Anda di halaman 1dari 28

1.

Latar Belakang
Kreativitas merupakan ciri yang paling mewakili manusia karema makhluk
hidup yang lain seperti hewan memiliki kecerdasan tertentu yang membuatnya
dapat dilatih, namun hanya manusia yang memiliki kreativitas tersebut. Istilah
kreativitas bersumber dari kata Inggris to create yang dapat diterjemahkan dalam
bahasa Indonesia dengan istilah mencipta yang berarti menciptakan atau membuat
sesuatu yang berbeda (bentuk, susunan, atau gayanya) dengan yang lazim dikenal
dengan orang banyak. Nilai-nilai “kebaruan” dan “keaslian” selalu berkorelasi
dengan kreativitas.
Untuk menghasilkan gagasan-gagasan kreatif seseorang dapat diketahui
melalui ciri-ciri kreatif yang muncul dalam dirinya (Kauffman & Sternberg, 2006),
ciri-ciri tersebut yaitu: (1) Fluency, yaitu kesigapan, kelancaran, kemampuan untuk
menghasilkan banyak gagasan secara cepat. Dalam kelancaran berpikir, yang
ditekankan adalah kuantitas, dan bukan kualitas; (2) Flexibility, yaitu kemampuan
untuk menggunakan bermacam-macam cara dalam mengatasi masalah,
kemampuan untuk memproduksi sejumlah ide, jawabanjawaban atau pertanyaan-
pertanyaan yang bervariasi, dapat melihat suatu masalah dari sudut pandang yang
berbeda-beda, mencari alternatif atau arah yang berbedabeda, serta mampu
menggunakan bermacam-macam pendekatan atau cara pemikiran. Orang yang
kreatif adalah orang yang luwes dalam berpikir. Mereka dengan mudah dapat
meninggalkan cara berpikir lama dan menggantikannya dengan cara berpikir yang
baru; (3) Originality, yaitu kemampuan untuk mencetuskan gagasan unik atau asli,
membuat seseorang mampu mengajukan usulan yang tidak biasa atau unik dan
mampu melakukan pemecahan masalah yang baru atau khusus; (4) Elaboration,
adalah kemampuan untuk melakukan hal yang detail. Untuk melihat gagasan atau
detail yang nampak pada objek (respon) disamping gagasan pokok yang muncul,
kemampuan dalam mengembangkan gagasan dan menambahkan atau memperinci
detail-detail dari suatu objek, gagasan atau situasi sehingga menjadi lebih menarik.
Dalam kelangsungannya, proses kreatif sering dikaitkan dengan seni. Seni
sudah ada sejak awal keberadaan manusia. Tolstoy (dalam Soedarso, 2006)
mengungkapkan seni sebagai ekspresi dan komunikasi emosi juga pelepasan
emosi atau transfer of feeling. Seni adalah sampainya emosi ke komunikan, yaitu

1
masyarakat pengamat seni. Seni juga sebagai bentuk ekspresi kedalaman diri
seniman atau katarsis bagi penciptanya. Apabila ekspresi tersebut menyentuh juga
bagi penerimanya atau masyarakat berarti dapat dikatakan bahwa seni tidak hanya
untuk seniman yang berekspresi namun sekaligus berlaku sebagai sarana
komunikasi bagi penerimanya.
Seniman merupakan manusia yang mampu mewarnai peradaban manusia.
Kehadirannya sangat berarti, yaitu sebagai kunci pembedah peradaban suatu
kelompok predikat. Untuk menjadi seorang seniman sangat berat karena seorang
seniman harus memiliki energi imajinasi yang tinggi dan kegilaan yang luar biasa.
Tanpa energi ini tidak mungkin seorang seniman mampu melahirkan karya yang
kreatif dan besar. Selain itu seorang seniman juga harus memiliki talenta di atas
rata-rata dan kelebihan dibandingkan dengan lainnya. Sebuah pendapat
menyatakan bahwa, seniman-seniman yang mampu mengungkapkan ciptanya ke
dalam suatu bentuk seni biasanya disebut seniman kreatif, sedangkan seniman
yang mampu mengungkapkan cipta orang lain disebut seniman penyaji atau
seniman timbal. Dalam mempelajari suatu ilmu harus berfikir secara kritis,
demikian pula saat mempelajari seni tari. Cara berfikir kritis tersebut dapat
dituangkan dalam bentuk kritik seni. Mengkritik dapat mengapresiasi suatu karya
seniman. Kita dapat mengetahui bagaimanakah karya tersebut dapat tercipta
dengan pemikiran seorang seniman. Terhadap seniman-budayawan yang telah
membuktikan prestasi dan memberikan dedikasi secara tulus kepada seni budaya,
sudah selayaknya mendapatkan penghargaan sebagai tokoh seni. Seorang tokoh
seni adalah manusia kreatif yang memiliki perspektif jauh ke depan, memiliki
wawasan luas, memiliki kepekaan terhadap fenomena sosial, budaya dan seni.
Sehingga mampu mempengaruhi persepsi orang lain untuk mengkiblat apa yang
dilakukan, oleh karenanya, masyarakat kemudian mengidolakan dan
menokohkannya dalam bidang seni masing-masing.
Banyuwangi terletak di ujung Jawa Timur Pulau Jawa. Banyuwangi juga
disebut dengan nama kota Gandrung, kota ini memiliki banyak manusia yang
unggul dan tempat pariwisata yang cocok untuk dikunjungi, namun disisi lain
Banyuwangi juga sangat terkenal dengan kesenian dan budayanya serta seniman-
seniman dengan karya yang monumental dan memiliki ciri khas tersendiri.

2
Seorang seniman dalam bidang tari di Banyuwangi yang menarik perhatian
peneliti adalah Dwi Agus Cahyono, biasa disapa dengan panggilan Mas Dwi, lahir
pada tanggal 18 Agustus 1990. Selama ini mas Dwi dikenal sebagai seniman muda
di Banyuwangi yang memiliki banyak produk karya seni sekaligus penghargaan,
seperti penata tari terbaik se-Banyuwangi tahun 2016, Muda Pelopor Nasional
dalam Bidang Sosial, Budaya dan Pariwisata tahun 2017, Juara 1 tingkat Nasional
dalam Festival Karya Tari di Taman Mini dan diundang oleh Bapak Presiden untuk
menarikan tari Gandrung pada acara HUT Kemerdekaan di Istana Negara dan
Hari Sumpah Pemuda. Menurut penuturan beliau, lingkungan masa kecil dan
pengalaman berkesenian merupakan acuan untuk dalam menekuni kesenian
tradisional. Pengalaman dalam bekesenian dilakuan Dwi Agus Cahyono mulai
dari kecil umur 5 tahun hingga saat ini membantunya untuk menciptakan sebuah
karya seni khususnya seni tari (Wawancara 10 Desember 2019). Dalam perjalanan
kesenimannya, selain telah banyak mencipta karya tari, Dwi Agus Cahyono juga
mendapatkan prestasi dan penghargaan. Dwi Agus Cahya belajar menari mulai TK
umur 5 tahun hingga umur 24 tahun tahun yang dilatih oleh Pak Sabar Harianto.
Dulu SD sempat vacum di dunia tari tetapi mas Dwi belajar kesenian Jaranan dan
janger Cilik. Selanjutnya SMP mempelajari dan mendalami musik karawitan
Banyuwangi, mas Dwi belajar dengan Alm. Pak Sayun. Alasan belajar musik
karawitan karena dulu penari laki-laki jarang ditampilkan akhirnya belajarlah
menabuh dan berlatih pada Alm. Pak Sayun. Lalu mas Dwi terjun ke dunia seni
tari mulai masuk ke SMK Muhammadiyah 6 Rogojampi jurusan otomotif, mulai
dari situ mas Dwi belajar dari nol kembali karena tidak pernah menarikan tarian
tradisional Banyuwangi sampai mas Dwi Kuliah di Universitas Tujuh Belas
Agustus Banyuwangi jurusan Sejarah, mas Dwi tetap berkecimpung dalam seni
tari dan mulai membuat karya tari. Prinsip yang dipegang selama terjun dalam
seni yaitu jangan mencari kehidupan (uang) dari seni tapi bagaimana caranya kita
menghidupi seni. Jadi yang dimaksud Dwi Agus Cahyono adalah kita mengikuti
seni harus ikhlas jangan memkirkan upah atau keuntungannya dulu, kita berikan
pertunjukan yang terbaik dan bagaimana cara pertunjukan yang kita susun
sedemikian rupa sesuai dengan keinginan masyarakat dan pertunjukan itu terus
berlanjut.

