Masuknya Jepang ke Pulau Jawa diawali dgn pertempuran di Laut Jawa, dlm
pertempuran ini Angkatan Laut Jepang menghancurkan pasukan gabungan Belanda-Inggris yg
dipimpin “Laksamana Karel Doorman”. Sisa2 pasukan dan kapal Belanda yg berhasil lolos terus
melarikan diri menuju Australia. 1 Maret 1942 Tentara ke-16 Jepang berhasil mendarat di 3 t4
sekaligus, yaitu:
Teluk Banten
5 Maret 1942 Batavia dinyatakan sbg “kota terbuka”, keberhasilan merebut Batavia
dilanjutkan dgn invansi ke arah selatan dan berhasil menduduki Buitenzorg (Bogor). Tentara
Jepang mulai bergerak dari Kalijati ke arah Bandung 5 Maret 1942. Pasukan Jepang menyerbu
Bandung dari arah utara. Ciater menjadi t4 p’1 yg digempur oleh Jepang yg menyebabkan tentara
Belanda harus mundur ke Lembang. Belanda juga tdk berhasil mempertahankan Lembang.
7 Maret 194, Jepang berhasil menguasai Lembang. Belanda meminta penyerahan lokal
kpd Jepang. Jenderal Imamura meminta penyerahan total dari semua pasukan Sekutu yg ada di
Indonesia, apabila tuntutan tsb tdk dipenuhi, Jepang mengultimatum akan mengebom kota Bandung
dari udara. Akhirnya 8 Maret 1942, Belanda menyerah tanpa syarta kpd Jepang melalui
penandantanganan Kapitulasi Kalijati yg ditanda tangani oleh:
Letnan Jenderal Imamura
Meski sistem pem telah berubah, Jepang tetap mempertahankan beberapa jabatan
warisan pem Hindia-Belanda, didasarkan pada “Osamu Seirei (UU yg dikeluarkan Panglima Militer
Angkatan Darat ke 16)” No 1 yg berisi ketentuan berikut:
Jepang menghapus jabatan gubernur jenderal pada masa Hindia Belanda dan segala kekuasaan
yg dahulu dipegang gubernur jenderal diambil alih oleh panglima tentara Jepang di Jawa
Jepang tetap mengakui pejabat pem sipil beserta pegawainya pada masa Hindia Belanda, asal
memiliki kesetiaan terh tentara pendudukan Jepang
Jepang tetap mengakui secara sah utk sementara waktu badan2 pem dan UU yg dibuat pada
masa kolonial Belanda, asal tdk bertentangan dgn aturan pem militer Jepang
Pem militer pada masa pendudukan Jepang hanya bersifat sementara, susunan pem
militer pada masa pendudukan Jepang sbb:
Gunshireikan (panglima tentara) / Saiko Shikikan (panglima tertinggi)
Gunseikan (kepala staf militer)
Gunseibu, bertugas sbg koordinator pem militer
Pem milter juga b’tugas mengatur kehidupan rakyat, 1 April 1942 pem Jepang mengeluarkan
“Osamu Seirei” No 4 berisi ketetapan sbb:
Hanya bendera Jepang, Hinomaru yg boleh dikibarkan pada hari2 besar. Selain itu, hanya lagu
Menetapkan mata uang Hindia Belanda sbg mata uang yg berlaku bagi kepentingan jual beli dan
Tugas:
Mengajukan usul kpd pem, terutama berkaitan dgn masalah politik
Chuo Sang In
Ketua : Soekarno dan R. M Kusumo Utojo
Wakil : Buntaran Mangunsubroto
Upaya Jepang membentuk Chuo Sangi In utk menunjukkan bahwa pem Jepang sangat
mendukung bangsa Indonesia dlm upaya mencapai kemerdekaan, namun dlm pelaksanaannya upaya
Jepang dilakukan utk memperoleh simpati bangsa Indonesia.
Dalam perkem. nya, Gerakan Tiga A tdk bertahan lama karena kurang mendapat simpati
masy Indonesia. Pem Jepang juga menganggap Gerakan Tiga A kurang efektif dlm usahanya
mengerahkan bangsa Indonesia, pada akhir abad 1942 pem Jepang membubarkan Gerakan Tiga A.
