Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT. Yang dengan izinnya maka
makalah ini dapat diselesaikan. Makalah ini merupakan makalah mengenai kasus
kedua yaitu tentang kelenjar adrenal.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada bapak dr.Ni Luh Eka atas segala
pengarahan, bimbingan, dan kasih sayang yang telah dicurahkan selama proses
tutorial. Terima kasih juga kepada kelompok tutorial A-4 atas kerjasamanya mulai dari
proses pembahasan hingga pembuatan makalah ini.
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah sebagai laporan dan kesimpulan dari
diskusi yang telah kami lakukan dalam pembahasan kasus keempat ini serta untuk
menambah pengetahuan penulis pada khususnya dan pembaca pada umumnya.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih sangat jauh dari kesempurnaan,
maka dari itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari
pembaca agar kami dapat lebih baik lagi untuk ke depannya.
Terimakasih atas segala perhatiannya dan semoga makalah ini dapat
bermanfaat.
Penulis
LEMBAR PENGESAHAN
MAKALAH KASUS
Adrenal
Pembimbing Tutorial
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................................1
LEMBAR PENGESAHAN.................................................................................................2
DAFTAR ISI......................................................................................................................3
BAB I KASUS
A. KASUS...............................................................................................................4
B. LEARNING PROGRESS....................................................................................7
BAB II PEMBAHASAN
A.
B.
C.
D.
E.
KELENJAR ADRENAL........................................................................................10
HORMON ADRENAL...................................................................16
TES FUNGSI HORMON ADRENAL.................................................................40
GANGGUAN KELENJAR ADRENAL.................................................................45
SINDROM CUSHING..........................................................................................56
DAFTARPUSTAKA...................................................................................................55
Kasus
Part 1
Ny Chumaeroh berumur 53 tahun, dirawat di ruang rawat inap penyakit dalam rumah
sakit Gatot Soebroto dengan keluhan sakit kepala dan mual-muntah.
RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG :
3 hari SMRS penderita merasakan bahwa pusing kumat-kumatan dan mual terus
menerus. Makan sedikit-sedikit karena setiap kali makan langsung muntah tapi tidak
ada darah. Selain itu penderita juga merasa nyeri ulu hati, badan lemah dan sulit tidur.
RIWAYAT PENYAKIT DAHULU :
Sejak 5 tahun yang lalu penderita mengeluhkan nyeri lutut terutama pagi hari dan untuk
mengatasinya 2 tahun terakhir penderita minum jamu pegal linu sebanyak 4-5 bungkus.
Jamu tersebut dihentikan total sejak 1 minggu sebelum MRS. Dalam 1 tahun terakhir
penderita tampak bertambah gemuk (BB tidak pernah ditimbang), muka seperti
bengkak, kemerahan dan banyak jerawat, leher bagian belakang tampak lebih besar,
sering sulit tidur, kulit mudah luka bila digaruk, BAB dan BAK normal. Riwayat tekanan
darah sejak 1 tahun lalu tapi tidak pernah minum obat dan control, penyakit DM
disangkal dan riwayat minum alcohol dan sedang dalam pengobatan disangkal serta
sudah menopause.
