Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Masa pendudukan Jepang di Indonesia dimulai pada tahun 1942 dan berakhir pada
tanggal 17 Agustus 1945 seiring dengan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia oleh
Soekarno dan M. Hatta atas nama bangsa Indonesia.
Saat terlibat dalam Perang Dunia II, Jepang berhasil menyerang pangkalan militer
Amerika Serikat di Pearl Harbour, Hawaii, pada 7 Desember 1941. Jatuhnya pangkalan
militer Amerika Serikat di Pearl Harbour memudahkan Jepang untuk menguasai wilayah-
wilayah lain di kawasan Samudera Pasifik. Sejak saat itu, Jepang berhasil menduduki satu
per satu negara-negara di kawasan Asia Tenggara seperti Filipina dan Indonesia.
Pendudukan Jepang di Indonesia berlangsung seiring Perang Dunia II. Pada periode
tersebut Jepang menduduki wilayah Indonesia setelah mengusir Belanda yang telah
menduduki Indonesia selama ratusan tahun.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah dalam pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut.
1.2.1 Bagaimana proses masuknya Jepang ke Indonesia?
1.2.2 Bagaimana respon rakyat Indonesia atas kedatangan Jepang ke Indonesia?
1.2.3 Bagaimana pembagian pemerintahan militer pada masa pendudukan Jepang?
1.2.4 Bagaimana pembentukan pemerintahan sipil pada masa pendudukan Jepang?

1.3 Tujuan
Makalah ini disusun untuk menyelesaikan tugas yang telah diberikan serta untuk
membuka jendela pengetahuan mengenai pendudukan Jepang di Indonesia yang meliputi
proses masuknya, respon rakyat atas kedatangan Jepang, pembagian pemerintahan militer,
dan pembentukan pemerintahan sipil di Indonesia pada masa pendudukan Jepang.

1
1.4 Manfaat
Manfaat dari disusunnya makalah ini adalah sebagai media penambah pengetahuan
mengenai pendudukan Jepang di Indonesia sehingga dapat menjadi suatu sumber referensi
yang akan digunakan oleh semua kalangan masyarakat.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Masuknya Jepang ke Indonesia

Setelah Jepang menyerang Pearl Harbour, AS bersama Gubernur Jenderal Tjarda


van Starkenborgh menyatakan perang terhadap Jepang, yang diikuti oleh pembentukan
ABDACOM yang merupakan perhimpunan dari negara Amerika Serikat, Inggris, Belanda,
dan Australia untuk menghadapi gerak invasi
tentara Jepang. Untuk melancarkan serangannya
Jepang membagi pasukannya menjadi 2 yaitu,
Angkatan Darat (Rikugun) yang bergerak mulai
dari Indo-Cina untuk merebut Malaya, Singapura,
Pulau Luzon, Myanmar, dan Sumatera dan Angkatan Laut yang bergerak dari Pulau
Hawaii, Mindanao, Kalimantan, Sulawesi, Ambon, dan Papua.

Pada awal kedatangannya, Jepang menguasai Tarakan, Balikpapan, Samarinda, dan


Kotabangun karena wilayah tersebut memiliki kekayaan minyak bumi. Barulah setelah itu
Jepang menyerang Kalimantan. Pada tanggal 14 Februari 1942 Jepang menyerang
Palembang dan pada tanggal 16 Februari 1942 Jepang berhasil menduduki Palembang. Hal
ini memudahkan Jepang untuk menyerbu Jawa.

Untuk mengatasi invasi Jepang, pasukan ABDACOM yang dipimpin Jenderal Sir
Archibald Wavell membangun markas di Lembang dekat Bandung. ABDACOM dibagi
menjadi beberapa kekuatan yaitu, Tiga resimen infanteri Belanda di Jawa Barat, Tiga
batalion Australia dengan dukungan dua kompi lapis baja di Jawa Barat, Satu kompi taruna
Angkatan Militer Kerajaan (KMA) di Jawa Barat, Korps Pendidikan Perwira Cadangan
(CORO) di Jawa Barat, Empat batalion infanteri di Jawa Tengah, Tiga batalion pasukan
bantuan Indonesia dan satu batalion mariner. Belanda juga menyertakan pasukan