3
Ditinjau dari pengalaman dan hasil karya Dwi Agus Cahyono hingga saat ini
masih diapresiasi dan disukai oleh masyarakat luas. Hasil karya Dwi Agus
Cahyono selalu terdapat unsur sejarah Banyuwangi serta gerakan yang mudah
ditarikan oleh segala usia, contohnya Tari Sidhem. Maka dari itu semua tentu
dilakukannya dengan proses atau laku kreatif. Laku kreatif disebut dengan
tindakan atau proses dalam berkesenian seseorang yang mempunyai gaya kreatif
atau bisa disebut dengan ciri khas seniman tersebut.
Fenomena dari laku kreatif Dwi Agus Cahyono dalam proses menciptakan
karya tari karena beliau masih seniman muda dimana pendidikan yang ditempuh
sangat jauh atau tidak mengenai tentang seni namun karya seni yang dihasilkan
sampai mendapatkan penghargaan tingkat Jawa Timur bahkan Nasional.
Keunikan dari penelitian ini adalah peneliti fokus pada laku kreatif Dwi Agus
Cahyono pada saat menyusun konsp, proses studio dan penyajian karya tari.
Selain itu dalam penelitian ini juga menyajikan informasi prestasi dan biodata Dwi
Agus Cahyono. Urgensi dari penelitian ini guna mencapai suatu tingkat
pemahaman tentang pentingya sosok pelestari budaya yang kreatif, maka peneliti
menulis penelitian dengan judul “Laku Kreatif Dwi Agus Cahyono dalam Proses
Menciptakan Karya Tari”.

2. Rumusan Masalah
Rumusan masalah merupakan penegasan masalah yang harus dijawab dalam
proses penelitian. Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan
masalah yang diangkat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Bagaimana latar belakang kehidupan Dwi Agus Cahyono?
b. Bagaimana laku kreatif Dwi Agus Cahyono dalam proses menciptakan karya
tari?

3. Tujuan Penelitian

4
Sesuai dengan rumusan masalah yang telah tertulis di atas, tujuan penelitian
ini dapat disebutkan sebagai berikut:
a. Mendeskripsikan latar belakang kehidupan Dwi Agus Cahyono.
b. Mendeskripsikan laku kreatif Dwi Agus Cahyono dalam proses menciptakan
karya tari.

4. Manfaat Penelitian
Dengan dilakukannya penelitian ini, tentunya peneliti berharap agar nantinya
hasil penelitian ini dapat memiliki manfaat. Manfaat yang dapat diambil adalah
sebagai berikut:
a. Secara Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi pengetahuan dan
wawasan yang berkaitan tentang menciptakan karya tari mulai dari awal merancang
konsep, proses studio dan penyajian karya tari. Selain itu dapat dijadikan informasi
tentang kreativitas Dwi Agus Cahyono serta biografinya.
b. Secara Praktis
1) Bagi Peneliti
Menambah pengalaman dan pengetahuan atau wawasan serta
ketrampilan dalam penelitian tentang laku kreatif seorang seniman Dwi Agus
Cahyono dalam meciptakan karya tari.
2) Bagi Masyarakat
Memberikan informasi kepada pembaca dan masyarakat luas
mengenai laku kreatif seorang seniman Dwi Agus Cahyono dalam
meciptakan karya tari.
3) Bagi Peneliti Selanjutnya.
Hasil penelitian dapat dijadikan referensi dan pijakan untuk mengupas
masalah-masalah yang akan terjadi di masa yang akan datang.

5. Definisi Operasional

5
Agar tidak terjadi kesalahan penafsiran pembaca dalam menyimak tulisan ini,
maka peneliti perlu menyampaikan definisi operasional mengenai berbagai istilah
dan ruang lingkup pembahasan dalam penelitian ini. Adapun definisi ini istilah
yang dimaksud meliputi kata inti atau istilah yang terdapat judul ataupun dalam
rumusan masalah seperti pada pendeskripsian berikut:
A. Laku Kreatif
Laku dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) artinya perbuatan, gerak-
gerik, atau tindakan. Sedangkan kreatif yaitu kemampuan untuk menciptakan
yang menggunakan imajinasi dan kecerdasan. Laku Kreatif yang dimaksud
tindakan dari seniman yaitu Dwi Agus Cahyono dalam menciptakan suatu karya
tari.
B. Dwi Agus Cahyono
Salah satu seniman muda dari Banyuwangi yang akrab dipanggil mas Dwi
lahir pada tanggal 18 Agustus 1990. Tempat tinggal di Dsn. Sumberagung RT 05 RW
03 Desa Rejoagung Kecamatan Srono Kabupaten Banyuwangi. Anak terakhir dari 2
saudara ini tinggal bersama orang tuanya yang bernama Ibu Sutrah dan Bapak
Sutiyan yang bekerja sebagai tani. Karya tarinya yang banyak mendapatkan
penghargaan dan prestasi sekaligus menjadi penyaji terbaik pada lomba karya cipta
tari di Jawa Timur pada tahun 2016. Kontribusi untuk nguri-nguri budaya yang
sangat tinggi dapat dibuktikan dalam membangun sanggar tari yang bernama
Kuwung Wetan dan membuat Organisasi Jari Semar (Jaringan Seni Remaja) yang
ketuai oleh mas Dwi sendiri.
C. Penciptaan Tari
Penciptaan tari merupakan proses kreasi yang menetapkan tujuan penciptaan
tari, dimana dari beberapa konteks dapat dijadikan tema lalu dikembangkan lagi
menjadi subtema kemudian divisualkan dalam rangkaian gerak dan pendukung tari
lainnya, seperti menyusun pola lantai, menentukan iringan persiapan pentas dan
sebagainya. Ada beberapa rangkaian dalam menciptakan sebuah tarian yaitu
melalui konsep yaitu susunan paling awal dalam menciptakan sebuah karya seni
tari lalu proses studio yaitu dimana seniman bekerja yaitu dengan dua tahap yaitu
melalui eksperimen dan eksplorasi dan terakhir kajian pertujukan atau penyajian
karya yaitu mempertunjukkan hasil karya yang dibuat dalam suatu pameran atau