Part 2 :
Pemeriksaan fisik :
Keadaan umum : tampak lemah, kesadaran compos mentis
Tanda vital
36,5oC
Status gizi
: BB : 60 kg,TB : 155 cm
Kepala dan Leher : konjungtiva pucat (-),sclera ikterik (-),edema wajah (fullmoon
face), muka kemerahan (facial plethora),akne (+),pembesaran pada
leher dan bagian belakang (buffalo hump), sianosis (-), dan
pembesaran KGB (-)
Thorax :
-
Paru-paru
4
Jantung
Inspeksi : Iktus kordis tidak teraba
Palpasi : iktus kordis tidak teraba
Perkusi : batas jantung kanan : parasternal line ICS III dekstra
batas jantung kiri
: midklavikula line ICS V sinistra
Auskultasi : S1/S2 tunggal regular, tidak ada gallop dan murmur
Abdomen :
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Ekstremitas :
Edema pada kedua kaki (-), sendi lutut tidak ada pembengkakan, tidak ada
kemerahan, tidak nyeri tekan, nyeri gerak (+),genu sinistra
Kulit :
Seluruh badan hiperpigmentasi (-)
Pemeriksaan Penunjang :
Darah lengkap :
Hb 13,1 gr/dL
Leukosit 9.600/mm3
Trombosit 307.000/ mm3
LED 28 mm/jam
Kadar natrium serum 137 mEq/L (N: 135-245 mEq/L), kalium serum 3,8 mEq/L (N : 3,7
5,2 mEq/L)
Kadar gula darah puasa 142 mg/dL (N : 70-110 mg/dL)
Kadar gula darah 2jpp 176 mg/dL
(N : <140 mg/dL)
Fungsi hati :
SGOT 41 U/L
SGPT 35 U/L
Fungsi ginjal :
5
BUN 38 mg/dL
Urinalisa :
Kortisol pagi 0,9 ug/dL
Sore 1,1 ug/dL
pH : 5,5, keton (-),protein (-), glukosa (-),bilirubin (-), nitrit (-),dara samar (-),urobilinogen
(-)
Penderita telah melakukan pemeriksaan CT scan double kontras kepala tidak
ditemukan tumor di hipofisis
Page 3
Akhirnya dr SpPD mendiagnosis Ny Chumaeroh menderita Sindrom Cushing
iatrogenic + insufiensi adrenal sekunder + suspect Osteoartritis genu sinistra +
hipertensi. Kemudian oleh dokter diberikan dexamethason inj, ranitidine inj, meloxicam
kapsul. Segera timbul perbaikan nyata, dilanjutkan dengan metilprednisolon 1x4 mg.
Setelah pasien pulang disarankan tetap control dan dosis kortikosteroid dikurangi
hingga dosis metilprednisolon setengah tablet (2mg) satu minggu tiga kali.
LEARNING PROGRESS
Page 1 :
Problem :
1. Mengapa Ny Chumaeroh mengeluhkan :
a. Sakit kepala
b. Mual, muntah tidak ada darah
c. Nyeri ulu hati
d. Badannya lemah
e. Sulit tidur
f. Nyeri lutut di pagi hari
2. Apa hubungannya minum jamu dengan keluhan-keluhan Ny Chumaeroh?
3. Apa saja komposisi jamu tersebut?
4. Apa saja pengaruh minum jamu terhadap keluhan-keluhan Ny Chumaeroh:
a. Kegemukan
b. Muka seperti bengkak
c. Kemerahan dan berjerawat
d. Pada leher bagian belakang tampak lebih besar
e. Sering sulit tidur
f. Mudah luka apabila digaruk
5. Apa yang menyebabkan riwayat tekanan darah ?
6. Mengapa penyakit DM, riwayat minum alcohol dan pengobatan perlu
ditanyakan?
7. Apakah hubungan menopause dengan keluhan-keluhan ?
Hipotesis :
1.
2.
3.
4.
More Info :
1. Anamnesis : apakah pasien sering haus ?
2. Pemeriksaan fisik :
a. Vital sign
b. Status gizi
c. Pemeriksaan kepala : konjungtiva, sclera,kulit muka
d. Pemeriksaan leher : bagian posterior
e. Thorax : paru-paru dan jantung
f. Abdomen
g. Ekstremitas
7
h. Kulit
Page 2 :
1. Mengapa :
a. tampak lemah
b. TD 140/80 mmHg
c. Edema pada wajah, muka kemerahan (facial plethora),acne,pembesaran
pada leher bagian belakang
d. Pada abdomen : striae warna ungu serta bising usus meningkat
2. Mengapa diperiksa :
a. Natrium
b. Kalium
c. Kadar gula puasa
d. Kadar gula darah 2 jpp
e. Lipid
f. Kortisol pada pagi hari dan sore hari?
g. CT scan double kontras ?
3. Mengapa pH turun menjadi 5,5 ?
IDK :
1. Kelenjar adrenal :
a. Definisi
b. Anatomi
c. Histologi
d. Embriologi
e. Fisiologi
2. Hormon adrenal :
a. Sintesis
b. Metabolisme
c. Transportasi
d. Mekanisme kerja
e. Fungsi/efek hormone
f. Ekskresi
g. Regulasi
3. Tes fungsi hormon adrenal
4. Gangguan kelenjar adrenal :
a. Definisi
b. Epidemiologi
c. Faktor resiko
d. Gejala klinis
e. Komplikasi
f. Patofisiologi
8
g. Patogenesis
h. Diagnosis
i. Pemeriksaan
j. Tatalaksana
k. Prognosis
5. Sindrom Cushing
6. Tappering off kortikosteroid
A. KELENJAR ADRENAL
1. ANATOMI KELENJAR ADRENAL
Kelenjar adrenal terletak di retroperitoneum di puncak ginjal, satu di setiap sisi.
