Anda di halaman 1dari 49

STRATEGI UNTUK MENGHAFAL GERAK TARI: SEBUAH ​ACTION

RESEARCH​ DI SEKOLAH DASAR

PROPOSAL

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat penyusunan skripsi

Oleh

DWI DESTIANA SARI


1504427
Konsentrasi Seni

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


KAMPUS SUMEDANG
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur dipanjatkan ke-hadirat Allah ​subhanahu wa Ta’ala ​yang


telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga proposal yang berjudul
“Strategi untuk Menghafal Gerak Tari: Sebuah ​Action Research di Sekolah
Dasar” ini dapat selesai tepat waktu. Shalawat dan salam juga tidak lupa
dicurahkan pada nabi besar Muhammad S.A.W sebagai teladan seluruh umat.
Proposal ini memaparkan mengenai analisis penggunaan strategi yang
dapat membantu siswa dalam menghapal gerak tari. Strategi apa saja yang dapat
digunakan untuk menghapal gerak tari pada anak usia sekolah dasar.
Dalam menyusun proposal ini, tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak
yang telah mendorong dan membantu mengatasi berbagai hambatan yang terjadi.
Proposal ini pun masih belum sepenuhnya sempurna, sehingga kritik dan saran
yang membangun diharapkan dari pembaca. Semoga proposal ini bisa bermanfaat
untuk semua pihak, khususnya untuk peneliti.

Sumedang, Januari 2019

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
DAFTAR TABEL iv
DAFTAR GAMBAR v
DAFTAR LAMPIRAN vi
BAB I 1
PENDAHULUAN 1
A.Latar Belakang Masalah 1
B.Fokus Penelitian 3
C.Tujuan Penelitian 3
D.Manfaat Penelitian 3
BAB II 5
KAJIAN PUSTAKA 5
A.Pendidikan Seni 5
B.Tujuan Pendidikan Seni 6
C.Pembelajaran Seni 6
1. Pengertian Pembelajaran 6
2. Pengertian Seni 8
3. Seni Tari 9
4. Pembelajaran Seni Tari 11
D.Strategi Pembelajaran 13
E. Penelitian yang Relevan 15
F. State of The Art 16
BAB III 17
METODE PENELITIAN 17
A.Desain Penelitian 17
B.Subjek Penelitian 18
C.Tempat Penelitian 18
D.Teknik Pengumpulan Data 18
1. Instrumen Survei 19
2. Wawancara 19
3. Observasi 19
4. Dokumentasi 20
E. Teknik Analisis Data 20
F. Instrumen Penelitian 22
1. Pedoman Wawancara 23
2. Pedoman Observasi 23
3. Pedoman Dokumentasi 23
G.Jadwal Penelitian 23
DAFTAR PUSTAKA 27
LAMPIRAN INSTRUMEN PENELITIAN 30
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Jadwal Kegiatan Penelitian dalam Penyusunan Skripsi …...………… 24


DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Model Alir Komponen-komponen Analisis Data Miles dan


Huberman ………………………………………………………………………. 21
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Pedoman Observasi ……………………………………………….. 30