6
pertunjukan kemudian di apresiasi dan dikritisi hasil karya tersebut sebagai awal
tujuan kekaryaan.
D. Karya Seni Tari
karya seni merupakan sebuah hasil ciptaan dari seni itu sendiri disebut karya
seni. seni merupakan sebuah imajinasi yang di ciptakan oleh manusia dengan kreatif
untuk mengungkapkan perasaan dari manusia itu sendiri yang dimana ciptaan
tersebut mempunyai nilai estetika atau keindahan. Sedangkan seni tari adalah seni
yang menggunakan gerakan tubuh secara berirama yang dilakukan di tempat dan
waktu tertentu untuk keperluan mengungkapkan perasaan, maksud dan pikiran.
Tarian merupakan perpaduan dari beberapa unsur yaitu raga, irama, dan rasa. Tari
juga diartikan sebagai desakan perasaan manusia di dalam dirinya yang
mendorongnya untuk mencari ungkapan yang berupa gerak-gerak yang ritmis,
sehingga yang dimaksud peneliti adalah karya seni yang dihasilkan oleh Dwi Agus
Cahyono dengan syarat keindahan dan nilai estetika serta kreativitas diperoleh
melalui cara penyajian gerak tubuh, komposisi, dan penyusaian gerak tubuh dengan
irama.

6. Kajian Pustaka

Dwi Agus Cahyono dalam menciptakan karya tari adalah subjek kajian
penelitian sedangkan proses kreatif Dwi Agus Cahyono adalah objek kajian
penelitian ini. Seniman memiliki kreatifitas terhadap seni secara istimewa, yang
dimaksud dalam istimewa yaitu setiap seniman satu dengan yang lainnya memiliki
ciri khas atau keunikan tersendiri dalam proses kreatif dan semua itu tergantung
pada pengalaman estetis individu. Untuk penelitian tentang Proses kreatif Dwi
Agus Cahyono ini masih belum ada yang meneliti hal ini dapat membuktikan
bahwa penulisan penelitian ini masih orisinil. Agar kedudukan penelitian ini
ada,maka peneliti akan mengkaji penelitian yang relevan terhadap penelitian ini dan
landasan teori. Dalam buku Menulis ilmiah berisi tentang , “kajian pustaka adalah
telaah yang dilaksanakan untuk memecahkan suatu masalah yang pada dasarnya
bertumpu pada penelaah kritis dan mendalam terhadap bahan-bahan pustaka yang
relevan (Tim Penyusun Unesa, 2011: 59).”

7
A. Penelitian yang Relevan
Penelitian relevan adalah menelaah penelitian-penelitian terdahulu dengan
penelitian yang terkait dengan permasalahan utama.
1) Laku Kreatif Tri Broto Wibisono dalam Proses Menciptakan Karya Tari

Skripsi yang ditulis oleh Yeni Nova Ratnasari (Universitas Negeri Surabaya
Fakultas Bahasa dan Seni Jurusan Sendratasik Progam Studi Pendidikan
Sendratasik, 2016) ini mengkaji tentang Tri Broto Wibisono yang memilki ciri khas
yang unik dengan kosisten dalam berkarya seni tari Jawa Timuran. Karya tari Tri
Broto Wibisono juga dengan mudah ditarikan oleh segala usia sehingga dapat
diterima dan dikenang oleh masyarakat sampai sekarang. Sebagai contoh
pengabdian pada seni tari yang ada di Surabaya menghantarkan Tri Broto Wibisono
untuk mengembangkan tari Remo Sawunggaling, pengembangan ini diberi nama
Remo Jugag. Tri Broto Wibisono tidak terbatas menghasilkan karya-karya tari tetapi
juga menghasilkan karya tulis berupa buku jurnal dan artikel yang telah menjadi
buku dan acuan bagi para peneliti seni tari diterbitkan oleh Dinas Pendidikan dan
Kebudayaan Propinsi Jawa Timur tahun 2001. Pentingnya penelitian proses kreatif
salah satunya untuk mempertahankan sosok pelestari budaya seperti Tri Broto
Wibisono.
Penulisan Yeni Nova ini menggunakan pendekatan penelitian deskriptif dan
metode penelitian kualitatif. Subjek dalam penelitian ini ialah Tri Broto Wibisono
dan Objek penelitiannya adalah proses kreatif Tri Broto Wibisono dalam
menciptakan karya tari. Tri Broto Wibisono menyusun konsep menggunakan teori
dari Hawkins serta Jacqueline Smith dengan rangsangan awal, menentukan tipe tari,
menghayati, mengkhayal, serta improvisasi. Saat proses studio Tri Broto Wibisono
juga menggunakan teori dari Alma Hawkins dan Jacqueline Smith yang dimulai
dari mengejawantahkan ( membuat motif bentuk), memberi bentuk, improvisasi,
evaluasi, seleksi penghalusan, serta motif. Menyajikan karya tari yang dilakukan Tri
Broto Wibisono terdapat elemen-elemen diantaranya karakter, gending, busana,
gerak, serta penonton. Dalam tiga bahasan tersebut juga membahas ciri-ciri
kreativitas dan faktor yang mempengaruhi kreativitas Tri Broto Wibisono. Laku
kreatif Tri Broto Wibisono dalam proses menciptakan karya tari dapat menjadi
acuan bagi generasi muda. Karena Tri Broto Wibisono menciptakan karya tari

8
mementingkan dan menggunakan roso untuk menghasilkan karya tari yang dapat
memberikan kesan kepada penonton atau penikmat seni.
Kajian yang ditulis dalam tulisan Yeni Nova merupakan suatu pijakan dan
referensi terhadap kajian peneliti. Tentang Laku Kreatif Tri Broto Wibisono dalam
proses menciptakan karya tari, sedangkan penulis meneliti tentang Laku Kreatif
Dwi Agus Cahyono, yang membedakan hanya Subjek atau senimannya saja. Untuk
itu penelitian ini terdapat relevansi dengan penulisan skripsi ini.
2) Proses Kreatif Penciptaan Tari Parijotho Sinangling Karya Eko Ferianto
Jurnal yang ditulis oleh Ulivia ( Program Studi Pendidikan Seni Tari Fakultas
Bahasa dan Negeri Universitas Negeri Yogyakarta, 2015) penelitian ini mengkaji
tentang tujuan untuk mendeskripsikan Proses Kreatif Penciptaan Tari Parijotho
Sinangling Karya Eko Ferianto melalui tahap eksplorasi, improvisasi, evaluasi, dan
komposisi. Objek penelitian Ulivia adalah tari Parijotho Sinangling yang dikaji dari
proses kreatif yang meliputi elemen-elemen komposisi tari seperti tema, gerak, tata
rias, tata busana, iringan, pola lantai, properti dengan menggunakan pendekatan
kualitatif. Sumber data penelitian ini adalah Eko Ferianto, selaku koreografer atau
pencipta tari Parijotho Sinangling. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan
observasi, wawancara, dan dokumentasi. Analisis data dilakukan secara deskriptif
kualitatif dengan langkah reduksi data, penyajian data, dan menarik kesimpulan. Uji
keabsahan data dilakukan dengan teknik triangulasi. Hasil penelitian dapat
disimpulkan sebagai berikut. 1) Tari Parijotho Sinangling diciptakan oleh Eko
Ferianto pada tahun 2014 guna untuk mempromosikan icon baru batik Sleman yaitu
batik Parijotho salak. 2) Proses kreatif yang dilakukan oleh Eko Ferianto dalam
menggarap tari Parijotho Sinangling yaitu meliputi tahap eksplorasi yaitu
penjajagan, pemahaman, perenungan tentang proses membatik, tahap improvisasi
dengan cara mencari gerak-gerak secara spontan, tahap evaluasi dengan cara
memilih dan menyeleksi gerak-gerak yang sesuai dengan tema, dan tahap
komposisi yaitu menyusun berbagai macam gerak yang sudah didapatkan. 3)
Faktor-faktor yang mempengaruhi proses kreatif tari Parijotho Sinangling terdiri
dari lingkungan, sarana, keterampilan, identitas, orisinalitas, dan apresiasi.
Penelitian yang dilakukan Ulivia relevan dengan penelitian ini pada proses
penciptaan karya tari. Ulivia menjelaskan tentang struktur proses yang dilakukan