Dikelilingi oleh kapsul adipose dan fascia renal. Setiap kelenjar adrenal dipisahkan
menjadi
dua struktur beda, adrenal korteks dan medulla. Korteks terutama
menghasilkan kortisol, aldosteron, dan androgen. Medula menghasilkan epinefrin dan
norepinefrin. Kelenjar yang kanan terletak di belakang lobus kanan hepar dan tepat di
sebelah posterolateral IVC . Adrenal kiri anterior dibatasi oleh kantung minor dan
lambung.
Limfatik pembuluh vena kelenjar suprarenalis suprarenalis biasanya menyertai,
dan berakhir pada kelenjar aorta lateral, kadang-kadang beberapa dari mereka
menusuk krura dari diafragma dan berakhir pada kelenjar mediastinum posterior.
Vaskularisasi :
Arteri suprarenal superior dicabangkan oleh arteri inferior frenikus
Arteri Suprarenal media dicabangkan oleh aorta abdominalis
Arteri suprarenal oleh arteri renalis
Vena kelenjar adrenal:
Vena suprarenal kanan mengalir ke vena kava inferior melalui vena suprarenal kiri
mengalir vena ginjal atau sebelah kiri vena inferior frenikus
Gambar 1.1
10
11
12
13
14
2. HISTOLOGI :
Di dalam kapsul setiap kelenjar adrenal terdapat korteks adrenal, terbentuk dari
sel mesodermal embrio, yang sepenuhnya mengelilingi medula adrenal dalam
embriologis berasal dari sel pial neural. Kedua daerah ini sangat baik vascularized
dengan fenestrated kapiler sinusoidal. Sel kortikal terstruktur sebagai tiga lapisan: zona
dekat glomerulosa kapsul, zona fasciculata (lapisan tebal), dan zona reticularis.
Jumlahnya sepasang
20 %
80 %
A. Medula Adrenal
Mengeluarkan/ mensekresi katekolamin. Terdiri dari neuron-neuron simpatis
pascaganglion yang mengalami modifikasi. Neuron-neuron yg ada di medula
adrenal tdk memiliki serat-serat akson yg berakhir ke organ efektor. Badan
sel ganglion di dlm medula adrenal mengeluarkan zat perantara mereka
langsung ke dlm darah setelah mendapat rangsangan dari serat
paraganglion.
di hati.
16
kalium.
2. glukokortikoid kortisol
* berperan dlm peningkatan kadar glukosa darah.
3. hormon sex/ androgen dehidroepiandrosteron ( DHEA )
* menimbulkan efek maskulinisasi/ feminisasi.
17
REFERENSI :
Sherwood dan guyton
18
B. HORMON ADRENAL
1. Kelenjar Adrenal
Secara anatomis kelanjar adrenal dibedakan atas:
a. Adrenal korteks yang tersusun atas:
1) Zona glomerolusa
2) Zona fasikulata
3) Zona retikularis
b. Adrenal medulla yang menghasilkan:
1) Epinefrin
2) Nor-epinefrin
Adrenal Medulla
Nor-epinefrin (20%) yang ada dalam sirkulasi darah menyebabkan konstriksi
seluruh pembuluh darah tubuh. Hal ini menyebabkan peningkatan aktivitas
jantung, penghambatan saluran gastrointestinal, dan pelebaran pupil mata.
Epinefrin (80%) menimbulkan efek yang kurang lebih sama dengan norepinefrin. Perbedaan yang bisa dicatat adalah:
Epinefrin mempunyai efek metabolik 5 10 kali lebih besar daripada norepinefrin. Akibatnya, perangsangan terhadap jantung juga menjadi lebih
besar.
Efek epinefrin dalam mengkontriksikan pembuluh darah dalam otot lebih
lemah dibanding nor-epinefrin.
Adrenal Korteks
1. Zona Glomerolusa
-
2. Zona Fasikulata
3. Zona Retikularis
Hormon Glukokortikoid
Glukokortikoid merupakan steroid 21-karbon yang kerjanya banyak dan salat
satu diantaranya yang paling penting adalah glukoneogenesis.
Kortisol merupakan glukokortikoid yang dominan pada manusia.
Hormon steroid adrenal disintesis dari kolesterol yang terutama berasal dari
plasma.