Lampiran 2 Pedoman Wawancara Pelatih ……………………………………... 32
Lampiran 3 Pedoman Wawancara Siswa ………………………………………. 33
Lampiran 4 Pedoman Dokumentasi ……………………………………………. 34
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Indonesia merupakan negara yang kaya akan kebudayaannya, terutama
kebudayaan tradisional. Setiap wilayah yang ada di Indonesia memiliki keunikan dan
ciri khas kebudayaannya masing-masing. Salah satunya yaitu Provinsi Jawa Barat
yang memiliki ciri khas dan keunikan dari setiap budaya yang dimilikinya. Tingkat
apresiasi seni di Jawa Barat menimbulkan keberagaman seni yang ada di Jawa Barat
ini. Seni tari merupakan salah satu budaya yang memiliki tingkat apresiasi yang
cukup tinggi. Seni tari ini merupkan salah satu cara mengekspresikan keindahan
melalui gerak tubuh. Menurut Hidayat (2005, p. 8) tari merupakan ungkapan
perasaan manusia yang dinyatakan dengan gerakan tubuh manusia ekspresif yang
bertujuan, ditetapkan secara kultural, mengandung ritme, nilai estetika, dan memiliki
potensi simbolik.
Mata pelajaran Seni Budaya dan Prakarya (SBdP) terdiri atas empat bagian
besar, yaitu seni tari, seni musik, seni rupa, dan prakarya. Diantara keempat bidang
tersebut, sekolah minimal harus mengajarkan satu bidang seni sesuai dengan
kemampuan sumber daya manusia dan fasilitas yang ada di sekolah. Susanto (2013,
p. 273) memaparkan bahwa tujuan dari pendidikan seni di sekolah bukan untuk
menjadikan anak sebagai seorang seniman, melainkan untuk mendidik anak agar
menjadi kreatif. Konsep pendidikan seni di sekolah dasar lebih diarahkan pada
pembentukan sikap, sehingga akan terjadi keseimbangan intelektual dan sensibilitas,
rasional dan irasional, akal pikiran dan kepekaan emosi. Konsep ini menempatkan
seni sebagai materi, media, dan juga metode yang digunakan untuk mencapai tujuan
pendidikan. Pendidikan seni tari adalah salah satu mata pelajaran yang diajarkan di
sekolah dasar. Tari merupakan salah satu unsur dari kebudayaan yang ada. Seni tari
merupakan salah satu cabang seni yang menggunakan tubuh sebagai media ungkap.
Seni tari mencakup keterampilan gerak berdasarkan olah tubuh dengan dan atau
tanpa rangsangan bunyi (Susanto, 2013, p. 263). Sedangkan menurut Cisneros dkk
(2019), “​Dance is a diverse art form that is learnt and practiced for a number of
reasons”​ .
Seni tari ini memiliki berbagai jenis, dimulai dari seni tari tradisional hingga tari
modern. Seiring berkembangnya zaman dan kemajuan teknologi, kini tari tradisional
semakin sulit untuk ditemukan karena terkikis oleh berkembangnya tari modern.
Untuk tetap mempertahankan tari tradisional sebagai identitas budaya Indonesia,
perlu adanya upaya untuk menciptakan tarian-tarian yang tetap memiliki unsur
tradisional. Salah satunya yaitu dengan mengembangkan tari kreasi sebagai bentuk
akulturasi budaya tradisional di Jawa Barat dengan memadukan unsur-unsur terkini.
Tari kreasi ini dibuat dengan tema tertentu sesuai dengan keinginan penikmat seni itu
sendiri. Selain dengan mengembangkan tari kreasi, proses pendidikan juga menjadi
salah satu cara untuk menggali pengetahuan dan keterampilan siswa untuk
mengembangkan minat dan bakatnya terhadap seni tari. Pendidikan tersebut dapat
dilakukan secara formal maupun informal.
Jazuli (2008, p. 20) mengutarakan tujuan pendidikan seni di sekolah umum
bukan untuk mewariskan keterampilan atau kemahiran berkesenian, melainkan untuk
memberikan pengalaman yang berkesan kepada peserta didik dalam rangka
membantu peserta didik untuk mengembangkan potensi yang dimilikinya, terutama
potensi perasaan (kecerdasan emosional) agar seimbang dengan potensi kecerdasan
intelektualnya. Kegiatan pendidikan seni tari di sekolah dasar harus lebih
mengutamakan mempelajari gerak-gerak dasar berirama, persiapan menari,
gerak-gerak meniru alam dan binatang, gerak-gerak kreatif, dan mempelajari
beberapa komposisi tari.
Untuk mencapai hasil belajar agar sesuai dengan apa yang diharapkan, maka
diperlukan adanya proses pembelajaran yang menunjang. Dibutuhkan beberapa hal
dalam proses pembelajaran seperti strategi, media, sarana, dan prasarana. Untuk
menentukan sebuah strategi, guru merupakan komponen utama yang sangat
menentukan dalam implementasinya (Sanjaya, 2011, p. 52). Pemahaman guru
mengenai pentingnya menerapkan strategi pembelajaran yang sesuai akan membawa
pengaruh pada hasil belajar peserta didik. Strategi pembelajaran dikembangkan untuk
mengembangkan potensi peserta didik, baik dari segi pengetahuan maupun
keterampilan.
Dalam proses penelitian di lapangan, ditemukan masalah yang dialami oleh
siswa, yaitu kesulitan mereka dalam menghafal gerak tari. Untuk menyikapi hal
tersebut, diperlukan adanya strategi pembelajaran yang tepat dan relevan untuk
diterapkan dalam pembelajaran seni tari di sekolah dasar. Tentu saja strategi
pembelajaran yang diterapkan harus memudahkan guru dalam menyampaikan
materi. Menurut Chan (2011), mengemukakan bahwa “​Each dance form will
emphasise or priorities differently, but the traditional method for learning is in a live
body – to – body situation where the teacher/facilitator is working directly in contact
with the learner​.” ​Bukan hanya itu, strategi tersebut juga harus memudahkan siswa
dalam menyerap materi dengan baik sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.
Maka dari itu, peneliti mencoba memberikan ​treatment u​ ntuk menghafal gerak tari di
sekolah dasar dengan menggunakan strategi “lirik lagu”. Dengan adanya strategi
pembelajaran tersebut diharapkan mampu memudahkan peserta didik dalam
menyerap materi sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai dengan hasil
maksimum dan optimal.
B. Fokus Penelitian
Berdasarkan dari uraian dan pokok-pokok pemikiran pada latar belakang, maka
ditentukan fokus penelitian mengenai strategi apa saja yang digunakan untuk
menghafal gerak tari dengan cepat pada siswa sekolah dasar. Mengingat terkadang
pembelajaran tari di sekolah dasar menjadi satu pembelajaran yang dianggap sulit
oleh siswa, terlebih bagi siswa yang memang kurang menyukai kesenian. Oleh
karena itu, peneliti memiliki sebuah keinginan untuk membantu guru/pelatih maupun
siswa untuk menemukan strategi yang sesuai, sehingga nantinya dapat membantu
siswa dalam menghafal gerak tari dengan mudah.
C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan fokus penelitian yang telah ditentukan, maka penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui strategi apa saja yang digunakan untuk menghapal gerak
tari dengan cepat pada siswa sekolah dasar.
D. Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi langsung
sebagai salah satu alternatif untuk meningkatkan mutu pembelajaran seni, budaya,
dan keterampilan antara lain sebagai berikut.
1. Bagi Siswa
a. Meningkatkan keterampilan dalam menari dan dapat memberikan motivasi
dalam meningkatkan minat belajar seni tari.
b. Siswa dapat mengetahui strategi apa saja yang dapat membantu dalam
menghapal gerak tari di sekolah dasar.
2. Bagi Orangtua
Orangtua dapat mengetahui seberapa penting perannya dalam mendukung anak dalam
mengembangkan prestasinya di bidang seni. Dengan demikian orangtua akan
lebih mendukung kegiatan pembelajaran di sekolah.
3. Bagi Guru
a. Dengan adanya penelitian ini, guru akan mengetahui strategi apa saja yang akan
membantu siswa dalam menghapal gerak tari.
b. Guru akan lebih termotivasi untuk memberikan pembelajaran tari yang lebih
baik bagi siswa.
4. Bagi Sekolah
Sekolah akan mengetahui kekurangan-kekurangan apa saja yang masih ada dalam
proses pembelajaran seni tari di sekolah.
5. Bagi Peneliti
a. Peneliti dapat mengetahui bagaimana proses pembelajaran seni tari di sekolah
dasar.
b. Peneliti dapat mengetahui strategi apa saja yang dapat membantu siswa
menghapal gerak tari.
6. Bagi Peneliti Lain
a. Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan rujukan bagi peneliti lain yang
akan mengembangkan penelitian sejenis.
b. Dapat memberikan pandangan tentang bagaimana proses penelitian ​action
research​ ini dilakukan.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Pendidikan Seni
Soehardjo (2005), mengemukakan bahwa pengertian awal pendidikan seni
mengandung pengertian usaha sadar untuk menularkan kemampuan berkesenian
sebagai perwujudan dari transformasi/penularan budaya dari generasi ke generasi;
usaha itu dilakukan oleh para seniman ternama sebagai pihak penular, kepada para
personal yang terpanggil sebagai bakal calon seniman sebagai pihak tertularnya.
Karena itu pendidikan seni merupakan bagian dari aset budaya yang penting. Dalam
perkembangannya, sosok penular pun berpindah dari seniman ke tangan pakar seni,
dan proses pendidikan dari sanggar ke studio, lalu ke lembaga pendidikan formal dan
kemudian dengan alasan tertentu dimasukkan ke wilayah pendidikan umum. Pada
akhirnya pendidikan seni ini mengandung dua arti, yaitu sebagai penularan seni
(​Education in art​) juga sebagai pengertian elit berupa pemfungsian seni (​Education
Through Art​).
Pendidikan seni merupakan sarana untuk mengembangkan kreativitas siswa dan
