangsang system saraf simpatis yaitu menurunkan


motilitas usus

7. Komplikasi

Infark miokardium

Peny. Serebrovaskular

Aritmia

Syok ireversible

Gagal ginjal

Diseksi aneurisma aorta

8. Diagnosis

Anamnesis

ada palpitasi, BMI menurun,mudah lelah


RPD:ada riwayat hipertensi
RPK:ada peny.feokromositoma pd keluarga sebelumnya

Px. Fisik

hipertensi

50

BMI turun
wajah pucat
tangan &kaki terasa dingin

Px .penunjang

px. Lab darah


-glukosa darah meningkat
-Hb meningkat krn haemoconcentrasi yg disebbkan penurunan volume sirkulasi
-kadar katekolamin dlm plasma menigkat

px. Lab urin


Dgn urin 24 jam u/ melihat kadar katekolamin ,as.vanillylmadelic(VMA),metanephrines

51

px. Imagine
u/menentukan lokasi & ukuran tumor .dengan teknik :
-MRI dpt mencari semua tumor dlm adrenal
-CT Scan
-scan dgn meta-iodo-benzyguanidine (MIBG)131 /I 123 jk scr MRI & CT scan tidak
efektif
9.Tatalaksana

Bergantung pd kondisi pasien ,yaitu :

-umur ,kesehatan umum,riwayat kesehatan


-tingkat penyakit
-jenis penyakit
-toleransi thdp obat2 ,prosedur &terapi tertentu
52

1) operasi (laparaskopi adrenalectomy)


-pertama-tama harus memperhatikan adanya hipertensi dengan diberi blockade alpha
dengan phenoxybezamine 7s/d 10 hari sebelum operasi
-pascaoperasi px.kadar katekolamin ,as.vanillylmandelic (VMA) setelah 2 minggu
&px.urin 24 jam &tekanan darah selama % tahun
2)MIBG radioterapi
Jika feokromositoma telah metastasis ,zat kimia radioaktif yang digunakan adlah I 131
,karena tiroid bias menyerap zat ini maka akan menimbulkan efek pada tiroidnya jadi
pasien diberi obat levothyroxine (hormone pengganti tiroid )
3)kemoterapi
Menggunakan antikanker unutk menghancurkan sel2 kanker ,tetapi efektif bila belum
bermetastasis
4)radioterapi
Apabila sel2 kanker telah menyebar ke tulang ,dapat membunuh sel2 di tulang
,mengurangi rasa nyeri & menurunkan resiko fraktur
10. Prognosis

Tingkat ketahan hidup 5 tahun jk fekromositoma jinak >95 %

Jk ganas <50%

Hiposekresi adrenomedula

Terjadi pd individu yg menerima terapi steroid adrenokortikal setelah dilakukan


adrenalectomy

Belum ada efek yg dikaikan dgn defisiensi epinefrin ,bukan krn defisiensi tdk
pernah terjd ttp sebagian besar fungsi epinefrin dpt dilaksanakan dgn
mengaktifkan sist.saraf simpatis
Referensi
-

Greenspan hal:494 -506


Buku ajar Patologi robin kumar hal:838-840

53

Kelainan Korteks Adrenal

Kelainan :

Hipersekresi kortisol
Hipersekresi aldosteron
Hiposekresi

Etiologi secara umum

54

Hipersekresi kortisol (hiperkortisolisme)

Disebut dengan Sindrom Chusing


Etiologi : tumor jinak/ganas pada korteks adrenal.adenoma hipofisis.
Gejala klinis : Obesitas, moonface, perubahan pada kulit, hirsutisme, hipetensi,
disfungsi gonad, gangguan psikologis, kelemahan otot, osteoporosis.