3
Koninklijk Nederlandsch Indisch Leger (KNIL) yang dipimpin oleh Jenderal H. Ter
Poorten untuk mempertahankan wilayah Hindia Belanda

Masuknya Jepang ke Pulau Jawa diawali dengan pertempuran di Laut Jawa. Dalam
pertempuran ini Angkatan Laut Jepang mengahamcurkan pasukan gabungan Belanda-
Inggris yang dipimpin oleh Laksamana Karel Dooman. Sisa pasukan dan kapal Belanda
yang berhasil lolos terus melarikan diri menuju Australia. Pada 1 Maret 1942 tentara ke-16
Jepang berhasil mendarat di 3 tempat sekaligus, yaitu Teluk Banten, Eretan Wetan, dan
Kragan. Pendaratan di Eretan Wetan, Indramayu, dipimpin oleh Kolonel Tonishori.
Pendaratan di sekitar Bojonegoro dikoordinasi oleh Mayjen Tsuchihashi.

Pada 5 Maret 1942 Batavia dinyatakan sebagai “Kota Terbuka”. Setelah berhasil
merebut Batavia berhasil menduduki Buitenzorg. Tentara Jepang mulai bergerak dari
Kalijati menuju Bandung pada 5 Maret 1942. Ciater adalah tempat pertama yang dihempur
Jepang dan berhasil membuat Belanda mundur ke Lembang.

Pada 7 Maret 1942 Jepang berhasil menguasai Lembang. Belanda meminta


penyerahan lokal terhadap Jepang. Akan tetapi Jenderal Imamura meminta penyerahan
total dari semua pasukan sekutu yang ada di Indonesia. Apabila tidak dipenuhi, Jepang
mengultimatum akan mengebom Bandung dari udara. Pada 8 Maret 1942 Belanda
menyerah tanpa syarat kepada Jepang melalui penandatanganan Kapitulasi Kalijati oleh
Letnan Jenderal H. Ter Poorten dan pejabat – pejabat militer Belanda. Peristiwa tersebut
menandai pendudukan Jepng di Indonesia dimulai.

2.2 Sambutan Rakyat Indonesia


Pada awal kedatangannya Jepang disambut dengan gembira oleh bangsa Indonesia.
Rakyat menyambut kedatangan Jepang dengan ucapan “banzai-banzai” yang berarti
selamat datang. Sambutan baik bangsa Indonesia terhadap kedatangan Jepang
dilatarbelakangi oleh kebenciannya terhadap Belanda. Kebencian bangsa Indonesia terlihat
ketika mencaci maki pasukan Belanda pada saat kedatangan Jepang.

4
Sambutan bangsa Indonesia dimanfaatkan dengan baik oleh Jepang. Tentara Jepang
mempropagandakan bahwa kedatangan mereka itu bertujuan membebaskan bangsa
Indonesia dari cengkeraman penjajah. Jepang juga
berjanji untuk memajukan bangsa Indonesia dan juga
menegaskan bahwa mereka adalah “saudara tua” bangsa
Indonesia. Jepang juga melakukan propaganda-
propaganda untuk menarik simpati dan dukungan bangsa
Indonesia. Seperti, mengizinkan bendera Merah Putih
dikibarkan berdampingan dengan bendera Jepang dan juga menyebarkan propaganda
bahwa barang buatan Jepang sangat menarik dan harganya murah. Beberapa faktor itulah
yang menyebabkan pada awal kedatangan Jepang disambut dengan baik oleh bangsa
Indonesia.

2.3 Pembentukan Pemerintahan Militer


Setelah menduduki Indonesia, Jepang mengubah sistem pemerintahan di Indonesia
secara radikal dengan sistem militer dengan tujuan mempercepat penguasaan sumber-
sumber vital bagi pertahanan nasional, memulihkan keamanan, dan menjamin swasembada
ekonomi militer Jepang.
Jepang membagi wilayah Indonesia menjadi tiga pemerintahan militer :
1. Pemerintahan militer Angkatan Darat yaitu Tentara ke-25 (Tomi Shudan) yang
menguasai Pulau Sumatera dengan pusat di Bukittinggi.
2. Pemerintahan militer Angkatan Darat yaitu Tentara ke-16 (Asamu Shudan) yang
menguasai Pulau Jawa dan Madura dengan pusat di Jakarta. Pemerintahan militer ini
juga diperkuat Angkatan Laut (Dai Ni Nankenkantai).
3. Pemerintahan militer Angkatan Laut yaitu Armada Selatan ke-2 yang menguasai
Sulawesi, Kalimantan, dan Maluku dengan pusatnya di Makassar.
Latar belakang pembagian pemerintahan adalah perbedaan kepentingan Jepang di
setiap wilayah Indonesia.