9
oleh Eko Ferianto serta mendapatkan ide dan konsep secara kreatif dalam
menciptakan karya tari Parijhoto Sinangling. Penelitian ini menggunakan struktur
proses kreatif untuk menciptakan karya tari yang diciptakan Dwi Agus Cahyono.
Perbedaan antara penelitian ini dengan Ulivia adalah pada objek penelitian. Ulivia
hanya fokus dengan satu hasil karya yang diciptakan Eko Ferianto sedangkan
penelitian ini fokus pada laku kreatif Dwi Agus Cahyono dalam menciptakan semua
karya yang dihasilkan sehingga dikhususkan pada karya tari.
3) Pengalaman Proses Kreatif Seniman: Sebuah Pendekatan Interpretative
Phenomenological Analysis
Jurnal yang ditulis oleh Yohanis Franz La Kahija (Fakultas Psikologi
Universitas Diponegoro) menjelaskan tentang tujuan penelitian dengan studi
fenomenologis ini, yaitu untuk memahami pengalaman proses kreatif seniman.
Dalam penelitian Yohanis, proses kreatif didefinisikan sebagai munculnya suatu
tindakan atas produk baru yang tumbuh baik dari keunikan individu di satu pihak
maupun dari kejadian, orang-orang, dan riwayat hidupnya di lain pihak. Metode
analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Interpretative
Phenomenologycal Analysis (IPA). Metode ini dipilih karena adanya prosedur yang
rinci dalam menganalisis data. Prosedur yang detail tersebut membuahkan
kedalaman makna terhadap berbagai latar belakang, pengalaman, peristiwa unik,
dan pemikiran yang dimiliki subjek melalui wawancara. Yohanis menemukan
bahwa penghayatan dalam berkesenian merupakan wujud kristalisasi perjalanan
proses kreatif sebagai titik tolak dalam diri seniman untuk memperkaya jalan proses
kreatif. Temuan ini didasari atas pokok perjalanan melalui pembentukan diri,
penciptaan karya, pendalaman profesi seniman, dan penghayatan dalam
berkesenian merupakan bagian-bagian yang tidak bisa dipisahkan. Tema-tema
tersebut telah menjadi kesatuan dalam memahami pengalaman proses kreatif secara
utuh. Dengan demikian, penelitian ini diharapkan berguna bagi perkembangan
keilmuan psikologi dalam bidang indegeneous and cultural psychology
Persamaan dari penelitian Yohanis dengan penelitian ini terkait dengan
proses kreatif seniman, namun terdapat perbedaannya yaitu pada sudut pandang
penelitian, jika penelitian Yohanis berdasarkan psikolog melalui IPA sedangkan
peneliti yaitu gaya atau cara membuat karya melalui teori seni tari.

10
B. Landasan Teori
1) Proses Kreativitas
Kreativitas sebagai pekerjaan yang kreatif yang dilakukan sekali saja, sehingga
mempunyai momentum. Artinya, apabila kesenian sebagai suatu pekerjaan kreatif
telah diciptakan pada suatu ketika kesenian tersebut tidak dapat diciptakan kembali
karena momentumnya sudah lain, situasinya sudah berubah karena manusia hidup
ditengah-tengah waktu dan keadaan yang sangat dinamis. Kreativitas pada tatanan
individu sebagai seorang berkesenian sangat relevan untuk menemukan gerakan-
gerakan baru dalam bidang seninya, termasuk dalam menciptakan karya tari yang
memiliki kreativitas dalam meilih gagasan yang akan dijadikan konsep hingga
penyajian karya tari. Berkenaan dengan itu maka individu, komunitas atau
organisasi dan masyarakat harus benar-benar bertindak kreatif agar selalu dapat
menyesuaikan diri dan mempunyai kekuatan kompetitif.
Rhodes menganalisis lebih dari 40 definisi tentang kreativitas yang
menyimpulkan bahwa pada umumnya kreativitas dirumuskan dalam istilah Four
P’s Creativity yaitu Person (Pribadi), Process (Proses), Press (Dukungan) dan Product
(Produk). Keempat P ini saling berkaitan yaitu:

a) Person (pribadi), kreativitas dalam dimensi person adalah upaya mengartikan


kreativitas fokus pada individu atau person yang dapat disebut kreatif.

b) Process (proses), kreativitas dalam dimensi proses adalah upaya mengartikan


kreativitas fokus pada proses berfikir sehingga memunculkan ide-ide unik atau
kreatif.

c) Press (dorongan atau dukungan), dalam dimensi press adalah upaya


menekankan faktor press atau dorongan internal diri sendiri berupa keinginan dan
hasrat untuk mencipta atau bersibuk diri secara kreatif, maupun dorongan eksternal
dari lingkungan sosial.
d) Product (produk), kreativitas dalam dimensi product merupakan upaya
mengartikan kreativitas fokus pada produk atau apa yang dihasilkan oleh individu
baik sesuatu yang baru atau original. Pengertian yang berfokus pada produk kreatif

11
menekankan pada orininalitas kemampuan untuk menghasilkan atau menciptakan
sesuatu yang baru.

Menurut Alma Hawkins (terjemahan Hadi, 1990: 8) unsur utama dalam tari
adalah dorongan mencipta. Dorongan itu untuk merasakan, menemukan dan
mencapai suatu karya dalam kegiatan kreatif. Ide-ide kreatif yang dikembangkan
oleh seorang seniman dapat menghasilkan sebuah karya seni tari. Seniman
khususnya seni tari proses kreatif itu merupakan tuntutan yang harus dilakukan
untuk menghasilkan karya tari yang bermutu dan dapat dinikmati oleh masyarakat
luas. Proses kreatif juga dipahami sebagai perkembangan setiap individu dalam
mencipta suatu karya tari. Orang kreatif menampilkan dirinya sendiri atau hasil
karyanya sesuai dengan kemampuannya tanpa ada arahan atau aturan dari orang
lain.