melatih kecerdasan emosionalnya. Pendidikan seni di sekolah dasar bukan bertujuan
untuk membina siswa menjadi seniman, melainkan untuk mendidik siswa menjadi
kreatif, berperasaan, lembut, dan peka terhadap lingkungannya. Karena melakukan
kesenian senantiasa melibatkan emosional individu secara langsung. Pengembangan
pendidikan seni harus memenuhi tiga aspek, yaitu aspek kognitif, afektif, dan
psikomotor seperti pendidikan pada bidang lain. Menurut Rohidi (2016, p. 6),
“Pendidikan seni mengintegrasikan kemampuan fisik, intelektual dan kreativitas, serta
mempertautkan pendidikan, kebudayaan, dan kesenian secara lebih dinamis dan
bermakna.” Selain itu, Julia (2013, p. 75) mengemukakan, “Salah satu bidang
pendidikan yang berpotensi untuk mengubah moralitas peserta didik adalah
pendidikan seni.” Pendidikan seni merupakan strategi untuk menanamkan
pengetahuan dan keterampilan, dengan cara mengkondisikan anak atau siswa menjadi
kreatif, inovatif, dan mampu mengenali potensi dirinya berdasarkan karakteristiknya
serta memiliki sensitivitas terhadap berbagai perubahan sosial budaya dan
lingkungannya. Pendidikan seni ini dapat diajarkan pada berbagai lembaga
pendidikan, baik formal di sekolah-sekolah dan perguruan tinggi, maupun di lembaga
pendidikan non formal seperti sanggar atau ekstrakurikuler di lingkungan masyarakat.
Seperti yang diungkapkan oleh Sudira (2010, p. 14), “Interaksi pembelajaran di
sanggar, tempat kursus, dan rumah keluarga adalah pembelajaran pendidikan seni non
formal atau informal.
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa pendidikan seni
merupakan sarana untuk mengembangkan kreativitas siswa. Hal tersebut digunakan
sebagai sarana pendukung pada anak didik untuk mengembangkan kreativitasnya
dalam bidan seni. Pada prosesnya juga, pendidikan seni harus memenuhi tiga aspek,
yaitu aspek kognitif, aspek afektif, dan aspek psikomotor. Pendidikan seni juga dapat
dilaksanakan pada berbagai lembaga, baik lembaga yang bersifat formal maupun
lembaga yang bersifat non formal.
B. Tujuan Pendidikan Seni
Hadliansah & Julia (2016), mengemukakan bahwa pendidikan seni merupakan
alternatif dalam memperkenalkan kesenian yang berakar pada budaya bangsa,
sekaligus sebagai filter masuknya budaya asing yang gencar menghantam kebudayaan
kita. Selain itu, juga menjadi upaya dalam menyeimbangkan pendidikan atas
membludaknya pengutamaan pendidikan pada sisi intelektualitas saja. Pendidikan seni
memiliki manfaat bagi kecerdasan jiwa, sehingga diharapkan dapat memperbaiki sifat
budi pekerti siswa.
Berdasarkan konsep-konsep dasar pendidikan seni sebagaimana diuraikan di atas,
maka dari pemikiran Ki Hajar Dewantara dapat disimpulkan bahwa pendidikan seni
bertujuan sebagai salah satu upaya dalam rangka memberikan pengaruh yang baik
terhadap perkembangan hidup anak-anak (siswa), secara jasmani dan rohani. Hal
tersebut dapat diterapkan dalam pembelajaran seni tari pada siswa sekolah dasar.
C. Pembelajaran Seni
1. Pengertian Pembelajaran
Dalam melaksanakan proses pendidikan, tentunya tidak akan terlepas dari sistem
pembelajaran. Di mana dalam pembelajaran tersebut merupakan kegiatan yang
menjadi unsur dari adanya proses pendidikan. Menurut Komalasari (2010, p. 3),
bahwa pembelajaran merupakan subjek didik/pembelajar yang direncanakan atau
didesain, dilaksanakan dan dievaluasi secara sistematis agar subyek didik/pembelajar
dapat mencapai tujuan-tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien. Dengan begitu
dapat dikatakan pula bahwa pembelajaran merupakan inti dari adanya proses
pendidikan. Menurut undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003
menyatakan bahwa “Pembelajaran merupakan sebuah proses interaksi peserta didik
dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.” Pembelajaran
merupakan bantuan yang diberikan oleh pendidik agar dapat terjadi proses
pemerolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran, dan tabiat, serta
pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik. Sedangkan menurut Sudira
(2010, p 8), “Dalam proses pembelajaran harus terjadi perubahan yang dignifikan
mencakup domain kognitif, psikomotor, dan afektif.” Hal tersebut menjelaskan bahwa
unsur-unsur dalam pembelajaran antara lain, yaitu pendidik, anak didik, dan sumber
belajar pada lingkungan belajar. Sedangkan ciri-ciri pembelajaran menurut Sugandi,
dkk (2000, p. 25) yaitu: (1) pembelajaran dilakukan secara sadar dan direncanakan
secara sistematis; (2) dapat menumbuhkan perhatian dan motivasi siswa dalam belajar;
(3) dapat menyediakan bahan belajar yang menarik dan menantang bagi siswa; (4)
dapat menggunakan alat bantu belajar yang tepat dan menarik; (5) dapat menciptakan
suasana belajar yang aman dan menyenangkan bagi siswa; (6) dapat membuat siswa
siap menerima pelajaran baik secara fisik maupun psikologis. Kemudian, Komara
(2016, p. 35), mengatakan bahwa “Pembelajaran seagai sebuah sistem yang memiliki
komponen-komponen yang terdiri dari: (1) siswa; (2) guru; (3) tujuan; (4) materi; (5)
metode; (6) sarana/alat; (7) evaluasi; (8) lingkungan/konteks.
Pembelajaran disebut juga sebagai kegiatan instruksional, yaitu suatu usaha untuk
mengelola lingkungan secara disengaja agar seseorang dapat belajar dengan perilaku
tertentu dan dalam kondisi tertentu. Menurut Hamalik (2010, p. 57) dalam proses
pembelajaran, terdapat kombinasi unsur-unsur yang tersusun meliputi unsur manusia,
material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi untuk
mencapai suatu tujuan pembelajaran. Adapun unsur-unsur manusia yang terlibat dalam
sistem pengajaran terdiri dari guru, siswa, dan tenaga lainnya. Unsur material terdiri
dari buku-buku, papan tulis, dan lain-lain. Kemudian fasilitas dan perlengkapan terdiri
dari ruang kelas, komputer, dan lain-lain. Sedangkan prosedur meliputi jadwal, metode
penyampaian materi, ujian, dan lain sebagainya.
Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
merupakan suatu proses yang dilakukan oleh pendidik kepada anak didiknya dengan
berbagai hal yang mendukung proses belajar mengajar, di mana dalam proses tersebut
terjadi interaksi antara pendidik dengan anak didik. Hal-hal yang dapat mendukung
proses pembelajaran yaitu pendidik, anak didik, materi, sarana dan prasarana, model,
metode, dan evaluasi. Selain itu, ada unsur-unsur penyusun yang terlibat dalam sistem
pengajaran yaitu unsur manusia, unsur material, fasilitas, perlengkapan dan prosedur
yang saling mempengaruhi satu dengan yang lainnya untuk mencapai suatu tujuan
pembelajaran. Dengan adanya proses pembelajaran, diharapkan anak didik dapat
menerima informasi baru untuk mengembangkan kemampuannya di bidang akademis.
Sudira (2010) mengemukakan bahwa proses pembelajaran seni merupakan suatu
proses mendidik, membina, meningkatkan, dan mengembangkan kreativitas dan pola
pikir seseorang secara logis dan sistematis. Pembelajaran seni harus bersifat efektif,
positif, konstruktif, dan sesuai dengan norma dalam meningkatkan kemampuan anak.
Dalam pembelajaran seni sebaiknya guru mengetahui dasar-dasar perkembangan
kejiwaan seseorang agar guru dapat memahami perkembangan kejiwaan siswa dengan
mudah, sehingga nantinya guru dapat menerapkan strategi apa yang akan digunakan
dalam pembelajaran sehingga siswa dapat memahami materi secara lebih baik.
2. Pengertian Seni
Dalam aspek kehidupan, seni menjadi salah satu hal yang sangat penting. Karena
melalui seni, manusia dapat mengekspresikan perasaan dan emosinya. Dengan begitu,
perkembangan seni dipengaruhi oleh perkembangan manusia dan kehidupannya.
Manusia dapat mengembangkan berbagai faktor dalam kehidupannya, salah satunya
adalah kesenian. Melalui kesenian, manusia akan lebih mampu memunculkan ekspresi
dalam dirinya. Sudira (2010, p.1), mengemukakan bahwa “Sebuah ilmu seni mampu
merangkul dan merangkum berbagai aspek bidang keilmuan.” Louis (1987, p. 379),
mengemukakan bahwa melalui kesenian, manusia akan mampu menggabungkan
berbagai aspek kehidupan menjadi satu kesatuan yang lebih bermakna. Istilah seni
tidak hanya merujuk pada keindahan saja. Sebagian seniman mengatakan bahwa seni
merupakan suatu Bahasa perasaan. Kesenian selalu melukiskan suatu unsur atau aspek
kodrat, tanggapan atau pengalaman manusia. Keindahan tersebut membawa ekspansi
rasa hidup dan kesadaran diri sebagai bagian dari keseluruhan, sifat sosial, dan
kesenian meratakan pengalaman dan perasaan dari seorang seniman kepada orang lain.
Sujarwa (2005, p. 53), mengemukakan bahwa seni atau kesenian sangatlah
menarik untuk diperhatikan dan diteliti. Seni tercipta untuk sesuatu, maksud dari
sesuatu di sini adalah masyarakat. Seni memiliki manfaat bagi manusia, seni juga
memiliki daya besar yang harmoni. Seni terdiri dari komponen eksistensial dan
komponen esensial. Eksistensi seni terdiri dari empat lapis eksistensialitas. Lapisan
terbawah adalah keberadaannya sebagai benda-benda seni berupa sosok material di
mana seni mewujud. Di lapis kedua keberadaan seni berwujud sebagai proses karya
penciptaan benda seni. Di atasnya lagi adalah keberadaan dalam pikiran berupa
