Anda di halaman 1dari 6

Dampak Kependudukan Jepang di Indonesia

Pendudukan Jepang selama 3,5 tahun di tanah air menjadi salah satu masa terkelam
bagi bangsa Indonesia. Pasalnya, bukan hanya sumber daya alam, tenaga manusia juga
diperas untuk kepentingan Jepang. Namun, dibalik mirisnya kehidupan bangsa
Indonesia pada masa kependudukan Jepang, ada dampak positif yang terasa sampai
saat ini di beberapa bidang kehidupan.

Dampak kependudukan Jepang pada kehidupan masyarakat Indonesia bisa dilihat di


sejumlah bidang, termasuk politik, ekonomi, sosial-budaya, pendidikan serta bidang
birokrasi dan militer. Nah, kira-kira seperti apa dampaknya?

Bidang Politik

 Adanya suatu perombakan struktur pemerintahan berdasarkan kaidah di


Jepang. Daerah keresidenan berganti menjadi Syu, kabupaten berganti menjadi
Ken, kota praja berganti menjadi Syi, kawedanan berganti menjadi Gun,
kecamatan berganti menjadi So, dan desa berganti menjadi Ku.
 Kewajiban untuk melakukan seikerei pada kaisar Tenno Heika saat melakukan
upacara bendera.
 Kewajiban untuk memakai bahasa Jepang dan menghapus bahasa Belanda.
 Pembentukan suatu angkatan laut dan angkatan darat di berbagai wilayah di
Indonesia seperti di Kalimantan, Nusa Tenggara, Maluku, Sulawesi, dan Irian
yang pusat kemiliterannya berada di bawah panglima Jepang yang berada di
Dalat, Vietnam.
 Pembentukan suatu organisasi berbasis propaganda yang bertujuan untuk
menarik hati rakyat. Organisasi tersebut adalah Peta, Gerakan 3A yang justru
meningkatkan suatu gerakan kemerdekaan pada kaum nasionalis.

Bidang Sosial-Budaya dan Ekonomi

 Jepang memberikan suatu gelar kepahlawanan bagi pekerja yang meninggal


dunia akibat kekejaman romusa. Gelar tersebut bernama “pahlawan pekerja”
atau “prajurit ekonomi”.
 Ekonomi merosot turun akibat masyarakat tidak dapat mendapatkan bahan
makanan dan muncullah berbagai penyakit seperti diare dan kudis.
 Adanya pasar gelap yang menyebabkan kenaikan inflasi secara drastis.
 Bahan makanan dan obat-obatan sulit di dapatkan.
 Perkebunan tebu dan pabrik gula ditutup oleh Jepang sehingga masyarakat
tidak mempunyai penghasilan.
 Masyarakat dipaksa dan dikerahkan untuk membangun dan memperbaiki jalan,
menanam tanaman jarak di sepanjang jalan dan membangun saluran air.
 Adanya kesulitan komunikasi karena Jepang sebagai pengendali utama secara
sengaja melakukan hal tersebut terjadi.
 Adanya penggantian nama pada beberapa kota di Indonesia. Awalnya, kota
tersebut merupakan serapan dari Bahasa Belanda dan diganti dengan asli nama
Indonesia. (contoh : Buitenzorg menjadi Bogor, Batavia menjadi Jakarta).
 Adanya pembangunan suatu Gedung kebudayaan di Jakarta dan diberi nama
Keimun Bunda Shidosho pada 1 April 1943.

Bidang Pendidikan

 Adanya suatu aturan untuk belajar wajib hanya selama 6 tahun dan
mewajibkan Bahasa Jepang sebagai materi pelajaran yang wajib dikuasai.
 Budaya dan adat istiadat Jepang diperkenalkan dan Bahasa Indonesia menjadi
Bahasa pengantar wajib di seluruh sekolah di Indonesia.
 Pada tahun 1943 adanya proses penutupan pada perguruan tinggi.
 Adanya suatu proses re-open atau pembukaan kembali perguruan tinggi
seperti Perguruan Tinggi Teknik (Kogyo Daigaku) di Bandung, Perguruan Tinggi
Kedokteran (Ika Daigaku) di Jakarta.
 Adanya pembukaan sekolah Akademi Pamong Praja (Konkoku Gakuin) yang
bertempat di Jakarta.