Menurut Murgianto (1983: 10) beberapa sifat yang dapat disebutkan dari
orang-orang yang kreatif adalah peka terhadap lingkungan, selalu tanggap terhadap
rangsangan sensoris, merupakan pengamat yang teliti, sadar dan selai penuh ingin
tahu. Selain itu mereka mempunyai imajinasi yang kuat dan mengenal dengan baik
pribadinya sendiri serta mempunyai percaya diri yang besar, sanggup dan kuat
berkonsentrasi serta dapat bekerja tanpa mengenal lelah. Secara ringkas untuk
hadirnya kreativitas dalam seni dibutuhkan: 1)keterlibatan personal dengan
semangat lebih besar untuk mencapai hasil akhir sesuai dengan sarana yang
tersedia; 2)kepekaan membedakan antara hal-hal yang relevan dan tidak, mudah
memahami hubungan antar benda, penuh rasa ingin tahu, dan berpandangan
terbuka; 3)penguasaan wilayah presepsi yang luas, perhatian terhadap hal-hal dan
aspek yang tidak biasa, cekatan dan orisinal. Orang yang kreatif juga tidak akan
puas dengan hal-hal yang klise, selalu mengiginkan kejelasan ekspresi dan mampu
mengolah medium ekspresinya dengan kemungkinan luas.

2) Proses Kreatif pada Penciptaan Karya Tari

Proses kreatif adalah proses mengenal dan memahami segala sesuatu yang
diteliti atau diamati dalam lingkungan sekitar untuk memecahkannya tanpa
berhenti, proses kreatif adalah eksplorasi yang diteliti dan berhadapan dengan
alternatif-alternatif serta tantangan pengambilan keputusan yang tidak berhenti.

12
Proses kreatif memiliki keluarbiasaan sedemikian rupa sehingga dapat melahirkan
karya seni yang unik, orisinil serta memiliki identitas tertentu. Proses kreatif juga
diklarifikasikan menjadi empat bagian utama yaitu: eksplorasi, improvisasi, evaluasi
dan komposisi agar diberi kesempatan untuk berfikir, merasakan, berimajinasi
(Alma Hawkins, terjemahan Hadi, 1990: 26). Hal tersebut merupakan fase yang
dilalui oleh seorang koreografer untuk menciptakan suatu karya tari.

a. Eksplorasi
Proses eksplorasi merupakan proses pencarian secara sadar kemungkinan-
kemungkinan gerak baru dengan mengembangkan dan mengolah ketiga elemen
dasar yaitu waktu, ruang dan tenaga. Eksplorasi secara umum diartikan sebagai
penajajkan, maksudnya sebagai pengalaman untuk menanggapi beberapa obyek
dari luar,termasuk juga berfikir, berimajinasi dan merasakan dan meresponikan.
Proses ini berguna untuk memperkaya pengalaman sebagai salah satu bekal untuk
menyusun sebuah karya tari.
b. Improvisasi
Improvisasi dilakukan untuk memperoleh gerakan-gerakan baru yang segar
dan spontan (Murgiyanto, 1986: 21). Tahap ini jika digunakan secara baik dapat
meningkatkan pengembangan kreativitas dan memperluas gerakan serta
mengembangakan pengalaman.
c. Evaluasi
Evaluasi merupakan pengalaman penata tari untuk menilai sekaligus
menyeleksi ragam gerak yang telahmereka hasilkan pada tahap improvisasi. Dalam
kegiatan ini koreografer mulai menyeleksi ragam gerak yang mereka rasakan dan
yang sesuai dengan gagasannya.
d. Komposisi
Salah satu hasil dalam pengalaman berkreasi tari adalah menyusun gerak
tari. Proses ini disebut dengan farming merupakan proses menyusun gerak yang
telah dihasilkan dari proses eksplorasi, improvisasi dan evaluasi. Oleh karena itu,
tahap ini termasuk menyeleksi ata mengavaluasi, menyusun, merangkai atau
menata atau motif-motif gerak menjadi satu kesatuan yang disebut koreografi.
Menurut Smith terjemahan Suharto (1988 : 32) dalam metode kontruksi
menyusun komposisi terdapat berbagai tahapan :

13
a. Rangsangan awal
Proses penciptaan dan penyusunan tari di dahului dengan adanya
rangsangan awal. Suatu rangsang dapat di definisikan sebagai sesuatu yang
membangkitkan fikir, atau semangat, atau mendorong kegiatan. Rangsangan bagi
komposisi tari dapat berupa auditif atau pendengaran, visual, gagaan atau idesional,
kinestik, serta raba.
i. Auditif (dengar)
Salah satu tahapan mengembangkan gagasan gerak yang diilhami oleh suara
atau bunyi suatu benda atau perbuatan, seperti suara instrumen musi, gendang,
seruling, gamelan, dan yang lainnya. Sehingga memanfaatkan pepanca indera
telinga sebagai rangsangan untuk mendengar.
ii. Visual
Rangsangan ini karena panca indera berupa mata menangkap berbagai hal
yang menarik untuk diungkapkan dalam bentuk gerak tari. Rangsangan visal ini
dapat timbul dari objek gambar, warna, wujud, patung, melihat orang menari atau
bergerak, dan lain sejenisnya. Seorang penata tari melalui gambaran visual tersebut
dapat mengambil gagasan konsep yang ada dibaik hasil penglihatannya dan dengan
segera mampu bereksplorasi menciptakan karya yang diinginkan.
iii. Idesional
Rangsangan ini sering kali digunakan penata tari dalam membuat karyanya.
Untuk menyampaikan gagasan atau cerita yang disajikan biasanya gerak dirangsang
dan dibentuk dengan kapasitas penata tari. Dalam berkarya tari tentunya
memerlukan bentuk-bentuk baru dari suatu gerak. Oleh karena itu, hasil dari
eksplorasi dan improvisasi perlu diubah atau diperhalus dengan proses
pengembangan. Adapun proses pengembangan dapat dilakukan dengan mengubah
volume gerak, level, kesan, ragam gerak, struktur, dan elemen lainnya. Untuk
mendapatkan bentuk baru dari pengembangan gerak yang diharapkan memerlukan
kecermatan dan uji coba yang terus menerus, berdasarkan kreativitas dari gerak
tubuh yang terkecil sampai totalitas tubuh sepenuhnya.
iv. Kinestetik
Merupakan tahapan pengembangan gerak tari berdasarkan kesadaran
pengolahan potensi tubuh kita. Dalam tahapan ini dapat dilakukan pada saat

14
mengolah gerak berdasarkan pola hitungan. Dapat dikembangkan sedemikian rupa
berdasarkan kreativitas koreografer. Untik membentuk tari dapat digunakan dan
dikembangkan rangsang kinestetik yang memiliki gaya, suasana, dan kawan
dinamik, pola atau bentuk, aspek-aspek atau frase gerak.
v. Peraba
Rangsangan ini dapat dihasilkan respon kinestetik yang kemudian menjadi
motivasi tari. Melalui rabaan terhadap benda-benda ata sesuatu yang dipakai
menari dapat terjadi rangsangan yang menimbulkan ide-ide pengembangan gerak.
b. Tipe Tari
Seorang koreografer dalam menghasilkan karya juga menentukan tipe tarian.
Tipe yang dimaksudkan untuk mengklarifikasikan tari menjadi lebih spesifik
sebagaimana halnya dalam musik kita kenal ada musik jazz, pop, klasik, etnis dan
sebagainya. Sementara itu dalam tari diklarifikasikan dalam tipe dramatik,
dramatari, komikal, murni, studi, abstrak, iris.
c. Mode Penyajian
Mode penyajian ini dikaitkan dengan cara penata tari menyiapkan garapan
gerak tarinya yang berhubungan dengan ide yang digarap. Suharto membedakan
mode penyajian menjadi yaitu representasional dan nonrepresentasional.
d. Improvisasi
Menururt Suharto sebelum adanya improvisasi terdapat adanya eksplorasi.
Eksplorasi yang artinya pengalaman penari dalam melakukan penjajakan gerak,
untuk menghasilkan ragam gerak. Pada kegiatan ini, penari dapat dengan bebas
bergerak mengikuti kata hatinya, mengikuti imajinasi dan interpresentasinya.
Sedangkan impovisasi ialah mencari rangsangan gerak dengan spontanitas
mencoba atau mencaricari berbagai kemungkinan ragam gerak yang diperoleh pada
waktu eksplorasi. Dari setiap ragam gerak yang telah dihasilkan pad awaktu
eksplorasi, selanjutnya dapat dikembangkan dari aspek tenaga, ruang, dan waktu
sehingga menghasilkan ragam gerak yang sangat banyak.
e. Evaluasi improvisasi
Pengalaman penari untukmenilai sekaligus menyeleksi ragamgerak yang
telah mereka hasilkan pada tahap improvisasi. Dalam kegiatan ini penari mulai
menyeleksi ragam gerak yang mereka rasakan tidak sesuai agar tidak digunakan