pandangan dan gagasan yang mengarahkan proses penciptaan seni. Sedangkan pada
lapisan teratas adalah keberadaan seni sebagai nilai-nilai dan tujuan estetika.
Sedangkan menurut Mahzar (1993, p. 15-16) hal tersebut yang akan mendasari
wawasan seni dan mendorong proses terciptanya suatu karya seni.
Berdasarkan pendapat tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa seni memiliki arti
yang beragam dan tidak terdefinisi hanya dalam satu pendapat saja. Dengan begitu,
seni merupakan suatu ekspresi yang timbul dari dalam jiwa manusia yang dinyatakan
kedalam bentuk karya yang indah sebagai wujud komunikasi dari perasaannya kepada
orang lain. Dengan demikian, ekspresi-ekspresi tersebut dapat dinikmati oleh orang
lain dan dapat menggerakkan perasaan seseorang sehingga menjadikan orang tersebut
memiliki rasa senang dan puas.
3. Seni Tari
Seni memiliki beberapa cabang ilmu, salah satunya yaitu seni tari. Menurut
Bambang Pudjasworo (1982, p. 61), “Tari adalah suatu bentuk pernyataan imajinatif
yang tertuang melalui kesatuan simbol-simbol gerak, ruang, dan waktu.” Gerak, ruang,
dan waktu dihadirkan dalam satu kesatuan utuh yang mewakilinya. Sedangkan
menurut Soedarsono (dalam Mulyani, 2016), mengatakan bahwa seni tari merupakan
suatu gerakan-gerakan ritmis dan indah. Hal tersebut mengungkapkan bahwa seni
merupakan suatu ekspresi perasaan seseorang yang diungkapkan melalui
gerakan-gerakan yang indah. Melalui seni tari, anak akan mampu mengembangkan
kepekaan serta dapat mengembangkan aspek motoriknya. Sebagaimana menurut
Suryodiningrat (1934), menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan tari adalah gerak
seluruh anggota badan yang diiringi dengan musik, dikoordinasikan menurut irama,
kesesuaian dengan sifat pembawaan tari serta maksud tarinya. Berdasarkan batasan
tari tersebut, maka secara konsepsional yang dimaksud tari senantiasa harus berpijak
pada tiga aspek pokok, yaitu: (1) ​Wiraga,​ (2) ​Wirama,​ dan (3) ​Wirasa.​
Wiraga merupakan seluruh aspek gerak tari, baik berupa sikap gerak,
pengulangan tenaga serta proses gerak yang dilakukan penari, maupun seluruh
kesatuan unsur dan motif gerak (ragam gerak) tari yang terdapat di dalam suatu tarian.
Keindahan dari sebuah tari hanya dapat dipandang pada saat tarian itu berlangsung
lewat penarinya. Keindahan itu dapat dipandang dari dua aspek yang saling berkaitan,
yaitu penari dan juga desain geraknya. Sebagaimana yang dijelaskan oleh Aprilina
(2014), bahwa koreografi merupakan suatu pemahaman dan juga proses-proses
pembentukan dasar-dasar gerak untuk menciptakan sebuah tarian. Aspek ​wiraga ini
menjelaskan bahwa siswa akan memiliki keterampilan yang baik dalam melakukan
gerakan-gerakan yang indah melalui gerak dari seluruh badannya. Dengan begitu,
aspek motorik anak akan berkembang dengan lebih baik. Motorik pada umumnya
merupakan gerakan-gerakan yang biasa dilakukan oleh anak dan dapat dilihat pada
saat anak melakukan aktivitas bermain. Menurut Puspitowati (2012, p. 3),
mengemukakan bahwa “Motorik kasar adalah suatu gerakan tubuh dengan melakukan
tenaga yang menggunakan otot-otot besar yang dipengaruhi oleh kematangan anak itu
sendiri.” Motorik kasar memerlukan tenaga dalam melakukan setiap kegiatan seperti
bermain, artinya motorik kasar ini memiliki hubungan dengan kecerdasan kinestetik
anak untuk melakukan gerak dalam kegiatannya. Jadi, aktivitas ​wiraga ini erat
kaitannya dengan perkembangan motorik anak.
Selain ​wiraga​, ​anak juga harus memiliki kepekaan pada irama yang mengiringi
tarian tersebut, atau sering disebut juga sebagai ​wirama​. Seluruh gerak tarian harus
selaras dengan iramanya. Dengan kata lain, anak akan berusaha untuk menyesuaikan
gerakan-gerakan tari berdasarkan irama pengiringnya. Menurut Brown (1986),
mengemukakan bahwa gerakan dapat sangat dipengaruhi oleh hubungan dengan
faktor-faktor ritmis. Anak dapat diperkenalkan pada hubungan dengan faktor-faktor
ritmis ketika mereka mulai mengembangkan keterampilan yang memerlukan ritme
seperti itu untuk gerakan yang efektif, atau ketika mereka tampaknya siap untuk
mengintegrasikan faktor-faktor tersebut ke dalam kosakata gerakan mereka. Anak
akan memiliki kemampuan untuk mengorganisasikan tubuhnya dalam menyesuaikan
gerakan yang cocok berdasarkan irama. Aspek ​wirama ini yang akan mengatur irama
yang harus dimiliki oleh seorang penari.
Selanjutnya aspek ​wirasa merupakan hal-hal yang berikaitan dengan isi atau
kandungan dari suatu tarian. Dengan kata lain, aspek ​wirasa ini merupakan penjiwaan
yang harus dimiliki oleh seorang penari. Aspek penjiwaan ini tidak terlepas dari
gerakan dan irama. Pada dasarnya penerapan ​wiraga dan ​wirama tarinya harus selalu
mengingatkan akan arti, maksud, dan tujuan dari tarian tersebut, sehingga nantinya
seorang penari akan tampil dengan penjiwaan secara utuh. Aspek ​wirasa ini akan
mengembangkan kemampuan anak dalam melakukan penghayatan terhadap
gerakan-gerakan tarinya, sehingga gerakan akan sesuai dengan maksud dan tujuannya.
Dengan menggunakan penghayatan yang baik, maka para penikmat seni tari akan
merasakan maksud dan tujuan dari gerak tarian yang disajikan.
Seni tari juga memiliki unsur-unsur yang mampu memberikan gambaran bahwa
suatu karya dapat disebut sebagai bagian dari seni tari. Muryanto (2012) menjelaskan
bahwa seni tari memiliki beberapa unsur, yaitu sebagai berikut: 1) unsur gerak; 2)
unsur iringan; 3) unsur tema; 4) unsur rias dan busana; dan 5) unsur ruang pentas.
Sedangkan Mulyani (2016) mengemukakan bahwa unsur-unsur utama dalam tari yaitu
mengandung aspek tenaga, ruang, dan waktu. Berdasarkan pernyataan tersebut, maka
dapat disimpulkan bahwa unsur-unsur seni tari terdiri dari gerakan yang di dalamnya
termasuk tenaga, iringan musik, ruang, serta waktu.
Seni tari memiliki beberapa fungsi bagi kehidupan sehari-hari manusia. Menurut
Soedarsono (dalam Mulyani, 2016), menjelaskan bahwa fungsi seni tari dalam
kehidupan manusia dikelompokkan kedalam tiga garis besar, yaitu sebagai saran
upacara adat, sebagai hiburan pribadi, dan sebagai tontonan. Seni tari juga harus
menyesuaikan dengan perkembangan zaman agar eksistensinya tetap dapat dinikmati
oleh para penikmat seni.
4. Pembelajaran Seni Tari
Pembelajaran merupakan sebuah proses untuk merubah perilaku seseorang
menjadi lebih baik, di mana perubahan tersebut akan bertahan lama dalam
kehidupannya. Melalui proses pembelajaran, seseorang akan menjadi pribadi yang
lebih baik dalam segala aspek. Menurut Wulandari (2015, p. 50), mengemukakan
bahwa “Pembelajaran memiliki beberapa kriteria, yaitu (a) pembelajaran melibatkan
perubahan; (b) pembelajaran bertahan lama seiring dengan waktu; dan (c)
pembelajaran terjadi melalui pengalaman.”
Pembelajaran dalam seni tari juga memberikan perubahan pada diri seseorang ke
arah yang lebih baik dan positif. Melalui pembelajaran seni tari, anak akan mampu
mengembangkan ekspresinya, terutama pada ekspresi perasaan yang timbul melalui
gerak tubuh. Pembelajaran seni tari ini juga dapat mengembangkan aspek afektif anak,
karena dengan melakukan pembelajaran tari, anak mampu mengembangkan
kemampuan mengontrol emosi dalam dirinya. Hal tersebut dapat terjadi melalui gerak
tubuh yang dipadukan dengan iringan musik. Dengan kata lain, anak akan
mengembangkan kemampuan ​wirasa​, ​wirama​, dan ​wiraga.​
Menurut Wulandari (2015), menjelaskan bahwa setidaknya pembelajarn seni di
sekolah dasar akan mengembangkan enam kompetensi. Kompetensi pertama, yaitu
anak akan mampu mengembangkan kemampuan dalam memadukan unsur logika,
etika, dan estetika, yang meliputi pemahaman, apresiasi, evaluasi, analisis, dan
berproduksi melalui gerak, bunyi, serta bahasa rupa. Yang kedua, yaitu anak akan
memiliki kepekaan, perasaan estetis dan artistik dalam mendukung kecerdasan
emosional, intelektual, moral, dan spiritual, dan adversitas sesuai dengan
perkembangan anak. Yang ketiga, yaitu mampu berekspresi dalam bahasa rupa, gerak,
dan bunyi. Yang keempat, yaitu anak akan memiliki kemampuan dasar dan mampu
berkreasi yang inspirati. Yang kelima, yaitu anak akan mampu menghargai karya
sendiri dan orang lain. Kemudian yang terakhir, yaitu anak akan mampu menyajikan
suatu karya seni atau memamerkannya di lingkungan sekolah. Sedangkan Iriani
(2008), mengemukakan bahwa ada enam tujuan dalam pembelajaran tari, di antaranya:
(1) seni tari memberikan sumbangan ke arah sadar diri; (2) seni tari membina
imaginasi kreatif; (3) seni tari memberi sumbangan ke arah pemecahan masalah; (4)
seni tari memurnikan cara berpikir, berbuat, dan menilai; (5) seni tari memberikan
sumbangan kepada perkembangan kepribadian, dan (6) seni tari membina
perkembangan estetik.
Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran seni tari
merupakan proses yang dilakukan seseorang untuk mengembangkan keterampilannya
di bidang seni gerak tubuh. Melalui pembelajaran seni tari, anak akan memiliki
kemampuan dalam mengontrol emosi dan perasaannya. Dengan begitu, anak akan
memiliki keseimbangan dalam kecerdasan intelektual dan emosional yang baik. Selain