L. B :
Kegagalan Gerakan Tiga A mencapai t7n dlm menarik simpati dan dukungan rakyat Indonesia
Penasehat :
S. Miyoshi
G. Taniguchi
Ichiro Yamasaki
Akiyama
Kewajiban Putera:
Memimpin rakyat utk bersama2 menghapus pengaruh Amerika, Inggris, dan Belanda :
mengambil bagian dlm usaha mempertahankan Asia Raya
memperkuat rasa persaudaraan Jepang – Indonesia
mengintensifkan pelajaran2 B. Jepang
membina dan memusatkan potensi bangsa Indonesia utk kepentingan Perang Jepang
Pada awal berdirinya, Putera mendapatkan dukungan dari organisasi massa di Indoenesia, seperti:
Persatuan Guru Indonesia
Kelompok Pelajar : organisasi Badan Perantaraan Pelajar Indonesia serta Ikatan Sport
Indonesia
Putera berhasil ikut mempersiapkan rakyat secara mental mencapai cita2 kemerdekaan
Indonesia, Jepang menganggap Putera lebih bermanfaat bagi rakyat Indonesia dari pada Jepang
dan menganggap gagal membantu Jepang dlm usaha mengerahkan rakyat. Akhirnya 1944 Jepang
membubarkan Putera
c. Majelis Islam A’la Indonesia (MIAI) dan Majelis Syuro Muslimin Indonesia (Masyumi)
Dibentuk :
Sejak zaman kolonial Belanda (1937) di Surabaya oleh K.H. Mas Mansur dkk
Jepang tdk membubarkan MIAI karena dinilai anti – Barat dan utk menarik simpati masy
Indonesia yg mayoritas beragama Islam, sehingga MIAI tetap diizinkan melakukan propaganda.
Upaya Jepang dlm menarik simpati kaum muslim Indonesia juga dilakukan dgn membentuk Bagian
Pengajaran dan Agama yg dipimpin Kolonel Horie.
Kegiatan Miai:
Pembentukan Baitul Mal
MIAI juga menerbitkan majalah Soeara MIAI sbg sarana komunikasi, dlm
perkembangannya pergerakan MIAI dianggap kurang mendukung kepentingan Jepang, sehingga
dibubarkan Oktober 1943 dan diganti dgn Masyumi
Masyumi disahkan oleh Gunseikan:
22 November 1943
Tugas:
Wadah pengumpul dan dan penggerak umat Islam utk mendukung Perang Pasifik
Pemimpin:
K. H. Hasyim Asyhari
d. Jawa Hokokai
1944, posisi Jepang dlm Perang Pasifik semakin terdesak. Sementara organisasi2 yg dibentuk Jepang
(Putera) gagal menarik simpati rakyat utk mendukung kepentingan Jepang, sehingga pem Jepang
mengambil tindakan dgn membentuk Jawa Hokokai.
Dibentuk:
8 Januari 1944
Diprkarsai:
Letnan Jenderal Kumakichi Harada
T7n:
Memobilisasi segenap potensi bangsa Indonesia
2. Organisasi Semimiliter
a. Seinendan
Pembina:
Naimubu Bunkyoku (Departemen Urusan Dalam Negeri bagian Pengajaran, Olahraga dan
Seinendan)
b. Keibodan
Didirikan bersamaan dgn Seinendan 29 April 1943
Keibodan juga berada di bawah pimpinan Gunseikan
Tugas:
Membantu polisi dgn tugas2 kepolisian (menjaga lalu lintas dan mengamankan desa)
Keibodan dibentuk sampai di tingkat desa karena pemuda2 desa belum terpengaruh
pemikiran dan pergerakan kaum nasionalis. Faktor inilah yg menyebabkan Keibodan langsung
berada di bawah binaan Dewan Kepolisian (Keimubu)
c. Barisan Pelopor
Dibentuk 1 November 1944
Dibentuk atas rekomendasi Chuo Sangi In
Melalui Barisan Pelopor, Jepang berharap kesadaran rakyat Indonesia tetap berkembang dan
siap membantu Jepang mempertahankan Indonesia dari serangan pasukan Sekutu.