5
Meskipun sistem pemerintahan telah berubah, Jepang tetap mempertahankan
beberapa jabatan warisan pemerintah Hindia Belanda yang didasarkan pada Osamu seirei
(undang-undang yang dikeluarkan Panglima Milier Angkatan Darat ke-16) Nomor 1 yang
berisi ketentuan berikut.
1. Jepang menghapus jabatan gubernur jenderal pada masa Hindia Belanda dan segala
kekuasaan yang dahulu dipegang gubernur jenderal diambil alih oleh panglima tentara
Jepang di Jawa.
2. Jepang tetap mengakui pejabat pemerintahan sipil beserta pegawainya pada masa
Hindia Belanda, asal memiliki kesetiaan terhadap kependudukan Jepang.
3. Jepang tetap mengakui secara sah untuk sementara waktu badan-badan pemerintah
dan undang-undang yang dibuat pada masa kolonial Belanda, asal tidak bertentangan
dengan aturan pemerintahan militer Jepang.
Pemerintahan militer pada masa pendudukan Jepang hanya bersifat sementara.
Susunan pemerintahan militer pada masa pendudukan Jepang :
a. Gunshireikan sering disebut saiko shikikan merupakan pucuk pimpinan
pemerintahan militer Jepang di Indonesia. Gunshireikan pertama diduduki oleh
Jenderal Hitoshi Imamura.
b. Gunseikan yang berfungsi sebagai kepala staf. Kepala staf pertama Jepang di
Indonesia adalah Mayor Jenderal Sizaburo Okasaki.
c. Gunseibu yang bertugas sebagai koordinator pemerintahan militer. Gunseibu
memiliki fungsi seperti gubernur yang juga bertugas memulihkan ketertiban dan
keamanan.
Pada 1 April 1942 pemerintah Jepang mengeluarkan Osamu Seirei Nomor 4 berisi
ketetapan berikut.
a. Hanya bendera Jepang, Hinomaru yang boleh dikibarkan dan lagu kebangsaan
Jepang Kimigayo yang boleh diperdengarkan.
b. Menetapkan pemakaian waktu Jepang dan pemberlakuan tarikh Sumera untuk
menggantikan tarikh Masehi. Rakyat Indonesia juga diwajibkan merakayan hari
kelahiran Kaisar Hirohito, yaitu hari raya Tencosetsu.

6
c. Menetapkan mata uang Hindia Belanda yang berlaku untuk kegiatan jual beli dan
pembayaran.

2.4 Pembentukan Pemerintahan Sipil

Pembentukan pemerintahan sipil di Indonesia diatur dalam UU No. 27 tentang


aturan pemerintahan sipil jepang dan UU No. 28 tentang aturan pemerintan Syu dan
Tokubetsu Syi.

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 27, berikut adalah pemerintahan daerah pada


masa pendudukan Jepang :
a. Syu (Keresidenan)
b. Syi (Kota Praja)
c. Ken (Kabupaten)
d. Gun (Distrik)
e. Son (Kecamatan)
f. Ku (Kelurahan)
Dalam penerapannya, terdapat dua daerah yang tidak menerapkan sistem
pemerintahan daerah tersebut, yaitu Yogyakarta dan Surakarta yang merupakan daerah
istimewa (kochi).
Dalam struktur pemerintahan daerah yang dibentuk Jepang, setiap daerah dipimpin
oleh seorang kepala daerah. Setiap Syu akan dipimpin oleh seorang syucokan yang
bertugas sebagai pemimpin legislatif dan eksekutif. Syucokan juga dibantu oleh Cokan
Kanbo (Majelis Permusyawaratan Cokan) yang dibagi menjadi 3 yaitu, neiseibu
(pemerintahan umum); keizaibu (bagian ekonomi); keisatsubu (bagian kepolisian).
Pada dasarnya kedudukan syu sama dengan residen pada masa kolonial Belanda.
Akan tetapi, fungsi dan kekuasaannya berbeda. Pada masa colonial Belanda residen
merupakan pembantu gubernur jenderal. Akan tetapi, pada masa pemerintahan Jepang syu
merupakan pemerintahan tertinggi dan memiliki otonomi yang berkedudukan sama dengan
seorang gubernur. Pada masa pendudukan Jepang bahwa Pulau Jawa dan Madura terdiri