Semua hormon steroid mamalia dibentuk dari kolesterol lewat pregnenolon
melalui serangkaian reaksi yang terjadi di dalam mitokondria atau di dalam
retikulum endoplasma sel adrenal.
Sintesis
Sintesis kortisol memerlukan tiga enzim hidroksilase yang bekerja secara
berurutan pada posisi C17, C 21 dan C11.
Harper pg.551 pict.48-3
Regulasi
Regulasi kortisol dipengaruhi oleh hormon ACTH yang disekresi oleh hipofisis.
ACTH ini merangsang sekresi kortisol.
Sekresi ACTH sendiri diatur oleh
Factor/Hormone) dari hipotalamus.
CRF/CRH
(Corticotropin
Releasing
Kortisol mempunyai efek umpan balik negative terhadap (1) hipotalamus untuk
menurunkan pembentukan CRF dan (2) kelenjar hipofisis anterior untuk menurunkan
pembentukan ACTH. Kedua umpan balik ini membantu mengatur konsentrasi kortisol
dalam plasma. Jadi, bila konsentrasi kortisol menjadi sangat tinggi, maka umpan balik
ini secara otomatis akan mengurangi jumlah ACTH sehingga kembali ke keadaan
normal
b. Stress
Stress baik fisik, emosional menyebabkan terjadinya sekresi CRH dan arginin
vasopressin dan aktivasi dari system saraf simpatis. Hal ini akan meningkatkan sekresi
ACTH.
Transportasi
Kortisol beredar dalam plasma dalam bentuk terikat protein dan bentuk bebas.
Kortisol bebas merupakan bentuk hormon yang aktif dan tidak terikat dengan
protein dan mereka dapat secara lagsung bereaksi ke organ target. Normalnya
5%
Kortisol terikat protein
Plasma mempunyai dua macam pengikat kortisol. Yang pertama mempunyai
afinitas yang tinggi yaitu kortisol binding globulin (CBG) dan yang lainya
mempunyai afinitas yang rendah, kadar protein yang tinggi yaitu albumin.
Protein pengikat yang utama di dalam plasma adalah -globulin yang dinamakan
transkortin atau globulin pengikat-kortikosteroid (CBG; corticosteroidbinding globulin). CBG diproduksi di hati.
CBG mengikat sebagian besar hormon tersebut kalau kadar kortisol plasma
berada dalam kisaran normal; kortisol dalam jumlah yang lebih kecil terikat ke
albumin.
Metabolisme
Sekresi kortisol tiap harinya berkisar antara 40-80 mol, yang disekresi dengan
irama circardian.
21
Mekanisme kerja
1) hormon masuk ke dalam sel melalui membran sel;
2) hormon berikatan dengan reseptor protein di dalam sitoplasma;
3) kompleks hormon-reseptor kemudian berinteraksi dengna urutan DNA
pengatur spesifik, yang disebut elemen respons glukokortikoid, untuk
membangkitkan atau menekan transkripsi gen;
4) glukokortikoid akan meningkatkan atau menurunkan transkripsi banyak gen
untuk mempengaruhi sintesis mRNA untuk protein yang memperantarai berbagai
pengaruh fisiologis.
Harper pg.511 pict.44-1
Ekskresi
Kortisol dalam jumlah kecil di ekskresikan melalui urin.
Nilai normalnya 20-90 g/24jam
Konversi dan Ekskresi
Kortisol mengalami banyak modifikasi sebelum diekskresikan dalam urin, kurang
dari 1% dari sekresi kortisol terdapat dalam urin tanpa mengalami perubahan
Konversi dalam hepar
22
4
reduktase
3 hidroksisteroid
dehidrogenase
11 hidroksisteroid
dehidrogenase
3 hidroksisteroid
dehidrogenase
Fungsi hormon
Efek kortisol terhadap metabolisme karbohidrat
- Untuk merangsang proses glukoneogenesis oleh hati dan meningkatkan jumlah
penyimpanan glikogen dalam sel sel hati dengan cara meningkatkan enzim terkait
dan pengangkutan asam amino dari jaringan ekstrahepatik, terutama dari otot.
- Penurunan pemakaian glukosa oleh sel dengan menekan proses oksidasi
NADH untuk membentuk NAD+
- Kortisol menurunkan kecepatan pemakaian glukosa oleh sel sel tubuh.
- Peningkatan kadar glukosa darah dan Diabetes Adrenal dengan menurunkan
sensitivitas jaringan terhadap insulin.