itu melalui pembelajaran seni tari juga anak tumbuh menjadi manusia yang kreatif.
D. Strategi Pembelajaran
Untuk mencapai suatu hasil yang maksimal dalam pembelajaran, tentunya
diperlukan strategi yang akan mendukung proses pembelajaran. Strategi dapat
diartikan sebagai tindakan dalam pencapaian suatu sasaran yang telah ditentukan. Jadi,
strategi masih berupa suatu rencana tentang keputusan yang akan diambil untuk
menentukan sasaran yang diinginkan. Dalam konteks pembelajaran, strategi dapat
diartika suatu perencanaan guru dalam berinteraksi dengan siswa agar proses
pembelajaran sesuai dengan arah yang telah ditentukan. Riyanto (2010, hal. 132)
mengemukakan bahwa “Strategi pembelajaran adalah siasat guru dalam
mengefektifkan, mengefisienkan, serta mengoptimalkan fungsi dan interaksi siswa
dengan komponen pembelajaran dalam suatu kegiatan pembelajaran untuk mencapai
tujuan pengajaran.” Guru dapat memilih dan menggunakan strategi yang tepat dalam
pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran. David (dalam Sanjaya, 2006)
mengemukakan bahwa strategi diartikan sebagai ​a plan, method, or series of activities
designed to achieves a particular educational goal. ​Sedangkan menurut Sanjaya,
strategi pembelajaran diartikan sebagai perencanaan yang berisi mengenai rangkaian
kegiatan yang didesain untuk mencapai suatu tujuan pembelajaran.
Strategi pembelajaran dapat dilihat dari berbagai segi yaitu seni, ilmu, dan
keterampilan yang digunakan oleh pendidik dalam upaya membantu siswa sehingga
mereka dapat melakukan kegiatan proses pembelajaran. Menurut Madjid (2013, p. 9),
mengemukakan bahwa “Segi seni, pendidik dapat melakukan upaya peniruan,
modifikasi, penyempurnaan dan pengembangan alternatif model pembelajaran yang
ada untuk menumbuhkan kegiatan belajar peserta didik sesuai dengan kebutuhan,
potensi, dan situasi lingkungan.” Dari pernyataan tersebut strategi pembelajaran tari
melalui segi seni, dapat dihubungkan melalui pendekatan pembelajaran dengan upaya
peniruan dan pengembangan kreatifitas siswa dalam proses kegiatan belajar mengajar.
Pada pembelajaran tari siswa sekolah dasar, strategi menjadi bagian dari proses
pembelajaran yang akan berlangsung. Hal tersebut menjadi tugas pendidik dalam
menyusun strategi yang tepat untuk menentukan arah atau tujuan pembelajaran yang
jelas.dengan begitu, tujuan dari pembelajaran tersebut benar-benar dapat memberikan
hasil yang terbaik. Salah satu strategi dalam pembelajaran tari yaitu dengan
mempertontonkan sebuah karya seni tari kepada siswa. Hal tersebut sesuai dengan
yang dikemukakan oleh Masunah & Narawati (2003, p. 259), bahwa “Dalam
pembelajaran tari di sekolah dapat dilakukan dengan kegiatan reproduktif, yaitu
kegiatan yang diarahkan untuk mempelajari hasil karya orang lain, untuk memperkaya
pengetahuan batin dan keterampilannya, serta menunjang kegiatan kreatifnya.”
Strategi pembelajaran yang digunakan oleh guru dapat dikatakan memiliki hasil yang
optimal jika mampu dipergunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Studi
mengenai strategi pembelajaran sangatlah diperlukan dalam penelitian ini karena salah
satu hal yang menjadi sorotan dalam judul penelitian ini adalah strategi dalam
menghafal gerak tari. Dalam menghafal gerak tari, ada beberapa strategi yang dapat
digunakan, diantaranya sebagai berikut:
1. Practice Rehearsal Pairs
Strategi ​Practice Rehearsal Pairs ini merupakan strategi sederhana yang dapat digunakan
untuk mempraktekan suatu keterampilan atau prosedur dengan teman belajar.
Dalam ​Practice Rehearsal Pairs ini siswa akan lebih condong berkomunikasi
dengan teman pasangannya sesuai dengan strategi yang digunakan. Strategi ini
digunakan untuk memperoleh kesuksesan atau keberhasilan dalam mencapai
tujuan untuk mempraktikkan suatu keterampilan atau prosedur dengan teman
belajar secara aktif dalam proses pembelajaran yang melibatkan mental dan fisik
peserta didik dengan harapan suasana pembelajaran lebih menyenangkan dan hasil
belajar maksimal.
2. Kompetensi Ekspresi
Strategi Kompetensi Ekspresi ini merupakan strategi yang cukup rumit, karena pada
strategi ini siswa diharapkan mampu untuk mengeksplor gerak tarian sesuai
dengan imajinasi mereka. Eksplorasi tersebut bisa didapat melalui tayangan video
tari dengan cara siswa terlebih dahulu mengapresiasi hasil karya tersebut, setelah
itu siswa mengekspresikan sesuai dengan music dan gerak yang ada menjadi
sebuah gerakan tarian yang baru.
3. Audio Visual
Strategi tari dengan menggunakan audio visual ini merupakan cara yang paling sederhana
dan sering digunakan oleh guru. Strategi audio visual ini berupa sebuah video
gerak tari yang dipertontonkan kepada siswa, sehingga nantinya siswa akan
mampu meniru gerakan yang ada didalam video tersebut. Melalui video gerak tari
tersebut diharapkan siswa mampu menghafal gerak tari dengan benar.
4. Penggunaan Lirik Lagu
Strategi penggunaan lirik lagu ini merupakan sebuah strategi yang membantu siswa
dalam mengingat dan menghafal gerak tari dengan menggunakan lirik lagu.
Strategi ini dapat digunakan dengan mudah, karena pada saat proses pembelajaran
tari guru memilih tarian dengan musik pengiring yang memiliki lirik. Seperti
tarian dengan menggunakan lagu “​Manuk Dadali​”, sehingga siswa dapat
menghafal gerakan dengan mengingat isi dari lirik lagu tersebut.
5. Demonstrasi
Strategi dengan demonstrasi ini guru mencontohkan langsung gerakan tarian yang akan
diajarkan kepada siswa, dengan begitu siswa dapat meniru gerakan yang diajarkan
oleh guru. Dalam mendemonstrasikan gerak tari, perlu adanya pengulangan
sehingga siswa benar-benar mampu mempraktikan secara baik dari contoh yang
diberikan. Bentuk pengulangan ini untuk memperjelas gerak yang diberikan
sebagai dasar dalam memperkuat teknik yang benar. Selain itu pengulangan ini
dilakukan agar siswa mampu menghafal gerak dalam tarian.
E. Penelitian yang Relevan
Penelitian yang akan dilakukan, yaitu penelitian mengenai “Strategi Menghafal
Gerak Tari: Sebuah ​Action Research di Sekolah Dasar”. Berdasarkan pencarian dan
eksplorasi yang dilakukan, peneliti menemukan beberapa tulisan yang berkaitan
dengan penelitian ini.
Pertama yaitu penelitian yang dilakukan oleh Reena Liana (2017), yang berjudul
“Kreativitas Seni melalui Gerak dan Lagu dengan Menggunakan Lagu Daerah untuk
Anak Usia Dini”. Penelitian ini memberikan gambaran mengenai pembelajaran seni
dengan menggunakan gerak dan lagu. Penelitian ini juga mengemukakan tentang
menghafal gerakan dengan menggunakan lagu.
Kedua yaitu penelitian yang dilakukan oleh Aris Setiawan (2014), yang berjudul
“Strategi Pembelajaran Tari Anak Usia Dini”. Penelitian ini memberikan gambaran
mengenai strategi apa saja yang digunakan oleh guru untuk membantu siswa dalam
menghafal gerak tari. Selain mengenai strategi, penelitian ini juga memaparkan
mengenai metode pembelajaran yang dapat digunakan oleh guru dalam mengajarkan
gerak tari kepada anak usia dini.
F. State of The Art
Perbedaan penelitian yang dilakukan oleh peneliti dengan penelitian sebelumnya,
yaitu terletak pada desain penelitian yang digunakan dan juga penerapan strategi
dalam pembelajaran seni tari. Jika penelitian sebelumnya menerapkan pembelajaran
seni tari tersebut untuk meningkatkan kreativitas siswa, maka peneliti menerapkan
pembelajaran seni tari ini untuk memudahkan siswa dalam menghafal gerak tari.
Selain itu, perbedaan subjek penelitian yang ditelitipun jelas berbeda. Jika kedua
penelitian tersebut melakukan penelitian pada anak usia dini, maka peneliti melakukan
penelitian ini pada siswa sekolah dasar.
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian
Penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah ​action research​, di mana
penelitian tersebut merupakan salah satu penelitian yang termasuk ke dalam penelitian
kualitatif. Menurut Afrizal (2014), “Metode penlitian kualitatif adalah metode
penelitian yang mengumpulkan dan menganalisis data dengan menggunakan kata-kata
dan perbuatan-perbuatan manusia tanpa ada usaha untuk mengkuantifikasi data
kualitatif yang diperoleh. Sedangkan, Ghoni & Almanshur (2012) menjelaskan bahwa
penelitian kualitatif akan menghasilkan suatu data berupa ucapan, tulisan, dan perilaku
terhadap subjek yang diamati atau diteliti. Hal tersebut menjelaskan bahwa penelitian
kualitatif tidak menghasilkan data berupa angka atau statistik.
Dalam penelitian ​action research​, pendidik bermaksud untuk memperbaiki
praktik pembelajaran dengan menemukan berbagai masalah yang dihadapi oleh para
pendidik. Hal tersebut sejalan dengan pendapat yang dikemukakan oleh Creswell
(2015), bahwa “​Action research ​dxploring a practical problem with the intention of
developing a solution to the problem​. Gunawan (2007) menjelaskan bahwa ​action
research adalah kegiatan atau tindakan perbaikan sesuatu yang perencanaan,
pelaksanaan, dan evaluasinya digarap secara sistematik sehingga validitas dan
reliabilitasnya mencapai tingkatan riset. Kemudian Grundy (1995) menjelaskan bahwa