Bidang Birokrasi dan Militer

 Jepang telah mengeluarkan UU no.27 tentang Aturan Pemerintah Daerah dan


UU No.28 tentang Aturan Pemerintah Syu dan Tokubetshu Syi. Dampak yang
ditimbulkan oleh peraturan baru tersebut adalah terhentinya kegiatan
pemerintahan sementara dan mendatangkan suatu tenaga sipil dari Jepang ke
daerah Jawa.
 Pulau Jawa menjadi pusat suatu peralatan dan segala perbekalan yang
diperlukan saat perang.
 Berdasarkan Undang-undang no.27 dan UU no. 28 tersebut, seluruh kota yang
berada di daerah persebaran Jawa maupun Madura terbagi menjadi struktur
yang dianut oleh Jepang (syu, syi, ken, gun, son, dank u), terkecuali untuk
daerah Yogyakarta dan Solo.
 Rakyat Indonesia mendapatkan manfaat pengalaman dan bidang ketentaraan,
bidang pertahanan, dan keamanan. Terdapat kekuatan inti Badan Keamanan
Rakyat (BKR) yang berganti nama menjadi Tentara Keamanan Rakyat (TKR)
dan sekarang berganti nama menjadi Tentara Nasional Indonesia (TNI).

Perlawanan Bangsa Indonesia Terhadap


Pendudukan Jepang

GROUP OF RE-ENACTORS DRESSED AS SOVIET RUSSIAN RED ARMY INFANTRY


SOLDIERS OF WORLD WAR II MARCHING ALONG FOREST ROAD AT SUMMER
AUTUMN SEASON.
Kependudukan Jepang di Indonesia memang terbilang singkat, hanya 3,5 tahun tetapi
menyisakan kenangan buruk yang mendalam bagi rakyat Indonesia. Kala itu penguasa
Jepang bersikap semena-mena dan menyengsarakan rakyat Indonesia, sehingga
memicu kebencian rakyat terhadap Jepang. Bahkan di sebagian wilayah Indonesia,
rakyat memilih angkat senjata untuk mengusir keberadaan Jepang di Indonesia.
Perlawanan Bangsa Indonesia Terhadap Pendudukan Jepang pun pecah.

Saat itu, perlawanan bangsa Indonesia terhadap pendudukan Jepang di Indonesia bisa
dikategorikan menjadi 3, yaitu melalui perjuangan yang berbentuk organisasi, gerakan
bawah tanah, dan perlawanan bersenjata.

Perjuangan Organisasi

Perlawanan bangsa Indonesia terhadap pendudukan Jepang dilakukan oleh tokoh-


tokoh nasionalisme yang memanfaatkan organisasi pembentukan Jepang sebagai alat
pemersiap kemerdekaan Indonesia. Beberapa organisasi yang digunakan antara lain:

 Putera

Ini merupakan organisasi yang memperbolehkan para anggotanya untuk berbicara di


depan umum. Oleh karena itu, para tokoh nasionalisme memanfaatkan kesempatan
acara rapat besar maupun acara radio yang diselenggarakan oleh organisasi Putera
dengan mengarahkan rakyat untuk mempersiapkan kemerdekaan dan
mengkoordinasikannya.

 Barisan Pelopor

Ini merupakan bagian dari Jawa Hokokai. Barisan Pelopor ini diketuai oleh Ir.
Soekarna dan beberapa pahlawan nasionalisme yang menjadi anggotanya.

 Chuo Sangi In

Chuo Sangi In merupakan salah satu organisasi yang dimanfaatkan para tokoh
nasionalisme dalam pembentukan organisasi Barisan Pelopor untuk kepentingan
Indonesia.

Gerakan Bawah Tanah

Selain melalui gerakan organisasi, rakyat Indonesia melawan kependudukan Jepang di


Indonesia dengan gerakan bawah tanah yaitu gerakan yang dilakukan secara diam-
diam dan rahasia. Dimana, gerakan ini dipraktikkan di dalam organisasi bentukan
Jepang tanpa sepengetahuan pihak Jepang.