Pemimpin : Soekarno
Dibantu:
R.P. Suroso
Otto Iskandardinata
Buntaran Martoatmodjo
T7n:
Memudahkan kontrol terh aktivitasnya
Anggota:
Seluruh pemuda terpelajar yg berpendidikan rendah, bahkan tdk mengenyam pendidikan sama
sekali
d. Hizbullah
Dibentuk : 15 Desember 1944 sbg pasukan cadangan oleh Jepang dan Masyumi
Tugas Utama:
Sebagai tentara cadangan, seperti:
Mempersiapkan jasmani maupun rohani dgn giat
Membantu tentara Jepang dlm perang
Mengintai mata2 musuh
Memperkuat usaha2 utk kepentingan perang
Tugas:
Menyiarkan agama islam
Mengawal umat Islam agar taat menjalankan ajaran agama
Membela agama dan kepentingan umat Islam di Indonesia
e. Fujinkai
Dibentuk :
Agustus 1943
Pemimpin:
Nyonya Sunarjo Mangunpuspito
Kegiatan:
Mengadakan keg sosial di kampung2 di perkotaan (penyuluhan tentang kesehatan)
Bertanam kapas
3. Organisasi Militer
a. Heiho
Organisasi militer yg beranggotakan org2 pribumi
Dibentuk April 1943
Berperan sbg pembantu prajurit Jepang
Syarat menjadi anggota Heiho:
Berbadan sehat
Berkelakuan baik
Pendidikan min SD
Tugas:
Pemegang senjata antipesawat, tank, artileri medan dan pengemudi, namun tdk ada 1 pun anggota
Heiho yg menjadi perwira karena hanya ditujukan utk prajurit Jepang
Anggota Heiho mendapatkan lat militer yg lebih ketat jika dibandingkan organisasi2 lain, karena
kedudukannya sbg pengganti prajurit Jepang pada waktu perang, anggotanya diperkirakan sekitar
42.000 org
Jenderal Soedirman
Kesimpulan:
T7n Jepang membentuk organisasi baik militer maupun semimiliter hanya semata2 utk
kepentingan Jepang dlm menghadapi Perang Asia Timur Raya
C. Penindasan Jepang dan Perlawanan di Berbagai Daerah
1. Ekonomi Perang Sistem Ekonomi yg diterapkan Jepang
Segala keg ekonomi dilakukan utk kepentingan perang
T7n :
Menguasai dan memperoleh sumber bahan mentah, terutama minyak bumi yg diperlukan utk
kelangsungan perang
Memotong garis suplai musuh yg bersumber dari Indonesia
Utk meringankan tugas Gunseikan, Jepang membentuk badan Saibi Kigyo Kanrikodan (SKK).
Selain bertindak sbg pengawas, juga sbg pelaksanaan pembelian dan penentuan harga penjualan
hasil perkebunan serta memberikan kredit pada perkebunan yg akan direhabilitasi
Dampak:
Kemunduran sektor perkebunan, berkaitan dgn kebijakan Jepang yg memutuskan hub kerjasama
dgn negara2 Eropa
Seiring perkem industri gula, Jepang mulai mengembangkan perkebunan tebu. Meskipun
sbgn pabrik gula telah dibumihanguskan Belanda, industri gula tetap diteruskan dgn modal swasta
Jepang. Utk mengawasi industri gula, Jepang membentuk sebuah badan “Togyo Rengokai
(Persatuan Perusahaan Gula)”.
d. Mengizinkan berdirinya sekolah tinggi Islam di Jakarta di bawah asuhan K.H. Wahid Hasyim,
Para pekerja diperlakukan secara buruk, utk melenyapkan ketakutan penduduk, sejak
1943 Jepang melancarkan kampanye sbg usaha pengerahan romusha yg semakin sulit. Dalam
kampanye, para pekerja mendapat julukan “Prajurit Ekonomi / Pahlawan Pekerja yg digambarkan
sbg org2 yg sedang menunaikan tugas sucinya memenangi Perang Asia Timut Raya”. Pem Jepang
mengambil hampir semua laki2 yg tdk cacat fisik sehingga yg tinggal di desa hanya kaum
perempuan, anak2 dan lelaki yg kurang sehat.
Sebab :
Kebijakan seikerai yg diterapkan pem Jepang
Kekajaman dan kesewenangan pem Jepang (romusha)
Dalam menghadapi perlawanan rakyat Aceh, Jepang melancarkan serangan serta
berhasil menghancurkan masjid dan pertahanan masy Cot Pilieng. Dlm serangan tsb Tengku Abdul
Jalil berhasil meloloskan diri ke Buloh Blang Ara. Jepang kembali melakukan pengejaran terh
pasukan Tengku Abdul Jalil.
Penyebab :
Budaya Seikerei yg diterapkan pem Jepang
K.H. Zainal Mustafa memboikot seluruh kebijakan Jepang, selain itu secara diam2
membentuk “Pasukan Tempur Sukamanah” yg dipimpin Najminudin. Awal Februari 1944, Jepang
mengirim utusannya utk berunding dgn K.H. Zainal Mustafa, tindakan Jepang semakin menyulut
kemarahan pengikut K.H. Zainal Mustafa dan memicu terjadinya bentrokan hingga menyebabkan
beberapa utusan Jepang tewas.