action research merupakan sebuah usaha perbaikan pemahaman, cara dan kondisi
yang dilakukan secara kolaboratif. Hal ini juga dijelaskan oleh Sagor (1992) yang
mengemukakan: ​action research is conducted by people who want to do something to
improve their own situation​.
Pada bidang pendidikan, Sukamto (1996) menjelaskan bahwa penelitian
tindakan (​action research​) adalah sekelompok kegiatan dalam pengembangan
kurikulum, staf, sekolah, sistem, dan kebijakan. Kegiatan tersebut memiliki kesamaan
dalam aspek identifikasi strategi dari suatu tindakan terencana yang kemudian
dilaksanakan, dan secara sistematis diamati, direfleksikan dan dimodifikasi. Dapat
disimpulkan juga bahwa ​action research (penelitian tindakan) adalah sebuah
penelitian yang dilakukan secara kolaboratif oleh peneliti pada ilmu sosial atau
pendidikan untuk memperbaiki pemahaman dan kinerjanya sendiri, dan juga
membawa dampak pada lingkungan sekitar.
B. Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian yang akan diteliti ini adalah siswa sekolah dasar yang
mengikuti ekstrakulikuler di salah satu sekolah dasar di Kecamatan Sumedang
Selatan, Kabupaten Sumedang. Dengan jumlah siswa 20 orang.
C. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di salah satu sekolah dasar di Kecamatan Sumedang
Selatan, Kabupaten Sumedang. Selain itu, lokasi penelitian ini dipilih karena
letaknya yang tidak terlalu jauh dari UPI Kampus Sumedang sehingga akan
mempermudah peneliti dalam proses mengambil data yang diperlukan dalam
menyusun laporan penelitian.
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan sebuah langkah yang paling strategi dalam
penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Hikmat
(2011) menjelaskan bahwa pengumpulan data merupakan hal yang sangat penting
dalam sebuah penelitian. Apabila pengumpulan data tidak dilakukan, maka proses
penelitian tidak akan terlaksana. Namun, tidak semua proses pengumpulan data akan
menghasilkan simpulan yang diharapkan. Pengumpulan data dapat dilakukan dalam
berbagai ​setting,​ berbagai sumber, dan berbagai cara. Bila dilihat dari setting-nya,
data dapat dikumpulkan pada ​setting alamiah (​natural setting)​ , data laboratorium
dengan metode eksperimen, diskusi, seminar, dan lain-lain. Bila dilihat dari sumber
datanya, maka pengumpulan data dapat menggunakan sumber primer dan sumber
sekunder. Sumber primer adalah sumber data yang langsung memberikan data
kepada pengumpul data, sedangakan sumber sekunder adalah sumber yang tidak
langsung memberikan data kepada pengumpul data, misalkan melalui pihak ketiga
atau melalui dokumen. Selanjutnya, apabila dilihat dari segi cara atau teknik
pengumpulan data, maka teknik pengumpulan data dapat dilakukan dengan
observasi, wawancara, kuisioner, dokumentasi dan gabungan keempatnya. Oleh
karena itu, cara pengambilan data akan mempengaruhi sejauh mana penelitian
dilakukan dan menghasilkan suatu simpulan yang baik. Berikut ini akan dijelaskan
beberapa teknik pengumpulan data dalam penelitian kualitatif:
1. Instrumen Survei
Instrumen survei dilaksanakan pada tahap pra-tindakan, yaitu tahap ini
berfungsi untuk mengidentifikasi kesulitan siswa dalam menghafal gerak tari.
Dengan begitu, peneliti mampu mengidentifikasi kesulitan apa saja yang dialami
oleh siswa. Sehingga peneliti dapat memunculkan strategi yang nantinya mampu
memberikan solusi pada proses pembelajaran seni tari di sekolah dasar.
2. Wawancara
Mustafa (2009) menjelaskan bahwa wawancara adalah suatu kegiatan atau
metode dalam pengumpulan data, di mana data tersebut merupakan data primer
dengan cara komunikasi dua arah. Komunikasi tersebut terjadi antara peneliti dengan
narasumber. Data primer yang diambil melalui metode wawancara ini sangat
diperlukan dalam penelitian. Melalui wawancara, peneliti akan mampu mendapatkan
datanya secara langsung dan dapat mengembangkan pertanyaan sesuai dengan data
yang ingin didapat. Dengan begitu, penelitian akan memunculkan data yang baik dan
akan menghasilkan sebuah simpulan yang baik pula. Kemudian, kegiatan wawancara
ini juga bertujan agar proses tanya-jawab yang dilakukan tidak melebar ke topik yang
lain sehingga proses tanya-jawab hanya fokus pada topik penelitian. Pembahasan
tersebut juga tentunya mengenai strategi pembelajaran seni tari di sekolah dasar.
Narasumber dalam wawancara tentunya adalah guru di sekolah dasar dan siswa itu
sendiri.
3. Observasi
Menurut Notoatmodjo (dalam Sandjaja & Heriyanto, 2006, p. 141) “Observasi
sebagai perbuatan jiwa secara aktif dan penuh perhatian untuk menyadari
rangsangan.” Sedangkan Mustafa (2009) menjekaskan bahwa observasi merupakan
suatu metode dalam mengumpulkan data primer, dengan cara melakukan
pengamatan langsung kepada subjek yang diteliti. Metode observasi ini
menggunakan panca indera dalam pelaksanaannya. Melalui observasi, peneliti akan
mendapatkan data secara langsung yang akurat dan sesuai dengan keadaan di
lapangan. Dengan kata lain, observasi akan menghasilkan data yang orisinil. Namun,
dalam metode observasi ini, peneliti tidak akan mampu mengontrol keadaan. Dengan
demikian, peneliti dituntut untuk dapat cepat tanggap terhadap suatu kejadian
sehingga peneliti akan mendapatkan data yang berkualitas yang dapat membantu
dalam membuat simpukan di akhir penelitian. Dalam penelitian ini, tujuan observasi
adalah untuk mendapatkan data primer dari pembelajaran menari bagi siswa sekolah
dasar.
4. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan metode pengumpulan data berupa dokumen-dokumen
tertulis mengenai masalah yang akan dibahas dalam penelitian. Selain itu,
dokumentasi juga bisa berbentuk foto-foto, video, ataupun rekaman suatu keadaan
selama penelitian berlangsung. Hasil penelitian dari observasi ataupun wawancara,
akan lebih dapat dipercaya jika didukung oleh sejarah atau data yang terpercaya.
Menurut Hikmat (2011) menjelaskan bahwa teknik dokumentasi merupakan hasil
penelusuran dalam perolehan data yang dibutuhkan dalam penelitian melalui data
yang tersedia. Dokumentasi dalam penelitian ini tentunya yang berkaitan dengan
pembelajaran menari bagi siswa sekolah dasar.
5. Tes keterampilan
Tes keterampilan berguna untuk mengetahui kondisi awal dan hasil akhir dari
pemberian ​treatment/​ strategi dalam pembelajaran tari. Sehingga nantinya peneliti
mampu menyimpulkan bagaimana hasil dari penelitian yang dilakukan terhadap
pembelajaran tari di sekolah dasar.
E. Teknik Analisis Data
Penelitian ini menggunakan teknik analisis data model interaktif (​Interactive
Model​). Miles dan Huberman (2007), mengemukakan bahwa aktivitas analisis data
kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus hingga
tuntas, sehingga data yang dihasilkan sudah jenuh. Aktivitas dalam menganalisis data
model interaktif ini yaitu, data reduction,​ data ​display,​ dan ​conclusion
drawing/verification.​
a. Reduksi Data
Data yang diperoleh dari lapangan tentunya akan beragam, untuk itu data
tersebut perlu dicatat dengan teliti dan rinci. Untuk itu data tersebut tentunya perlu di
reduksi. Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal pokok, memfokuskan
pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya. Dengan begitu, data yang telah
direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti
untuk melakukan pengumpulan data dan mencari data yang diperlukan. Dengan
demikian, orang lain akan lebih mudah untuk memahami maksud dan tujuan dari
data yang telah diperoleh. Dalam proses mereduksi data, peneliti akan dibantu oleh
tujuan yang telah dibuat sebelumnya. Melalui tujuan tersebut, peneliti akan lebih
terarah dalam memfokuskan suatu data. Tujuan utama dari penelitian kualitatif ini
adalah temuan. Oleh karena itu, jika peneliti di dalam melakukan penelitian
menemukan hal yang dianggap asing, tidak dikenal, belum memiliki pola, justru
itulah yang harus dijadikan perhatian peneliti dalam melakukan reduksi data. Proses
reduksi data ini dilakukan selama penelitian berlangsung.
b. Penyajian Data
Setelah mereduksi data, maka langkah selanjutnya adalah menyajikan data.
Dalam penelitian kualitatif, penyajian data dapat berupa uraian singkat, bagan,
hubungan antar kategori, ​flowchart dan sejenisnya berdasarkan data atau informasi
yang diperoleh. Tahap ini juga memerlukan kemampuan dalam menganalisis suatu
data. Penyajian data dalam penelitian kualitatif yaitu dengan teks yang bersifat
naratif seperti yang diungkapkan oleh Miles dan Huberman (2007) yaitu “​The most
frequent form of display data for qualitative research data in the past has been
narrative text​.”
c. Conclusion Drawing/​ ​Verification
Tahap ketiga dalam analisis data kualitatif yaitu penarikan kesimpulan dan
verifikasi. Setelah penyajian dilakukan dan memahami masalah yang terjadi, maka
peneliti akan memverifikasi hal tersebut lalu menarik kesimpulan berdasarkan
informasi-informasi tersebut. Kesimpulan yang dikemukakan masih bersifat
sementara dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti kuat yang akan
mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya.