Hiperaldosteronisme
Primer -> Sindrom Conn
Etiologi :
1. Adenoma adrenal soliter,kecil, dg penampang berwarna kuning,
2. Hiperplasia adrenokortikal mikro atau makronoduler.
Gejala klinis :
1. Hipertensi
2. Sakit kepala
3. Hipokalemia (K<3,0 mMol/L)
Diagnosis :
1. Ditegakkan dengan kadar aldosteron yang tinggi dan renin yang rendah.
2. Pemeriksaan kadar kalium plasma rendah
Pengobatan :
55

Spironolakton
Suatu antagonis aldosteron yang dapat menghilangkan gejala
hiperaldosteronisme.
Sekunder
Definisi :
Terjadi perangsangan renin persisten
Etiologi :
1. Hiperplasia sel juxtaglomerulus di ginjal.

Insufisiensi Adrenokortikal
Dibagi menjadi :
Insufisiensi primer -> penyakit addison
Penyakit Addison
Definisi :
o Hipofungsi kronik korteks adrenal primer akibat dari kerusakan pada
kortes adrenal.
Etiologi :
o Autoimun
o Tuberkulosis
o Infeksi lain
o Pendarahan
o Bahan kimia
o Iskemia
o Infiltrasi
Gejala Klinis :
o Hiperpigmentasi
o Sistem kardiovaskular ( hipotensi & jantung)
o Kelemahan badan
o BB turun
o Kelainan gastrointestinal
o Gangguan elektrolit &air
o Gangguan neurologi & psikiatri
Diagnosis :
o
o
o

Kadar kortisol
Kadar hormon adrenokortikotropik
Rasio natrium serum dibanding kalium
56

o
o

Kadar 17 hidroksikortikoid dalam urin


Kadar17 hidroksikortikoid plasma

Pengobatan :
Mula-mula kortison dosis tinggi
pd terapi jangka panjang 25mg pagi hari 12,5 sore hari (peroral)
perlu tambahan mineralokortikoid ( fludrokortison) 0,1 mg setiap
hari
Prognosis :
Kesehatan & usia hidup pasien biasanya normal, kecuali bila terjadi
krisis adrenal biasanya prognosanya akan menjadi lebih buruk.
Sedangkan pigmentasi bisa pigmentasi.
Insufisiensi sekunder
Etiologi :
Defisiensi ACTH
Gejala klinis :
Sekresi mineralokortikoid biasanya normal. Jadi, gambaran klinis
defisiensi ACTH dan glukokortikoid tidak spesifik.
Kelemahan, letargi, mudah lelah,anoreksia, nausea dan kadangkadang muntah
Diagnosis :
Kadar ACTH plasma
Pada penderita-penderita insufisiensi adrenal primer, kadarACTH
plasma > 240 pg/mL (44,4 pmol/L) dan biasanya berkisar antara 400 2000 pg/mL (88,8-444 pmol/L).
Pada keadaan defisiensi ACTH hipofisis, kadar ACTH plasma
biasanya < 20 pg/mL (4,4 pmol/L).

57

Terapi :
1. Hidrokortison
parenteral; 100mg iv diberikan setiap 6 jam selama 24 jam pertama.
2. Cairan iv
Salin dan glukosa intravena diberikan untuk mengoreksi deplesi volume,
hipotensi dan hipoglikemia
3. Terapi rumatan

Source:
Robbin kumar patologi vol.2 edisi 7
Greenspan endokrinologi edisi 4
Silbernagl atlas patofisiologi

58

GANGGUAN FUNGSI ADRENAL


SINDROM CUSHING
Cushing syndrome adalah kumpulan gejala yang disebabkan oleh
hiperadrenokortisisme akibat neoplasma korteks adrenal atau adenohipofisis, atau
asupan glukokortikoid yang berlebihan.
-

Bila terdapat sekresi sekunder hormon adrenokortikoid yang berlebihan akibat


adenoma hipofisis dikenal sebagai Cushing Disease

(kamus kedokteran dorland)


KLASIFIKASI
1.Tergantung (dependen) ACTH:
-

Hiperfungsi korteks adrenal nontumor


-

Sindrom ACTH ektopik (paru)