15
dan memliih ragam gerak yang sesuai dengan gagasannya. Hasil inilah yang akan
digarap selanjutnya oleh penari pada tahap komposisi tari.
f. Seleksi dan penghalusan
Pada tahap ini setelah mengevaluasi gerak perlu diubah tau diperhalus
dengan proses pengembangan yang akan memberikan kesan indah dari suatu gerak.
Dapat dikembangkan dengan cara mengubah volume gerak, level, kesan, ragam
gerak, struktur, dan elemen lainnya.
g. Motif
Gerak yang telah diseleksi, evaluasi dan diperhalus selanjutnya telah menjadi
awal kekuatan dengan motivasi pada tarian selanjutnya, gerak atau frase gerak ini
disebut motif.

C.Kerangka Berfikir

LAKU KREATIF DWI AGUS CAHYONO DALAM


PROSES MENCIPTAKAN KARYA TARI

16
laku kreatif Dwi Agus laku kreatif Dwi Agus
laku kreatif Dwi Agus
Cahyono saat menyusun Cahyono pada proses
Cahyono dalam
konsep dalam studio dalam
menyajikan karya tari
menciptakan karya tari menciptakan karya tari
drro di Sanggar Langen drro di Sanggar Langen
1. Alma M. Hawkins
(penerjemah Sumadiyo
Hadi), 1990.
2. Jacqueline Smith, 1985.

Hasil Penelitian

Dalam penelitian ini mengkaji tentang Laku Kreatif Dwi Agus Cahyono
Dalam Proses Menciptakan Karya Tari dengan menggunakan tiga rumusan
masalah, yaitu: pertama tentang laku kreatif Dwi Agus Cahyono saat menyusun
konsep dalam menciptakan karya tari; kedua tentang laku kreatif Dwi Agus
Cahyono pada proses studio dalam menciptakan karya tari dan ketiga tentang laku
kreatif Dwi Agus Cahyono dalam menyajikan karya tari, dimana penelitian ini
menggunakan teori Alma M. Hawkins (penerjemah Sumadiyo Hadi), 1990 dan
Jacqueline Smith, 1985. Teori ini dijadikan senagai referens dan pijakan untuk
dijadikan hasil penelitian.

7. Metode Penelitian
Metode Penelitian adalah langkah yang dimiliki dan dilakukan oleh
peneliti dalam rangka untuk mengumpulkan informasi atau data serta melakukan
investigasi pada data yang telah didapatkan tersebut.
Cholid Narbuko mengemukakan bahwa metode adalah cara tepat untuk
melakukan sesuatu, sedangkan penelitian adalah kegiatan mencari, mancatat,
merumuskan dan menganalisis sampai menyusun laporannya. Metode
penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan
tujuan dan kegunaan tertentu, cara ilmiah berarti kegiatan penelitian itu
didasarkan pada ciri-ciri keilmuan, yaitu rasional (masuk akal), empiris
(dapat diamati oleh indera manusia), dan sistematis atau langkah-langkah
bersifat logis. Tujuan metode penelitian adalah usaha untuk menemukan,

17
mengembangkan dan menguji kebenaran, suatu pengetahuan, dimana usaha-
usaha itu dilakukan degan menggunakan metode ilmiah. (Narbuko, 2013:1).

A. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dan melalui pendekatan


deskriptif. Menurut Cholid Narbuko, “Pendekatan deskriptif adalah penelitian yang
berusaha untuk menuturkan pemecahan masalah yang ada sekarang berdasarkan
data-data. Tujuan penelitian ini deskripsi adalah untuk pemecahan masalah secara
sistematis dan faktual mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat populasi kualitatif
(Narbuko, 2013:1).” Penelitian ini berusaha mendeskripsikan secara tertulis
mengenai laku kreatif Dwi Agus Cahyono dalam proses menciptakna karya tari.
Selain itu berusaha mendeskripsikan biografi Dwi Agus Cahyono.

B. Objek Penelitian
Objek penelitian merupakan sasaran pokok dari sebuah penelitian. Objek
formal pada penelitian ini adalah Laku Kreatif. Sedangkan objek materialnya yaitu
seorang seniman yang bernama Dwi Agus Cahyono.
C. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini adalah Dsn. Sumberagung RT 05 RW 03 Desa Rejoagung
Kecamatan Srono Kabupaten Banyuwangi. Lokasi ini dipilih sebagai lokasi
penelitian karena tempat tinggal Dwi Agus Cahyono mulai kecil hingga saat ini
berada di Srono Banyuwangi. Selain itu lokasi penelitian tersebut juga satu wilayah
dengan tempat tinggal peneliti sehingga memudahkan peneliti untuk melakukan
penelitian dan pengumpulan data.
D. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data merupakan upaya yang ditempuh untuk memperoleh data
penelitian. Menurut Sugiyono, “Data adalah segala informasi tentang variabel yang
diteliti. Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam
penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data
(Sugiyono, 2010:308).” Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti
tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan. Dalam
penelitian ini, pengumpulan data dilakukan pada natural setting (kondisi yang
alamiah) dan sumber data primer yaitu sumber data yang langsung memberikan

18
data kepada pengumpul data. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini
menggunakan studi lapangan, studi pustaka dan studi dokumentasi. Studi lapangan
penelitian ini meliputi observasi (pengamatan), wawancara (interview), catatan
lapangan, studi pustaka dan studi dokumen. Penelitian yang telah dilakukan oleh
peneliti sesuai dengan teknik serta data yang diperoleh selama penelian dapat
dilihat dalam lampiran.
1) Pengamatan atau observasi
Dalam buku Metodologi Penelitian, “Pengamatan atau observasi adalah
teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengamati dan mencatat
secara sistematik gejala-gejala yang diselidiki (Narbuko, 2013:70).” Observasi
penelitian ini menggunakan observasi partisipasi pasif yaitu dalam pengertian pada
buku Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D,
partisipasi pasif yakni peneliti datang di tempat kegiatan orang yang diamati
dan observasi terus terang dan tersamar yakni peneliti dalam melakukan
pengumpulan data menyatakan terus terang kepada sumber bahwa sedang
melakukan penelitian dan tersamar untuk menghindari kalau suatu data yang
dicari merupakan data yang masih dirahasiakan.
Tabel 1) Tabel Observasi