Gambar 3.1 Model Alir Komponen-komponen Analisis Data Miles dan Huberman
Kesimpulan dari penelitian kualitatif ini diharapkan mampu menemukan
temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada. Temuan tersebut dapat berupa
deskripsi atau pun gambaran dari suatu objek yang sebelumnya masih belum jelas,
sehingga nantinya ketika sudah diteliti dapat menjadi jelas. Hal tersebut dapat berupa
hubungan interaktif, hipotesis ataupun teori.
F. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian merupakan sebuah alat yang dapat digunakan untuk
mengumpulkan data atau informasi untuk menjawab permasalahan penelitian.
Afrizal (2014) mengemukakan bahwa instrumen penelitian merupakan alat-alat yang
diperlukan dan akan digunakan untuk mengumpulkan data. Kemudian menurut
Darmadi (2013) menjelaskan bahwa instrumen akan menunjukkan tingkat kestabilan
atau konsistensi dalam menggambarkan suatu gejala atau kondisi. Sedangkan
menurut Sukmadinata (2010) mengemukakan bahwa instrumen penelitian adalah
sebuah tes yang memiliki karakteristik mengukur informan dengan sejumlah
pertanyaan dan pernyataan dalam penelitian, yang bisa dilakukan dengan membuat
garis besar tujuan penelitian dilakukan. Dengan adanya instrumen penelitian ini tentu
saja akan memudahkan peneliti untuk melakukan penelitiannya. Melalui instrumen
penelitian, peneliti akan terbantu dalam proses pengumpulan data dengan lebih
sistematis. Dalam penelitian kualitatif, instrumen penelitian yang digunakan pun
harus bersifat kualitatif. Dalam penelitian kualitatif, yang menjadi instrumen adalah
peneliti itu sendiri. Peneliti kualitatif sebagai ​human instrument,​ berfungsi
menetapkan fokus penelitian, memilih informan sebagai sumber data, melakukan
pengumpulan data, menilai kualitas data, analisis data, menafsirkan data dan
membuat kesimpulan atas temuannya. Peneliti harus menentukan fokus masalah
yang akan diteliti serta sebaik apa data yang akan dikumpulkan. Dengan begitu,
peneliti harus memiliki wawasan yang luas terhadap materi penelitian sehingga
nantinya akan menghasilkan data yang lengkap. Beberapa instrumen penelitian yang
akan membantu peneliti dalam mengambil data di lapangan, yaitu pedoman
wawancara, pedoman observasi, serta pedoman dokumentasi. Uraian mengenai
instrumen yang digunakan dalam penelitian adalah sebagai berikut.
1. Pedoman Wawancara
Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin
melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti,
namun apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih
mendalam. Teknik pengumpulan data ini mendasarkan diri pada laporan mengenai
diri sendiri atau ​self-report​, atau setidak-tidaknya pada pengetahuan dan tau
keyakinan pribadi. Tujuan dari adanya pedoman wawancara ini adalah untuk
memberikan batasan mengenai materi yang akan dibahas agar tidak melebar dan
sesuai dengan apa yang ingin dikembangkan. Materi atau topik tersebut tentu saja
mengenai pembelajaran seni tari di sekolah dasar.
2. Pedoman Observasi
Pedoman observasi ini berupa panduan yang bertujuan untuk memberikan
petunjuk lebih jelas terhadap proses pengamatan yang dilakukan. Pengamatan ini
tentunya bertujuan untuk mengambil data yang diperlukan dalam penelitian. Dengan
begitu, dalam melakukan observasi harus dengan maksimal agar data yang terkumpul
lengkap. Dengan adanya pedoman observasi ini tentunya akan mempermudah
peneliti dalam melakukan langkah-langkah pengamatan di lapangan.
3. Pedoman Dokumentasi
Pedoman dokumentasi ini dapat berupa catatan atau dokumen, baik berupa
dokumen tertulis seperti foto, video, atau rekaman yang menjadi sumber bagi
peneltian. Pedoman dokumentasi ini dibuat agar proses penelitian bersifat lebih
akurat dan dapat dipercaya. Hal tersebut juga akan memudahkan peneliti dalam
mengambil daa apa yang diperlukan dalam penelitian. Dengan demikian,
dokumentasi yang diambil tidak melebar pada topik lain, selain dari topik penelitian
yang dilakukan.
G. Jadwal Penelitian
Penelitian ini dilakukan selama kurang lebih tiga bulan, yaitu mulai dari bulan
Januari hingga bulan April. Dalam hal ini, pengambilan data awal sebagai studi
pendahuluan dalam bentuk wawancara dan observasi dilaksanakan pada tanggal 16
Desember 2018. Sedangkan pengambilan data kedua dalam bentuk dokumentasi
dilaksanakan pada tanggal 23 Desember 2018 yang bertujuan untuk mendapatkan
data dan dokumen yang diperlukan dalam mendukung penelitian.