25
Defisiensi
Fungsi Gonad
Efek-Efek Lainnya
Ulkus Peptikum
Efek-efek oftalmologis
27
Mineralokortikoid
Mineralokortikoid yang utama adalah aldosteron. Aldosteron diproduksi di zona
glomerulosa terutama dikontrol oleh sistem rennin-angiotensin. Aldoteron juga
dipengaruhi oleh ACTH, keseimbangan & konsentrasi Ca.
Sintesis
Se-sel adrenal pada zona glomerulosa mensintesis dan mensekresikan
aldosteron mineralkortikoid. Sel-sel pada zona glomerulosa tidak mempunyai aktivitas
dari 17-hidroksilase. Untuk itu, pregnenolon dapat dikonversikan hanya untuk
progesterone. Sel-sel dari zona glomerulosa juga kekurangan aktivitas dari 11hidroksilase, jadi 11-deoksikortikosteron tidak dapat dikonversikan menjadi
kortikosteron. Namun, di zona ini terdapat aktivitas dari sintesis aldosteron, dan enzim
ini mengkonversikan 11-deoksikortikosteron menjadi kortikosteron, kortikosteron
menjadi 18-hidroksikortikosteron, dan 18-hidrokortikosteron menjadi aldosteron,
prinsipnya mineralokortikoid diproduksi oleh kelenjar adrenal.
29
Gambar 2.2
Mekanisme Hormon
Metabolisme
Total pengeluaran dari aldosteron lebih sedikit dari glukokortikoid. Kadar plasma
aldosteron rata-rata 0,006-0,01 g/dL (kontras dengan kada kortisol 13,5 g/dL).
Sekresinya dapat dinaikkan 2-6 kali dari deplesi sodium atau dengan menurunkannya
dalam volume darah efektif, seperti yang terjadi dengan ascites. Ikatan aldosteron ke
plasma protein yang minimal, menghasilkan waktuparuh dalam plasma kira-kira 15-20
menit. Aldosteron dimetaboisme di hati menjadi derivate tetrahidroglukorinid dan
diekskresi di urin. Fraksi dari aldosteron dimetabolisme menjadi aldosteron 18glukoronid, yang akan dihidrolisis kembali menjadi aldosteron bebas jika dalam kondisi
pH yang rendah; sehingga hal ini disebut konjugasi asam labil. Kira-kira 5% dari
aldosteron diekskresikan menjadi konjugasi asam labil; yang ada pada urin 1% dan
lebih dari 40 diekskresi sebagai tetraglukoronid.
dari epinefrin meningkat lebih tinggi daripada norepinefrin saat hipoglikemia dan
stimulus lainnya.
Sekresi dari medula diperantarai oleh pelepasan asetil kolin dari serat-serat
termina preganglionik. Akibat depolarisasi membran aksonal akan menyebabkan
aliran masuk ion Ca.
Transport
Pada waktu dilepaskan, amin-amin berikatan dengan albumin atau protein yang
afinitasnya rendah
34
Hormon Androgen
-
Sintesis
Gambar 2.4
Biosintesis
Hormon
Regulasi
o Produksi androgen dipengaruhi oleh hormon ACTH, yang diregulasi oleh
hipotalamus dan sistem saraf pusat melalui neurotransmiter, CRH
(Corticotropin Releasing Hormone), dan arginin vasopressin (AVP)
o ACTH memegang peranan penting terhadap regulasi Androgen :
DHEA dan androstenedion memperlihatkan periodisitas sirkadian
bersamaan dengan pemberian ACTH dan kortisol.