No Hari/ Tanggal Hal yang Diobservasi Lokasi


1 Selasa, 10 Desember Biodata dan Dsn. Sumberagung RT
2019 pengalaman seniman 05 RW 03 Desa
Rejoagung Kecamatan
Srono Kabupaten
Banyuwangi
2 Jum’at 27 Desember 1. proses awal
2019 munculnya ide
menciptakan karya
tari
2. persiapan saat akan
menyusun konsep
3. bentuk untuk
membuat konsep
4. cara mendapatkan

19
inspirasi
5. proses menyusun
konsep karya tari
6. jangka waktu
menyusun konsep
tari
3 Sabtu, 28 Desember 1. proses dalam kerja
2019 studio
2. eksplorasi ulang
dalam proses studio
dengan penari
3. hambatan atau
kendala saat proses
dalam video, dan
cara mengatasinya.
4 Minggu, 29 Desember 1. persiapan dalam
2019 melakukan
pementasan
2. hambatan saat
penampilan dan cara
mengatasinya
3. evaluasi setiap
proses dalam
menciptakan karya
tari

2) Wawancara atau interview


Dalam melakukan observasi peneliti juga melakukan wawancara mendala
(interview). “Wawancara adalah proses tanya jawab dalam penelitian yang
berlangsung, secara lisan dalam mana dua orang atau lebih bertatap muka
mendengarkan secara langsug, informasi-informasi atau keterangan-keterangan
(Narbuko, 2013:283).” Wawancara yang digunakan dalam penelitian iniadalah
wawancara bebas terpimpin dan wawancara mendalam. Wawancara bebas

20
terpimpin adalah pewawancara hanya membuat pokok-pokok masalah yang akan
diteliti, selanjutnya dalam proses wawancara berlangsung mengikuti situasi,
pewawancara harus pandai mengarahkan yang diwawancarai apabila ternyata
menyimpang. Wawancara mendalam adalah seseorang yang dijadikan informan
memiliki pengetahuan secara khusus atau informasi khusus atau yang dekat dengan
situasi yang menjadi fokus penelitian serta memiliki status khusus. Selanjutnya
informan utama diminta menunjukkan beberapa informan lain yang dianggap
mampu memberikan informasi.

Tabel 2) Tabel Wawancara

No Nama Profesi Hal yang Ditanyakan


1 Dwi Agus Seniman 1. Siapa nama lengkap?
Cahyono 2. Tempat, tanggal lahir?
3. Alamat tempat tinggal masa
kecil dan sekarang?
4. Nomor telepon yang dapat
dihubungi?
5. Jenjang pendidikan yang telah
ditempuh? Dimana dan tahun
berapa?
6. Riwayat pekerjaan?
7. Aktivitas organisasi apa saja
yang pernah diikuti? Baik
didalam kota Banyuwangi
maupun diluar Banyuwangi?
8. Pelatihan apa saja yang pernah
diikuti?
9. Nama orang tua?
10. Pekerjaan orang tua?
11. Alamat orang tua?
12. Berapa bersaudara?
Namanya?
13. Pengalaman Belajar

21
Kesenian
14. Sejak kapan tokoh seniman
mengenal seni?
15. Seni dibidang apa yang
pertama kali tokoh seniman
ketahui?
16. Mengapa tokoh seniman
bersedia memasuki dalam
dunia seni?
17. Bagaimana pandangan
keluarga tokoh seniman ketika
memasuki dunia kesenian?
18. Bagaimana proses tokoh
seniman mempelajari kesenian
tersebut adakah syarat tertentu
yang harus dipenuhi?
19. Aktivitas berkesenian apa
saja yang telah dilakukan oleh
tokoh seniman sampai saat ini?
20. Peristiwa pertunjukan
seperti apa yang dianggap
sukses? Dan pertunjukan
seperti apa pula yang tidak
atau kurang dianggap sukses
oleh tokoh seniman?
21. Pengalaman (baik dan
buruk) apa saja yang sangat
terkesan selama berkesenian?
22. Apa yang sangat atau
paling menggembirakan tokoh
seniman dalam berkesenian?
Mengapa demikian?

22
23. Bagaimana pandangan
keluarga dan sosial masyarakat
luas kepada tokoh seniman?
24. Pengalaman event apa saja
yang pernah dialami tokoh
seniman? Baik di dalam negeri
maupun di luar negeri?
25. Program penghargaan apa
saja yang telah didapat oleh
tokoh seniman?
26. Siapa saja yang terlibat
dalam kegiatan berksenian oleh
tokoh seniman?
27. Bagaimana jika tokoh
seniman tidak
mempertunjukkan kesenian
dalam kegiatan itu? Jika
menyalahi siapa atau pihak
mana yang bertanggung jawab?
28. Apakah seniman dibayar
atau ada imbalan baginya
memertunjukkan kesenian?
29. Bagaimana pikiran
seniman/ tokoh terhadap
keberlangsungan keseniannya?
30. Kendala-kendala apakah
yang dominan dialami saat
berproses? Upaya apakah yang
pernah dilakukan mengatasi
kendala-kendala tersebut?
31. Pihak mana, atau siapakah
yang paling menentukan

23
keberlangsungan kehidupan
kesenian?
2 1. Bagaimana proses awal
munculnya ide menciptakan
karya tari?
2. Apa saja yang dipersiapkan
saat akan menyusun konsep?
3. Bagaimana bentuk untuk
membuat konsep?
4. Bagaimana cara mendapatkan
inspirasi?
5. Bagaimana proses menyusun
konsep karya tari?
6. Berapa lama menyusun konsep
tari?
3 1. Bagaimana proses dalam kerja
studio?
2. Apakah dalam berlatih gerak
langsung diberikan pada
peraga tari?
3. Apakah ada eksplorasi ulang
dalam proses studio dengan
penari?
4. Apa saja hambatan atau
kendala saat proses dalam
video? Bagaimana
mengatasinya?
4 1. Apa saja pesiapan dalam
melakukan pementasan
2. Apakah ada hambatan saat
penampilan? Bagaimana
mengatasinya?
3. Apakah ada evaluasi setiap

24
proses dalam menciptakan
karya tari? Jika ada seperti apa?

3) Dokumentasi
Dokumentasi merupakan pengumpulan, pemilihan, pengolahan, dan
penyimpanan informasi yang berkaitan dengan topik permasalahan. Teknik
pengumpulan data dengan dokumen adalah cara pengumpulan data melalui catatan
peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen dalam penelitian ini berupa dokumen
audio dan visual yakni dalam bentuk gambar, rekaman suara dan video. Studi
dokumen ini merupakan salah satu teknik dalam mengumpulkan data. Selain itu
teknik ini juga sebagai teknik untuk menunjang hasil metode observasi dan
wawancara dalam penelitian ini.