Tabel 3.1
Jadwal Kegiatan Penelitian dalam Penyusunan Skripsi
Bulan
No Kegiatan
Desember Januari Februari Maret April Mei
Penyusunan
1
Proposal
Seminar
2
Proposal
Perbaikan
3
Proposal

4 Perizinan

5 Penelitian

Penyusunan
6
Skripsi
7 PPL
DAFTAR PUSTAKA
Afrizal. (2014). ​Metode Penelitian Kualitatif.​ Jakarta: Rajagrafindo Persada.
Aprilina, F.A.D. (2014). ​Rekonstruksi Tari Kuntulan sebagai Salah Satu Identitas
Kesenian Kabupaten Tegal​. Jurnal: Seni Tari, 3 (1), 1-8.
Brown, C.A. (1986). ​Elementary School Dance Teaching Rhythms and
Educational Forms.​ Washington: Tandfonline.
Creswell, J. (2015). ​Riset Pendidikan, Perencanaan, Pelaksanaan, dan Evaluasi
Riset Kualitatif dan Kuantitatif.​ Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Chan, et al. (2011). ​A Virtual Reality Dance Training System Using Motion
Capture Technology.​ IEEE ​Transaction on Learning Technologies ​4 (2):
187 – 195.
Cisneros, et al. (2019). ​WhoLoDancE: Digital Tools and The Dance Learning
Environment​. England: Tandfonline.
Darmadi, H. (2013). ​Merode Penelitian Pendidikan dan Sosial​. Bandung:
Alfabeta.
Ghoni, D., & Almanshur, F. (2012). ​Metodologi Penelitian Kualitatif​.
Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Grundy, S. (1995). ​Action Research as on-Going Profesional Development.​
Canbera: Accord.
Gunawan, A.W. (2007). ​Genius Learning Strategy​. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama.
Hadliansah, D.H., & Julian. (2016). ​Menggali Ideologi Ki Hajar dalam
Pendidikan Seni.​ ​ResearchGate.​ (January), 0-6.
Hamalik, O. (2001). ​Kurikulum dan Pembelajaran​. Jakarta: Inti Prima.
Hidayat, R. (2005). ​Wawasan Seni Tari Pengetahuan Praktis bagi Guru Seni Tari.​
UPPT: UNM.
Hikmat, M.M. (2011). ​Metode Penelitian (dalam Perspektif Komunikasi dan
Sastra).​ Yogyakarta: Graha Ilmu.
Iriani, Z. (2008). ​Peningkatan Mutu Pembelajaran Seni Tari di Sekolah Dasar​.
Jurnal: Bahasa dan Seni, 9 (2), 143-148. Semarang: PT. Bengawan Ilmu.
Jazuli, M. (2008). ​Paradigma Kontekstual Pendidikan Seni.​ Semarang: UNESA
University Press.
Julia. (2013). ​Bunga Rampai Pendidikan Seni dan Potensi Kearifan Lokal.​
Bandung: CV Bintang Wali Artika Pendidikan Lokal.
Komalasari. (2010). ​Pembelajaran Kontekstual Konsep dan Aplikasinya.​
Bandung: Refika Aditama.
Komara, E. (2016). ​Belajar dan Pembelajaran ​Interaktif​. Bandung: PT. Refika
Aditama.
Louis, O, K. (1987). ​Pengantar Filsafat.​ Yogyakarta: Tiara Wacana.
Mahzar, A. (1993). ​Islam Masa Depan​. Bandung: Penerbit Pustaka.
Masunah, dkk. (2003). ​Seni dan Pendidikan Seni​. Bandung: P4ST UPI.
Miles, M.B., & Huberman, M. (2007). ​Analisis Data Kualitatif.​ Jakarta:
Universitas Indonesia
Mulyani, N. (2016). ​Pendidikan Seni Tari Anak Usia Dini​. Yogyakarta: Gaia
Media.
Muryanto. (2012). ​Mengenal Seni Tari Indonesia​. Semarang: PT. Bengawan Ilmu.
Mustafa, Z. (2009). ​Mengurai Variabel hingga Instrumen Tari.​ Yogyakarta:
Graha Ilmu.
Puspitowati, S. (2012). ​Upaya Meningkatkan Kemampuan Motorik Kasar Anak
melalui Permainan Tradisional Lompat Tali pada Kelompok B di TK
Pertiwi Sribit Derlagu Klaten.​ (Skripsi). Universitas Muhammadiyah
Surakarta.
Pudjasworo, B. (1982). ​Dasar-dasar Pengetahuan Gerak Tari Alus Gaya
Yogyakarta​. Yogyakarta: Studi Analisis Konsep Estetik Koreografi
Akademi Seni Tari Indonesia.
Riyanto, Y. (2010). ​Paradigma Baru Pembelajaran​. Jakarta: Kencana Prenada
Media Group.
Rohidi, T.R. (2016). ​Pendidikan Seni (Isu dan Paradigma​). Semarang: Cipta
Prima Nusantara.
Sagor, R. (1992). ​How to Conduct Collaborative Action Research.​ Alexandria:
SCD.
Sandjaja, B., & Heriyanto, A. (2006). ​Panduan Penelitian.​ Jakarta: Prestasi
Pustaka.
Sanjaya, W. (2006). ​Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses
Pendidikan.​ Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Soehardjo, A. (2005). ​Pendidikan Seni dari Konsep sampai Program.​ Malang:
Universitas Negeri Malang.
Sudira, B. O. (2010). ​Ilmu Seni (Teori dan Praktik)​. Jakarta: Inti Prima.
Sugandi, A, dkk. (2006). ​Teori Pembelajaran.​ Semarang: UPT UNNES Press.
Sujarwa. (2005). ​Manusia dan Fenomena Budaya Menuju Perspektif Moralitas
Agama​. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Sukamto. (1996). ​Pedoman Penelitian Terapan untuk Guru Kejujuran.​
Yogyakarta: Lemlit IKIP Yogyakarta.
Sukmadinata, N.S. (2010). ​Metode Penelitian Pendidikan.​ Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Susanto, A. (2013). ​Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar.​ Jakarta:
Prenada Media Group.
LAMPIRAN INSTRUMEN PENELITIAN

Lampiran 1
Pedoman Observasi
Lembar Observasi Pembelajaran Menari pada Siswa Sekolah Dasar
Nama :
Kelas :
Skor
No Indikator Penilaian Keterangan
1 2 3
1 Hafalan Tari
(Wiraga)
2 Sikap saat Menari
(Wirasa)
3 Kesesuaian dengan
Irama (Wirama)
4 Gerakan Tari
Deskriptor Penskoran Lembar Observasi
No Indikator Penilaian Skor Deskripsi
3 Jika hafal gerakan tari lebih dari 80%
Hafalan Tari
1 2 Jika hafal gerakan tari 60%-80%
(Wiraga)
1 Jika hafal gerakan tari kurang dari 60%
Jika sikap yang ditampilkan saat menari
3
baik
Sikap saat Menari Jika sikap yang ditampilkan saat menari
2 2
(Wirasa) cukup baik
Jika sikap yang ditampilkan saat menari
1
kurang baik
Jika lebih dari 80% gerakan tari sesuai
3
dengan irama
Kesesuaian dengan Jika 60%-80% gerakan tari sesuai
3 2
Irama (Wirama) dengan irama
Jika kurang dari 60% gerakan tari sesuai
1
dengan irama
Jika gerakan dalam menari dilakukan
3
dengan baik
Jika gerakan dalam menari dilakukan
4 Gerakan Tari 2
dengan cukup baik
Jika gerakan dalam menari dilakukan
1
kurang baik
Lampiran 2
Pedoman Wawancara
Pedoman Wawancara Pelatih
Tanggal :
Tempat :
Data Narasumber
Tempat, tanggal lahir :
Jenis Kelamin :
Asal :
Pekerjaan :
Agama :
No. ​Handphone :
Email :
Grand Tour Questions
1. Bagaimana proses pembelajaran seni tari pada siswa sekolah dasar?
2. Apakah ada kendala dalam proses pembelajaran seni tari pada siswa
sekolah dasar?
3. Bagaimana cara mengatasi kendala pembelajaran seni tari pada siswa
sekolah dasar?
4. Strategi apa saja yang digunakan dalam mengajar seni tari pada siswa
sekolah dasar?
5. Apa kekurangan dari strategi tersebut?
6. Apa kendala dari strategi tersebut?
7. Bagaimana hasil dari penggunaan strategi tersebut?
8. Bagaimana hasil dari penggunaan strategi “lirik lagu”?
9. Apa kekurangan dari strategi “lirik lagu” tersebut?
10. Apa kendala dari strategi “lirik lagu” tersebut?
Lampiran 3
Pedoman Wawancara
Pedoman Wawancara Siswa
Tanggal :
Tempat :
Data Narasumber
Nama :
Tempat, tanggal lahir :
Jenis Kelamin :
Asal :
Agama :
No. ​Handphone :
Email :
Grand Tour Question
1. Apakah kalian memiliki kesulitan dalam menghafal gerak tari?
2. Apakah strategi yang diberikan oleh pelatih dalam menghafal gerak tari dapat
memudahkan kalian?
3. Apakah kalian memiliki kesulitan menghafal gerak tari dengan menggunakan
strategi lirik lagu ?
4. Bagaimana dengan penggunaan strategi menghafal gerak tari dengan
menggunakan lirik lagu dapat memudahkan kalian?
5. Apakah setelah menggunakan strategi menghafal gerak tari dengan
menggunakan lirik lagu meningkatkan kemampuan kalian?
Lampiran 4

Anda mungkin juga menyukai