Dalam upaya mengakhiri perlawanan ulama, Jepang memutuskan utk menggunakan
kekerasan. 25 Februari 1944 terjadi pertempuran sengit antara rakyat dan pasukan Jepang
setelah sholat jum’at. Meski berbagai upaya perlawanan telah dilakukan, K.H. Zainal Mustafa
berhasil ditangkap dan dibawa ke Tasikmalaya, kemudian di bawa ke Jakarta utk menerima
hukuman mati.
c. Perlawanan Rakyat Indramayu
Terjadi April 1944
Pemimpin : Haji Madriyan
Sebab:
Pemaksaan penyetoran sbgn hasil padi dan pelaksanaan romusha
Daerah :
Distrik Karangampel, Sindang, Indramayu Jepang mengerahkan pasukan b’senjata lengkap
Distrik Cidempet, Lohbener utk menyerang k2 wil
memiliki pengaruh cukup besar di kalangan masy suku2 di daerah Tayan dan Meliau
Sebab :
Pang Suma tdk s7 dgn kebijakan Jepang yang menindas
Pang Suma menolak aksi rekritmen mata2 yg dilakukan Jepang yerh penduduk lokal
Pang Suma dan pengikutnya melancarkan perlawanan dgn taktik perang gerilya,
diterapkan utk menganggu aktivitas pem Jepang di Kalimantan. Meski dgn jumlah pasukan lebih
sedikit, Pang Suma berani melawan pasukan Jepang. Dalam perlawanan, ia memanfaatkan
keuntungan alam (rimbunnya hutan belantara dan derasnya sungai di Kalimantan). Perlawanan
Pang Suma dapat dipadamkan karena adanya penduduk lokal yg menjadi mata2 Jepang. Mata2 ini
menginformasikan strategi pergerakan pasukan Pang Suma sehingga pasukan Pang Suma
mengalami kekalahan
Sebab:
Penderitaan para petani yg dipaksa menjual padinya kpd kumiai melebihi jatah yg telah
Para tentara Peta bertugas mengawasi pekerjaan para romusha membangun kubu2 di Pantai
Selatan
Pasukan Peta mulai mempersenjatai diri dgn mortir, senapan mesin dan granat. Mereka
menyerang beberapa pos penjagaan Jepang di Blitar. Pasukan Jepang mulai menghadapi pasukan
Peta dgn mendirikan pertahanan, Jepang juga menyerukan dan membujuk pasukan Peta agar
segera kembali ke asrama masing2. Beberapa kesatuan Peta berhasil dibujuk dan kembali ke
asrama, setelah kembali ke asrama, mereka mendapat siksaan dari pasukan Jepang
Pasukan Peta yg bertahan terus melakukan perlawanan di bawah komando Shodanco
Supriyadi dan Shodanco Muradi, membangun pertahanan di Gunung Kawi dan Distrik Pare. Utk
menghadapi perlawanan Supriyadi dan Muradi, Jepang menggunakan strategi tipu muslihat.
Komandan pasukan Jepang “Kolonel Katagiri” pura2 menyerah kpd pasukan Supriyadi dan Muradi.
Kolonel Katagiri kemudian bertukar pikiran dgn anggota pasukan Peta dgn lemah lembut dan penuh
kesantunan sehingga Supriyadi dan Muradi melunak. Katagiri kemudian mengadakan kesepakatan
bahwa pasukan Peta yg terlibat pemberontakan tdk akan dibawa ke pengadilan militer asal kembali
ke asrama. Kesepakatan tsb di s7i Supriyadi dan Muradi, Muradi segara melapor kpd Daidanco
Surachmad. Murdadi tdk menyadari telah masuk perangkap pasukan Jepang. Pasukan Jepang
mengepung pasukan Peta dan melucuti senjatanya, kemudian ditawan dan diangkut ke markas
Kempetai Blitar.
Tokoh2 Peta yg terlibat pemberontakan dibawa ke Mahkamah Militer Jepang di Jakarta,
mereka dituduh melakukan pemberontakan terh pem Jepang. Setelah melalui beberapa kali
p’sidangan, kemudian dijatuhi hukuman sesuai peranan masing2.