(Baca juga: Kedatangan Jepang ke Indonesia)

Secara umum, kegiatan bawah tanah yang dilakukan oleh para pejuang nasional guna
melawan pendudukan Jepang di Indonesia memiliki beberapa tujuan seperti saling
membagi informasi dan menjaga nasionalisme, mempersiapkan kekuatan untuk
kemerdekaan Indonesia, menyempurnakan semangat dan persiapan untuk
kemerdekaan Indonesia, serta mendapatkan informasi perkembangan Perang Asia
Timur Raya dari radio.

Adapun beberapa contoh gerakan bawah tanah yang mengupayakan perlawanan


terhadap pendudukan Jepang di Indonesia antara lain :

 Kelompok Sukarni yang mencoba mempengaruhi jiwa-jiwa revolusioner dan


rakyat Indonesia dengan membongkar tipu daya Jepang.
 Kelompok Achmad Subarjo membentuk Asrama Indonesia Merdeka yang
berisikan para pemuda Indonesia, dan mencoba membakar semangat jiwa
kemerdekaan para pemuda untuk melakukan perlawanan terhadap
pendudukan Jepang.
 Kelompok Sutan Syahrir yang menyiapkan Gerakan Bawah Tanah Anti-Fasis
untuk melawan Jepang di waktu yang tepat.

Perlawanan Bersenjata

Perlawanan bersenjata merupakan perlawanan bangsa Indonesia secara terbuka


terhadap pendudukan Jepang di Indonesia. Perlawanan ini ditandai dengan perang
antara Bangsa Indonesia terhadap Jepang secara terbuka dan mengakibatkan korban
di kedua belah pihak. Ada beberapa contoh bentuk perlawanan bersenjata yang
terjadi di Indonesia antara lain :

 Perlawanan di Aceh pada 10 November 1942

Perlawanan ini dipimpin oleh seorang guru mengaji bernama Tengku Abdul Jalil, yang
dipicu karena tindakan Jepang yang sewenang-wenang dan gagalnya perundingan,
Jepang menyerang Cot Plieng. Tengku Abdul Jalil dan para pahlawan tanpa nama
yang mengikutinya pun gugur.

 Perlawanan PETA di blitar pada 14 Februari 1945


Perlawanan ini di pimpin oleh anak bupati Blitar yaitu Supriyadi, yang dipicu karena
banyaknya masalah dengan Jepang maka Supriyadi dan teman-temannya melakukan
pemberontakan terhadap Jepang meskipun pada akhirnya harus menelan kekalahan.

 Perlawanan PETA di Meureuh, Aceh pada November 1944

Perlawanan ini di pimpin oleh Perwira Giyugun T Hamid, yang dipicu akan kekejaman
Jepang terhadap rakyat dan terlebih lagi kepada Prajurit Indonesia.

 Perlawanan PETA di Gumilir, Cilacap pada April 1945

Perlawanan ini dipimpin oleh regu (budanco) Kusaeri dan kawan-kawannya. Pada 25
April 1945, Jepang mengetahui rencana perlawanan tersebut, sehingga Kusaeri di
hukum mati tetapi digagalkan karena di desak oleh sekutu.

 Perlawanan rakyat Indramayu pada April 1944

Perlawanan ini di latarbelakangi dengan amarah rakyat dikarenakan romusha dan


penyetoran bahan pangan kepada Jepang yang secara terus menerus. Perlawanan ini,
dilakukan secara spontan sehingga Jepang dengan mudah menghentikannya.

Perlawanan di Kalimantan yang dipimpin oleh pemimpin suku Dayak yaitu Pangsuma.
Perlawanan Kalimantan termasuk ke dalam perang Gerilya yang berlangsung lama dan
berpindah-pindah.

 Perlawanan di Biak tahun 1944

Perlawanan ini dipimpin oleh pimpinan gerakan koreri yaitu L. Rumkoren.

 Perlawanan di Pulau Yappen Selatan yang dipimpin S. Papare.


 Perlawanan di Tanah Besar, dataran Irian Papua yang dipimpin oleh Simson

Anda mungkin juga menyukai