E. Sumber Data
Sumber data yang digunakan oleh peneliti dibedakan menjadi sumber data
primer dan sekunder. Sumber data primer adalah sumber data yang langsung
memberikan data kepada pengumpul data, dan sumber sekunder adalah sumber
yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data.
“Penentuan informan (narasumber) menggunakan teknik bola salju (snowball
sampling), yaitu teknik pengambilan sampel sumber data, yang pada awalnya
jumdrama tarilahnya sedikit, lama-lama menjadi besar (Sugiyono, 2010: 300).” Hal
ini dilakukan karena dari sumber data yang sedikit itu belum mampu memberikan
data yang lengkap, maka mencari orang lain yang dapat digunakan sebagai sumber
data. Pada situasinya setelah salah satu informan diwawancarai, diminta untuk
menunjukkan informan lain, begitu seterusnya sampai data dirasakan jenuh artinya
tidak mendapatkan data baru lagi. Penentuan narasumber dimulai dari Dwi Agus
Cahyono karena yang Objek dari penelitian ini yang akan ditulis tentang
pengalaman hidup dalam berkesenian dan laku kreatif dalam menciptakan karya
tari. Dari narasumber tersebut kemudian menunjukkan informan-informan lain
yang dianggap mampu memberikan informasi lebih dalam dan lebih jauh
berdasarkan masalah-masalah yang akan dipecahkan.
F. Validitas Data

25
Validitas adalah uji keabsahan data dalam penelitian. Hasil penelitian yang
valid bila terdapat kesamaan antara data yang terkumpul dengan data yang
sesungguhnya terjadi pada objek yang diteliti. Valid berarti instrumen tersebut
dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur. Validitas data
dapat menggunakan triangulasi. Triangulasi dapat diartikan sebagai pengecekan
data dari berbagai sumber dengan berbagai cara dan berbagai waktu. “Teknik
pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik
pengumpulan data dan sumber data yang telah ada disebut triangulasi atau
gabungan (Sugiyono, 2010: 330).” Triangulasi teknik pada penelitian ini
menggunakan teknik pengumpulan yang berbeda-beda untuk mendapatkan data
dari sumber yang sama. Triangulasi penelitian ini menggunakan observasi
partisipatif pasif, wawancara mendalam dan dokumentasi untuk mendapatkan data
dari sumber yang berbeda tetapi dengan teknik yang sama.
1) Triangulasi Sumber
Triangulasi sumber untuk mengkaji kredibilitas data dilakukan dengan cara
mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber.
2) Triangulasi Metode
Triangulasi metode digunakan untuk menguji kredibilitas data yang
dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik
yang berbeda. Jadi data yang diperoleh melalui satu teknik akan diuji menggunakan
teknik yang lain sesuai dengan topik dan fokus masalah. Teknik yang telah
dilakukan oleh peneliti adalah observasi, wawancara, dokumen dan studi pustaka.
3) Triangulasi Waktu
Triangulasi waktu adalah teknik triangulasi untuk menguji kebenaran melalui
beberapa waktu yang berbeda. Jadi hasil yang didapatkan dalam waktu tertentu
diuji lagi dalam waktu tertentu lainnya.
G. Analisis Data
Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang
diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain, sehingga
dapat mudah dipahami dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain.
Analisis data kualitatif adalah bersifat induktif, yaitu suatu analisis berdasarkan
data yang diperoleh, selanjutnya dikembangkan pola hubungan tertentu atau

26
menjadi hipotesis. Analisis data yang telah dilakukan oleh peneliti adalah memilih
data-data yang penting dan pokok serta menganalisis dalam bentuk rangkuman.
Rangkuman yang telah dibuat oleh peneliti dijadikan suatu sesuai dengan teknik
berbeda tetapi pokok bahasan yang sama. Penyatuan rangkuman direvisi kembali
dan dijadikan satu pokok pikiran. Setiap pokok pikiran bahasan sesuai dengan
permasalahan, dikembangkan dan dihubungkan dengan teori-teori yang telah
dijelaskan pada bab sebelumnya yaitu Kajian Pustaka sehingga mendapatkan data
yang valid dan dapat ditulis dengan bahasa yang ilmiah.
1) Reduksi Data
Reduksi data adalah memilih data yang terpenting dari seluruh data yang
diperoleh, dirampingkan dan disederhanakan kemudia diabstraksikan. Selama
proses pengumpulan data kegiatan reduksi data dilaksanakan dengan cara
memahami catatan dari observasi maupun wawancara informan Dwi Agus
Cahyono yang telah diperoleh kemudian dibuat ringkasan. Ringkasan ditulis sesuai
dengan permasalahan yang telah ditentukan sebelumnya.
Langkah kedua adalah membuat catatan refleksi, ringkasan yang telah
dilakukan dipilih menjadi bagian-bagian sehingga menemukan pengertian yang
mendalam. Langkah ketiga adalah pemilihan data yaitu memberikan tanda atau
kode, tiap satuan data yang sudah dipilah. Proses reduksi terus menerus sampai
laporan akhir penelitian selesai ditulis sehingga saling kait-terkait.
2) Penyajian Data
Setelah tahap reduksi adalah meyajikan data yang sudah diperoleh dan yang
telah di pilah serta dianalisis sehingga menemukan data tentang laku kreatif Dwi
Agus Cahyono dalam proses menciptakan karya tari yang benar-benar valid dan
relevan. Penyajian data menggunakan sistem mencatat hasil reduksi yang telah
diperoleh, dipilah dan dianalisis berdasarkan fokus penelitian dan menerapkannya
dalam bentuk tabel sehingga mudah untuk direduksi kembali untuk menemukan
sebuah kesimpulan. Contoh format tabel sesuai dengan teknik pengumpulan data
yang dapat dilihat diatas. Penyajian data yang ditulis dalam bentuk tabel kemudian
akan disajikan dalam bentuk format karya ilmiah menggunakan susunan dan
bahasa ilmiah.
3) Penarikan Kesimpulan

27
Setelah data disajikan, maka tahap selanjutnya adalah menarik kesimpulan
data yang sudah dianalisis. Penngambilan kesimpulan harus diverifikasi secara
berulang-ulang, sehingga kesimpulan sesuai dengan kebenaran ilmiah dan
dipertanggungjawabkan. Kesimpulan data diperoleh dari analisis hasil reduksi
dengan teori-teori yang digunakan dalam kajian teori. Kesimpulan yang didasarkan
pada hasil penyajian data kemudian dijadikan sebagai simpulan akhir yang berisi
data valid dan dapat dipertanggung jawabkan.
DAFTAR RUJUKAN

Bastomi, Suwaji. 1990. Wawasan Seni.Semarang: Press

Hadi Y, Sumandiyo. 1983. Pengantar Kreativitas Tari. Yogyakarta: ASTI

Hawkins, Alma M. Mencipta Lewat Tari.1990. (Penerjemah Y. Sumandiyo Hadi).


Yogyakarta: Institut Seni Indonesia

Murgiyanto, Sal. 1983. Koreografi. Bandung: PT. Rosdya Karya

Narbuko, Cholid dan Abu Achmadi. Metodologi Penelitian. Jakarta: Bumi Aksara.

Smith, J. 1985. Komposisi tari sebuah petunjuk Praktis Bagi Guru. (Terjemahan Ben
Suharto). Yogyakarta: Ikalasti

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan


R&D. Bandung: Alfabeta.

Tim Penyusun Unesa.2011. Menulis Ilmiah: Buku Ajar MPK Bahasa Indonesia
.Surabaya: Universitas Negeri Surabaya.

Tim Penyusunan Unesa. 2014. Buku Panduan Skripsi Fakultas Bahasa dan Seni:
Surabaya: Universitas Negeri Surabaya.

DAFTAR MAYA
Kaufman, J.C dan Stenberg. The International Handbook of Creativity
(https://Book.google.co.id/ diakses tanggal 10 Desember 2019)

28

Anda mungkin juga menyukai