Tokoh2 yg dijatuhi hukuman mati:
Dr. Ismail
Muradi
Suparyono
Halir Mangkudidjojo
Sunanto
Sudarno
Hari Raya Jepang diperingati di Indonesia (hari lahir Kaisar Tenno Helka “Techo Setsu” dan
Pem. Jepang melarang penggunaan bahasa Belanda dlm pergaulan sehari2. Aturan ini
b’dampak positif bagi p’kem b. Indonesia, Jepang berusaha menjadikan b. Indonesia sbg alat
komunikasi di seluruh pelosok Indonesia. B. Indonesia dijadikan sbg b. pengantar sampai ke
desa2, t7nnya agar pem. Jepang dapat dgn mudah mengerahkan rakyat Indonesia utk Perang
Asia Timur Raya (Perang Pasifik). Jepang mengganti nama2 kota yg menggunakan b. Belanda dgn
b. Indonesia “Batavia – Jakarta dan Buitenzorg – Bogor”.
Pada masa pendudukan Jepang juga bermunculan pengarang dan penyair terkenal, seperti:
Mochtar Lubis
Rosihan Anwar
Amal Hamzah
Nursyamsu
Anas Ma’ruf
Jepang membentuk sebuah pusat keb b’nama Keimin Bunka Shidosho 1 April 1943 di
Jakarta. Beberapa karya sastra dan seni yg muncul :
Karya sastra yg mendukung politik Jepang
Ex:
Cinta Tanah Suci (karya Nur Sutan Iskandar)
Ex:
Tumpah Darahku
Seni Drama
Ex:
Api dan Citra (karya Umar Ismail)
Ex:
Bintang Surabaya
Cahaya Timur
Miss Tjitjih
Dampak Ekonomi
Sistem Ekonomi Perang
Dampak Negatif:
Menurunnya pasukan pangan
Jepang berusaha meningkatkan kembali produksi padi di Pulau Jawa, dgn cara
memperkenalkan bibit baru. Jepang juga memperkenalkan inovasi teknik baru dlm menanam
padi “sistem larik”. Sebelumnya petani di Jawa menanam padi dgn cara menyebarkan benih padi.
Dalam bid. keuangan, pem Jepang menetapkan mata uang Hindia-Belanda sbg satu2nya
mata uang yg berlaku. Ketetapan ini b’dasarkan UU No 2 tanggal 8 Maret 1942, mata uang yg
resmi digunakan utk kepentingan jual beli dan alat pembayaran “mata uang Hindia-Belanda”.
c. Bid. Pendidikan
Salah satu dampak mobilisasi massa yg dilakukan Jepang “menurunnya angka pendidikan di
Indonesia”.
Pada masa pendudukan Jepang , sistem pengajaran dan kurikulum ditujukan utk keperluan
Perang Asia Timur Raya. Pelaksanaan kurikulum diawali dgn melakukan indoktrinasi kpd guru2
mengenai paham Hakko Ichiu. Dampak positif pada masa pendudukan Jepang “penggunaan bahasa
Indonesia sbg bahasa pengantar di sekolah2”.
Kewajiban yg harus dijl. kan para siswa pada masa pendudukan Jepang :
Mempelajari b. Indonesia dan Jepang
Memberi hormat ke arah matahari terbit dgn cara membungkukkan badan (seikeirei)
Menghormati adat kebiasaan Jepang
Mengikuti lat kemiliteran
Mengikuti kerja bakti
Menyanyikan lagu kebangsaan Jepang
Melakukan gerak badan (Taiso)
d. Bid. Birokrasi dan Militer
Bid. Birokrasi
Jepang mengeluarkan peraturan mengenai dasar sistem pem militer Jepang di
Indonesia, UU No 27 mengenai Aturan Pem Daerah dan UU No 28 tentang Aturan Pem. Syu dan
Tokubetshu Syi. Sesuai UU tsb, seluruh kota di Jawa dan Madura, kecuali Surakarta dan
Yogyakarta, dibagi atas syu, syi, ken, gun, son, dan ku. Struktur pem tertinggi berada di tingkat
syu.
Bid. Militer
Manfaat bagi rakyat Indonesia:
Rakyat Indonesia mendapat kesepakatan belajar militer, seperti:
Dasar2 militer
Baris – berbaris
Organisasi militer
Latihan perang
Bekas pasukan Peta menjadi BKR – TKR – dan sekarang dikenal TNI
2. Janji Kemerdekaan
Pada pertengahan th 1943, kondisi Jepang dlm Perang Pasifik semakin terdesak, 1944 wil2
pendudukan Jepang di kawasan Asia Pasifik mulai jatuh ke tangan Sekutu di bawah pimpinan AS.