Tumor di hipofisis anterior

2. Tidak tergantung (independen) ACTH:


-

Hiperplasia korteks adrenal otonom


-

Tumor dengan hiperfungsi korteks adrenal

Atrofi adrenal steroid

ETIOLOGI

Stimulasi berlebihan korteks adrenal oleh CRH & ACTH yang berlebihan

Tumor adrenal yang secara tidak terkontrol mengeluarkan kortisol yg tidak


bergantung pd ACTH

Tumor penghasil ACTH yg terletak di luar hipofisis-paru

Pemberian glukokortikoid eksogen jangka pjg (iatrogen) glukokortikoid

EPIDEMIOLOGI

75 % ditemukan hiperplasia adrenal. Dan 50% berat adrenalnya < 8gr.

59

Hiperplasia pada sindrom cushing berbeda dengan hiperplasia pada sindrom


Adrenogenital.

25% disebabkan adenoma atau karsinoma

Efek glukokortikoid berlebihan as amino banyak diubah jadi glukosa


(glukoneogenesis) glukosa >> , protein << hiperglikemia (DM) & glukosuria
(diabetes adrenal)

sebagian glukosa yg berlebihan diendapkan sebagai lemak di abdomen, wajah


(moon face), punggung & leher posterior (punuk kerbau/buffalo hump)

Hilangnya protein di otot menyebabkan otot melemah lelah

Kulit yang kekurangan kolagen (efek katabolik pd protein) dan menipis akan
mengalami peregangan berlebihan oleh endapan lemak dibawahnya jaringan
bawah kulit (subdermis) robek dan menimbulkan garis-garis linear ireguler
berwarna ungu kemerahan striae

kortisol menekan inflamasi dengan menghambat proliferasi jaringan, dan juga


menghambat sintesis perbaikan jaringan luka sulit sembuh

Rangka protein kolagen pada tulang hilang tulang rapuh osteoporosis

kortisol merangsang sensitisasi katekolamin pada pembuluh darah dan


jantung ,dalam kadar tinggi kortisol dapat berperan sebagai mineralokortikoid
hipertensi
60

ACTH molekul prekursor ACTH merangsang melanosit hiperpigmentasi

Glukokortikoid menekan respons imun mudah terkena infeksi

Striae pada sindrom cushing


(sumber : google)

Moon face

61

(sumber : google)

(sumber : google)
FAKTOR RESIKO

Usia 40 50 tahun terutam wanita

Obesitas dan DM 2 disertai dg hipertensi dan glukosa darah yb tidak terkontrol

KOMPLIKASI
Sindrom cushing jika tidak diobati menghasilkan morbiditas serius bahkan
kematian.
-

Hipertensi

Diabetes

Kerentanan terhadap infeksi meningkat

Osteoporosis
DIAGNOSIS

Diagnosis lab sindrom cushing didasarkan pada:


62

1. Kadar kortisol bebas urine 24 jam yg selalu meningkat


2. Hilangnya pola diurnal normal sekresi kortisol
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk skrining adalah pengukuran kadar
kortisol plasma. Lalu dilanjutkan dengan tes supresi deksametason untuk menilai
respon kortisol, baru dilanjutkan dengan mengukur kadar ACTH plasma.
Pemeriksaan pencitraan seperti CT scan juga dapat dilakukan dan terbukti dapat
membantu evaluasi massa di kelenjar adrenal yang tidak menimbulkan gejala.
LAB GAMBARAN SINDROM CUSHING
Px lab

t.hipofisis

t.ektopik

t.adrenal

Kortisol plasma

Hormon adreno

kortikotropik plasma
-

Steroid urine stlah pmberian


deksametason dosis rendah

Kortikosteroid urine stelah

pemberian deksametason dosis tinggi

TERAPI

Pengobatan bergantung pada apakah masalah pada kelenjar adrenal, kelenjar


pituitary, atau daerah lain.

Operasi atau terapi radiasi kemungkinan dibutuhkan untuk mengangkat atau


menghancurkan tumor pituitary.