7
atas tujuh belas syu. Pada 1943 pemerintah Jepang membentuk gunseikanbu di Sumatera
dengan pusat di Bukittinggi.
Pemerintah Jepang juga membentuk kota, yang disebut tokubetsushi (kota
istimewa). Sebagai contoh Kota Batavia yaitu disebut Batavia Tokubetsushi di bawah
pimpinan Tokubetsu Shico.
Pada 5 September 1942, Jepang membentuk Chuo Sangi In (Dewan Pertimbangan
Pusat) dan Chuo Sangi Kai (Dewan Pertimbangan Daerah) yang berkaitan dengan upaya
menjalankan pemerintahan yang cepat dan tepat. Chuo Sangi In diketuai oleh Soekarno
serta R.M. Kusomo Utojo dan Buntaran Mangunsubroto sebagai wakil ketua. Dalam
praktiknya, upaya Jepang tersebut dilakukan untuk memperoleh simpati bangsa Indonesia.
Pada tahun 1943 pemerintah Jepang dibawah komando Perdana Menteri Tojo juga
mengeluarkan kebijakan seiji sanyo (partisipasi politik) yang bertujuan agar bangsa
Indonesia tetap bersimpati terhadap Jepang. Sistem pemerintahan militer Jepang ini
mendorong terjadinya mobilitas sosial vertikal karena banyak orang Indonesia yang duduk
dalam birokrasi pemerintah. Tokoh-tokoh bangsa dan daerah dapat belajar cara mengatur
pemerintahan karena mereka dipercaya menduduki jabatan penting.

8
BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan
Militer Jepang termasuk yang terkuat di wilayah Asia pada saat itu. Dalam waktu
yang relatif singkat, hamper sebagian besar wilayah Asia dikuasai Jepang. Koloni-koloni
yang dulunya dikuasai bangsa Barat, satu persatu berhasil diduduki Jepang. Indonesia yang
pada saat itu menjadi koloni Belanda berhasil direbut Jepang pada tahun 1942. Sejak saat
itu, bangsa Indonesia memasuki babak baru pendudukan Jepang.
Penderitaan dan kesengsaraan sebagai bangsa terjajah kembali diderita bangsa
Indonesia. Perjuangan mengangkat senjata tetap dilakukan bangsa Indonesia untuk
membebaskan diri dari penjajahan.

3.2 Saran
Kita sebagai pemuda Indonesia wajib menghormati jasa para pahlawan yang lebih
dahulu meninggalkan kita. Hargailah mereka yang telah mengorbankan jiwa dan raganya
serta berjuang mati-matian demi meraih kemerdekaan yang dapat kita rasakan pada masa
kini. Walaupun sekarang Indonesia sudah merdeka, sebagai penerus bangsa kita masih
harus berjuang demi kemajuan negeri ini. Kita harus berterimakasih kepada para pahlawan
cukup dengan belajar sungguh-sungguh demi kejayaan tanah air tercinta ini.

9
DAFTAR PUSTAKA

Senin, 8 Januari 2018 pukul 19.00 WITA


Kemendikbud.2014.Sejarah Indonesia.Jakarta:Pusat Kurikulum dan Perbukuan.
PR Sejarah Indonesia Kelas XI Semester 2 untuk SMA/SMK/MAK, 2018, Klaten: Intan
Pariwara.
sejarahkitablogspot.com
rendzjack.blogspot.com
kompasiana.com

10

Anda mungkin juga menyukai