Kebijakan Jepang di Indonesia melunak yg ditandai dgn pemberian janji kemerdekaan bagi bangsa
Indonesia.
a. Janji Koiso
Dalam sidang Teikoku Ginkai (parlemen Jepang) 7 September 1944, Perdana Menteri Koiso
memberikan janji kemerdekaan kpd Indonesia pada kemudian hari. Janji ini dikenal “Janji Koiso”, janji
tsb diberikan dgn t7n “Agar rakyat Indonesia b’sedia membantu Jepang pada Perang Pasifik dan tdk
mengadakan perlawanan terh Jepang”.
Janji Koiso diikuti dgn kebijakan yg cukup menguntungkan bagi banga Indonesia, seperti:
Memperbolehkan pengibaran bendera Merah Putih b’dampingan dgn bendera Jepang
(Hinomaru)
Jepang juga memperbolehkan bangsa Indonesia mengumandangkan lagu “Indonesia Raya”
setelah lagu kebangsaan Jepang (Kimigayo)
Jepang menambah 5 anggota baru Chuo Sangi In dari kalangan pribumi “Abikusno Tjokrosujoso, R.
Margono Djojohadikusumo, R.W. Sumanang, M.R. Sujono dan Gatot Mangkupraja”.
b. Persiapan Kemerdekaan oleh BPUPKI
Jepang mengumumkan pembentukan Badan Penyelidik Usah-Usaha Persiapan Kemerdekaan
Indonesia (BPUPKI) / Dokuritsu Junbi Cosakai utk menindaklanjuti janji Koiso.
T7n dibentuk:
Mempelajari dan menyelidiki segala hal penting yg berkaitan erat dgn pembentukan negara2
Indonesia yg merdeka.
Ketua : R. P. Soeroso
Wakil Ketua : Ichibangsae (tokoh Jepang)
Dalam mencapai t7nnya, BPUPKI mengadakan beberapa kali p’sidangan
Sidang Pertama 29 Mei – 1 Juni 1945
Dalam pidato pembukaan, ketua BPUKI meminta pandangan kpd seluruh anggota
mengenai dasar negara Indonesia, permintaan ini dipenuhi oleh 3 anggota BPUPKI utk
membahas dasar negara Indonesia, yaitu:
Muhammad Yamin
Soepomo
Soekarno
Peri Kemanusiaan
Peri Ketuhanan
Peri Kerakyatan
Kejahteraan Rakyat
31 Mei 1945, Soepomo menyampaikan pandangannya mengenai dasar negara Indonesia, yaitu:
Persatuan
Kekeluargaan
Mufakat dan Demokrasi
Musyawarah
Keadilan Sosial
Setelah sidang periode p’1, Radjiman Wediodiningrat menyatakan BPUPKI memasuki masa reses.
Selanjutnya, BPUPKI membentuk Panitia Kecil
Tugas Panitia Kecil:
Membahas k3 rancangan dasar negara yg disampaikan Muh. Yamin, Soepomo dan Soekarno
Setelah rumusan dasar negara disepakati, yg dihasilkan oleh Panitia Sembilan oleh
Muhammad Yamin disebut “Piagam Jakarta” / “Jakarta Charter”. Rancangan itu diterima secara
bulat dan sepakat utk dimatangkan dlm sidang k2.
Radjiman Wediodiningrat memastikan seluruh anggota BPUPKI menye7i seluruh hasil sidang
BPUPKI
3. Persiapan Kemerdekaan oleh PPKI
Keberadaan BPUPKI dimanfaatkan secara maksimal oleh bangsa Indonesia utk
mempersiapkan kemerdekaan, namun kinerja BPUPKI tdk sesuai harapan Jepang. Jepang justru
khawatir dgn kinerja BPUPKI yg begitu cepat mempersiapkan kemerdekaan Indonesia . Sehingga
7 Agustus 1945, Jepang membubarkan BPUPKI dan menggantinya dengan PPKI
Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) / Dokuritsu Junbi Inkai dibentuk oleh
Jepang utk melanjutkan tugas2 BPUPKI dlm mempersiapkan kemerdekaan Indonesia. PPKI
memiliki anggota sebanyak 21 orang terdiri atas:
12 org wakil dari Jawa
PPKI kemudian berperan dlm mengesahkan Piagam Jakarta sbg pendahuluan pada Pembukaan
UUD 1945 dlm sidang PPKI 18 Agustus 1945