Tumor pada kelenjar adrenalin bisa seringkali bisa diangkat dengan cara operasi.

Kedua kelenjar adrenalin bisa diangkat jika pengobatan ini tidak efektif atau jika
tidak terdapat tumor.

Orang yang kedua kelenjar adrenalinnya diangkat, dan banyak orang yang
memiliki bagian pada kelenjar adrenalinnya diangkat, harus menggunakan
kortikosteroid untuk hidup.
63

Tumor diluar pituitary dan kelenjar adrenalin yang mengeluarkan hormon


berlebihan biasanya diangkat dengan cara operasi.

Obat-obatan tertentu, seperti metyrapone atau ketoconazole, bisa menurunkan


kadar kortisol dan bisa digunakan ketika menunggu pengobatan yang lebih pasti
seperti operasi

DAFTAR PUSTAKA
-

Patologi anatomi robin qumar


Fisiologi sherwood

64

65

Interpretasi Kasus sindrom Cushing


PAGE 1

1.
Ny.Chumaeroh berumur 53 tahun, dirawat di ruang rawat inap penyakit
dalam sakit Gatot Soebroto dengan keluhan sakit kepala dan mual muntah:
Interpretasinya adalah dikarenakan adanya hormone glukokortikoid
sekresi asam lambung dan pepsin meningkat sehingga memperlambat
pembentukan mucus dan terdapat ulkus di lambung dan duodenum

2.Riwayat penyakit sekarang


Pasien merasakan pusing kumat kumatan dan mual terus menerus,makan
sedikit sedikit karena setiap kali makan langsung muntah tapi tidak ada darah.S
elain itu penderita juga merasa nyeri ulu hati, badan lemah, dan sulit tidur.:
Interpretasinya adalah pusing kumat kumatan biasanya terjadi akibat dari
hipertensi ,nyeri ulu hati dikarenaka peningkatan HCL , sekresi mucus
lambung, badan lemah biasanya adalah cirri dari insufisiensi dari adrenal
kortikoid sekunder

3. Riwayat penyakit dahulu


Sejak 5 tahun yang lalu penderita mengeluhkan nyeri lutut terutama agi hari
dan untuk mengtasinya 2 tahun terakhir penderita minum jamu pegal linu sebanyak
4-5 bungkus. Jamu tersebut dihentikan total sejak 1 minggu sebelum MRS. Dalam 1
tahun terakhir penderita tampak bertambah gemuk(BB tidak pernah timbang),
muka seperti bengkak, kemerahan dan banyak jerawat , leher bagian belakang
tampak lebih besar, sering sulit tidu, kulit mudah luka bila digaruk, BAB dan BAK
normal. Riwayat tekanan darah sejak 1 tahun yang lalu tapi tidak pernah minum
obat dan control, penyakit DM disangkal dan riwayat minum alcohol dan sedang
dalam pengobatan disangkal serta sudah menopause.:
Interpetasinya adalah nyeri pada lutut merupakan ciri dari sindrom
cushing dimana dapat menyebabkan osteoporosis dimana menurunkan
kadar kalsium dan fosfat didalam plasma, bertambah
gemuk, muka
bengkak kemerahan dan banyak jerawat , leher bagian belakang tampak
lebih besar , sering sulit tidur, kulit mudah luka jika digaruk biasanya
adanya kurangnya sintesis glikogen dan perbaikan dan perbaikannya, jika
66

terjadi luka dia menghambat efek inflamasi, menekan proliferasi jaringan


ikat, jamu juga biasanya mengandung kortikosteroid banyak , sementara
korteks adrenal sudah mencukupi
produksi kortikosteroid , sehingga
produksi ACTH dihambat , jika terkena DM
adanya hiperglikemia
dikarenakan adanay glukortikoid merangsang glukoneogenesis.
PAGE 2