Konsentrasi DHEA plasma dan androstenedion meningkat secara
cepat dengan pemberian ACTH dan ditekan oleh pemberian
glukokortikoid
36
Transport
37
Reseptor Adrenergik
38
Reseptor Alpha
o Macam reseptor alpha : alpha 1A, 1B, 1C, 2A, 2B, 2C
Alpha 1
Merupakan reseptor postsinaptik (organ target) yang
biasanya memediasi vasokonstriksi, kontraksi otot halus,
dan dilatasi pupil
39
40
Reseptor beta
41
Beta 3
Diekspresikan pada jaringan adiposa, kolon, SPP, dan
jantung
Aktivasi reseptor meningkatkan penggunaan energi, lipolisis,
dan motilitas usus
Stimulasi reseptor menyebabkan penurunan kontraksi
ventrikular dengan meningkatkan NO
Beta 4
Ditemukan pada jaringan yang memiliki reseptor beta
Merupakan penanda status konformasional reseptor beta
Reseptor dopamine
o Ditemukan pada SPP, terminal saraf adrenergik presinaptik, pituitari,
jantung, ginjal, dan situs laon
o Terdapat 5 subtipe, yaitu D1 sampai D5
Reseptor D1 lebih kuat afinitasnya terhadap dopamin dibanding
haloperidol
Reseptor D2 lebih kuat afinitasnya terhadap haloperidol dibanding
dopamin
o Efek reseptor D1 dimediasi oleh sistem adenilil siklase dan ditemukan
postsinaptik dalam otak
o Efek reseptor D2 menginhibisi pembentukan cAMP, pembukaan kanal
potassium, dan penurunan influx kalsium
42
3. Kortisol Plasma
A. Metode Pengukuran
Metode pengukuran kortisol plasma yang paling sering dipakai adalah
radioimmunoassay. Metode yang lainnya ialah high performance liquid
chromatography, competitive protein-binding assay, dan flourimetric assay.
Semua metode ini mengukur kortisol total (baik terikat mauoun bebas) dalam
plasma.
B. Interpretasi
Manfaat dari px tunggal kadar kortisol plasma untuk diagnosis terbatas
karena adanya sekresi alamiah kortisol yang berlangsung episodik dan terjadi
pengikatan selama adanya stress.
1. Nilai2 Normal
Kadar kortisol plasma tergantung metode yang
digunakan.
Dengan radioimmunoassay dan competitive
protein-binding assay, kadar jam
8 pagi berkisar dari 3
20 g/dL (0,08-0,55 mol/L). Nilai yang diperoleh
pada siang hari lebih rendah dan pada jam 4 sore sekitar dari nilainya di
pagi hari. Pada jam 10 malam sampai jam 2
pagi, kadar kortisol kurang dari 3
g/dL (0,08 mol/L).
2. Kadar selama stress
Sekresi kortisol meningkat pada pasien2 yang mengalami pasienpasien penyakit akut, selama pembedahan, dan setelah trauma. Konsentrasi
plasma dapat mencapai 40-60 /dL (1,1-1,7 mol/L)
3. Keadaan tinggi estrogen
Konsentrasi plasma total juga meningkat dengan meningkatnya kapasitas
CBG, yang paling sering terjadi pada keadaan estrogen tinggi pada
sirkulasi,misal pada kehamilan dan pemberian estrogen atau kontraseptif oral.
Pada keadaan ini kortisol dapat mencapi 2/ 3 x lebih tinggi dari normal.
44
4. Kondisi-kondisi lain2
Kadar menigkat pada anxietas berat, depresi endogen, kelaparan,
anoreksia, nervosa, alkoholisme, dan gagal ginjal kronis.
B. 17-Hidroksikortikosteroid
1. Metode Pengukuran
17-Hidroksikortikosteroid diukur dengan reaksi kolorimetrik Porter Silber,
yang mendeteksi kortisol dan metabolit-metabolit kortison.
2. Nilai Normal
Nilai Normal adalah 3-15 mg/24 jam (8,3-41,4 mol/24 jam) atau 3-7 mg/g
(0,9-2,2 mmol/mol) kreatinin urin.
45
47
Hipersekresi adrenomedula
Feokromositoma
1. Definisi :tumor yg berasal dari sel2 kromafin yg ada di medula adrenal &dpt
menghasilkan &melepaskan katekolamin&hormon pepetida lainnya
2. Epidemiologi
Menyerang antara usia 30-50 thn dgn perbandingan yg sama pd pria &wanita
10% feokromositoma terletak di luar adrenal ada di organ zukerkandl & korpus
karotis (paraganglioma)
10 % feokromositoma adrenal bersifat bilateral tapi bias 50% pada kasus yang
berkaitan dengan sindrom familial
10% feokromositoma adrenal secara biologis bersifat ganas apabila tumor
terletak di luar adrenal
3. Etiologi
Pada kebanyakan kasus ,yang paling berperan adalah factor genetic &lingkungan .25%
dari feokromositoma karena factor genetic ,Yaitu akibat mutasi gen
VHL,RET,NFI,SDHB&SDHD. Pada penderita penyakit sindrom endokrin multipletipe 2a
& 2b (MEN IIA&MEN IIB),yang menyebabkan peka terhadap tumor dari berbagai
kelenjar endokrin. Penderita penyakit von HIPPLE-Lindau pembuluh darah tumbuh
secara abnormal &membentuk tumor jinak (hemangioma). Penderita penyakit von
Rechling hausenneurofibromatosis,pertumbuhan tumor berdaging pada saraf.