Pemeriksaan fisik
a. Compos mentis
dan tampak lemah: diakibatkan
neuropsikologis (Pengaruh dari ulkus lambung)

gangguan dari

b. Tekanan darah 140/80 mmHg


-Sensitifasi sirkulasi terhadap katekolamin diantaranya menyebabkan
peningkatan
kontraktilitas jantung dan vasokonstriksi perifer
dimana
meningkatkan koagualitas darah akan memudahkan aterosklerosis,
thrombosis dan penyumbatan vaskuler

c. Status gizi
BB:60, TB:155 cm
BMI :24, 97=25
Disebabkan oleh lipolisis dari hati dan meningkatkan pembentukan protein
plasma

d.Kepala dan leher


1.Moon face
2. Muka kemerahan
3. Pembsaran pada leher bagian belakang (Buffalo hump)
Terdapat penyebaran asam lemak dimana mengakibatkan perbedaan
sentivitas dari jaringan lemak perifer terhadap glukokortikoid dan
insulin. Hal ini menyebabkan penyimpanan lemak yang bersifat

67

sentripetal, wajah bulat,


ekstremitas tetap kurus

penimbunan

lemak

dileher,sedangkan

Glukosa yang berlebihan diendapkan sebagai lemak

e. Jantung
Mengalami hipovolemia dari sensitisasi terhadap katekolamin terjadi
vasokonstriksi, kemudian tekanan darah tinggi dan aterisklerosis

f. Abdomen
Striae warna keunguan dan kulit tampak menipis akibat dari
pemecahan protein (Jaringan ikat subkutan), Striae kekurangan kolagen dan
menipis kemudian mengalami peregangan

G. Ekstremitas
Edema pada kedua kaki,nyeri gerak ,ekstremitas keras akibat dari
sensitisasi glukortikoid dan insulin

h. Kulit
Hiperpigmentasi(-)
Part 3

Px penunjang :
Darah lengkap :
-

Hb 13,1 gr/dl
Lekosit 9600/mm
Trombosit 307.000/mm
LED 28 mm/jam

Kadar natrium serum 137 mEq/L (N : 135 145 mEq/L),Kalium serum 3,8 mEq/L
( N : 3,7-5,2 mEq/L )

68

Kadar gula darah puasa 142 mg/dl


( N : 70-110 mg/dl ), mungkin glukosa tidak
masuk ke dalam sel atau di lakukan pemecahan terus karena sel membutuhkan
makanan
Kadar gula darah 2jpp 176 mg/dl
( N : <140 mg/dl ),seperti gula darah puasa
juga,selnya membutuhkan glukosa untuk energy,tetapi glukosanya tidak masuk ke
dalam sel
Fungsi hati :
SGOT 41 U/L

( N : 15-50 U/L )

SGPT 35 U/L

( N : 5 40 U/L )

Fungsi ginjal :
BUN 38 mg/dl

( N : 15 50 mg/dl )

Serum kreatinin 1,0 mg/dl(N : 0,6-1,2 mg/dl )


Kadar lipid :
Kolesterol total 223 mg/dl
( N : <200 mg/dl ),mungkin karena sel
membutuhkan energy tetapi tidak ada glukosanya,maka terjadilah lipolisis.
Trigliserid 155 mg/dl
( N : <150 mg/dl),mungkin karena sel
membutuhkan enrgi tetapi tidak ada glukosanya,maka terjadilah lipolisis
Urinalisa :
Kortisol pagi 0,9 ug/dl

( N : 4,2-38,4 ug/dl )

Kortisol sore 1,1 ug/dl

( N : 1,7-16,6 ug/dl )

PH : 5,5,keton (-),protein (-),glukosa (-),bilirubin (-),nitrit (-),darah samar


(-),urobilinogen (-)
Penderita telah dilakukan px CT SCAN double kontras kepala tidak ditemukan tumor
hipofise.

Part 4
Didiagnosa sindrom cushing iatrogenic + insufiensi adrenal sekunder + suspect
osteoarthritis genu sinistra + hipertensi

69

DAFTAR PUSTAKA :

70

71

Anda mungkin juga menyukai