4. Faktor resiko
-induksi anestesi
-opiat
-antagonis dopamin
-dekongestan seperti pseudoeferin
-x ray kontras media
-partus
Obat yang mengurangi katekolamin,termasuk antidepresan trisiklik &kokain
5. Patofisiologi
6.Gejala klinis
Sakit kepala akibat dentuman jantung yang kuat tersebut akan menyebar ke
bagian dada &kepala,menyebabkan sakit kepala/sensasi memukul di kepala
Gangguan visual
7. Komplikasi
Infark miokardium
Peny. Serebrovaskular
Aritmia
Syok ireversible
Gagal ginjal
8. Diagnosis
Anamnesis
Px. Fisik
hipertensi
50
BMI turun
wajah pucat
tangan &kaki terasa dingin
Px .penunjang
51
px. Imagine
u/menentukan lokasi & ukuran tumor .dengan teknik :
-MRI dpt mencari semua tumor dlm adrenal
-CT Scan
-scan dgn meta-iodo-benzyguanidine (MIBG)131 /I 123 jk scr MRI & CT scan tidak
efektif
9.Tatalaksana
Jk ganas <50%
Hiposekresi adrenomedula
Belum ada efek yg dikaikan dgn defisiensi epinefrin ,bukan krn defisiensi tdk
pernah terjd ttp sebagian besar fungsi epinefrin dpt dilaksanakan dgn
mengaktifkan sist.saraf simpatis
Referensi
-
53
Kelainan :
Hipersekresi kortisol
Hipersekresi aldosteron
Hiposekresi
54
Hiperaldosteronisme
Primer -> Sindrom Conn
Etiologi :
1. Adenoma adrenal soliter,kecil, dg penampang berwarna kuning,
2. Hiperplasia adrenokortikal mikro atau makronoduler.
Gejala klinis :
1. Hipertensi
2. Sakit kepala
3. Hipokalemia (K<3,0 mMol/L)
Diagnosis :
1. Ditegakkan dengan kadar aldosteron yang tinggi dan renin yang rendah.
2. Pemeriksaan kadar kalium plasma rendah
Pengobatan :
55
Spironolakton
Suatu antagonis aldosteron yang dapat menghilangkan gejala
hiperaldosteronisme.
Sekunder
Definisi :
Terjadi perangsangan renin persisten
Etiologi :
1. Hiperplasia sel juxtaglomerulus di ginjal.
Insufisiensi Adrenokortikal
Dibagi menjadi :
Insufisiensi primer -> penyakit addison
Penyakit Addison
Definisi :
o Hipofungsi kronik korteks adrenal primer akibat dari kerusakan pada
kortes adrenal.
Etiologi :
o Autoimun
o Tuberkulosis
o Infeksi lain
o Pendarahan
o Bahan kimia
o Iskemia
o Infiltrasi
Gejala Klinis :
o Hiperpigmentasi
o Sistem kardiovaskular ( hipotensi & jantung)
o Kelemahan badan
o BB turun
o Kelainan gastrointestinal
o Gangguan elektrolit &air
o Gangguan neurologi & psikiatri
Diagnosis :
o
o
o
Kadar kortisol
Kadar hormon adrenokortikotropik
Rasio natrium serum dibanding kalium
56
o
o
Pengobatan :
Mula-mula kortison dosis tinggi
pd terapi jangka panjang 25mg pagi hari 12,5 sore hari (peroral)
perlu tambahan mineralokortikoid ( fludrokortison) 0,1 mg setiap
hari
Prognosis :
Kesehatan & usia hidup pasien biasanya normal, kecuali bila terjadi
krisis adrenal biasanya prognosanya akan menjadi lebih buruk.
Sedangkan pigmentasi bisa pigmentasi.
Insufisiensi sekunder
Etiologi :
Defisiensi ACTH
Gejala klinis :
Sekresi mineralokortikoid biasanya normal. Jadi, gambaran klinis
defisiensi ACTH dan glukokortikoid tidak spesifik.
Kelemahan, letargi, mudah lelah,anoreksia, nausea dan kadangkadang muntah
Diagnosis :
Kadar ACTH plasma
Pada penderita-penderita insufisiensi adrenal primer, kadarACTH
plasma > 240 pg/mL (44,4 pmol/L) dan biasanya berkisar antara 400 2000 pg/mL (88,8-444 pmol/L).
Pada keadaan defisiensi ACTH hipofisis, kadar ACTH plasma
biasanya < 20 pg/mL (4,4 pmol/L).
57
Terapi :
1. Hidrokortison
parenteral; 100mg iv diberikan setiap 6 jam selama 24 jam pertama.
2. Cairan iv
Salin dan glukosa intravena diberikan untuk mengoreksi deplesi volume,
hipotensi dan hipoglikemia
3. Terapi rumatan
Source:
Robbin kumar patologi vol.2 edisi 7
Greenspan endokrinologi edisi 4
Silbernagl atlas patofisiologi
58
ETIOLOGI
Stimulasi berlebihan korteks adrenal oleh CRH & ACTH yang berlebihan
EPIDEMIOLOGI
59
Kulit yang kekurangan kolagen (efek katabolik pd protein) dan menipis akan
mengalami peregangan berlebihan oleh endapan lemak dibawahnya jaringan
bawah kulit (subdermis) robek dan menimbulkan garis-garis linear ireguler
berwarna ungu kemerahan striae
Moon face
61
(sumber : google)
(sumber : google)
FAKTOR RESIKO
KOMPLIKASI
Sindrom cushing jika tidak diobati menghasilkan morbiditas serius bahkan
kematian.
-
Hipertensi
Diabetes
Osteoporosis
DIAGNOSIS
t.hipofisis
t.ektopik
t.adrenal
Kortisol plasma
Hormon adreno
kortikotropik plasma
-
TERAPI
Tumor pada kelenjar adrenalin bisa seringkali bisa diangkat dengan cara operasi.
Kedua kelenjar adrenalin bisa diangkat jika pengobatan ini tidak efektif atau jika
tidak terdapat tumor.
Orang yang kedua kelenjar adrenalinnya diangkat, dan banyak orang yang
memiliki bagian pada kelenjar adrenalinnya diangkat, harus menggunakan
kortikosteroid untuk hidup.
63
DAFTAR PUSTAKA
-
64
65
1.
Ny.Chumaeroh berumur 53 tahun, dirawat di ruang rawat inap penyakit
dalam sakit Gatot Soebroto dengan keluhan sakit kepala dan mual muntah:
Interpretasinya adalah dikarenakan adanya hormone glukokortikoid
sekresi asam lambung dan pepsin meningkat sehingga memperlambat
pembentukan mucus dan terdapat ulkus di lambung dan duodenum
Pemeriksaan fisik
a. Compos mentis
dan tampak lemah: diakibatkan
neuropsikologis (Pengaruh dari ulkus lambung)
gangguan dari
c. Status gizi
BB:60, TB:155 cm
BMI :24, 97=25
Disebabkan oleh lipolisis dari hati dan meningkatkan pembentukan protein
plasma
67
penimbunan
lemak
dileher,sedangkan
e. Jantung
Mengalami hipovolemia dari sensitisasi terhadap katekolamin terjadi
vasokonstriksi, kemudian tekanan darah tinggi dan aterisklerosis
f. Abdomen
Striae warna keunguan dan kulit tampak menipis akibat dari
pemecahan protein (Jaringan ikat subkutan), Striae kekurangan kolagen dan
menipis kemudian mengalami peregangan
G. Ekstremitas
Edema pada kedua kaki,nyeri gerak ,ekstremitas keras akibat dari
sensitisasi glukortikoid dan insulin
h. Kulit
Hiperpigmentasi(-)
Part 3
Px penunjang :
Darah lengkap :
-
Hb 13,1 gr/dl
Lekosit 9600/mm
Trombosit 307.000/mm
LED 28 mm/jam
Kadar natrium serum 137 mEq/L (N : 135 145 mEq/L),Kalium serum 3,8 mEq/L
( N : 3,7-5,2 mEq/L )
68
( N : 15-50 U/L )
SGPT 35 U/L
( N : 5 40 U/L )
Fungsi ginjal :
BUN 38 mg/dl
( N : 15 50 mg/dl )
( N : 4,2-38,4 ug/dl )
( N : 1,7-16,6 ug/dl )
Part 4
Didiagnosa sindrom cushing iatrogenic + insufiensi adrenal sekunder + suspect
osteoarthritis genu sinistra + hipertensi
69
DAFTAR PUSTAKA :
70
71